Pengaruh Pemberian Jus Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) Terhadap Kadar Kolesterol Mencit (Mus Musculus) Diabetik

(1)

HUBUNGAN PEMBERIAN JUS JAMBU BIJI MERAH (

Psidium

guajava Linn)

TERHADAP KADAR KOLESTEROL MENCIT

(

Mus musculus)

DIABETIK

Oleh :

TIKA CITRA AYU LESTARI

080100090

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

ABSTRAK Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelainan kompleks yang disebabkan oleh kegagalan sel pankreas dalam mensekresikan jumlah insulin yang cukup, atau dikarenakan tubuh tidak mampu menggunakan insulin. Selain obat konvensional, pengobatan tradisional untuk Diabetes Mellitus (DM) sudah banyak dilakukan, salah satunya dengan mengkonsumsi buah jambu biji (Psidium guajava Linn.).

Tujuan

Mengkaji pengaruh jus jambu biji terhadap kadar kolesterol mencit diabetik.

Metode

Metode penelitian ini adalah pre-post test menggunakan sampel mencit yang diinduksi alloxan agar menjadi diabetik. Sampel dibagi 3 kelompok, yaitu: sehat (K1), kelompok DM-plasebo (K2) dan kelompok DM-uji (K3). Kelompok K3 diberi jus jambu biji (dosis 0.78 mg/20 gram beratbadan), peroral sekali sehari selama 2 minggu. Kolesterol diukur setelah induksi alloksan (pre-test) dan setelah pemberian jus jambu biji (post-test). Data dianalisis dengan Kruskal-Wallis dan uji lanjut Mann-Whitney

Hasil

Setelah induksi rerata kolesterol mencit pada K1 (±111.36 mg/dl), K2 (± 211.55 mg/dl) dan K3 (± 234.73 mg/dl). Setelah pemberian jus jambu biji, rerata kolesterol pada K3 mengalami penurunan menjadi (± 158.27mg/dl).

Kesimpulan

Jus jambu biji dapat menurunkan kadar kolesterol mencit diabetik yang diinduksi alloxan.

Kata kunci: Diabetes Mellitus, jambu biji merah (Psidium guajava Linn.), jus, kadar kolesterol.


(3)

ABSTRACT Backgrounds

Diabetes mellitus (DM) is a complex disorder caused by a failure of cells in the pancreas secrete adequate amounts of insulin, or because the body is unable to use insulin. In addition to conventional medicine, traditional treatments for Diabetes Mellitus (DM) has been done, one of which by eating guavas (Psidium guajava Linn.)

Objective

Assessing the impact of guava juice on cholesterol levels of diabetic mice.

Methods

This research method is pre-post test using a sample alloxan mice induced to become diabetic. The sample is divided into 3 groups: healthy (K1), DM-placebo group (K2) and the DM-test (K3). K3 group were given guava juice (dose of 0.78 mg/20 g body weight), orally once daily for 2 weeks. Cholesterol was measured after induction alloxan (pre-test) and after administration of guava juice (post-test). Data were analyzed with the Kruskal-Wallis test and followed by Mann-Whitney test.

Result

After induction the mean of cholesterol in K1 mice (± 111.36 mg / dl), K2 (± 211.55 mg / dl) and K3 (± 234.73 mg / dl). After administration of guava juice, mean cholesterol decreased to K3 (± 158.27mg/dl).

Conclusion

Guava juice may lower cholesterol levels in alloxan-induced diabetic mice.

Key words: Diabetes Mellitus, guava (Psidium guajava Linn.), juice, cholesterol level.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah tepat pada waktunya.Karya tulis ilmiah ini berjudul “Pengaruh Pemberian Jus Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) Terhadap Kadar Kolesterol Mencit (Mus Musculus) Diabetik”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, pengarahan, dan dorongan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan rendah hati ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Tri Widyawati, Msi selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, membantu dan meluangkan waktunya bagi penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini selesai serta selirih staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan.

Terima kasih dan penghargaan penulis kepada kedua Orangtua tercinta dr.R.Dinamika Chandra Bimantara,SpOG dan Rr.Gayatri Lindri Saraswati, SKM, Mkes serta adik Amalia Puspita Dewi atas segala nasehat, doa, dorongan dan motivasi yang besar bagi penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat selesai.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan rasa hormat penyusun menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Dairion Gatot, SpPD dan dr. Iqbal Pahlevi Nst, SpBA , selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan memberikan penilaian terhadap penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.


(5)

3. dr. Nurchaliza .H. Siregar, SpM selaku dosen pembimbing akademik saya yang telah membimbing saya dari awal semester hingga sekarang.

4. Seluruh staf di bagian administrasi, laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

5. Keluarga (Eyang Ono, Eyang Ina, Tante Ririn,Tante Santi, Tante Letta, Mas Akbar) yang telah banyak memberi dukungan sehingga karya tulis ilmiah ini selesai.

6. Teman-teman seperjuangan saya, Tami, Ade, Nana, Acit, Ican, Febrine, Ijal dan seluruh mahasiswa-mahasiswi stambuk 2008 dan teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persat yang telah membantu penulis sehingga karya tulis ilmiah ini selesai.

7. Teman-teman satu dosen pembimbing saya, Astrawinata dan Willy yang banyak berperan penting dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. 8. Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya “Loping You”, Boki, Kak lele,

Mika, Tika yang selalu memberikan dukungan penuh kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar penulis dapat menyempurnakan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 14 Desember 2011 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 2

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 4

2.1. Diabetes Mellitus ... 4

2.1.1. Definisi ... ... 4

2.1.2.Epidemiologi ... 4

2.1.3. Tipe Diabetes ... 5

2.1.4. Faktor Resiko ... 6

2.1.5. Diagnosis ... 8

2.1.6. Penatalaksanaan ... 9

2.2. Jambu Biji ... 11

2.2.1. Profil Buah Jambu Biji... ... 11

2.2.2. Manfaat Buah Jambu Biji ... 13

2.3. Profil Lipid ... 14

2.3.1. Lemak Darah... ... 14

2.3.1.1. Kolesterol ... 15

2.3.1.2. Trigliserida ... 15

2.3.1.3.VLDL(Very Low Density Lipoprotein) ... 15

2.3.1.4.LDL (Low Density Lipoprotein) ... 16

2.3.1.5. HDL (High Density Lipoprotein) ... 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL……... 17

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 18


(7)

3.2.1. Variabel Independen... ... 18

3.2.2. Variabel Dependen... ... 18

3.2.3. Definisi Operasional... 18

3.3. Hipotesis ... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN……… 19

4.1. Rancangan Penelitian ... 19

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

4.3. Populasi dan Sampel ... 19

4.4. Alur Penelitian ... 21

4.5. Teknik Pengumpulan Data ... 21

4.5.1. Penentuan Dosis Alloksan dan Jambu Biji ... 21

4.5.2. Pemeliharaan Hewan Coba ... 21

4.5.3. Persiapan Hewan Coba ... 23

4.5.4. Perlakuan Hewan Coba ... 23

4.5.5. Alat dan Bahan ... 24

4.5.5.1. Alat ... 24

4.5.5.2. Bahan ... 24

4.5.6. Analisa Data ... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1. Hasil Penelitian ... 25

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... ... 25

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 25

5.2. Pembahasan ... 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

6.1. Kesimpulan ... 29

6.2. Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA... 30


(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Kriteria Diagnosis Diabetes 9

5.1 5.2 5.3 5.4

Data Deskriptif Statistik

Perbedaan Rata-rata Kolesterol Kelompok Penelitian Perbedaan Rata-rata Kolesterol tiap Dua Kelompok Hasil Uji Rata-rata Kelompok Dependen

25 26 26 27


(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Jambu Biji Mengatasi Kolesterol 6

3.1 Kerangka Konsep Penelitian 18


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Tabel Konversi Perhitungan Dosis Lampiran 4 Data Induk

Lampiran 5 Output SPSS


(11)

ABSTRAK Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelainan kompleks yang disebabkan oleh kegagalan sel pankreas dalam mensekresikan jumlah insulin yang cukup, atau dikarenakan tubuh tidak mampu menggunakan insulin. Selain obat konvensional, pengobatan tradisional untuk Diabetes Mellitus (DM) sudah banyak dilakukan, salah satunya dengan mengkonsumsi buah jambu biji (Psidium guajava Linn.).

Tujuan

Mengkaji pengaruh jus jambu biji terhadap kadar kolesterol mencit diabetik.

Metode

Metode penelitian ini adalah pre-post test menggunakan sampel mencit yang diinduksi alloxan agar menjadi diabetik. Sampel dibagi 3 kelompok, yaitu: sehat (K1), kelompok DM-plasebo (K2) dan kelompok DM-uji (K3). Kelompok K3 diberi jus jambu biji (dosis 0.78 mg/20 gram beratbadan), peroral sekali sehari selama 2 minggu. Kolesterol diukur setelah induksi alloksan (pre-test) dan setelah pemberian jus jambu biji (post-test). Data dianalisis dengan Kruskal-Wallis dan uji lanjut Mann-Whitney

Hasil

Setelah induksi rerata kolesterol mencit pada K1 (±111.36 mg/dl), K2 (± 211.55 mg/dl) dan K3 (± 234.73 mg/dl). Setelah pemberian jus jambu biji, rerata kolesterol pada K3 mengalami penurunan menjadi (± 158.27mg/dl).

Kesimpulan

Jus jambu biji dapat menurunkan kadar kolesterol mencit diabetik yang diinduksi alloxan.

Kata kunci: Diabetes Mellitus, jambu biji merah (Psidium guajava Linn.), jus, kadar kolesterol.


(12)

ABSTRACT Backgrounds

Diabetes mellitus (DM) is a complex disorder caused by a failure of cells in the pancreas secrete adequate amounts of insulin, or because the body is unable to use insulin. In addition to conventional medicine, traditional treatments for Diabetes Mellitus (DM) has been done, one of which by eating guavas (Psidium guajava Linn.)

Objective

Assessing the impact of guava juice on cholesterol levels of diabetic mice.

Methods

This research method is pre-post test using a sample alloxan mice induced to become diabetic. The sample is divided into 3 groups: healthy (K1), DM-placebo group (K2) and the DM-test (K3). K3 group were given guava juice (dose of 0.78 mg/20 g body weight), orally once daily for 2 weeks. Cholesterol was measured after induction alloxan (pre-test) and after administration of guava juice (post-test). Data were analyzed with the Kruskal-Wallis test and followed by Mann-Whitney test.

Result

After induction the mean of cholesterol in K1 mice (± 111.36 mg / dl), K2 (± 211.55 mg / dl) and K3 (± 234.73 mg / dl). After administration of guava juice, mean cholesterol decreased to K3 (± 158.27mg/dl).

Conclusion

Guava juice may lower cholesterol levels in alloxan-induced diabetic mice.

Key words: Diabetes Mellitus, guava (Psidium guajava Linn.), juice, cholesterol level.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma penyakit metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang terjadi karena defisiensi absolut sekresi insulin atau penurunan aktivitas kerja insulin atau keduanya (Masharani et al.,2004). Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes (Hans Tandra, 2008). Pada tahun 2000, WHO memperkirakan sedikitnya 171 juta orang di seluruh dunia menderita Diabetes Mellitus, atau sekitar 2,8% dari total populasi. Insidensnya terus meningkat dengan cepat, dan diperkirakan pada tahun 2030, angka ini akan bertambah menjadi 366 juta atau sekitar 4,4% dari populasi dunia. Daerah dengan angka penderita DM paling tinggi di Indonesia, yaitu Kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu 11,1 %, sedangkan kelompok usia penderita DM terbanyak adalah 55-64 tahun yaitu 13,5%.

Hiperglikemia pada DM menyebabkan kenaikan kadar radikal bebas. Adanya proses autooksidasi pada hiperglikemi memicu pembentukan radikal bebas. Radikal bebas dapat merusak membran sel, menjadi lipid peroksida atau malondialdehyde (MDA), bila berlanjut mengakibatkan kerusakan sistem membran sel dan kematian sel (Yasa et al., 2007). MDA merupakan produk yang sangat beracun yang sebagian diproduksi dari peroksidasi lipid yang merupakan turunan dari produk radikal bebas. Banyak penelitian menunjukkan bahwa kadar MDA konsentrasinya cukup meningkat pada DM (Slatter et al., 2000).

Biaya pengobatan DM cukup mahal, namun terkadang efek yang diinginkan belum tentu tercapai, sehingga saat ini masyarakat mulai banyak menggunakan pengobatan alternatif, yakni dengan menggunakan obat dari bahan alami, salah satunya adalah jambu biji merah(Psidium guajava L.). Buah jambu biji merah diketahui mempunyai kandungan vitamin C dan beta


(14)

karoten sehingga dapat berkhasiat sebagai antioksidan dan meningkatkan daya tahan tubuh (Riana, 2000, dalam Pdpersi, 2004).Selain itu buah jambu biji juga kaya serat yang larut dalam air dan pektin terutama dibagian kulitnya sehingga dapat mengganggu penyerapan lemak dan glukosa yang berasal dari makanan yang bisa mmbuat kondisi diabetes (Hariyadi, 2005, Achyat dan Rasyidah 2000).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Tri Murini, dkk menjelaskan bahwa pemberian jus jambu biji merah pada tikus putih dengan dosis 50mg/kgBB dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliseridaa, LDL kolesterol dan menaikkan HDL kolesterol.

Berdasarkan data-data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna membuktikan efek pemberian jus jambu biji merah terhadap kadar kolesterol mencit dalam kondisi diabetik.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Adakah Hubungan Antara Pemberian Jus Jambu Biji Merah Terhadap Kadar Kolesterol pada Mencit Diabetik?”

1.3.Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pemberian jus jambu biji merah terhadap gambaran profil lipid pada mencit diabetik.

Tujuan Khusus

Mengetahui kadar kolesterol pada kelompok mencit yang telah diinduksi menjadi diabetes mellitus dan diberikan jus buah jambu biji merah.


(15)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan bermanfaat untuk : a. Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif pengobatan pada pasien diabetes.

b. Kalangan Medis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu pengobatan untuk pasien diabetes.

c. Peneliti

Peneliti akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tentang pengobatan dengan jambu biji dan dapat menggunakannya untuk pasien-pasien diabetes.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Mellitus

2.1.1. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala klinis (sindroma klinis) yang timbul oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah kronis akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Katzung, 2002).

Penyebab diabetes mellitus adalah kekurangan hormon insulin yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesis lemak.Akibatnya adalah glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya diekskresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria).Oleh karena itu, produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus sering kencing, merasa sangat haus, berat badan menurun, dan merasa lelah.

2.1.2. Epidemiologi

Prevalensi penyakit diabetes melitus di dunia diperkirakan telah mencapai 2,8% pada tahun 2000 dan 4,4% pada tahun 2030. Total penduduk dunia yang menderita diabetes melitus mencapai 171 juta penduduk pada tahun 2000 dan pada tahun 2030 diperkirakan mencapai 366 juta penduduk ( Sarahet al., 2004 ).

Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dari 24417 responden berusia >15 tahun, 10,2% mengalami Toleransi Glukosa Terganggu (kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa selama 14 jam dan diberi glukosa oral 75 gram). Sebanyak 1,5% mengalami Diabetes Melitus yang terdiagnosis dan 4,2% mengalami Diabetes Melitus yang tidak terdiagnosis. Baik DM maupun TGT lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria, dan lebih sering pada golongan dengan tingkat pendidikan dan status sosial rendah. Daerah dengan angka penderita DM paling tinggi yaitu Kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu 11,1 %, sedangkan kelompok usia penderita DM terbanyak adalah 55-64 tahun yaitu 13,5%. Beberapa hal yang dihubungkan


(17)

dengan risiko terkena DM adalah obesitas (sentral), hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi sayur-buah kurang dari 5 porsi perhari.

2.1.3. Tipe Diabetes

Diabetes dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Diabetes mellitus tipe I (Insulin dependent)

DM tipe I umumnya timbul pada anak-anak dan dewasa muda. DM tipe I terjadi karena destruksi sel-sel pembuat insulin melalui mekanisme imunologik sehingga menyebabkan hilangnya hampir seluruh insulin endogen. Penderita DM tipe I mengalami ketergantungan terhadap insulin eksogen untuk menurunkan kadar glukosa plasma dan menghindari ketoasidosis (KAD) serta untuk mempertahankan hidupnya . Pada penderita DM tipe I perawatan insulin adalah mutlak (Leslie, 1991).

b. Diabetes melitus tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

DM tipe II biasanya timbul pada usia lebih dari 40 tahun. Pada DM tipe II sel β pankreas tidak rusak tetapi terjadi resistensi terhadap kerja insulin. Produksi insulin biasanya dapat untuk mencegah KAD, namun KAD dapat timbul bila ada stress berat (Woodley dan Whelan, 1995).

c. DM tipe lain

Dapat disebabkan oleh efek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi dan sindrom genetika lain yang berkaitan dengan diabetes mellitus (Katzung, 2002).

d. Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes yang timbul selama kehamilan, artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa yang didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga. Diabetes mellitus gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal (di sekitarwaktu melahirkan), dan sang ibu memiliki resiko untuk dapat menderita penyakit diabetes mellitus yang lebih besar dalam jangka waktu 5 sampai 10 tahun setelah melahirkan (Woodley dan Wheland, 1995).


(18)

Tes-tes yang digunakan untuk pengukuran kadar glukosa adalah :

a. Kadar glukosa plasma. Penderita dikatakan DM bila kadar glukosa plasmanya lebih dari 140 mg/dl yang ditunjukkan pada sedikitnya dua kali pemeriksaan. b. Uji toleransi glukosa oral. Hasil yang normal menunjukkan kadar glukosa

plasma pada keadaan puasa kurang dari 115 mg/dl. Kadar glukosa plasma 2 jam sesudah pemberiaan glukosa meningkat menjadi 200 mg/dl (Woodley dan Wheland, 1995).

Toleransi glukosa ditunjukkan oleh kurva glukosa darah sesudah pemberian sejumlah glukosa untuk tes. Penyakit diabetes mellitus (DM tipe I) ditandai dengan penurunan toleransi glukosa akibat berkurangnya sekresi insulin sebagai respon terhadap pemberian glukosa (Harper dkk., 2003).

2.1.4. Faktor resiko

Beberapa faktor resiko dari diabetes mellitus adalah sebagai berikut : 1. Keturunan

Sekitar 50 % pasien diabetes tipe 2 mempunyai orangtua yang menderita diabetes, dan lebih sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes. Sedangkan untuk diabetes tipe 1, sekitar 20 % terjadi pada penderita dengan riwayat keluarga terkena diabetes dan 80 % terjadi pada penderita yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan diabetes. (WHO, 2002).

2. Ras atau Etnis

Beberapa ras tertentu, seperti suku indian di Amerika, Hispanik, dan orang Amerika di Afrika, mempunyai resiko lebih besar terkena diabetes tipe 2.Sedangkan diabetes tipe 1 sering terjadi pada orang Finlandia dengan presentase mencapai 40 %.

3. Usia

Pada diabetes tipe 1, usia muda merupakan awal terjadinya penyakit tersebut, sedangkan pada diabetes tipe 2 umur puncak berada pada usia diatas 45 tahun.


(19)

4. Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe 2 adalah mereka yang mengalami kegemukan. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau perut. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah.

5. Sindroma Metabolik

Menurut WHO dan National Cholesterol Education Program : Adult Treatment Panel III, orang yang menderita sindroma metabolic adalah mereka yang punya kelainan seperti : tekanan darah tinggi lebig dari 160/90mmHg, trigliseridaa darah lebih dari 150mg/dl, kolesterol HDL <40 mg/dl, obesitas sentral dengan BMI lebih dari 30, lingkar pinggang melebihi 102 cm pada pria atau melebihi 88 cm pada wanita, atau sudah terdapat mikroalbuminuria.

6. Kurang Gerak Badan

Olahraga atau aktivitas fisik membantu untuk mengontrol berat badan. Glukosa darah dibakar menjadi energi, sel-sel tubuh menjadi lebih sensitive terhadap insulin.peredaran darah lebih baik dan resiko terjadinya diabetes tipe 2 akan turun sampai 50%.

7. Faktor Kehamilan

Diabetes pada ibu hamil dapat terjadi pada 2-5 % kehamilan. Biasanya diabetes akan hilang setelah anak lahir. Ibu hamil dengan diabetes dapat melahirkan bayi besar dengan berat badan lebih dari 4 kg. Apabila ini terjadi, sangat besar kemungkinan si ibu akan mengidap diabetes tipe 2 kelak.

8. Infeksi

Infeksi virus dapat juga dijadikan penyebab timbulnya diabetes mellitus.Adapun virus-virus tersebut adalah virus cytomegalovirus, virus rubella dan virus coxsackie.


(20)

2.1.5. Gejala Diabetes Mellitus

Gejala diabetes dapat dikelompokkan menjadi dua,yaitu : a. Gejala Akut

Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi tiga serba banyak yaitu: - Banyak makan (polifagia)

- Banyak minum (polidipsi) - Banyak kencing (poliuria)

Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus bertambah, karena pada saat itu jumlah insulin masih mencukupi. Apabila keadaan ini tidak segera diobati maka akan timbul keluhan lain yang disebabkan oleh kurangnya insulin. Keluhan tersebut diantaranya:

- nafsu makan berkurang - banyak minum

- banyak kencing

- berat badan turun dengan cepat - mudah lelah

- bila tidak segera diobati,penderita akan merasa mual bahkan penderita akan jatuh koma (koma diabetik).

b. Gejala Kronik

Gejala kronik akan timbul setelah beberapa bulan atau beberapa tahun setelah penderita menderita diabetes. Gejala kronik yang sering dikeluhkan oleh penderita, yaitu:

- Kesemutan - Kulit terasa panas - Terasa tebal dikulit - Kram

- Lelah

- Mudah mengantuk - Mata kabur


(21)

- Gigi mudah goyah dan mudah lepas - Kemampuan seksual menurun

- bagi penderita yang sedang hamil akan mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau berat bayi lahir lebih dari 4 kg.

2.1.6. Diagnosis Diabetes Mellitus

Menurut kriteria International Diabetes Federation (IDF), American Diabetes Association (ADA) dan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), apabila gula darah pada saat puasa diatas 126mg/dl dan 2 jam sesudah makan diatas 200mg/dl, diagnosis diabetes bisa dipastikan.

Tabel 2.1. Kriteria Diagnosis Diabetes (WHO)

Kadar Glukosa Darah

mg/dl mmol/dl

Diabetes Mellitus

Puasa ≥ 126 ≥ 7.0

2 jam sesudah makan ≥ 200 ≥ 11.1

Impaired Fasting Tolerance(IFT)

Puasa < 126 < 7.0

2 jam sesudah makan ≥ 140 &< 200 ≥ 7.8 &< 11.1

Impaired Fasting Glucose (IFG)

Puasa ≥ 110 &< 126 ≥ 6.1 &< 7.0 2 jam sesudah makan < 140 < 7.8

Jika kadar glukosa darah tidak normal tetapi belum termasuk kriteria diagnosis untuk diabetes, keadaan ini disebut Toleransi Glukosa Terganggu(TGT) atau IGT. Seseorang dengan TGT mempunyai risiko terkena diabetes tipe 2 jauh lebih besar daripada orang biasa.


(22)

2.1.7. Penatalaksanaan Diabetes

Berdasarkan cara pemberiannya obat hipoglikemik terdiri dari obat hipoglikemik oral dan obat hipoglikemik suntik yang mengandung insulin (Tjay dan Rahardja, 2002).

a. Obat antidiabetik oral

a.1). Golongan Sulfonilurea

Tolbutamid (Gambar 1) termasuk golongan sulfonilurea yang dapat merangsang keluarnya insulin dari pankreas (Tjay dan Rahardja, 2007). Tolbutamid mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0% C12H18N2O3S, terhitung dari zat yang telah dikeringkan. Pemerian dari tolbutamid adalah serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak pahit.Tolbutamid merupakan obat turunan dari karbutamida, dengan menggantikan gugus-P amino dengan gugus metil efek-efek sulfa dilenyapkan.Daya hipoglikemik tolbutamid relatif lemah, maka jarang menyebabkan hipoglikemia.Obat ini banyak digunakan pada penderita diabetes tipe-2 (Tjay dan Rahardja, 2007). Pada pasien lanjut usia secara lebih amannya digunakan tolbutamid karena mempunyai durasi kerja paling cepat (Neal, 2005). Plasma t½ - nya sekitar 4-5 jam, tetapi ternyata bahwa penakaran single-dose pagi hari cukup efektif untuk mengendalikan kadar gula selama 24 jam. Zat ini dioksidasi menjadi metabolit inaktif yang diekskresikan 80% lewat kemih. Dosis permulaan 0,5-1 g pada waktu makan (guna menghindari iritasi lambung), bila perlu dinaikkan tiap minggu sampai maksimal 1-2 g. Dosis di atas 2 g per hari diperkirakan tidak ada gunanya (Tjay dan Rahardja, 2007).

a.2). Golongan Inhibitor α-Glukosidase

Acarbose merupakan penghambat kompetitif alfa glucosidase usus dan memodulasi pencernaan pasca prandial dan absorpsi zat tepung dan disakarida.Akibat klinis pada hambatan enzim adalah untuk meminimalkan pencernaan pada usus bagian atas dan menunda absorpsi zat tepung dan disakarida yang masuk pada usus kecil bagian distal, sehingga menurunkan glikemik setelah makan dan menciptakan suatu efek


(23)

hemat insulin. Data farmakokinetik acarbose adalah onset efek pertama kali muncul 0,5 jam, waktu paruh (t1/2) 1-2 jam, durasi 4 jam.

a.3). Golongan Biguanid

Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin yang diproduksi oleh tubuh, tidak merangsang peningkatan produksi insulin sehingga pemakaian tunggal tidak berakibat hipoglikemia. Contoh obat golongan biguanid antara lain metformin (glucophage). Golongan Meglitinid ,Obat ini dapat dikombinasikan dengan metformin digunakan dalampengobatan Diabetes Mellitus tipe-2 sebagai tambahan terhadap diet dan olah ragauntuk penderita yang hiperglikemiknya tidak dapat dikontrol secara memuaskan dengan cara-cara tersebut. Contoh obat dari golongan ini antara lain repaglinid (novonorm), nateglinid (starlix) (Tjay dan Rahardja, 2002).

a.4). Golongan Thiazolidindion

Golongan ini dapat digunakan bersama sulfonilurea, insulin atau metformin untuk memperbaiki kontrol glikemia. Contohnya antara lain pioglitazon (actos), rosiglitazon (avandia) (Tjay dan Rahardja,2002). b. Insulin

Pada diabetes mellitus tipe I, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis dan menurunkan peningkatan kadar glukosa darah. Selain DM tipe I, insulin kadang digunakan oleh pasien DM tipe II dan ibu hamil yang disertai Diabetes Mellitus, namun untuk waktu yang singkat.

Penggunaan insulin dapat juga untuk indikasi sebagai berikut :

a) Kencing manis dengan komplikasi akut seperti gangren, ketoasidosis, dan koma.

b) Kencing manis pada kehamilan yang tak terkontrol dengan dietary control. c) Penurunan badan yang drastis

d) Penyakit DM yang tidak berhasil dengan obat hipoglikemik dosis maksimal. e) Penyakit dengan gangguan fungsi hati dan ginjal berat.


(24)

Ada 4 tipe utama insulin yang tersedia:

1). Ultra-short-acting, yang mempunyai mula kerja sangat cepat dan masa kerja yang pendek.

2). Insulin reguler, jenis insulin ini bekerja dalam waktu yang pendek dengan mula kerja cepat.

3). Insulin lente, bekerja dalam waktu menengah.

4). Insulin yang bekerja dalam jangka waktu panjang dengan mula kerja lambat (Katzung, 2002).

c. Ekstraksi Tanaman

Ekstraksi atau penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula berada dalam tanaman ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari (Ansel, 1989). Farmakope Indonesia menetapkan untuk proses penyari sebagai cairan penyari digunakan air, etanol, air-etanol, eter yang digunakan sebagai penyari pada pembuatan obat tradisional (Anonim, 1979).

2.2. Jambu Biji (Psidium Guajava Linn)

2.2.1. Profil Buah Jambu Biji

Jambu biji merupakan tanaman buah yang tumbuh dengan baik dan banyak dijumpai didaerah tropis seperti Indonesia. Buah jambu biji dapat dijumpai hamper diseluruh daerah di Indonesia dengan nama umum jambu biji, jambu batu atau jambu klutuk. Namun demikian masih dijumpai nama lain jambu biji tergantung varietasnya.

Jambu biji adalah tumbuhan yang termasuk famili Myrtaceae dan genus Psidium. Pohonnya adalah tipe yang selalu hijau (evergreen) setinggi 6 sampai 25 kaki dengan cabang yang lebar dan ranting yang berbulu halus . Batang pohonnya kurus, halus, dan kulit kayunya bercorak seperti tambalan-tambalan (Gutierrez et al., 2008).


(25)

Gambar 2.1. Jambu Biji Mengatasi Kolesterol (agnesblogs, 2010).

Jambu biji mengandung berbagai macam senyawa kimia (fitokimia) yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Fitokimia tersebut adalah alanine, α-humulene, asam α-linoleat, α-selinene, araban, arabinose, arginine, ascorbigen, asam askorbat, asam aspartate, benzaldehyd, benzene, β-bisabolene, β-karoten, β -caryophyllene, β-copaene, β-farnesene, β-humulene, β-ionone, β-pinene, β -selinene, butanal, cinnamylacetate, citral, asam sitrat, tembaga, D-galaktosa, asam D-galacturonic, δ-cadinene, asam ellagic, fruktosa, asam gallic, asam glutamate, glisisn, histidine, leusin, isoleusin, asam L-malat, asam laktat, leucocyanidine, limonene, asam linoleat, lysine, magnesium, manganese, mecocyanin, methylcinnamate, methylsopropylketone, mufa, asam myristat, asam oleat, asam oxalate, asam palmitat, asam palmitoleat, asam pantotenat, pectin, phenylalamine, fosfor, phytin-phosphorus, proline, pufa rhamnosa, riboflavin, serine, SFA, asam stearate, sulfur, thiamin, threonine, tryptophan, turosine, valine, xylose, zinc, pectin dan tannin.

Berdasarkan hasil penelitian, jambu biji merah juga mengandung berbagai zat gizi, kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gram jambu biji masak segar adalah 0,9 g protein; 0,3 g lemak; 12,2 g karbohidrat; 14 mg kalsium; 28 mg fosfor; 1,1mg besi; 25 SI vitamin A; 0,02 mg vitamin B1; vitamin C 87 mg dan air 86 g dengan total kalori sebanyak 49 kalori(Parimin,S.P, 2008). Buah jambu biji dapat dikonsumsi dalam keadaan segar. Selain itu, buahnya juga dapat diolah menjadi sirup, sari buah, nectar, buahvita, jeli, selai, kembang gula, dan dodol, dan dapat juga digunakan sebagai obat yaitu dengan merebus buah jambu biji dan menggunakan air rebusan tersebut untuk obat antidiabetes. Dosis yang biasa digunakan sehari-hari adalah 300ml/hari untuk konsumsi jus jambu biji.


(26)

Kandungan yang paling berfungsi dalam penurunan kadar kolesterol pada penderita diabetes adalah pektin.Pektin adalah suatu karbohidrat polymer yang terdiri atas parsial methoxylated polygalacturonic-acids.Berwarna putih kekuningan, hampir tidak berbau dengan suatu mucilagenous, diperoleh dari kulit pohon jeruk/buah bagian dalamnya atau dari buah apel pomace.Satu gram pektin dapat larut dalam 20 ml air dalam suatu solusi merekat (Plumb, 1998).

2.2.2. Manfaat buah jambu biji

Pada umumnya buah jambu biji dikonsumsi seperti buah yang lainnya.Namun sebenarnya buah jambu biji memiliki manfaat yang lebih dari buah lainnya. Daun dan buah jambu biji banyak digunakan sebagai obat tradisional untuk mengatasi berbagai macam penyakit. Mengkonsumsi buah jambu biji setiap hari dapat memberikan dampak positif terhadap pencernaan dan pengaturan lambung. Beberapa manfaat jambu biji diantaranya adalah :

1. Sebagai tonik. Buah jambu biji dibuat jus dicampur dengan buah lain seperti pisang atau jeruk ditambah dengan madu diminum sebagai minuman kesehatan.

2. Mengatasi masalah pencernaan dan lambung. Jus buah jambu biji dicampur dengan jeruk dan diminum tiga kali sehari dapat mengatasi gangguan pencernaan. Buah jambu ditambah garam dan dikonsumsi setelah makan dapat mengeliminasi gas dilambung dan meningkatkan nafsu makan. Air rebusan daun jambu biji dapat menghilangkan sakit perut.

3. Menghilangkan konstipasi. Mengkonsumsi jambu biji pada waktu makan pagi dapat mengaktifkan pencernaan dan menghilangkan konstipasi. Buah jambu biji dicampur dengan papaya, jeruk nipis dan garam dikonsumsi setelah makan dapat menormalkan aktivitas gerakan lambung.

4. Air rebusan daun dan akar jambu biji dapat menghentikan diare non spesifik dan menghilangkan sariawan.

Disamping manfaat tersebut di atas, buah jambu biji juga dinilai dapat mengatur kadar gula darah dalam batas normal, menurunkan LDL dan


(27)

mempunyai potensi sebagai antimikroba tertentu seperti Staphylococcus aureus dan beta-streptococcus grup A (Maryanto, 2003).

2.3. Profil Lipid

Profil lipid adalah tes darah yang dilakukan untuk menilai status metabolism lemak dalam tubuh. Tes ini melibatkan pengukuran total kolesterol dalam darah, high density lipoprotein (HDL), low density lipoprotein (LDL), very low density lipoprotein (VLDL) dan trigliseridaa. Faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, dan genetic mempengaruhi profil lipid. Beberapa aspek tertentu dalam gaya hidup termasuk diet, tingkat aktivitas fisik, tingkat control diabetes, alcohol, status merokok, serta gangguan kronis seperti hipotiroidisme, penyakut hati obstruktif, diabetes, dan penyakut ginjal turut mempengaruhi profil lipid.

Tes profil lipid ini tidak hanya membantu untuk mengidentifikasi kandungan total lipoprotein dalam darah, tetapi juga merinci komponen lipid dalam rangka untuk menentukan berapa banyak masing-masing elemen yang hadir.

2.3.1. Lemak darah 2.3.1.1. Kolesterol

Kolesterol adalah bahan penyusun membran dan merupakan komponen lipoprotein yang penting disamping merupakan zat bakal bagi asam empedu dan sejumlah hormon.Pengangkutan kolesterol oleh lipoprotein terutama dalam bentuk ester yang berada didalam inti lipoprotein. Senyawa ini masuk dan keluar jaringan tubuh melalui dua proses. Salah satu proses adalah berkaitan dengan proses pergantian lipoprotein, sedangkan proses yang lain melibatkan pergantian asam empedu. Kolesterol dan senyawa-senyawa yang berasala darinya terutama dikeluarkan bersama feses.Kolesterol yang hilang ini sebagian diganti oleh kolesterol diet dan sebagian lagi oleh kolesterol yang disentesis oleh tubuh dari asetil-koA.

Sebagian besar kolesterol yang berasal dari diet sehari-hari maupun yang disintesis oleh tubuh dipakai untuk mengganti asam empedu dan kolesterol yang


(28)

hilang bersama feses. Pda orang dewasa normal hanya sekitar 0,5 gr kolesterol tiap hari yang diubah menjadi asam empedu.

2.3.1.2. Trigliserida

Trigliserida atau triasilgliserol sering dinamakan lemak atau lemak netral adalah lipid yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak.Trigliserida merupakan molekul hidrofobik non polar, tidak mengandung muatan listrik dan tidak larut dalam air tetapi lebih larut dalam pelarut non polar seperti chloroform, benzene dan eter.Trigliseridaa disimpan dalam jumlah besar dibawah kulit dan dirongga abdominal sebagai lemak cadangan di dalam jaringan lemak sebagai sumber bahan bakar.

2.3.1.3. VLDL (Very Low Density Lipoprotein)

Lipoprotein ini mengandung trigliserida terbanyak setelah kilomikron, tersusun atas 7-10% protein.VLDL dibentuk di dalam hati, ukurannya lebih kecil dari kilomikron tetapi berat jenisnya lebih besar.Waktu paruh VLDL 26nzi min pendek kira-kira 12 jam, tetapi pembentukannya bersifat konstan walaupun dalam keadaan puasa. VLDL di ,etabolisme oleh LPL pada permukaan sel endotel kapiler, akibatnya secara progresif ukuran partikel menjadi kecil dan akhirnya menjadi IDL (intermediate density lipoproyein). Sekitar 50 % IDL diubah oleh enzim HTGL (hepatic triglyceride lipase) menjadi LDL.26nzi mini terdapat pada endotel vascular hepar dan menyebabkan bertaambahnya pelepasan asam lemak dan apo E dari IDL.

2.3.1.4. LDL (Low Density Lipoprotein)

LDL merupakan lipoprotein yang disintesis didalam sirkulasi darah dari hasil hidrolisis IDL maupun intra hepatic dari VLDL.LDL berperan dalam pengangkutan kolesterol ke sel-sel perifer.Waktu paruh LDL lebih panjang disbanding dengan VLDL, akibat konsentrasi LDL dan kolesterol dalam sirkulasi lebih stabil dan benar-benar tidak dipengaruhi oleh keadaan post prandial.Sekitar duapertiga kolesterol yang terdapat didalam darah diangkut oleh LDL.Seperempat


(29)

bagian kolesterol bebas berada pada daerah permukaan lipoprotein, sisanya terdapat dibagian inti sebagai ester kolesterol.

2.3.1.5. HDL (High Density Lipoprotein)

HDL merupakan molekul lipoprotein yang paling kecil dengan diameter 75-100 A°, mempunyai berat jenis paling tinggi dan kandungan protein serta fosfolipid paling besar. Ada tiga mcam HDL yaitu, HDL1, HDL2 dan HDL3. Kolesterol bebas diambil oleh HDL untuk diesterifikasi oleh LCAT dan bergerak kearah inti dari partikel HDL sehingga HDL kaya akan ester kolesterol. Perana HDL adalah melindungi lipoprotein dari oksidasi dan menghambat oksidasi LDL.

American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan bahwa individu-individu yang menderita diabetes dengan kadar lemak yang perlu dikoreksi harus menjalani profil lipid sekurang-kurangnya setiap tahun. Menurut ADA, kadar kolesterol yang beresiko rendah pada orang dewasa dengan diabetes adalah kadar LDL di bawah 100 mg/dl, kadar HDL diatas 40mg/dl (diatas 50 mg/dl untuk wanita), dan trigliseridaa dibawah 150 mg/dl. Individu-individu dengan diabetes yang memiliki kadar kolesterol selain dari rentang beresiko rendah dapat diberikan tes ulang untuk memverifikasi hasil (Dinsmoor, Robert., 2006).

Analisa kolesterol HDL dan LDL dilakukan dengan metode presipitasi dan enzimatik. Kadar kolesterol LDL sebaiknya diukur secara langsung, atau dapat juga dihitung menggunakan rumus Friedewald kalau kadar trigliseridaa < 400 mg/dl :


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitan di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Independen

- Adapun variabel independen adalah jus jambu biji

3.2.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam percobaan ini adalah profil lipid (Kolesterol).

3.2.3 Definisi Operasional

- Adapun definisi operasional, antara lain:

a. Mencit diabetik : mencit yang setelah diinduksi dengan alloxan memiliki kadar > 200 mg/dl

b. Kolesterol : kadar Kolesterol yang menurun akibat pemberian jus jambu biji merah.

3.3. Hipotesis

Terdapat hubungan antara pemberian jus jambu biji merah dengan penurunan kadar kolesterol dalam darah mencit diabetik.

Kadar Kolesterol Jus Jambu Biji Merah


(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental dengan pendekatan pre test and post test group design. Rancangan penelitian ini dilakukan pada tiga kelompok hewan percobaan mencit strain DDW.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmasi Universitas Sumatera Utara. Waktu penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2011 sampai Desember 2011. Penelitian ini akan mulai dilaksanakan setelah mendapat ethical clearance dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah mencit umur jantan dengan umur 3-4 bulan dengan berat badan 20-35 gr dan sehat yang ditandai dengan gerakan yang aktif, diperoleh dari Laboratorium Biologi Fakultas MIPA USU.

Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini berdsaarkan rumus Federer (1963) dalam Wahyuni.:

- t = kelompok perlakuan ( 3 kelompok)

- n = jumlah sampel tiap kelompok

Banyaknya sampel pada penelitian ini adalah : (t-1) (n-1) ≥ 15 2n-2 ≥ 15

n ≥ 9 (t-1) (n-1) ≥ 15


(32)

Dari penelitian ini ada tiga kelompok penelitian. Dari rumus di atas maka jumlah sampel ditiap kelompok ada sembilan ekor mencit, namun peneliti memutuskan untuk memakai 10 ekor mencit tiap kelompok dengan perincian sebagai berikut:

1. K = kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan (sehat) sebanyak 11 ekor

2. P1 = kelompok perlakuan yang diinduksi alloksan dan diberikan placebo sebanyak 16 ekor tikus selama 2 minggu 3. P2 = kelompok perlakuan yang diinduksi alloksan dan

diberikan jus jambu biji merah dengan dosis 0,78ml/20g/hari sebanyak 16 ekor selama 2 minggu


(33)

4.4. Alur Penelitian

L1

L2

Gambar 4.1 Alur Penelitian

42 ekor mencit (Mus musculus) strain SW umur 3-4 bulan

Adaptasi selama 1 minggu

Randomisasi

Pemeriksaan kolesterol pertama (pre-test) 11 ekor mencit diberi diet

standar selama 1 minggu (Kontrol Negatif)

Diberikan diet standar dan minuman secara ad libitum dengan porsi yang 32 ekor mencit diinduksi alloksan

dan diberi diet standar selama 1 minggu (Kontrol Positif)

Randomisasi

K (11 ekor) Kontrol Negatif dengan

plasebo

P1 (16 ekor) Kontrol Positif dengan

plasebo

P2 (16 ekor) Kontrol positif dengan jus buah jambu biji (0,78

mL/20gr BB/ hari)

Pemeriksaan kolesterol kedua (post-test)


(34)

Keterangan:

K : Kelompok Kontrol P1 : Kelompok Perlakuan 1 P2 : Kelompok Perlakuan 2

L1 : Pengambilan darah dan pemeriksaan kolesterol 1 (pemeriksaan awal) L2 : Pengambilan darah dan pemeriksaan kolesterol 2 (pemeriksaan akhir)

4.5.Teknik Pengumpulan Data

4.5.1.Penentuan Dosis Alloxan dan Jus Jambu Biji

Dosis ditentukan dengan menggunakan tabel konversi menurut (Laurence and Bacarach, 1964) yaitu manusia berat badan 70 kg dikonversi pada mencit berat badan 20 gr dengan angka konversi 0,0026. Dosis alloksan yang digunakan adalah 150 mg/kgBB hewan (Cheng dan Yang, 1983). Maka dosis alloksan yang digunakan pada mencit dengan berat badan 20 gr adalah:

150 mg x (20/1000)gr = 3 mg/20 grBB

Sedangkan konsumsi jus jambu biji pada manusia rata-rata 300 mg/hari, dikonversikan menjadi:

300 x 0,0026 = 0,78 mg/20 grBB.

4.5.2. Pemeliharaan Hewan percobaan

Mencit yang digunakan untuk penelitian adalah mencit jantan, sehat dengan berat badan 20-35 gr. Kandang percobaan dibersihkan setiap hari untuk mencegah infeksi yang dapat terjadi akibat kotoran tikus tersebut dan tikus dapat tetap sehat.Kandang ditempatkan dalam suhu kamar, ventilasi yang cukup, dan cahaya menggunakan sinar matahari tidak langsung.Makanan hewan percobaan diberikan berupa pellet.Makanan dan minuman diberikan secukupnya dalam wadah terpisah dan diganti setiap hari.


(35)

4.5.3. Persiapan Hewan Percobaan

Setiap kelompok hewan percobaan dipersiapkan dalam kandang yang terpisah dan disiapkan untuk beradaptasi selama satu minggu sebelum dilakukan penelitian.Sebelum perlakuan setiap mencit ditimbang berat badannya terlebih dahulu dan diamati kesehatan fisiknya (gerakannya, berat badan, makan dan minum). Bila terdapat mencit yang sakit pada saat berdaptasi maka mencit diganti yang baru dengan kriteria yang sama dan diambil secara acak.

4.5.4. Perlakuan Hewan Percobaan

Setelah persiapan selesai maka hewan percobaan kelompok I, kelompok II, dan kelompok III diberikan perlakuan sebagai berikut :

- Kelompok I dijadikan kontrol kolesterol yang normal dan tidak diberi intervensi

- Kelompok II dijadikan kelompok uji tanpa diberi jus jambu biji merah. Mencit mula-mula diadaptasikan dalam lingkungan baru selama seminggu, dan setelahnya dipuasakan selama 12 jam dengan air minum ad libitum. Kemudian mencit disuntikkan dengan alloksan dengan dosis 0,78 mg/20grBB secara intramuskular untuk menginduksi DM. Mencit lalu diberi makanan standar selama seminggu dan diperiksa kadar kolesterolnya untuk memastikan tikus mengalami DM.

- Kelompok III dijadikan kelompok uji dengan diberi jus jambu biji. Induksi DM dilakukan seperti pada kelompok II, namun pada kelompok III diberi jus jambu biji dengan dosis 0,78 mg/20grBB satu kali sehari selama penelitian.

Setelah 2 minggu, hewan percobaan diambil darahnya dan kemudian diperiksa kadar kolesterolnya dengan menggunakan metode strip test.


(36)

4.5.5 Alat Dan Bahan 4.5.5.1. Alat

Alat-alat yang digunakn antara lain alat strip test, spuit 1 mL, oral sonde, lemari pendingin, dan alat-alat pemeliharaan mencit.

4.5.5.2. Bahan

a. Hewan Uji

Hewan yang dipakai dalam penelitian adalah mencit jantan dengan galur Swiss Webster yang sehat, berusia 3-4 bulan, dan berat 20-35 gram. Mencit diperoleh dari Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara. Mencit yang diikutkan dalam penelitian harus sehat dengan tanda mata jernih dan berkilau, bulu tidak berdiri, tingkah laku normal, nafsu makan dan minum yang baik dan berat badan yang termasuk ideal untuk penelitian.

b. Jus Buah Jambu Biji

Adapun jus jambu biji merah yang digunakan untuk penelitian ini adalah jus jambu biji merah siap pakai dengan merek dagang “Lie-Lie”.

c. Alloksan

Bahan yang dipakai untuk menginduksi DM pada mencit adalah alloksan tetrahidrat yang dilarutkan dan disuntikkan secara intraperitoneal.

4.5.6.Analisa Data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan bantuan program Statistical and Product Service Solution (SPSS) nomor 17.0. Apabila data yang didapat berdistribusi normal, maka metode yang digunakan adalah Analysis of Variance (Anova). Bila data yang didapat tidak berdistribusi normal, maka yang digunakan adalah Uji Kruskal-Wallis.


(37)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan selama 4 minggu mulai dari bulan Juni sampai Juli 2011 di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Hewan coba ditempatkan dalam ruangan khusus dan dibagi sesuai kelompok perlakuan. Kelompok pertama (sehat) diletakkan dalam kandang satu (K1), kelompok kedua (kontrol, DM, dan diberi plasebo) diletakkan dalam kandang dua (K2) dan kelompok ketiga (uji, DM, dan diberi jus jambu biji) diletakkan dalam kandang tiga (K3).

5.1.2. Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah mencit jantan galur Swiss Webster berusia 3-4 bulan, berat 20-35 gram, tidak ada abnormalitas anatomi dan aktif. Di bagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok sehat (K1), kelompok kontrol-plasebo(K2) dan kelompok uji (K3).

Berat badan mencit ditimbang tiap hari dan dosis jus jambu biji berubah setiap harinya mengikuti berat badan tiap mencit.

Pada penelitian ini, dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Data Deskriptif Statistik

Kelompok Kolesterol pre-test Kolesterol post-test Mean S.E S.D Mean S.E S.D K1(sehat) 111.36 6.519 21.621 110.45 5.987 19.856 K2(DM+plasebo) 211.55 2.172 7.202 206.27 2.552 8.463 K3(DM+uji) 234.73 6.151 20.401 158.27 10.487 34.782


(38)

Dari tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal, sehingga uji Anova tidak dapat dilakukan dan dipilih uji non parametrik yaitu Kruskal-Wallis Test.

Tabel 5.2. Perbedaan Rata-rata Kolesterol Kelompok Penelitian

Variabel Derajat

Kebebasan

Chi-Square Hitung P-Value

Kolesterol pre-test

Kolesterol post-test

2 2 25.566 24.396 0.000 0.000

Berdasarkan uji Kruskal Wallis di atas dapat dilihat bahwa p-value dari kedua kelompok baik pre-test ataupun post-test menunjukkan angka <0.05. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan kolesterol yang bermakna diantara ketiga kelompok penelitian sebelum dan sesudah perlakuan.

Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan signifikan terhadap Kadar Kolesterol-nya, dilakukan uji lanjutan yaitu uji Mann-Whitney yang membandingkan dua kelompok independen. Berikut adalah hasil uji Mann-Whitney pada tiap dua kelompok:

Tabel 5.3. Perbedaan Rata-rata Kolesterol tiap Dua Kelompok

Variabel Kolesterol Post-test

Nilai Mann-Whitney U P-Value

K1&K2 K1&K3 K2&K3 0.00 0.00 21.5 0.000 0.000 0.000 Keterangan :

Variabel kolesterol post-test : kadar kolesterol setelah pemberian jus jambu biji K1 : Kelompok sehat


(39)

K2 : Kelompok kontrol K3 : Kelompok uji

Dari hasil uji Mann-Whitney diatas, dapat dilihat p-value dari tiap dua kelompok menunujukkan nilai <0.05, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang bermakna terhadap nilai kolesterol pada tiap dua kelompok penelitian.

Setelah melakukan uji kelompok independen, maka untuk mengetahui perbedaan kolesterol tiap-tiap kelompok sebelum dan sesudah penelitian, dilakukan uji Wilcoxon Signed Ranks Test dan didapati hasil berikut:

Tabel 5.4. Hasil Uji Rata-rata Kelompok Dependen

Variabel Kolesterol pre dan post-test

Nilai Z P-Value

K1

K2

K3

-0.358

-1.827

-2.936

0.720

0.068

0.003

Dari hasil uji Wilcoxon di atas memperlihatkan p-value pada K1 dan K2 >0.05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kolesterol yang bermakna pada K1 dan K2 baik sebelum dan sesudah penelitian.

Dari hasil diatas juga didapati p-value pada K3 (0.003) <0.05, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan kolesterol yang bermakna sebelum dan sesudah pemberian jus jambu biji.

5.2. Pembahasan

Dari uji Kruskal-Wallis terhadap kolesterol pre-test dan post-test dijumpai adanya perbedaan yang bermakna pada semua kelompok penelitian (p<0.05). Namun uji Kruskal-Wallis ini tidak bisa menentukan kelompok mana yang


(40)

mengalami penurunan kolesterol yang signifikan. Maka dari itu dilakukan uji lanjutan yaitu uji Mann-Whitney tiap dua kelompok percobaan.

Uji Mann-Whitney menunjukkan terjadi penurunan kadar kolesterol yang bermakna antara kelompok yang diberi jus jambu biji merah dengan kelompok yang diberi plasebo (dilihat dari nilai p<0.05).

Untuk mengamati apakah ada perubahan kolesterol tiap-tiap kelompok sebelum dan sesudah pengujian, maka dilakukan uji Wilcoxon (analog uji t-dependen untuk statistik parametrik). Dari pengolahan data menggunakan uji Wilcoxon diperlihatkan bahwa terjadi penurunan kolesterol pada kandang yang diberi perlakuan jus jambu biji merah (K3) sesudah percobaan. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Murini dkk bahwa pemberian jus jambu biji merah dapat menurunkan kadar kolesterol. Dalam penelitian tersebut dikatakan hasil dari pemberian jus jambu biji dengan dosis 50gr/kg bb selama 30 hari dapat menurunkan kadar kolesterol sebanyak 29.60%.

Hal ini membuktikan bahwa jambu biji merah yang mengandung banyak vitamin C benar berfungsi menurunkan kadar kolesterol dan sebagai antioksidan serta pembentuk kolagen yang akan menghambat terjadinya penyumbatan pembuluh darah oleh kolesterol (Harlinawati, 2008).

Vitamin C mempunyai aktifitas antioksidan yang dapat mencegah terjadinya stres oksidatif pada kolesterol LDL, sedangkan pektin yang terdapat pada jambu biji merah mempunyai kemampuan menurunkan konsentrasi kolesterol serum. Diduga vitamin C yang terdapat dalam jambu biji merah dapat mencegah penyakit jantung (aterosklerosis) melalui kemampuannya untuk menangkap radikal bebas sebelum mereka dapat mengawali oksidasi LDL .

Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jus buah jambu biji mempunyai potensi antihiperlipedemia sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pencegahan naiknya kadar kolesterol di darah.


(41)

BAB 6

KESIMPULAN dan SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah diuraikan, penulis berkesimpulan bahwa hasil ini menjawab tujuan penelitian, yaitu:

1. Pemberian jus jambu biji dosis 0,78ml/20grBB dapat menurunkan kadar kolesterol mencit diabetik dari 234,73 menjadi 158,27 mg/dl.

2. Terdapat perbedaan bermakna penurunan kadar kolesterol mencit antara kelompok yang diberi jus jambu biji dengan kelompok kontrol.

6.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis jus jambu biji merah yang lebih tinggi atau dosis bertingkat untuk mengetahui tingkat efektifitasnya lebih lanjut.

2. Perlu dilakukan penelitian pengaruh pemberian jus jambu biji terhadap kadar kolesterol dengan menggunakan sampel selain mencit atau pada manusia langsung.

3. Perlu dilakukan penelitian yang menguji efek jus jambu biji terhadap sampel yang lebih besar.

4. Perlu dilakukan juga pemeriksaan histopatologi pada pankreas hewan percobaan.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association, 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care Vol.33: 562-569.

Achyad, DE dan Rasyidah, R. (editor).2000.Jambu Klutuk (Psidium guajava l.).

pada tanggal 8 april 2011)

Chang, W.S., 1982. Studies on active principles of hypoglycemic effect fromPsidium grajava (I). The Graduate Institute of Pharmacy, TaipeiMedical College (Tesis).

Cheng, J.T., dan Yang, R.S., 1983. Hypoglycemic effect of guava juice in mice andhuman subjects. American Journal of Chinese Medicine (11): 74–76. Dweck, A.C., 2001. A review of Psidium guajava. Malayan Journal of Medical

Science (8): 27–30.

Gambar

Gutierrez, R.M.P., Mitchell S., dan Solis V.R., 2008. Psidium guajava: A review of its traditional uses,phytochemistry and pharmacology. Journal of Ethnopharmacology (117): 1–27

Imron, Moch., Munif, Amrul,. 2010. Langkah dan Rancangan Penelitian Eksperimen (Murni). Dalam: Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta: CV Sagung Seto, 125-132.

Info Dunia.Kandungan dan Manfaat Jambu Biji.Available from

Lab Test Online.Profile Lipid. Available from

tanggal 8 april 2011)


(43)

Mansjoer, A., dkk. 2001. Diabetes Melitus. Dalam: Mansjoer, A., dkk.

2001.Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius, hal. 580-588

Maryanto, Sugeng. Pengaruh Pemberian Serat Buah Jambu Biji (Psidium guajava L) Terhadap Profil Lipid Serum Tikus Sprague Dawley Hiperkolesterolemia.Universitas Diponegoro.2003

PERKENI, 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

Murray RK.Pengangkutan dan Penyimpanan Lipid. Biokimia Harper. Edisi 25, 2003.

Tandra, Hans. Segala sesuatu yang harus Anda ketahui tentang Diabetes.PT Gramedia Pustaka Utama anggota IKAPI.Jakarta.2007.

Tri Murini , Fiki Fernandes, Marda Ade S. Siti Muchayat, Totok Utoro. Pengaruh Jus Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) terhadap Profil Lipid Darah dan Kejadian Arterosklerosis pada Tikus Putih (Rattus norvegicus )yang diberi Diet Tinggi Lemak.Fakultas Kedokteran UGM.

Wahyuni, A.S., Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication. Artanti, D. Pengaruh Pemberian Jus Buah Pare(Momordica charantia) terhadap

Kadar Trigliserida Serum Tikus Wistar jantan yang diberi Diet Tinggi Lemak.

Soegondo, S, Gustaviani, R.Sindrom Metabolik.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.

Wijaya,ir.Statistika Non Parametrik (Aplikasi Program SPSS). Alfabeta Bandung .2003.


(44)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tika Citra Ayu Lestari

Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta / 10 April 1990

Agama : Islam

Alamat : Jl. Eka Surya, Gg.Eka Dewi No.39, Medan. Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Swasta Al-Azhar Medan (1996-2002) 2. Sekolah Menengah Pertama Swasta Harapan 3 Medan (2002-2005)

3. Sekolah Menengah Atas Swasta Harapan Mandiri (2005-2008) Riwayat Pelatihan :

1. Resusitasi Jantung Paru Otak TBM FK USU 2008 Riwayat Organisasi :


(45)

Lampiran 3

Tabel Konversi Perhitungan Dosis (Laurence & Bacharach, 1964)

Mencit 20 gr Tikus 200 gr Marmot 400gr Kelinci 1.5 kg Kucing 2 kg Kera 4 kg Anjing 12 kg Manusia 70 kg Mencit 20 gr

1.0 7.0 12.25 27.8 29.7 64.1 124.2 387.9

Tikus 200 gr

0.14 1.0 1.74 3.9 4.2 9.2 17.8 56.0

Marmot 400gr

0.08 0.57 1.0 2.25 2.4 5.2 10.2 31.5

Kelinci 1.5 kg

0.04 0.25 0.44 1.0 1.08 2.4 4.5 14.2

Kucing 2 kg

0.03 023 0.41 0.92 1.0 2.2 4.1 13.0

Kera 4 kg

0.016 0.11 0.19 0.42 0.45 1.0 1.9 6.1

Anjing 12 kg

0.008 0.06 0.1 0.22 0.24 0.52 1.0 3.1

Manusia 70 kg


(46)

Lampiran 4

Tabel 1. Kolesterol sebelum pengujian

No Sehat (K1) Kontrol (K2) Uji (K3)

1 102 222 252

2 111 214 277

3 106 205 214

4 152 204 211

5 82 207 245

6 97 201 251

7 124 213 221

8 114 224 225

9 79 212 231

10 128 215 240

11 130 210 215

Tabel 2. Kolesterol setelah pengujian

No Sehat (K1) Kontrol (K2) Uji (K3)

1 105 215 180

2 110 200 115

3 107 201 175

4 151 200 160

5 80 205 100

6 100 210 110

7 121 200 187

8 116 220 198

9 82 211 178


(47)

11 125 213 188

Lampiran 5 Analisis Statistik

Descriptives

kelompok Statistic Std. Error

kolesterol pre test kelompok sehat Mean 111.36 6.519

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 96.84

Upper Bound 125.89

5% Trimmed Mean 110.90

Median 111.00

Variance 467.455

Std. Deviation 21.621

Minimum 79

Maximum 152

Range 73

Interquartile Range 31

Skewness .206 .661

Kurtosis -.105 1.279

kelompok kontrol Mean 211.55 2.172

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 206.71

Upper Bound 216.38

5% Trimmed Mean 211.44


(48)

Variance 51.873

Std. Deviation 7.202

Minimum 201

Maximum 224

Range 23

Interquartile Range 10

Skewness .377 .661

Kurtosis -.483 1.279

kelompok uji Mean 234.73 6.151

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 221.02

Upper Bound 248.43

5% Trimmed Mean 233.70

Median 231.00

Variance 416.218

Std. Deviation 20.401

Minimum 211

Maximum 277

Range 66

Interquartile Range 36

Skewness .759 .661

Kurtosis .132 1.279

kolesterol post test kelompok sehat Mean 110.45 5.987

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 97.11

Upper Bound 123.79

5% Trimmed Mean 109.89


(49)

Variance 394.273

Std. Deviation 19.856

Minimum 80

Maximum 151

Range 71

Interquartile Range 21

Skewness .295 .661

Kurtosis .896 1.279

kelompok kontrol Mean 206.27 2.552

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 200.59

Upper Bound 211.96

5% Trimmed Mean 206.30

Median 205.00

Variance 71.618

Std. Deviation 8.463

Minimum 192

Maximum 220

Range 28

Interquartile Range 13

Skewness .011 .661

Kurtosis -.884 1.279

kelompok uji Mean 158.27 10.487

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 134.91

Upper Bound 181.64

5% Trimmed Mean 159.30

Median 175.00


(50)

Std. Deviation 34.782

Minimum 100

Maximum 198

Range 98

Interquartile Range 72

Skewness -.745 .661

Kurtosis -1.051 1.279

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kolesterol pre test .271 33 .000 .871 33 .001

kolesterol post test .160 33 .031 .891 33 .003

a. Lilliefors Significance Correction

Kruskal-Wallis Test

Ranks

kelompok N Mean Rank

kolesterol pre test kelompok sehat 11 6.00

kelompok kontrol 11 18.27

kelompok uji 11 26.73

Total 33

kolesterol post test kelompok sehat 11 7.82

kelompok kontrol 11 27.91

kelompok uji 11 15.27


(51)

Test Statisticsa,b

kolesterol pre test

kolesterol post test

Chi-Square 25.566 24.295

df 2 2

Asymp. Sig. .000 .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: kelompok

Mann-Whitney Test

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

kolesterol pre test kelompok sehat 11 6.00 66.00

kelompok kontrol 11 17.00 187.00

Total 22

Test Statisticsb

kolesterol pre test

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 66.000

Z -3.973

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a


(52)

Test Statisticsb

kolesterol pre test

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 66.000

Z -3.973

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

kolesterol post test kelompok sehat 11 7.82 86.00

kelompok uji 11 15.18 167.00

Total 22

Test Statisticsb

kolesterol post test

Mann-Whitney U 20.000

Wilcoxon W 86.000

Z -2.661

Asymp. Sig. (2-tailed) .008

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .007a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok


(53)

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

kolesterol post test kelompok kontrol 11 16.91 186.00

kelompok uji 11 6.09 67.00

Total 22

Test Statisticsb

kolesterol post test

Mann-Whitney U 1.000

Wilcoxon W 67.000

Z -3.911

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

kolesterol sehat post test - kolesterol sehat pre test

Negative Ranks 6a 6.17 37.00

Positive Ranks 5b 5.80 29.00


(54)

Total 11 a. kolesterol sehat post test < kolesterol sehat pre test

b. kolesterol sehat post test > kolesterol sehat pre test c. kolesterol sehat post test = kolesterol sehat pre test

Test Statisticsb

kolesterol sehat post test - kolesterol sehat

pre test

Z -.358a

Asymp. Sig. (2-tailed) .720

a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

kolesterol kontrol post test - kolesterol kontrol pre test

Negative Ranks 9a 5.94 53.50

Positive Ranks 2b 6.25 12.50

Ties 0c

Total 11

a. kolesterol kontrol post test < kolesterol kontrol pre test b. kolesterol kontrol post test > kolesterol kontrol pre test c. kolesterol kontrol post test = kolesterol kontrol pre test


(55)

kolesterol kontrol post test - kolesterol kontrol

pre test

Z -1.827a

Asymp. Sig. (2-tailed) .068

a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

kolesterol uji post test - kolesterol uji pre test

Negative Ranks 11a 6.00 66.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 0c

Total 11

a. kolesterol uji post test < kolesterol uji pre test b. kolesterol uji post test > kolesterol uji pre test c. kolesterol uji post test = kolesterol uji pre test

Test Statisticsb

kolesterol uji post test - kolesterol

uji pre test

Z -2.936a

Asymp. Sig. (2-tailed) .003

a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test


(1)

Std. Deviation 34.782

Minimum 100

Maximum 198

Range 98

Interquartile Range 72

Skewness -.745 .661

Kurtosis -1.051 1.279

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kolesterol pre test .271 33 .000 .871 33 .001

kolesterol post test .160 33 .031 .891 33 .003

a. Lilliefors Significance Correction

Kruskal-Wallis Test

Ranks

kelompok N Mean Rank

kolesterol pre test kelompok sehat 11 6.00

kelompok kontrol 11 18.27

kelompok uji 11 26.73

Total 33

kolesterol post test kelompok sehat 11 7.82

kelompok kontrol 11 27.91

kelompok uji 11 15.27


(2)

Test Statisticsa,b kolesterol pre

test

kolesterol post test

Chi-Square 25.566 24.295

df 2 2

Asymp. Sig. .000 .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: kelompok

Mann-Whitney Test

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

kolesterol pre test kelompok sehat 11 6.00 66.00

kelompok kontrol 11 17.00 187.00

Total 22

Test Statisticsb

kolesterol pre test

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 66.000

Z -3.973

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a a. Not corrected for ties.


(3)

Test Statisticsb

kolesterol pre test

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 66.000

Z -3.973

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

kolesterol post test kelompok sehat 11 7.82 86.00

kelompok uji 11 15.18 167.00

Total 22

Test Statisticsb

kolesterol post test

Mann-Whitney U 20.000

Wilcoxon W 86.000

Z -2.661

Asymp. Sig. (2-tailed) .008

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .007a a. Not corrected for ties.


(4)

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

kolesterol post test kelompok kontrol 11 16.91 186.00

kelompok uji 11 6.09 67.00

Total 22

Test Statisticsb

kolesterol post test

Mann-Whitney U 1.000

Wilcoxon W 67.000

Z -3.911

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks kolesterol sehat post test -

kolesterol sehat pre test

Negative Ranks 6a 6.17 37.00

Positive Ranks 5b 5.80 29.00


(5)

Total 11 a. kolesterol sehat post test < kolesterol sehat pre test

b. kolesterol sehat post test > kolesterol sehat pre test c. kolesterol sehat post test = kolesterol sehat pre test

Test Statisticsb

kolesterol sehat post test - kolesterol sehat

pre test

Z -.358a

Asymp. Sig. (2-tailed) .720 a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks kolesterol kontrol post test -

kolesterol kontrol pre test

Negative Ranks 9a 5.94 53.50

Positive Ranks 2b 6.25 12.50

Ties 0c

Total 11

a. kolesterol kontrol post test < kolesterol kontrol pre test b. kolesterol kontrol post test > kolesterol kontrol pre test c. kolesterol kontrol post test = kolesterol kontrol pre test


(6)

kolesterol kontrol post test - kolesterol kontrol

pre test

Z -1.827a

Asymp. Sig. (2-tailed) .068 a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks kolesterol uji post test -

kolesterol uji pre test

Negative Ranks 11a 6.00 66.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 0c

Total 11

a. kolesterol uji post test < kolesterol uji pre test b. kolesterol uji post test > kolesterol uji pre test c. kolesterol uji post test = kolesterol uji pre test

Test Statisticsb

kolesterol uji post test - kolesterol

uji pre test

Z -2.936a

Asymp. Sig. (2-tailed) .003 a. Based on positive ranks.