Diversitas Dan Distribusi Holothuroidea Di Perairan Dangkal Taman Nasional Baluran

DIVERSITAS DAN DISTRIBUSI HOLOTHUROIDEA
DI PERAIRAN DANGKAL TAMAN NASIONAL BALURAN

ARIF MOHAMMAD SIDDIQ

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Diversitas dan Distribusi
Holothuroidea di Perairan Dangkal Taman Nasional Baluran adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2016
Arif Mohammad Siddiq
G352140041

RINGKASAN
ARIF MOHAMMAD SIDDIQ. Diversitas dan Distribusi Holothuroidea di
Perairan Dangkal Taman Nasional Baluran. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI
dan IBNUL QAYIM.
Holothuroidea (timun laut) merupakan anggota dari Echinodermata yang
tersebar luas dari perairan dangkal sampai laut dalam. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengukur diversitas, distribusi, dan mempelajari korelasi antara faktor
lingkungan dan Holothuroidea, serta habitatnya di perairan dangkal Taman
Nasional Baluran (TNB), Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada bulan Juli
sampai Desember 2015. Pengambilan sampel dilakukan di tiga lokasi pantai, yaitu
Bama, Air Karang, dan Bilik. Metode yang digunakan untuk observasi
Holothuroidea yaitu jelajah (road sampling) pada kondisi surut di area intertidal.
Analisis diversitas spesies Holothuroidea dan korelasinya terhadap faktor
lingkungan serta lokasi menggunakan program PAST 2.17c. Pola distribusi
spasial ditampilkan menggunakan program ArcGIS 10.1.
Diversitas spesies Holothuroidea di perairan dangkal TNB masih tergolong

tinggi. Dua puluh satu spesies Holothuroidea yang termasuk dalam dua ordo
(Aspidochirotida dan Apodia), empat famili, dan delapan genus telah ditemukan
di penelitian ini. Famili yang mendominasi adalah Holothuriidae (16 spesies),
diikuti oleh Stichopodidae (2 spesies) dan Synaptidae (2 spesies), dan
Chiridotidae (1 spesies). Empat spesies (Holothuria olivacea, H. verrucosa,
Labidodemas rugosum, dan Chiridota smirnovi) merupakan catatan baru di
perairan Jawa dan satu spesies (H. papillifera) merupakan catatan baru di perairan
Indonesia. Jumlah spesies Holothuroidea tertinggi ditemukan di habitat bawah
batu sekitar karang (15 spesies), sedangkan jumlah individu tertinggi ditemukan
di area lamun (5457 individu). Spesies Holothuroidea di perairan dangkal TNB
lebih menyukai substrat yang keras, antara lain batu dan karang mati untuk
pergerakan mereka. Berdasarkan penelitian ini, sekitar 71.4% spesies
Holothuroidea ditemukan hidup di habitat bawah batu sekitar karang.
Indeks keanekaragaman tertinggi ditemukan di Bilik (S= 15, H’= 1.335,
J’=0.506), diikuti oleh Air Karang (S=13, H’=0.666, J’=0.259), dan Bama (S=9,
H’=0.146, J’=0.066). Sebaliknya, indeks dominansi tertinggi ditemukan di Bama
(D=0.951), diikuti oleh Air Karang (D=0.761), dan Bilik (D=0.404). Berdasarkan
Canonical Correspondence Analysis (CCA) menunjukkan bahwa setiap spesies
Holothuroidea dipengaruhi oleh faktor yang berbeda (suhu air, salinitas, pH, dan
kandungan oksigen). Di tiga lokasi pengambilan sampel juga ditemukan spesies

spesifik, diantaranya H. erinaceus di Bama, H. fuscocinerea, H. olivacea, H.
verrucosa, Stichopus quadrifasciatus di Air Karang, dan Actinopyga echinites, C.
smirnovi, H. aff. macroperona, H. papillifera, L. rugosum di Bilik. Spesies H.
atra merupakan spesies yang memiliki distribusi habitat luas, antara lain di lamun,
makroalga, terumbu karang, karang mati, pasir, dan bawah batu.
Kata kunci: distribusi, diversitas, Holothuroidea, perairan dangkal, Taman
Nasional Baluran

SUMMARY
ARIF MOHAMMAD SIDDIQ. The Diversity and Distribution of Holothuroidea
in Shallow waters of Baluran National Park. Supervised by TRI ATMOWIDI and
IBNUL QAYIM.
Holothuroidea (sea cucumber) is member of Echinodermata that widely
distributed from shallow waters to the deep sea. The aims of the study were to
measure the diversity, distribution, and describe the correlation of environmental
factors and existence of Holothuroidea, as well as their habitats in shallow waters
of Baluran National Park (BNP), East Java. The study was conducted from July to
December 2015. Samplings of Holothuroidea were taken in three locations, i.e.
Bama, Air Karang, and Bilik. The method used to observe Holothuroidea in each
location was road sampling at low tide condition in intertidal area. Diversity of

Holothuroidea and environmental factors as well as locations was analyzed using
PAST software version 2.17c. Spatial distribution pattern of Holothuroidea was
constructed by ArcGIS software version 10.1.
The diversity of Holothuroidea in shallow waters of BNP was relatively
high. Twenty one species of Holothuroidea belongs to two orders
(Aspidochirotida and Apodida), four families, and eight genera were found in this
study. The family of Holothuriidae (16 species) has highest species richness,
followed by Stichopodidae (2 species), Synaptidae (2 species), and Chiridotidae
(1 species), respectively. Four species (Holothuria olivacea, H. verrucosa,
Labidodemas rugosum, and Chiridota smirnovi) are new records for Java waters
and one species (H. papillifera) is a new record for Indonesian waters. The highest
abundance species of Holothuroidea was found at under rock around the reef (15
species), whereas the highest number of individuals was found in seagrass areas
(5457 individuals). Species of Holothuroidea prefer harder substrate, such as
rocks and dead coral related to their locomotion. Based on t his study,
approximately 71.4% species of Holothuroidea was found under rocks around the
reef.
The highest diversity of Holothuroidea was found in Bilik (S=15, H’=1.335,
J’=0.506), followed by Air Karang (S=13, H’=0.666, J’=0.259) and Bama (S= 9,
H’=0.146, J’=0.066), respectively. In contrast, the highest dominance was found

in Bama (D= 0.951), followed by Air Karang (D= 0.761), and Bilik (D= 0.404).
Based on C anonical Correspondence Analysis (CCA), it showed that some
species of Holothuroidea were influenced by different environmental factors
(water temperature, salinity, pH, and dissolved oxygen). In three sampling sites
was also found specific species, such H. erinaceus in Bama, H. fuscocinerea, H.
olivacea, H. verrucosa, Stichopus quadrifasciatus in Air Karang, and Actinopyga
echinites, C. smirnovi, H. aff. macroperona, H. papillifera, L. rugosum in Bilik.
H. atra has extensive habitat distribution, such as seagrass, macroalgae, coral reef,
dead coral, sand, and under rock.
Keywords: distribution, diversity, Holothuroidea, shallow waters, Baluran
National Park

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

DIVERSITAS DAN DISTRIBUSI HOLOTHUROIDEA
DI PERAIRAN DANGKAL TAMAN NASIONAL BALURAN

ARIF MOHAMMAD SIDDIQ

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Biosains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi :


Dr Ir Fredinan Yulianda, MSc

Judul Tesis

: Diversitas dan Distribusi Holothuroidea di Perairan Dangkal
Taman Nasional Baluran

Nama

: Arif Mohammad Siddiq

NIM

: G352140041

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

/


Dr Tri

Dr Ir Ibnul Qayim
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Biosains Hewan

Dr Ir R Dyah Perwitasari, MSc

Dr lr Darul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian: 21 April2016

Tanggal Lulus:

2 0 MAY 2016


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian ini adalah Diversitas dan Distribusi Holothuroidea di
Perairan Dangkal Taman Nasional Baluran. Penelitian ini berlangsung dari bulan
Juli sampai Desember 2015.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Tri Atmowidi dan Bapak
Dr Ir Ibnul Qayim selaku pembimbing yang telah banyak memberikan nasihat,
serta Bapak Dr Ir Fredinan Yulianda selaku penguji luar komisi pada ujian tesis
atas saran dan masukan untuk tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Ibu Ir. Emy Endah Suwarni beserta staf Balai Taman Nasional
Baluran, dan juga Tim Biologi yang telah membantu selama pengumpulan data di
lapangan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Ismiliana Wirawati
beserta staf Pusat Penelitian Oseanografi (P20) Lembaga Ilmu Penelitian
Indonesia (LIPI) atas segala ilmu dan bantuannya dalam proses identifikasi
morfologi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu pengajar
Biosains Hewan (BSH) atas semua ilmu, bimbingan, pengalaman, dan nasihat
selama ini. Ucapan terima kasih untuk teman-teman BSH 2014 dan Zoocorner
atas kebersamaan, semangat, persahabatan dan keceriaan yang telah diberikan.

Ungkapan terima kasih yang luar biasa, penulis sampaikan kepada ayah, ibu, serta
seluruh keluarga, atas segala doa, semangat, dukungan dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2016
Arif Mohammad Siddiq

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
1
2

TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Holothuroidea
Taksonomi dan ekologi Holothuroidea

2
2
3

METODE
Waktu dan lokasi
Pemetaan persebaran Holothuroidea
Pengukuran faktor lingkungan
Identifikasi Holothuroidea, lamun, dan makroalga
Analisis data

4
4
5
5
6
6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi perairan dangkal TNB
Diversitas Holothuroidea
Taksonomi Holothuroidea
Distribusi spasial Holothuroidea
Preferensi habitat Holothuroidea
Pembahasan

7
7
7
9
10
24
26
28

SIMPULAN

31

DAFTAR PUSTAKA

32

RIWAYAT HIDUP

35

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Pengukuran faktor lingkungan
Jumlah individu dan spesies Holothuroidea di perairan dangkal TNB
Status konservasi spesies Holothuroidea di TNB
Spesies makroalga dan lamun di perairan dangkal TNB
Hasil pengukuran parameter lingkungan

6
10
23
27
27

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Struktur tubuh Holothuroidea Thyone briareus
Peta lokasi penelitian
Skema metode Road Sampling di perairan dangkal TNB
Kondisi Pantai Air Karang
Kondisi Pantai Bama
Kondisi Pantai Bilik
Morfologi dan spikula A. ehinites, B. marmorata, B. similis, dan H.
erinaceus
Morfologi dan spikula H. atra, H. hilla, H. leucospilota, dan H.
papillifera
Morfologi dan spikula H. impatiens, H. aff. macroperona, H.
fuscocinerea, dan H. olivacea
Morfologi dan spikula H. pardalis, H. verrucosa, H. scabra, dan L.
rugosum
Morfologi dan spikula S. cf. monotuberculatus, S. quadrifasciatus, O.
grisea, Sy. maculata
Morfologi dan spikula C. smirnovi
Distribusi spasial famili Holothuroidea di Pantai Air Karang
Distribusi spasial famili Holothuroidea di Pantai Bama
Distribusi spasial famili Holothuroidea di Pantai Bilik
Jumlah individu dan spesies Holothuroidea yang ditemukan di TNB
Canonical Correspondence Analysis (CCA)

2
4
5
7
8
9
18
19
20
21
22
23
24
25
25
26
28

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Holothuroidea (timun laut) merupakan salah satu anggota dari
Echinodermata yang ditemukan hidup di berbagai substrat dan kedalaman (Sluiter
1901; Samyn et al. 2006). Sekitar 1500 spesies Holothuroidea telah dideskripsi
dari seluruh perairan dunia (Clark dan Rowe 1971; Cherbonnier 1988; Massin
1999; O’Loughlin et al. 2011). Di perairan dangkal sampai perairan dalam
Indonesia dilaporkan terdapat sekitar 300 spesies Holothuroidea (Purwati dan
Wirawati 2012).
Keberadaan Holothuroidea di ekosistem laut sangat penting, karena secara
ekologi Holothuroidea berfungsi membantu proses dekomposisi zat organik dalam
sedimen, serta melepaskan nutrisi ke dalam rantai makanan (Bakus 1973).
Beberapa spesies Holothuroidea juga memiliki fungsi ekonomi (disebut sebagai
teripang). Di perairan Asia, Actinopyga, Bohadschia, Holothuria, dan Stichopus
merupakan spesies yang sering dieksploitasi sebagai bahan makanan dan obatobatan (Conand dan Muthiga 2007). Eksploitasi yang berlebihan menyebabkan
populasi Holothuroidea di alam menurun setiap tahunnya, termasuk di perairan
Indonesia (Purwati 2005; Setyastuti dan Purwati 2015). Kondisi tersebut
menyebabkan beberapa spesies Holothuroidea masuk ke dalam Appendix II
CITES (Convention on the International Trade in Endangered Spesies) (Polidoro
et al. 2011).
Publikasi mengenai keberadaan, diversitas, dan distribusi Holothuroidea
serta hubungannya dengan karakter mikrohabitatnya di perairan Indonesia sangat
diperlukan. Beberapa laporan tentang Holothuroidea didominasi dari perairan
timur Indonesia, termasuk ekspedisi internasional (Sluiter 1901; Massin 1996;
Massin 1999). Laporan tentang Holothuroidea dari perairan Jawa masih terbatas,
diantaranya di area Kepulauan Seribu, Karimun Jawa, dan Teluk Prigi (Wirawati
et al. 2007; Purwati dan Wirawati 2012). Perairan Jawa memiliki potensi
diversitas Holothuroidea yang tinggi, salah satunya di perairan dangkal Taman
Nasional Baluran.
Taman Nasional Baluran (TNB) adalah daerah konservasi yang terletak di
Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur (Balai Taman
Nasional Baluran 2010). Secara geografis, TNB berbatasan langsung dengan Selat
Bali dan Selat Madura. Perairan TNB ini merupakan pantai utara Jawa yang
memiliki diversitas substrat dan ekosistem, diantaranya pasir, lumpur, batu, lamun,
makroalga, karang mati, dan terumbu karang. Kondisi perairan tersebut
merupakan habitat yang mendukung eksistensi dari Holothuroidea.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur diversitas dan pola distribusi
spesies Holothuroidea di perairan dangkal TNB. Penelitian ini juga untuk
mempelajari hubungan antara faktor lingkungan terhadap keberadan
Holothuroidea, serta karakteristik habitat Holothuroidea.

2

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
diversitas spesies Holothuroidea dan pola distribusi dengan mengetahui pemetaan
lokal spesies Holothuroidea dan mikrohabitatnya di perairan TNB. Hasil
penelitian ini juga dapat digunakan sebagai data penunjang untuk konservasi
Holothuroidea.
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Holothuroidea
Holothuroidea merupakan anggota dari filum Echinodermata yang
memiliki karakteristik tubuh lunak dan elastis dengan bentuk bervariasi (Gambar
1), mulut terletak di ujung anterior, sedangkan anus di ujung posterior. Panjang
tubuh bervariasi berdasarkan spesies dan umur, yaitu berkisar antara 3 - 150 cm.
Bentuk tubuh merupakan ciri taksonomik pada tingkat famili, khususnya dari ordo
Aspidochirotida (Canon dan Silver 1986). Holothuroidea memiliki kaki tabung di
bagian ventral yang berfungsi untuk pergerakan dan di bagian dorsal terdapat
papilla sebagai alat sensor (Hyman 1955).
Tentakel merupakan modifikasi kaki tabung di sekitar mulut yang
berfungsi untuk memasukkan makanan (Pechenik 2010). Jumlah tentakel
Holothuroidea bervariasi antara 10-30. Bentuk tentakel Holothuroidea bervariasi,
yaitu peltate, dendritic, pinnate, dan digitate (Brusca dan Brusca 2003).
Holothuroidea memiliki endoskeleton mikroskopis berupa spikula pada dinding
tubuhnya (Pechenik 2010). Spikula berfungsi untuk memperkokoh tubuh
Holothuroidea dan menjadi bagian penting untuk identifikasi sampai tingkat
spesies (Clark dan Rowe 1971).

Gambar 1 Struktur tubuh Holothuroidea Thyone briareus (Pechenik 2010)

3

Taksonomi dan Ekologi Holothuroidea
Kelas Holothuroidea terdiri atas enam ordo (Clark dan Rowe 1971;
Cannon dan Silver 1986; Massin 1999; Brusca dan Brusca 2003). Deskripsi enam
ordo tersebut sebagai berikut:
a) Ordo Dactylochirotida
Anggota ordo ini memiliki tipe tentakel sederhana, pohon pernafasan,
tubuhnya berbentuk seperti huruf U dan dinding tubuh yang kaku serta diliputi
kaki tabung yang fleksibel. Ordo Dactylochirotida ini terbagi dalam tiga famili
yang hanya ditemukan hidup di laut dalam, yaitu Ypsilothuriidae, Vaneyellidae,
dan Rhopalodinida (Cannon dan Silver 1986; Brusca dan Brusca 2003).
b) Ordo Dendrochirotida
Anggota ordo ini memiliki tipe tentakel dendritic, pohon pernafasan dan
kaki tabung berada dibagian ventral, serta dinding tubuh yang keras. Ordo
Dendrochirotida memiliki tujuh famili yang tersebar di perairan dangkal,
diantaranya Placothuriidae, Paracucumidae, Psolidae, Heterothyonidae,
Phyllophoridae, Scelerodactylidae, dan Cucumaridae (Brusca dan Brusca 2003).
c) Ordo Aspidochirotida
Anggota ordo ini memiliki tipe tentakel peltate, pohon pernafasan dan kaki
tabung yang terkadang membentuk alas yang tebal, serta memiliki ukuran tubuh
yang relatif besar. Ordo Aspidochirotida memiliki dua famili yang ditemukan
hidup di perairan dangkal, yaitu Holothuriidae dan Stichopodidae. Satu famili
ditemukan di perairan dalam, yaitu Synallactidae (Brusca dan Brusca 2003).
d) Ordo Elasipodida
Anggota ordo ini memiliki tipe tentakel peltate, pohon pernafasan, dan
bentuk segi empat dengan kaki tabung besar berbentuk kerucut, serta dinding
tubuh yang halus dan berlendir. Ordo Elasipodida terdiri dalam lima famili yang
semuanya ditemukan hidup di laut dalam, yaitu Deimatidae, Leatmogonidae,
Psychropotidae, Elpidiidae, dan Pelagothuriidae (Brusca dan Brusca 2003).
e) Ordo Molpadida
Anggota ordo ini memiliki tipe tentakel sederhana, pohon pernafasan, kaki
tabung serta dinding tubuh yang halus dan lentur, sedangkan bagian posterior
tubuh menyempit seperti ekor. Ordo Molpadida terdiri dalam empat famili yang
ditemukan hidup di perairan dangkal dan laut dalam, yaitu Molpadiidae,
Caudinidae, Gephyrothuriidae, dan Eupyrgidae (Brusca dan Brusca 2003).
f) Ordo Apodida
Anggota ordo ini memiliki tentakel yang berbentuk digitate atau pinnate,
tidak memiliki pohon pernafasan dan kaki tabung, dan memiliki bentuk
memanjang seperti ular, serta dinding tubuh tipis dan transparan. Ordo Apodida
terbagi dalam tiga famili yang ditemukan hidup di perairan dangkal dan laut
dalam, yaitu Chiridotidae, Synaptidae, dan Myriotrochidae (Cannon dan Silver
1986; Brusca dan Brusca 2003).

4

Holothuroidea tersebar luas di perairan laut, dari perairan dangkal sampai
laut dalam (Nontji 1987). Holothuroidea banyak ditemukan hidup di paparan
terumbu karang, lamun dan pantai berbatu atau berpasir (Darsono 2003). Spesies
Holothuroidea hidup berkelompok dan ada yang hidup soliter (Martoyo dan
Winanto 1994). Makanan Holothuroidea berupa detritus dan beberapa spesies
memakan plankton (Cannon dan Silver 1986).
Holothuroidea memiliki respon terhadap gangguan. Pertahanan pertama
yang dilakukan Holothuroidea saat merasa terganggu adalah mengerutkan
badannya (Castillo 2006). Jika gangguan terus berlangsung, Holothuroidea akan
mengeluarkan tubulus cuvier (Cuvier tubules) yang lengket bahkan beracun
(Bakus 1973). Holothuroidea akan melakukan eviserasi (evisceration) yaitu
mengeluarkan organ pencernaan, respiratory tree, dan gonadnya melalui anus saat
gangguan tidak juga berhenti (Pechenik 2010).
METODE
Waktu dan lokasi
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2015.
Penelitian dilakukan pada saat air laut mencapai surut maksimal di zona intertidal
Pantai Bama (100,000 m2, 7o50'S, 114o27'E), Pantai Air Karang (112,000 m2,
7o47'S, 114o25''E), dan Pantai Bilik (60,000 m2, 7o45'S, 114o22'E) (Gambar 2).
Verifikasi dan identifikasi sampai tingkat spesies Holothuroidea dilakukan di
Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI Jakarta. Analisis data dilakukan di
Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA, IPBBogor.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian: Bama (1), Air Karang (2), Bilik (3)

5

Pemetaan Persebaran Holothuroidea
Metode pemetaan persebaran Holothuroidea yang digunakan adalah
metode jelajah (road sampling) (Bookhout 1996). Pengamatan menggunakan
transek sistematik dengan jarak antar transek 2 m (Gambar 3). Pemberian tanda
posisi koordinat ditemukannya spesies Holothuroidea dengan Global Positioning
System (GPS), kemudian dicatat nama spesies, jumlah individu, dan karakter
mikrohabitat. Untuk keperluan identifikasi, dilakukan pengambilan beberapa
spesimen Holothuroidea yang mewakili tiap spesies dan kemudian merendamnya
ke dalam larutan MgCl2 7% selama ± 15 menit yang bertujuan untuk membius
spesimen Holothuroidea tersebut sampai spesimen dalam keadaan relaks, dan
tentakel, papilla, maupun kaki tabung tetap terjulur. Selanjutnya, preservasi
menggunakan larutan alkohol 70%. Spesimen lamun dan makroalga juga
dikoleksi untuk keperluan identifikasi. Spesimen lamun dan makroalga langsung
dipreservasi menggunakan alkohol 70%.

Keterangan:
: Garis pantai
: Arah sampling
Gambar 3 Skema metode Road Sampling di perairan dangkal TNB
Metode ini telah diterapkan pada Holothuroidea di perairan Lombok Barat
(Purwati dan Syahailatua 2008) dan Ophiuroidea di perairan Pancur Taman
Nasional Alas Purwo (Setiawan 2014). Keuntungan menggunakan metode jelajah
yaitu tidak mengulang penghitungan individu yang sama, mengetahui distribusi
lokal setiap spesies, dan memberi batasan habitat setiap spesies.
Pengukuran Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang diukur pada penelitian ini adalah faktor fisik dan
kimia (Tabel 1). Data fisik yang diamati antara lain kondisi substrat dan suhu.
Pengamatan substrat dilakukan secara visual kemudian diambil gambarnya
menggunakan kamera. Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan
termometer batang. Pengukuran data kimia meliputi DO, pH dan salinitas air laut.
Pengukuran DO menggunakan alat DO meter. Pengukuran pH menggunakan pH
meter dan salinitas menggunakan refraktometer. Pengukuran faktor abiotik
tersebut dilakukan pengulangan tiga kali pada setiap lokasi pengamatan.

6

Tabel 1 Pengukuran faktor lingkungan
Faktor lingkungan
Satuan
0
Suhu air
C
0
/00
Salinitas
-pH air
Kadar Oksigen
mg/l
Jenis Substrat
--

Alat
Termometer
Refraktometer
pH meter
DO meter
--

Lokasi
Insitu
Insitu
Insitu
Insitu
Insitu

Identifikasi Holothuroidea, Lamun, dan Makroalga
Identifikasi Holothuroidea sampai tingkat spesies memerlukan
pengamatan berbagai bentuk (features). Secara eksternal diamati bentuk tubuh,
tipe dan jumlah tentakel, sebaran kaki tabung dan papilla, serta posisi mulut dan
anus. Secara internal diamati tipe spikula menggunakan mikroskop Leica
DMRBE. Berbagai referensi taksonomi Holothuroidea digunakan sebagai acuan
identifikasi, antara lain Clark (1938), Cherbonnier (1952), Clark dan Rowe (1971),
Cherbonnier (1988), Massin (1996), Massin (1999), Samyn dan Massin (2003).
Teknik pengamatan spikula mengikuti Purcell et al. (2012), sedangkan untuk
lamun dan makroalga diidentifikasi berdasarkan Phillips dan Menez (1988),
Atmadja et al. (1997), serta Azkab (1999).
Analisis Data
Jumlah spesies dan jumlah individu Holothuroidea yang ditemukan,
dianalisis menggunakan Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), evenness
(J’), dan dominansi (D) dalam program PAST versi 2.17c. Formula yang
digunakan sebagai berikut:
Keterangan:
H’: Indeks Keanekaragaman
Shannon-Wiener
:
pi : Peluang kepentingan untuk setiap spesies
ni : Jumlah individu i spesies
N : Total individu
Keterangan:
J’ : Indeks kemerataan
S : Total spesies
Keterangan:
Ds : Indeks dominansi

7

Pola distribusi Holothuroidea dianalisis menggunakan program ArcGIS
versi 10.1 dengan cara memasukkan data koordinat spesies Holothuroidea dan
habitatnya. Titik koordinat spesies Holothuroidea dan habitat terluar di gambarkan
menggunakan garis sebaran (line), sehingga terbentuk pemetaan lokal spesies
Holothuroidea dan jenis habitatnya. Peta dasar menggunakan Peta Rupa Bumi dari
Badan Informasi Geospasial. Faktor lingkungan, lokasi, dan keberadaan
Holothuroidea dianalisis menggunakan pendekatan Cannonical Corespondence
Analysis (CCA) dalam program PAST versi 2.17c.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Kondisi Perairan Dangkal TNB
Taman Nasional Baluran memiliki luas perairan sekitar 1063 Ha dan
termasuk dalam zona rimba (Balai Taman Nasional Baluran 2010). Kondisi
perairan yang terletak disebelah utara pulau Jawa, menyebabkan kondisi ombak di
perairan ini relatif tenang. Perairan dangkal TNB memiliki topografi, tipe substrat,
faktor lingkungan, dan keragaman organisme yang bervariasi.
Pantai Air Karang
Pantai Air Karang (Gambar 4) memiliki garis pantai sekitar 800 m dengan
lebar (tubir) mencapai sekitar 140 m. Pantai ini terletak dibelakang pemukiman
warga Desa Labuhan Merak yang berada dalam kawasan TNB.

(a)
a)

(

(b)
b)

(

(c)
(d)
(
Gambar 4 Kondisi Pantai Air Karang: area makroalga (a), substrat (pasir dan batu
c) karang (c), dan area lamun dengan Holothuroidea
d)
(b), terumbu
(d).

8

Disekitar garis pantai memiliki substrat pasir dan lumpur yang ditumbuhi
oleh lamun dan makroalga. Substrat batu ditemukan dibeberapa titik pengamatan
dengan posisi yang membentuk garis vertikal menghadap tubir. Pantai ini lebih
didominasi oleh terumbu karang, baik koloni karang hidup ataupun karang mati.
Ekosistem terumbu karang memiliki substrat beting karang dan pasir, yang
ditemukan dibagian tengah sampai batas tubir zona intertidal.
Pantai Bama
Pantai Bama (Gambar 5) memiliki panjang garis pantai yang berkisar 500
m dan lebar (tubir) sekitar 200 m. Pantai ini merupakan tempat wisata, sehingga
paling sering berhubungan langsung dengan aktivitas manusia. Ekosistem
mangrove ditemukan hidup di bagian utara dan selatan dari pantai ini. Sedangkan
area garis pantai sampai tengah didominasi oleh lamun dan makroalga dengan
substrat lumpur dan pasir. Zona rataan terumbu ditemukan hidup di area dekat
tubir. Substrat batu juga ditemukan di area utara pantai ini.

(a)
a)

(

(b)
b)

(

(c) (
(d) (
Gambar 5 Kondisi
d) karang (b), area
c) Pantai Bama: zona batuan (a), koloni
pertumbuhan makroalga (c), dan area lamun dengan Holothuroidea (d).
Pantai Bilik
Pantai Bilik (Gambar 6) memiliki garis pantai sekitar 400 m dan lebar
(tubir) 150 m. Akses yang sulit membuat pantai ini masih terjaga dari aktivitas
manusia. Ekosistem laut khususnya di zona intertidal pantai ini masih sangat baik.
Disekitar garis pantai ditumbuhi oleh lamun dan makroalga yang bersubstrat pasir
sampai lumpur. Substrat batu ditemukan dibagian barat pantai yang berbatasan
langsung dengan ekosistem mangrove. Substrat karang mati ditemukan didekat
tubir dan berdampingan langsung dengan koloni karang hidup yang lebih banyak
ditemukan dibagian timur pantai.

9

(a)
a)

(b)

(

b)

(

(c)
(d)
( pertumbuhan
(
Gambar 6 Kondisi Pantai Bilik: area lamun bersubstrat pasir (a),
d)
c)
alga (b), terumbu karang (c), dan beting karang dengan Holothuroidea
(d).
Diversitas Holothuroidea
Dua puluh satu spesies Holothuroidea yang termasuk dalam dua ordo,
yaitu Aspidochirotida dan Apodida, empat famili, dan delapan genus ditemukan di
perairan dangkal TNB. Famili Holothuriidae (16 spesies) merupakan famili yang
memiliki jumlah spesies paling tinggi, diikuti oleh Stichopodidae (2 spesies) dan
Synaptidae (2 spesies), serta Chiridotidae (1 spesies). Spesies Holothuria atra
(9935 individu) merupakan spesies dengan jumlah terbanyak di perairan dangkal
TNB. Spesies ini ditemukan di berbagai habitat, antara lain lamun, makroalga,
karang mati, terumbu karang, bawah batu, dan pasir. Sebaliknya, Chiridota
smirnovi (satu individu) merupakan spesies yang ditemukan dengan jumlah paling
sedikit. Spesies ini terbatas pada satu habitat, yaitu bawah batu sekitar karang. Di
Bama, spesies yang dominan adalah H. atra (9875 individu), sedangkan di Air
Karang dan Bilik adalah Opheodesoma grisea (835 dan 198 individu). Indeks
keanekaragaman tertinggi ditemukan di Bilik (S=15, H’=1.335, J’=0.506), diikuti
oleh Air Karang (S=13, H’=0.666, J’=0.259), dan Bama (S=9, H’=0.146,
J’=0.066). Sebaliknya, indeks dominansi tertinggi ditemukan di Bama (D=0.951),
diikuti oleh Air Karang (D=0.761), dan Bilik (D=0.404) (Tabel 2).

10

Tabel 2 Jumlah individu dan spesies Holothuroidea di perairan dangkal TNB
Ordo: Famili
Spesies
Aspidochirotida: Holothuriidae
Actinopyga echinites Jaeger, 1833
Bohadschia marmorata Jaeger, 1833
B. similis Semper, 1868
Holothuria (Selekonthuria) erinaceus Semper, 1868
H. (Halodeima) atra Jaeger, 1833
H. (Mertensiothuria) hilla Lesson, 1830
H. (Mertensiothuria) leucospilota Brandt, 1835
H. (Mertensiothuria) papillifera Heding inMortensen, 1938
H. (Thymiosycia) impatiens Forskal, 1775
H. (Thymiosycia) aff. Macroperona Clark, 1938
H. (Stauropora) fuscocinerea Jaeger, 1833
H. (Stauropora) olivacea Ludwig, 1835
H. (Lessonothuria) pardalis Salenka, 1867
H. (Lessonothuria) verrucosa Salenka, 1867
H. (Metriatyla) scabra Jaeger, 1833
Labidodemas rugosum Ludwig, 1875
Aspidochirotida: Stichopodidae
Stichopus cf. Monotuberculatus Quoy & Gaimard, 1833
S. quadrifasciatus Massin, 1999
Apodida: Synaptidae
Opheodesoma grisea Semper, 1868
Synapta maculata Chamisso & Eisenhardt, 1821
Apodida:Chiridotidae
Chiridota smirnovi Massin, 1996

Jumlah individu
AK
BM
BL

Total

0
0
2
0
15

0
2
0
3
9875

3
2
2
0
45

3
4
4
3
9935

4
14
0
26
0
10
8
0
4
7
0

0
16
0
2
0
0
0
4
0
4
0

39
8
2
1
7
0
0
3
0
0
4

43
38
2
29
7
10
8
7
4
11
4

KM, LN
TK, KM, MA
KM, MA, LN
BB
TK, KM, MA,
PS, LN, BB
LN, BB
KM, BB
BB
BB
KM, BB
KM, BB
BB
PS, BB
BB
PS, LN
BB

4
2

0
0

5
0

9
2

KM, BB
KM, BB

835
28

121
102

198
6

1154
136

0

0

1

1

Total individu
959
10129
326
11414
Jumlah spesies
13
9
15
Indeks Shannon-wiener (H’)
0.666
0.146
1.335
Indeks kemerataan (J’)
0.259
0.066
0.506
Indeks Dominansi (D)
0.761
0.951
0.404
Referensi: Clark (1938); Cherbonnier (1952, 1988); Massin (1996, 1999); Samyn dan Massin
(2003). Catatan: AK=Air Karang, BM=Bama, BL=Bilik, TK=terumbu karang, KM=karang mati,
MA=makroalga, LN=lamun, PS=pasir, BB=bawah batu.

Taksonomi Holothuroidea
Ordo Aspidochirotida Grube, 1840
Famili Holothuriidae Ludwig, 1894
Genus Actinopyga Broon, 1860
Actinopyga echinites (Jaeger, 1833)
Spesimen: E.H.708, area lamun, pantai Bilik TNB
Diagnosis: Spesies ini memiliki bentuk tubuh bulat memanjang dengan panjang
13–15 cm. Warna pada bagian dorsal yaitu coklat dengan corak coklat gelap
melintang, sedangkan bagian ventral lebih pucat. Papilla dan kaki tabung tersebar
tidak beraturan. Mulut terletak di ujung anterior bagian ventral dengan tentakel
perisai (peltate) berjumlah 20. Anus berada di ujung posterior. Memiliki gigi anal
berjumlah lima. Tipe spikula pada bagian dorsal dan ventral adalah rod dan
rosettes, sedangkan untuk tentakel yaitu rod (Gambar 7A).

Habitat

KM, MA, LN
LN, MA
BB

11

Catatan: A. echinites merupakan spesies yang tidak memiliki variasi morfologi
dan tipe spikula yang mencolok.
Distribusi: Tersebar luas di sebelah barat Indo-Pasifik tropis, mulai dari Laut
merah sampai Jepang, Guam, dan Kaledonia baru (Massin 1996).
Genus Bohadschia Jaeger, 1833
Bohadschia marmorata Jaeger, 1833
Spesimen: E.H.712, terumbu karang, pantai Bilik TNB
Diagnosis: Spesies ini memiliki bentuk tubuh bulat memanjang dengan panjang
28–30 cm. Warna pada bagian dorsal yaitu kuning kecoklatan, sedangkan pada
bagian ventral lebih pucat. Papilla dan kaki tabung tersebar tidak beraturan. Mulut
terletak di ujung anterior bagian ventral dengan tentakel perisai (peltate)
berjumlah 20. Anus berada di ujung posterior. Tipe spikula rosettes terdapat pada
bagian dorsal dan ventral, tipe grain terdapat dibagian ventral. Sedangkan tipe rod
terdapat pada tentakel (Gambar 7B).
Catatan: B. marmorata memiliki ukuran relatif besar dan spesimen E.H.712
memiliki warna morfologi yang mirip dengan B. vitiensis (Rowe dan Gates 1995).
Distribusi: Tersebar luas di sebelah barat Indo-Pasifik tropis, mulai dari Laut
Merah dan Pantai Timur Afrika, sampai ke Jepang, Filipina, Indonesia dan
Australia (Massin 1996).
Bohadschia similis (Semper, 1868)
Spesimen: E.H.702, area lamun, pantai Bilik TNB; E.H.719, karang mati,
pantai Air Karang TNB
Diagnosis: Spesies ini memiliki bentuk tubuh bulat memanjang dengan panjang
11–15 cm. Warna pada bagian dorsal yaitu coklat dengan motif hitam khas,
sedangkan pada bagian ventral berwarna putih. Papilla dan kaki tabung tersebar
tidak beraturan. Mulut terletak di ujung anterior bagian ventral dengan tentakel
perisai (peltate) berjumlah 20. Anus berada di ujung posterior. Tipe spikula pada
bagian dorsal yaitu rosettes, pada bagian ventral yaitu rosettes dan grain.
Sedangkan pada tentakel yaitu rod (Gambar 7C).
Catatan: B. similis yang ditemukan di perairan TNB memiliki variasi morfologi;
spesimen E.H.702 memiliki ukuran tubuh lebih besar, warna tubuh coklat polos
dengan motif hitam membulat, dan ditemukan di area lamun, sedangkan E.H.719
berukuran lebih kecil, warna bagian dorsal coklat terdapat motif hitam melintang,
dan ditemukan di area makroalga dan karang mati.
Distribusi: Tersebar dari Mauritius, Filipina, Kaledonia Baru, Tahiti, dan
Indonesia (Massin 1996).
Genus Holothuria Linnaeus, 1767
Holothuria (Selekonthuria) erinaceus Semper, 1868
Spesimen: E.H.724, bawah batu, pantai Bama TNB
Diagnosis: Spesies ini memiliki bentuk tubuh silindris dengan panjang 13–15 cm.
Warna tubuh coklat kehijauan menyeluruh, baik dorsal maupun ventral. Papilla
dan kaki tabung tersebar tidak beraturan. Mulut terletak di ujung anterior bagian
ventral dengan tentakel perisai (peltate). Anus berada di ujung posterior. Tipe
spikula pada bagian dorsal, ventral, dan tentakel yaitu rod (Gambar 7D).

12

Catatan: H. erinaceus yang ditemukan di perairan TNB tidak memiliki variasi
morfologi, tapi H. erinaceus di perairan Lombok Barat memiliki dua variasi
bentuk tubuh (Purwati dan Wirawati 2009).
Distribusi: Tersebar dari Madagascar, Indonesia, Filipina, Australia bagian utara,
China dan Jepang (Cherbonnier 1988).
Holothuria (Halodeima) atra Jaeger, 1833
Spesimen: E.H.723, area lamun, pantai Bama TNB
Diagnosis: Spesies ini memiliki bentuk tubuh silindris dengan panjang 15–30 cm.
Warna tubuh yaitu hitam keseluruhan, baik bagian dorsal maupun ventral. Papilla
dan kaki tabung tersebar tidak beraturan. Mulut terletak di ujung anterior bagian
ventral dengan tentakel perisai (peltate) berjumlah 20. Anus berada di ujung
posterior. Tipe spikula pada bagian dorsal yaitu table dan rosettes, pada bagian
ventral yaitu table, rosettes, dan pseudo-plates, sedangkan untuk tentakel tidak
terdapat spikula (Gambar 8A).
Catatan: H. atra yang ditemukan di perairan TNB memiliki morfologi yang
identik, dan sering ditemukan dengan butiran pasir halus yang menempel pada
tubuhnya.
Distribusi: Tersebar luas di sebelah barat Indo-Pasifik tropis, mulai dari Laut
merah sampai Kepulauan Hawai dan Tahiti (Massin 1996).
Holothuria (Mertensiothuria) hilla Lesson, 1830
Spesimen: E.H.707 dan E.H.711, bawah batu, pantai Bilik TNB
Diagnosis: Spesies ini memiliki bentuk tubuh silindris dengan panjang 5–20 cm.
Warna pada bagian dorsal yaitu coklat dengan papilla kuning, sedangkan pada
bagian ventral lebih pucat. Papilla dan kaki tabung tersebar tidak beraturan. Mulut
terletak di ujung anterior bagian ventral dengan tentakel perisai (peltate)
berjumlah 20. Anus berada di ujung posterior. Tipe spikula pada bagian dorsal
yaitu table dan button, pada bagian ventral yaitu table, button dan perforated plate,
sedangkan pada tentakel yaitu rod (Gambar 8B).
Catatan: H. hilla yang ditemukan di perairan TNB memiliki ciri morfologi yang
khas, tapi spesimen E.H.711 memiliki morfologi yang berbeda, yaitu warna
bagian dorsal lebih coklat, kaki tabung panjang dan rapat serta berwarna putih,
tentakel lebih panjang dan berwarna lebih gelap.
Distribusi: Tersebar luas di sebelah barat Indo-Pasifik tropis, mulai dari Laut
Merah sampai Jepang, Kepulauan Hawaii, dan Kaledonia Baru (Massin 1996).
Holothuria (Mertensiothuria) leucospilota Brandt, 1835
Spesimen: E.H.704, bawah batu, pantai Bilik TNB
Diagnosis: Spesies ini memiliki bentuk tubuh silindris dengan panjang 15–30 cm.
Warna tubuh hitam keseluruhan, baik bagian dorsal maupun ventral. Papilla dan
kaki tabung tersebar tidak beraturan. Mulut terletak di ujung anterior bagian
ventral dengan tentakel perisai (peltate) berjumlah 20. Anus berada di ujung
posterior. Tipe spikula pada bagian dorsal yaitu table dan button, pada bagian
ventral yaitu table, button dan perforated plates, sedangkan pada tentakel tidak
terdapat spikula (Gambar 8C).
Catatan: H. leucospilota tidak memiliki variasi morfologi. Spesies ini memiliki
tubuh yang bisa memanjang dua sampai tiga kali lipat ukuran aslinya.

13

Distribusi: Tersebar luas di sebelah barat Indo-Pasifik tropis, mulai dari Laut
Merah sampai Taiwan, Papua Nugini, dan Kaledonia Baru (Massin 1999).
Holothuria (Mertensiothuria) papillifera Heding inMortensen, 1938
Spesimen: E.H.699, bawah batu, pantai Bilik TNB
Diagnosis: Spesies ini memiliki bentuk seperti kerucut, dengan bagian anterior
kecil dan membesar ke bagian posterior. Memiliki panjang tubuh 8–10 cm. Warna
pada bagian dorsal yaitu coklat gelap, sedangkan ventral lebih pucat. Papilla dan
kaki tabung tersebar tidak beraturan. Mulut terletak di ujung anterior bagian
ventral dengan tentakel perisai (peltate). Anus berada di ujung posterior. Tipe
spikula pada bagian dorsal yaitu table dan button, pada bagian ventral yaitu table,
button dan perforated plates, sedangkan pada tentakel yaitu rod (Gambar 8D).
Catatan: H. papilifera tidak memiliki variasi morfologi. Spesies ini masih sedikit
dilaporkan keberadaannya, dan baru ditemukan di perairan Indonesia (perairan
TNB).
Distribusi: Ditemukan di Laut Merah (Gardaqha, Abu Sadaf, dan Abu Fanadir),
dan Indonesia (Samyn dan Massin 2003).
Holothuria (Thymiosycia) impatiens (Forskal, 1775)
Spesimen: E.H.710, bawah batu, pantai Bilik TNB; E.H.717, bawah batu,
pantai Bilik TNB; E.H.725, bawah batu, pantai Bama TNB
Diagnosis: Spesies ini memiliki bentuk tubuh silindris dengan panjang 10–22 cm.
Warna bagian dorsal yaitu coklat kehijauan dengan corak hitam melintang,
sedangkan pada bagian ventral lebih pucat. Papilla dan kaki tabung tersebar tidak
beraturan. Mulut terletak di ujung anterior dengan tentakel perisai (peltate)
berjumlah 20. Anus berada di ujung posterior. Tipe spikula pada bagian dorsal
yaitu table dan button, pada bagian ventral yaitu table, button dan rod, sedangkan
pada tentakel yaitu rod (Gambar 9A).
Catatan: H. impatiens yang ditemukan di perairan TNB memiliki variasi
morfologi; spesimen E.H.710 berukuran kecil dan berwarna lebih terang serta
warna tentakel putih transparan, sedangkan spesimen E.H.717 dan E.H.725
berukuran lebih besar dan berwarna lebih gelap serta warna tentakel coklat gelap.
Distribusi: Tersebar luas di sebelah barat Indo-Pasifik tropis, mulai dari Laut
Merah sampai Amerika Tengah, Kepulauan Galapagos, Laut Mediteranian.
(Massin 1996).
Holothuria (Thymiosycia) aff. macroperona Clark, 1938
Spesimen: E.H.700, bawah batu, pantai Bilik TNB
Diagnosis: Spesies ini memiliki bentuk tubuh menggembung pada bagian dorsal
dengan panjang 4–5 cm. Warna pada bagian dorsal yaitu coklat muda, sedangkan
pada bagian ventral lebih pucat. Papilla dan kaki tabung tersebar beraturan. Mulut
terletak di ujung anterior bagian ventral dengan tentakel perisai (peltate). Anus
berada di ujung posterior. Tipe spikula pada bagian dorsal yaitu table dan button,
pada bagian ventral yaitu table, button, perforated plates dan rod, sedangkan pada
tentakel yaitu rod (Gambar 9B).
Catatan: Spesies ini memiliki bentuk spikula yang mirip dengan H. macroperona
(Clark 1938). Tapi terdapat perbedaan, spesimen E.H.700 berwarna lebih

14

transparan dan spikula table memiliki tepi yang bergerigi, serta rod memiliki tepi
yang halus.
Distribusi: Holothuria macroperona tersebar di Australia bagian barat (Clark
1938).
Holothuria (Stauropora) fuscocinerea Jaeger, 1833
Spesimen: E.H.716, bawah batu, pantai Air Karang TNB
Diagnosis: Spesies ini memiliki bentuk tubuh silindris dengan panjang 13–15 cm.
Warna pada bagian dorsal yaitu coklat keabuan dengan motif coklat gelap
berjumlah empat, sedangkan ventral lebih pucat. Papilla dan kaki tabung tersebar
beraturan. Mulut terletak di ujung anterior bagian ventral dengan tentakel perisai
(peltate) berjumlah 17. Anus berada di ujung posterior. Tipe spikula pada bagian
dorsal yaitu table, button, dan perforated rods, pada bagian ventral yaitu table,
button dan perforated plates, sedangkan pada tentakel rod (Gambar 9C).
Catatan: H. fuscocinerea memiliki warna morfologi yang mirip dengan H.
pervicax. Spesies ini ditemukan di habitat bawah batu, tapi di beberapa tempat
spesies ini ditemukan di area lamun (Cherbonnier 1988; Purwati dan Wirawati
2009).
Distribusi: Tersebar luas mulai dari Laut Merah, Madagascar, India, Myanmar,
Indonesia, China, Taiwan, Jepang, Filipina, Australia dan Kaledonia Baru (Massin
1999).
Holothuria (Stauropora) olivacea Ludwig, 1835
Spesimen: E.H.714, bawah batu, pantai Air Karang TNB
Diagnosis: Spesies ini memiliki bentuk tubuh bulat memanjang dengan panjang
5–8 cm. Warna pada bagian dorsal yaitu coklat kehijauan, sedangkan pada bagian
ventral lebih pucat. Papilla dan kaki tabung tersebar beraturan. Mulut terletak di
ujung anterior bagian ventral dengan tentakel perisai (peltate) berjumlah 15. Anus
berada di ujung posterior. Tipe spikula pada bagian dorsal yaitu table dan button,
pada bagian ventral yaitu table, button dan perforated plates, sedangkan pada
tentakel rod (Gambar 9D).
Catatan: H. olivacea memiliki tipe spikula yang identik, button pada dorsal dan
ventral terdapat bercak yang tersebar tidak beraturan (Cherbonnier 1988).
Distribusi: Tersebar luas di sebelah barat Indo-Pasifik tropis, mulai dari Laut
Merah, Madagascar, Indonesia, China, Australia, Kepulauan Solomon, dan
Hawaii (Massin 1999).
Holothuria (Lessonothuria) pardalis Salenka, 1867
Spesimen: E.H.701, pasir terbuka, pantai Bilik TNB; E.H.722 dan E.H.726,
bawah batu, pantai Bama TNB
Diagnosis: Spesies ini memiliki bentuk tubuh silindris dengan panjang 9–13 cm.
Warna pada bagian dorsal yaitu putih dengan corak hitam teratur, sedangkan pada
bagian ventral putih pucat. Papilla dan kaki tabung tersebar tidak beraturan.
Mulut terletak di ujung anterior dengan tentakel perisai (peltate) berjumlah 15.
Anus berada di ujung posterior. Tipe spikula pada bagian dorsal yaitu table dan
button, pada bagian ventral yaitu table, irregular button, perforated plate, dan rod.
Sedangkan pada tentakel yaitu rod (Gambar 10A).

15

Catatan: H. pardalis yang ditemukan di perairan TNB memiliki tiga variasi
warna; spesimen E.H.701 berwarna abu abu, habitat di pasir terbuka, sedangkan
E.H.722 berwarna coklat, habitat di bawah batu dan E.H.725 berwarna coklat
kehijauan, juga ditemukan di habitat bawah batu. Tapi motif bercak hitam yang
berada dibagian dorsal ditemukan diketiga spesimen.
Distribusi: Tersebar luas di sebelah barat Indo-Pasifik tropis, mulai dari Laut
Merah sampai Jepang dan Kepulauan Hawaii, (Massin 1996).
Holothuria (Lessonothuria) verrucosa Salenka, 1867
Spesimen: E.H.718, bawah batu, pantai Air Karang TNB
Diagnosis: Spesies ini memiliki bentuk tubuh silindris dengan panjang 13–15 cm.
Warna pada bagian dorsal yaitu coklat dengan corak hitam teratur, sedangkan
pada bagian ventral lebih pucat. Papilla dan kaki tabung tersebar tidak beraturan.
Mulut terletak di ujung anterior dengan tentakel perisai (peltate) berjumlah 25.
Anus berada di ujung posterior. Tipe spikula pada bagian dorsal yaitu table dan
button, pada bagian ventral yaitu table, irregular button, perforated plates, dan
rod. Sedangkan pada tentakel yaitu rod (Gambar 10B).
Catatan: H. verrucosa memiliki ciri morfologi yang mirip dengan H. impatiens,
tapi yang identik dari H. verrucosa adalah warna biru pada ujung papilla.
Distribusi: Tersebar luas, dimulai dari Madagascar, Indonesia, Australia bagian
utara, Filipina, dan Hawaii (Cherbonnier 1988).
Holothuria (Metriatyla) scabra Jaeger, 1833
Spesimen: E.H.715, area lamun, pantai Air Karang TNB
Diagnosis: Spesies ini memiliki bentuk tubuh silindris dengan panjang tubuh 1015 cm. Warna pada bagian dorsal yaitu coklat keabuan dengan garis hitam
melintang tidak beraturan, sedangkan pada bagian ventral berwarna coklat lebih
pucat. Papilla dan kaki tabung tersebar tidak beraturan. Mulut terletak di ujung
anterior bagian ventral dengan tentakel perisai (peltate) berjumlah 20. Anus
berada di ujung posterior. Tipe spikula pada bagian dorsal yaitu table dan button,
pada bagian ventral yaitu table, button, dan rod, sedangkan pada tentakel
memiliki rod (Gambar 10C).
Catatan: H. scabra yang ditemukan di perairan TNB memiliki warna morfologi
yang identik, tetapi dibeberapa tempat ditemukan adanya variasi warna (Purwati
dan Wirawati 2009; Massin 1999). Tidak ada variasi pada bentuk dan komposisi
spikula.
Distribusi: Tersebar luas di sebelah barat Indo-Pasifik tropis, mulai dari Laut
Merah, Jepang dan Kaledonia Baru (Massin 1996).
Genus Labidodemas Salenka, 1867
Labidodemas rugosum (Ludwig, 1875)
Spesimen: E.H.705, bawah batu, pantai Bilik TNB
Diagnosis: Spesies ini memiliki bentuk tubuh silindris dengan panjang tubuh 1116 cm. Warna tubuh yaitu putih keseluruhan, baik dorsal maupun ventral. Papilla
dan kaki tabung tersebar beraturan. Mulut terletak di ujung anterior dengan
tentakel perisai (peltate) berjumlah 20. Anus berada di ujung posterior. Tipe
spikula pada bagian dorsal yaitu table dan button, pada bagian ventral yaitu table,

16

button, dan perforated plates, sedangkan pada tentakel tidak memiliki spikula
(Gambar 10D).
Catatan: L. rugosum memiliki sedikit variasi pada tipe dan komposisi spikula.
Spesimen E.H.705 memiliki table dan button yang irregular, seperti yang
ditemukan di Ambon oleh Massin (1999).
Distribusi: Tersebar luas diantaranya, Madagascar, Pulau Maldive, India,
Indonesia, dan Australia (Massin 1999).
Famili Stichopodidae Haeckel, 1886
Genus Stichopus Brdant, 1835
Stichopus cf. monotuberculatus Quoy & Gaimard, 1833
Spesimen: E.H.703, bawah batu, pantai Bilik TNB
Diagnosis: Spesies ini memiliki bentuk tubuh ventral datar dan dorsal cembung
dengan panjang tubuh 17–20 cm. Warna pada bagian dorsal yaitu coklat dengan
motif hitam melintang, sedangkan pada bagian ventral berwarna coklat pucat.
Papilla dan kaki tabung tersebar beraturan. Mulut terletak di ujung anterior bagian
ventral dengan tentakel perisai (peltate) berjumlah 20. Anus berada di ujung
posterior. Tipe spikula pada bagian dorsal yaitu table, rosettes, dan C-shaped rods
pada bagian ventral yaitu table, rosettes, perforated plates dan C-shaped rods,
sedangkan pada tentakel rod (Gambar 11A).
Catatan: Spesies ini memiliki bentuk dan komposisi spikula yang mirip dengan S.
monotuberculatus (Cherbonnier 1952). Tapi terdapat perbedaan dari warna
morfologi tubuh (spesies ini terdapat corak hitam melintang berjumlah empat).
Beberapa tipe spikula juga berbeda, yaitu rosettes berduri, crown pada table besar,
kotak, dan berduri. C-shaped juga berduri. Rod (central process) memiliki dua sisi
lubang besar.
Distribusi: Stichopus monotuberculatus tersebar luas di wilayah Indo Pasific
Barat (Massin 2002).
Stichopus quadrifasciatus Massin, 1999
Spesimen: E.H.713, bawah batu, pantai Air Karang TNB
Diagnosis: Spesies ini memiliki bentuk tubuh ventral datar dan dorsal cembung
dengan panjang tubuh 8–10 cm. Warna pada bagian dorsal yaitu coklat kehijauan
dengan motif hitam melintang, sedangkan pada bagian ventral berwarna coklat
pucat. Papilla tersebar tidak beraturan, sedangkan kaki tabung beraturan. Mulut
terletak di ujung anterior bagian ventral dengan tentakel perisai (peltate)
berjumlah 20. Anus berada di ujung posterior. Tipe spikula pada bagian dorsal
yaitu table, rosettes, dan C-shaped rods pada bagian ventral yaitu table, rod, dan
perforated plates, sedangkan pada tentakel rod (Gambar 11B).
Catatan: S. quadrifasciatus dari perairan TNB berukuran kecil, berdinding tipis,
dan kemungkinan merupakan juvenile. Tipe spikula mirip dengan yang dewasa,
seperti yang ditemukan di Teluk Kombal, Lombok Barat (Wirawati et al. 2007).
Distribusi: Ditemukan pertama kali di Indonesia (Sulawesi) (Massin 1999).

17

Ordo Apodida Brdant, 1835
Famili Synaptidae Burmeister, 1837
Genus Opheodesoma Fisher, 1907
Opheodesoma grisea (Semper, 1868)
Spesimen: E.H.709, area lamun, pantai Bilik TNB; E.H.720 dan E.H.727,
area lamun, pantai Bama TNB
Diagnosis: Spesies ini memiliki bentuk tubuh seperti cacing dengan panjang
tubuh bervariasi, mulai 25–55 cm. Ditemukan dengan tiga variasi warna, yaitu
merah, coklat, dan hijau kekuningan. Mulut terletak di ujung anterior dengan
tentakel menyirip (pinnate) berjumlah 15. Anus berada di ujung posterior. Spesies
ini tidak memiliki Papilla dan kaki tabung. Tipe spikula pada bagian anterior dan
posterior yaitu anchor, anchor plates yang cenderung berbentuk persegi empat
(quadrangular), dan granules, sedangkan untuk tentakel hanya ditemukan
granules (Gambar 11C).
Catatan: O. grisea yang ditemukan di perairan TNB memiliki tiga variasi warna;
spesimen E.H.709 berwarna merah, sedangkan E.H.720 berwarna coklat, dan
E.H.727 berwarna hijau kekuningan. Ketiga spesimen ini ditemukan di habitat
lamun dan area pertumbuhan makroalga.
Distribusi: Tersebar luas di sebelah barat Indo-Pasifik tropis, mulai dari Laut
Merah dan Madagascar sampai Taiwan, Hawaii, dan Australia bagian timur
(Massin 1996).
Genus Synapta Eschcholtz, 1829
Synapta maculata (Chamisso & Eisenhardt, 1821)
Spesimen: E.H.721, area lamun, pantai Bama TNB
Diagnosis: Spesies ini memiliki bentuk tubuh seperti cacing dengan panjang
tubuh 50–200 cm. Warna tubuh yaitu coklat kehijauan dengan garis hitam
melintang. Mulut terletak di ujung anterior dengan tentakel menyirip (pinnate)
berjumlah 15. Anus berada di ujung posterior. Spesies ini tidak memiliki Papilla
dan kaki tabung. Tipe spikula pada bagian anterior dan posterior yaitu anchor,
anchor plates,