Aktivitas antiproliferasi ekstrak daun jambu biji (psidium guajava) terhadap sel kanker payudara MCF-7

AKTIVITAS ANTIPROLIFERASI EKSTRAK DAUN JAMBU
BIJI (Psidium guajava) TERHADAP SEL KANKER
PAYUDARA MCF-7

IGNASIUS SETIADI LEMA

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Aktivitas Antiproliferasi Ekstrak
Daun Jambu Biji (Psidium guajava) Terhadap Sel Kanker Payudara MCF-7
adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di

bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014
Ignasius Setiadi Lema
NIM G44100042

ABSTRAK
IGNASIUS SETIADI LEMA. Aktivitas Antiproliferasi Ekstrak Daun Jambu Biji
(Psidium guajava) terhadap Sel Kanker Payudara MCF-7. Dibimbing Oleh IRMA
HERAWATI SUPARTO dan DEDEN SAPRUDIN.
Ekstrak daun jambu biji memiliki bahan aktif yang diharapkan mampu
menghambat proliferasi sel kanker dan tidak bersifat toksik terhadap sel yang
normal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengevaluasi efek antiproliferasi
dari ekstrak daun jambu biji terhadap sel kanker payudara MCF-7. Evaluasi
hambatan ditentukan dengan menggunakan uji 3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5difenil-tetrazolium bromida (MTT). Hasil penelitian menunjukkan kandungan
metabolit sekunder simplisia daun jambu biji adalah flavonoid, saponin, tanin, dan
triterpenoid. Nilai IC50 dari ekstrak kasar etanol 70% terhadap sel MCF-7 sebesar
35 ppm. Ekstrak menghambat pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7 secara

maksimal pada konsentrasi 100 ppm tanpa menghambat pertumbuhan sel normal
Chang. Fraksionasi dengan eluen terbaik campuran kloroform dan metanol (6:4)
menghasilkan fraksi 4 yang memiliki sifat toksisitas selektif paling baik dengan
nilai IC50 sebesar 378 ppm. Berdasarkan analisis gugus fungsi menggunakan
spektrofotometer infra merah terhadap fraksi 4, terdapat serapan C=C aromatik,
ulur –CH2 asimetrik, C–O eter, dan –OH.
Kata kunci: daun jambu biji, sel MCF-7, spektrofotometer infra merah, uji MTT

ABSTRACT
IGNASIUS SETIADI LEMA. Antiproliferation Activity of Psidium guajava Leaf
Exctract on Breast Cancer MCF-7 Cells. Supervised by IRMA HERAWATI
SUPARTO and DEDEN SAPRUDIN.
Guava leaf extract contains active compound that could inhibit the
proliferation of cancer cells and non-toxic to normal cells. Therefore, the purpose
of this study was to evaluate the antiproliferation effect of guava leaf extract on
breast
cancer
MCF-7
cells.
MTT

(3-(4,5-dimethylthiazolyl-2)-2,5diphenyltetrazolium bromide) assay was used to test the anticancer effect. The
result showed that guava leaf contained secondary metabolites as flavonoids,
saponins, tannins and triterpenoids. The IC50 value of 70% ethanol extract to
MCF-7 cells was 35 ppm. The ethanol extract inhibited the proliferation of MCF7 at 100 ppm without inhibited Chang cells. Further fractionation with chloroform
and methanol (6:4) as eluent gave a fourth fraction showing excellent selective
toxicity with IC50 value of 378 ppm. Based on functional group identification on
this particular fraction using infra-red spectrophotometer, there were aromatic
C=C, asymmetric –CH2 stretching, C–O ether, and –OH absorptions.
Keywords: Psidium guajava leaves, MCF-7 cell, infra-red spectrophotometer,
MTT assay

AKTIVITAS ANTIPROLIFERASI EKSTRAK DAUN JAMBU
BIJI (Psidium guajava) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA
MCF-7

IGNASIUS SETIADI LEMA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains

pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Aktivitas Antiproliferasi Ekstrak Daun Jambu Biji
(Psidium guajava) Terhadap Sel Kanker Payudara
MCF-7
: Ignasius Setiadi Lema
: G44100042


Disetujui oleh

Dr dr Irma Herawati Suparto, MS
Pembimbing I

Dr Deden Saprudin, SSi MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan
penelitian serta menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul “Aktivitas
Antiproliferasi Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava) Terhadap Sel Kanker

Payudara MCF-7”. Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan
penulis di Pusat Studi Satwa Primata Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat-Institut Pertanian Bogor (PSSP LPPM-IPB) dan Laboratorium Kimia
Anorganik Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
(FMIPA) IPB dari Maret sampai Mei 2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr dr Irma H. Suparto MS dan
Bapak Dr Deden Saprudin MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberi
saran, bimbingan, serta nasihat-nasihat sehingga penelitian ini dapat berjalan
dengan lancar. Di samping itu, penghargaan dari penulis disampaikan kepada
Silmi Mariya MSi dan Iin Indriawati SSi serta segenap staf Laboratorium
Mikrobiologi dan Imunologi PSSP IPB dan Laboratorium Anorganik Kimia
FMIPA IPB yang telah membantu dan membimbing selama penelitian ini
berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tak lupa rasa terima kasih
juga disampaikan kepada Fahmi Luthfie, Fatia Izzaty, Tri Hidayati, Nadia Ulfa,
dan Dita Iryani yang telah memberikan semangat, nasihat, dan bantuannya selama
penelitian ini berlangsung.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

Ignasius Setiadi Lema

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1

BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Metode Penelitian
Pengadaan dan Pembuatan Simplisia
Pembuatan Ekstrak

Peremajaan dan Persiapan Kultur Sel
Penghitungan Sel Menggunakan Hemasitometer
Persiapan Uji Sitotoksisitas
Penapisan Konsentrasi Ekstrak Menggunakan Uji MTT
Penentuan Eluen Terbaik
Fraksionasi Ekstrak Daun Jambu Biji dengan Kromatografi Kolom
Identifikasi Gugus Fungsi dengan FTIR

2
2
3
3
3
3
4
4
4
5
5
6


HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Simplisia Daun Jambu Biji
Uji Aktivitas Ekstrak Daun Jambu Biji
Fraksionasi Ekstrak Teraktif
Uji Aktivitas Fraksi Daun Jambu Biji
Identifikasi Fraksi Aktif

6
6
7
10
12
14

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

15

15
15

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

19

DAFTAR GAMBAR
1 Daun jambu biji
2 Persen penghambatan ekstrak air, etanol 30%, etanol 50%, dan etanol 70%
daun jambu biji terhadap kultur sel Chang.
3 Persen penghambatan kultur sel Chang dan sel MCF-7 terhadap ekstrak daun
jambu biji pada konsentrasi 100 ppm
4 Kultur sel Chang setelah penambahan ekstrak etanol 30% selama 48 jam pada
berbagai konsentrasi
5 Profil noda pencarian eluen terbaik dengan pelarut tunggal

6 Profil noda pencarian eluen terbaik dengan penggabungan pelarut kloroformmetanol dengan nisbah (1:9) sampai (9:1)
7 Profil noda fraksi hasil pemisahan kromatografi kolom
8 Persen penghambatan sel Chang terhadap fraksi I, fraksi IV, dan fraksi VI daun
jambu biji pada berbagai konsentrasi
9 Persen penghambatan sel MCF-7 terhadap fraksi I, fraksi IV, dan fraksi VI
daun jambu biji pada berbagai konsentrasi.
10 Hasil uji FTIR fraksi 4 daun jambu biji

2
8
8
9
10
11
12
13
13
15

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Bagan alir penelitian
Perhitungan Sel
Persen penghambatan sel normal Chang terhadap ekstrak kasar daun jambu biji
Persen penghambatan sel kanker MCF-7 terhadap ekstrak kasar daun jambu
biji
5 Persen penghambatan sel normal Chang terhadap fraksi daun jambu biji
6 Persen penghambatan sel kanker MCF-7 terhadap fraksi daun jambu biji

19
20
21
21
21
22

1

PENDAHULUAN
Kanker merupakan penyakit tidak menular yang terjadi akibat adanya
pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh secara tidak normal. Sel ini dapat menyerang
jaringan tubuh lain dari penderita, sehingga bila tidak segera ditangani dapat
menyebabkan kematian (Raymond 2007). Berdasarkan data Badan Kesehatan
Dunia (WHO 2012), kanker menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian
terbesar setelah penyakit kardiovaskular. Kanker payudara merupakan salah satu
jenis kanker yang paling banyak menyebabkan kematian pada wanita di dunia.
Hingga tahun 2012, terdapat lebih dari 1.7 juta kasus kanker payudara pada
wanita di seluruh dunia dan sedikitnya 522 000 orang wanita meninggal akibat
penyakit ini (International Agency for Research on Cancer 2013). Jika
dibandingkan dengan tahun 2008 maka ada peningkatan kasus kanker payudara
sebesar 20% dan sebanyak 14% diantaranya berakhir dengan kematian (Bray et al.
2013).
Negara miskin dan berkembang umumnya adalah penyumbang angka yang
sangat tinggi untuk tingkat kematian akibat kanker payudara. Selama ini telah
dilakukan berbagai upaya untuk menyembuhkan kanker payudara, yaitu dengan
cara pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi dan pengobatan tradisional. Biaya
pengobatan yang mahal menyebabkan metode pengobatan tradisional biasanya
dipilih karena biayanya yang lebih murah dan diharapkan minimal efek
sampingnya. Penggunaan bahan alami yang berasal dari tanaman tertentu
dipercaya mampu menyembuhkan penyakit seperti kanker oleh sebagian
masyarakat Indonesia.
Tumbuhan jambu biji (Psidium guajava) (Gambar 1) merupakan salah satu
contoh tanaman yang banyak dimanfaatkan secara tradisional sebagai obat
alternatif terhadap penyakit tertentu seperti diare, penyakit kulit dan luka
(Kamanth et al. 2008). Hingga saat ini sudah banyak penelitian yang dilakukan
untuk menguji aktivitas daun jambu biji sebagai antioksidan (Kuber et al. 2013),
antidiabetes (Mukhtar et al. 2006), antimikrob (Goncalves et al. 2008), antiradang
(Ojowole 2006) dan antikanker (Joseph & Priya 2010). Namun penelitian
aktivitas daun jambu sebagai obat antikanker sendiri masih sangat terbatas.
Berdasarkan Sato et al. (2010), hanya ada tujuh penelitian yang berhubungan
dengan pengujian aktivitas antikanker dari jambu biji menggunakan kultur sel.
Adapun sel kanker yang digunakan untuk uji aktivitas antikanker dari jambu biji
ini antara lain adalah sel kanker prostat (Ryu et al. 2012), kanker usus (Lee &
Park 2010), kanker serviks (Joseph & Priya. 2010), kanker lambung (Manthey et
al. 2001), kanker mulut dan kanker sel darah (Manosroi et al. 2006). Hasil dari
pengujian aktivitas antikanker dari daun jambu biji ini menunjukkan bahwa daun
jambu sangat berpotensi sebagai obat antikanker karena dapat mencegah ataupun
menghambat pertumbuhan sel kanker (Rishika & Sharma 2012). Pengobatan
penyakit kanker dengan menggunakan tanaman herbal seperti daun jambu biji
lebih menjanjikan dan tidak memberikan efek samping dibandingkan dengan cara
lain seperti kemoterapi atau radiasi (Itharat & Ooraikul 2007).

2

Gambar 1 Daun jambu biji (Joseph & Priya. 2010)
Obat antikanker yang memenuhi kriteria masih sangat sedikit karena harus
memiliki toksisitas selektif, yaitu dapat merusak sel kanker tanpa mengganggu sel
normal sehingga tidak ada efek samping yang ditimbulkan (Meiyanto et al. 2006).
Penapisan awal untuk menguji bahan yang diduga berpotensi sebagai obat
antikanker dapat dilakukan dengan uji sitotoksisitas menggunakan kultur sel. Sel
yang digunakan pada penelitian ini adalah sel normal Chang dan sel lestari kanker
payudara MCF-7 yang akan diuji dengan metode MTT (3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)2,5-difenil-tetrazolium bromida). Uji MTT digunakan untuk mengukur proliferasi
sel secara kolorimetri dengan pembacaan pada panjang gelombang 595 nm
sehingga dapat diketahui besarnya penghambatan yang ditimbulkan ekstrak daun
jambu. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi aktivitas antiproliferasi ekstrak daun
jambu biji pada sel kanker payudara MCF-7 dan mengidentifikasi senyawa aktif
yang berperan sebagai antikanker. Setelah diketahui memiliki aktivitas
antiproliferasi terhadap sel kanker maka dapat dilakukan fraksionasi untuk
memperoleh dan mengidentifikasi zat aktif yang berperan sebagai antikanker dari
ekstrak daun jambu biji. Diharapkan ekstrak dan fraksi daun jambu biji yang
diperoleh memiliki aktivitas antiproliferasi terhadap sel kanker payudara MCF-7
dan tidak bersifat toksik terhadap sel normal Chang.

BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat
Studi Biofarmaka (PSB) IPB, Bogor. Kultur sel untuk pengujian in-vitro, yaitu sel
normal Chang (ATCC CCL 13) dan sel lestari MCF-7 (ATCC HTB 22) diperoleh
dari Pusat Studi Satwa dan Primata (PSSP) IPB. Bahan media untuk uji antivirus,
yaitu: Dulbecco’s-Modified Eagle Medium (D-MEM) dan medium Rosewell Park
Memorial Institute (RPMI) 1640, serum janin sapi 10%, antibiotik (Penisilin 100
unit/mL, Streptomisin 100 g/mL), dimetil sulfoksida (DMSO), biru tiazolil
tetrazolium bromida 5 mg/mL, MTT, etanol absolut, NaHCO3, Phosphate Buffer

3

Saline (PBS) 1×, tripsin 0.25% dalam PBS 1×, biru tripan 0.1%. Bahan untuk
ekstraksi dan fraksionasi, yaitu air suling, etanol, metanol, kloroform, pelat KLT,
dan silika gel G 60 F254.
Alat untuk ekstraksi daun jambu biji adalah maserator dan penguap vakum.
Alat untuk fraksionasi, yaitu kromatografi kolom diameter 2 cm dan panjang 1
meter. Peralatan lainnya, yaitu penangas air isotemp (Fisher Scientific), Biosafety
Cabinet Class 2 (Nuaire), inkubator CO2 (Thermo Forma), kamar hitung
Neubaueur, inverted microscope (Nikon, GS-6R), Spectrafuge 7M Labnet, maxi
mix plus (Thermolyne), microplate reader (BIO-RAD i-Mark 11421), dan
spektrofotometer inframerah transformasi Fourier Bruker tipe Tensor 37.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu pengadaan dan pembuatan
simplisia, pengujian mutu simplisia, pembuatan ekstrak, uji sitotoksisitas dan
aktivitas antiproliferasi ekstrak terhadap sel normal dan sel kanker MCF-7
menggunakan uji MTT, fraksionasi ekstrak, dan identifikasi fraksi dengan FTIR
(Lampiran 1).
Pengadaan dan Pembuatan Simplisia
Sampel daun jambu biji diperoleh dari kebun Unit Konservasi dan Budi
daya Biofarmaka (UKBB) PSB IPB yang berlokasi di Cikabayan Kabupaten
Bogor. Daun yang dipanen adalah daun ke enam sampai ke sepuluh dari pucuk.
Daun jambu biji dicuci bersih kemudian dikeringkan dengan cara pemanasan oven
pada suhu 50 °C selama 2–3 hari hingga daun kering (kadar air kurang dari 10%).
Kemudian daun jambu biji digiling hingga menjadi serbuk dengan ukuran 60
mesh dan disimpan dalam wadah kedap udara. Simplisia diuji kadar air, kadar abu
dan kandungan fitokimianya.
Pembuatan Ekstrak
Serbuk daun diekstraksi dengan metode maserasi 2×24 jam. Pelarut yang
digunakan, yaitu air, etanol 30%, etanol 50% dan etanol 70% masing-masing
sebanyak 2 liter. Komposisi pelarut dan zat terlarut 10:1. Hasil ekstraksi masingmasing dikeringkan dengan vakum evaporator hingga dihasilkan ekstrak padat.
Hasil ekstraksi tahap pertama ini kemudian digunakan untuk uji aktivitas
toksisitas terhadap sel normal Chang yang menggunakan berbagai konsentrasi.
Kemudian dilanjutkan untuk pengujian antiproliferasi pada sel kanker payudara
MCF-7 menggunakan konsentrasi yang aman dari hasil uji toksisitas. Ekstrak
dengan potensi antikanker paling baik selanjutnya difraksionasi dan juga diuji
kandungan fitokimianya.
Peremajaan dan Persiapan Kultur Sel
Sel Chang maupun sel MCF-7 dicairkan setelah dikriopreservasi, lalu
ditanam pada medium D-MEM/RPMI 1640 dan diinkubasi pada suhu 37 °C
dengan CO2 5%. Sel yang telah tumbuh merata (confluent) dalam botol kultur
(flask) harus dilakukan subkultur. Media sel dibuang kemudian ditambahkan PBS

4

steril sebanyak 5 mL untuk membersihkan botol kultur dari sisa media lalu PBS
dibuang. Tripsin kemudian ditambahkan ke dalam botol kultur sebanyak 5 mL
dan diinkubasi pada 37 °C selama 5 menit, lalu media ditambahkan ke dalam
botol kultur sebanyak 1 mL untuk menghentikan reaksi dari tripsin. Sel yang telah
lepas dimasukan ke dalam tabung sentrifugasi 15 mL, kemudian disentrifugasi
dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit. Supernatan dibuang, sel ditambahkan
media sebanyak 5 mL, diaduk sampai homogen kemudian dihitung dengan
hemasitometer. Sel ditanam kembali sesuai dengan jumlah yang diinginkan ke
dalam pelat kultur jaringan 96 sumur yang berisi media D-MEM/RPMI 1640
baru.
Penghitungan Sel Menggunakan Hemasitometer
Penentuan banyaknya jumlah sel yang akan dimasukkan ke dalam pelat
sumur menggunakan metode hemasitometer. Sebanyak 20 µL sel Chang dalam
media D-MEM ditambahkan 20 µL biru tripan 0.1%. Selanjutnya diambil 20 µL
larutan tersebut dan dimasukan ke dalam alat hemasitometer dan dihitung jumlah
sel yang hidup menggunakan teknik hemasitometer Spencer Bright-Line Improved
Neubauer (Lampiran 2). Banyaknya sel dalam 1 mL dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut:
Jumlah sel/ml =
Sel Chang yang telah ditumbuhkan pada botol kultur T25 disubkultur ke
dalam sumur pelat kultur sel 96 selama 24 jam pada kondisi 5% CO2 dan suhu
37 oC dengan jumlah 5000 sel/sumur.
Persiapan Uji Sitotoksisitas
Sampel yang digunakan adalah ekstrak air, ekstrak etanol 30%, ekstrak
etanol 50% dan ekstrak etanol 70% daun jambu biji. Keempat sampel masingmasing dibuat dalam variasi konsentrasi 1000; 500; 250; 125; 62.5; 31.25; 15.6;
dan 7.8 ppm dengan menggunakan DMSO 10% sebagai pelarutnya. Masingmasing konsentrasi dilakukan tiga kali pengulangan pada saat pengujian
sitotoksisitas. Sel yang digunakan adalah sel normal Chang dan sel kanker
payudara MCF-7 dengan metode uji sitotoksisitas menggunakan Uji MTT.
Penapisan Konsentrasi Ekstrak Menggunakan Uji MTT (Wiley 2000)
Uji sitotoksisitas dilakukan untuk mengetahui keamanan ekstrak terhadap
sel Chang dan mengetahui kemampuan ekstrak dalam menghambat pertumbuhan
sel kanker payudara MCF-7. Sel Chang yang sebelumnya telah disubkultur ke
pelat kultur jaringan 96 sumur selama 24 jam pada kondisi 5% CO2 dan suhu 37
o
C dengan jumlah 5000 sel/sumur. Ekstrak yang telah dibuat sebelumnya
dimasukkan sebanyak 100 µL/sumur, diinkubasi selama 48 jam, kemudian
ditambahkan 10 µL/sumur MTT dan diinkubasi kembali selama 4 jam pada pada
kondisi 5% CO2 dan suhu 37 oC. MTT merupakan substrat dari enzim
mitokondria dehidrogenase, yang dihasilkan sel hidup. Pemecahan substrat ini
akan menghasilkan senyawa berwarna ungu (formazan). Supernatan dibuang dan

5

ditambahkan etanol-HCl. HCl berfungsi untuk memecah sel, karena formazan
merupakan produk intraseluler dari reaksi enzimatik MTT, sedangkan etanol
berfungsi untuk melarutkan formazan (kristal garam). Pembacaan rapatan optis
dilakukan menggunakan microplate reader pada panjang gelombang 595 nm.
Hasil yang diperoleh berupa nilai absorbans. Persen penghambatan dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
penghambatan
Setelah nilai penghambatan pada sel normal Chang diketahui, data yang
diperoleh digunakan untuk mencari nilai IC50. Nilai IC50 dapat ditentukan dengan
persamaan garis linear antara konsentrasi (sumbu x) dan persen penghambatan
(sumbu y). Nilai IC50 yang diperoleh digunakan sebagai acuan konsentrasi ekstrak
yang dipilih untuk uji aktivitas antiproliferasi dengan metode Uji MTT terhadap
sel kanker payudara MCF-7.
Penentuan Eluen Terbaik
Pelat kromatografi lapis tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium
jenis silika gel G60F254 dari Merck dengan ukuran lebar 1 cm dan panjang 10 cm.
Ekstrak daun jambu biji terbaik ditotolkan pada pelat KLT sebanyak 20 kali
totolan. Setelah kering, totolan dielusi dalam bejana kromatografi yang telah
dijenuhkan uap eluen pengembang. Pada tahap pertama, proses elusi ekstrak daun
jambu biji pada pelat KLT dilakukan dengan menggunakan eluen tunggal dari
pelarut yang umum digunakan untuk pemisahan ekstrak daun jambu biji, yaitu nheksana, kloroform, etil asetat, dan metanol. Noda yang dihasilkan dari proses
elusi masing-masing eluen diamati di bawah lampu UV pada panjang gelombang
254 dan 366 nm. Eluen yang menghasilkan noda terpisah dipilih sebagai eluen
terbaik. Jika diperoleh 2 eluen yang dapat membuat noda terpisah, maka elueneluen tersebut dicampurkan dengan nisbah tertentu sehingga diperoleh campuran
eluen terbaik untuk menghasilkan noda terpisah pada pelat KLT (Houghton dan
Raman 1998).
Fraksionasi Ekstrak Daun Jambu Biji dengan Kromatografi Kolom
Fraksionasi dilakukan setelah penentuan eluen terbaik dengan menggunakan
KLT. Setelah diperoleh eluen terbaik, selanjutnya dilakukan pemisahan ekstrak
daun jambu biji secara bertahap. Sebanyak 2.5 g ekstrak daun jambu biji,
difraksionasi dengan kromatografi kolom dengan diameter 2 cm dan tinggi 30 cm
menggunakan 40 g silika gel dengan menggunakan eluen terbaik dan sistem elusi
isokratik. Setiap eluat ditampung dalam tabung reaksi yang telah diberi nomor
dengan volume masing-masing 3 mL dan diuji dengan kromatografi lapis tipis
menggunakan eluen terbaik. Noda pemisahan dideteksi di bawah lampu UV pada
panjang gelombang 254 dan 366 nm. Eluat yang memiliki faktor retensi (Rf) dan
pola KLT yang sama digabungkan menjadi satu fraksi (Rouessac dan Rouessac
1994). Fraksi ini dilanjutkan untuk pengujian antiproliferasi terhadap sel lestari
kanker payudara MCF-7.

6

Identifikasi Gugus Fungsi dengan FTIR
Sebanyak 0.5 mg serbuk fraksi aktif dicampurkan dengan 180 mg KBr,
kemudian dihomogenisasi dan dibentuk pelet menggunakan hand press Shimadzu
(tekanan 8 ton selama 10 menit). Pengukuran spektrum FTIR dilakukan pada
daerah IR tengah (4000–400 cm-1) dengan melibatkan pengontrol kerja berupa
personal komputer yang dilengkapi perangkat lunak OPUS versi 4.2. Spektrum
dihasilkan dengan kecepatan 32 detik dan resolusi 4 cm-1. Tampilan data spektrum
yang mengandung 1866 titik serapan kemudian diderivatisasi sehingga didapat
jumlah titik 19. Identifikasi gugus fungsi dari hasil spektrum yang didapat
berdasarkan bilangan gelombang tertentu (Rohaeti et al. 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Simplisia Daun Jambu Biji
Daun jambu biji kering yang diperoleh dijadikan simplisia dan ditentukan
kadar air serta kadar abunya. Kadar air dan kadar abu dari simplisia daun jambu
biji berturut-turut sebesar 9.77% dan 6.53%. Kadar air yang lebih rendah dari 10%
membuat sampel lebih tahan terhadap kontaminan mikrob dan mempermudah
perhitungan jumlah bahan yang dibutuhkan berdasarkan rendemennya (Budijanto
et al. 2010). Kadar abu menunjukkan kandungan mineral yang terdapat dalam
bahan (Winarno 2008). Komponen metabolit sekunder secara kualitatif dapat
ditentukan dengan uji fitokimia. Berdasarkan hasil uji fitokimia diketahui bahwa
simplisia daun jambu biji mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid,
saponin, tanin, dan triterpenoid. Hasil ini sesuai dengan data fitokimia pada daun
jambu biji yang berhasil dihimpun Shruti et al. (2013). Hasil uji fitokimia pada
ekstrak etanol 70% daun jambu biji menunjukkan hasil positif untuk uji senyawa
metabolit sekunder flavonoid, saponin, dan tanin. Hal ini menunjukkan bahwa
pelarut etanol 70% mampu mengekstraksi metabolit sekunder yang bersifat polar
dari daun jambu biji. Chollom et al. (2012) melaporkan hasil fitokimia ekstrak air
daun jambu biji mengandung flavonoid, dan saponin dengan intensitas tinggi
sedangkan tanin, glikosida, dan agen pereduksi terdeteksi dengan intensitas yang
rendah.
Simplisia diekstrak menggunakan metode maserasi untuk meminimalkan
kerusakan senyawa aktif akibat perlakuan panas. Pelarut yang digunakan adalah
air, etanol 30%, etanol 50% dan etanol 70%. Menurut Badan Pengawas Obat dan
Makanan (2005), bahan yang akan digunakan sebagai obat harus diekstraksi
menggunakan pelarut etanol atau air. Selain faktor keamanan, pemilihan etanol
sebagai pelarut karena mudah didapat, murah dan mudah menguap. Hasil
rendemen yang diperoleh untuk pelarut air, etanol 30%, etanol 50% dan etanol
70% berturut-turut sebesar 13.11%, 18.46%, 24.35%, dan 22.26%. Pelarut etanol
50% menghasilkan rendemen paling tinggi. Penambahan etanol pada air dapat
meningkatkan senyawaan flavonoid yang terekstrak. Hal ini dikarenakan
penambahan etanol pada air menyebabkan sifat kepolaran yang lebih beragam,
yaitu sifat kurang polar dari etanol dan sangat polar dari air sehingga lebih banyak
komponen yang dapat diekstrak dibandingkan dengan menggunakan pelarut air

7

saja. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya diuji aktivitas antiproliferasi dan
diharapkan ekstrak terbaik memiliki aktivitas yang antiproliferasi yang tinggi pada
konsentrasi rendah, tidak bersifat toksik pada sel normal serta memiliki rendemen
yang besar.
Uji Aktivitas Ekstrak Daun Jambu Biji
Penapisan konsentrasi ekstrak dilakukan berdasarkan hasil uji toksisitas
masing-masing ekstrak terhadap sel normal Chang. Uji sitotoksisitas ditentukan
berdasarkan nilai konsentrasi penghambatan 50% (IC50) yang merupakan
konsentrasi tertentu yang menghasilkan penghambatan 50% populasi sel yang
sama dalam waktu spesifik dan kondisi percobaan yang sesuai (Rajbhandari et al.
2001). Nilai IC50 ini menunjukkan batasan konsentrasi yang dianggap berpotensi
sebagai racun bagi sel normal. Dengan mendapatkan nilai IC50 dari ekstrak
terhadap sel normal, maka untuk pengujian terhadap sel kanker dapat digunakan
konsentrasi yang nilainya lebih rendah dari nilai IC50 yang diperoleh. Hal ini
dilakukan karena diharapkan konsentrasi yang digunakan aman terhadap sel
normal dan memberikan aktivitas antiproliferasi terhadap sel kanker. Dengan
demikian ekstrak terbaik memiliki sifat toksisitas selektif, yaitu dapat merusak
atau menghambat perkembangan sel kanker tanpa mengganggu sel normal
sehingga tidak ada efek samping yang ditimbulkan (Meiyanto et al. 2006).
Metode penapisan konsentrasi ekstrak menggunakan uji MTT. Larutan
MTT yang berwarna kuning akan tereduksi menjadi formazan di dalam
mitokondria sel hidup. Garam tetrazolium akan masuk ke dalam mitokondria sel
hidup karena adanya muatan positif dan potensial membran plasma. Dengan
bantuan enzim suksinat dehidrogenase di mitokondria yang hanya dihasilkan oleh
sel hidup maka garam tetrazolium tersebut akan tereduksi menjadi formazan
(Willey 2000). Formazan yang terbentuk berbanding lurus dengan jumlah sel yang
hidup (Moorthi et al. 2011). Selanjutnya dengan penambahan etanol absolut
mampu melarutkan kristal formazan dan menghasilkan warna ungu yang serapan
sinarnya dapat dibaca pada panjang gelombang 595 nm. Kelebihan dari metode
MTT ini, yaitu relatif cepat, sensitif, akurat dan dapat digunakan untuk mengukur
sampel dalam jumlah besar (Wiley 2000).
Persen penghambatan sel normal Chang terhadap berbagai ekstrak daun
jambu biji berbanding lurus dengan konsentrasi (Lampiran 3). Berdasarkan hasil
uji dapat dilihat bahwa batas konsentrasi yang aman dari berbagai ekstrak daun
jambu biji terhadap sel normal Chang adalah 100 ppm (Gambar 2). Konsentrasi
yang lebih tinggi dari 100 ppm menghasilkan nilai penghambatan diatas 50%
yang memiliki toksisitas tinggi terhadap sel normal sehingga tidak digunakan
untuk pengujian terhadap sel kanker payudara MCF-7. Hal ini dikarenakan
meskipun memiliki nilai penghambatan yang besar terhadap sel kanker namun
bersifat toksik dan dapat merusak sel yang normal. Nilai IC50 dari ekstrak air,
etanol 30%, etanol 50% dan etanol 70% berturut-turut sebesar 224.38 ppm,
200.55 ppm, 306.20 ppm dan 336.37 ppm. Dari nilai IC50 yang diperoleh
diketahui bahwa ekstrak etanol 70% memiliki toksisitas yang paling rendah
dibandingkan ekstrak lainnya.

8

100

Persen Penghambatan

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
800

400

200

100

50

12,5

6,25

Konsentrasi (ppm)

Gambar 2 Persen penghambatan ekstrak air ( ), etanol 30% ( ), etanol 50% ( ),
dan etanol 70% ( ) daun jambu biji terhadap kultur sel Chang.

Persen Penghambatan (%)

Ekstrak dengan konsentrasi yang aman terhadap sel normal Chang
selanjutnya diujikan terhadap sel kanker payudara MCF-7. Penambahan ekstrak
air, etanol 30%, etanol 50% dan etanol 70% pada sel dengan konsentrasi 100 ppm
memberikan nilai penghambatan berturut-turut sebesar 57.75%, 53.80%, 42.11%
dan 71.13% (Lampiran 4). Berdasarkan nilai penghambatan yang diperoleh,
semua ekstrak memiliki aktivitas penghambatan yang lebih besar terhadap sel
MCF-7 dibandingkan pada sel normal Chang pada konsentrasi yang sama
sehingga dapat dikatakan semua ekstrak memiliki sifat toksisitas selektif dan
memiliki potensi sebagai obat antikanker (Gambar 3). Nilai IC50 ekstrak air,
etanol 30%, etanol 50% dan etanol 70% yang diperoleh sebesar 20.23 ppm, 74.77
ppm, 163.68 ppm dan 35.08 ppm. Meskipun nilai IC50 dari ekstrak air paling besar
namun ekstrak etanol 70% dipilih sebagai ekstrak terbaik karena pada konsentrasi
100 ppm menghasilkan nilai penghambatan yang paling rendah terhadap sel
normal Chang dan nilai penghambatan paling tinggi terhadap sel kanker MCF-7.
80
70
60
50
40
30
20
10
0

71,13
57,75

53,8
39,12

30,77

42,11
28,57
11,97

Ekstrak Air

Ekstrak
Etanol 30%

Ekstrak
Etanol 50%

Ekstrak
Etanol 70%

Gambar 3 Persen penghambatan kultur sel Chang ( ) dan sel MCF-7 ( )
terhadap ekstrak daun jambu biji pada konsentrasi 100 ppm

9

Gambar 4 menunjukkan pengaruh penambahan ekstrak dengan berbagai
konsentrasi terhadap pertumbuhan dan morfologi sel. Gambar 4d merupakan sel
normal Chang tanpa penambahan ekstrak yang menunjukkan pertumbuhannya
sangat baik, morfologi tidak terganggu dan menempati seluruh permukaan pelat
sumur. Pelat sumur yang berisi sel dengan penambahan ekstrak konsentrasi 800
ppm dan 100 ppm menunjukkan adanya penghambatan pada pertumbuhan sel
normal Chang. Gambar 4a menunjukkan sel dengan penambahan konsentrasi
ekstrak sebesar 800 ppm yang menyebabkan hampir seluruh sel mati, sedangkan
sel yang ditambahkan ekstrak dengan konsentrasi 100 ppm terlihat tidak tumbuh
dengan baik dan hanya memenuhi sebagian permukaan sumur (Gambar 4b). Sel
dengan penambahan konsentrasi ekstrak 6.25 ppm dapat tumbuh dengan baik dan
hampir sama pertumbuhannya dengan kontrol. Penambahan sampel dengan
konsentrasi 6.25 ppm sebenarnya memberikan pengaruh terhadap sel, tetapi hanya
memberikan perubahan pada morfologinya saja dan tidak sampai pada tahap
mematikan sel. Kekurangan metode uji MTT tidak dapat membedakan morfologi
sel sehingga apabila ada sel seperti Gambar 4a dan 4b masih dihitung sebagai sel
hidup meski terjadi kelainan yang disebabkan oleh toksisitas bahan, sehingga nilai
penghambatan yang dihasilkan menjadi lebih rendah karena sel tetap dianggap
hidup. Parameter sitotoksik yang sering digunakan dalam pengujian sel
diantaranya morfologi sel, viabilitas sel, penempelan sel, proliferasi sel dan
kerusakan membran (Doyle dan Griffiths 2000).
a

b

c

d

Gambar 4 Kultur sel Chang setelah penambahan ekstrak etanol 30% selama 48
jam pada konsentrasi a) 800 ppm, b) 200 ppm, c) 6.25 ppm, dan d)
kontrol (perbesaran 4000x)

10

Fraksionasi Ekstrak Teraktif
Ekstrak etanol 70% yang merupakan ekstrak dengan aktivitas penghambatan
terhadap sel kanker paling baik selanjutnya difraksionasi dengan menggunakan
kromatografi kolom. Fraksionasi ini bertujuan untuk memperoleh fraksi yang
berperan sebagai antikanker dan memiliki aktivitas penghambatan terhadap sel
kanker yang lebih besar dibandingkan ekstrak kasar dan tetap tidak bersifat toksik
terhadap sel normal. Fraksionasi dilakukan dengan menggunakan eluen terbaik.
Pencarian eluen terbaik dilakukan dengan elusi sampel pada pelat KLT
menggunakan pelarut tunggal yang memiliki kepolaran berbeda. Pelarut tunggal
yang digunakan adalah metanol, etil asetat, kloroform, dan heksana.
Berdasarkan analisis KLT pada Gambar 5, pelarut kloroform dan metanol
menunjukkan elusi yang baik karena menghasilkan jumlah noda yang lebih
banyak dan lebih terpisah. Pelarut metanol membawa ekstrak lebih banyak karena
sifat kepolaran yang sama dengan ekstrak etanol 70% yang juga polar. Kloroform
mampu membawa sebagian komponen yang bersifat kurang polar. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penggabungan dua pelarut tunggal dengan berbagai nisbah
sehingga komponen yang dibawa lebih terpisah dan banyak.

Gambar 5 Profil noda pencarian eluen terbaik dengan pelarut tunggal (kiri ke
kanan: n-heksana, etil asetat, kloroform, dan metanol).
Pelarut metanol dan kloroform menghasilkan jumlah noda yang lebih
banyak dan pemisahan yang lebih baik dibandingkan dengan pemisahan
menggunakan pelarut lainnya sehingga dipilih sebagai eluen terbaik. Pelarut
metanol-kloroform dengan berbagai komposisi biasa digunakan sebagai eluen
pada isolasi flavonoid yang banyak terdapat pada daun jambu biji (Hostettman et
al. 1995, Markham 1988). Oleh karena itu pelarut metanol dan kloroform dibuat
dengan berbagai komposisi (9:1 hingga 1:9) untuk melihat komposisi yang
menghasilkan pemisahan yang paling baik(Gambar 6). Pada Tabel 1 dapat dilihat
bahwa eluen dengan komposisi metanol-kloroform (6:4) dipilih sebagai eluen
terbaik karena pemisahannya lebih baik dan noda yang terbentuk lebih banyak
dibandingkan dengan komposisi lainya.

11

(1:9)

(2:8)

(3:7)

(4:6)

(5:5)

(6:4)

(7:3)

(8:2)

(9:1)

Gambar 6 Profil noda pencarian eluen terbaik dengan penggabungan pelarut
kloroform-metanol dengan nisbah (1:9) sampai (9:1) (kiri ke kanan)
Tabel 1 Perbandingan jumlah noda dan Rf dari masing-masing eluen
Eluen (kloroform:metanol)
1:9
2:8
3:7
4:6
5:5
6:4

Jumlah noda
3
3
4
3
3
7

7:3

5

8:2
9:1

4
5

Rf
0.025; 0.725; 0.85
0.0375; 0.7375; 0.8375
0.025; 0.225; 0.7125; 0.85
0.0375; 0.65; 0.925
0.05; 0.7; 0.9375
0.0375; 0.0875; 0.225; 0.5; 0.775;
0.8875; 0.9625
0.0375; 0.2875; 0.725; 0.8625;
0.9375
0.125; 0.425; 0.8875; 0.95
0.0125; 0.05; 0.125; 0.175; 0.9375

Fraksionasi selanjutnya dilakukan dengan menggunakan kolom
kromatografi menggunakan sistem isokratik (satu jenis eluen) dengan fase gerak
eluen terbaik yang diperoleh, yaitu kloroform-metanol (6:4). Sistem elusi
isokratik dipilih karena lebih sederhana, hemat waktu dan juga pelarut. Eluen
yang keluar dari kolom kromatografi selanjutnya ditampung dalam tabung reaksi
dan diuji nodanya menggunakan KLT. Eluen yang ditampung kemudian
digabungkan menjadi satu fraksi berdasarkan nilai Rf dan kesamaan noda yang
dihasilkan. Kecepatan suatu komponen melewati fase diam pada kromatografi
kolom bergantung pada sifat kepolaran dan ukuran molekul dari komponen dalam
ekstrak (Hosstettman et al. 1995). Karena fase diam yang digunakan bersifat lebih
polar dibandingkan eluen yang digunakan, maka komponen yang bersifat kurang
polar akan lebih cepat melewati fase diam akibat kecilnya afinitas komponen
terhadap fase diam.
Hasil fraksionasi dengan kolom kromatografi diperoleh 7 fraksi (Gambar 7)
dengan rendemen dari fraksi 1 sampai fraksi 7 berturut-turut sebesar 4.15%,
9.03%, 0.97%, 13.46%, 3.35%, 2.18%, dan 1.71%. Tidak semua fraksi yang

12

diperoleh diuji aktivitasnya dengan pertimbangan efektifitas uji MTT. Fraksi yang
digunakan untuk diuji aktivitas antiproliferasi menggunakan uji MTT adalah
fraksi 1, 4 dan 6. Pemilihan fraksi dilakukan dengan memperhatikan pola sebaran
fraksi yang diperoleh berdasarkan polaritas. Ketiga fraksi tersebut mewakili 7
fraksi yang diperoleh.

(I)

(II)

(III)

(IV)

(V)

(VI)

(VII)

Gambar 7 Profil noda fraksi hasil pemisahan kromatografi kolom
Uji Aktivitas Fraksi Daun Jambu Biji
Ketiga fraksi yang dipilih, yaitu fraksi 1, 4, dan 6 diuji toksisitasnya
terhadap sel normal Chang dan aktivitas antiproliferasi terhadap sel kanker
payudara MCF-7. Penapisan konsentrasi masing-masing konsentrasi dilakukan
dengan konsentrasi 800, 400. 200, 100, 50, 25, 12.5 dan 6.25 ppm menggunakan
uji MTT untuk mengetahui toksisitas fraksi terhadap sel normal Chang. Hasil uji
toksisitas ketiga fraksi menunjukkan bahwa fraksi 1 memiliki toksisitas yang
sangat tinggi pada konsentrasi 50 ppm hingga 800 ppm (Lampiran 5). Sedangkan
fraksi 4 dan fraksi 6 tidak menghambat proliferasi sel normal Chang dan bukan
merupakan zat yang toksik terhadap sel normal karena persen penghambatannya
masih di bawah 50%.
Fraksi-fraksi ini selanjutnya diuji aktivitas antiproliferasi terhadap sel
kanker payudara MCF-7 dengan konsentrasi yang tidak menghambat
pertumbuhan sel normal. Berdasarkan data pada Gambar 8, konsentrasi yang
digunakan untuk fraksi 1 harus lebih rendah dari 50 ppm. Penggunaan konsentrasi
diatas 50 ppm untuk fraksi 1 bersifat sangat toksik terhadap sel normal.
Sedangkan untuk fraksi 4 dan 6 konsentrasi yang dapat digunakan, yaitu dari 6.25
ppm hingga 800 ppm karena tidak menghambat pertumbuhan sel normal
(Lampiran 6).

Persen Penghambatan

13

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
800

400

200

100

50

25

12,5

6,25

Konsentrasi (ppm)

Gambar 8 Persen penghambatan sel Chang terhadap fraksi I ( ), fraksi IV ( ),
dan fraksi VI ( ) daun jambu biji pada berbagai konsentrasi

Persen Penghambatan

Berdasarkan data pada Gambar 9 diketahui bahwa fraksi 1 memiliki
aktivitas antiproliferasi yang sangat baik terhadap sel kanker karena pada
konsentrasi yang rendah, yaitu 50 ppm dapat memberikan persen penghambatan
sebesar 53.52%. Namun pada konsentrasi yang sama, persen penghambatan
terhadap sel normal menghasilkan nilai yang tidak jauh berbeda sebesar 47.15%
sehingga fraksi 1 tidak memiliki sifat toksisitas selektif. Dengan demikian,
meskipun fraksi 1 berpotensi sebagai obat antikanker namun kemungkinan timbul
efek samping sangat besar karena sifatnya yang juga dapat menghambat
pertumbuhan sel normal.
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
800

400

200

100
50
Konsentrasi (ppm)

25

12,5

6,25

Gambar 9 Persen penghambatan sel MCF-7 terhadap fraksi I ( ), fraksi IV ( ),
dan fraksi VI ( ) daun jambu biji pada berbagai konsentrasi.
Fraksi 4 dan fraksi 6 pada konsentrasi di bawah 400 ppm relatif tidak
memberikan aktivitas penghambatan terhadap sel kanker MCF-7. Pada
konsentrasi 800 ppm fraksi 4 memberikan aktivitas penghambatan sebesar
88.02% dan fraksi 6 sebesar 43.12%. Bila dibandingkan antara nilai
penghambatan pada sel normal Chang dan nilai penghambatan pada sel kanker
MCF-7 maka fraksi 4 memiliki sifat toksisitas selektif yang sangat baik. Pengaruh

14

penghambatan terhadap sel kanker lebih besar dibandingkan pengaruhnya
terhadap sel normal pada semua konsentrasi yang diujikan. Pada konsentrasi 800
ppm, fraksi 4 tidak bersifat toksik terhadap sel normal ditunjukan dengan nilai
penghambatan yang bernilai negatif, yaitu sebesar -22.68. Persen penghambatan
yang bernilai negatif ini menunjukkan bahwa pertumbuhan sel normal sangat baik
dan tidak mengalami penghambatan karena bahan tidak bersifat toksik. Nilai
penghambatan yang negatif pada konsentrasi tinggi juga dapat diakibatkan karena
adanya komponen yang tidak larut sempurna dalam media pertumbuhan sel
sehingga menghasilkan kesalahan positif. Kesalahan positif ini terjadi karena
komponen yang tidak larut memberikan serapan pada saat pembacaan absorbans.
Kesalahan positif ini sebenarnya dapat dihilangkan dengan cara pencucian dan
penggantian dengan media baru sebelum pengukuran absorbans, namun bila tidak
dilakukan dengan teliti dikhawatirkan ada sel yang ikut tercuci. Pada konsentrasi
yang sama, fraksi 4 memberikan nilai penghambatan sebesar 88.02% terhadap sel
kanker MCF-7. Dengan demikian fraksi 4 merupakan fraksi yang paling
memenuhi syarat sebagai fraksi yang berpotensi sebagai obat antikanker bila
mempertimbangkan sifat toksisitas selektifnya.
Nilai IC50 dari ekstrak etanol 70%, fraksi 1 dan fraksi 4 masing-masing
sebesar 35.08 ppm, 42.32 ppm dan 377.72 ppm. Sebagai perbandingan, nilai IC50
dari ekstrak daun jambu terhadap sel kanker leukemia Kasumi-1 sebesar 200 ppm
dan terhadap sel kanker prostat DU-145 sebesar 250 ppm (Arkene dan Shanna
2012; Chen et al. 2009). Penelitian yang dilakukan Manosroi et al. (2006) juga
memperoleh ekstrak minyak esensial dari daun jambu biji dengan aktivitas
antiproliferasi terhadap sel kanker leukemia (P388) paling tinggi dengan nilai IC 50
sebesar 37.9 ppm yang 4.37 kali lebih berpotensi dibandingkan obat komersial
vincristine. Nilai IC50 ekstrak etanol 70% mendekati standar National Cancer
Institute (NCI) Amerika yang menyatakan bahwa standar efektifitas komponen
bioaktif untuk melawan sel kanker harus lebih rendah atau sama dengan 30 ppm
(Albuntana et al. 2011). Dengan demikian, ekstrak etanol 70% lebih memiliki
potensi untuk dikembangkan sebagai agen kemoterapi yang baru untuk
menghambat pertumbuhan tumor dan kanker. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
ekstrak etanol terdapat sinergi dari banyak senyawa sehingga memberikan
aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan hasil fraksionasi. Kombinasi dan proses
sinergi dari berbagai senyawa yang berperan dalam pencegahan sel kanker masih
belum banyak dipelajari (Aboul-Enein et al. 2011).
Identifikasi Fraksi Aktif
Identifikasi gugus fungsi dari hasil spektrum yang didapat berdasarkan
bilangan gelombang tertentu (Rohaeti et al. 2011). Berdasarkan hasil interpetasi
FTIR pada Gambar 10, terdapat serapan aromatik C=C–H pada bilangan
gelombang 1608.63 cm-1 dan 1442.75 cm-1 dengan pembuktian regang C=C di
bilangan gelombang 1400-1600 cm-1. Serapan kuat dan lebar pada bilangan
gelombang 3329.14 cm-1 untuk regang –OH dan serapan kuat C–O eter pada
bilangan gelombang 1199.72 cm-1. Pada bilangan gelombang 2935.66 cm-1
terdapat serapan ulur –CH2 asimetrik. Selain itu terdapat substituen aromatik pada
panjang gelombang sekitar 2000-1600 cm-1. Namun tidak terdapat serapan kuat
dari gugus C=O pada panjang gelombang 1820-1660 cm-1 (Pavia et al. 2009).

% Transmitans

15

Ulur –CH2
asimetrik

C=C
aromatik

regang
–OH

C–O
eter

Gambar 10 Hasil uji FTIR fraksi 4 daun jambu biji

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kandungan metabolit sekunder pada simplisia dan ekstrak etanol 70% daun
jambu biji adalah flavonoid, saponin, triterpenoid dan tanin. Ekstrak kasar etanol
70% merupakan ekstrak terbaik karena memberikan penghambatan sebesar
71.13% terhadap sel MCF-7 dan 11.97% terhadap sel normal Chang pada
konsentrasi 100 ppm. Nilai IC50 dari ekstrak etanol 70% terhadap sel MCF-7
sebesar 35.08 ppm. Hasil fraksionasi terhadap ekstrak etanol 70% diperoleh fraksi
ke-4 yang memiliki sifat toksisitas selektif sangat baik karena pada konsentrasi
800 ppm tidak bersifat toksik terhadap sel normal namun memberikan
penghambatan sebesar 88.02% terhadap sel kanker MCF-7. Nilai IC50 dari fraksi 4
terhadap sel MCF-7 sebesar 377.72 ppm.
Saran
Perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut dan isolasi senyawa yang berperan
sebagai antikanker. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengetahui
mekanisme yang terjadi dalam penghambatan pertumbuhan sel kanker.

16

DAFTAR PUSTAKA
Aboul-Enein AM, Faten Abu El-Ela, Emad AS, Hany A, El-Shemy. 2011.
Traditional medical plants research in Egypt: studies of antioxidant and
anticancer activities. J Med Plants Res. 6(5): 689-703. doi:
10.5897/JMPR11.968.
Albuntana A, Yasman, Wardhana W. 2011. Uji toksisitas ekstrak empat jenis
teripang suku Holothuriidae dari Pulau Penjaliran Timur, Kep. Seribu
Jakarta menggunakan BSLT. J Ilmu Teknol Kelautan Trop. 3:65-72.
[ATCC] American Type Culture Collection. 1988. Catalogue of Cell Lines and
Hybrodomas 6th Edition. Rockville (US): Maryland.
Barbalho SM, Flavia MV, Farinazzi-Machado, Ricardo AG, Anna CSB. 2012.
Psidium guajava (guava): A plant of multipurpose medical applications.
Med Aromat Plants. 1(1):1-4. doi:10.4172/2167-0412.1000104.
[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005.
Gerakan Nasional Minum Temulawak. Jakarta (ID): BPOM RI.
Bray F, Ren JS, Masuyer E, Ferlay J. 2013. Global estimates of cancer prevalence
for 27 sites in the adult population in 2008. Int J Cancer. 132(5):1133–1145.
http://dx.doi.org/10.1002/ijc.27711.
Budijanto S, Sitanggang AZ, Silalahi BE, Murdiati W. 2010. Penentuan Umur
Simpan Seasoning Menggunakan Metode Accelerated Shelf-Life Testing
(ASLT) dengan Pendekatan Kadar Air Kritis. J Agr Technol. 2(11):071-077.
Chollom SC, Agada GOA, Bot DY, Okolo MO, Dantong DD, Choji T P,
Echeonwu BC, Bigwan EI, Lokason S. 2012. Phytochemical analysis and
antiviral potential of aqueous leaf extract of Psidium guajava against
Newcastle disease virus in ovo. J Appl Pharm Scl. 2(10):045-049.
Doyle A, Griffiths JB. 2000. Cell and Tissue Culture for Medicinas Research.
London (UK): J Wiley.
Goncalves AF, Andrade NM, Bezerra NSJ, Macrae A, Sousa VO, Fonteles FAA,
Vieira HSF. 2008. Antibacterial activity of guava, Psidium guajava
Linnaeus, leaf exctracts on diarrhea-causing enteric bacteria isolated from
seabob shrimp, Xiphopenaeus kroyeri (Heller). Rev Inst Med Trop S Paulo.
50(1):11-15.
Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for The Fractionation of
Natural Extract. London (GB): Chapman & Hall.
Hostettman K, Hostettman M, Marston A. 1995. Cara Kromatografi Preparatif
Penggunaan pada Isolasi Senyawa Alam. Kosasih Padmawinata,
penerjemah. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari
Preparative Chromatography Techniques: Applications in Natural Product
Isolation.
[IARC] International Agency for Research on Cancer. 2013. Latest World Cancer
Statistics. Lyon (FRA): International Agency for Research on Cancer.
Itharat A, Ooraikul B. 2007. Research on Thai medicinal plants for cancer
treatment. Med Plant Res. 1(2): 287-317.
Joseph B, Priya M. 2011. Review on nutritional, medicinal and pharmacological
properties of guava (psidium guajava linn.) Int J Pharm and Bio Sci. 2:1:5369.

17

Kamanth JV, Nair R, Ashok KCK, Mohana Lakshmi S. 2008. Psidium guajava L:
A determination of a spasmolytic principle. Arch Med Res. 25(1): 5-11.
Kuber BR, Lakshmi MR, Deepika E, Yamini P. 2013. Phytochemical screening,
invitro anti-bacterial and antioxidant activity of the Psidium guajava root
bark. Int J Curr Microbiol App Sci. 2(10): 238-248.
Lakhanpal P, Rai KD. 2007. Quercetin: A versatile flavonoid. Int J Med Up. 2(2):
22-37.
Lee SB, Park HR. 2010. Anticancer activity of guava (Psidium guajava L.) branch
extract against HT-29 human colon cancer cells. J Med Plant Res. 4:891896.
Manosroi J, Dhumtanom P, Manosroi A. 2006. Anti-proliferative activity of
essential oil extracted from Thai medicinal plants on KB and P38 cell lines.
Cancer Let. 235:114-120.
Manthey JA, Grohmann K, Guthrie N. 2001. Biological properties of citrus
flavonoids pertaining to cancer and inflammation. Curr Med Chem. 8:135153.
Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Kosasih Padmawinata,
penerjemah. Bandung (ID) : Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari
Techniques of Flavonoid Identification.
Meiyanto E, Supardjan, Muhammad Da’I, Dewi A. 2006. Efek antiproliferatif
Pentagamavunon-0 terhadap sel kanker payudara T47D. J Ked Yarsi. 1(14):
11-15.
Mukhtar HM, Ansari SH, Bhat ZA, Naved T, Singh P. 2006. Antidiabetic activity
of ethanol extract obtained from the stem bark of Psidium guajava
(Myrtaceae). Pharmazie. 61(8): 725-727.
Moorthi C, Kathiresan K, Kiran Khrisnan, Manavalan R. 2011. In-vitro cell based
assay: A preffered anticancer drug screening techniques for the academic
researchers. J Pharm Res. 4(3): 671-675.
Ojowole JA. 2006. Antiinflammatory and analgesic effects of Psidium guajava
Linn (Myrtaceae) leaf aqueous extract in rats and mice. Methods Find Exp
Clin Pharmacol. 28(7): 441-446.
Pavia DL, Lampman GM, Kriz GS, Vyvyan JR. 2009. Introduction to
Spectroscopy. Ed ke-4. Washington (US): Thomson Learning.
Peng CC, Peng CH, Chen KC, Hsieh CL, Peng RY. 2011. The aqueous soluble
polyphenolic fraction of Psidium guajava leaves exhibits potent antiangiogenesis and anti-migration actions on DU145 cells. Ev Bas Comp Alt
Med. doi:10.1093/ecam/neq005.
Porwal V, Singh P, Gurjar D. 2012. A comprehensive study on different methods
of extraction from guajava leaves for curing various health problem. Int J
Eng Res App. 2:490-496.
Rajbhandari M, Wegner U, Julich M, Schopke T, Mentel. 2001. Screening of
Nepalese medicinal plants for antiviral activity. J Ethnopharmacol. 251255.
Raymond W R. 2007. Cancer Biology. Ed ke-4. Michigan (US): Oxford
University Pr.
Rishika D, Sharma R. 2012. An update of pharmacological activity of Psidium
guajava in the management of various disorder. Int J Pharm Sci Res. 3(10):
3577-3584.

18

Rohaeti E, Heryanto R, Rafi M, Wahyuningrum A, Darusman LK. 2011. Prediksi
kadar flavonoid total tempuyung (Sonchus arvensis) menggunakan
kombinasi spektroskopi IR dengan regresi kuadrat terkecil parsial. J Chem.
5(2) : 101-108
Rouessac F, Rouessac A. 1994. Chemical Analysis Modern Instrumentation
Methods and Techniques. Ed ke-2. New York (US): J Wiley
Ryu HN, Park RK, Kim MS, Yun MH, Nam D, Lee GS, Jang JH, Ahn SK, Kim
HS, Shim SB et al. 2012. A hexane fraction of guava leaves (Psidium
guajava L.) induces anticancer activity by suppressing AKT/mammalian
target of rapamycin/ribosomal p70 S6 kinase in human prostate cancer cells.
J Med Food. 15(3): 231-241.
Sato R, Dang KM, McPherson BG, Brown AC. 2010. Anticancer activity of
guava (Psidium guajava) extracts. J Compl Integ Med. 7(1): 43. doi:
10.2202/1553-3840.1361.
Shruti SD, Roshan A, Timilsina SS, Sunita S. 2013. A review on the medicinal
plant Psidium guajava Linn.(Myrtaceae). J Drug Deliv Therap. 3(2): 162168.
Wiley J. 2000. Cell and Tissue Culture for Medical Research. Porton (UK):
Scientific Consultancy and Publishing.
Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi Edisi Terbaru. Bogor (ID): M-BRIO
Pr.
[WHO] World Health Organization. 2012. The Global Burden of Disease.
Geneva: World Health Organization.

19

LAMPIRAN
Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Sampel jambu biji
(simplisia)
Maserasi 2 x 24 jam

Air

Etanol 70%

Etanol 30%

Etanol 50%

Uji toksisitas terhadap sel normal
Chang
Uji MTT
Uji fitokimia

Uji aktivitas antiproliferasi terhadap
sel kanker payudara MCF-7
Fraksionasi
ekstrak terbaik

Uji toksisitas terhadap sel normal
Chang
Uji MTT
Uji aktivitas antiproliferasi terhadap
sel kanker payudara MCF-7

Fraksi terbaik

Identifikasi
senyawa aktif
menggunakan
FTIR

20

Lampiran 2 Perhitungan Sel
a. Sel Normal Chang
Jumlah sel = 40 sel
Lapang pandang = 2
Faktor pengenceran = 40/20 = 2
Faktor konversi = 104
Jumlah sel/well = 5000 sel
Jumlah well = 120 well/plate x 2 plate
Volume/well = 100 µl
Jumlah sel/ml =
=
Jumlah sel yang diperlukan = 5000 sel × 240 well =