Kepemimpinan Camat Dan Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik Kantor Kecamatan Di Daerah Khusus Ibukota Jakarta

KEPEMIMPINAN CAMAT DAN KEPUASAN MASYARAKAT
TERHADAP PELAYANAN PUBLIK KANTOR KECAMATAN
DI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

Diba Safitri

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kepemimpinan
Camat dan Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Publik Kantor
Kecamatan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar

Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016

Diba Safitri
NIM I34100111

ABSTRAK

DIBA SAFITRI.
Kepemimpinan Camat dan Kepuasan Masyarakat
terhadap Pelayanan Publik Kantor Kecamatan di Daerah Khusus Ibukota
Jakarta. Di bawah bimbingan LALA M KOLOPAKING.
Pelayanan publik di tiap kecamatan di DKI Jakarta diberikan melalui
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Penelitian ini menganalisis hubungan
kepemimpinan Camat dengan tingkat kepuasan masyarakat pengguna PTSP.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan total jumlah responden
sebanyak 90 responden yang terbagi atas 30 responden pegawai kecamatan dan 60
responden masyarakat yang diambil dengan teknik accidental sampling. Teknik

pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi Rank-Spearman
dan Chi Square. Hasil penelitian menemukan bahwa kualitas pelayanan dan
tingkat kepuasan masyarakat berada pada tingkat sedang dan gaya kepemimpinan
Camat berpengaruh terhadap tingkat pelayanan publik. Gaya kepemimpinan yang
ideal untuk digunakan di kecamatan-kecamatan di DKI Jakarta adalah partisipatif
atau konsultatif.
Kata kunci: Pelayanan publik, kualitas, gaya kepemimpinan, kecamatan
DIBA SAFITRI. Camat Leadership and Public Satisfaction towards Public
Service in Special Capitol Area Jakarta Subdistricts. Supervised by LALA M.
KOLOPAKING
Public service in every subdistricts in DKI Jakarta is served by Integrated
One-stop Service (Pelayanan Terpadu Satu Pintu/PTSP). This research analyzes
the relation between Camat’s leadership style and satisfaction level of PTSP users.
Quantitative research conducted based on 90 respondents (30 respondents are
subdistricts staffs, 60 are PTSP users) taken with accidental sampling. Data
processing technique in this research is Rank-Spearman and Chi Square
correlation tesst. The result shows that the quality and public satisfaction level is
medium and Camat’s leadership style also have influence on public services
activities.The ideal leadership style to be applied in DKI Jakarta’s subdistricts
are consultative or participative.

Keywords: Public service, quality, leadership style, subdistricts

KEPEMIMPINAN CAMAT DAN KEPUASAN MASYARAKAT
TERHADAP PELAYANAN PUBLIK KANTOR KECAMATAN
DI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

DIBA SAFITRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016


Judul Skripsi : Kepemimpinan Camat dan Kepuasan Masyarakat terhadap
Pelayanan Publik Kantor Kecamatan di Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
Nama
:Diba Safitri
NIM
:I34100111

Disetujui oleh

Dr. Ir. Lala M Kolopaking, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Kepemimpinan Camat dan Kepuasan Masyarakat terhadap
Pelayanan Publik Kantor Kecamatan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta” ini
dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Lala M.
Kolopaking, MS sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan
masukkan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga
menyampaikan hormat dan terima kasih kepada orang tua tercinta Chalida dan
Ismunandar serta adik tersayang Azella Nurul Hikmah yang selalu memberikan
dukungan, bantuan, dan doa setiap saat. Terima kasih kepada Dinna Amalia
Rahmah, Aussie Komala Rani, dan Lisaadah Arisna Dewi untuk semua semangat,
bantuan, dan hiburannya. Terima kasih juga untuk seluruh jajaran pegawai
kecamatan Pasar Minggu dan kecamatan Jagakarsa yang telah melancarkan
penelitian ini. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada teman-teman
seperjuangan KPM 47 yang namanya tidak bisa disebutkan satu per satu sebagai
teman berdiskusi, saling bertukar pikiran, membantu dan memotivasi penulis

dalam penulisan dan penyelesaian proposal skripsi ini.
Penulis mengetahui bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata,
semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi khalayak banyak.

Bogor, Januari 2016

Diba Safitri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka

Konsep Kecamatan
Konsep Kepemimpinan
Gaya Kepemimpinan
Faktor Kepemimpinan
Konsep Pelayanan Publik
Kepuasan Masyarakat
Kualitas Pelayanan Publik
Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pemlihan Responden dan Informan
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
GAYA KEPEMIMPINAN CAMAT DI LOKASI PENELITIAN
Visi dan Mini
Lokasi dan Kepadatan Penduduk
Struktur Organisasi
Gaya Kepemimpinan Camat
Camat Pasar Minggu
Camat Jagakarsa

Ikhtisar
KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
Elemen Bukti Fisik
Elemen Kehandalan
Elemen Responsif
Elemen Jaminan
Elemen Perhatian
Ikhtisar
KEPUASAN TERHADAP PELAYANAN PUBLIK
Elemen Bukti Fisik
Elemen Kehandalan
Elemen Responsif
Elemen Jaminan
Elemen Perhatian

xv
xvi
xvi
1
2

2
3
5
5
6
6
8
8
9
10
11
15
15
15
15
17
17
19
21
21

23
25
27
28
28
29
30
30
33
34
34
35
35

xiv

Ikhtisar
HUBUNGAN KUALITAS, KEPUASAN, DAN GAYA KEPEMIMPINAN
Kualitas dan Kepuasan terhadap Pelayanan Publik
Kecamatan Pasar Minggu

Kecamatan Jagakarsa
Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Masyarakat
Ikhtisar
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

36
39
39
40
41
42
45
45
47
49
67

xv

DAFTAR TABEL
Tabel 1

Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5

Tabel 6

Tabel 7

Tabel 8

Tabel 9

Tabel 10

Tabel 11

Tabel 12

Tabel 13

Tabel 14

Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
Tabel 18

Perbandingan luas dan kepadatan penduduk di kecamatan
Pasar Minggu dan Jagakarsa dengan kotamadya Jakarta
Selatan
Tabel sebaran penduduk
Detail nama dan jabatan pengisi struktur organisasi
kecamatan Pasar Minggu
Detail nama dan jabatan pengisi struktur organisasi
kecamatan Jagakarsa
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat
kualitas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan
Jagakarsa pada elemen bukti fisik
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat
kualitas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan
Jagakarsa pada elemen kehandalan
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat
kualitas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan
Jagakarsa pada elemen responsif
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat
kualitas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan
Jagakarsa pada elemen jaminan
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat
kualitas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan
Jagakarsa pada elemen perhatian
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat
kepuasan atas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan
Jagakarsa pada elemen bukti fisik
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat
kepuasan atas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan
Jagakarsa pada elemen kehandalan
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat
kepuasan atas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan
Jagakarsa pada elemen responsif
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat
kepuasan atas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan
Jagakarsa pada elemen jaminan
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat
kepuasan atas pelayanan kecamatan Pasar Minggu dan
Jagakarsa pada elemen perhatian
Korelasi tingkat kepuasan masyarakat dan tingkat
kualitas pelayanan di kecamatan Pasar Minggu
Korelasi tingkat kepuasan masyarakat dan tingkat
kualitas pelayanan di kecamatan Jagakarsa
Perbandingan gaya kepemimpinan dan kepuasan
masyarakat
Hubungan antara gaya kepemimpinan Camat dan tingkat

18
18
20
20

27

28

28

29

30

33

34

34

35

36
39
40
41
42

xvi

kepuasan masyarakat
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3

Gambar 4

Kerangka Pemikiran
Struktur organisasi kecamatan
Diagram gaya kepemimpinan Camat Pasar Minggu
dalam kegiatan pendelegasian tugas dari Camat kepada
pegawai
Diagram gaya kepemimpinan Camat Pasar Minggu
dalam kegiatan pendelegasian tugas dari Camat kepada
pegawai

11
19

21

23

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 4

Tabel lampiran jadwal pelaksanaan penelitian
Tabel hasil pengolahan data SPSS
Kuisioner penelitian untuk masyarakat
Kuisioner penelitian untuk pegawai kecamatan
Panduan wawancara mendalam penelitian
Dokumentasi penelitian

49
51
53
59
63
65

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kecamatan merupakan salah satu bentuk organisasi pemerintah yang
memiliki tugas untuk penyelenggara pemerintahan, penyelenggara pembangunan,
dan penyelenggara pelayanan publik. Semenjak diberlakukannya UU Nomor 22
Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004,
kebijakan pembangunan di Indonesia mengalami perubahan dari sentralisme ke
otonomi daerah. Perubahan ini berpengaruh besar bagi struktur tata pemerintahan,
salah satunya adalah pengangkatan Bupati menjadi penguasa daerah tingkat II di
bawah Gubernur. Hal ini berdampak kepada berubahnya peran institusi kecamatan
dalam pemerintahan daerah, dimana pada awalnya posisi Camat dan kecamatan
adalah kepala wilayah dan penguasa tunggal pemerintahan menjadi hanya sebagai
pendukung perangkat daerah yaitu bupati. Hal ini membuat Camat dan kecamatan
kehilangan wewenangnya, namun peran kecamatan sebagai pembantu bupati
masih sangat diperlukan karena keterbatasan kemampuan kabupaten untuk
mengatasi permasalahan dan mengawasi desa yang banyak, alasan historis juga
menjadi salah satu faktor masih sangat diperlukannya peran kecamatan (Kinseng
2010).
Kecamatan dipimpin oleh seorang Camat yang memiliki tugas utama
menurut Pergub DKI Jakarta Nomor 146 Tahun 2009 adalah memimpin dan
mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi kecamatan yaitu melaksanakan
tugas pemerintah yang dilimpahkan dari gubernur. Kepemimpinan sendiri adalah
suatu proses dimana seorang individu mempengaruhi sekelompok individu
lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Northouse 2007). Dari
definisi tersebut dapat dielaborasi bahwa kepemimpinan bukanlah sekedar
karakter yang dimiliki oleh pemimpin namun merupakan aktivitas timbal balik
dimana pemimpin mempengaruhi dan dipengaruhi oleh anggotanya.
Kepemimpinan juga hanya terjadi di dalam kelompok atau organisasi, dalam
kasus ini organisasi yang dimaksud adalah kecamatan
Diperlukan gaya kepemimpinan yang tepat agar kecamatan dapat tetap
menjalankan tugasnya di tengah perubahan besar yang terjadi di struktur tata
pemerintahan Indonesia. Camat sebagai pemimpin dari kecamatan memegang
peran penting untuk menggerakan anggotanya yaitu pegawai kecamatan baik
pegawai negeri sipil (PNS) maupun pegawai kontrak agar memberikan kinerja
yang terbaik yang mereka miliki. Salah satu indikator atas keberhasilan pemimpin
adalah keberhasilan bawahannya untuk menjalankan tugas. Untuk itu, seorang
Camat tentunya perlu memiliki kepemimpinan yang kuat dan menempatkan diri
sebagai pengayom dan pengarah anggotanya agar kecamatan dapat mencapai
tujuan bersama yaitu kesejahteraan masyarakat.
Tugas utama kecamatan yang ketiga, yaitu sebagai penyelenggara
pelayanan publik, merupakan hal yang paling disorot dalam penelitian ini.
Mendapatkan pelayanan publik yang memadai adalah hak seluruh warga negara,
namun berbagai kasus masih menunjukkan minimnya kualitas pelayanan publik
yang diberikan oleh negara melalui kantor kecamatan seperti contoh pada
kecamatan-kecamatan di Kota Pekanbaru yang dinilai oleh warganya kurang

2

memperhatikan pengangkutan sampah sehingga terjadi penumpukan sampah
dimana-mana1 dan kurangnya tenaga kesehatan di fasilitas puskesmas kecamatan
Teweh Tengah Kalimantan Tengah yang mengakibatkan warganya kesulitan
untuk mengakses fasilitas kesehatan meskipun sarana sudah tersedia (Yayan
2014)
Kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa di Provinsi DKI Jakarta menjadi
pilihan penulis untuk melakukan penelitian karena kedua kecamatan tersebut
tercatat sebagai kecamatan yang memiliki kinerja baik menurut hasil survey IKM
Badan Survey Nasional Jakarta 2013 sehingga penulis dapat menganalisis tingkat
kualitas pelayanan publik yang diberikan melalui kepuasan masyarakat yang
memanfaatkan pelayanan tersebut serta bagaimana peran Camat sebagai
pemimpin dalam mengorganisir pelayanan yang diberikan oleh kecamatannya.
Berangkat dari latar belakang tersebut, penelitian ini akan membahas
mengenai tingkat kualitas dan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik
yang diberikan oleh kantor kecamatan di DKI Jakarta melalui Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP) dan gaya kepemimpinan Camat dalam memimpin kantor
kecamatan.

Masalah Penelitian
Kecamatan merupakan organisasi pemerintah yang dipimpin oleh seorang
Camat. Salah satu tugas utamanya dalah memberikan pelayanan publik kepada
masyarakat dan dalam pelaksanaan tugasnya tidak terlepas dari peran
kepemimpinan yang digunakan oleh Camat tersebut. Karena itu penting untuk
ditelaah bagaimana gaya kepemimpinan Camat dalam mengorganisir
pelayanan publik?
Meskipun pelayanan yang diberikan oleh kecamatan di DKI Jakarta sudah
seragam dan adanya standarisasi, tidak seluruh kecamatan menyediakan
pelayanan yang maksimal. Karena itu perlu dikaji bagaimana kualitas
pelayanan masyarakat dan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik
yang diberikan oleh kecamatan?
Dari faktor kepemimpinan dan hasil pendapat masyarakat yang
menggunakan pelayanan PTSP di kecamatan, penting pula untuk dianalisis
bagaimana hubungannya antara gaya kepemimpinan dan tingkat kepuasan
yang dirasakan oleh masyarakat?

Tujuan Penelitian
Pelayanan publik sebagai salah satu tugas utama kecamatan meskipun
sudah memiliki standarisasi namun pada pelaksanaannya masih belum merata
kualitasnya. Bahkan pada provinsi DKI Jakarta kualitas pelayanan yang diberikan
kepada masyarakatnya masih belum seragam sehingga kepuasan yang dirasakan
juga tidak sama.
1

http://www.pekanbaru.go.id/berita/berita-pemko/1527-sampah-menumpukdimanamana-wako-pekanbaru-evaluasi-kinerja-aparat-kecamatan/

3

Hal ini tidak terlepas dari peran kepemimpinan Camat karena itu tujuan
dari penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis dan membandingkan gaya kepemimpinan Camat yang
diterapkan di masing-masing kecamatan,
2. Mengukur kualitas pelayanan publik di masing-masing kecamatan,
3. Mengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik yang
diberikan.
4. Menganalisis hubungan antara gaya kepemimpinan yang diterapkan dan
tingkat kepuasan masyarakat di masing-masing kecamatan.

Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak, diantara lain
ialah:
1. Akademisi.
Hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai
kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh 2 kecamatan di provinsi
DKI Jakarta sebagai referensi penelitian lebih lanjut.
2. Pemerintah.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan pertimbangan
bagi pemerintah dalam menyusun dan mengambil kebijakan mengenai
peraturan pelayanan publik di tingkat kecamatan, tetapi tidak terbatas pada
kecamatan di DKI Jakarta saja.
3. Masyarakat.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
masyarakat mengenai kualitas pelayanan publik yang diberikan sehingga
masyarakat dapat memperjuangkan kualitas yang lebih baik.

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka

Konsep Kecamatan
Menurut Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 146 Tahun 2009 tentang organisasi dan tata kerja kecamatan, kecamatan
merupakan sebuah perangkat daerah yang berada di bawah kota administrasi.
Sebuah kecamatan dipimpin oleh seorang Camat yang bertanggung jawab kepada
walikota sebagai bentuk pelimpahan kewenangan dari gubernur kepada walikota.
Tugas dari kecamatan adalah untuk melaksanakan tugas yang dilimpahkan
oleh gubernur dan melaksanakan kegiatan pemerintahan di wilayah kecamatan.
Fungsi-fungsi kecamatan antara lain a) untuk penyusunan dan pelaksanaan
Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) kecamatan; b) pelaksanaan tugas
pemerintahan daerah yang dilimpahkan dari gubemur; c) pengendalian
operasional pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban, dan penegakan peraturan
daerah dan peraturan gubemur oleh Satgas Satpol PP Kecamatan; d)
pengkoordinasian penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Seksi Dinas
Kecamatan, Satgas Satpol PP Kecamatan, dan Kelurahan di wilayah Kecamatan;
e) pemantauan pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Seksi Dinas
Kecamatan, Satgas Satpol PP Kecamatan, dan Kelurahan di wilayah kecamatan; f)
pengendalian, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan operasional tugas dan fungsi
Seksi Dinas Kecamatan, Satgas Satpol PP Kecamatan dan Kelurahan di wilayah
kecamatan; g) pengkoordinasian Puskesmas Kecamatan; h) pembinaan kelurahan;
i) pelayanan perizinan dan non perizinan yang dilimpahkan dari gubernur; j)
pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat; k) pemeliharaan prasarana dan
sarana umum; l) penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan
perawatan prasarana dan sarana kerja; m) pengelolaan kepegawaian, keuangan,
barang, dan ketatausahaan Kecamatan; n) dan pelaporan dan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas dan fungsi.
Kecamatan dipimpin oleh seorang Camat yang dibantu wakil Camat dan
sekretaris kecamatan. Tugasnya untuk: a) memimpin dan mengkoordinasikan
pelaksanaan tugas dan fungsi kecamatan; b) mengkoordinasikan pelaksanaan
tugas dan fungsi sekretariat Kecamatan, Seksi Kecamatan, Seksi Dinas
Kecamatan, dan Kelurahan; c) melaksanakan koordinasi dengan Puskesmas
Kecamatan; d) melaksanakan pengendalian pemeliharaan ketenteraman dan
ketertiban umum, serta penegakan peraturan Daerah dan peraturan Gubernur oleh
Satgas Satpol PP Kecamatan; e) melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan
satuan kerja perangkat daerah, unit kerja perangkat daerah dan/atau instansi
pemerintah/swasta terkait dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Kecamatan;
f) memimpin dan mengkoordinasikan penyelenggaraan musyawarah perencanaan
pembangunan tingkat kecamatan; g) melaksanakan koordinasi dengan unsur
musyawarah pimpinan Kecamatan; h) melaksanakan pembinaan organisasi
kemayarakatan di wilayah Kecamatan; i) dan melaporkan, dan
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi Kecamatan.

6

Konsep Kepemimpinan
Manusia merupakan mahluk sosial yang memerlukan orang lain untuk
melangsungkan hidupnya, untuk itu manusia terbiasa menggabungkan diri ke
dalam beragam kelompok yang memiliki kriteria berbeda-beda baik formal
maupun informal. Dalam setiap kelompok atau organisasi, salah satu syarat utama
adalah adanya pemimpin dan anggota. Menurut Northouse (2007) dalam bukunya
„Leadership: Theory and Practice‟ menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan
kata kunci yang dapat dielaborasi sebagai proses dimana seorang individu
mempengaruhi individu-individu lainnya dalam kelompok untuk mencapai tujuan
bersama
Definisi kepemimpinan yang diutarakan oleh Northouse dengan jelas
menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sebuah fenomena yang hanya bisa
terjadi dalam konteks kelompok. Hal ini dijelaskan pula oleh Kartini Kartono
yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh
antara pimpinan dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan
berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis diantara pemimpin dan individuindividu yang dipimpin (ada relasi interpersonal) (Kartono 1995 dikutip Fahmi
2013). Dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah kelompok, seorang pemimpin
membutuhkan pengikutnya dan pengikut pun membutuhkan pemimpin karena
seseorang tidak akan menjadi pemimpin jika tidak memiliki pengikut dan begitu
pula sebaliknya.
Interaksi yang dilakukan antara pemimpin dan pengikut tersebut
menjadikan seorang pemimpin sebagai kunci bagi kelompoknya. Sebagaimana
yang diutarakan Komariyah dalam Fahmi (2013) bahwa kepemimpinan adalah
satu faktor penting dalam organisasi yang merupakan faktor penggerak organisasi
melalui penanganan perubahan dan manajemen yang dilakukannya. Keberadaan
pemimpin bukan hanya sebagai simbol yang keberadaannya bisa diabaikan,
namun keberadaannya memberi dampak positif bagi perkembangan organisasi
karena seorang pemimpin tidak hanya harus mampu mempengaruhi pengikutnya
namun juga harus dapat mengarahkan dan mengawasi orang lain untuk
mengerjakan tugas sesuai dengan yang telah direncanakan.
Sejalan dengan definisi tersebut dalam artikelnya, Harianta (2012)
menyatakan bahwa kepemimpinan sangat penting untuk meningkatkan kinerja
orang lain dalam organisasi. Karena itu, seorang pemimpin harus mampu
menjalankan kepemimpinannya dengan efektif agar tujuan kelompoknya tercapai
dengan baik.

Gaya Kepemimpinan
Seorang pemimpin memiliki berbagai cara dalam memimpin pengikutnya
untuk mencapai tujuan. Cara-cara yang digunakan dapat dikategorikan dalam
gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seorang pemimpin.
Seperti yang didefinisikan Handoko (2001) dalam Randhita (2009), gaya
kepemimpinan terbagi menjadi 3 yaitu: Otokratis: Segala keputusan diambil oleh
pemimpin semata, demokratis: Pada gaya kepemimpinan ini, keputusan diambil
bersama pemimpin dan bawahannya, laissez faire: Pemimpin menyerahkan

7

pengambilan keputusan kepada bawahannya. Buchari Alma dikutip oleh Fahmi
(2013) melengkapi ketiga gaya tersebut menjadi 5 tipe kepemimpinan sebagai
berikut:
a.
Tipe Otokratisasi: Kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan
paksaan
yang mutlak harus dipatuhi,
b.
Tipe Militeristis: Kepemimpinan berdasarkan sistem perintah,
adanya
sistem komando dari atasan ke bawahan yang keras,
sangat otoriter,
penuh formalitas,
c.
Tipe Paternalistis: Pemimpin melindungi bawahan seperti orang tua
melindungi anaknya,
d.
Tipe Laissez Faire: Pemimpin menyerahkan pelaksanaan tugas
sepenuhnya pada bawahan dan membiarkan bawahan
bertanggung
jawab sepenuhnya,
e.
Tipe Demokratis: Pemimpin ini membimbing bawahannya dan
berorientasi pada
manusia.
Burns (1978) dalam Desianty (2005) juga mengadakan penelitian
deskriptif mengenal pemimpin-pemimpin politik. Hasilnya adalah gaya
kepemimpinan trasformasional sebagai sebuah konsep dimana para pemimpin dan
pengikut saling meningkatkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih
tinggi. Komponen dari gaya kepemimpinan ini adalah empat dimensi
kepemimpinan yang dijelaskan oleh Bass dan Avolio yaitu : idealized influence
(kharisma), inspirational motivation (motivasi inspiratif), intellectual stimulation
(stimulasi intelektual), dan individual consideration (konsiderasi yang bersifat
individual). Gaya kepemimpinan kedua menurut Burns adalah gaya transaksional,
dimana sebagai kepemimpinan dipandang sebagai sebuah pertukaran antara
imbalan dan kepatuhan. Perbedaan diantara keduanya adalah, pada gaya
transformasional pengikut mematuhi pemimpin karena pemimpin dianggap
sebagai wujud dari visi dan nilai-nilai yang memotivasi mereka untuk
meningkatkan kinerja dalam mencapai tujuan kelompok, mereka mengagumi dan
mempercayai pemimpin mereka sedangkan pada gaya kepemimpinan
transaksional, seorang pemimpin dipatuhi karena imbalan-imbalan yang
diberikannya (Bass dan Avolio 1994 dikutip oleh Desianty 2005)
Gaya kepemimpinan lain yang diutarakan oleh Wahjosumidjo (1984)
adalah gaya kepemimpinan direktif yaitu seorang pemimpin hanya memberikan
perintah kepada bawahannya yang mengakibatkan hubungan yang rendah antara
pemimpin dan bawahan, gaya kepemimpinan konsultatif yaitu pengambilan
keputusan oleh pemimpin setelah mendengarkan masukan dari bawahannya, gaya
kepemimpinan partisipatif yaitu pemimpin dan bawahannya sama-sama terlibat
dalam pengambilan keputusan dan ada hubungan yang terjalin dengan baik antara
pimpinan dan bawahan, kemudian gaya kepemimpinan yang terakhir adalah gaya
kepemimpinan delegatif dimana pemimpin hanya mendiskusikan permasalahan
yang dialami dan menyerahkan pengambilan keputusan kepada bawahannya
(Wahjosumidjo 1984 dikutip Randhita 2009).

8

Faktor Kepemimpinan
Dalam menentukan gaya kepemimpinan yang akan digunakan dalam
melaksanakan tugasnya, seorang pemimpin dapat dipengaruhi oleh beberapa hal.
Hal-hal yang mempengaruhinya disebut sebagai faktor kepemimpinan dan dapat
dibagi menjadi 2 kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor yang pertama adalah faktor internal, faktor ini berasal dari diri
pemimpin itu sendiri seperti karakteristik yang dimilikinya yang membuat
seorang pemimpin berbeda dari orang kebanyakan. Karakteristik yang dimilikinya
bisa merupakan bawaan atau hasil dari proses pendidikan dan latihan yang
dialami sehingga latar belakang budaya dan pendidikan seseorang juga
berpengaruh dalam pembentukan karakternya sebagai pemimpin. Karakteristik
seorang pemimpin yang ideal menurut Mufarrihah dalam Mas‟ud (2010) yang
dikutip oleh Harianta (2012) adalah memiliki karisma, kepedulian, komitmen,
kejelasan, komunikator, konsisten, kreatif, kompeten, keberanian dan kenekatan.
Faktor yang kedua adalah faktor eksternal, hal ini berkaitan dengan situasi di
lingkungan kerja dan kondisi pegawai. Situasi di lingkungan kerja dipengaruhi
oleh visi dan misi dari organisasi, waktu, tempat, jenis tugas, serta budaya
sedangkan kondisi pegawai terkait dengan pendidikan, sifat, serta motivasi
pegawai.
Faktor-faktor tersebut mempengaruhi seorang pemimpin dalam
menentukan gaya kepemimpinan yang digunakan dalam tugasnya, beberapa ahli
berpendapat bahwa tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang efektif untuk
semua situasi. Seorang pemimpin harus mampu memilih gaya kepemimpinan
mana yang paling tepat diterapkan dalam situasi tertentu agar kepemimpinannya
efektif.

Konsep Pelayanan Publik
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan arti pelayanan sebagai usaha
melayani kebutuhan orang lain. Kecamatan merupakan organisasi pemerintah
yang salah satu tugas utamanya adalah memberikan pelayanan kepada
masyarakatnya, pelayanan ini dikategorikan sebagai pelayanan publik. Pelayanan
publik dapat didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh
birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna. SK MenPan Nomor
81/1993 menyatakan bahwa pelayanan umum adalah segala bentuk kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah dan BUMN/BUMD dalam
bentuk barang dan jasa baik dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
maupun ketentuan peraturan perundangan-undangan.
Bentuk dari pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat menurut
Lembaga Administrasi Negara dapat dibedakan menjadi pelayanan pemerintahan
yaitu pelayanan yang erat dengan fungsi pemerintahan seperti pelayanan
pembuatan KTP/KK, pajak, retribusi, migrasi, pelayanan pembangunan yaitu
pelayanan yang terkait dengan penyediaan saranan dan prasarana seperti
pembangunan jalan dan jembatan, pelayanan utilitas seperti penyediaan air, listrik,
dan transportasi, pelayanan kebutuhan pokok yaitu penyediaan bahan-bahan
kebutuhan pokok rumah tangga dan perumahan, serta pelayanan kemasyarakatan

9

yaitu pelayanan yang menyediakan pelayanan sosial kemasyarakatan seperti
penyediaan pelayanan kesehatan, pendidikan, penjara, dan lainnya.
Kriteria pelayanan publik yang baik adalah sederhana dengan prosedur
yang tidak berbelit-belit, jelas dan transparan, terbuka kepada masyarakat baik
yang akan maupun belum akan menggunakan pelayanan, efisien, ada ketetapan
waktu yang berarti tugas atau pelayanan selesai pada jadwal yang telah
ditentukan, responsif, adaptif, dan ekonomis, jangkauan adil merata, adanya
kriteria kuantitatif.

Kepuasan Masyarakat
Dalam konteks PTSP di kantor kecamatan, masyarakat berperansebagai
pelanggan atau pengguna jasa. Menurut Mowen (1995) dikutip oleh Arisman
(2014) kepuasan pelanggan dapat didefinisikan sebagai sikap keseluruhan
pelanggan terhadap barang atau jasa setelah didapatkan atau digunakan. Sesuai
dengan tujuan pelayanan publik yang pada dasarnya yaitu memuaskan masyarakat
sebagai suatu kewajiban negara terhadap warganya.
Untuk mencapai kepuasan tersebut, dituntut kualitas pelayanan yang dapat
diukur dari a) Transparansi, yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan
dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara
memadai serta mudah dimengerti; b) Akuntabilitas, yaitu pelayanan yang dapat
dipertanggung jawabkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c)
Kondisional, yaitu pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan
pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi
dan efektivitas; d) Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta
masyarakat dalam enyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan
aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat; e) Kesamaan hak, yaitu pelayanan
yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun, khususnya suku,
ras, agama, golongan, status sosial dan lain-lain; f) Keseimbangan hak dan
kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara
pemberi dan penerima pelayanan (Sinambela 2006 dikutip Arisman 2014). Selain
enam unsur penilaian di atas, kepuasan masyarakat juga dapat diukur dengan
mengukur kualitas pelayanan yang diberikan dengan menggunakan metode
service quality. Metode ini melibatkan 5 elemen yaitu bukti langsung/bukti fisik
(tangible), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan
(assurance), dan perhatian (emphaty) (Jumanta 2011).
Untuk menilai kepuasan masyarakat ini ada dua dimensi yang perlu
ditelaah yaitu dimensi pelanggan dan dimensi pemberi pelayanan. Dalam kedua
dimensi tersebut dapat terjadi kesenjangan antara harapan-harapan dan kenyataankenyataan yang dirasakan pelanggan pengguna pelayanan dengan persepsi
pegawai PTSP terhadap harapan-harapan yang dimiliki oleh masyarakat (Arisman
2014) dan menurut Zeithamel et al (1990) dalam Jumanta (2011) kepuasan
konsumen dalam bisnis pelayanan jasa juga dapat diukur dari kesenjangan antara
harapan dan persepsi pelanggan tentang pelayanan yang akan diterima ini.

10

Kualitas Pelayanan Publik
Suatu organisasi dapat diukur keberhasilannya melalui kualitas yang
diberikan, hal ini terutama diukur pada institusi pemerintahan salah satu tugas
utamanya adalah menyediakan pelayanan publik. Beragam survey dilakukan oleh
lembaga pemerintah mengenai keinginan dan penilaian masyarakat atas pelayanan
yang diberikan karena negara dan sistem pemerintahan menjadi tumpuan
pelayanan warga negara dalam memperoleh jaminan atas hak-haknya, karenanya
peningkatan kualitas pelayanan (quality of services) akan menjadi penting (Zauhar
2001; Prasojo, Pradana dan Hiqmah, 2006 dikutip Sancoko 2010).
Kecamatan sebagai organisasi pemerintah yang salah satu tugas utamanya
adalah memberikan pelayanan kepada masyarakatnya dalam bentuk pelayanan
perizinan dan non perizinan yang dilimpahkan dari gubernur juga mementingkan
pengukuran tingkat kepuasan masyarakat atas kualitas pelayanan publik yang
diberikan.
Pengukuran kualitas pelayanan dilakukan terhadap dua dimensi yang
saling terkait dalam proses pelayanan yakitu penilaian kepuasan pelanggan,
terhadap pengguna pelayanan dan terhadap penyedia pelayanan. Kemudian
mengembangkan service quality gap model kedalam suatu instrumen skala
menggunakan lima dimensi kualitas pelayanan (Zeithaml 1990 dikutip Sancoko
2010), sebagai berikut:
1.
Bukti langsung (tangible), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,
pegawai, dan sarana komunikasi.
2.
Kehandalan (reliability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan
yang janjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.
3.
Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk
membantu masyarakat dan memberikan pelayanan dengan
tanggap.
4.
Jaminan (assurance), yaitu mencakup pengetahuan kemampuan,
kesopanan,dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki staf, bebas dari
bahaya, resiko atau keragu-raguan.
5.
Perhatian (empathy), yaitu kemudahan dalam melakukan
hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan
memahami kebutuhan para pelanggan/masyarakat.

11

Kerangka Pemikiran

Gaya
Kepemimpinan
 Direktif
 Konsultatif
 Partisipatif
 Delegatif

Kualitas Pelayanan
 Bukti Fisik (Tangible)
 Kehandalan (Reliability)
 Responsif (Responsiveness)
 Jaminan (Assurance)
 Perhatian (Emphaty)

Tingkat Kepuasan Masyarakat
Dan Kualitas Pelayanan Publik

Keterangan :
: Berhubungan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Kecamatan merupakan salah satu bentuk organisasi pemerintahan yang
bertugas untuk memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Dalam
penelitian ini akan ada 2 kecamatan yang diteliti dan dibandingkan yaitu
kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan Jagakarsa dimana keduanya sama-sama
berada di satu provinsi yaitu DKI Jakarta. Pelayanan publik yang diberikan oleh
kecamatan di DKI Jakarta merupakan bagian dari tanggung jawab Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) di masing-masing kecamatan.
Dari beragam pelayanan yang diberikan oleh PTSP tersebut, dapat dilihat
tingkat kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat. Tingkat kepuasan itu didapat
dengan menggunakan metode penelitian kuisioner dan wawancara mendalam,
setelah itu hasil dari tingkat kepuasan dapat menjadi cerminan dari kualitas
pelayanan publik yang diberikan oleh masing-masing kecamatan. Kemudian
hasilnya akan dibandingkan antara kedua kecamatan dan dianalisis pula mengapa
perbedaan antara kepuasan masyarakat terjadi. Untuk itu perlu pula menganalisis
gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Camat di kedua kecamatan dalam
mengorganisir pelaksanaan pelayanan publik di kecamatannya masing-masing.

12

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang ada, maka hipotesis penelitian yang
didapatkan ialah:
1. Diduga gaya kepemimpinan Camat mempengaruhi tingkat kepuasan atas
pelayanan PTSP.
2. Diduga pelayanan publik yang diberikan oleh kecamatan mempengaruhi
tingkat kepuasan masyarakat di kecamatan tersebut.

Definisi Operasional
1. Gaya kepemimpinan adalah suatu pola yang diterapkan oleh sosok
pemimpin dalam melaksanakan tugasnya. Terbagi menjadi 4 gaya
kepemimpinan dengan pilihan dominan akan dihitung pada kuisioner.
a. Gaya kepemimpinan direktif dimana pengambilan keputusan
sepenuhnya berada di tangan Camat.
b. Gaya kepemimpinan konsultatif dimana pengambilan keputusan di
tangan Camat setelah mendengarkan masukan dari pegawai.
c. Gaya kepemimpinan partisipatif dimana keputusan diambil
bersama-sama oleh Camat dan pegawai.
d. Gaya kepemimpinan delegatif dimana Camat mempercayai
sepenuhnya kepada pegawai untuk mengambil keputusan.
2. Tingkat Kepuasan. Dapat dilihat dari jenis-jenis pelayanan yang diberikan
oleh kecamatan melalui PTSP. Kepuasan akan kedua pelayanan ini dapat
dinilai melalui skala ordinal.
a. Tangible (Bukti Fisik) seperti lingkungan, lokasi, fasilitas yang
tersedia, dan penampilan petugas. Pengukuran menggunakan skala
ordinal dengan tiga kategori untuk pengukuran kualitas dan tiga
kategori untuk pengukuran kepuasan, berdasarkan apa yang
dirasakan warga dengan kualitas pelayanan PTSP di dua
kecamatan:
Sangat Puas
:4
Sangat Setuju
:4
Puas
:3
Setuju
:3
Tidak Puas
:2
Tidak Setuju
:2
Sangat Tidak Puas
:1
Sangat Tidak Setuju : 1
b. Reliability (Kehandalan) seperti kemampuan dan ketepatan
petugas, informasi akurat yang diberikan, jadwal pelayanan, dan
ketepatan waktu pemberian pelayanan. Pengukuran menggunakan
skala ordinal dengan tiga kategori untuk pengukuran kualitas dan
tiga kategori untuk pengukuran kepuasan, berdasarkan apa yang
dirasakan warga dengan kualitas pelayanan PTSP di dua
kecamatan:
Sangat Puas
:4
Sangat Setuju
:4
Puas
:3
Setuju
:3

13

Tidak Puas
:2
Tidak Setuju
:2
Sangat Tidak Puas
:1
Sangat Tidak Setuju : 1
c. Responsiveness (Responsif) seperti kemampuan memberikan
penjelasan yang mudah dimengerti, adanya kesempatan untuk
bertanya, dan kemudahan menghubungi petugas. Pengukuran
menggunakan skala ordinal dengan tiga kategori untuk pengukuran
kualitas dan tiga kategori untuk pengukuran kepuasan, berdasarkan
apa yang dirasakan warga dengan kualitas pelayanan PTSP di dua
kecamatan:
Sangat Puas
:4
Sangat Setuju
:4
Puas
:3
Setuju
:3
Tidak Puas
:2
Tidak Setuju
:2
Sangat Tidak Puas
:1
Sangat Tidak Setuju : 1
d. Assurance (Jaminan) seperti kesesuaian proses dengan prosedur
dan jangka waktu, rincian biaya yang transparan, dan informasi
yang dapat diakses dengan mudah. Pengukuran menggunakan
skala ordinal dengan tiga kategori untuk pengukuran kualitas dan
tiga kategori untuk pengukuran kepuasan, berdasarkan apa yang
dirasakan warga dengan kualitas pelayanan PTSP di dua
kecamatan:
Sangat Puas
:4
Sangat Setuju
:4
Puas
:3
Setuju
:3
Tidak Puas
:2
Tidak Setuju
:2
Sangat Tidak Puas
:1
Sangat Tidak Setuju : 1
e. Empathy (Perhatian) seperti sikap, fokus, dan kesiapan petugas
dalam memberikan pelayanan. Pengukuran menggunakan skala
ordinal dengan tiga kategori untuk pengukuran kualitas dan tiga
kategori untuk pengukuran kepuasan, berdasarkan apa yang
dirasakan warga dengan kualitas pelayanan PTSP di dua
kecamatan:
Sangat Puas
:4
Sangat Setuju
:4
Puas
:3
Setuju
:3
Tidak Puas
:2
Tidak Setuju
:2
Sangat Tidak Puas
:1
Sangat Tidak Setuju : 1
Jumlah pertanyaan untuk variabel kualitas dan kepuasan pelayanan PTSP
di kecamatan berjumlah 23 pertanyaan dari keseluruhan dimensi ukuran
kualitas dan kepuasan pelayanan PTSP di kecamatan. Akumulasi skor
dikategorikan menjadi :
Kualitas
Kepuasan
Rendah jika akumulasi skor 23-46 Rendah jika akumulasi skor 23-46
Sedang jika akumulasi skor 47-69 Sedang jika akumulasi skor 47-69
Tinggi jika akumulasi skor 70-92 Tinggi jika akumulasi skor 70-92

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di kedua kecamatan, kecamatan Pasar Minggu dan
kecamatan Jagakarsa, di wilayah Kotamadya Jakarta Selatan pada periode waktu
Juni-Agustus 2014. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja
(purposive) dengan pertimbangan kedua kecamatan mendapatkan penilaian
kinerja baik menurut hasil survey IKM Badan Survey Nasional Jakarta 2013.

Teknik Pemilihan Responden dan Informan
Dalam penelitian ini populasi dibagi menjadi dua kelompok, kelompok
pertama adalah penduduk yang menggunakan pelayanan PTSP di kantor
kecamatan, untuk meneliti kualitas dan kepuasan warga terhadap pelayanan yang
diberikan. Kelompok kedua adalah pegawai di Kecamatan Pasar Minggu dan
Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan untuk meneliti gaya
kepemimpinan Camat di masing-masing kecamatan. Unit analisis dalam
penelitian ini adalah individu yang menggunakan pelayanan PTSP. Pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan metode accidental sampling (Sugiono
2004) terhadap warga yang sedang menggunakan pelayanan kecamatan dan
pegawai kecamatan. Responden yang diambil secara total sebanyak 30 pegawai di
kedua kecamatan dan 60 orang warga yang sedang berada di PTSP di kedua
kecamatan untuk mendapatkan pelayanan. Informan yang diambil adalah pegawai
kantor PTSP di kedua kecamatan.

Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder melalui
pendekatan kuantitatif untuk data primer dan didukung data kualitatif. Data
primer dikumpulkan dari para responden di lapangan. Data primer yang
dikumpulkan terdiri hasil kuisioner dan pengamatan lapang. Data sekunder
dikumpulkan dari Kantor Kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan Jagakarsa,
dan perorangan, yang sesuai dengan keperluan data untuk penelitian ini.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari kuisioner baik kuisioner untuk pengguna
pelayanan dan pegawai kantor kecamatan diolah secara kuantitatif. Data
kuantitatif diolah dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan SPSS versi 20.
Tabel frekuensi digunakan untuk melihat gaya kepemimpinan Camat yang
dominan diterapkan. Untuk melihat hubungan gaya kepemimpinan Camat dengan
kepuasan masyarakat digunakan uji korelasi Chi-Square dan hubungan antara

16

kualitas pelayanan kecamatan dengan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
PTSP di kedua kecamatan diolah menggunakan uji korelasi Rank-Spearman.
Pengolahan dan analisis data kualitatif dilakukan dengan reduksi data
(peringkasan) dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga sesuai dengan keperluan
untuk menjawab pertanyaan analisis di dalam penelitian. Data hasil wawancara
yang relevan dengan fenomena yang dianalisis, disajikan dalam bentuk kutipankutipan. Analisis data kualitatif dipadukan dengan hasil interpretasi data
kuantitatif.

GAYA KEPEMIMPINAN CAMAT DI LOKASI PENELITIAN
Pada bab ini dijabarkan mengenai profil umum kecamatan Pasar Minggu
dan Jagakarsa serta gaya kepemimpinan yang digunakan oleh masing-masing
Camatnya.
Visi dan Misi
Sesuai dengan peraturan dan prosedur yang ada, kedua kecamatan
memiliki visi dan misi yang sama yang telah ditentukan oleh Kotamadya Jakarta
Selatan sebagai berikut:
a. Visi: Mewujudkan wilayah kecamatan yang nyaman serta masyarakat yang
sejahtera, bermartabat, dan berbudaya.
b. Misi: Meningkatkan profesionalisme dan mutu pelayanan kepada masyarakat,
mempertahankan wilayah kecamatan Pasar Minggu sebagai wilayah resapan
air yang dihuni oleh masyarakat yang sejahtera, bermartabat, dan berbudaya.
Meskipun memiliki visi dan misi yang sama, kecamatan Pasar Minggu dan
Jagakarsa memiliki motto yang berbeda. Kecamatan Pasar Minggu menjunjung
motto BERNYALI (Bersih, Nyaman, Lancar, dan Indah) sedangkan kecamatan
Jagakarsa bermotto „Jika Bisa Dipermudah Mengapa Dipersulit.‟
Kedua kecamatan sudah menjalankan program-program yang sejalan
dengan misi-misinya untuk mencapai visi yang diharapkan. Untuk misi
meningkatkan profesionalisme dan mutu pelayanan kepada masyarakat, yang
sudah dilakukan sejauh ini adalah menyediakan standar operasional prosedur
pelayanan baik administrasi maupun konsultasi yang jelas sesuai dengan ISO
9001-2008, mekanisme pemberian pelayanan yang jelas termasuk waktu dan
jumlah biaya resmi dan mudah diakses oleh masyarakat, seluruh pegawai baik
PNS maupun honorer di kantor kecamatan juga sudah memenuhi standar ISO
9001-2008. Kecamatan Pasar Minggu juga bahkan dijadikan Kecamatan
Percontohan Pelaksanaan PATEN (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan)
di tingkat kotamadya Jakarta Selatan pada tahun 2012.

Lokasi dan Kepadatan Penduduk
Kecamatan Pasar Minggu di Kotamadya Jakarta Selatan dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 171 Tahun 2007. Luas daerah dari kecamatan Pasar Minggu adalah seluas
2.169,39 hektar yang terbagi menjadi tujuh kelurahan. Batas-batas wilayah
kecamatannya sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Haji
Samali, jalan Kalibata Timur, dan Jalan Pulo kecamatan Mampang Prapatan,
sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Poltangan, Jalan Joe, Jalan Haji Mursid,
Jalan Sagu Kavling Polri Kecamatan Jagakarsa, sebelah timur berbatasan dengan
sungai Ciliwung, kecamatan Kramat Jati Kotamadya Jakarta Timur, sebelah barat
berbatasan dengan sungai Krukut, kecamatan Cilandak. Populasi di kecamatan
Pasar Minggu berjumlah 298.436 jiwa sampai dengan bulan Juni 2012.

18

Kecamatan Jagakarsa adalah satu dari sepuluh kecamatan di wilayah Kota
Administrasi Jakarta Selatan. Pembentukannya berdasarkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 1990 tanggal 18 Desember 1990 tentang
Pembentukan Kecamatan dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Luas
wilayahnya seluas 2.502,607 hektar di sebelah selatan DKI Jakarta dan batasbatasnya adalah sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Jalan
Margasatwa, Jalan Sagu, Jalan Mursid, Jalan Joe, Jalan TB Simatupang, dan Jalan
Poltangan, sebelah timur berbatasan dengan sungai Ciliwung, sebelah selatan
berbatasan dengan Pilar Batas (Desa Pondok Cina, Kukusan, Tanah Baru Kota
Depok dan Gandul di kecamatan Sawangan Kabupaten Bogor), sedangkan
sebelah baratnya berbatasan dengan Sungai Krukut. Kecamatan Jagakarsa terbagi
menjadi enam kelurahan dengan total populasi sebesar 290.294 jiwa per tahun
2013.
Tabel 1.

Perbandingan Luas dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Pasar
Minggu dan Jagakarsa dengan Kotamadya Jakarta Selatan
Kecamatan
Luas (%)
Kepadatan Penduduk (%)
Pasar Minggu
2.169,39 Ha (15,35%) 298.436 Jiwa (14,5%)
Jagakarsa
2.502,607 Ha (17,71%) 290.294 Jiwa (14,1%)
Kotamadya Jakarta Selatan
14.127 Ha (100%)
2.057.080 Jiwa
Sumber: Laporan Tahunan Kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari perbandingan kecamatan Pasar
Minggu 0,4% lebih padat dengan luas daerah yang 2,36% lebih sempit
dibandingkan kecamatan Jagakarsa namun secara total luas dan kepadatan
penduduk di kedua kecamatan tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Secara
lokasi, kedua kecamatan juga berdekatan satu dengan lainnya namun kecamatan
Pasar Minggu memiliki lokasi yang lebih strategis dengan dekatnya akses ke jalan
tol dan stasiun kereta api dan berbatasan dengan kota Jakarta Timur sedangkan
kecamatan Jagakarsa berbatasan dengan kabupaten Bogor dan kota Depok. Tabel
di bawah ini adalah detail sebaran penduduk per kelurahan di kedua kecamatan.
Tabel 2.
Tabel Sebaran Penduduk
Kecamatan Pasar Minggu
Kelurahan
Jumlah Penduduk
Pejaten Barat
41.869 Jiwa
Pasar Minggu
29.218 Jiwa
Kebagusan
44.788 Jiwa
Jati Padang
41.245 Jiwa
Ragunan
43.911 Jiwa
Cilandak Timur
30.994 Jiwa
Pejaten Timur
66.411 Jiwa
Total
298.436 Jiwa

Kecamatan Jagakarsa
Kelurahan
Jumlah Penduduk
Ciganjur
36.148 Jiwa
Srengseng Sawah
60.523 Jiwa
Jagakarsa
60.690 Jiwa
Lenteng Agung
55.902 Jiwa
Tanjung Barat
40.656 Jiwa
Cipedak
36.375 Jiwa
Total

Sumber: Laporan Kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa.

290.294 Jiwa

19

Struktur Organisasi
Struktur organisasi di kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa
sebagaimana telah ditentukan oleh Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
nomor 146 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan
Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 10 tahun 2008 adalah sebagai
berikut:
CAMAT

WAKIL CAMAT

SEKRETARIS
KECAMATAN
SEKSI DINAS
KECAMATAN

KA.
SATGAS
SATPOL PP

KEPALA
PUSKESMAS

SIE.
PEMERINTA
HAN

SUB.BAG
UMUM

SIE.
PEREKON
OMIAN

SIE.
KESMAS

SUB.BAG
KEUANGA
N

SIE.
PEMBANGU
NAN

SUB.BAG
PROGRAM

SIE.
PELAY
ANAN

UMUM
KELURAHAN

Gambar 2. Struktur Organisasi Kecamatan
Dari Gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa di kedua kecamatan
menerapkan struktur organisasi yang sama dimana Camat dan wakilnya
berhubungan langsung dengan kepala seksi (kasie) pemerintahan dan ketentraman,
perekonomian, pembangunan dan lingkungan hidup, kesejahteraan masyarakat,
dan pelayanan umum dan juga dibantu oleh sekretaris kecamatan berhubungan
dengan kepala sub bagian (kasub) dari sub. bagian umum, keuangan, dan program
dan anggaran. Selain kasie dan kasub, Camat juga berkoordinasi dengan kepala
satgas Satpol PP kecamatan dan kepala Puskesmas tingkat kecamatan.

20

Tabel 3. Detail Nama dan Jabatan Pengisi Struktur Organisasi Kecamatan Pasar
Minggu
Jabatan
Tingkat Pendidikan
Camat
S2
Wakil Camat
S1
Sekretaris Kecamatan
S1
Kepala Satgas Satpol PP
S1
Kepala Puskesmas Kecamatan
S1
Sub. Bag Umum
S2
Sub. Bag. Keuangan
S1
Sub. Bag. Program dan Anggaran
S1
Sie. Pemerintahan, Ketentraman
S1
Sie. Perekonomian
S1
Sie. Pembangunan dan Lingkungan
S1
Sie. Kesejahteraan Masyarakat
S3
Sie. Pelayanan Umum
S1
Sumber: Laporan Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Perbedaan terdapat pada jenjang pendidikan pegawai yang ada di dalam
struktur organisasi tersebut. Untuk kecamatan Pasar Minggu, Camatnya sudah
menjalani pendidikan hingga tingkat S2 dengan gelar M.Si dan pegawai di
bawahnya bergelar minimal sarjana dengan tingkat pendidikan tertinggi adalah
doktor S3. Lain halnya dengan tingkat pendidikan pegawai di kecamatan
Jagakarsa seperti yang dapat dilihat di bawah ini, dimana Camatnya merupakan
lulusan SMA namun memiliki pengalaman bertahun-tahun bekerja di
pemerintahan, pegawai yang mengisi struktur organisasinya sebagian besar sudah
menjalani pendidikan setingkat sarjana S1 namun ada pula yang merupakan
lulusan SMA.
Tabel 4. Detail Nama dan Jabatan Pengisi Struktur Organisasi Kecamatan
Jagakarsa
Jabatan
Tingkat Pendidikan
Camat
SMA
Wakil Camat
S1
Sekretaris Kecamatan
S2
Kepala Satgas Satpol PP
S1
Kepala Puskesmas Kecamatan
S2
Sub. Bag Umum
S1
Sub. Bag. Keuangan
S1
Sub. Bag. Program dan Anggaran
S1
Sie. Pemerintahan, Ketentraman
SMA
Sie. Perekonomian
SMA
Sie. Pembangunan dan Lingkungan
S1
Sie. Kesejahteraan Masyarakat
S1
Sie. Pelayanan Umum
S1
Sumber: Laporan Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

21

Gaya Kepemimpinan Camat
Gaya kepemimpinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
gaya kepemimpinan Wahjosumidjo, seperti yang telah dijelaskan pada definisi
operasional dikelompokan menjadi empat yaitu gaya kepemimpinan direktif, gaya
kepemimpinan konsultatif, gaya kepemimpinan partisipatif dan gaya
kepemimpinan delegatif. Berdasarkan hasil kuisioner pegawai di masing-masing
kecamatan, gaya kepemimipinan yang diterapkan oleh Camat Pasar Minggu
adalah gaya kepemimpinan konsultatif sedangkan gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh Camat Jagakarsa adalah gaya kepemimpinan partisipatif. Hal ini
dikaji dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah pada bebagai
kegiatan yang dilaksanakan oleh Camat di kedua kantor kecamatan.
Camat Pasar Minggu
Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Camat Pasar Minggu adalah
gaya kepemimpinan konsultatif, dimana Camat sebelum mengambi