Analysis Comparison Fisheries of Purse Seine in Lampulo Fishing Port Banda Aceh

ANALISIS PERBANDINGAN USAHA PERIKANAN PUKAT
CINCIN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP)
LAMPULO BANDA ACEH

NELIYANA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Analisis Perbandingan
Usaha Perikanan Pukat Cincin di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo
Banda Aceh” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Neliyana

RINGKASAN
NELIYANA. Analisis Perbandingan Usaha Perikanan Pukat Cincin di Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Lampulo Banda Aceh. Dibimbing oleh Budy Wiryawan,
Eko Sri Wiyono, dan Tri Wiji Nurani.
Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari - Februari 2013 di Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Lampulo Banda Aceh. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriftif dan analisis kriteria investasi. Responden
ditentukan secara purposive sampling terhadap pemilik sarana penangkapan (20
orang) dan ABK yang mendapatkan imbalan atas pekerjaannya (20 orang). Tujuan
penelitian ini adalah (1) Membandingkan tingkat kelayakan finansial usaha untuk
setiap pola pukat cincin di Lampulo; (2) Menganalisis sistem bagi hasil usaha
untuk setiap pola usaha pukat cincin yang berlaku di Lampulo.
Hasil perhitungan kelayakan usaha pada usaha perikanan pukat cincin
harian dan mingguan dilihat dari nilai kriteria usaha memperoleh keuntungan dan

jangka waktu pengembalian waktu yang cepat, dengan nilai ROI lebih besar dari
modal yang dikeluarkan. Kelayakan investasi usaha perikanan pukat cincin harian
dan mingguan dilihat dari nilai kriteria investasi, yaitu NPV > 0, Net B/C > 1,
serta nilai IRR > tingkat suku bunga 10 % sehingga usaha unit penangkapan pukat
cincin di Lampulo rnemenuhi persyaratan dan masih layak untuk dilanjutkan.
Sistem bagi hasil secara adat di Lampulo menunjukkan ketidakseimbangan
bagian yang diperoleh pemilik dan pengggarap. Ketidakseimbangan ini selain
disebabkan besarnya bagian yang diperoleh pemilik, tetapi juga pembagian
diantara nelayan penggarap (pawang, toke bangku, juru mesin dan ABK). Hasil
penjualan ikan (pendapatan kotor) dipotong 35 % (10 % untuk perawatan, 10 %
untuk toke bangku, 10 % untuk pawang (fishing master) dan 5 % untuk juru
mesin), setelah itu dikurangi dengan biaya operasional. Hasil tangkapan yang
dibagikan antara nelayan pemilik dan penggarap adalah pendapatan bersih yang
dibagi menjadi 3 bagian, satu bagian buat ABK dan dua bagian untuk pemilik.

Kata kunci : kelayakan usaha, pukat cincin, patron clien, sistem bagi hasil

SUMMARY
NELIYANA. Analysis Comparison Fisheries of Purse Seine in Lampulo Fishing
Port Banda Aceh. Supervised by Budy Wiryawan, Eko Sri Wiyono dan Tri Wiji

Nurani.
This research was realized in January - February 2013 at Lampulo Fishing
Port Banda Aceh. The method was used in this study such as descriptive method
and investing criteria analysis. The Respondent were determined by purposive
sampling for arrest facilities ownership. The Patrons who have infrastructure (20
persons) to get repayment and clien (20 persons) also get it as a fee from their
job. The purpose this study were: (1) Comparison financial feasibility of purse
seine fisheries in Lampulo. (2) Analyzing profit-sharing system for every purse
seine patterns in Lampulo
The calculations results of the purse seine fisheries feasibility between the
daily and weekly seems from the businesses criteria value respectively, there were
adventages and repayment period was quickly too with ROI value is th greater
than capital cost. Then, the investing feasibility calculation result in purse seine
fisheries both of daily and the weekly were viewed of each investing criteria value,
where NPV > 0, Net B/C > 1 and IRR> 10% than interest rate. It caused purse
seine fishing businesses in Lampulo still qualified and feasible to continued.
The profit-sharing traditional system in Lampulo showed unbalanced
between patrons and clients income. The patrons income is greater. Moreover,
profit-sharing among clients (fishing master, collector, mechanical dan ABK).
Proceeds from sales of the fish (gross income) reduced by 35% (10% for

treatment, 10% for Toke bangku, 10% for fishing master and 5% for the
interpreter engine). Later, it was reduced with operational costs. The arrest result
was shared between owners and clien based on the net income divided into 3
section, one part for the crew and the two parts to the owner.

Keywords: feasibility analisis, purse seine, patron clien, profit-sharing system

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS PERBANDINGAN USAHA PERIKANAN PUKAT
CINCIN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP)
LAMPULO BANDA ACEH


NELIYANA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Sistem Pemodelan dan Perikanan Tangkap

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Nimmi Zulnainarni, SPi MSi

Judul Tesis : Analisis Perbandingan Usaha Perikanan Pukat Cincin di Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Lampulo Banda Aceh
Nama
: Neliyana

NIM
: C452110021

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Budy Wiryawan, MSc
Ketua

Dr Eko Sri Wiyono, SPi MSi
Anggota

Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi
Anggota

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Sistem Permodelan dan
Perikanan Tangkap


Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Mulyono S. Baskoro, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 30 Desember 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga karya
ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2013 ini dengan judul Analisis
Perbandingan Usaha Perikanan Pukat Cincin di Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP) Lampulo Kota Banda Aceh.
Ungkapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Komisi pembimbing Bapak Dr. Ir. Budy Wiryawan, MSc, Dr. Eko Sri
Wiyono, SPi MSi, dan Dr. Ir. Tri Wiji Nurani, MSi atas bimbingan, dan
motivasi yang telah diberikan kepada penulis.

2. Kepada Ayahanda M.Nasir dan Ibunda Rosmawati berserta kakak-kakakku
Rozanna, MPd dan dr. Nanalisma yang telah memberikan kasih sayang, doa,
semangat dan motivasinya yang tak pernah berhenti untuk terus menuntut
ilmu.
3. Teman-teman SPT dan TPT 2011 atas bantuan dan dukungan yang diberikan.
Tesis ini diharapkan memberikan informasi baru bagi perkembangan ilmu
pengetahuan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

Neliyana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
2 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Geografis dan Topografis
Nelayan di PPP Lampulo
Alat penangkapan ikan
Kapal perikanan di PPP Lampulo
Produksi ikan
3 KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN PUKAT
CINCIN Di LAMPULO
Pendahuluan
Metode penelitian
Lokasi dan waktu penelitian
Pengumpulan data
Analisis data
Hasil Penelitian
Pembahasan
Simpulan
4 PEMBAHASAN UMUM

5 KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

x
x
xi
xii
1
2
3
3
3
4
4
5
6
6
7

8
8
10
10
10
11
14
23
28
29
31
33
34
41

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Perkembangan alat tangkap dominan di Lampulo tahun 2007-2011
Perkembangan armada menurut klasifikasi di Kota Banda Aceh
Produksi ikan menurut jenis alat Tangkap di Kota Banda Aceh
Jenis data, keterangan dan sumber data
Spesikasi kapal pukat cincin yang dioperasikan di Lampulo
Komponen investasi usaha perikanan pukat cincin di Lampulo
Komponen biaya tetap usaha perikanan pukat cincin di Lampulo
Komponen biaya tidak tetap pukat cincin di Lampulo
penerimaan usaha perikanan pukat cincin di Lampulo

6
6
7
11
14
19
19
20
20

10 Hasil analisis usaha dan analisis investasi di Lampulo
11 Hasil analisis sensivitas
12 Sistem bagi hasil

21
21
23

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Peta daerah penelitian
Komposisi ikan hasil tangkapan pukat cincin di Lampulo
Armada penangkapan pukat cincin
Kontruksi alat tangkap pukat cincin Aceh
Peta daerah penangkapan ikan di Lampulo
Posisi rumpon di laut
Sistem bagi hasil Di Lampulo

5
8
15
15
17
18
22

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Nama armada pukat cincin harian
Nama armada pukat cincin mingguan
Cash flow usaha perikanan pukat cincin harian di Lampulo
Cash flow usaha perikanan pukat cincin minggguan di Lampulo Analisis
Foto foto selama penelitian
Riwayat hidup

34
34
35
37
39
41

DAFTAR ISTILAH
ABK
GT
Df

: (Anak Buah Kapal) adalah orang yang bekerja di dalam kapal
: (Gross Tonage) adalah satuan ukuran kapal
: (discount factor) adalah bilangan yang digunakan untuk mengalikan
suatu nilai di masa yang akan datang dapat dinilai pada saat ini
PP
: (payback period) adalah jangka waktu pengembalian sejumlah invetasi
yang ditanamkan dalam suatu usaha
ROI
: (revenue Cost Ratio) adalah berbandingan antara pendapatan yang
diperoleh dengan investasi yang dikeluarkan
NPV
: (net present value) adalah keuntungan total selama umur teknis barang
investasi yang dihitung pada saat ini
IRR
: (internal rate of return) adalah persentase nilai keuntungan yang
diperoleh pada penanaman modal dibandingkan dengan tingkat suku
bunga bank yang berlaku
Net B/C : (net benefit cost ratio) adalah perbandingan antara keuntungan dengan
biaya yang dikeluarkan selama umur teknis barang investasi.

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Provinsi Aceh yang terletak di ujung barat Indonesia, berbatasan dengan
Samudera Hindia memiliki potensi sumberdaya perikanan melimpah sehingga
usaha penangkapan ikan sangat prospektif untuk dikembangkan. Lampulo
merupakan salah satu pusat kegiatan sektor perikanan di Provinsi Aceh. Pukat
cincin merupakan salah satu jenis alat tangkap ikan yang dominan digunakan oleh
nelayan di Lampulo yang efektif untuk menangkap ikan pelagis. Ikan pelagis yang
umumnya di daratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo terdiri atas
cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Auxis thazard), tuna (Thunus sp),
kembung (Rastrellinger spp), tenggiri (Scomberomorus spp), layang (Decapterus
spp), teri (Stolephorus spp), dan beberapa jenis ikan pelagis lainnya.
Perkiraan potensi maksimum lestari (MSY) sumberdaya ikan pelagis kecil
di perairan utara Aceh diestimasi sebesar 15.479 ton setiap tahunnya dengan
upaya penangkapan optimumnya (F-opt) sebesar 4.896 trip. Tingkat pemanfaatan
potensi sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan utara Aceh baru mencapai
45,63%. Potensi perikanan di Aceh berdasarkan perkiraan tersebut masih
berpeluang untuk dilakukan pengembangan (Raihanah 2011). Berdasarkan data
statistik perikanan tangkap Provinsi Aceh, alat tangkap pukat cincin di Kota
Banda Aceh mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir. Peningkatan
alat tangkap pukat cincin pada tahun 2007 yang berjumlah 97 unit, 2008
berjumlah 90 unit, 2009 berjumlah 101 unit, 2010 berjumlah 110 unit, dan
menjadi 115 unit pada tahun 2011. Tahun 2010 terjadi penurunan jumlah unit
pukat cincin dikarenakan pada tahun tersebut banyak kapal pukat cincin yang
mengalami kerusakan sehingga tidak dapat beroperasi. Peningkatan jumlah alat
tangkap pukat cincin menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah produksi ikan.
Peningkatan jumlah produksi ikan dengan alat tangkap pukat cincin pada tahun
2007 sebesar 3.717,50 ton, 2008 sebesar 3.594,30 ton, 2009 sebesar 6.064,70 ton,
2010 sebesar 7.094,90 ton, dan menjadi 7.320,10 ton pada tahun 2011.
Peningkatan jumlah produksi, menunjukkan perairan Utara Aceh merupakan
perairan yang cukup produktif untuk melakukan usaha perikanan dengan alat
tangkap pukat cincin (DKP Provinsi Aceh 2008-2012).
Pada dasarnya tujuan kegiatan usaha haruslah memperoleh keuntungan.
Peningkatan jumlah armada penangkapan pukat cincin yang diikuti dengan
peningkatan jumlah produksi ikan belum meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan nelayan, terutama nelayan penggarap. Pendapatan nelayan selain
disebabkan dari jumlah produksi, dipengaruhi juga oleh sistem bagi hasil
diantara para pelaku usaha. Saat ini di Lampulo ada dua pola usaha perikanan
yaitu usaha perikanan pukat cincin harian (one day fishing) dan penangkapan
mingguan (apung). Penelitian analisis perbandingan usaha perikanan pukat cincin
ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kelayakan finansial usaha perikanan
pada usaha perikanan pukat cincin one day fishing dan penangkapan mingguan
(apung). Analisis kelayakan usaha perikanan pukat cincin dilakukan untuk menilai
usaha perikanan yang dioperasikan nelayan, sehingga dapat memberikan
gambaran nilai ekonomis mulai dari investasi, biaya operasional kapal,

2
keuntungan yang bisa didapatkan, dan waktu pengembalian modal. Kelayakan
usaha dari suatu kegiatan usaha memerlukan pertimbangan bagaimana kelayakan
ekonominya. Perhitungan analisis finansial perlu dilakukan untuk mengetahui
kelayakan usaha dari suatu kegiatan usaha perikanan (Gasperz 1992; Gray et al.
1992). Hasil analisis kelayakan usaha ini didapatkan gambaran mengenai layak
atau tidaknya suatu usaha dilakukan. Keseluruhan analisis tersebut menjadi acuan
untuk pengelolaan dan pengembangan usaha perikanan, sehingga dapat
meningkatkan pendapatan nelayan
Penelitian mengenai pukat cincin di Lampulo telah dilakukan oleh
beberapa peneliti sebelumnya diantaranya Raihanah (2011) tentang stategi
pengembangan usaha perikanan pelagis kecil di Perairan Utara Nanggroe Aceh
Darussalam; Chaliluddin (2002) mengenai analisis pengembangan perikanan
pukat cincin cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan utara NAD; Mahdi
(2005) mengenai pengembangan perikanan pukat cincin di Lampulo Kota Banda
Aceh Propinsi Aceh. Penelitian mengenai analisis perbandingan usaha perikanan
pukat cincin harian dan mingguan di Lampulo Banda Aceh Propinsi Aceh belum
pernah dilakukan sebelumnya sehingga perlu dilakukan.

Perumusan Masalah
Usaha perikanan pukat cincin menjadi mata pencaharian nelayan yang
secara turun temurun berkembang di PPP Lampulo. Usaha perikanan pukat cincin
di Lampulo memiliki peluang untuk dikembangkan, karena pukat cincin
merupakan alat tangkap yang memiliki kontribusi cukup besar dalam volume
produksi di PPP Lampulo. Setiap tahunnya, terjadi peningkatan jumlah armada
kapal untuk alat tangkap pukat cincin. Peningkatan jumlah armada dan alat
tangkap pukat cincin mengakibatkan meningkatnya produksi ikan di PPP
Lampulo.
Permasalahan yang dihadapi oleh nelayan pukat cincin di Lampulo adalah
peningkatan jumlah armada penangkapan pukat cincin yang diikuti dengan
peningkatan produksi ikan belum meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
nelayan terutama nelayan kecil. Pendapatan yang didapatkan nelayan pukat cincin
tidak dapat diperkirakan hasilnya, karena produksi hasil tangkapan nelayan
berfluktuasi hal ini menyebabkan nelayan harus dapat mengatur pengeluaran dan
penerimaan dengan baik.
Permasalahan tersebut dapat dilakukan beberapa pendekatan pemecahan
masalah yaitu dengan analisis finansial yang terdiri dari analisis usaha dan analisis
kriteria investasi. Hasil analisis usaha menguntungkan, maka dilanjutkan dengan
melakukan analisis kriteria investasi yang menjelaskan apakah usaha yang akan
dikembangkan ini layak atau tidak. Sedangkan jika merugi maka akan dilakukan
evaluasi kegiatan usaha. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan pokokpokok permasalahan dalam perikanan pukat cincin di Lampulo Banda Aceh,
diantaranya adalah:
1. Bagaimana perbandingan kelayakan finasial yang diterima nelayan dari usaha
penangkapan pukat cincin di Lampulo Banda Aceh?;

3
2. Bagaimana sistem bagi hasil usaha perikanan pukat cincin yang berkembang di
Lampulo terhadap kesejahteraan nelayan.
Tujuan Penelitian
1.
2.

Tujuan penelitian ini adalah:
Membandingkan tingkat kelayakan finansial usaha untuk setiap pola pukat
cincin di Lampulo;
Menganalisis sistem bagi hasil usaha untuk setiap pola usaha pukat cincin
yang berlaku di Lampulo.

Manfaat Penelitian
1.
2.

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
Memberikan informasi mengenai gambaran umum usaha perikanan pukat
cincin di Lampulo;
Memberikan informasi peluang pengembangan usaha perikanan pukat
cincin di Lampulo Kota Banda Aceh.

Ruang Lingkup Penelitian
Usaha perikanan pukat cincin merupakan suatu kegiatan usaha yang
dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya ikan untuk kesejahteraan
pelaku usaha. Kegiatan penangkapan ikan didukung oleh ketersediaannya kapal,
alat tangkap, dan nelayan. Nelayan pemilik mengeluarkan biaya produksi yang
meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap terdiri dari biaya
penyusutan dan pemeliharaan kapal, alat tangkap, dan mesin. Biaya tidak tetap
terdiri dari biaya BBM, es dan konsumsi selama melaut. Besarnya hasil tangkapan
melaut apabila dikalikan dengan harga jual akan menghasilkan penerimaan
nelayan. Penerimaan nelayan setelah dikurangi dengan biaya produksi akan
menghasilkan pendapatan.
Analisis kelayakan finansial ini dilakukan untuk mengetahui prospek
investasi pada usaha perikanan pelagis yang dilakukan oleh nelayan pukat cincin
harian dan mingguan di PPP Lampulo. Analisis ini akan menentukan apakah suatu
jenis usaha perikanan pelagis yang akan dikembangkan akan memberikan
keuntungan secara finansial atau tidak, sehingga pola pengembangannya ke depan
di provinsi Aceh dapat ditetapkan. Aktivitas usaha nelayan saat ini masih sangat
terikat dengan pemilik modal. Modal yang diperlukan dalam usaha perikanan
pukat cincin besar, sehingga resiko kerugian dalam suatu usaha sangat mungkin
terjadi. Pendekatan untuk menyelesaikan persoalan di atas, dapat dilakukan
beberapa pemecahan masalah yaitu dengan analisis finansial yang terdiri dari
analisis usaha dan analisis kriteria investasi.
Analisis usaha adalah suatu analisis terhadap biaya dan manfaat dilihat
dari yang menanam modalnya atau yang berkepentingan langsung dalam usaha
tersebut. Analisis usaha terdiri atas analisis keuntungan, analisis payback period
(PP) dan analisis return of invesment (ROI). Analisis investasi dilakukan dengan

4
membandingkan semua penerimaan yang diperoleh akibat investasi tersebut
dengan semua pengeluaran yang harus dikeluarkan selama proses investasi
dilaksanakan. Kondisi keuangan suatu usaha dilihat dari kriteria Net Present value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit-cost Ratio (B/C ratio). Usaha
perikanan tangkap akan dikatakan sehat dan dapat dikembangkan lebih lanjut
apabila hasil analisis keuangannya menunjukkan NPV>0, IRR lebih besar dari
suku bunga (interest rate) yang berlaku dan B/C ratio>1.

2 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Geografis dan Topografis
.
Kota Banda Aceh sebagai ibukota Provinsi Aceh memiliki posisi yang
sangat strategis karena terletak di penghujung sebelah Barat wilayah Republik
Indonesia yang berbatasan dengan Negara-Negara Asia Selatan, dikelilingi oleh
Selat Malaka dan Samudra Hindia yang memiliki potensi sumberdaya perikanan
yang sangat tinggi. Secara geografis Desa Lampulo kecamatan Kuta Alam berada
pada batas astronomis 050 34’ 45’ LU – 950 19’ 30’ BT (DKP Provinsi Aceh
2012).
Secara Topografi, Kondisi iklim di wilayah Pelabuhan Perikanan Pantai
Lampulo merupakan daratan rendah, dengan keadaan jenis tanah Aluvial dan
dasar perairan berlumpur atau bisa dikatakan daerah rawa-rawa. Selain itu kondisi
Lampulo tidak terlepas dengan wilayah lain dalam kota Banda Aceh, yang mana
pada umumnya merupakan daerah tropis dan sebagian besar dipengaruhi oleh
iklim laut. Adapun batas-batas wilayah Kota Banda Aceh sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka,
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar,
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar,
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.

5

Gambar 2.1 Peta daerah penelitian

Nelayan di PPP Lampulo
Nelayan di Lampulo pada umumnya merupakan penduduk asli yang
berasal dan menetap di Lampulo. Nelayan musiman banyak berasal dari daerah
sekitar Lampulo yaitu Kabupaten Aceh Jaya, dan Aceh Timur yang melakukan
migrasi musiman ke Lampulo untuk mencari ikan karena di daerah perairannya
sendiri sedang tidak ada atau kurang tersedia sumber daya ikan. Armada
penangkapan ikan di PPP Lampulo umumnya menggunakan alat tangkap pukat
cincin. Nelayan dibagi atas beberapa kategori yaitu:
1) Nelayan penuh adalah nelayan yang seluruh waktunya digunakan untuk
bekerja menangkap ikan;
2) Nelayan sambilan utama adalah nelayan yang pekerjaan utamanya digunakan
untuk menangkap ikan, namun hanya setengah hari, sebagian waktu lainnya
digunakan untuk bekerja yang lain; dan
3) Nelayan sambilan tambahan adalah nelayan yang pekerjaan sampingannya
digunakan untuk menangkap ikan, namun hanya setengah hari, sebagian waktu
lainnya digunakan untuk melakukan pekerjaan utama.
Nelayan di PPP Lampulo sebagian besar atau sekitar 80% termasuk
kategori nelayan penuh. Nelayan yang termasuk nelayan sambilan utama atau
sambilan tambahan biasanya mempunyai pekerjaan lain sebagai tukang becak atau
pedagang ikan. Jumlah nelayan di Lampulo tidak diketahui secara pasti
dikarenakan oleh pihak pelabuhan di lapangan tidak memperbaharui jumlah
nelayan yang ada atau jumlah nelayan di Banda Aceh yang tidak bertambah juga
bisa dikarenakan sistem pendataaan yang kurang baik oleh pihak pengelola
pelabuhan.

6
Alat penangkapan ikan
Alat tangkap merupakan suatu alat yang digunakan untuk menangkap jenis
ikan yang sesuai dengan tingkah laku ikan. Pukat cincin umumnya digunakan
untuk menangkap jenis ikan pelagis seperti cakalang, tuna, tongkol dan beberapa
jenis ikan pelagis lainnya. Alat penangkapan ikan yang digunakan nelayan di
Lampulo ada tiga jenis yaitu pukat cincin, pancing ulur, dan pancing rawai. Jenis
alat tangkap yang paling dominan digunakan adalah pukat cincin, disebabkan
banyaknya nelayan pancing ulur dan pancing rawai yang beralih mengganti alat
tangkapnya menjadi pukat cincin karena lebih menguntungkan dari sisi finansial.
Perkembangan jumlah alat tangkap menurut jenisnya di PPP Lampulo tahun 2007
sampai 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perkembangan alat tangkap dominan di Lampulo tahun 2007-2011
Tahun
Pukat cincin
Pancing ulur
Rawai tetap
Jumlah
0
130
2007
97
31
0
125
2008
90
35
6
154
2009
101
47
20
187
2010
110
57
40
210
2011
115
55
Sumber: UPTD PPP Lampulo (2012).

Kapal perikanan di PPP Lampulo
Kapal di PPP Lampulo dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu kapal motor,
perahu motor tempel, dan perahu tanpa motor. Kapal yang memiliki ukuran 30 GT digunakan untuk
mengoperasikan pukat cincin trip mingguan. Perkembangan kapal 5-60 GT
mengalami pertumbuhan signifikan pada tahun 2007 sampai 2011. Perkembangan
jumlah armada menurut jenisnya di PPP Lampulo tahun 2007 sampai 2011 dapat
dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Perkembangan armada menurut klasifikasi di Kota Banda Aceh
Tahun
Jenis Kapal
2007
2008
2009
2010
2011
Perahu tanpa motor
3
3
3
3
3
Motor tempel
14
14
65
65
65
Kapal motor 5–60 GT
130
130
306
310
355
Total
147
147
374
378
423
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh (2007 – 2012)

Nelayan pemilik kapal mulai menjual kapal kecil untuk diganti dengan
kapal yang berukuran lebih besar agar dapat mencapai daerah operasi yang lebih
jauh dari fishing base. Banyaknya nelayan pancing ulur dan pancing rawai yang

7
beralih menjadi nelayan pukat cincin karena lebih menguntungkan dari sisi
finansial. Sistem pengoperasian alat tangkap adalah disesuaikan dengan ukuran
kapal, semakin besar GT kapal maka alat tangkap pukat cincin yang digunakan
akan semakin panjang. Setiap kapal membawa dua macam alat tangkap, biasanya
pukat cincin dengan pancing.

Produksi ikan
Jenis ikan yang tertangkap dengan alat tangkap pukat cincin di Lampulo
beraneka macam. Produksi semua jenis ikan sangat berfluktuasi dipengaruhi oleh
faktor cuaca, musim ikan, daerah penangkapan, dan jumlah alat tangkap yang ada.
Musim puncak produksi ikan meningkat, sedangkan pada musim paceklik
produksi ikan hasil tangkapan nelayan akan berkurang. Musim puncak terjadi
pada bulan Maret-Agustus, musim biasa/sedang terjadi pada bulan SeptemberOktober, dan musim paceklik terjadi pada bulan Desember-Februari. Selama lima
tahun terakhir dari total produksi, hasil tangkapan pukat cincin terus meningkat
setiap tahunnya, hal ini disebabkan karena jenis alat tangkap pukat cincin yang
meningkat. Produksi ikan menurut jenis alat tangkap di Kota Banda Aceh dapat
dilihat di Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Produksi ikan menurut jenis alat tangkap di Kota Banda Aceh
Tahun

Jenis
2007

2008

2009

Rata-rata
2010

2011

Produksi Ikan (Ton)
Pukat
cincin

3.717,50

3.594,30

6.064,70

7.094,90

7.320,10

5.578,30

JIH
Rawai
tetap
Pancing
ulur

1.021,00

1.189,30

975,80

205,80

203,20

699,02

910,10

996,40

813,60

147,30

149,80

603,44

202,40

766,40

489,20

139,20

154,90

350,42

Lainnya
Jumlah

68,50
5.919,00

70,03
6.616,43

73,98
8.417,3

72,70
7.659,90

75,00
7.903,00

1.242,14
7.303,12

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh 2012
*JIH: jaring insang hanyut

Ketika musim cakalang, semua nelayan pukat cincin mengoperasikan
kapalnya dengan rata-rata hasil tangkapan yang cukup tinggi sehingga nilai
produksi cakalang saat musim penangkapan sangat tinggi. Ikan cakalang adalah
salah satu komoditi ekspor Indonesia yang dapat diandalkan dari sektor perikanan
setelah udang dan tuna, dimana ikan cakalang diekspor ke beberapa negara
diantaranya Jepang dan Amerika (Uktolseja et al. 1998 vide Martasuganda et al.
2002). Gambar 2.2 disajikan produksi terbesar 5 jenis ikan yang didaratkan di PPP
Lampulo.

Hasil Penangkapan
(%)

8
0,50
0,40
0,30
0,20
0,10
0,00

41,6
24,1
16,0%

16,5
1,8

Cakalang

Tuna

Tongkol Lemuru Layang
Jenis Ikan

Gambar 2.2 Komposisi ikan hasil tangkapan pukat cincin yang didaratkan di PPP
Lampulo.

3 KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN PUKAT
CINCIN DI LAMPULO
Pendahuluan
Usaha penangkapaan dengan pukat cincin merupakan usaha perikanan yang
saat ini sangat diminati oleh para nelayan yang berbasis di PPP Lampulo. Usaha
perikanan pukat cincin memiliki peluang cukup besar untuk memanfaatkan
sumberdaya perikanan yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan.
Usaha penangkapan oleh nelayan di Lampulo ada dua yaitu usaha pukat cincin
harian dan pukat cincin mingguan. Secara umum, usaha perikanan di Lampulo
membutuhkan modal dan biaya operasional yang cukup besar karena umumnya
dilakukan dalam skala besar dan operasinya melibatkan banyak tenaga kerja.
Biaya operasional harus tersedia setiap trip saat nelayan melakukan kegiatan
penangkapan ikan. Operasi penangkapan ikan menggunakan pukat cincin
diperairan utara Aceh, dilakukan sepanjang tahun baik pada musim puncak,
sedang, maupun musim paceklik.
Prospek investasi pada usaha perikanan pelagis yang dilakukan oleh nelayan
pukat cincin harian dan mingguan di PPP Lampulo dianalisis dengan kelayakan
finansial yang dilakukan untuk mengetahui perkembangannya. Analisis ini akan
menentukan apakah suatu jenis usaha perikanan yang akan dikembangkan akan
memberikan keuntungan secara finansial atau tidak, sehingga pola
pengembangannya ke depan di Provinsi Aceh dapat ditetapkan. Analisis ini
dilakukan dengan membandingkan semua penerimaan yang diperoleh akibat
investasi tersebut dengan semua pengeluaran yang harus dikeluarkan selama
proses investasi dilaksanakan.
Dalam menjalankan suatu usaha perlu dilakukan analisis kelayakan untuk
mengetahui bagaimana prospek dari kelangsungan usaha tersebut. Analisis usaha
merupakan analisis jangka pendek yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui
besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha dalam waktu satu

9
tahun. Analisis usaha terdiri atas analisis keuntungan, analisis payback period
(PP) dan analisis return of invesment (ROI). Analisis investasi adalah analisis
yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha perikanan pukat cincin di
Lampulo selama 10 tahun kedepan. Analisis investasi dilakukan dengan
membandingkan semua penerimaan yang diperoleh akibat investasi tersebut
dengan semua pengeluaran yang harus dikeluarkan selama proses investasi
dilaksanakan. Kondisi keuangan suatu usaha dilihat dari kriteria Net Present value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit-cost Ratio (B/C ratio). Usaha
perikanan tangkap akan dikatakan sehat dan dapat dikembangkan lebih lanjut
apabila hasil analisis keuangannya menunjukkan NPV>0, IRR lebih besar dari
suku bunga (interest rate) yang berlaku dan B/C ratio>1.
Tujuan dilakukan analisis kelayakan finansial ini adalah untuk
membandingkan usaha nelayan pukat cincin harian dan pukat cincin mingguan.
Analisis kelayakan finansial dapat mengantisipasi ketidakpastian atau resiko
perubahan-perubahan yang terjadi pada masa yang akan datang. Analisis ini juga
berfungsi untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu kegiatan dapat
dikembangkan dan layak atau tidak layak diusahakan jangka pendek dan jangka
panjang. Berdasarkan uraian diatas, maka analisis finansial usaha terhadap pukat
cincin harian dan pukat cincin mingguan penting dilakukan.
Secara geografis Provinsi Aceh pantai utaranya berbatasan dengan Selat
Benggala, pantai timurnya berbatasan dengan Selat Malaka, dan pantai baratnya
berbatasan dengan Samudera Hindia memiliki potensi sumberdaya ikan sangat
prospektif untuk dikembangkan. Potensi perikanan yang besar memungkinkan
nelayan memiliki peluang untuk meningkatkan pendapatan dan juga taraf
hidupnya, namun pada kenyataannya kehidupan nelayan masih belum sejahtera.
Dalam usaha perikanan tangkap secara langsung maupun tidak langsung alat
tangkap, armada, ketrampilan nelayan, daerah penangkapan, modal usaha, dan
sistem bagi hasil yang digunakan dalam usaha penangkapan akan berpengaruh
terhadap pendapatan yang diterima nelayan yang pada akhirnya berpengaruh pada
kesejahteraannya. Berbagai faktor dikemukankan sebagai penyebabnya, salah
satunya adalah sistem bagi hasil, yang terbangun berdasarkan atas kepemilikan
sarana produksi.
Hasil tangkapan yang cenderung berfluktuatif menyebabkan munculnya
pola bagi hasil. Sistem bagi hasil yang berkembang merupakan salah satu cara
pengupahan yang dibayarkan dan ditentukan atas dasar kesepakatan bersama
antara nelayan penggarap dan nelayan pemilik. Sistem bagi hasil ini terbentuk
dari kesepakatan nelayan yang masih kesepakatan tidak tertulis. Alasan sistem
bagi hasil terjadi karena perilaku spekulatif dari nelayan yang menyadari bahwa
hasil penangkapan ikan di laut tidak menentu. Setiap melaut pada dasarnya
nelayan sedang berspekulasi. Hasil tangkapan melimpah, nelayan akan
memperoleh bagian yang banyak, dan jika hasil tangkapan sedikit mereka akan
memperoleh bagian yang sedikit. Alasan yang kedua adalah pertimbangan untung
rugi dari pihak pemilik kapal. Memberi upah secara pasti dan tetap merupakan
pengeluaran yang pasti pula bagi pemilik kapal dan hal ini akan menjadi beban
untuk pemilik kapal apabila usaha penangkapan ikan yang dilakukan gagal, dan
akan makin terasa apabila kegagalan itu terjadi secara berturut-turut dalam waktu
yang cukup lama.

10
Hubungan antara pemilik modal dan nelayan penggarap yang berlangsung
selama ini, bergerak dalam bentuk saling ketergantungan antara kedua belah pihak,
meskipun dalam kenyataannya di berbagai komunitas nelayan memperlihatkan
bahwa pihak anak buah kapal (ABK) berada pada posisi yang kurang
menguntungkan, hal ini terjadi karena pendapatan dari ABK sangat kecil
(Mulyadi 2005). Ketimpangan dalam kepemilikan faktor produksi menimbulkan
kesenjangan pendapatan antar pelaku usaha perikanan, sehingga usaha
peningkatan pendapatan nelayan bisa salah arah. Peningkatan pendapatan yang
hanya terjadi pada pemilik faktor produksi akhirnya akan menambah kesenjangan
pendapatan antar pelaku usaha perikanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis sistem bagi hasil antara juragan dengan penggarap pada usaha
perikanan pukat cincin yang berlaku di Lampulo.

Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo
Kota Banda Aceh. Penelitian ini dilaksanakan dari Januari sampai dengan
Februari 2013. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo berada pada posisi
05o30’45”- 05o36’16” LU dan 95o16’15”- 95o22’35” BT.
Pengumpulan data
Data yang digunakan untuk membandingkan kelayakan finansial usaha
perikanan pukat cincin di Lampulo terdiri dari data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh melalui wawancara langsung terhadap nelayan pemilik yang
menjadi responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (questioner). Jumlah
responden sebanyak 10 orang pemilik kapal pukat cincin harian dan 10 orang
pemilik kapal pukat cincin mingguan. Data yang digunakan untuk menganalisis
sistem bagi hasil usaha pukat cincin di Lampulo terdiri dari data primer yang
diperoleh melalui wawancara langsung terhadap nelayan yang menjadi responden,
yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan (questioner). Menurut Gay yang
diacu dalam Sevilla (1993) mengatakan bahwa ukuran minimum yang dapat
diterima dalam penelitian deskriftif adalah 10 % dari populasi. Populasi yang
sangat kecil ( TC : Usaha menguntungkan
TR < TC : Usaha mengalami kerugian
TR = TC : Usaha pada titik keseimbangan (titik impas)
Analisis payback period (PP)
Menurut Umar (2003) Payback period (PP) adalah suatu periode yang
diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan
aliran kas. Payback period (PP) sebagai rasio antara pengeluaran investasi dengan
keuntungannya yang hasilnya dengan satuan waktu. Perhitungan PP dilakukan
dengan rumus:

12

Analisis return of investment (ROI)
Return of investment (ROI) adalah kemampuan dari suatu usaha
menghasilka keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan besar investasi
yang ditanamkan. Rumus yang digunakan untuk menghitung ROI (Djamin 1984):

Analisis investasi
Analisis investasi digunakan untuk mencari suatu ukuran menyeluruh
tentang baik tidaknya suatu usaha. Analisis investasi yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu analisis Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Analisis investasi tersebut dilakukan
dengan menggunakan persamaan Kadariah et al. 1999.
1) Net present value (NPV)
Net present value digunakan untuk menilai manfaat investasi yaitu berapa
nilai kini (present value) dari manfaat bersih proyek yang dinyatakan dalam
rupiah. Proyek dinyatakan layak untuk dilanjutkan apabila NPV>0, sedangkan
apabila NPV1 berarti usaha layak dijalankan
B/C < 1 berarti usaha tidak layak dijalankan
B/C = 1 maka keputusan pelaksanaan tergantung pada investor
3) Internal rate of return (IRR)
Internal rate of return adalah nilai tingkat suku bunga i yang membuat
NPV dari proyek sama dengan nol. IRR dapat diartikan sebagai tingkat suku bunga
dimana nilai kini dari biaya total sama dengan nilai kini dari penerimaan total.
IRR juga dianggap sebagai tingkat keuntungan bersih atas investasi, dimana
benefit bersih yang positif ditanam kembali pada tahun berikutnya dan
mendapatkan tingkat keuntungan yang sama dan diberi bunga selama sisa umur
proyek. IRR dapat dirumuskan sebagai berikut :
IRR = i1 +

NPV1
(i2-i1)
NPV1 NPV 2

Keterangan:
NPV1 = NPV yang masih positif
NPV2 = NPV yang negatif
I1
= discount rate yang masih memberi NPV positif
I2
= discount rate yang memberikan NPV negatif
Kriterianya adalah:
Jika IRR > tingkat bunga berlaku, maka proyek dinyatakan layak
Jika IRR < tingkat bunga berlaku, maka proyek dinyatakan tidak layak
Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan
hasil analisa kegiatan usaha jika ada sesuatu kesalahan atau perubahan dalam
dasar-dasar perhitungan biaya atau pendapatan (Kadariah et al. 1999). Analisis ini
perlu dilakukan agar dapat mengantisipasi ketidakpastian atau resiko perubahanperubahan yang terjadi pada masa yang akan datang. Analisis ini juga berfungsi
untuk mengetahui sampai sejauhmana suatu kegiatan dapat dikembangkan dan
layak atau tidak layak diusahakan. Analisis sensivitas dilakukan dengan
menggunakan metode switching value yaitu menggunakan nilai variabel yang
sensitif sampai usaha tidak layak untuk dijalankan (Gittinger 1986). Nilai variabel
yang digunakan adalah harga solar karena harga solar merupakan variabel utama
yang mempengaruhi usaha penangkapan pukat cincin.

14
Analisis bagi hasil
Analisis data yang digunakan untuk sistem bagi hasil adalah analisis
deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil pengamatan
sesuai dengan kenyataan di lapangan mengenai sesuatu yang diteliti. Analisis
deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan sistem bagi hasil, hubungan sosial
nelayan pemilik dan penggarap, dan pendapatan yang diperoleh oleh nelayan.
Tingkat kemiskinan nelayan dianalisis terhadap pendapatan yang diperoleh
dengan tingkat Upah Minimum Regional (UMR) untuk provinsi Aceh. UMR
untuk Provinsi Aceh tahun 2013 Rp 1.550.000.

Hasil Penelitian

Armada penangkapan (kapal)
Kapal pukat cincin baik harian dan kapal pukat cincin mingguan yang
beroperasi di Lampulo dibuat di galangan kapal tradisional dengan menggunakan
jenis kayu Meranti Batu, Alban, Bungor dan dari jenis kayu Serkoi. Jenis-jenis
kayu tersebut bersifat lebih tahan terhadap pembusukan dalam air. Panjang pukat
cincin bergantung pada dimensi kapal dan waktu operasi kapal. Dimensi kapal.
semakin besar dimensi kapal maka kemampuan kapal tersebut untuk membawa
jaring dan alat bantu penangkapan ikan tersebut semakin besar, dengan demikian
jarak fishing ground akan semakin luas. Konstruksi kapal pukat cincin memiliki
palka dan rumah kapal. Nelayan pukat cincin menggunakan palka sebagai tempat
penyimpanan ikan. Jumlah palka yang dimiliki masing-masing kapal bervariasi
yaitu 2-5 buah yang bervolume 6-10 m3 dengan volume palka lebih dari 15 ton,
selain palka juga memiliki cool box 3-10 buah. Rumah kapal sebagai tempat
berlindung dari hujan dan panas sekaligus sebagai ruang kemudi, navigasi dan
komunikasi memiliki bentuk seperti kubus yang berada di antara buritan dan
anjungan. Spesikasi kapal pukat cincin harian dan pukat cincin mingguan yang
dioperasikan di Lampulo dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Spesikasi kapal pukat cincin
Spesifikasi
Kapal pukat cincin harian
Dimensi
a. Panjang (L)
14.60 – 21.50 m
b.Lebar (B)
2.50 – 4.60 m
c.Dalam (D)
1.28 – 1.50 m
Tonage
20 – 27 GT
Mesin
120 – 160 PK
Sumber : UPTD Lampulo (2013)

Kapal pukat cincin mingguan
19.50 – 22.90 m
4.20 – 5.60 m
1.35 – 2.20 m
30 – 60 GT
140 – 320 PK

15

Gambar 3.1 Armada penangkapan pukat cincin

Alat tangkap pukat cincin
Pukat cincin Aceh mempunyai Panjang pukat cincin Aceh antara 600 - 1400
m dan lebar rata-rata 60 - 72 m. Spesifikasi pukat cincin yang digunakan nelayan
Lampulo terdiri dari lima bagian, setiap bagian memiliki ukuran mata (mesh size)
yang berbeda setiap bagian. Srampad (selvage) yang dipasang pada bagian atas,
samping kiri/kanan dan bawah dari badan pukat cincin bertujuan untuk
memperkuat pukat cincin pada waktu dioperasikan (terutama pada waktu hauling).
Selvage ini dibuat dari bahan polyethylene ukuran mata 2 inci. Bentuk tali kang
(tali ring) adalah kaki tunggal yang berfungsi mengggantungkan cincin pada tali
ris bawah, terbuat dari bahan polyethylene. Gambar 3.2 menampilkan alat tangkap
pukat cincin yang digunakan nelayan di PPP Lampulo.

Gambar 3.2 Alat tangkap pukat cincin
Tali kolor (purse line) untuk mengerutkan pukat cincin bagian bawah pada
waktu hauling setelah pukat cincin selesai dilingkarkan. Pelampung terbuat dari
polyvinyl chloride berwarna putih atau coklat. Pemberat terbuat dari timah dan
cincin yang digantung dengan tali kang yang berfungsi sebagai tempat lewatnya

16
tali kolor sewaktu di hauling agar pukat cincin bagian bawah terkumpul.
Perbedaan alat tangkap pukat cincin harian dengan mingguan adalah dari segi
ukuran yang bervariasi. Ukuran panjang Pukat cincin harian yang digunakan
bervariasi antara 1000 m sampai 1.200 m dengan lebar berkisar 70 m sampai 72
m. Ukuran pukat cincin mingguan berkisar antara 1.000 m sampai 1.400 m
dengan lebar berkisar 70 m sampai 76 m. Bahan jaring yang digunakan terdiri
dari bahan Polymide (PA) dan bahan polyethylene (PE). Pengadaan pukat cincin
dilakukan dengan cara membeli bahan-bahan yang diperlukan dan pembuatan alat
tangkap dilakukan oleh nelayan di Lampulo.

Nelayan

Nelayan pukat cincin di Lampulo dibedakan antara pemilik kapal dan
nelayan penggarap. Perbedaan antara nelayan harian dan nelayan mingguan
adalah jumlah nelayan yang ikut pada operasi penangkapan pukat cincin harian
berjumlah 15-20 orang, pukat cincin mingguan berjumlah 30-35 orang. Nelayan
di Lampulo pada umumnya hanya mengandalkan kemampuan fisik dan tingkat
pendidikan bukan merupakan keharusan bagi nelayan, namun yang penting adalah
ketrampilan, keuletan, fisik yang baik, dan semangat kerja. Nelayan ABK berusia
antara 22-50 tahun, sehingga terlihat bahwa nelayan Lampulo umumnya berada
pada kondisi usia produktif. Kondisi ini menunjang kelancaran usaha
penangkapan. Nelayan pukat cincin di Lampulo sudah mendapat tugas masingmasing yang dikoordinir oleh nakhoda (pawang). Berikut ini adalah pembagian
tugas nelayan tersebut.
1. Pawang bertugas sebagai penanggungjawab dalam mengoperasikan kapal
dan kelancaran kegiatan penangkapan ikan.
2. Juru mesin bertugas mengatasi segala masalah yang terjadi dengan mesin.
3. Juru lampu bertugas mengoperasikan dan merawat instalasi listrik.
4. Juru pelampung bertugas mengatur dan merapikan pelampung sebelum
dan sesudah melakukan kegiatan penangkapan ikan.
5. Juru pemberat bertugas mengatur dan merapikan pemberat sebelum dan
sesudah melakukan kegiatan penangkapan ikan.
6. Juru masak bertugas menyiapkan makanan bagi seluruh awak kapal.
7. Nelayan biasa yang bertugas menarik, merapikan dan memperbaiki jaring
pukat cincin jika ada kerusakan.
Daerah penangkapan dan musim ikan
Data yang diperoleh selama wawancara daerah penangkapan untuk
kapal pukat cincin harian yaitu Pulo Beras, Sabang, Pulo Nasi, Lhok Nga, dan
Peukan Bada. Jarak tempuh dari (fishing base) yaitu Pelabuhan Perikanan Pantai
Lampulo ke daerah penangkapan (fishing ground) berkisar antara 3-50 mil.
Daerah penangkapan kapal pukat cincin mingguan meliputi Samudra Hindia,
Selat Malaka, dan perbatasan Nikobar. Jarak tempuh berkisar antara 15-200 mil.
Penentuan daerah penangkapan oleh nelayan di Lampulo ditentukan oleh kondisi
musim ikan dan keadaan cuaca laut dengan berdasarkan pengalaman nelayan yang
diwarisi secara turun temurun. Indonesia dikenal dua musim oleh nelayan yaitu

17
musim Timur dan musim Barat. Musim Timur mulai dari bulan April sampai bulan
September, pada musim ini dimana arah angin bertiup dari Timur ke arah Barat dan
pada saat tersebut kondisi gelombang, angin, cuaca lebih baik, sehingga aktifitas
nelayan dalam melakukan operasi penangkapan lebih maksimal. Musim Barat arah
angin bertiup dari arah Barat ke arah Timur. Waktu tempuh dari (fishing base) ke
daerah penangkapan (fishing ground) berkisar antara 1-24 jam. Nelayan di
Lampulo melakukan operasi penangkapan sepanjang tahun, namun karena
fenomena dan kondisi alam tertentu, maka kelimpahan hasil tangkapan antara satu
musim dengan musim lainnya sangat berbeda. Provinsi Aceh terdapat 2 (dua)
musim yaitu musim kemarau yang berlangsung dari bulan April sampai
September dan musim penghujan dari bulan Oktober sampai Maret dimana
keadaan ini selalu bergeser setiap tahunnya. Periode ini juga berpengaruh terhadap
penangkapan ikan yang dikenal dengan nama musim barat (April-September) dan
musim timur (Oktober-Maret). Nelayan di Lampulo mengenal 3 musim
penangkapan yaitu musim puncak penangkapan ikan di Lampulo yang terjadi
pada bulan Maret sampai Agustus. Musim sedang terjadi pada bulan September
sampai November, sedangkan musim paceklik berlangsung antara Desember
sampai Februari. Peta daerah penangkapan ikan di Lampulo dapat dilihat di
Gambar 3.3.

Sumber: Hasil wawancara 2013

Gambar 3.3 Peta daerah penangkapan ikan di Lampulo
Metode Penangkapan Pukat Cincin di Lampulo
Tahapan pengoperasian pukat cincin terdiri atas tahap persiapan hunting
(mencari ikan), setting, hauling (penarikan jaring) dan handling (penanganan).
Tahap persiapan dengan memeriksa alat tangkap, mesin, pembekalan, bahan bakar,
dan keadaan kapal. Hunting adalah tahap mencari ikan, biasanya dilakukan oleh
pawang dan juga nelayan. Setting segera dilakukan setelah menemukan
gerombolan ikan maka dengan cara nelayan melemparkan pelampung terlebih
dahulu kemudian menurunkan satu sisi jaring dan pemberat secara perlahan,

18
setting kapal terus bergerak membentuk lingkaran. Tahap selanjutnya hauling,
kapal berhenti dan mesin dimatikan, kemudian jaring pukat cincin ditarik kekapal.
Dalam kegiatan operasi penangkapan, setiap kapal pukat cincin melakukan
operasi penangkapan ikan pada rumpon milik mereka masing-masing. Komponen
material rumpon yang digunakan terdiri atas pelampung rakit yang terbuat dari
bahan besi tebal 4 mm berbentuk torpedo, panjang badan 240 cm, diameter badan
75 cm, panjang moncong 50 cm, lunas kanal U (60 x 5 mm) x 240 cm. Pada
bagian bawah rakit dipasang alat pengumpul ikan (attractor) yang terbuat dari
daun kelapa. Rakit diikat dengan tali utama yang terbuat dari polyethylene. Tali
utama dilengkapi dengan tali pemberat dari polyethylene, tali kawat dan swivel
serta pemberat atau jangkar yang terbuat dari drum dan dicor dengan semen. Satu
unit rumpon dapat bertahan sampai tiga tahun atau lebih. Khusus daun kelapa,
nipah harus diganti setiap satu bulan sekali, untuk pemikat agar ikan berkumpul
disekitar kapal, maka pada kapal pukat cincin juga dipasang lampu. Lampu-lampu
dipasang pada posisi di sekeliling sebelah atas ruang kemudi dengan jumlah 10-24
buah dengan kekuatan 1000-1.500 watt/lampu. Desain rumpon, secara garis besar
terdiri atas empat komponen utama yaitu pelampung (float), tali (rope), pemikat
(atractor) dan pemberat (sinker).
Rumpon berfungsi untuk memberikan daya tarik terhadap ikan pelagis
agar terkonsentrasi disekitar areal rumpon. Penggunaan rumpon sangat
mendukung kesuksesan pengoperasian alat tangkap pukat cincin, karena alat ini
dapat menangkap lebih dari satu jenis ikan pelagis (multispecies) dengan densitas
ikan yang lebih tinggi. Setiap rumpon biasanya di pasang pada perairan sekitar 5080 mil laut dari garis pantai. Rumpon yang dipasang pada kedalaman lebih dari
600 meter dengan jarak antar rumpon 5-10 mil. Gambar rumpon yang
dioperasikan di Lampulo dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Posisi rumpon di laut
Biaya investasi usah