Design of Fishing Port System Information (Case Study of Cilacap Fishing Port)

(1)

ALIFSYAH BAMBANG SUTEJO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Rancang Bangun Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan (Studi Kasus di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap) adalah karya saya sendiri, dengan arahan komisi pembimbing akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutif dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka bagian akhir tesis ini.

Bogor, Mei 2007

Alifsyah Bambang Sutejo


(3)

ABSTRAK

Alifsyah Bambang Sutejo. 2007. Rancang Bangun Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan (Studi Kasus di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap). Dibimbing oleh M. Fedi A. Sondita dan John Haluan.

Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem informasi pelabuhan perikanan berbasis nelayan yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi perikanan tangkap secara umum atau pengelolaan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC) khususnya. Kegiatan yang dilakukan dalam merancang sistem ini adalah survey lapangan, analisis data, desain sistem, pengkodean program komputer, uji coba, dan penyempurnaan ketika diperlukan. Metode analisis data yang digunakan adalah pendekatan sistem (system approach). Data primer diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara dengan para pelaku sistem. Data sekunder diambil dari Dinas Perikanan Cilacap, laporan statistik PPSC, dan statistik perikanan Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2004-Desember 2006. Analisis data dilakukan dengan pendekatan sistem. Penelitian ini telah menghasilkan suatu sistem informasi pelabuhan perikanan yang diberi nama SIMPELKAN. Sistem informasi yang dihasilkan dirancang lebih user-friendly untuk para nelayan sehingga bermanfaat dalam mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha mereka. Informasi penting yang dimuat dalam sistem tersebut mencakup: (1) layanan yang tersedia di pelabuhan perikanan, (2) informasi seputar produksi, nilai ikan, dan kegiatan perikanan, (3) kondisi umum wilayah di sekitar pelabuhan (dalam hal ini Kabupaten Cilacap), dan (4) menu lain-lain yang menampilkan informasi mengenai status stok ikan dan pola musim. Struktur data base yang dibangun dalam SIMPELKAN dibagi dalam empat kategori yaitu data hasil tangkapan, fasilitas pelabuhan, lingkungan dan oseanografi serta armada dan nelayan. Keempat kategori ini dijabarkan dalam beberapa file pendukung. Dalam rancang bangun sistem basis data pemrograman ASP, terdapat dua tampilan utama yaitu halaman masukan (input) dan halaman keluaran (output). Halaman masukan digunakan administrator dalam input data sedangkan informasi yang disajikan dapat dilihat user pada halaman keluaran. Submenu output yang diberikan dalam rancang bangun basis data sistem informasi pelabuhan perikanan samudera Cilacap yang berbasis nelayan adalah sub menu PPSC, informasi perikanan yang menginformasikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPSC baik dalam kurun waktu harian, bulanan maupun tahunan dan lingkungan fisik perairan, sub menu Kabupaten Cilacap yang memberikan informasi seputar Kabupaten Cilacap. Selain itu terdapat juga sub menu lain-lain yang berisikan perkiraan potensi sumberdaya ikan.

Kata kunci: Rancang bangun sistem informasi, pelabuhan perikanan samudera, Cilacap, perikanan tangkap.


(4)

ABSTRACT

Alifsyah Bambang Sutejo. 2007. Design of Fishing Port System Information (Case Study of Cilacap Fishing Port). Under supervision: M. Fedi A. Sondita and John Haluan.

The objective of the research is to design fishing port information system which is friendly to fishermen. Such system is expected to promote efficiency of capture fishery and management of Cilacap fishing port. The activities of research were field surveys, system analysis, system design development, computer programming, system testing, and necessary improvement of the system. Primary data were obtained from field observations and interviews with stakeholders. Secondary data were collected from Cilacap Fisheries Agency, statistical report from Cilacap fishing port authority and Central Province Fisheries Agency. The research was conducted from December 2004 to December 2006. Data analysis was carried out with system approach; the information system was designed to be more user friendly, especially for fishermen. Types of information available in the system are: (1) service available in the fishing port, (2) fishery activities at the fishing port, (3) general condition of Cilacap Regency, and (4) general condition of fish resources and seasonal pattern. In general, this information system applicable to other fishing port. The data base is structured into four categories, i.e. catch, port facilities, environment and oceanography data, fishing vessels and fisherman. These four categories are explained in several supporting files. The system uses the ASP program, there are two displays: input and output. The input is provided for system administrator and the output while provide information for the users. The submenus available to the users are Cilacap fishing port, fishing information, Cilacap Regency and other submenu on fish resources.

Key words: Information system design, fishing port, capture fishery, Cilacap.


(5)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak Cipta dilindungi

dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya


(6)

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PELABUHAN

PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN

SAMUDERA CILACAP)

ALIFSYAH BAMBANG SUTEJO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007


(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Alifsyah Bambang Sutejo dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1957 di Solo, dari pasangan Ali Amran dan Sri Aminiatun. Karier pendidikannya bermula di SD Jetisharjo I Yogyakarta, yang kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP N XII Jakarta dan SMA Pangudi Luhur Jakarta. Pada tahun 1976 penulis tercatat masuk sebagai angkatan ke-13 di Institut Pertanian Bogor dengan mengambil spesialis bidang Perikanan. Hasil studi tersebut berbuah pada karier pekerjaan penulis yang berawal sebagai staf honorer Ditjen Bina Pelabuhan, Ditjen Perikanan Departemen Pertanian pada tahun 1980. Jabatan kepala pelabuhan disandang penulis ketika memimpin PPP di Ternate pada tahun 1982. Disaat itulah penulis menemukan salah satu tulang rusuknya yang hilang yaitu seorang wanita bernama Riniyanti Ambar sebagai pendamping yang memberi hadiah 3 (tiga) orang putra dan putri yang manis. Hingga saat ini telah tercatat 4 (empat) pelabuhan perikanan pernah dipimpin oleh penulis, yaitu Pelabuhan Perikanan Ternate (1982-1997), Brondong (1997-1999), Cilacap (1999-2004) dan Nizam Zachman Jakarta (2004-sekarang).


(9)

atas segala limpahan rahmat dan hidayah–Nyalah sehingga tesis ini berhasil diselesaikan.

Tesis dengan judul“Rancang Bangun Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan (Studi Kasus di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap” bertujuan untuk untuk merancang suatu sistem informasi pelabuhan perikanan berbasis nelayan yang dapat digunakan dalam peningkatan efisiensi perikanan tangkap serta pengelolaan perairan secara umum atau pengelolaan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap khususnya.

Materi tesis ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang pelabuhan perikanan dan kegiatan perikanan tangkap yang dapat, digunakan sebagai bahan pertimbangan kepada para pembuat kebijakan dalam rangka pengelolaan dan pengembangan pelabuhan perikanan dan perikanan tangkap di selatan Jawa khususnya di Cilacap. Sistem informasi ini juga dapat digunakan untuk pelabuhan perikanan yang lain dengan mengubah basis data.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Bapak Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, MSc, dan Bapak Prof. Dr. Ir.John Haluan, MSc selaku pembimbing atas saran dan arahan beliau berdua kepada penulis mulai dari persiapan penelitian sampai selesainya tesis ini. Begitu juga kepada Bapak Dr.Ir.Sugeng Hari Wisudo, MSi atas masukan dan sarannya dalam ujian akhir tesis.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran konstruktif sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan laporan tesis ini.

Akhirnya, Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Mei 2007

Alifsyah Bambang Sutejo


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

1.6. Kerangka Pemikiran... 8

2 TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Pengertian Sistem Informasi ... 10

2.2 Pendekatan Sistem ... 17

2.3 Sistem Informasi Pelabuhan ... 20

2.4 Peranan Sistem Informasi dalam Pelabuhan Perikanan... 26

2.5 Penelitian Terdahulu ... 27

3 METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 32

3.2 Tahap Penelitian ... 32

3.3 Metode Penelitian ... 33

3.4 Metode Analisis Data ... 34

4 HASIL PENELITIAN ... 39

4.1 Profil Lokasi Penelitian... 39

4.2 Sistem Informasi PPSC ... 44

4.3 Perancangan Sistem Informasi ... 51

5 PEMBAHASAN ... 72

6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

6.1. Kesimpulan ... 79


(11)

6.2. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN ... 85


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Potensi dan tingkat pemanfaatan ikan di Kabupaten

Cilacap tahun 2005 ... 40

2. Jumlah armada penangkapan di Kabupaten Cilacap tahun 2005 ... 41

3. File di basis data produksi ... 52

4. File di basis data fasilitas pelabuhan ... 52

5. File di basis data lingkungan dan oseanografi ... 52

6. File di basis data armada dan nelayan ... 53


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Siklus pengolahan data... 11

2. Model dasar sistem informasi ... 12

3. Lingkup dari sistem informasi pelabuhan perikanan (LAPI-ITB dan FPIK-IPB 2001 diacu dalam Haluan 2002) ... 21

4. Proses pada sistem informasi pelabuhan ... 22

5. Model sistem perikanan tangkap yang berbasis pengelolaan sumberdaya ikan dan permintaan pasar (Anonimous, 2000) ... 23

6. Diagram alir tahap penelitian ... 33

7. Konfigurasi sistem informasi PPSC ... 36

8. Alur pelayaran di PPSC ... 43

9. Docking kapal sebagai sarana perbaikan kapal... 43

10. Diagram alir sebab akibat antara elemen pembangunan sistem informasi perikanan tangkap di PPSC ... 47

11. Diagram input-output sistem informasi pelabuhan perikanan ... 50

12. Tampilan menu PPSC ... 54

13. Tampilan sub menu struktur organisasi PPSC ... 55

14. Tampilan informasi sarana dan prasarana ... 57

15. Tampilan informasi denah lokasi ... 58

16. Tampilan informasi daerah penangkapan ikan ... 59

17. Tampilan sub menu lingkungan fisik ... 60

18. Tampilan informasi nelayan ... 61

19. Tampilan informasi alat tangkap ... 63

20. Tampilan sub menu harga ikan... 65

21. Tampilan sub menu informasi info species ... 66

22. Tampilan informasi musim penangkapan ... 67

23. Tampilan informasi pasang surut ... 69

24. Tampilan input data form data SDI ... 70

25. Tampilan hasil model ... 71


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lokasi penelitian ... 85

2. Struktur basis data penangkapan ikan yang didaratkan di PPSC ... 86

3. Diagram alir logika program ... 87

4. Prosedur pengoperasian proram ... 92


(15)

DAFTAR ISTILAH

Basis data Kumpulan beberapa file yang saling berkaitan

membentuk suatu bangunan data untuk menginformasikan suatu hal secara lengkap

Break water Penahan gelombang, atau suatu bangunan yang berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau daerah sekitar pantai terhadap pengaruh gelombang laut.

Decision Support System (DSS)

Sistem Penunjang Keputusan, yaitu sistem yang berfungsi mentransformasi data dan informasi menjadi alternatif keputusan dan prioritasnya. DSS bermanfaat membantu pengambilan keputusan secara interaktif. File Kumpulan record sejenis yang mempunyai panjang

entitydan attribute yang sama. Contoh: file jenis alat tangkap untuk perikanan cucut

Fishing effort Ukuran kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan dalam periode waktu tertentu.

Fishing ground Daerah penangkapan ikan (DPI), suatu daerah perairan tempat ikan berkumpul di mana penangkapan ikan dapat dilakukan.

Informasi Isyarat, pernyataan ataupun data yang diolah menjadi suatu bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat untuk mengambil keputusan

Nelayan Orang yang mata pencahariannya melakukan

penangkapan ikan Maximum

Sustainable Yield (MSY)

Produksi maksimum berkelanjutan secara biologi, jumlah suatu hasil tangkapan maksimum yang dapat dipanen dari suatu sumber daya ikan tanpa mengganggu kelestariannya.

Pendekatan sistem Suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Dengan demikian manajemen sistem dapat diterapkan dengan mengarahkan perhatian kepada berbagai ciri dasar sistem yang perubahan dan gerakannya akan mempengaruhi keberhasilan suatu sistem.

Pelabuhan Perikanan Suatu tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan /atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan


(16)

pelayaran dan kegiatan penunjang kegiatan perikanan Perikanan Tangkap Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak

dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.

Record Kumpulan beberapa data value dari setiap attribute yang berkaitan untuk mengimformasikan suatu entity secara lengkap

Sistem (system) Sekelompok metode, prosedur, teknik atau objek yang berhubungan dan terorganisir saling berkaitan satu sama lain bersifat kompleks yang membentuk kesatuan secara menyeluruh dalam suatu wadah dalam rangka mencapai suatu tujuan.

Sistem Informasi Manajemen

Merupakan sistem yang berfungsi menyediakan informasi yang efektif dan efisien bagi pihak manajemen dalam rangka memperlancar pelaksanaan fungsinya. Sistem Manajemen

Basis Data

Merupakan komponen sistem penunjang keputusan (SPK) yang mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai penyimpanan data dalam basis data, menerima dan memperbarui data dari basis data, dan sebagai pengendali atau pengelola basis data.

Sistem Manajemen Basis Model

Merupakan komponen sistem penunjang keputusan (SPK) yang mempunyai empat fungsi pokok, yaitu sebagai perancang model, sebagai perancang format keluaran model (laporan-laporan), untuk memperbarui dan merubah model dan untuk memanipulasi data. Pada intinya, sistem manajemen basis model memberikan fasilitas pengelolaan model untuk mengkomputasikan pengambilan keputusan dan meliputi semua aktivitas yang tergabung dalam permodelan SPK.

Sistem Manajemen Dialog

Merupakan komponen sistem penunjang SPK yang berfungsi untuk berkomunikasi dengan pengguna. Tugas utama sistem manajemen dialog adalah menerima masukan dan memberikan keluaran yang dikehendaki pengguna.

Software Serangkaian program, prosedur dan kemungkinan dokumen tertentu yang berhubungan dengan operasi sistem pengolahan data, Software atau piranti lunak mencakup compiler, library routines, dan lain-lain.

Sumber Daya Ikan Potensi semua jenis ikan


(17)

Pembangunan perikanan tangkap pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan, sekaligus untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan serta lingkungannya, selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan kontribusi sektor perikanan terhadap perekonomian nasional. Guna mewujudkan tujuan dimaksud, pemerintah berupaya menerapkan pola manajemen perikanan secara terpadu dan terarah agar pemanfaatan sumberdaya ikan dilakukan secara berkelanjutan, karena sumberdaya ikan dapat mengalami degradasi bahkan kepunahan apabila dieksploitasi secara tidak terkendali, meskipun dikatakan bahwa sumberdaya ikan dapat diperbaharui (renewable resoursces).

Kecenderungan yang terjadi di Indonesia saat ini adalah pemanfaataan sumberdaya kelautan dan perikanan semakin besar, sementara di sisi lain, tuntutan untuk melestarikan sumberdaya kelautan dan perikanan juga semakin besar sejalan dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pelestarian sumberdaya alam, akan tetapi hal ini tidak didukung oleh informasi yang tepat dan akurat.

Keberadaan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) sebagai suatu lingkungan kerja diharapkan akan mampu menjadi pusat pertumbuhan dan pengembangan ekonomi perikanan berbasis perikanan tangkap yang pada gilirannya diharapkan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perkembangan ekonomi secara keseluruhan. Di samping itu, PPS juga mengemban tugas sebagai pusat pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan (PPSC 2004). Dengan diberlakukannya UU No. 31 Tahun 2004, tentang Perikanan, kedudukan dan peran Pelabuhan Perikanan semakin strategis. Sebagaimana penjelasan pasal 41 ayat 1 ditegaskan bahwa dalam rangka pengembangan perikanan, pemerintah membangun dan membina pelabuhan perikanan.

Pembangunan Pelabuhan Perikanan diperlukan dalam rangka menunjang usaha serta pengembangan ekonomi perikanan secara menyeluruh terutama dalam menunjang perkembangan industri perikanan baik hulu maupun hilir, sehingga diharapkan akan tercapai pemanfaatan sumberdaya perikanan yang seimbang, merata dan proporsional. Jadi pada dasarnya pembangunan


(18)

2

Pelabuhan Perikanan bertujuan memberikan kemudahan-kemudahan bagi pengguna jasa dan atau nelayan pada khususnya untuk mengembangkan usahanya dalam rangka meningkatkan pendapatan melalui keefektifan dan efisiensi usaha, yang pada gilirannya akan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan.

Informasi memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen termasuk kegiatan usaha perikanan, pengelolaan sumberdaya ikan dan pemanfaatannya di abad ini. Tanpa memiliki informasi yang baik, suatu bidang usaha akan mengalami kemunduran, kebangkrutan dan akhirnya mati. Informasi saat ini sangat diperlukan, baik untuk membuat keputusan suatu kebijakan, ataupun memberi manfaat bagi masyarakat luas dan untuk keperluan penelitian. Kebutuhan informasi sudah menjadi kebutuhan pokok yang tidak dapat di tolak oleh pihak manapun. Dalam rangka untuk memulai suatu usaha maupun mengembangkannya kebutuhan Informasi yang relevan, lengkap, akurat dan tepat waktu adalah mutlak dan mendesak. Sebagaimana disebutkan oleh Suroso dan Seminar (2003) bahwa sistem informasi telah menjadi salah satu komponen penting dalam menunjang kesuksesan jalannya roda usaha dan perusahaan.

Sesuai dengan pasal 46 UU 31 Tahun 2004 tentang Perikanan bahwa: (1) pemerintah menyusun dan mengembangkan sistem informasi dan data statistik perikanan serta menyelenggarakan pengumpulan, pengolahan, analisis, penyimpanan, penyajian, dan penyebaran data potensi, sarana dan prasarana, produksi, penanganan, pengolahan dan pemasaran ikan, serta data sosial ekonomi yang terkait dengan pelaksanaan pengelolaan sumberdaya ikan dan pengembangan sistem bisnis perikanan. (2) pemerintah mengadakan pusat data dan informasi perikanan untuk menyelenggarakan sistem informasi dan data statistik perikanan. Selanjutnya pada Pasal 47 disebutkan bahwa: (1) pemerintah membangun jaringan informasi perikanan dengan lembaga lain, baik di dalam maupun di luar negeri, (2) sistem informasi dan data statistik perikanan harus dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh seluruh pengguna data statistik dan informasi perikanan (Dirjen PSDKP 2005).

Pada penjelasan dari pasal 46 UU 31 Tahun 2004 disebutkan bahwa dalam rangka penyusunan rencana pengembangan sistem informasi dan data statistik perikanan serta penilaian kemajuannya, diperlukan data teknik, produksi, pengolahan, pemasaran ikan, serta sosial ekonomi yang dapat memberikan


(19)

gambaran yang benar tentang tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan yang tersedia. Data dan informasi tersebut, antara lain:

(1) jenis, jumlah, dan ukuran kapal perikanan; (2) jenis, jumlah, dan ukuran alat penangkapan ikan; (3) daerah dan musim penangkapan;

(4) jumlah tangkapan atau jumlah hasil pembudidayaan ikan; (5) luas lahan dan daerah pembudidayaan ikan;

(6) jumlah nelayan dan pembudidaya ikan;

(7) ukuran ikan tangkapan dan musim pemijahan ikan; (8) data ekspor dan impor komoditas perikanan; dan

(9) informasi tentang persyaratan tertentu yang berkaitan dengan standar ekspor.

Pelabuhan perikanan adalah salah satu sarana yang strategis untuk menunjang pembangunan di bidang perikanan. Peran tersebut antara lain meningkatkan keterkaitan fungsional antar sub sistem dalam agribisnis perikanan dan meningkatkan aktivitas ekonomi pedesaan khususnya desa pantai. Selain itu, pelabuhan perikanan juga menunjang tumbuhnya usaha perikanan baik skala besar maupun skala kecil dan menunjang terwujudnya sentra produksi perikanan dalam suatu skala ekonomi yang efisien.

Pelabuhan Perikanan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi perikanan mempunyai potensi informasi tentang sumberdaya ikan, dan segala aspek kegiatan industri perikanan. Oleh karenanya diharapkan dapat menjadi pusat informasi pengembangan perikanan dan manajemen data base berbasis pengelolaan sumberdaya ikan. Dalam rangka mewujudkan keinginan tersebut, Ditjen Perikanan Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan telah membangun sebuah sistem informasi yang berbasis internet yang diharapkan dapat menjadi sistem informasi tentang ketersediaan sumberdaya ikan, prasarana pelabuhan perikanan, kegiatan operasional dan peluang usaha dari masing-masing pelabuhan perikanan di seluruh Indonesia secara lengkap berkelanjutan, akurat dan tepat waktu, agar pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan yang ada dapat dilakukan secara optimal. Sistem Informasi ini dinamakan Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan (PIPP).

Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC) merupakan salah satu basis perikanan tangkapdi pantai selatan di Provinsi Jawa Tengah. Lokasinya yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia menjadikan PPSC


(20)

4

berpeluang untuk dikembangkan lebih jauh. Sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di PPSC banyak terkonsentrasi di perairan Cilacap sehingga tekanan terhadap penangkapan suatu jenis ikan semakin tinggi. Prakiraan potensi perikanan tangkap terdiri atas: perairan pantai Cilacap dan lepas pantai Kabupaten Cilacap sebesar 60.560 ton dengan rincian potensi ikan pelagis sebesar 22.000 ton, demersal 22.360 ton, udang 12.500 ton dan cumi-cumi sebesar 3.700 ton (DPK Cilacap 2002).

Berbagai kegiatan berlangsung di pelabuhan perikanan, dengan demikian perlu koordinasi dan pengawasan (controlling) melalui sistem manajemen dan teknologi informasi yang efektif. Berbagai instansi yang terkait di pelabuhan, seperti kantor pelabuhan, kantor syahbandar, tempat pelelangan ikan, unit usaha dan nelayan memerlukan informasi dalam menunjang kelancaran kerja, pengambilan keputusan serta kebijakan yang akan dilakukan.

Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC) merupakan salah satu sentra produksi perikanan sehingga merupakan wilayah yang potensial bagi pengembangan industri perikanan. Dalam pengelolaan segala aspek di pelabuhan ini sangat diperlukan adanya sistem informasi. Beberapa sistem informasi telah berjalan di wilayah pelabuhan ini selama bertahun-tahun, akan tetapi dalam perkembangannya, sistem informasi ini belum mempunyai nilai tepat guna. Belum mempunyai nilai tepat guna disini berarti bahwa sistem informasi yang berjalan tidak dapat menjangkau semua sasaran sistem informasi tersebut. Sebagai contoh terdapat dua hal kontradiktif yang berlaku saat ini yang belum dapat atau kurang menjadi perhatian para stakeholder saat ini yaitu nelayan Kabupaten Cilacap yang tidak atau kurang merasakan kehadiran sistem informasi yang ada dan berlaku saat ini dan di lain pihak dikatakan bahwa sistem informasi dibuat agar dapat digunakan oleh nelayan dalam operasi penangkapan ikan. Artinya semua sistem informasi yang ada dan berlaku saat ini di PPSC belum dapat digunakan langsung oleh nelayan dalam operasi penangkapan ikan.

Nelayan merupakan ujung tombak dari peningkatan produksi di PPSC. Beberapa permasalahan utama yang sangat mengkhawatirkan di PPSC saat ini adalah; (1) pendidikan formal yang dimiliki nelayan yang rendah sehingga kurang cepat menerima transfer teknologi dan (2) permasalahan yang ada menyangkut aspek produksi dan nilai produksi tidak lepas dari karakter nelayan itu sendiri serta (3) lemah dan terbatasnya informasi yang dimiliki nelayan tentang daerah penangkapan ikan, operasionalisasi di PPSC seperti kegiatan


(21)

pelelangan meliputi harga ikan, fasilitas di PP. Nelayan Kabupaten Cilacap 80% berasal dari nelayan lokal sedangkan sisanya berasal dari luar daerah. Sebagai nelayan musiman atau andon dan buruh, pada umumnya nelayan masih mempercayai budaya turun temurun (misalnya pada Jum’at kliwon tidak melaut, sedekah laut). Karena beberapa kondisi tersebut (sistem informasi yang tidak mengenai sasaran dan sifat atau karakteristik nelayan Cilacap) maka diperlukan sistem informasi khusus bagi nelayan Kabupaten Cilacap atau sistem informasi berorientasi nelayan.

Sistem informasi khusus nelayan atau sistem informasi bebasis nelayan merupakan suatu sistem informasi yang didesain berdasarkan kebutuhan nelayan dalam operasi penangkapan ikan dan dapat digunakan oleh pihak pelabuhan dalam peningkatan produksi atau nilai produksi serta pengelolaan pelabuhan. Sistem informasi yang didesain ini diharapkan menjadi jembatan penghubung antara PPSC dan nelayan.

Sistem informasi bebasis komputer sasarannya adalah memanfaatkan teknologi komputer untuk menghasilkan informasi yang lebih singkat dan kemampuan proses yang cepat untuk menghasilkan informasi yang akurat. Namun dalam kenyataan saat ini sistem tersebut tidak kompetitif karena hanya mampu mengolah, menyimpan dan mencetak saja, sedangkan dalam pendistribusiannya relatif memerlukan waktu sehingga unsur tepat waktu sebagai faktor kualitas informasi belum dapat dipenuhi. Dewasa ini kemampuan kinerja komputer tersebut dapat ditingkatkan dengan terciptanya teknologi jaringan, sehingga pihak eksekutif ketika membutuhkan informasi dapat melakukan secara online (tidak menunggu operator mencetak laporan atau kurir mendistribusikan informasi).

Dengan sistem yang terkomputerisasi diharapkan terjadi peningkatan dari segi keakuratan, kecepatan, relevansi, dan ketepatan penyampaian informasi, maupun dari segi manajemen pengelolaan data historis dari pelabuhan perikanan. Selain itu, dengan dibangunnya aplikasi komputer yang bersifat user friendly, menjadikan aplikasi tersebut dapat dengan mudah dioperasikan tanpa memerlukan operator khusus dalam proses pemasukan data operasi dan historis.


(22)

6

1.2 Perumusan Masalah

Status kelembagaan PPSC adalah UPT Pusat namun terletak di wilayah administratif Jawa Tengah, maka arah pengembangannya senantiasa memperhatikan aspirasi dan kebutuhan riil masyarakat, serta berupaya untuk menjembatani kepentingan pemerintah pusat dan daerah sehingga terjadi sinergi program yang bermuara pada kemajuan dan kemandirian masyarakat nelayan dan pengusaha perikanan. Untuk mewujudkannya maka salah satu kebijakan operasional yang ditempuh adalah pengembangan sistem informasi perikanan yang dapat diakses secara luas dan mudah oleh berbagai pihak yang berkepentingan meliputi kegiatan peningkatan sarana dan jaringan informasi perikanan, penyempurnaan sistem informasi perikanan tangkap dan pengembangan statistik perikanan (PPSC 2004).

Secara kuantitatif data dan informasi tentang pelabuhan perikanan (PP) yang ada saat ini sudah cukup banyak, namun secara kualitatif masih belum dapat diandalkan untuk dijadikan dasar dalam perencanaan pelabuhan perikanan secara optimal. Hal ini disebabkan karena pengumpulan dan pengelolaan data serta informasi tersebut masih dilakukan secara sektoral oleh berbagai instansi yang merasa berkepentingan dalam bidang PP. Pengumpulan dan pencatatan data-data masih dilakukan secara tradisional dalam arsip-arsip yang belum tertata dan tersimpan dengan rapi dan belum terkomputerisasi dengan baik. Sehingga proses pengambilan dan penyebaran data masih diperoleh secara manual dan sering kali sulit dilakukan bila data dibutuhkan dalam waktu dekat, membutuhkan ruang tersendiri sebagai tempat penyimpanan dan kemungkinan data-data tersebut hilang bisa saja terjadi.

Dari data-data tentang pelabuhan perikanan tersebut dapat diperoleh informasi mengenai usaha perikanan yang ada di Cilacap, baik dari segi armada penangkapan, hasil tangkapan, upaya tangkapan, dan daerah penangkapan. Kepentingan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan penyimpanan data dan informasi tentang PP sebagai acuan pertimbangan dalam pengembangan usaha perikanan tangkap di suatu daerah, membutuhkan sistem informasi (Moekijat 1991). Sistem informasi yang baik dibutuhkan untuk menghasilkan kebijakan dan keputusan yang tepat dalam pengembangan dan pengelolaan pelabuhan perikanan di Cilacap, yang berada di selatan Jawa dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.


(23)

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan suatu penelitian tentang perancangan sistem informasi pelabuhan perikanan untuk mendukung pengembangan usaha perikanan tangkap. Sistem tersebut dapat menyimpan dan mengolah data serta menghasilkan informasi yang dibutuhkan secara teratur, lebih cepat, akurat, efektif dan efisien. Selain itu, sistem informasi tersebut juga tidak memerlukan pengelola data yang cukup banyak.

Rancangan sistem informasi ini perlu dipersiapkan agar dapat menjadi sistem informasi yang terpadu dengan memanfaatkan komputer sebagai sistem pendukung. Penggunaan komputer dapat meningkatkan kemampuan pengolahan, ketelitian, ketepatan, kecepatan, serta kapasitas penyimpanan dan pengumpulan data. Dengan sistem ini hasil yang diperoleh dapat diandalkan untuk mendukung pengembangan usaha perikanan tangkap. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sistem informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh para pelaku usaha perikanan dan pengelola PP, sehingga kebutuhan data dan informasi yang mendukung bagi para pelaku usaha perikanan dapat diperoleh dengan cepat dan tepat.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk merancang suatu sistem informasi pelabuhan perikanan berbasis nelayan yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi perikanan tangkap serta pengelolaan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap khususnya.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa: 1) Kontribusi pada pengembangan ilmu sistem bagi peningkatan mutu dan

keefektifan manajemen pelabuhan sehingga terwujud pemanfaatan pelabuhan yang optimal oleh para pelaku perikanan.

2) Sumber informasi tentang perikanan tangkap yang dapat digunakan oleh nelayan, perusahaan perikanan, investor, lembaga pendidikan, Dinas Kelautan dan Perikanan, serta Pemerintah Pusat dan Daerah dalam hal perencanaan, pengendalian operasi dan pengambilan keputusan.


(24)

8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mencakup pembuatan rancang bangun sistem informasi yang dimulai dengan analisis kebutuhan dan diakhiri dengan pembuatan sistem informasi tersebut. Penelitian ini juga melakukan pengkajian karakteristik perikanan tangkap di Cilacap. Karakteristik ini diungkapkan dalam bentuk deskripsi spesifikasi unit penangkapan ikan, produksi ikan per trip dan kompilasinya, nilai jual ikan, ukuran ikan, operasionalisasi serta fasilitas yang tersedia di PPSC.

1.6 Kerangka Pemikiran

Era globalisasi yang ditandai dengan makin majunya telekomunikasi, transportasi, dan komputerisasi telah menjadikan informasi sebagai bagian penting dan berharga bagi dunia usaha dan dunia kerja dengan dukunga yang besar pada kegiatan operasional, pengendalian manajerial, dan perencanaan strategis organisasi. Informasi merupakan salah satu sumberdaya penting dalam manajemen modern sehingga banyak keputusan strategis yang tergantung pada informasi. Peranan informasi dewasa ini sangat berperan penting, dukungannya dapat membuat suatu lembaga, perusahaan, usaha perorangan termasuk dunia perikanan dan kelautan. Informasi merupakan suatu sumberdaya yang berharga, tidak ubahnya dengan sumberdaya yang lainnya seperti teknologi, sarana prasarana, keuangan, manusia, alam. Informasi dapat menambah efektivitas serta nilai mutu suatu manajemen, dimana akusisi dan pengolahan data menjadi pondasi penting.

Dalam rangka menunjang pengembangan perikanan tangkap, ketersediaan data yang akurat dan tidak kadarluasa menjadi salah satu faktor penting. Statistik perikanan yang ada saat ini dirasakan masih belum menyajikan data perikanan yang cukup akurat, lengkap, dan detail. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan data perikanan perlu dibangun suatu sistem informasi perikanan yang berbasis di pelabuhan perikanan.

PPSC yang merupakan sentral perikanan khususnya di wilayah selatan Jawa Tengah. Sebagai sentral perikanan, PPSC memerlukan pengelolaan yang komprehensif. Baik dan buruknya pengelolaan akan sangat menentukan pengguna khususnya nelayan. Salah satu sarana yang sangat mendukung dalam terwujudnya kinerja baik di lingkungan PPSC ini adalah sistem informasi


(25)

(SI). Informasi yang cepat, tepat dan akurat sangat dibutuhkan para pengguna pelabuhan dalam menunjang kelancaran operasi penangkapan ikan.

Saat ini terdapat beberapa sistem informasi yang telah ditawarkan dan telah diterapkan di PPSC, namun sejumlah sistem tersebut dirasakan belum dapat memberi manfaat yang dirasakan oleh nelayan sebagai ujung tombak dalam proses produksi ikan di lingkungan PPSC ini. Oleh karena, SI seyogianya sesuai dengan harapan pengguna, maka dalam tahap ini perlu dilakukan evaluasi terhadap SI tersebut dengan melibatkan nelayan sebagai pengguna utama.

Sebagai bagian dari sistem informasi, perancangan suatu sistem memerlukan pendekatan sistem. Perancangan sistem memerlukan sistem itu sendiri, dengan demikian pembuatan SI akan lebih mudah diterapkan, sehingga dapat dihasilkan sistem yang efisien. Dalam perancangan sistem informasi ini membutuhkan beberapa masukan langsung baik dari pengelola pelabuhan sebagai penentu kebijakan dan masyarakat, umumnya nelayan, yang beroperasi di lingkungan PPSC.

Sistem informasi pelabuhan perikanan yang akan dirancang merupakan bagian dari sistem pemanfaatan sumberdaya perikanan. Sebagaimana disebutkan Haluan et.al (1989) menyatakan bahwa permasalahan pemanfaatan sumberdaya perikanan memiliki permasalahan yang kompleks, dinamis, probalistik. Sehingga mempelajarinya dan mengatasinya melalui pendekatan sistem.


(26)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sistem Informasi

Istilah sistem berasal dari kata systema dalam bahasa Yunani yang berarti keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian. Secara umum sistem didefinisikan sebagai suatu himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk sebuah kesatuan yang kompleks. Sistem dapat berarti seperangkat aturan-aturan yang membatasi, suatu set persamaan matematik atau suatu cara atau metode untuk mencapai suatu tujuan (Nurani 2002).

Suatu sistem adalah jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Sistem juga merupakan kumpulan elemen-elemen yang saling terkait dan bekerja sama untuk memroses masukan (input) yang ditujukan kepada sistem tersebut dan mengolah masukan tersebut sampai menghasilkan keluaran (output) yang diinginkan (Kristanto 2003; Jogiyanto 1990; Kadir 2003).

Murdick and Ross (1984) secara sederhana menjelaskan sistem sebagai seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan lainnya untuk suatu tujuan bersama. Suatu sistem dapat dibagi-bagi lagi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil yang disebut dengan sub sistem.

Sistem menurut Poel (1974) vide Winardi (1989) adalah sekumpulan elemen diantara mana terdapat hubungan-hubungan (dalam literatur lain kerapkali diketemukan kata-kata tambahan “elemen-elemen mana ditujukan kearah pencapaian sasaran-sasaran umum tertentu”. Sebuah sistem diuraikan dengan jalan menspesifikasi:

(1) Elemen elemen yang merupakan bagian tubuhnya (Elemen-elemen sistem); (2) Elemen-elemen yang bukan merupakan bagian dari padanya (Lingkungan); (3) Hubungan-hubungan intern antara elemen-elemen (Struktur Intern);

(4) Hubungan antara sistem dengan lingkungan (Struktur Ekstern).

Data adalah fakta dan angka yang tidak digunakan pada proses pengambilan keputusan, biasanya berbentuk catatan-catatan historis yang dicatat dan diarsipkan tanpa maksud untuk segera diambil kembali untuk pengambilan keputusan (Claggett 1986). Sedangkan menurut Zulkifli (2001), data adalah keterangan tertulis mengenai suatu fakta (kenyataan) yang masih berdiri sendiri-sendiri, belum mempunyai pengertian sebagai kelompok, belum


(27)

terkoordinasi satu sama lain, dan belum diolah sesuai keperluan tertentu. Data akan berguna dan menghasilkan suatu informasi apabila diolah melalui suatu model. Data akan berguna dan menghasilkan suatu informasi apabila diolah melalui suatu model. Model yang digunakan untuk mengolah data tersebut disebut dengan model pengolahan data atau lebih dikenal dengan nama siklus pengolahan data, yang terdiri dari 5 tahap yaitu pengumpulan, penghalusan, pengolahan, pemeliharaan dan pengeluaran (Gambar 1) (Kristanto 2003; Cushing 1992).

Gambar 1 Siklus pengolahan data.

Dalam pemilihan metode pengolahan data, ada beberapa persyaratan yang perlu dipertimbangan, yaitu volume unsur-unsur data yang dimuat, kompleksitas operasi pengolahan data, pembatasan waktu pengolahan serta tuntutan melakukan penghitungan yang benar. Berdasarkan persyaratan tersebut, untuk melakukan pengolahan data yang cukup besar memerlukan kecepatan serta ketepatan pengolahan, maka media komputer merupakan media yang tepat digunakan dalam penyusunan sistem informasi. Dengan adanya komputer akan menambah dimensi yang lebih handal dari sistem informasi, seperti kecepatan, ketelitian, volume data yang meningkat, sehingga memungkinkan pertimbangan alternatif-alternatif lain yang lebih banyak dalam suatu keputusan (Claggett 1986; Moekijat 1996).

Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya (Jogiyanto 1990; Davis 1991; Kristanto, 2003). Informasi yang baik adalah informasi yang mempunyai nilai kemudahan, lengkap, ketepatan (bebas dari error), sesuai dengan kebutuhan pengguna, jelas dan bebas dari ambiguity, dalam pengujian akan didapatkan suatu kesimpulan yang relatif sama dan terukur (Zulkifli 2001). Tanpa suatu informasi, suatu sistem tidak akan berjalan dengan lancar dan akhirnya bisa mati.


(28)

12

Fungsi pengolahan informasi sering membutuhkan data yang telah dikumpulkan dan diolah pada periode waktu sebelumnya, karena itu ditambahkan sebuah penyimpanan file data (data file storage) ke dalam sistem informasi. Dengan demikian kegiatan pengolahan disediakan baik untuk data baru maupun data yang telah dikumpulkan dan disimpan sebelumnya. Setelah ditambah penyimpanan data, fungsi pengolahan informasi juga digunakan untuk menyimpan data yang akan digunakan kelak. Adapun bentuk dan model dasar sistem informasi dapat dilihat pada Gambar 2 (Davis dan Olson 1984).

Gambar 2 Model dasar sistem informasi.

Secara umum sistem informasi merupakan kombinasi dari orang (people), perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), jaringan komunikasi (communications networks) dan sumber data yang dihimpun, ditransformasi, dan mengalami proses pengaliran dalam suatu organisasi (Kristanto, 2003; O’Brien, 1991).

Sutanta (1996) mendefinisikan sistem informasi manajemen sebagai sekumpulan hal atau elemen atau subsistem atau bagian, yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentuk suatu kesatuan, saling interaksi dan kerja sama antara bagian satu dengan bagian yang lainnya dengan menerima masukan (input) berupa data-data, kemudian mengolahnya (processing) dan menghasilkan keluaran (output) berupa informasi yang berguna dan mempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya sebagai proses pengambilan keputusan, mendukung kegiatan manajemen dan operasional dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan tersedia bagi proses tersebut guna mencapai tujuan.

Sistem informasi manajemen adalah suatu sistem berbasis komputer yang menyajikan informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna (user). Dengan informasi tersebut, pengguna dapat mengetahui tentang apa yang telah terjadi di masa lalu, sekarang dan dugaan kebijakan di masa yang akan datang. Informasi


(29)

yang disajikan dapat berbentuk laporan periodik, laporan khusus atau hasil simulasi matematik (Mc Leod 1993).

Penggunaan komputer dalam sistem informasi menjadi penting untuk informasi modern dan efektif. Hal ini didasarkan pada keunggulan komputer dan syarat yang harus dipenuhi dari sebuah sistem informasi manajemen modern dan efektif. Keuntungan penggunaan komputer dibandingkan dengan metode manual adalah ketepatan (accuracy), kapasitas penyimpanan (memory), kecepatan (speed), serta kemampuan pengumpulan dan komunikasi yang cepat (Murdick and Ross 1984).

Komponen fisik suatu sistem informasi terdiri atas perangkat keras (mesin dan media), file (database), perangkat lunak (prosedur dan program) dan manusia (tenaga ahli dan pengguna). Komponen tersebut digunakan untuk menjalankan masukan, proses, keluaran, penyimpanan serta pengontrolan, yang mengubah sumber data menjadi informasi (O’brien 1991; Siagian 1999).

Tujuan dari sistem informasi adalah untuk memberikan informasi yang akurat bagi orang yang benar pada saat yang tepat. Oleh karena itu empat dimensi informasi harus dipenuhi. Ke empat dimensi menurut Mc Leod (1993) tersebut adalah ;

(1) Relevansi, bahwa informasi harus relevan dengan permasalahan yang ada; (2) Ketelitian, bahwa informasi harus akurat;

(3) Ketepatan waktu, yang berarti informasi harus tersedia pada saat dibutuhkan;

(4) Kelengkapan, yang berarti bahwa informasi harus menggambarkan keseluruhan masalah yang ada atau keseluruhan solusi yang dihasilkan.

Penanganan suatu sistem informasi dilakukan melalui tujuh tahap, yaitu : (a) Pengumpulan data

(b) Klasifikasi data

(c) Pengolahan data supaya berubah bentuk, sifat dan kegunaannya menjadi informasi

(d) Interprestasi informasi (e) Penyimpanan informasi

(f) Penyampaian informasi atau transmisi kepada pengguna

(g) Penggunaan informasi untuk kepentingan manajemen organisasi.

Menurut O’Brien (1991), pada prinsipnya sistem informasi mempunyai tiga peran utama, yaitu ;


(30)

14

(1) Menunjang kegiatan operasional;

(2) Menunjang manajemen dalam mengambil keputusan; (3) Menyediakan informasi sebagai output.

2.1.1 Perancangan Sistem Informasi

Hal pertama yang dilakukan dalam perancangan sistem informasi adalah membuat daftar kejadian yang ada (Kristanto 2003). Dari tahap perancangan sistem informasi dapat dihasilkan suatu sistem informasi. Sistem informasi tersebut menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang terkait dalam usaha yang dikelola. Informasi dihasilkan dan disajikan melalui proses pengolahan data dari basis data yang akan disusun.

Adapun tahap perancangan sistem ini adalah sebagai berikut ; 1. Desain sistem informasi

Untuk melakukan perbaikan terhadap sistem informasi, terlebih dahulu harus dipahami dengan jelas kondisi sistem yang ada sekarang dan yang dihadapi, setelah itu sasaran dan kebutuhan sistem di masa yang akan datang. Kemudian baru dapat dimasukkan ide-ide secara bersama-sama kedalam suatu desain yang akan memenuhi tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Desain sistem adalah suatu fase dimana diperlukan suatu keahlian perencanaan untuk elemen-elemen komputer yang akan menggunakan sistem baru (Kristanto 2003).

Proses ini menjelaskan lingkup informasi yang akan dirancang. Desain sistem merancang suatu proses dihasilkannya informasi, yaitu terdiri atas proses input data, pengolahan data dan proses penyajian data (output data). Informasi akan dihasilkan dengan memanfaatkan data yang tersimpan pada basis data yang ada. Output atau informasi yang dihasilkan pada akhirnya dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang membutuhkan (Kristanto 2003).

2. Perancangan basis data

Untuk menyiapkan suatu sistem informasi, maka keberadaan dari sistem basis data juga merupakan hal terpenting. Sistem basis data mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam suatu sistem informasi manajemen, yaitu sebagai sumber atau penyedia utama kebutuhan data bagi para pemakai atau informasi bagi para pengambil keputusan.


(31)

Basis data adalah kumpulan data, yang dapat digambarkan sebagai aktifitas dari satu atau lebih organisasi yang berelasi. Basis data hanya mengandung data, bukan informasi. Dengan adanya tambahan beberapa peraturan untuk mengolahnya, kita dapat menghasilkan informasi dari basis data tersebut. Untuk setiap basis data telah dikembangkan sebuah sistem untuk penggunaan basis data. Sistem ini merupakan suatu rangkaian peraturan dan metode, yang memungkinkan pemberian definisi, penciptaan, perubahan, pembacaan, pemeliharaan dan perlindungan basis data tersebut. Sistem ini adalah sistem manajemen database (Data Base Management System / DBMS) (Claggett 1986).

Sutanta (1996) mendefinisikan basis data sebagai suatu kumpulan data terhubung (interrelated data) yang disimpan secara bersama-sama pada suatu media tanpa mengatap satu sama lain atau tidak perlu suatu kerangkapan data (controlled redundancy) dengan cara tertentu sehingga mudah untuk digunakan atau ditampilkan kembali, dapat digunakan oleh satu atau lebih program aplikasi secara optimal.

Untuk perancangan basis data dan rancangan program aplikasi yaitu dengan menggunakan software Microsoft Access 2003. Microsoft Access adalah salah satu isi dari paket Microsoft Office Professional yang berguna untuk mengolah data dalam skala besar menjadi suatu informasi singkat, cepat, tepat, dan akurat. Microsoft Access dapat digunakan dalam berbagai level, seperti dalam pembuatan basis data untuk usaha kecil, menengah sampai skala besar (Santoso dan Susanto 2000). Selain itu, Access merupakan program yang sangat mudah digunakan (easy to use), sehingga sangat membantu para pengguna yang tidak mempunyai latar belakang pemograman. Para pengguna dapat langsung mengaplikasikan kemampuan dan fasilitas Access untuk membuat sistem yang diinginkan.

Menurut Permana dan Ukar (2004), Microsoft Access merupakan program aplikasi yang akan membantu dalam merancang, membuat dan mengelola database. Program aplikasi ini mudah dipakai dan fleksible, serta mudah diintegrasikan dengan program aplikasi lainnya.

Untuk perancangan basis data dan rancangan program aplikasi yaitu dengan menggunakan software Microsoft Access 2003. Microsoft Access adalah salah satu isi dari paket Microsoft Office Professional yang berguna untuk mengolah data dalam skala besar menjadi suatu informasi singkat, cepat, tepat,


(32)

16

dan akurat. Microsoft Access dapat digunakan dalam berbagai level, seperti dalam pembuatan basis data untuk usaha kecil, menengah sampai skala besar (Santoso dan Susanto 2000). Selain itu, Access merupakan program yang sangat mudah digunakan (easy to use), sehingga sangat membantu para pengguna yang tidak mempunyai latar belakang pemograman. Para pengguna dapat langsung mengaplikasikan kemampuan dan fasilitas Access untuk membuat sistem yang diinginkan.

Menurut Permana dan Ukar (2004), Microsoft Access merupakan program aplikasi yang akan membantu dalam merancang, membuat dan mengelola database. Program aplikasi ini mudah dipakai dan fleksible, serta mudah diintegrasikan dengan program aplikasi lainnya.

Selanjutnya dikatakan bahwa Database atau biasa disebut basis data adalah kumpulan data yang berhubungan dengan suatu objek, topik atau tujuan khusus tertentu. Database pada Microsoft Access dapat terdiri atas satu atau beberapa table, query, form, report, page, macro dan modul yang semuanya berhubungan atau saling terkait (antara komponen database yang satu dengan yang lain berelasi atau berhubungan).

• Tables, berupa sebuah tabel kumpulan data yang merupakan komponen utama sebuah database.

• Queries, digunakan untuk mencari dan menampilkan data yang memenuhi syarat tertentu dari satu tabel atau lebih. Query dapat juga digunakan untuk meng-update atau menghapus beberapa record data pada satu saat yang sama. Selain itu query dapat digunakan untuk menjalankan perhitungan terhadap sekelompok data.

• Forms, digunakan untuk menampilkan data, mengisi data, dan mengubah data yang ada dalam tabel. Ketika membuka form, Microsoft Access mengambil data dari satu tabel atau lebih dan menampilkannya ke layar monitor menggunakan layout yang kita buat melalui form Wizard atau dari layout yang kita rancang sendiri.

• Reports, digunakan untuk menampilkan laporan hasil analisa data. Kita dapat mencetak sebuah report (laporan) yang telah dikelompokkan, dihitung subtotal dan total datanya berdasarkan kriteria tertentu. Kita juga dapat membuat report yang berisi grafik atau label data.

• Pages, digunakan untuk membuat halaman Web (page) berupa data access page yang dapat kita tempatkan di server sistem jaringan intranet atau internet.


(33)

• Macros, untuk mengotomatisasi perintah-perintah yang sering kita gunakan dalam mengolah data.

• Modules, digunakan untuk perancangan berbagai modul aplikasi pengolahan database tingkat lanjut sesuai dengan kebutuhan kita. Module ini berisi kode Visual Basic for Applications yang kita tulis untuk menangani even (peristiwa) dalam Microsoft Access.

2.2 Pendekatan Sistem

Menurut Marimin (2004), pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Dengan demikian, manajemen sistem dapat diterapkan dengan mengarahkan perhatian kepada berbagai dasar sistem yang perubahan dan gerakannya akan mempengaruhi keberhasilan pada sistem. Pada dasarnya pendekatan sistem adalah penerapan dari sistem ilmiah dalam manajemen. Dengan cara ini hendak diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dan keberhasilan suatu organisasi atau suatu sistem. Metode ilmiah dapat menghindarkan manajemen mengambil kesimpulan-kesimpulan yang sederhana dan simplisitis (simpel/sederhana) searah oleh suatu masalah disebabkan oleh penyebab tunggal. Pendekatan sistem dapat memberi landasan untuk pengertian yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sistem dan memberi dasar untuk memahami penyebab ganda dari suatu masalah dalam kerangka sistem.

Pendekatan sistem sangat cocok digunakan untuk menyelesaikan suatu persoalan yang kompleks, dinamis dan berkarakter probabilistik. Sifat kekomplekannya ditandai dengan adanya interaksi antara elemen atau komponen pembentu sistem yang cukup rumit. Menurut Hambali dan Eriyatno (1996) ciri khas suatu permasalahan yang dinamis adalah adanya faktor-faktor yang berubah menurut waktu disertai dengan suatu pendugaan masa depan. Sedangkan berkarakter probabilistik ditunjukkan oleh keberadaan fungsi peluang dalam informasi kesimpulan maupun rekomendasi.

Menurut Eriyatno (1998), karena pemikiran sistem selalu mencari keterpaduan antarbagian melalui pemahaman yang utuh, maka diperlukan suatu kerangka fikir baru yang terkenal sebagai pendekatan sistem (system approach). Pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah


(34)

kebutuhan-18

kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif.

Keterkaitan antar pelaku dan komponen pembentuk sistem akan mudah dianalisis dengan metode pendekatan sistem. Dengan demikian, penerapan pendekatan sistem akan membantu mencapai suatu efek yang sinergik (synergistic effect), karena tindakan dari pelaku (aktor) sistem dapat dipersatukan untuk menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan tindakan yang dilakukan secara terpisah ataupun sendiri-sendiri (Winardi 1989)

Dalam melakukan pendekatan sistem dapat menggunakan komputer atau tanpa komputer. Akan tetapi adanya komputer memudahkan penggunaan model dan teknik simulasi dalam sistem, terutama sangat diperlukan jika menghadapi masalah yang cukup luas dan kompleks dimana banyak sekali peubah, data dan interaksi-interaksi yang mempengaruhi (Marimin 2004).

Pendekatan sistem dimulai dari analisis kebutuhan, formulasi permasalahan sampai dengan identifikasi sistem. Analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem. Analisis ini akan dinyatakan dalam kebutuhan-kebutuhan yang ada, baru kemudian dilakukan tahapan pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dideskripsikan. Analisis kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Analisis ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat ahli, diskusi, observasi lapangan dan sebagainya (Marimin 2004).

Bila suatu keputusan dibuktikan dapat berjalan secara kontinyu, maka kebutuhan yang sesuai akan dibawa pada tahap identifikasi sistem. Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Hal ini sering digambarkan dalam bentuk diagram lingkar/sebab-akibat (causal loop) (Marimin 2004).

Hal yang terpenting dalam mengidentifikasikan sistem adalah melanjutkan interprestasi diagram lingkar ke dalam konsep kotak gelap (black box/penggambaran input yang masuk kedalam sistem dan output yang dihasilkan dari sistem serta kontrol yang menjadi pembatas sistem). Para analis harus mampu mengkonstruksi diagram kotak gelap. Dalam penyusunan kotak gelap, perlu diketahui macam informasi yang dikategorikan menjadi tiga


(35)

golongan yaitu peubah input, peubah output dan parameter-parameter yang membatasi struktur sistem (Marimin 2004).

Identifikasi sistem meliputi diagram lingkar sebab akibat dan diagram input output. Diagram lingkar sebab-akibat merupakan dasar pengembangan sistem permodelan, sedangkan diagram input-output menggambarkan masukan dan keluaran serta kendali dari model yang dikeluarkan. Model pengembangan berdasarkan diagram lingkar sebab akibat harus mempertimbangkan komponen-komponen yang digambarkan pada diagram input-output. Tujuan yang hendak dicapai dijabarkan lebih rinci dalam kotak output yang dikehendaki. Disamping itu, permasalahan yang telah diformulasikan juga dijadikan sebagai titik sentral perhatian dalam penyusunan model (Yulianti dan Eriyatno 1996).

Input terdiri dari dua golongan yaitu eksogen atau yang berasal dari luar sistem (input dari lingkungan) dan overt input yang berasal dari dalam sistem dan ditentukan oleh fungsi dari sistem itu sendiri. Sedangkan output terdiri dari dua golongan yaitu output yang dikehendaki dan output yang tidak dikehendaki, output yang dikehendaki biasanya dihasilkan dari adanya pemenuhan kebutuhan yang ditentukan secara spesifik pada waktu analisis kebutuhan. Output yang tidak dikehendaki berasal dari dampak yang akan ditimbulkan bersama-sama dengan output yang dikehendaki (Marimin 2004).

Suatu pendekatan sistem yang digunakan untuk memanajemen didesain untuk digunakan dalam analisis Ilmiah pada suatu organisasi yang komplek untuk: (a) pengembangan dan manajemen sistem operasi; dan (b) mendesain sistem operasi yang digunakan untuk proses pengambilan keputusan. Hubungan diantara kedua proses tersebut dijelaskan bahwa suatu sistem informasi didesain untuk mendukung dalam pengambilan keputusan yang sangat diperlukan pada sistem operasi manajemen (Murdick and Ross 1983).

Selanjutnya Murdick and Ross (1983) menyatakan bahwa pendekatan sistem adalah terorganisasi, kreatif, teoritis, empiris, dan pragmatis yang masing-masing mempunyai sudut pandang dan prosedur yang berbeda. Kelima karakteristik dari pendekatan sistem dijelaskan sebagai berikut :

(1) Terorganisasi (organized).

Pendekatan sistem dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang besar sebagai contoh pendekatan sistem yang digunakan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Dalam menyelesaikan suatu masalah pelik di suatu perusahaan digunakan suatu tim yang mempunyai skill profesional (systems


(36)

20

designers) dan beberapa spesialis (tenaga ahli) untuk menguji suatu formula pada waktu-waktu tertentu.

(2) Kreatif (Creative).

Dalam mengeneralisasikan prosedur pengembangan untuk desain sistem, pendekatan sistem harus sangat kreatif dan terfokus pada tujuan dan metode. Pendekatan sistem harus bersifat kreatif karena:

(a) Suatu masalah terkadang bersifat sangat komplek dan tidak terstruktur dimana tidak terdapat suatu formulasi khusus atau solusi.

(b) Kebanyakan data yang tersedia tidak lengkap dan tidak pasti.

(c) Solusi alternatif diperlukan untuk menyelesaikan masalah subsistem. (d) Adanya fungsi-fungsi tradisional dan hambatan disiplin harus

membutuhkan suatu sintetis tertentu. (3) Bersifat teoritis (Theoritical).

Pendekatan sistem merupakan suatu metode dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan (science) umumnya terdiri dari teori-teori yang terstruktur yang menjadikan kita dapat membangun solusi praktis untuk sebuah masalah. (4) Bersifat empiris.

Pencarian data empiris merupakan bagian yang sangat esensial dalam sebuah pendekatan. Data yang relevan harus dapat mensubstraksi data yang tidak relevan atau data yang benar dari data yang salah.

(5) Bersifat Pramagtik (Pragmatic).

Suatu sistem harus layak, produkif, dan dapat dioperasikan. Sistem didesain untuk dapat dipahami oleh suatu organisasi yang menjalankannya. Selanjutnya personel dari organisasi harus dapat meningkatkan proses dari diagnosis pengembangan dan desain.

2.3 Sistem Informasi Pelabuhan

Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan merupakan suatu sistem yang ditujukan untuk mendapatkan, mengelola, mengolah, dan menyajikan data informasi yang ada di Pelabuhan Perikanan. Sistem Informasi ini diharapkan dapat digunakan untuk :

(1) Prasarana fisik :

™ Untuk perencanaan dan pengembangan pelabuhan perikanan;

™ Untuk pengelolaan fungsional;


(37)

(2) Sosial ekonomi perikanan :

™ Untuk perencanaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan;

™ Untuk perencanaan dan pengembangan pemasaran dan distribusi ikan.

(3) Layanan informasi perikanan :

™ Untuk memberikan informasi harian dan periodik tentang jenis, harga, produksi ikan, dan jumlah kapal.

Lingkup dari Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan (Anonimous, 2000) dapat digambarkan sebagaimana Gambar 3.

Gambar 3 Lingkup dari sistem informasi pelabuhan perikanan (LAPI-ITB dan FPIK-IPB 2001 diacu dalam Haluan 2002)

Diagram tersebut menunjukkan bahwa lingkungan yang terkait dengan pemasukan data adalah pendaratan ikan, pelaksana pelabuhan, dan perusahaan. Sedangkan sistem akan memberikan informasi pada lingkungan yang meliputi Direktorat Jenderal Perikanan, perusahaan, investor, peneliti, dan sebagainya. Adapun rincian dari pada sistem tersebut terdiri dari beberapa proses seperti terlihat pada Gambar 4.

Sering dikatakan dalam berbagai kesempatan bahwa pengembangan komoditas perikanan belum optimal dilakukan. Optimal dalam arti menyeimbangkan tingkat eksploitasi dan upaya-upaya konservasi. Selain itu perlu diketahui bahwa keberhasilan pembangunan dan pengembangan perikanan tidak saja bergantung pada potensi sumberdaya yang ada, tetapi juga bergantung pada pelaku dan cara pengelolaan yang diterapkan dalam usaha


(38)

22

tersebut dalam memenuhi permintaan pasar. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan data dan informasi perikanan yang akurat dan dapat dipercaya. (Anonimous 2000).

Gambar 4 Proses pada sistem informasi pelabuhan.

Masalah yang sering diungkapkan dalam berbagai kesempatan perihal data perikanan Indonesia adalah soal akurasi. Jika dicermati lebih dalam lagi maka situasi dan persoalan yang dihadapi yang berkaitan dengan data perikanan Indonesia dapat dikelompokkan dalam empat permasalahan.

Pertama, format dan sistem pengumpulan data perikanan saat ini tampak sangat kompleks dan tidak fokus. Situasi ini memerlukan biaya tinggi untuk mengoperasikan sistem tersebut. Akibatnya, dengan adanya keterbatasan dan realitas lainnya, timbul masalah dalam mempertahankan dukungan terhadap kelangsungan (sustainablity) pengumpulan data tersebut.

Kedua, variasi keragaman kedalaman data. Dari satu lokasi ke lokasi lainnya terlihat adanya variasi keragaman kedalaman data. Hal ini akan menyulitkan proses akumulasi data yang akurat.

Ketiga, periode pembauran (up date) data. Sebagaimana diungkapkan sebelumnya, format dan sistem pengumpulan data yang berjalan saat ini memerlukan biaya tinggi untuk mempertahankan ketersediaan dan akurasi data tersebut. Dengan demikian, pembauran (up date) data secara obyektif sulit dilakukan.

Keempat, basis atau platform teknologi yang digunakan tidak efisien dan tertinggal jauh. Selain itu sulit dilakukan validasi terhadap data yang ada karena


(39)

data yang diterima tidak transparan atau sulit diakses (close access). (Anonimous 2000).

Berdasarkan berbagai situasi dan pesoalan di atas, maka diperlukan sistem yang lebih sederhana, mudah diakses, relatif terbuka, ada mekanisme pertukaran data yang bisa memfasilitasi keragaman yang ada menjadi suatu sinergi, dan didukung oleh platform yang sesuai dengan tuntutan permasalahan saat ini dan akan datang (Anonimous 2000).

Penyempurnaan terhadap data dan informasi perikanan diperlukan dalam rangka mendorong kearah pengelolaan yang optimal, yakni dengan menyeimbangkan tingkat eksploitasi dan upaya-upaya konservasi. Masalah utamanya adalah bagaimana mengetahui atau memutuskan dengan tepat bahwa tingkat eksploitasi telah seimbang dengan upaya-upaya konservasi (Anonimous, 2000).

Sistem informasi perikanan tangkap, pada dasarnya adalah menghubungkan kegiatan perikanan tangkap dan kebutuhan pengumpulan dan penyajian data dari kegiatan tersebut (Anonimous 2000). Secara sederhana sistem perikanan tangkap dapat digambarkan pada diagram alur seperti tampak pada Gambar 5.

Gambar 5. Model sistem perikanan tangkap yang berbasis pengelolaan sumberdaya ikan dan permintaan pasar (Anonimous 2000)

Keterangan :

: Aliran material : Komponen penyusun OPI : Op. Penangkapan Ikan PSR : Pemasaran

FAS : Fasilitas Pelabuhan AP : Alat Penangkap Ikan


(40)

24

DIS : Distributor

JSA : Jasa Pelabuhan

SDI : Sumber Daya Ikan

DPI : Daerah Penangkapan Ikan KPI : Kapal Penangkap Ikan PRO : Produsen

PLB : Pelabuhan

IKN : Ikan

KON : Konsumen

LBG : Kelembagaan Perikanan

Pada diagram tersebut pelabuhan menempati posisi sentral dan merupakan basis industri perikanan tangkap. Selanjutnya, dalam konteks pengembangan sistem informasi perikanan, identifikasi kebutuhan data, baik jenis maupun frekuensi pengadaannya (sampling frequency) dapat dilakukan dengan melihat keseluruhan mata rantai kegiatan produksi perikanan laut yang bermula pada sarana produksi hingga pemasaran hasil perikanan. Dengan demikian minimal ada 5 (lima) komponen yang menjadi informasi yang perlu diperhatikan, yakni :

(1) Daerah penangkapan ikan dan sumberdaya ikan.

Informasi ini berisi informasi mengenai lokasi dan waktu/musim penangkapan ikan, jenis dan jumlah dugaan ikan, jarak dari pelabuhan (fishing base) ke lokasi ini, dan sebagainya. Diharapkan dari komponen ini akan diketahui informasi tentang kecenderungan (trend) sumberdaya ikan (SDI) yang dinamis dari waktu ke waktu.

(2) Unit penangkapan ikan.

Unit penangkapan ikan meliputi jenis kapal penangkap ikan, jenis alat tangkap, dan keperluan operasi seperti BBM, es, air tawar dan kebutuhan awak kapal.

(3) Pelabuhan perikanan,

Pelabuhan perikanan memberikan informasi tentang kapasitas dalam melayani keperluan operasi (produksi) dan menangani hasil produksi. Data yang dibutuhkan antara lain bagaimana letak pelabuhan ini terhadap sentra produksi dan konsumsi serta dengan jalur alternatif perdagangan seperti jalan dan bandara untuk distribusi ke lokasi-lokasi lain. Selain itu perlu diketahui jasa-jasa yang ditawarkan atau tersedia di pelabuhan tersebut.


(41)

(4) Pemasaran ikan,

yang penting diketahui dalam aspek pemasaran antara lain adalah siapa pembeli, berapa harganya, bagaimana cara pembayarannya, serta dimana dipasarkan. Diharapkan dari komponen ini akan diketahui, minimal, kecenderungan (trend) harga dari waktu ke waktu.

(5) Kelembagaan,

menyangkut administrasi, aturan-aturan serta kebijakan yang dikeluarkan oleh instansi, baik itu pemerintah, swasta, perguruan tinggi atau pihak yang berwenang dalam menjamin kelancaran sistem yang ada. (Anonimous 2000).

Sasaran dibentuknya sistem informasi perikanan tangkap antara lain adalah tersedianya informasi bagi pengambilan kebijakan dan strategi pengembangan dan pengelolaan sumberdaya perikanan. (Anonimous 2000). Adanya kompleksitas serta banyaknya variabel-variabel atau parameter yang perlu diamati pada penelitian analisis kebijakan, maka data-data yang terkumpul akan sangat bervariasi dengan berbagai bentuk. Bidang ilmu yang terkaitpun juga mencakup berbagai aspek secara terintegrasi, seperti fisik, kimia, biologi, ekosistem/sumberdaya kelautan dan perikanan, iklim, ekonomi, sosial-budaya (Suratmo 2001). Bidang sosio-politik dan sosio-kultural lokal, merupakan ciri utama penelitian kebijakan. Dalam penelitian kebijakan akan terlintas dalam pemikiran bahwa penelitian ini merupakan aplikasi kerja penelitian untuk keperluan pembuatan kebijakan (Danim 2000). Hasil penelitian diharapkan nanti dapat diterapkan modelnya atau konsepnya atau rekomendasinya pada permasalahan lain yang sejenis (Suratmo 2001).

Bidang hukum, politik, juga menjadi kajian dari penelitian kebijakan ini. Demikian juga dalam evaluasi program untuk sinkronisasi, penelitian program/kegiatan yang sudah dijalankan adalah sangat penting. Sehingga sangat diperlukan peninjauan lapangan, untuk melihat kualitas pelaksanaan program. Oleh sebab itu aspek-aspek pengamatan untuk ilmu eksakta, seperti fisika, kimia, biologi juga sangat berperan. Bobot ilmiah proses dan hasil sebuah penelitian kebijakan akan sangat bergantung kepada kredibilitas ilmiah penelitiannya. Nilai penelitian kebijakan diukur bukan semata-mata dari bobot ilmiahnya, melainkan dinilai dari kemanfaatannya bagi khalayak yang makin dibelenggu masalah (Danim 2000).


(42)

26

2.4 Peranan Sistem Informasi dalam Pelabuhan Perikanan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER/16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan Bab IV Pasal 2 tentang fungsi pelabuhan perikanan, yaitu fungsi pelabuhan perikanan dalam mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya dapat berupa:

1. pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas perikanan, 2. pelayanan bongkar muat,

3. pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan, 4. pemasaran dan distribusi ikan,

5. pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan,

6. pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan, 7. pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan,

8. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan, 9. pelaksanaan kesyahbandaran,

10. pelaksanaan fungsi karantina ikan,

11. publikasi hasil riset kelautan dan perikanan, 12. pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari,

13. pengendalian lingkungan (kebersihan, keamanan, dan ketertiban (K3), kebakaran, dan pencemaran).

Dalam menghadapi tantangan masa depan, tentunya usaha perikanan haruslah memiliki daya saing. Daya saing yang kuat ini salah satunya dapat diperoleh dengan peningkatan produktifitas. Salah satu faktor yang mutlak diperlukan untuk mendukung peningkatan produktifitas adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Sistem informasi merupakan elemen pokok dari teknologi informasi, dan telah banyak mengalami perkembangan berkat kemajuan yang telah dicapai dalam teknologi perangkat keras dan perangkat lunak (Wazdi 1995). Teknologi informasi merupakan suatu teknologi yang berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi dan proses penyaluran data atau informasi dalam batas-batas ruang dan waktu. Teknologi ini juga merupakan pengembangan dari teknologi komputer yang dipadukan dengan teknologi telekomunikasi (Indrajit 2000). Dengan berkembangnya teknologi informasi, maka lingkup dari sistem informasi pun akan menjadi luas pemakaiannya pada hampir semua kegiatan manusia.


(43)

Dengan digunakannya teknologi informasi yang semakin maju pada usaha perikanan tangkap, maka hal ini akan membantu dalam kemajuan usaha tersebut untuk dapat dijadikan sebagai salah satu sektor ekonomi yang mendatangkan keuntungan. Hal ini berkaitan dengan semakin cepatnya arus informasi yang mengalir dan semakin mudahnya untuk memperoleh informasi yang diperlukan.

Pada hakekatnya pelabuhan perikanan merupakan basis utama kegiatan industri perikanan tangkap yang harus dapat menjamin suksesnya aktivitas usaha perikanan khususnya perikanan tangkap di laut. Pelabuhan perikanan berperan sebagai terminal yang menghubungkan kegiatan usaha di laut dan di darat ke dalam suatu sistem usaha yang kompak dan berdaya guna tinggi. Aktivitas unit penangkapan ikan di laut harus dipersiapkan keberangkatannya dari pelabuhan dengan bahan bakar, makanan dan es. Informasi tentang data harga dan kebutuhan ikan di pelabuhan perlu dikomunikasikan dengan cepat dari pelabuhan ke kapal di laut. Setelah selesai pekerjaan di laut kapal akan masuk ke pelabuhan dan membongkar serta menjual ikan tangkapan. Selain memberikan pelayanan terhadap kapal dan segala kebutuhan pemberangkatan, kedatangan, berlabuh, perbaikan dan docking, pelabuhan juga harus memberikan pelayanan kepada pedagang atau pihak lainnya.

Sebagai instansi pemerintah, pelabuhan dapat diandalkan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pelabuhan. Data yang dikumpulkan secara baik dan sistematis merupakan informasi yang sangat berharga untuk berbagai keperluan. Sistem informasi akan sangat sangat berguna bagi pelabuhan karena sebagai sistem berbasis komputer yang dapat menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa ataupun kebutuhan yang berbeda. Informasi-informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak pelabuhan untuk mengelola serta mengembangkan pelabuhan ke arah yang lebih baik (Murdiyanto 2004).

2.5 Penelitian Terdahulu

Studi dan penelitian tentang sistem informasi manajemen (SIM) oleh mahasiswa S1, S2 dan S3 program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP) dan program studi Teknologi Kelautan di Jurusan PSP FPIK-IPB sebagaimana disebutkan oleh Haluan (2002) sudah banyak dilakukan. Kasus serta objek penelitiannya menyebar dari hanya meneliti dan mengembangkan


(44)

28

SIM pada satu perusahaan perikanan, sampai pada Dinas Perikanan Dati I di tingkat propinsi. Hasil penelitiannya diharapkan dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk memacu pengembangan usaha perikanan dari tingkat perusahaan sampai tingkat propinsi atau bahkan nasional. Namun sampai saat ini belum ada usaha monitoring dan evaluasi yang terarah dan terencana untuk hal tersebut.

Sari (2000) mengembangkan sistem informasi perikanan di perairan Bengkalis Propinsi Riau, dengan tujuan (1) mengembangkan suatu sistem informasi perikanan di perairan Bengkalis, (2) menghimpun data dasar perikanan di perairan Bengkalis sebagai masukan awal sistem informasi yang dikembangkan. Sistem informasi perikanan di perairan Bengkalis (SIPRi 2000) berdasarkan “object oriented”. Pelaku dan pengguna pada sistem ini adalah Pemerintah Daerah tingkat I, Dinas Perikanan Tingkat I dan II, pengusaha perikanan, lembaga penelitian, dan institusi lainnya yang terlibat dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya di perairan Bengkalis. Perangkat lunak sistem informasi ini dibagi menjadi empat, yaitu bagian masukan (input), bagian pengolahan, bagian pengeluaran (output), dan bagian penampungan data (database). Bagian masukan terdiri dari masukan data propinsi yang meliputi data produksi (ton) tahunan per kabupaten, data dan jumlah alat tangkap (unit) per kabupaten, data upaya penangkapan (trip) per kabupaten, dan armada penangkapan (buah) per kabupaten.

Bagian keluaran atau informasi terdiri dari produksi tahunan tiap kabupaten, perkembangan sumberdaya, perkembangan upaya penangkapan, perkembangan alat tangkap, perkembangan armada penangkapan, tingkat potensi lestari, hasil tangkap persatuan upaya (CPUE), informasi mengenai species, informasi mengenai alat tangkap, daerah operasi penangkapan dan musim penangkapan. Pada bagian ini juga disajikan monografi desa, kalender musim penangkapan dari tiap kecamatan yang menjadi daerah penelitian. Bagian proses terdiri dari proses standarisasi alat tangkap, perhitungan hasil tangkap per satuan upaya tangkap (CPUE) dan proses pengolahan data dengan metode surplus production menggunakan model Schaefer dan Eksponensial. Bagian penampungan data terdiri dari masukan data mentah yaitu data hasil tangkapan dari tingkat propinsi berupa data statistic dari tiap kabupaten. Untuk tingkat kecamatan berupa data hasil tangkapan berdasarkan spesies, alat


(45)

tangkap yang digunakan, upaya penangkapan dan musim penangkapan dari desa pada tiap kecamatan.

Pengembangan SIM sehubungan dengan kebutuhan dan rencana pembangunan perikanan di Indonesia sudah beberapa kali dilakukan, antara lain salah satu contoh adalah perencanaan dan pembentukan pusat informasi pengembangan perikanan dan manajemen database berbasis pengelolaan sumber daya ikan dan permintaan pasar pada tahun 2001.

Usman (2002) meneliti tentang sistem informasi manajemen Dinas Perikanan DKI Jakarta, yang bertujuan untuk (1) mengorganisasikan informasi perikanan sehingga lebih teratur, akurat, cepat, efektif dan efisien, (2) mengembangkan program aplikasi sistem informasi manajemen dengan model Dinas Perikanan DKI Jakarta, (3) membantu pengguna (user) dalam pengelolaan informasi sehingga dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dan kebijakan. Program aplikasi yang dihasilkan diberi nama Sistem Informasi Manajemen Dinas Perikanan DKI Jakarta Version 1.0 atau disingkat SIM-DPJ Version 1.0. Program aplikasi SIM-DPJ Version 1.0 diuji coba (verifikasi) untuk menguji kemampuan sistem dalam memproses data masukan (input data). Berdasarkan keluaran informasi pada menu Hasil Data didapatkan beberapa informasi mengenai pendugaan stok sumberdaya ikan, dalam hal ini digunakan contoh data dari spesies ikan tuna dan cakalang di wilayah pengelolaan perikanan 9 (WPP 9-Samudera Hindia). Pada option Standarisasi ditampilkan informasi mengenai penentuan alat tangkap standar dari enam alat tangkap yang digunakan untuk menangkap tuna dan cakalang. Alat tangkap standar ini memiliki nilai FPI (Fishing Power Index) sama dengan 1, dalam kasus ini yang menjadi alat tangkap standar adalah rawai tuna, pada option ini juga didapat informasi mengenai nilai CPUE standar. Program aplikasi SIM-DPJ Version 1.0 hanya menggunakan metode surplus produksi untuk mengestimasi sumberdaya ikan. Pendugaan (estimasi) mengenai stok sumberdaya ikan diperlihatkan oleh hubungan antara upaya tangkap (effort) dengan hasil tangkap (catch) dengan menggunakan model surplus produksi yaitu model Schaefer dan model Fox. Kegunaan program aplikasi SIM-DPJ 1.0 bila dibandingkan dengan cara konvensional (buku-buku laporan) diantaranya: (1) dapat mengorganisasikan ketersediaan informasi yang ada pada Dinas Perikanan DKI Jakarta sehingga lebih teratur, akurat, cepat, efektif dan efisien serta membantu pengguna (user) sistem informasi ini dalam pengambilan keputusan dan kebijakan, (2) tampilan


(46)

30

program aplikasi SIM-DPJ yang menarik dan jauh lebih akrab dengan pemakai (userfriendly) dari pada program konvensional yang total dikerjakan melalui program prosedur, (3) data tersimpan dalam suatu file database dan data tersebut dapat ditambah, dihapus, diperbaharui (update data) sehingga informasi yang ada tetap aktual. Program aplikasi SIM-DPJ untuk menentukan alternatif pengembangan usaha pemanfaatan sumberdaya perikanan di DKI Jakarta, belum secara sempurna menggambarkan kondisi perikanan yang sebenarnya, karena tergantung akurasi data yang digunakan. Agar memperoleh rekomendasi yang benar dari program aplikasi ini, disarankan dalam pengisian data yang digunakan untuk menghasilkan informasi harus akurat (garbage in garbage out).

Fitria (2002) mengembangkan sistem informasi pada usaha perikanan tangkap di perairan pengandaran Jawa Barat. penelitian ini bertujuan untuk merancang Sistem informasi usaha perikanan tangkap di pengandaran dengan manfaatkan komputer sebagai pendukung dalam pengelolaan data. dengan bantuan komputer, dapat membantu pihak pengelola informasi di dalam proses pemasukan data, penyimpanan data dan pengolahan data sehingga informasi dapat dihasilkan secara cepat, akurat, efektif dan efisien. Perancangan sistem informasi perikanan tangkap di pengandaran di beri nama SI PIT. Informasi yang dihasilkan dari SI PIT pada akhirnya dapat digunakan oleh berbagai pihak pelaku sistem perikanan tangkap di pengandaran. diantaranya digunakan oleh pihak pemerintah daerah dalam menetapkan suatu aturan atau kebijakan dibidang perikanan, oleh pihak pengelola pelabuhan dalam pengelolaan produksi perikanan, dan peningkatan fasilitas pelabuhan, juga dapat digunakan oleh pelaku atau pihak yang berusaha atau yang akan berminat untuk berusaha di bidang perikanan tangkap di pangandaran.

Handayani (2003) telah menghasilkan Sistem Informasi Manajemen Dinas Perikanan Dati I Jawa Timur diberi nama SIM_DP Jatim. Program Aplikasi dibangun sebagai alat untuk mengelola data dinas dan penyedia informasi bagi masyarakat. SIM DP Jatim memiliki kelemahan yaitu belum terbentuknya sistem jaringan pada program aplikasi yang dapat mengatur arus data masuk dan keluar, perhitungan pendugaan stok sumberdaya tidak dilakukan pada Microsoft Access tapi masih menggunakan program lain (Microsoft Excel) untuk mengimpor hasil perhitungan.

Nelly (2005) meneliti mengenai rancang bangun sistem informasi perikanan udang penaeid di perairan Arafura yang berbasis di Sorong dan


(47)

Bintuni, yang bertujuan untuk menghimpun data dasar yang berkaitan dengan usaha penangkapan udang di perairan Arafura dan mengembangkan suatu rancang bangun sistem informasi perikanan udang di perairan Arafura berdasarkan data dasar yang didapat untuk mendukung keberlangsungan usaha penangkapan udang di perairan Arafura. Perangkat lunak yang dirancang diberi nama SIPURA, yang digunakan sebagai sistem informasi perikanan udang di perairan Arafura. Dibutuhkan data-data berupa hasil tangkapan udang, alat tangkap, upaya penangkapan, hasil tangkapan sampingan dan data logbook penangkapan udang sebagai masukan awal dalam sistem informasi ini, dengan demikian pengguna sistem informasi ini dapat menduga ketersedian stok udang didaerah tersebut

Mahfud (2005) menyusun suatu Rancang Bangun Sistem Informasi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan secara Terpadu : Prototipe Kabupaten Sumenep Madura. Penelitian tersebut telah menghasilkan program aplikasi komputer SISTEMIK®SIMPEL dengan platform Microsoft Windows XP Home Edition dengan dua panel utama, yaitu: (1) marine and coastal support system sebagai sistem pendukung manajemen pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan; dan (2) marine and coastal guideline system sebagai sistem penuntun manajemen pemanfaatan ruang pesisir dan lautan.

Saptoriantoro (2006) meneliti mengenai sistem informasi perikanan PPP Karangantu Kabupaten Serang Propinsi Banten, dengan tujuan untuk merancang sistem informasi berbasis komputer, dan membantu manajemen PPP Karangantu dalam meningkatkan mutu pelayanan data dan informasi perikanan. Sistem informasi yang dirancang diberi nama SIMKAR Ver. 1 PS, yang meruoakan sistem informasi berbasis komputer yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan oleh pihak manajemen PPP Karangantu, seperti mempercepat waktu pelayanan, dapat memperkecil kekeliruan data dan menghasilkan laporan-laporan yang diinginkan dalam waktu relatif singkat dan akurat.

Sebagaimana disebutkan oleh Haluan (2002) pengembangan sistem informasi untuk pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan masih sangat dibutuhkan, untuk itu penelitian-penelitian lanjutan akan sangat berharga nilainya. Penelitian – penelitian tersebut antara lain dari segi wilayah, permasalahan kelautan dan perikanan, kelembagaan, dan lain sebagainya.


(48)

3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 24 bulan pada bulan Desember 2004 hingga Desember 2006. Pengolahan, tabulasi, dan analisis data serta pembuatan perangkat lunak komputer dilaksanakan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB (FPIK IPB). Penelitian lapang dilaksanakan di PPSC (Peta lokasi penelitian lapang tampak pada Lampiran 1).

Kegiatan penelitian tentang ”Rancang Bangun Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan: Studi Kasus di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap” meliputi :

(1) Survei terhadap lokasi penelitian untuk analisis dan identifikasi masalah dilakukan pada bulan Desember 2004- Januari 2005.

(2) Studi pustaka untuk mendapatkan data-data pendukung dilakukan bulan Januari 2005-Februari 2005.

(3) Pengumpulan data utama dilakukan di PPSC, Dinas perikanan dan kelautan Kabupaten Cilacap, pada bulan Maret 2005 – Agustus 2005.

(4) Pengolahan data dan pembuatan perangkat lunak komputer Microsoft Access, dilakukan di FPIK IPB bulan September 2005-Desember 2005. (5) Penulisan laporan dan konsultasi serta diskusi kelayakan sistem informasi

dengan stakeholders pendekatan FGD (Focus Group Discussion) bulan Januari 2006–Desember 2006.

3.2 Tahap Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka pelaksanaan penelitian ini melalui beberapa tahap, yaitu: (1) Analisis kebutuhan pelaku sistem pelabuhan perikanan, (2) Identifikasi elemen sistem pelabuhan perikanan, (3) Permodelan sistem pelabuhan perikanan, dan (4) perancangan sistem informasi pelabuhan perikanan.

Identifikasi elemen sistem pelabuhan perikanan dimaksudkan untuk mendapatkan elemen-elemen penting dari sistem yang digunakan untuk perancangan model sistem pelabuhan perikanan. Permodelan sistem digunakan untuk merumuskan hubungan antara masukan dan keluaran dan memprediksi hasil yang dimungkinkan. Pengumpulan data digunakan untuk melakukan verifikasi sistem informasi yang dibangun, yaitu di Cilacap.


(49)

3.3 Metode Penelitian

3.4.1 Metode pengumpulan data

Dalam pelaksanaan penelitian, data dikumpulkan melalui metode survei lapangan dan studi pustaka untuk mendapatkan data primer dan sekunder. Data sekunder diperoleh dari beberapa literatur dan instansi terkait, baik di daerah maupun di tingkat pusat. Data primer diperoleh melalui survei lapang dan wawancara mendalam (in-depth interview) atau dengan bantuan kuesioner terhadap pihak terkait, seperti nelayan, pemerintah daerah, pengelola pelabuhan perikanan (PPSC), pengusaha perikanan, dan peneliti. Teknik pengambilan contoh (expert survey) dilakukan dengan teknik pengambilan contoh purposif (purposive sampling) dengan kriteria mewakili setiap bidang keahlian sesuai bidang kajian.


(50)

34

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data kebutuhan sistem informasi yang diperoleh dari para stakeholder dan data yang akan dijadikan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi tersebut. Jenis data pertama diperoleh dari rangkaian survei melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan panduan sebuah kuesioner. Responden survei ini adalah 40 orang nelayan, 6 pengelola PPSC, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap, 25 pedagang pengumpul, 10 pengolah ikan, 15 pemilik kapal, 2 pengurus kapal dan 1 pengurus KUD.

Jenis data kedua digunakan untuk penyusunan basis data, terdiri dari data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari kantor Dinas Perikanan setempat, UPT PPSC dan pihak-pihak yang berhubungan dengan PPSC. Data tersebut antara lain statistik PPSC tahun 1995-2005 yang diterbitkan oleh DKP, data-data penunjang lainnya yang diperoleh dari studi pustaka. Data yang diambil meliputi data produksi ikan dan nilai produksinya, jumlah nelayan dan kepemilikan perahu atau motor, produktivitas ikan per alat tangkap, data operasional PPSC (pelelangan ikan, jumlah dan nilai kebutuhan logistik kapal, retribusi PPSC dan jumlah penerimaan), pendapatan asli daerah Kabupaten Cilacap, jumlah penduduk dan nelayan serta informasi potensi ikan. Secara umum, kedua jenis data secara simultan dapat dipakai untuk mengidentifikasi kebutuhan dan sekaligus basis data.

3.4 Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk merancang sistem informasi pelabuhan perikanan di Cilacap diawali dengan melakukan pendekatan sistem. Pendekatan ini dimulai dari analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, dan identifikasi sistem yang akhirnya dapat digunakan pada tahap perancangan sistem.

Sebelum dilakukan rancangan sistem informasi terlebih dahulu dilakukan perancangan basis data. Pada tahap ini, dilakukan proses identifikasi, normalisasi dan kodifikasi data. Data yang telah dkumpulkan disusun ke dalam tabel yang nantinya digunakan untuk menyimpan data dan kemudian berulah dilakukan pengolahan data menjadi informasi.

Hasil dari perancangan basis data adalah struktur basis data yang berupa file data, kemudian dilakukan pengujian dengan memasukkan sedikit data,


(1)

Menu-menu Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap Berbasis Nelayan.

Masing-masing memiliki Sub Menu:

◊ PPS Cilacap

- Organisasi Pelabuhan

- Struktur Organisasi

- Sarana dan Prasarana

- Denah Lokasi

◊ Informasi Perikanan

- Biologi

¾ Info Species

¾ Info Harian Ikan

¾ Info Bulanan Ikan

¾ Info Tahunan Ikan

¾ Info Produksi Per Kapal


(2)

- Info Lingkungan Fisik

¾ Pasang Surut Hidro Oseanografi

¾ Sedimentasi

¾ Klimatologi

¾ Sungai

¾ Topografi dan Bathimetri

¾ Geoteknik

◊ Kabupaten Cilacap

- Geografis dan Topografi

- Kependudukan

- Kesehatan

- Perumahan

- Agama

- Pendidikan

- Perikanan

◊ Lain-lain


(3)

e. Masukkan data ke dalam tabel sesuai dengan jenis fieldnya.

Contoh input data untuk menu lain-lain pada sub menu model fox dan Schaefer ◊ Pilih nama Ikan

◊ Jumlah hasil tangkapan

◊ Jumlah trip/tahun ◊ Jenis alat tangkap


(4)

Menampilkan hasil atau tampilan suatu menu: Klik atau pilih satu dari empat menu yang ada.

◊ PPS Cilacap

◊ Informasi Perikanan

◊ Kabupaten Cilacap

◊ Lain-lain


(5)

2. Langkah entry pada tabel dengan menggunakan disket terdiri atas 2 tahap. Tahap pertama adalah menyalin data dari komputer ke dalam disket. Tahap kedua adalah menyalin data dari disket ke dalam komputer.

Langkah penyalinan data dari Komputer ke dalam disket adalah sebagai berikut:

1. Aktifkan program Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap

2. Klik menu entry dan pilih sub menu tabel isian. 3. Klik salah satu sub sistem.

4. Setelah tabel entry data muncul, klik menu sistem penunjang. 5. Pilih sub menu pengolah data.

6. Buka file pada program excel yang tersimpan otomatis dalam my document dengan nama yang sama dengan sub sistem yang dibuka pada program Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap

7. Copy file tersebut ke dalam disket.

Langkah penyalinan data dari disket ke dalam computer adalah sebagai berikut:

1. Buka file yang akan di copy ke dalam computer.

2. Setelah tabel yang tercopy ke dalam file excel muncul, sorot record (satu atau lebih) yang akan disalin ke dalam program Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap.

3. Aktifkan program Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap.

4. Klik menu entry dan pilih sub sistem yang sesuai. 5. Klik pointer pada previous record.

6. Klik paste.

3. Langkah entry pada form sebagai berikut:

a. Aktifkan program Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap

b. Pilih menu entry.

c. Pilih sub menu Form Isian. d. Klik sub sistem yang diinginkan.


(6)

Catatan: Data entry yang dimasukkan harus seragam baik dari segi penomoran, ejaan, dan penggunaan spasi.

Edit dan hapus data

Edit data dapat dilakukan dengan menggunakan tabel isian dengan cara membuka tabel isian dan memperbaiki data pada tabel. Edit dapat dilakukan juga pada Form Isian.

Keluar program

Untuk keluar dari program dapat menggunakan (klik) pada tanda silang atau menggunakan tombol tutup (close).