The analysis of urban infrastructure in waterfront area Case Study Ternate City, North Maluku Province;

ANALISIS INFRASTRUKTUR KOTA DI KAWASAN
WATERFRONT : STUDI KASUS KOTA TERNATE,
PROVINSI MALUKU UTARA

FIRDAWATY MARASABESSY

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Analisis Infrastruktur Kota di
Kawasan Waterfront : Studi Kasus Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara” adalah
karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir tesis ini.


Bogor, Februari 2013

Firdawaty Marasabessy
NRP : A156100142

ABSTRACT
FIRDAWATY MARASABESSY. The Analysis of Urban Infrastructure in
Waterfront Area : Case Study Ternate City, North Maluku Province. Supervised
by WIDIATMAKA and SOEKMANA SOMA.
The development of waterfront city of Ternate in 2006-2015 initially
began with the limitation of land due to the high amount of population,
geographical and topographical conditions of the region, the threat of catastrophic
volcanic eruptions as well as national and provincial development strategy. The
purpose of this study is focused on three points related to urban growth of Ternate
City. First, land use mapping of the urban growth of Ternate was done, divided
into two periods: before and after the development of the waterfront. Second, by
coverage of urban infrastructure to support socio-economic activities of the
community is analyzed. Third, by determining the strategy in the structuring and
management of sustainable infrastructure based on the interests of the
stakeholders for the improvement towards a better infrastructure. The

methodology used in this research were Geographical Information System (GIS),
descriptive analysis, scalogram analysis, linear regression and Analytical
Hierarchy Process (AHP). The result of the analysis showed that the spatial
changes of Ternate City were characterized by changes in the shoreline and land
use due to the development of waterfront areas done by reclamation. The regional
hierarchy analysis (2005-2011) showed that there were aspects of the
development of infrastructure and accessibility, where coastal villages was more
developed than non coastal village. Spreading of infrastructure in Ternate City
was mainly concentrated in the downtown area, so the access is relatively easy
linked to the road, but the travel time in each district is different. The evaluation
shows that the availability of infrastructure don’t meet the service standard, they
are water supply from PDAM, electricity, the disposal garbage transported to
sanitary landfill (TPA), the capacity of educational facilities, and market facilities.
The infrastructures which were inadequate the service standards were roads,
health facilities, commerce facilities, and green open space. The prediction of
infrastructure needs in 2013-2032 were analyzed based on the projected
population. The infrastructure needs until 2032 were water supply from PDAM
28.002.700 liters/day, the need for electricity 114.557 KVA, the production of
garbage 636.425 liters/day, health facilities 129 units, and commerce facilities
1.037 units. The structuring and managing infrastructure in waterfront areas that

need to be prioritized based on the perceptions of stakeholders are the integrated
garbage management, the structuring area of street vendor (PKL) and the
arrangement of city park landscape.
Keywords : waterfront city, shoreline change, land use change, urban
infrastructure.

RINGKASAN
FIRDAWATY MARASABESSY. Analisis Infrastruktur Kota di Kawasan
Waterfront : Studi Kasus Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Dibimbing oleh
WIDIATMAKA dan SOEKMANA SOMA.
Pengembangan wilayah pesisir saat ini menjadi prioritas pembangunan
terutama pada kota-kota pesisir. Konsep pengembangan wilayah tidak terlepas
dari ketersediaan infrastruktur dalam mewadahi aktivitas masyarakat kota.
Infrastruktur dapat bertindak sebagai sarana vital dalam menggerakkan
perekonomian wilayah, penunjang aspek sosial budaya masyarakat serta dapat
mempertahankan daya dukung lingkungan.
Dalam konteks penataan ruang, pembangunan infrastruktur merupakan
kebutuhan turunan sebagai konsekuensi logis dari perencanaan tata ruang yang
dapat membentuk struktur ruang wilayah. Salah satu kota tepian air (waterfront
city) di Indonesia yang tengah mengalami perkembangan adalah Kota Ternate.

Pengembangan waterfront city yang termuat dalam rencana tata ruang kota
Ternate tahun 2006-2015 diantaranya bermuara dari keterbatasan lahan kota
dalam menyediakan infrastruktur perkotaan akibat tekanan populasi yang semakin
meningkat, kondisi geografis dan topografis wilayah, ancaman bencana dari
letusan gunung api serta strategi pengembangan Nasional dan Provinsi.
Sebelum pengembangan kawasan waterfront, kondisi ketersediaan
infrastruktur di kota Ternate belum mencapai standar kebutuhan, khususnya untuk
infrastruktur dasar cakupan pelayanannya terkonsentrasi di kawasan pesisir.
Perubahan status dari Keresidenan hingga menjadi Kota, menuntut adanya
pembangunan infrastruktur kota yang layak dan mudah dijangkau seluruh lapisan
masyarakat. Pengembangan kawasan waterfront di Kota Ternate diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan infrastruktur perkotaan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk melakukan pemetaan perubahan garis pantai dan perubahan penggunaan
lahan sebelum dan sesudah pengembangan waterfront, menganalisis perubahan
hierarki wilayah setelah pengembangan waterfront, melakukan pemetaan sebaran
dan ketersediaan infrastruktur, memprediksikan kebutuhan infrastruktur hingga 20
tahun mendatang (2032) untuk perencanaan infrastruktur perkotaan, dan
menentukan arahan penataan dan pengelolaan infrastruktur di kawasan
waterfront.
Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder, diantaranya

masterplan kawasan waterfront, RDTR Kota Ternate, RTRW Kota Ternate, Peta
RBI, citra satelit, data tabular infrastruktur, SNI infrastruktur dan Kota Ternate
Dalam Angka. Metodologi dalam peneltian ini menggunakan analisis spasial
Sistem Informasi Geografis (SIG), analisis skalogram, analisis deskriptif, analisis
regresi linear serta Analitycal Hierarchy Process (AHP).
Hasil analisis menunjukkan bahwa garis pantai Kota Ternate mengalami
perubahan karena adanya pengembangan kawasan waterfront yang dilakukan
dengan cara reklamasi pantai. Perubahan garis pantai ditandai dengan majunya
garis pantai berkisar 30-250 m dan luas kawasan waterfront yang direklamasi
adalah 23,26 ha (0,23 km2). Perubahan penggunaan lahan yang terjadi setelah
pengembangan kawasan waterfront adalah berkurangnya luas penggunaan lahan

tidak terbangun sebesar 411 ha, sedangkan lahan terbangun meningkat seluas 521
ha.
Hierarki wilayah Kota Ternate (tahun 2005-2011) menunjukkan bahwa
telah terjadi perkembangan dari aspek ketersediaan infrastruktur dan aksesibilitas.
Kelurahan/desa pesisir yang tergolong dalam hierarki 1 (pusat pelayanan)
meningkat dari 3 kelurahan menjadi 6 kelurahan, sedangkan kategori kelurahan
bukan pesisir yang semula 3 kelurahan berkurang menjadi 1 kelurahan. Kelurahan
pesisir yang tergolong dalam hierarki 2 meningkat dari 7 kelurahan menjadi 8

kelurahan, dan kelurahan bukan pesisir juga meningkat dari 8 kelurahan menjadi
10 kelurahan. Kelurahan pesisir yang tergolong hierarki 3 (hinterland) menurun
dari 23 kelurahan menjadi 20 kelurahan, sedangkan kelurahan bukan pesisir
meningkat dari 13 kelurahan menjadi 12 kelurahan. Kelurahan/desa pesisir
cenderung lebih berkembang dibandingkan dengan kelurahan/desa bukan pesisir
yang terlihat dari perubahan tingkatan hierarki wilayah.
Sebaran infrastruktur di kota Ternate terkonsentrasi di pusat kota. Akses
pencapaian ke infrastruktur perkotaan relatif mudah karena dihubungkan dengan
jalan, namun waktu tempuh pencapaian setiap kecamatan berbeda. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa ketersediaan infrastruktur yang belum memenuhi standar
pelayanan diantaranya adalah kekurangan kapasitas produksi air bersih PDAM,
daya listrik, pengangkutan sampah ke TPA, daya tampung fasilitas pendidikan,
prasarana pasar. Infrastruktur yang telah mencukupi standar pelayanaan
diantaranya adalah jaringan jalan, prasarana kesehatan, prasarana niaga dan
perdagangan dan ruang terbuka hijau (RTH).
Prediksi kebutuhan infrastruktur tahun 2013-2032 dianalisis berdasarkan
proyeksi jumlah penduduk di tahun tersebut. Proyeksi penduduk di tahun 2013
diprediksikan mencapai 188.795 jiwa dan di tahun 2032 mencapai 254.570 jiwa
dengan rata-rata pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu 20 tahun sebesar
1,68%. Melihat proyeksi jumlah penduduk Kota Ternate diatas, maka kebutuhan

infrastruktur hingga tahun 2032 diantaranya adalah air bersih PDAM 28.002.700
lt/hari, kebutuhan daya listrik sebesar 114.557 KVA, produksi sampah 636.425
lt/hari, prasarana kesehatan 129 unit dan prasarana niaga dan perdagangan 1.037
unit.
Arahan penataan dan pengelolaan infrastruktur di kawasan waterfront
yang perlu diprioritaskan pada tiap kategori infrastruktur berdasarkan persepsi
stakeholder adalah pengelolaan sampah terpadu untuk infrastruktur fisik, penataan
kawasan PKL untuk infrastruktur sosial ekonomi dan penataan lansekap taman
kota untuk infrastruktur hijau.
Kata kunci :

Kota tepian air, perubahan garis pantai, perubahan penggunaan
lahan, infrastruktur perkotaan.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

ANALISIS INFRASTRUKTUR KOTA DI KAWASAN
WATERFRONT : STUDI KASUS KOTA TERNATE,
PROVINSI MALUKU UTARA

FIRDAWATY MARASABESSY

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Manuwoto, M.Sc

Karya ini ku persembahkan untuk :
Ayahanda Tercinta Hi. Bunyamin Marasabessy
dan
Ibunda Tercinta Hj. Satiah Mahmud (Alm.)
“terima kasih atas segala kasih sayang, doa dan pengorbanan
yang tiada henti”

PRAKATA
Alhamdulillahirabbila’lamin, atas limpahan rahmat dan karunia Allah
SWT, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Analisis Infrastruktur
Kota di Kawasan Waterfront : Studi Kasus Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara”.
Tesis ini merupakan hasil penelitian penulis yang dapat terwujud berkat bantuan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Ir. Widiatmaka, DAA., Dr. Ir. Soekmana Soma M.SP., M.Eng sebagai
Komisi Pembimbing atas segenap waktu, pemikiran dan arahanya semenjak
awal penelitian hingga selesainya penulisan tesis.
2. Dr. Ir. Manuwoto, M.Sc., sebagai Penguji Luar Komisi atas waktu, kritik dan

sarannya.
3. Ketua, Sekretaris dan Manajemen Program Pascasarjana Ilmu Perencanaan
Wilayah Institut Pertanian Bogor atas bantuan dan kerjasamanya.
4. Seluruh Dosen Pengajar dan Asisten atas didikan dan bimbingannya selama
belajar di PWL.
5. Pemerintah Daerah Kota Ternate atas izin untuk melakukan penelitian di
Kota Ternate.
6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Ternate atas kesediaan
memberikan data dan kerjasamanya.
7. Dinas Pekerjaan Umum Kota Ternate atas kesediaan memberikan data dan
kerjasamanya.
8. Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Ternate atas kesediaan memberikan
data dan kerjasamanya.
9. Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara atas kesediaan memberikan
data.
10. BUMN Kota Ternate (PDAM dan PLN) atas kesediaan memberikan data.
11. Universitas Khairun Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur atas bantuan dan
kerjasamanya.
12. Ayahanda Prof. Drs. Hi. B. Marasabessy M.Pd., Ibunda Hj. Satiah Mahmud
(Alm.) dan Kakak-kakak tercinta Rauf CH, Dra. Fachria M.Pd., M.Si.,

Helmy, Fitri, Nurainy, ST., dan Chairil ST., serta keponakan tecinta Aldy,
Caca dan Ehsan atas segala limpahan kasih sayang, didikan serta doanya yang
tiada henti.
13. Teman-teman seperjuangan (Desyan Rya, SP., M.Si., Rahmi Fajarini, SP.,
Djoko Purnomo, S.Si., Manijo, SP) dan teman PS PWL Reguler lainnya atas
segala bantuan dan dukungannya selama belajar di PWL.
14. Teman-teman Arsitektur angk. 2003 Universitas Khairun (Asmiyani, ST.,
Nurzakiah, ST., Wahyudi Djamaa, ST., Iswanto, ST.) atas bantuan dan
kerjasamanya.
15. Semua pihak yang yang tidak sempat disebutkan dan memiliki andil dalam
penyelesaian masa studi.
Akhir kata, mudah-mudahan apa yang disajikan pada penulisan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Februari 2013
Firdawaty Marasabessy

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Ternate, tanggal 16 Mei 1986, putri kelima dari lima
bersaudara dari Ayahanda Hi. Bunyamin Marasabessy dan Ibunda Hj. Satiah
Mahmud (Alm.). Tahun 2003, penulis menyelesaikan sekolah di SMA Negeri 1
Ternate dan melanjutkan studi ke Universitas Khairun Ternate, Fakultas Teknik,
Jurusan Arsitektur. Setelah menyelesaikan pendidikan S1 tahun 2009, penulis
berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan S2 di Institut Pertanian Bogor
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah pada tahun 2010 dengan biaya sendiri.
Tahun 2009, penulis pernah bekerja sebagai Asisten Dosen pada
Universitas Khairun Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur. Pada tahun yang sama
pula penulis bekerja di lembaga Profesi Arsitek sebagai staf pada Ikatan Arsitek
Indonesia Cabang Maluku Utara.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... iv
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
Latar Belakang............................................................................................ 1
Perumusan Masalah .................................................................................... 4
Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6
Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7
Kerangka Pemikiran ................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 10
Urbanisasi dan Pertumbuhan Kota ........................................................... 10
Perkembangan Kota Tepian Air (Waterfront City) .................................... 13
Pertumbuhan Kota Dalam Konsep Pengembangan Wilayah ...................... 17
Infrastruktur dan Hierarki Wilayah Perkotaan ........................................... 19
Infrastruktur Fisik ..................................................................................... 22
Infrastruktur Sosial Ekonomi .................................................................... 38
Infrastruktur Hijau .................................................................................... 41
METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... 46
Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 46
Bahan dan Alat ......................................................................................... 46
Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 47
Metode Analisis Data................................................................................ 48
Analisis Sistem Informasi Geografis .................................................. 48
Analisis Hierarki Wilayah dengan Skalogram ................................... 50
Analisis Ketersediaan Infrastruktur .................................................... 52
Infrastruktur Fisik ....................................................................... 52
Infrastruktur Sosial dan Ekonomi ................................................ 57
Infrastruktur Hijau ...................................................................... 58
Analisis Prediksi Kebutuhan Infrastruktur Tahun 2032 ...................... 59
Analisis Persepsi Stakeholder dengan AHP ........................................ 59

GAMBARAN UMUM KOTA TERNATE...................................................... 65
Letak Geografis dan Batas Administratif................................................... 65
Topografi dan Kondisi Iklim .................................................................... 66

Kependudukan ......................................................................................... 69
Penggunaan Lahan Perkotaan .................................................................. 71
Gambaran Struktur Ruang Kota ................................................................ 74
Kawasan Kota Tepian Air (Waterfront City) ............................................. 79
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ............................................... 82
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................... 85
Perubahan Spasial Kawasan Pesisir Kota Ternate .................................... 85
Interpretasi Perubahan Garis Pantai Kawasan Waterfront ................... 85
Penggunaan Lahan di Kawasan Waterfront ........................................ 88
Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2004-2010 ..................................... 91
Analisis Hierarki Wilayah Kota Ternate ................................................... 93
Cakupan Pelayanan Infrastruktur .............................................................. 98
Cakupan Pelayanan Infrastruktur Fisik ...................................................... 98
Infrastruktur Jaringan Jalan ............................................................... 98
Infrastruktur Air Bersih .................................................................... 107
Infrastruktur Listrik .......................................................................... 113
Infrastruktur Sistem Drainase .......................................................... 118
Infrastruktur Persampahan .............................................................. 129
Cakupan Pelayanan Infrastruktur Sosial dan Ekonomi ............................ 135
Prasarana Pendidikan ...................................................................... 135
Prasarana Kesehatan ....................................................................... 145
Prasarana Niaga dan Perdagangan .................................................... 149
Cakupan Pelayanan Infrastruktur Hijau ................................................... 154
Prediksi Kebutuhan Infrastruktur Tahun 2013-2032 ................................ 162
Persepsi Stakeholder dalam Penataan dan Pengelolaan Infrastruktur
Kawasan Waterfront .............................................................................. 167
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 173
Simpulan ................................................................................................ 173
Saran ..................................................................................................... 174

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 175
LAMPIRAN .................................................................................................. 180

DAFTAR TABEL
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kebutuhan Air untuk Kategori Kota .......................................................... 27
Klasifikasi Sampah Menurut Ditjen Cipta Karya ........................................ 35
Jenis Data, Sumber Data, Teknik Analisis dan Hasil ................................. 47
Variabel Untuk Analisis Hierarki WIlayah ................................................. 50
Klasifikasi Jalan Perkotaan......................................................................... 52
Kebutuhan Air Non Domestik Perkotaan ................................................... 55
Bagian Jaringan Drainase .......................................................................... 55
Besaran Timubulan Sampah Berdasarkan Komponen-Komponen Sumber
Sampah ..................................................................................................... 56
9. Kebutuhan Sarana dan Prasarana Sosial dan Ekonomi ................................ 57
10. Fungsi dan Penerapan RTH Berdasarkan Tipologi Kawasan Perkotaan ...... 58
11. Wilayah Administrasi Kota Ternate ........................................................... 65
12. Temperatur Rata-rata di Kota Ternate Tahun 2010 ...................................... 67
13. Kelembaban Nisbi dan Rata-rata Penyinaran Matahari di Kota Ternate
Tahun 2010 ............................................................................................... 67
14. Kecepatan Angin Rata-rata, Kecepatan Maksimum Mutlak dan
Arah Angin di Kota Ternate ....................................................................... 68
15. Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan di Kota Ternate Menurut Bulan,
Tahun 2010 ................................................................................................ 68
16. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2010 ..... 69
17. Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Rasio Jenis Kelamin ...................... 70
18. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ........................................ 71
19. Penggunaan Lahan di Kota Ternate, 2010 ................................................... 72
20. Penggunaan Lahan Tiap Kecamatan ............................................................ 73
21. Fungsi Strategis BWK I dan BWK II dalam mendukung Waterfront City
Kota Ternate .............................................................................................. 80
22. PDRB Kota Ternate Atas Dasar Harga Berlaku ........................................... 84
23. Penggunaan Lahan di Kawasan Waterfront ................................................ 90
24. Perubahan Penggunaan lahan Tahun 2004-2010 ......................................... 92
25. Matriks Transisi Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2004-2010 .............. 92
26. Hierarki Wilayah Tahun 2011 ....................................................................... 95
27. Hierarki Wilayah Tahun 2005 ....................................................................... 96
28. Hierarki Wilayah Tahun 2005 dan 2011 ....................................................... 97
29. Kondisi Jaringan Jalan di Kota Ternate .................................................... 101
30. Kerapatan Jalan di Kota Ternate Tahun 2010 ........................................... 102
31. Data Jaringan Pipa Transmisi Distribusi ................................................... 108
32. Kebutuhan Air Bersih Kota Ternate 2011.................................................. 112
33. Jumlah Pelanggan dan Daya Terpasang .................................................... 114
34. Jumlah dan Kapasitas Mesin PT. PLN (Persero) Cabang Ternate ............. 115

35. Ketersediaan Daya Listrik dan Jumlah Pelanggan Tahun 2011 .................. 117
36. Kondisi Saluran Drainase di Kecamatan Ternate Tengah ......................... 120
37. Kondisi Saluran Drainase di Kecamatan Ternate Selatan .......................... 122
38. Kondisi Saluran Drainase di Kecamatan Ternate Utara ............................. 124
39. Kondisi Saluran Drainase di Kecamatan Pulau Ternate ............................ 125
40. Hasil Identifikasi Genangan di Kota Ternate ............................................ 127
41. Kondisi Eksisting TPA Buku Deru-Deru .................................................. 129
42. Produksi/Volume Sampah di TPA Kota Ternate ....................................... 132
43. Komposisi Sampah Kota Ternate ............................................................. 133
44. Produksi Sampah dan Tingkat Pelayanan Sampah Tahun 2005-2008 ........ 133
45. Jumlah Prasarana Pendidikan ................................................................... 135
46. Jumlah Peserta dan Tenaga Pendidik ........................................................ 136
47. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Sekolah Pendidikan Dasar ............... 137
48. Jumlah Prasarana Pendidikan TK di Kota Ternate .................................... 137
49. Jumlah Prasarana Pendidikan SD di Kota Ternate .................................... 139
50. Jumlah Prasarana Pendidikan SLTP di Kota Ternate ................................ 141
51. Jumlah Prasarana Pendidikan SMU/SMK di Kota Ternate ....................... 142
52. Prasarana Kesehatan di Kota Ternate ....................................................... 145
53. Ketersediaan Fasilitas Kesehatan di Kota Ternate ..................................... 147
54. Jarak Pencapaian ke Fasilitas Kesehatan .................................................. 148
55. Prasarana Niaga dan Perdagangan ............................................................ 150
56. Ketersediaan Prasarana Niaga dan Perdagangan .......................................... 152
57. Jarak Pencapaian Prasarana Niaga dan Perdagangan ................................ 153
58. Kondisi Eksisting Penggunaan Lahan Kota Ternate ................................. 156
59. Ketersediaan RTH Berdasarkan Kepemilikan ........................................... 157
60. Penggunaan Lahan Kecamatan Ternate Selatan ........................................ 157
61. RTH Berdasarkan Kepemilikan di Kecamatan Ternate Selatan ................. 158
62. Penggunaan Lahan di Kecamatan Ternate Tengah .................................... 159
63. RTH Berdasarkan Kepemilikan di Kecamatan Ternate Tengah ................ 159
64. Penggunaan Lahan di Kecamatan Ternate Utara ....................................... 161
65. RTH Berdasarkan Kepemilikan di Kecamatan Ternate Utara ................... 159
66. Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2013-2032............................................... 162
67. Prediksi Kebutuhan Air Bersih PDAM Tahun 2013-2032 ........................ 164
68. Prediksi Kebutuhan Daya Listrik Tahun 2013-2032 .................................. 165
69. Prediksi Produksi Sampah Tahun 2013-2032 ............................................ 165
70. Prediksi Kebutuhan Prasarana Kesehatan Tahun 2013-2032...................... 166
71. Prediksi Kebutuhan Prasarana Niaga dan Perdagangan Tahun 2013-2032 . 166

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.

Kerangka Pemikiran .................................................................................... 9
Dimensi Jalan Arteri dengan Jalur Lambat ................................................ 24
Penampang Jalan Kolektor Kawasan Permukiman .................................... 25
Bagan Aliran Proses Pengolahan Air ......................................................... 26
Komponen Utama dalam Penyaluran Listrik ............................................. 29
Sistem Drainase Perkotaan ........................................................................ 33
Teknik Operasional Sampah Perkotaan ..................................................... 38
Jaringan Infrastruktur Hijau ....................................................................... 44
Lokasi Penelitian ....................................................................................... 46
Bagan Alir Penelitian ................................................................................ 49
Struktur Hierarki AHP .............................................................................. 62
Peta Kemiringan Lereng Kota Ternate ...................................................... 66
Persentase Jumlah Penduduk di Kota Ternate ............................................. 69
Penggunaan Lahan di Kota Ternate Tahun 2010 ........................................ 73
Peta Rencana Struktur Ruang Kota ............................................................ 78
Kawasan Prioritas Action Plan Waterfront City Kota Ternate .................... 81
PDRB Kota Ternate Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 1999-2011 ............. 83
Perubahan Garis Pantai Kawasan Waterfront Tahun 2001-2010 ................. 86
Perubahan Spasial Kota Ternate ................................................................ 87
Penggunaan Lahan di Kawasan Waterfront ............................................... 89
Perubahan Penggunaan Lahan Kota Ternate Tahun 2004-2010 .................. 91
Nilai Standar Deviasi dan Nilai Rataan Indeks Perkembangan .................. 94
Hierarki Wilayah Kota Ternate Tahun 2005-2011 ..................................... 97
Peta Jaringan Jalan Kota Ternate Tahun 2010 ............................................ 99
Tren Perkembangan Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi Jalan ............... 100
Infrastruktur Jaringan Jalan Kecamatan Ternate Tengah .......................... 103
Infrastruktur Jaringan Jalan di Kecamatan Ternate Selatan ........................ 104
Infrastruktur Jaringan Jalan Kecamatan Ternate Utara ............................. 105
Infrastruktur Jaringan Jalan Kecamatan Pulau Ternate ............................... 106
Peta Sebaran Sumber Air dan Reservoir PDAM Kota Ternate ................. 109
Tren Perkembangan Jumlah Penduduk Terlayani Air Bersih PDAM ....... 110
Wilayah Cakupan Ketersediaan Air Bersih PDAM 2010 ............................ 110
Jumlah Pelanggan Listrik PLN ..................................................................... 115
Peta Cakupan Pelayanan Listrik PLN, 2011 ............................................. 116
Jaringan Drainase di Kecamatan Ternate Tengah .................................... 121
Jaringan Drainase di Kecamatan Ternate Selatan ..................................... 123
Jaringan Drainase di Kecamatan Ternate Utara ....................................... 124
Jaringan Drainase di Kecamatan Pulau Ternate ........................................ 126
Jaringan Drainase dan Daerah Genangan di Kota Ternate ........................ 128

40. Blok Pelayanan dan Prasarana Persampahan Kota Ternate ...................... 131
41. Sebaran Fasilitas Pendidikan TK .............................................................. 138
42. Sebaran Fasilitas Pendidikan SD .............................................................. 140
43. Sebaran Fasilitas Pendidikan SLTP ........................................................... 141
44. Sebaran Fasilitas Pendidikan SMU/SMK ................................................. 143
45. Sebaran Fasilitas Kesehatan di Kota Ternate ............................................ 146
46. Sebaran Fasilitas Niaga dan Perdagangan di Kota Ternate ........................ 151
47. RTH Kecamatan Ternate Selatan .............................................................. 157
48. RTH Kecamatan Ternate Tengah ............................................................. 159
49. RTH Kecamatan Ternate Utara ................................................................. 160
50. Hasil AHP Aspek Infrastruktur ................................................................. 168
51. Hasil AHP Sub Aspek Infrastruktur Fisik ................................................. 168
52. Hasil AHP Sub Aspek Infrastruktur Sosial dan Ekonomi .......................... 169
53. Hasil AHP Sub Aspek Infrastruktur Hijau ..................................................... 170
54. Hasil AHP Alternatif Penataan dan Pengelolaan Infrastruktur Kawasan
Waterfront Kota Ternate .................................................................................. 171
55. Struktur Hierarki AHP ..................................................................................... 172

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
2.
3.
4.

Hasil Pengecekan Lapang Beberapa Titik di Lokasi Kota Ternate .............
Hasil Analisis Skalogram untuk Hierarki Wilayah .....................................
Hierarki Jalan di Kota Ternate ...................................................................
Lembaran Kuesioner .................................................................................

180
181
187
199

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi
dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam
rangka memberikan kontribusi untuk pembangunan (Anwar, 1999). Upaya
pembangunan pada suatu wilayah bertujuan agar kesejahteraan masyarakat
tercapai. Pengembangan wilayah memanfaatkan sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, kelembagaan, teknologi dan prasarana secara optimal dan berkelanjutan.
Kegiatan-kegiatan ekonomi (perdagangan, industri dan pertanian), perlindungan
lingkungan,

penyediaan

fasilitas

pelayanan

dan

penyediaan

prasarana

(transportasi, komunikasi dan lain-lain) adalah bentuk kegiatan yang mampu
menggerakkan perkembangan wilayah (Witoelar, 2002 diacu dalam Gustiani,
2005).
Populasi digunakan sebagai indikator pertumbuhan kota (Hsu, 1996 diacu
dalam Cheng dan Masser, 2003). Pertumbuhan wilayah perkotaan yang kian pesat
ditandai dengan meningkatnya populasi. Konsentrasi populasi kota-kota di dunia
diprediksikan pada tahun 2020 mencapai 2,5 juta jiwa, hampir 65 persen berada di
sepanjang pantai (Agenda 21, 1992 diacu dalam Vallega, 2001). Sebagai contoh
kasus, Australia telah mengalami pertumbuhan urbanisasi secara signifikan,
dimana lebih dari 86 persen penduduknya tinggal di wilayah pesisir timur hingga
ke wilayah pesisir selatan, diantaranya kota Sydney, Brisbane, Melbourne dan
Perth (Norman, 2011). Kota-kota tersebut kemudian berkembang pesat menjadi
kota-kota pantai (waterfront city) yang terkenal dan menjadi daya tarik utama
sebagai kawasan wisata.
Di Indonesia terdapat 516 kota andalan dengan 216 kota diantaranya
merupakan kota tepian air (waterfront city) yang berada di tepi pantai, sungai atau
danau (Suprijanto, 2007). Perkembangan kota pantai (waterfront city) di
Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kejayaan kerajaan-kerajaan di Nusantara
dengan kegiatan utamanya perdagangan,

jasa dan pusat

pemerintahan

(Mulyandari, 2010). Kota pantai di Indonesia secara historis merupakan titik awal
pertumbuhan suatu kota, dan juga berfungsi sebagai pintu gerbang aktivitas
kawasan perkotaan baik aktivitas ekonomi, sosial maupun budaya yang

2

berorientasi ke laut (Laras, 2011). Wilayah pesisir dewasa ini memegang peran
penting dalam perkembangan kota.
Kota Ternate merupakan salah satu waterfront city di Indonesia, yang pada
awalnya dikenal dalam sejarah dunia sebagai pusat perdagangan rempah-rempah
skala internasional di abad ke-15. Jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah
185.705 jiwa dengan laju pertumbuhan selama periode 10 tahun terakhir (20002010) sebesar 1,79% dan memiliki penduduk terpadat di Maluku Utara dengan
kepadatan penduduk 740 jiwa/km2 (BPS Kota Ternate, 2011) yang sebagian besar
bermukim di wilayah pesisir.
Pertambahan jumlah penduduk berkorelasi positif terhadap kebutuhan
lahan sebagai tempat bermukim maupun penyediaan sarana dan prasarana
perkotaan. Lahan merupakan sumberdaya alam yang hampir tidak dapat
diperbaharui (non renewable), sedangkan kebutuhan lahan semakin meningkat
seiring dengan pertambahan jumlah penduduk (Hardjowigeno dan Widiatmaka,
2007). Kondisi yang demikian terjadi di Kota Ternate, dimana jumlah penduduk
semakin bertambah, namun ketersediaan lahan terbatas karena kondisi topografis
yang kurang menunjang. Untuk itu kebijakan pengembangan wilayah pesisir
diarahkan untuk penyediaan infrastruktur sehingga dapat melayani kebutuhan
masyarakat kota yang semakin heterogen. Kebijakan tersebut termuat dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate tahun 2006-2015 yang
mengalokasikan wilayah pesisir yang berada di pusat kota (CBD) untuk
dikembangkan sebagai kawasan waterfront (BAPPEDA Kota Ternate, 2006).
Kawasan waterfront Kota Ternate tumbuh sebagai pusat pelayanan jasa,
perdagangan, sarana ibadah, transportasi dan ruang terbuka hijau (taman kota
berbasis budaya).
Isu kawasan waterfront di Kota Ternate berkaitan dengan perkembangan
spasial kota. Pengembangan kawasan dengan cara reklamasi pantai berarti
menambah luas wilayah pesisir Kota Ternate. Penambahan daratan di wilayah
pesisir tentunya berdampak pada perubahan garis pantai. Dengan bertambahnya
luas daratan, maka penggunaan lahan di Kota Ternate ikut meningkat. Sistem
penggunaan lahan perkotaan yang didominasi oleh aktivitas manusia yang

3

kompleks berpengaruh terhadap dinamika spasial-temporal perkembangan
wilayah (Hu dan Lo, 2007).
Indikator ketersediaan infrastruktur menjadi tolak ukur perkembangan
kota. Peningkatan pelayanan infrastruktur ikut mempengaruhi pola permukiman
di perkotaan. Umumnya masyarakat cenderung memilih tempat bermukim yang
dekat atau mudah diakses dalam hal sarana dan prasarana wilayah. Preferensi
bermukim dipengaruhi oleh faktor kondisi lingkungan permukiman yang baik,
fasilitas transportasi dan penyediaan barang dan jasa, serta pusat lapangan kerja
(Sinulingga, 1999). Ketersediaan infrastruktur yang memadai akan mendorong
pertumbuhan kota yang berkelanjutan.
Pendekatan dalam penyediaan infrastruktur di kawasan pesisir harus
didasari

konsep

penataan

ruang

wilayah

pesisir

yang

berkelanjutan.

Pengembangan infrastruktur berkelanjutan berarti perlunya mengedepankan
keseimbangan dan integrasi aspek fisik-lingkungan, sosial-budaya dan ekonomi
(Madiasworo, 2011 diacu dalam Lubis, 2011). Pemenuhan ketiga aspek tersebut
dapat dilakukan melalui penataan ruang kawasan yang kembali menjadikan
pesisir sebagai beranda, agar memiliki nilai estetika sehingga mampu memberikan
kualitas visual yang baik terhadap lansekap kota (Bischof, 2007 diacu dalam
Lubis, 2011). Untuk mewujudkan hal tersebut, maka keterpaduan antara konsep
infrastruktur fisik (grey infrastructure), infrastruktur hijau/ramah lingkungan
(green infrastructure), dan infrastruktur sosial (social infrastructure) dapat
diterapkan guna membangun infrastruktur yang berkelanjutan.
Pengembangan kawasan waterfront di Kota Ternate, diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan infrastruktur perkotaan. Studi ini difokuskan pada tiga
poin berikut yang berkaitan dengan pertumbuhan Kota Ternate. Pertama,
memodelkan perkembangan Kota Ternate setelah pengembangan kawasan
waterfront. Ini berarti bahwa pengembangan kawasan waterfront merupakan
faktor kunci yang mempengaruhi proses pembangunan perkotaan. Kedua,
mengkaji cakupan pelayanan infrastruktur kota sebagai penunjang kegiatan sosial
ekonomi masyarakat. Ketiga, menentukan arahan dalam penataan dan pengelolaan
infrastruktur secara berkelanjutan di kawasan waterfront berdasarkan persepsi
stakeholders guna perbaikan infrastruktur kearah yang lebih baik.

4

Perumusan Masalah
Pengembangan wilayah Kota Ternate secara eksternal tidak dapat
dilepaskan dari kedudukan, peran dan fungsinya dalam lingkup antar wilayah,
baik dalam wilayah Propinsi Maluku Utara, Kawasan Timur Indonesia, Nasional
serta kemungkinan keterkaitannya dengan negara lain di Kawasan Asia‐Pasifik.
Berdasarkan strukturnya, wilayah Kota Ternate terletak pada jalur pelayaran
internasional serta berada di titik singgung lingkaran pasifik yang secara langsung
akan dipengaruhi oleh perubahan global. Pengaruh ini akan memungkinkan Kota
Ternate berkembang sebagai salah satu pintu masuk dan keluar diantara sistem
banyak pintu (multygate system) ke arah lingkaran Pasifik tersebut. Kondisi
semacam ini membentuk suatu sistem keterkaitan wilayah antar kota‐kota (pulau‐
pulau) yang berada di dalam satu Kawasan Laut‐Pulau (KLP), yang secara
fungsional dapat menghilangkan atau mengabaikan batas‐batas administratif
dalam upaya pemberdayaan wilayahnya.
Sementara dari tinjauan nasional, Kota Ternate berada dalam konstelasi
wilayah yang dilewati jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia 3 (ALKI 3) dan jalur
poros

pengembangan

strategis

Nasional

(Manado-Ternate-Sorong-Biak-

Jayapura). Selain itu Kota Ternate juga berperan sebagai jalur transit ke
kabupaten/kota dalam lingkup provinsi Maluku Utara. Secara regional Kota
Ternate masuk dalam pengelompokan Kawasan Timur Indonesia, yang saat ini
menjadi fokus untuk pengembangan dan pembangunan nasional.
Dipihak lain, Kota Ternate diperhadapkan pada kondisi geografis
wilayahnya yang berupa daerah perbukitan dengan sebuah gunung api aktif dan
memiliki kemiringan lereng terbesar diatas 40% yang mengerucut kearah puncak
gunung dan dikelilingi laut. Hal ini tentunya berdampak pada ketersediaan lahan
untuk pengembangan ruang publik kota. Wilayah pesisir menjadi salah satu
alternatif strategis dalam pengembangan kawasan, khususnya dalam pemenuhan
infrastruktur perkotaan dengan metode reklamasi pantai yang saat ini tengah
menjadi tren pengembangan kawasan kota pantai (waterfront city) di Indonesia.
Secara spasial, luas kawasan pesisir Kota Ternate saat ini semakin
bertambah. Kawasan tersebut meliputi pesisir timur dan pesisir selatan kota yang
dijadikan kawasan pengembangan waterfront. Teknik reklamasi pantai bertujuan

5

untuk mendapatkan lahan/daratan baru melalui pengurugan atau pengeringan.
Strategi ini dipilih antara lain karena semakin langkanya ketersediaan lahan
perkotaan untuk mengakomodir pemenuhan kebutuhan fungsi perkotaan. Hal
yang demikian akan berpengaruh terhadap spasial kota dan perubahan garis pantai
karena kawasan waterfront bersinggungan langsung dengan wilayah pesisir.
Sebelum

pengembangan

kawasan

waterfront,

kondisi

eksisiting

infrastruktur masih terbatas cakupan pelayanannya terutama di wilayah belakang
(hinterland) yaitu di kecamatan Pulau Ternate, sebagian kecamatan Ternate Utara
dan sebagian kecamatan Ternate Selatan yang cenderung berada pada kondisi
topografis perbukitan (upland) dan jauh dari pusat kota. Ketimpangan sebaran
infrastruktur menyebabkan perbedaan yang cukup signifikan antara wilayah
bagian barat dan wilayah bagian timur Pulau Ternate, dari segi cakupan pelayanan
terhadap penduduk. Kondisi ini menunjukkan adanya prioritas pembangunan
wilayah yang berorientasi di wilayah bagian timur Pulau Ternate sebagai kawasan
cepat tumbuh dalam menghubungkan dengan pulau-pulau sekitarnya dalam
lingkup lokal maupun regional.
Perkembangan kawasan kota pantai (waterfront city) khususnya di
kawasan pesisir timur dan sebagian pesisir selatan Kota Ternate menyebabkan
berkembangnya hierarki wilayah di kawasan tersebut serta kawasan sekitarnya.
Hal ini dapat dilihat dari indikator sebaran dan ketersediaan infrastruktur. Secara
teoritik, hierarki wilayah sebenarnya ditentukan oleh tingkat kapasitas pelayanan
wilayah secara totalitas yang tidak terbatas, yang ditunjukkan oleh kapasitas
infrastruktur, kapasitas kelembagaan, sumberdaya manusia serta kapasitas
perekonomiannya. Pengembangan wilayah harus memperhatikan karakteristik
potensial yang dimiliki wilayah.
Permasalahan muncul setelah pengembangan waterfront, baik dari segi
ekosistem dan fisik lingkungan pesisir, sosial ekonomi, serta persoalan sarana dan
prasarana lingkungan. Sistem drainase buruk dan pembuangan air limbah kawasan
waterfront yang bermuara ke laut mengakibatkan badan air terkontaminasi. Status
perairan dalam kondisi buruk di kawasan waterfront Kota Ternate untuk
pemanfaatan budidaya perikanan akibat beban pencemaran dari limbah
permukiman, pasar, restoran, pertokoan, industri kecil, dan aktivitas pelabuhan

6

laut (Drakel, 2004). Hal ini terkait pula dengan pengelolaan sampah, dimana
sistem persampahan di kawasan ini masih minim pengelolaan dan masih terjadi
tumpukan sampah di pesisir pantai.
Kapasitas pemenuhan infrastruktur sosial dan ekonomi, misalnya pasar
tradisional masih belum memenuhi daya tampung untuk para pedagang.
Akibatnya lahan di kawasan terminal angkutan kota dimanfaatkan sebagai lokasi
untuk berjualan. Kondisi ini tentunya menimbulkan kesemrawutan di sekitar
kawasan terminal. Dampak yang terjadi ialah konflik dalam pemanfaatan kawasan
tersebut, areal untuk parkir kendaraan menjadi berkurang dan sering kali terjadi
kemacetan lalu lintas. Aspek sosial ekonomi yang timbul ialah munculnya sektor
informal (kawasan PKL) yang tidak terencana di kawasan. Keadaan tersebut
membutuhkan arahan dalam penataan dan pengelolaan infrastruktur kawasan
waterfront yang terintegrasi.
Berdasarkan berbagai permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut:
1. Bagaimana perubahan garis pantai dan perubahan penggunaan lahan di Kota
Ternate sebelum (2001) dan sesudah (2010) pengembangan waterfront?
2. Bagaimana perubahan hierarki wilayah Kota Ternate setelah pengembangan
waterfront?
3. Bagaimana perkembangan eksisting sebaran dan ketersediaan infrastruktur
perkotaan dapat melayani standar kebutuhan masyarakat?
4. Bagaimana prediksi kebutuhan infrastruktur hingga 20 tahun mendatang
(2032) untuk perencanaan infrastruktur perkotaan?
5. Bagaimana arahan penataan dan pengelolaan infrastruktur di kawasan
waterfront?
Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah menilai perkembangan Kota
Ternate dalam kurun waktu sebelum dan sesudah pengembangan kawasan
waterfront ditinjau dari aspek infrastruktur untuk perencanaan wilayah. Secara
lebih detil dapat dijabarkan dalam sub tujuan sebagai berikut :
1. Melakukan pemetaan perubahan garis pantai dan perubahan penggunaan
lahan sebelum dan sesudah pengembangan waterfront.

7

2. Menganalisis perubahan hierarki wilayah berdasarkan karakteristik wilayah
yang dimiliki setelah pengembangan waterfront.
3. Melakukan pemetaan sebaran dan ketersediaan infrastruktur eksisting di Kota
Ternate.
4. Memprediksikan kebutuhan infrastruktur hingga 20 tahun mendatang (2032)
untuk perencanaan infrastruktur perkotaan.
5. Menyusun arahan penataan dan pengelolaan infrastruktur di kawasan
waterfront.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :
1.

Memberikan kontribusi data spasial ketersediaan infrastruktur perkotaan.

2.

Memberikan arahan perencanaan infrastruktur perkotaan hingga 20 tahun
mendatang (2032).

3.

Memberikan pemikiran serta kajian ilmiah pada konsep infrastruktur
perkotaan dan waterfront city.

4.

Memberikan arahan penataan dan pengelolaan infrastruktur perkotaan kepada
Pemerintah Daerah dalam merancang konsep kebijakan pengelolaan
kelayakan infrastruktur yang berkelanjutan.

Kerangka Pemikiran
Perkembangan Kota Ternate dapat diidentifikasi dari perubahan spasial
kota sebelum (tahun 2001) dan setelah pengembangan kawasan waterfront (tahun
2010). Ini menandakan bahwa pengembangan kawasan waterfront menjadi tolak
ukur terhadap perkembangan kota. Pengembangan kawasan waterfront dilakukan
dengan cara reklamasi pantai guna mendapatkan lahan/daratan baru. Kawasan
waterfront yang berada di kawasan pesisir menyebabkan perubahan spasial kota
yang dapat dianalisis dari parameter garis pantai dan penggunaan lahan.
Wilayah-wilayah pesisir

yang dekat dengan kawasan

waterfront

cenderung ikut berkembang seiring dengan berkembangnya kawasan waterfront.
Wilayah-wilayah yang berkembang ditandai dengan meningkatnya aksesibilitas
dan jumlah sarana dan prasarana (infrastruktur) di wilayah tersebut. Untuk
mengetahui hierarki wilayah kota Ternate, maka dapat dianalisis dengan indikator

8

aksesibilitas dan ketersediaan infrastruktur. Wilayah-wilayah yang termasuk
kategori hierarki 1 merupakan pusat pelayanan kota, wilayah dengan kategori
hierarki 2 berarti masih bergantung pada wilayah hierarki 1, sedangkan wilayah
dengan kategori hierarki 3 merupakan wilayah belakang (hinterland). Untuk itu,
analisis skalogram digunakan dalam menentukan hierarki wilayah.
Ketersediaan infrastruktur yang dianalisis meliputi infrastruktur fisik,
infrastruktur sosial dan ekonomi, dan infrastruktur hijau. Ketiga jenis infrastruktur
tersebut dianalisis sebaran dan ketersediaannya guna menyediakan data spasial
ketersediaan infrastruktur perkotaan dan mengetahui cakupan pelayanan
infrastruktur kepada masyarakat. Cakupan pelayanan infrastruktur berkorelasi
dengan jumlah penduduk dan akses pencapaian. Untuk menganalisis sebaran dan
ketersediaan infrastruktur, maka digunakan analisis spasial (SIG) untuk
menentukan jarak dan wilayah pelayanan. Selain itu dilakukan prediksi kebutuhan
infrastruktur guna perencanaan hingga 20 tahun mendatang (2032), berdasarkan
proyeksi jumlah penduduk.
Pengembangan kawasan waterfront masih menyisakan permasalahan
diantaranya adalah belum optimalnya pengelolaan sampah, konflik penggunaan
lahan pasar tradisional dan terminal angkutan kota serta timbulnya kawasan PKL
(sektor informal) yang tidak tertata, yang tentunya harus segera diselesaikan.
Arahan penataan dan pengelolaan berdasarkan persepsi stakeholder diharapkan
dapat menjadi alternatif penangan permasalahan yang ada di kawasan waterfront.
Untuk itu, analisis AHP digunakan untuk menentukan skala prioritas penataan dan
pengelolaan infrastruktur di kawasan waterfront. Kerangka pemikiran penelitian
disajikan pada Gambar 1.

9

Sebelum Pengembangan
Kawasan Waterfront
(sebelum tahun 2001)

Perubahan Garis
Pantai
Perubahan Spasial
Kota
Perubahan
Penggunaan Lahan

Hierarki I
(Pusat Pelayanan)

Pengembangan
Wilayah Kota Ternate

Hierarki Wilayah

Hierarki II
Data Spasial Sebaran dan
Ketersediaan Infrastruktur

Hierarki III
(Wilayah Belakang/
hinterland)

Analisis Cakupan Pelayanan
Infrastruktur
Infrastruktur Fisik
Setelah Pengembangan
Kawasan Waterfront
(setelah tahun 2010)

Jumlah Penduduk
Sebaran & Ketersediaan
Infrastruktur

Prediksi Kebutuha