Analysis of Market Structure, Conduct, and Performance of Cashew in Muna District, Southeast Sulawesi Province

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA
PEMASARAN JAMBU METE GELONDONGAN DI
KABUPATEN MUNA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

NURDIYAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN
MENGENAI TESIS DAN
BOGOR
2014
SUMBER INFORMASI
SERTA PELIM

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Struktur,
Perilaku, dan Kinerja Pemasaran Jambu Mete Gelondongan di Kabupaten Muna
Provinsi Sulawesi Tenggara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014
Nurdiyah
NIM H451110031

RINGKASAN
NURDIYAH. Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pasar Jambu Mete
Gelondongan di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Dibimbing oleh
ANNA FARIYANTI dan SITI JAHROH.
Jambu mete merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Muna.
Sebagian besar usahatani jambu mete adalah perkebunan rakyat. Total luas areal
perkebunan jambu mete di Kabupaten Muna tahun 2013 adalah sebesar 17 884
hektar dengan persentase produksi 42.76 persen. Produksi jambu mete
gelondongan Kabupaten Muna hampir 95 persen dipasarkan ke luar Kabupaten
Muna, melalui jalur transportasi antar pulau yang dipasarkan oleh pedagang antar

pulau (PAP) di Kabupaten Buton, Kota Bau-Bau, dan Kota Kendari serta di luar
Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu ke Kota Makassar dan Surabaya.
Harga jambu mete yang tinggi di tingkat pedagang belum dirasakan oleh
petani jambu mete di Kabupaten Muna. Hal ini ditunjukkan dari perkembangan
harga jambu mete gelondongan mulai tahun 2007 sampai tahun 2013 yakni Rp8
000 sampai Rp15 000 per kilogram sedangkan di tingkat petani hanya berkisar
Rp3 000 sampai Rp5 000 yang tidak diikuti dengan peningkatan harga di tingkat
petani. Rata-rata share harga yang diterima petani dari penjualan jambu mete
yang dihasilkan setiap tahunnya hanya memperoleh 14.83 persen yang artinya
share harga petani masih tergolong rendah (< 40%).
Masalah mendasar yang dihadapi petani jambu mete gelondongan di
Kabupaten Muna adalah posisi tawar petani lemah dalam penentuan harga.
Kondisi pasar yang tidak bersaing mempengaruhi lembaga pemasaran dalam
penentuan dan pembentukan harga, sehingga sistem pemasaran yang efisien
belum terwujud. Seberapa cepat perubahan harga tersebut direspon oleh setiap
lembaga pemasaran akan diketahui melalui analisis kinerja pasar.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan analisis struktur
(structure), perilaku (conduct) dan kinerja (performance) pasar sebagai metode
analisis yang tepat untuk mengetahui sistem pemasaran yang terdapat dalam
pemasaran jambu mete gelondongan. Penelitian ini bertujuan untuk 1)

menganalisis struktur, perilaku dan kinerja pasar jambu mete di Kabupaten Muna,
2) menganalisis pengaruh struktur, perilaku dan kinerja pasar terhadap sistem
pemasaran jambu mete gelondongan di Kabupaten Muna, dan 3) menyusun
rekomendasi kebijakan terhadap sistem pemasaran jambu mete gelondongan di
Kabupaten Muna.
Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan kuantitatif
menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Eviews 6. Hasil analisis menunjukkan
bahwa struktur pasar (market structure) yang dihadapi petani jambu mete
gelondongan di Kabupaten Muna bersifat oligopsoni. Hal ini dikarenakan kondisi
pasar di tingkat para pedagang terkonsentrasi dengan tingkat persaingan kecil
(HHI=1 521). Besarnya market power yang dimiliki pedagang antar pulau akan
mempengaruhi perilaku lembaga pemasaran di tingkat yang lebih rendah yang
ditunjukkan pada perilaku pasar (market conduct).
Lembaga dan praktek fungsi pemasaran yang terlibat pada pemasaran
jambu mete gelondongan yaitu petani jambu mete gelondongan, pedagang

pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, dan pedagang antar pulau
(PAP). Adapun fungsi pemasaran yang dilakukan adalah fungsi pertukaran, fisik,
dan fasilitas. Saluran pemasaran jambu mete gelondongan di Kabupaten Muna
terdiri atas dua saluran. Saluran pertama, petani menjual ke pedagang pengumpul

desa yang diteruskan ke pedagang pengumpul kecamatan. Kemudian pedagang
pengumpul kecamatan menjual jambu mete gelondongan ke pedagang antar
pulau. Saluran kedua, petani menjual ke pedagang pengumpul kecamatan.
Selanjutnya pedagang pengumpul kecamatan yang akan memasarkan jambu mete
gelondongan ke pedagang antar pulau. Besarnya ketergantungan petani terhadap
pedagang pengumpul dikarenakan keterbatasan modal, terutama dalam proses
penyaluran produk jambu mete gelondongan ke pasar. Akses transportasi yang
masih sangat sulit mengakibatkan informasi yang diperoleh petani kurang
sehingga posisi tawar petani lemah dalam proses penentuan harga.
Kondisi petani yang menghadapi struktur pasar oligopsoni dan posisi
tawar petani lemah dalam proses penetuan harga akan mempengaruhi kinerja
pasar (market performance). Hal ini terlihat dari share harga jambu mete
gelondongan yang diterima petani masih rendah (