Pengembangan Ekowisata Mangrove di Resort Balanan Taman Nasional Baluran.

PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE DI RESORT
BALANAN TAMAN NASIONAL BALURAN

MAHYOATIY

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Saya dengan ini menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan
Ekowisata Mangrove di Resort Balanan Taman Nasional Baluran adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015

Mahyoatiy
NIM E34110001

ABSTRAK
MAHYOATIY. Pengembangan Ekowisata Mangrove di Resort Balanan Taman
Nasional Baluran. Dibimbing oleh TUTUT SUNARMINTO dan HARNIOS
ARIEF.
Area mangrove Resort Balanan merupakan bagian kawasan yang dikelola
Taman Nasional Baluran. Ekosistem mangrove di Resort Balanan memiliki
sumberdaya alam yang potensial untuk dijadikan daya tarik ekowisata. Tujuan
utama dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi pengembangan
ekowisata mangrove di Resort Balanan, Taman Nasional Baluran berdasarkan
aspek permintaan dan aspek penawaran. Penelitian dilakukan di area mangrove
Resort Balanan, Taman Nasional Baluran pada 2 Maret – 23 Maret 2015.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapang, penyebaran kuesioner,
wawancara dan studi pustaka. Strategi pengembangan ekowisata mangrove di
Resort Balanan dapat dilakukan dengan menyusun paket ekowisata mangrove

sesuai dengan minat pengunjung dan memberdayakan masyarakat sekitar dalam
kegiatan ekowisata, meningkatkan sarana prasarana ekowisata mangrove serta
mempromosikan Resort Balanan melalui berbagai media promosi, meningkatkan
pengamanan di Resort Balanan dan meningkatkan mutu sumber daya manusia
yang kompeten dalam ekowisata mangrove.
Kata kunci: ekowisata, mangrove, strategi pengembangan, taman nasional baluran

ABSTRACT
MAHYOATIY. The Development of Mangrove Ecotourism in Balanan Resort of
Baluran National Park. Supervised by TUTUT SUNARMINTO and HARNIOS
ARIEF.
Mangrove area at Balanan Resort are region that managed by Baluran
National Park. Mangrove ecosystem in Balanan Resort has natural resource
potential for ecotourism. The main purpose of this research was to formulated
strategies mangrove tourism development in Balanan Resort, Baluran National
Park based on aspects of demand and supply. This research was conducted at
mangrove area of Balanan Resort, Baluran National Park in February-March
2015. Data was collected through questionnaires, observation, interviews and
literature study. Strategies mangrove ecotourism development in Balanan Resort
work by prepare mangrove ecotourism package and empowering the local

communities, improve the supporting facilities mangrove ecotourism and
promoting Resort Balanan through various media campaigns, increasing security
at Balanan Resort and improving the quality of human resources competent.
Keywords: baluran national park, development strategy, ecotourism, mangrove

PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE DI RESORT BALANAN
TAMAN NASIONAL BALURAN

MAHYOATIY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret 2015 ialah ekowisata,
dengan judul Pengembangan Ekowisata Mangrove di Resort Balanan, Taman
Nasional Baluran.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Tutut Sunarminto, MSi
dan Bapak Dr Ir Harnios Arief, MScF selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan saran serta arahan selama penelitian berlangsung dan dalam
penulisan skripsi. Penghargaan penulis sampaikan pula kepada pihak Taman
Nasional Baluran dan masyarakat Desa Wonerejo dan Balanan yang telah
membantu penulis, baik dari segi materil maupun tenaga sehingga penelitian ini
dapat terlaksana dengan baik.
Ungkapan terima kasih yang setulusnya penulis sampaikan kepada
Ayahanda Muhammad Umar dan Umi Rasyidah, abang, kakak, adik beserta
seluruh keluarga atas dukungan, doa dan kasih sayangnya. Terima kasih juga
disampaikan kepada Bukhari, R Hana Nurfitriani, Melita Sari, Mona Annisa,
Alkori Nugroho, teman-teman KSHE 48, tim PKLP TNB, keluarga besar IMTR

dan Asrama Putri Aceh Pocut Baren atas suka duka, kebersamaan dan
dukungannya selama ini, serta semua pihak yang telah memberikan doa dan
dukungan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Mahyoatiy

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


Kerangka Pemikiran

2

METODE

3

Waktu dan Lokasi Penelitian

3

Alat dan Obyek

5

Jenis data

5


Metode Pengumpulan Data

6

Analisis Data

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian

8
8

Potensi Sumber daya Ekosistem Mangrove

10

Pengunjung Potensial Ekowisata Mangrove


17

Potensi Masyarakat dalam Mendukung Ekowisata Mangrove

22

Pengembangan Ekowisata Mangrove di Resort Balanan

23

SIMPULAN DAN SARAN

27

Simpulan

27

Saran


28

DAFTAR PUSTAKA

28

LAMPIRAN

30

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

9

Jenis, metode dan sumber data
Jumlah sampel pengunjung dengan menggunakan cluster sampling
Matriks SWOT
Aksesibilitas menuju Taman Nasional Baluran
Aksesibiltas menuju Resort Balanan
Komposisi Jenis Mangrove
Jenis-jenis burung yang ditemukan di Resort Balanan
Karakteristik pengunjung di Taman Nasional Baluran
Matriks SWOT pengembangan ekowisata mangrove

5
6
8
9
9
11
13
17
24

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran pengembangan ekowisata mangrove
2 Peta lokasi penelitian
3 Pemandangan lepas menuju pantai
4 Akar pasak dan akar tunjang
5 Tunggak bekas pencurian kayu santegi (Phemphis accidula)
6 Jejak kaki kijang (Muntiacus muntjak)
7 Lutung (Trachypithecus auratus)
8 Tebing di Blok Balanan
9 Alur menentukan potensi unggulan
10 Persepsi mengenai mangrove
11 Persepsi mengenai pemanfaatan mangrove
12 Persepsi mengenai media promosi
13 Motivasi pengunjung
14 Preferensi pengunjung terhadap kegiatan ekowisata mangrove
15 Preferensi pengunjung terhadap obyek ekowisata mangrove

3
4
10
11
12
14
15
15
16
18
19
20
20
21
21

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil penilaian potensi unggulan
2 Hasil Perhitungan Uji Chi-Square SPSS

29
30

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Taman Nasional Baluran memiliki obyek dan daya tarik wisata alam yang
beragam, terdiri dari kombinasi bentang alam mulai dari ekosistem laut hingga
pegunungan, termasuk ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan
ekosistem yang kompleks terdiri dari flora dan fauna daerah pantai dan memiliki
fungsi ekologi, ekonomi dan sosial. Fungsi ekologi mangrove yaitu fisik kawasan
untuk menjaga dan menstabilkan garis pantai dan tepian sungai dan pelindung dari
hempasan gelombang dan arus. Ekosistem mangrove berfungsi sebagai tempat
asuh, mencari makanan dan berkembang biak berbagai jenis ikan, burung dan
jenis primata. Fungsi ekonomi mangrove salah satunya adalah sebagai kawasan
ekowisata yang menghasilkan devisa (Saparinto 2007).
Ekosistem mangrove di Taman Nasional Baluran mencapai 361 Ha atau
1.46% dari luas kawasan (Balai Taman Nasional Baluran 2014). Kondisi hutan
mangrove di Resort Balanan masih alami dengan luas total sebesar 96.7 Ha.
Beberapa pihak yang terlibat langsung dan berpengaruh terhadap dinamika
ekosistem mangrove Resort Balanan diantaranya adalah pencari ikan, pencari
kerang, peternak sampai dengan masyarakat secara umum. Gangguan yang
menjadi ancaman terhadap ekosistem mangrove berupa pencurian kayu santegi
(Pemphis accidula) karena tingginya nilai ekonomi kayu tersebut di lingkungan
masyarakat sekitar.
Kegiatan pemanfaatan di ekosistem mangrove yang berlangsung optimal
dan berkelanjutan memerlukan suatu perencanaan dan pengelolaan. Pemanfaatan
jasa lingkungan berupa ekowisata akan mendorong upaya konservasi ekosistem
mangrove sebagai daerah penyangga kawasan konservasi. Ekosistem mangrove
dengan keunikan yang dimilikinya, merupakan sumber daya alam yang sangat
berpotensi untuk dijadikan obyek wisata.
Ekowisata mangrove harus dirancang sesuai dengan prinsip dan kaidah
ekowisata sehingga tetap memperhatikan keberlanjutan fungsi ekosistem
mangrove berupa fungsi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya. Pengembangan
ekowisata yang sesuai diharapkan tidak bertentangan dengan fungsi utama
kawasan Taman Nasional Baluran sebagai kawasan konservasi. Terkait dengan
rencana tersebut maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui berbagai
aspek supply dan demand yang dimiliki ekosistem mangrove sehingga dapat
dirancang pengembangan ekowisata mangrove dengan mempertimbangkan
preferensi pengunjung, kesiapan masyarakat sekitar serta kemampuan pengelola.
Perumusan Masalah
Area mangrove di Resort Balanan mempunyai peluang dan potensi untuk
dikembangkan menjadi obyek daya tarik ekowisata, namun disisi lain ekosistem
mangrove memiliki fungsi ekologi, ekonomi dan sosial tetap memerlukan
pengelolaan secara konservatif untuk menjaga eksistensi kawasan. Pengelolaan

2
dan pemanfaatan area mangrove di Resort Balanan perlu diarahkan pada
pengembangan ekowisata untuk menjaga fungsi kawasan dan kelestarian area
mangrove. Pengembangan ekowisata mangrove masih banyak menghadapi
kendala seperti:
1. Terbatasnya data dan informasi sumberdaya ekowisata mangrove di Resort
Balanan.
2. Permintaan pengunjung terhadap ekowisata mangrove serta kesiapan
masyarakat dan pengelola belum teridentifikasi.
3. Pihak pengelola Taman Nasional Baluran belum memiliki strategi
pengembangan ekowisata mangrove di Resort Balanan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian Pengembangan Ekowisata Mangrove di Resort Balanan,
Taman Nasional Baluran yaitu:
1. Menilai potensi sumber daya wisata berupa keanekaragaman jenis flora, fauna
dan gejala alam di ekosistem mangrove Resort Balanan.
2. Menganalisis permintaan pengunjung potensial, kesiapan masyarakat sekitar
dan pengelola dalam mengembangkan ekowisata mangrove.
3. Merancang strategi pengembangan ekowisata mangrove.
Manfaat Penelitian
Penelitian Pengembangan Ekowisata Mangrove di Resort Balanan, Taman
Nasional Baluran diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi
ekosistem mangrove dan pemanfaatannya dalam ekowisata sehingga mampu
memberikan manfaat optimal bagi keberlanjutan ekologi, sosial dan ekonomi
masyarakat serta kepuasan optimum kepada pengunjung.
Kerangka Pemikiran
Fungsi ekosistem mangrove terbagi mejadi tiga yaitu fungsi ekologi, fungsi
sosial dan fungsi ekonomi. Fungsi ekologi mangrove diantaranya sebagai tempat
mencari makan (feeding ground), tempat mengasuh (nursery ground), tempat
bertelur (spawning ground) dan tempat berlindung bagi berbagai ikan serta kerang
dari predator. Selain itu mangrove berfungsi sebagai penahan erosi pantai karena
hempasan ombak dan angin. Fungsi sosial ekonomi ekosistem mangrove yaitu
sebagai sumber mata pencaharian dan produksi berbagai jenis hasil hutan dan
turunannya serta tempat rekreasi.
Pemanfaatan ekosistem mangrove yang tidak bijaksana menyebabkan
kerusakan yang berdampak pada semakin berkurangnya luasan mangrove.
Pemanfaatan ekosistem mangrove secara lestari harus menjaga keberlanjutan
ketiga fungsi ekosistem mangrove. Ekowisata merupakan solusi agar ketiga fungsi
ekosistem mangrove dapat terjaga. Pengembangan ekowisata mangrove dihasilkan
dari identifikasi potensi supply, demand dan tourism supporting. Potensi supply
meliputi keanekaragaman jenis vegetasi mangrove dan satwaliar serta gejala alam.
Potensi demand adalah permintaan terhadap ekowisata mangrove, sedangkan
potensi tourism supporting kesiapan masyarakat dan kemampuan pengelola

3
Taman Nasional Baluran dalam mengembangkan ekowisata mangrove. Kerangka
pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran pengembangan ekowisata mangrove

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan pada 2 Maret - 23 Maret 2015. Penelitian
dilaksanakan di Taman Nasional Baluran, Resort Balanan. Pemilihan Taman
Nasional Baluran sebagai lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan pada
potensi ekosistem mangrove yang menjadi obyek penelitian dan letak Taman
Nasional Baluran yang strategis karena berada di koridor pariwisata SurabayaBali. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

4

5
Alat dan Obyek
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, binokuler, buku
panduan pengenalan jenis tumbuhan mangrove, buku panduan pengenalan jenis
satwa (mamalia dan burung), alat tulis, kuesioner dan software SPSS. Obyek
penelitian adalah ekosistem mangrove, dengan subyek penelitian yaitu
pengunjung, masyarakat dan pengelola Taman Nasional Baluran.
Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data utama yang diambil pada saat penelitian atau pengambilan
data. Data yang dikumpulkan antara lain potensi sumberdaya ekowisata
mangrove, aksesibilitas, sarana prasarana, pengunjung, masyarakat dan pengelola
Taman Nasional Baluran. Data sekunder adalah data penunjang dari data primer.
Data sekunder yang dikumpulkan adalah peta lokasi penelitian dan kondisi umum
kawasan.
Tabel 1 Jenis, metode dan sumber data
Jenis Data
Primer
Sumber daya
ekosistem
Mangrove

Sarana
prasarana

Aksesibilitas
Pengunjung

Masyarakat
Pengelola
Sekunder
Kondisi umum

Metode
Pengumpulan
Data

Data yang Dikumpulkan

Sumber Data

Keanekaragaman
vegetasi mangrove
keanekaragaman
satwaliar
keunikan dan kekhasan
ekosistem
Jenis sarana dan
prasarana
Kondisi sarana dan
prasarana
Kondisi jalan
Jarak tempuh
Persepsi
Preferensi
Harapan
Persepsi
Kesiapan
Rencana pengembangan
ekowisata mangrove

Data di lapangan

Observasi

Data di lapangan

Observasi

Data di lapangan

Observasi

Pengunjung

Kuesioner

Masyarakat

Wawancara

Pengelola

Wawancara

Peta lokasi
Letak dan luas lokasi

Balai Taman
Nasional Baluran

Studi pustaka

6
Metode Pengumpulan Data
Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan sebelum dan selama kegiatan penelitian
dilaksanakan guna memperoleh informasi yang jelas terkait dengan kegiatan
penelitian. Data tersebut diperoleh dengan cara menelusuri dokumen dari berbagai
sumber pustaka, yaitu jurnal, buku, media komunikasi internet dan dokumen
penting terkait mangrove dan pengelolaan wisata alam di Taman Nasional
Baluran.
Observasi lapang
Observasi merupakan metode riset yang diharuskan mengamati langsung
obyek yang diteliti (Kriyantono 2009). Metode observasi bertujuan mengumpulkan
data berdasarkan pengamatan langsung terhadap kondisi obyek penelitian dan
verifikasi terhadap data dari sumber data sekunder yang diperoleh. Obyek yang
diamati dalam kegiatan ini yaitu daya tarik ekosistem mangrove, vegetasi
mangrove, fauna, gejala alam, aksesibilitas dan sarana prasarana wisata.
Kuesioner
Kuesioner ditujukan kepada
pengunjung dan assessor. Kuesioner
disajikan dalam bentuk close ended, artinya setiap pertanyaan yang terdapat pada
kuesioner telah diberikan pilihan-pilihan jawaban sehingga jawaban responden
sudah terfokus pada tujuan penelitian. Nilai atau skor yang digunakan dalam
kuesioner memakai skala likert 1-7 yang awalnya hanya 1-5 (Avenzora 2008).
Pengunjung
Kuesioner untuk pengunjung bertujuan mengetahui persepsi dan preferensi
pengunjung potensial terhadap ekowisata mangrove di Resort Balanan. Teknik
yang digunakan untuk mengambil sampel pengunjung yaitu dengan menggunakan
Sampling Klaster (Cluster Random Sampling). Teknik ini merupakan suatu cara
alternatif untuk menyeleksi atau mengelompokkan populasi/sampel ke dalam
beberapa kelompok atau kategori (Kriyantono 2009). Sampel pengunjung dibatasi
berdasarkan kelompok usia yaitu remaja dan dewasa dengan jumlah responden
untuk masing-masing kelompok umur sebanyak 30 responden. Hal ini didasarkan
dari perhitungan dengan jumlah 30 tidak berbeda nyata dengan jumlah yang lebih
besar dari 30, sehingga 30 responden sudah cukup dalam penelitian sosial.
Pembagian sampel pengunjung berdasarkan cluster sampling yang digunakan
telah disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah Sampel Pengunjung dengan Menggunakan Cluster Sampling
Strata Usia
Jumlah
Remaja
(usia 15-25 tahun)
30 responden
Dewasa
(usia >25 tahun)
30 responden
Total
60 responden
Assessor
Kuesioner assessor berisi tentang berbagai hal terkait penilaian potensi
obyek wisata. penilaian potensi wisata terfokus pada variabel flora, fauna dan

7
gejala alam. Penilaian dilakukan dengan menilai tujuh aspek nilai yang terkait dan
berasosiasi menurut Avenzora (2008) yaitu keunikan, kelangkaan, keindahan,
seasonalitas, aksesibilitas, sensitivitas dan fungsi sosial. Jumlah assessor sebanyak
tiga orang dengan kriteria, yaitu memiliki pemahaman dan pengetahuan secara
lokal terhadap obyek penelitian.
Wawancara
Wawancara yaitu menanyakan beberapa pertanyaan kepada responden
terkait persepsi terhadap ekowisata mangrove. Kegiatan wawancara dibantu
dengan panduan yang telah disiapkan dan disusun secara sistematis sebelumnya
(Suyanto dan Sutinah 2005). Wawancara ditujukan kepada masyarakat dan
pengelola.
Masyarakat
Wawancara terhadap masyarakat bertujuan mengetahui kesiapan
masyarakat dalam menggembangkan ekowisata mangrove. Masyarakat yang
dijadikan responden berasal dari desa terdekat dengan area mangrove, yaitu
masyarakat Desa Wonerejo dan masyarakat yang tinggal di lahan Eks-HGU
Resort Balanan. Teknik penentuan responden menggunakan random samping
dengan jumlah responden masyarakat adalah 30 responden untuk masing-masing
desa.
Pengelola
Wawancara terhadap pengelola bertujuan untuk mengetahui informasi
pengelolaan Taman Nasional Baluran terkait kegiatan wisata dan kebijakan terkait
pengembangan ekowisata mangrove di Resort Balanan. Wawancara dilakukan
kepada Kepala Balai Taman Nasional Baluran, Kepala Resort Balanan, Personil
Resort Balanan dan Kepala Bagian Konservasi, Humas, pemanduan dan
pelayanan.
Analisis Data
Analisis kualitatif skala likert
Skala Likert ialah skala yang sering digunakan dalam pengukuran
persepsi. Skala Likert memiliki bentuk yang ringkas, sehingga memudahkan
responden dalam menjawab setiap item instrumen (Sugiyono 2010). Skor yang
digunakan dalam kuesioner memakai skala likert 1-7 (1. Sangat tidak setuju, 2.
Tidak setuju, 3. Agak tidak setuju, 4. Biasa saja, 5. Agak setuju, 6. Setuju, 7.
Sangat setuju) (Avenzora 2008).
Analisis statistik non parametrik (chi-square)
Uji Chi-Square berfungsi untuk menguji hubungan atau pengaruh antar
variabel dengan tingkat persepsi dan preferensi pengunjung (remaja dan dewasa).
Hipotesis yang dipakai untuk menguji hubungan antar variabel dengan tingkat
persepsi atau preferensi responden yaitu :
H0
= Tidak terdapat hubungan antara variabel dengan tingkat persepsi atau
preferensi responden
H1
= Terdapat hubungan antara variabel dengan tingkat persepsi responden

8
Kemudian nilai dibandingkan pada tingkat kepercayaan 95% atau α (0,05)
pada perhitungan software SPSS. Kriteria keputusan untuk uji nyata ini adalah
sebagai berikut:
a. Apabila nilai Sig. X2hitung> 0,05 maka terima H0, yang berarti tidak ada
hubungan antara variabel.
b. Apabila nilai Sig. X2hitung ≤ 0,05 maka terima H1, yang berarti ada hubungan
antara variabel.
Analisis SWOT
Data yang telah diperoleh kemudian diidentifikasi berbagai faktor internal
dan eksternal untuk menyususn strategi pengembangan ekowisata mangrove
dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT. Analisis SWOT didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weaknesses) dan ancaman (threats) (Rangkuti 2001). Matriks SWOT disajikan
pada Table 3.
Tabel 3 Matriks SWOT
Internal
Eksternal

Opportunities – O

Strengths – S

Weakness – W

Strategi S-O

Strategi W-O

Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang

Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi W-T

Strategi S-T
Threats – T

Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman

Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Keberadaan ekosistem mangrove di Taman Nasional Baluran diantaranya di
Resort Balanan yang berada di Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN)
Wilayah I Bekol. Area mangrove di Resort Balanan memiliki luas 96.7 Ha yang
terbagi menjadi enam blok, yaitu Kajang, Batu Hitam, Balanan, Kakapa, Mesigit
dan Sirondo. Penamaan blok-blok tersebut sudah lama dilakukan oleh pengelola,
tetapi tidak ada batas alam maupun fisik yang jelas. Jenis substrat ekosistem

9
mangrove di Resort Balanan memiliki variasi yang beragam, yaitu pantai berpasir
(pasir putih), pantai berlumpur, pantai berbatu dan berbatu karang mati.
Aksesibilitas
Taman Nasional Baluran berada di lokasi yang strategis, yaitu pada
koridor wisata Bali dan Surabaya. Lokasi Taman Nasional Baluran sangat mudah
dijangkau karena terletak di tepi jalan raya Situbondo-Banyuwangi yang
merupakan jalan nasional jalur utama Surabaya-Bali. Bandara terdekat dengan
Taman Nasional Baluran adalah Bandara Blimbingsari di Banyuwangi dan
terdapat dua bandara lainnya, yaitu Bandara Ngurah Rai di Denpasar dan Bandara
Juanda di Surabaya. Aksesibilitas menuju Taman Nasional Baluran dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4 Aksesibilitas menuju Taman Nasional Baluran
Rute
Jarak (km)
Waktu
Transportasi
Banyuwangi-TNB
55
1,5 jam Bus
Surabaya-TNB
258
5,5 jam Bus
Denpasar-Gilimanuk
167
5 jam Bus
Gilimanuk-Ketapang
3
1 jam Kapal ferry
Ketapang-TNB
27
45 menit Bus
Aksesibilitas menuju Resort Balanan dapat ditempuh melalui jalur darat
dan jalur laut. Jalur darat hanya dapat dilalui dengan sepeda motor dan berjalan
kaki melalui jalan setapak baik melalui Bama atau Bekol. Kondisi jalan setapak
menuju Resort Balanan melewati savana serta menuruni tebing, hal tersebut yang
membuat kawasan ini unik. Akses untuk mencapai Resort Balanan lewat darat
sulit dilalui ketika musim hujan. Jalur laut dapat ditempuh dengan menggunakan
perahu yang tersedia di Resort Bama, Pantai Pandean dan Pantai Gatel.
Aksesibilitas menuju Resort Balanan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Aksesibiltas menuju Resort Balanan
Rute
Arah (km)
Jenis
Kondisi
Waktu (menit)
Batangan-Bekol
12 Aspal
Rusak
30
Bekol-Bama
3 Aspal
Rusak
10
Bama-Balanan
5 Tanah
Baik
60
Bama-Balanan
5 Laut
15
Bekol-Balanan
3 Tanah
Baik
60
Situbondo-Batangan
60 Hotmix
Baik
60
Sarana prasarana
Resort Balanan tidak memiliki sarana prasarana untuk kegiatan ekowisata
karena sarana prasarana wisata di SPTNW I Bekol masih terfokus di tiga lokasi
yaitu Batangan, Bekol dan Bama. Sarana prasarana wisata yang ada di Batangan
berupa pusat informasi. Adapun sarana dan prasarana wisata di Bekol dan Bama
berupa kantor, wisma, toilet, musholla dan cafetaria. Sarana prasarana wisata
tersebut dikelola oleh koperasi Baluran Sejahtera. Pengunjung yang ingin
mengunjungi Resort Balanan dapat memenuhi keperluannya di Resort Bama dan

10
pengunjung yang ingin menginap telah disediakan wisma di Resort Bama dan
Bekol maupun homestay yang disediakan masyarakat di luar kawasan Taman
Nasional Baluran.
Potensi Sumberdaya Ekosistem Mangrove
Potensi ekowisata di area mangrove Resort Balanan, Taman Nasional
Baluran terdiri dari daya tarik ekosistem mangrove, keanekaragaman jenis flora
dan fauna serta gejala alam. Daya tarik merupakan bentukan atau aktivitas,
fasilitas yang saling berkaitan dan dapat menarik minat pengunjung untuk melihat
langsung ke tempat tertentu (Marpaung 2002).
Daya tarik
Daya tarik ekosistem mangrove yang menjadi potensi ekowisata, yaitu
keindahan alam, keunikan dan kekhasan ekosistem mangrove. Keindahan alam di
area mangrove Resort Balanan berupa pemandangan lepas menuju pantai
(Gambar 3). Kekhasan yang dimiliki ekosistem mangrove adalah adanya pola
zonasi. Pola zonasi berkaitan erat dengan faktor lingkungan seperti tipe tanah
(lumpur, pasir atau gambut), keterbukaan terhadap hempasan gelombang, salinitas
serta pengaruh pasang surut (Dahuri 2003). Pola zonasi di area mangrove Resort
Balanan terbagi atas tiga zonasi. Daerah yang paling dekat dengan laut dengan
substrat agak berpasir dan berbatu karang mati ditumbuhi oleh Avicennia marina
yang berasosiasi dengan Sonneratia alba. Daerah yang lebih dekat ke arah darat
didominasi oleh jenis Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata dan
Rhizophora Stylosa. Daerah berikutnya didominasi oleh Bruguiera gymnorrhyza.
Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah, ditumbuhi oleh
beberapa jenis mangrove ikutan (mangrove associate).

Gambar 3 Pemandangan lepas menuju pantai
Keunikan ekosistem mangrove yaitu bentuk perakaran yang khas pada
beberapa jenis vegetasi mangrove seperti akar tunjang, akar lutut dan akar pasak
(Gambar 4). Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata dan Rhizophora
Stylosa adalah kelompok umum yang memiliki akar tunjang. Akar lutut dimiliki
oleh Bruguiera gymnorrhyza, sedangkan akar pasak dimiliki oleh kelompok
Avicenia marina, Sonneratia alba dan Sonneratia caseolaris.

11

(a)
(b)
Gambar 4 Perakaran vegetasi mangrove (a) akar pasak (b) akar tunjang
Vegetasi mangrove
Keanekaragaman jenis mangrove di Resort Balanan terdiri dari 19 jenis
mangrove. Ceriops tagal, Phemphis accidula dan Rhizophora Stylosa merupakan
jenis mangrove yang dapat ditemukan di sepanjang blok area mangrove. Jenis
mangrove yang hanya bisa ditemukan di satu blok yaitu Osbornia octodonta yaitu
di Blok Sirondo. Komposisi jenis mangrove disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Komposisi Jenis Mangrove
Blok
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Nama Spesies
Acrostichum aureum
Aegiceras
corniculatum
Aegiceras floridium
Avicennia marina
Bruguiera
gymnorrhyza
Ceriops decandra
Ceriops tagal
Excoecaria agallocha
Lumnitzera racemosa
Osbornia octodonta
Phemphis accidula
Rhizophora apiculata
Rhizophora
mucronata
Rhizophora Stylosa
Sonneratia alba
Sonneratia caseolaris
Xylocarpus granatum
Xylocarpus
moluccensis
Xylocarpus rumpii

Kajang

Batu
Hitam

Balanan Kakapa Mesigit Sirondo
















.





















































































12
Blok Balanan dan Sirondo memiliki keanekaragaman jenis yang lebih tinggi
dibandingkan dengan blok lainnya. Jenis mangrove langka yang ada dikedua blok
tersebut adalah Ceriops decandra. Ceriops decandra merupakan satu dari lima
jenis yang umum di Indonesia tetapi langka secara global sehingga berstatus
rentan dan memerlukan perhatian khusus untuk pengelolaannya (Noor, Khazali
dan Suryadiputra 2006).
Selain mangrove-mangrove sejati, terdapat sejumlah vegetasi yang tumbuh
berasosiasi dengan mangrove sejati yang umumnya tumbuh di zona transisi antara
hutan mangrove dengan hutan dataran rendah. Jenis-jenis vegetasi tersebut ialah
mangrove ikutan (mangrove associate). Mangrove ikutan yang terdapat di Resort
Balanan diantaranya widuri (Calotrophis gigantea), beluntas (Pluchea indica),
waru laut (Hibiscus tiliaceus), waru lot (Thespesia populnea), nyamplung
(Calophyllum inophyllum), keranji (Clerodendron inerme) dan ketapang
(Terminalia catappa).
Gangguan yang ada pada area mangrove di Resort Balanan adalah pencurian
dua jenis mangrove berupa Phemphis accidula dan Ceriops tagal. Pencurian
mangrove ini merupakan aktivitas yang sudah lama, disimpulkan dari hasil
pengamatan tunggak bekas penebangan mangrove. Penebangan ilegal tersebut
masih dalam batas kemampuan recovery alami. Santegi (Phemphis accidula)
merupakan jenis mangrove yang paling banyak ditemukan bekas tunggak
penebangan (Gambar 5). Santegi memiliki nilai ekonomi yang tinggi di
lingkungan masyarakat sekitar.

Gambar 5 Tunggak bekas pencurian kayu santegi (Phemphis accidula)
Gangguan lain yang menjadi ancaman terhadap ekosistem mangrove
adalah sampah yang menumpuk akibat banyak masyarakat yang masih membuang
sampah ke sungai. Sampah-sampah plastik akan memberikan dampak pada biotabiota yang ada di mangrove. Selain itu, masih ada oknum yang melakukan
penangkapan ikan menggunakan bahan peledak di sekitar pantai Resort Balanan.
Fauna
Ekosistem mangrove memiliki fungsi ekologis sebagai habitat berbagai jenis
satwaliar. Komunitas fauna ekosistem mangrove membentuk percampuran antara
dua kelompok, yaitu kelompok fauna perairan (akuatik) dan kelompok fauna
daratan (terestrial) (Bengen 2001). Kelompok fauna perairan (akuatik) yang
dijumpai di ekosistem mangrove Resort Balanan adalah ikan blanak (Mugil sp.),

13
kerang bakau (Polymesoda bengalensis L.), kelomang (Coenobita sp) dan
kepiting bakau (Scylla serrata).
Burung
Hutan mangrove merupakan hutan yang kaya dengan ikan dan udang,
sehingga sangat mendukung kehidupan burung air dan beberapa jenis burung
hutan yang umum (MacKinnon et al. 2000). Kehadiran jenis-jenis burung di area
mangrove Resort Balanan memberikan pesona tersendiri, seperti menikmati
keindahan warna, keunikan tingkah laku burung, keunikan bentuk dan kekhasan
suaranya. Pemandangan tersebut dapat ditemukan pada pagi hari pukul 06.00–
08.00 dan sore hari pukul 16.00–18.00. Jenis-jenis burung yang ditemukan di area
mangrove Resort Balanan disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Jenis-jenis burung yang ditemukan di Resort Balanan
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
1.
Bentet kelabu
Lanius schach
2.
Bondol peking
Lonchura punctulata
3.
Caladi ulam
Dendrocopus macei
4.
Cangak laut
Ardea sumatrana
5.
Cekakak sungai
Todirhamphus chloris
6.
Cinenen pisang
Orthotomus sutorius
7.
Cipoh kacat
Aegithina tiphia
8.
Cucak kutilang
Pycnonotus atriceps
9.
Dara laut
Sterna albifrons
10. Dederuk jawa
Streptopelia bitorquata
11. Elang ular bido
Spilornis cheela
12. Kapasan kemiri
Lalage nigra
13. Layang-layang batu
Hirundo tahitica
14. Madu sriganti
Cinnyris jugularis
15. Raja udang biru
Alcedo atthis
16. Sepah kecil
Pericrocotus cinnamomeus
17. Takur ungkut-ungkut
Megalaima haemacephala
18. Tekukur biasa
Streptopelia chinensis
19. Walet linchi
Collocalia linchi
20. Wiwik lurik
Cacomantis sonneratii
Burung menggunakan ekosistem mangrove sebagai habitat untuk mencari
makan, berbiak atau beristirahat. Hal ini dikarenakan ekosistem mangrove
menyediakan ruang yang memadai dan minimnya gangguan yang ditimbulkan
oleh predator. Jenis-jenis burung pemakan ikan, seperti burung raaja udang
(Alcedinidae), mangrove menyediakan tenggeran serta sumber makanan yang
berlimpah (Noor, Khazali dan Suryadiputra 2006).
Mamalia
Jenis mamalia yang dijumpai di Resort Balanan yaitu kijang (Muntiacus
muntjak), rusa (Cervus timorensis), lutung jawa (Presbytis cristata) dan monyet
ekor panjang (Macaca fascicularis). Rusa melewati ekosistem mangrove menuju
pantai yang dijadikan tempat minum ataupun ngasin. Pantai merupakan satu-

14
satunya tempat mengasin bagi rusa (Santosa, Auliyani dan Kartono 2008).
Mengasin adalah aktivitas menjilat obyek yang dilakukan untuk mendapatkan
mineral.
Keberadaan mamalia di ekosistem mangrove Resort Balanan dapat
diketahui secara langsung (perjumpaan) maupun secara tidak langsung (jejak).
Mamalia yang sulit dijumpai adalah kijang. Keberadaan kijang di ekosistem
mangrove Resort Balanan teridentifikasi dari jejak-jejak yang ditinggalkan
(Gambar 6). Jejak kaki kijang terlihat jelas di mangrove karena komponen
penyusun jalannya adalah tanah berlumpur.

Gambar 6 Jejak kaki kijang (Muntiacus muntjak)
Berdasarkan hasil pengamatan, jenis-jenis satwaliar yang dapat dijumpai
dengan mudah adalah monyet ekor panjang dan lutung. Kehadiran monyet ekor
panjang dan lutung umumnya dalam bentuk kelompok. Kelompok monyet ekor
panjang dan lutung setiap hari melakukan aktivitas mencari makan, bermain dan
beristirahat. Kelompok lutung lebih senang beraktivitas di atas tajuk pohon yang
rapat (Gambar 7). Sedangkan monyet ekor panjang lebih banyak beraktivitas di
sekitar dan di sepanjang jalan masuk area mangrove. Aktivitas monyet ekor
panjang dan lutung dapat dijadikan atraksi wisata. Atraksi ini dapat disaksikan
pada pagi hari pukul 06.00-08.00 WIB saat aktivitas mencari makan dan bermain
serta sore hari pukul 16.00-18.00 WIB saat hendak makan sore dan mencari pohon
untuk tidur.

Gambar 7 Lutung (Trachypithecus auratus)

15
Gejala alam
Ekosistem mangrove memiliki potensi gejala alam yang terdiri dari
keindahan pemanda ngan saat matahari terbit, takat (pulau), tebing dan proses
pasang surut air laut. Menikmati gejala alam tersebut dilakukan pada waktu-waktu
tertentu serta di lokasi-lokasi yang tepat. Pantai Balanan berada di selat Bali dan
tepat menghadap ke arah timur,sehingga memungkinkan melihat pemandangan
matahari terbit .Gejala alam matahari terbit dapat disaksikan pada waktu pagi hari
sekitar pukul 05.00-05.30 WIB. Lokasi tersebut berada pada mangrove yang ada
di pinggi pantai. Tebing berada di pinggir pantai atau mangrove bagian depan.
Tebing memiliki keindahan landscape yang dapat dijadikan obyek kegiatan
fotografi. Salah satu tebing yang berada di Blok Kakapa dapat dilihat pada
Gambar 8.

Gambar 8 Tebing di Blok Kakapa
Gejala alam pasang surut air laut merupakan potensi dalam menentukan
atraksi wisata. Kondisi surut sangat baik untuk melakukan aktivitas wisata
dibandingkan saat pasang. Kondisi pasang sangat beresiko untuk melakukan
aktivitas wisata terkait keselamatan dan keamanan pengunjung. Kondisi surut air
laut pada umumnya terjadi ketika dini hari dan kondisi pasang terjadi pada siang
hari. Takat merupakan bentuk pulau kecil yang tidak terlalu luas. Takat terpisah
oleh areal perairan yang tidak terlalu jauh. Takat terdapat di dua blok, yaitu Blok
Kakapa dan Blok Sirondo. Takat dapat dikunjungi dengan berjalan kaki saat
kondisi surut. Secara visual lokasi ini dilihat dari landscape yang memiliki nilai
estetika tinggi.
Penilaian potensi wisata
Potensi unggulan dihasilkan dari identifikasi dan analisis pada potensi
wisata mangrove di Resort Balanan. Penilaian potensi wisata dilakukan dengan
cara menilai tujuh indikator yang terkait dan berasosiasi dalam suatu potensi
wisata (Avenzora 2008), yaitu keunikan, kelangkaan, keindahan, seasonality,
sensitivitas, aksesibilitas dan fungsi sosial. Potensi wisata yang dinilai yaitu
potensi wisata alam yang terdiri dari variabel flora, fauna dan gejala alam. Setiap
variabel terdapat beberapa potensi yang dinilai sehingga menghasilkan potensi
unggulan pada masing-masing variabel. Potensi unggulan pada setiap variabel

16
dibandingkan kembali dengan potensi unggulan yang dimilki variabel lain
sehingga menghasilkan potensi unggulan ekosistem mangrove (Gambar 9).
Flora
1.
2.
3.
4.
5.

Ceriops decandra
Ceriops tagal
Osbornia
octodonta
Phemphis
accidula
R. stylosa

Potensi Unggulan
Flora
Ceriops decandra

Fauna
1. Lutung
2. Elang Ular Bido
3. Kijang

Potensi Unggulan
Fauna

Potensi Unggulan
Ekowisata Mangrove

Kijang

Tebing

Gejala Alam
1.
2.
3.
4.
5.

Tebing
Takat
Sunrise
Air Pasang
Air Surut

Potensi Unggulan
Gejala Alam
Tebing

Gambar 9 Alur Menentukan Potensi Unggulan
Potensi unggulan ekosistem mangrove di Resort Balanan yaitu tebing.
Tebing merupakan formasi bebatuan yang menjulang secara vertikal. Terdapat
enam tebing yang ada di sepanjang pantai Resort Balanan, yaitu di Blok Kakapa
dan Blok Balanan. Potensi unggulan menjadi dasar dalam pertimbangan
merancang program ekowisata mangrove di Resort Balanan. Selain potensi
unggulan, pengembangan ekowisata mangrove juga harus memperhatikan
permintaan pengunjung serta kesiapan masyarakat dan pengelola.
Pengunjung Potensial Ekowisata Mangrove
Karakteristik

Pengunjung potensial adalah sejumlah orang yang secara potensial
sanggup dan mampu melakukan perjalanan ekowisata (Wahab 1975). Responden
diperoleh dari pengunjung yang berkunjung atau berada di Resort Bama
diasumsikan sebagai pengunjung potensial ekowisata mangrove. Karakteristik
pengunjung potensial yang mengunjungi Taman Nasional Baluran dapat dilihat
pada tabel 9.

17
Tabel 9 Karakteristik pengunjung potensial
Kelompok umur
Parameter
Kriteria
Remaja
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki
Pendidikan
SMA
terakhir
S1
Pekerjaan
Mahasiswa
PNS
Guru/dosen
Dewasa
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki
Pendidikan
SMA/sederajat
Diploma
terakhir
S1
S2
Pekerjaan
PNS
Pelajar/mahasiswa
Pegawai swasta
Guru/dosen
Internet marketer
Wiraswasta
Ibu rumah tangga

%
60
40
23
77
90
7
3
53
47
10
17
53
20
31
30
24
3
3
3
3

Persepsi
Persepsi terhadap mangrove
Pengunjung potensial sudah memiliki persepsi yang baik terkait
pengetahuan terhadap mangrove secara umum. Sebagian besar pengunjung
memberikan nilai setuju (skor 6) terhadap beberapa persepsi mengenai mangrove.
Persepsi umum yang diketahui pengunjung mengenai mangrove yaitu mangrove
merupakan ekosistem yang unik dengan kekayaan flora fauna dan memiliki
manfaat sebagai penahan erosi pantai karena hempasan ombak dan angin serta
dapat dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Penilaian terhadap mangrove telah
disajikan dalam Gambar 10.

Keterangan:
A. Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan yang unik, B. Hutan mangrove memiliki
keanekaragaman flora yang khas, C. Hutan mangrove merupakan habitat bagi satwaliar, D.
Hutan mangrove dapat dimanfaatkan sebagai tempat wisata, E. Hutan mangrove memiliki
manfaat sebagai penahan erosi pantai karena hempasan ombak dan angin.

Gambar 10 Persepsi mengenai mangrove

18
Tidak ada persepsi yang memperoleh skor maksimal (skor 7), sehingga
perlu upaya edukasi kepada pengunjung untuk meningkatkan pemahaman jika
mengadakan ekowisata mangrove. Edukasi adalah salah satu nilai penting yang
harus ada dalam ekowisata. Edukasi ekowisata bertujuan untuk mendidik
pengunjung untuk mengetahui dan menyadari arti penting ekowisata, konservasi
alam dan lingkungan sehingga bersedia ikut serta menjaga, melindungi dan
melestarikannya.
Berdasarkan hasil uji chi-square diketahui bahwa variabel persepsi
pengunjung potensial mengenai pengetahuan mangrove memiliki nilai Sig.
X2hitung> α (0.05) yaitu sebesar 0.140, sehingga keputusan yang diambil adalah
terima H0 yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara persepsi pengunjung
remaja dan dewasa mengenai pengetahuan terkait mangrove.
Persepsi pemanfaatan mangrove
Alternatif pemanfaatan ekosistem mangrove yang paling memungkinkan
tanpa merusak ekosistem ini meliputi penelitian ilmiah, pendidikan dan rekreasi
terbatas (Dahuri 1996). Berdasarkan hasil kuesioner, sebagian besar pengunjung
mengetahui bahwa mangrove dapat dimanfaatkan sebagai tempat penelitian dan
pendidikan serta dijadikan obyek wisata. Skor 3 atau agak tidak setuju untuk
pemanfaatan mangrove yang dimanfaatkan hasil hutannya seperti kayu, arang,
obat, sumber bahan bangunan dan kerajinan. Hal ini menunjukkan sudah ada
kesadaran atau pengetahuan dari pengunjung potensial untuk melestarikan
ekosistem mangrove. Penilaian tersebut lebih terperinci disajikan dalam
Gambar11.

Keterangan:
A. Hutan mangrove dimanfaatkan sebagai obyek wisata, B. Hutan mangrove dimanfaatkan
hasil hutannya seperti kayu, arang, obat, sumber bahan bangunan dan kerajinan, C. Hutan
mangrove dimanfaatkan sebagai sumber mata pencaharian, D. Hutan mangrove dimanfaatkan
dalam kegiatan/upacara keagamaan lain yang ada di Taman Nasional Baluran

Gambar 11 Persepsi mengenai pemanfaatan mangrove
Berdasarkan hasil uji chi-square diketahui bahwa variabel persepsi
pengunjung potensial mengenai pemanfaatan mangrove memiliki nilai Sig.
X2hitung> α (0.05) yaitu sebesar 0.429, sehingga keputusan yang diambil adalah
terima H0 yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara persepsi pengunjung
remaja dan dewasa mengenai pemanfaatan mangrove.

19
Persepsi terhadap media promosi
Promosi dilakukan untuk mengenalkan potensi ekowisata yang dimiliki
TNB kepada publik. Promosi dapat dilakukan melalui beberapa media, seperti
media cetak, elektronik, ataupun promosi secara langsung. Sumber informasi yang
didapat pengunjung mengenai keberadaan TNB paling tinggi diperoleh dari media
sosial dan website. Hingga saat ini, pengelola TNB telah melakukan promosi
melalui media cetak maupun media elektronik.
Berdasarkan hasil analisis skala likert, pengunjung potensial remaja dan
dewasa memiliki persepsi yang rendah terhadap media promosi
Brosur/leaflet/booklet, yaitu agak setuju (skor 5). Promosi melalui media sosial dan
website/blog memperoleh skor tinggi yaitu 6. Media sosial dan website/blog
adalah media komunikasi yang saat ini sering diakses oleh masyarakat Indonesia
maupun dunia. Melalui media tersebut, informasi lebih mudah disampaikan tanpa
mengeluarkan biaya yang besar. Penilaian terhadap media promosi lebih terperinci
disajikan dalam Gambar 12.

Keterangan:
A. Kerabat/keluarga, B. Radio/TV, C. Majalah/artikel/koran, D. Brosur/leaflet/booklet,
E. Media sosial, F. Website/blog, G. Papan reklame

Gambar 12 Persepsi mengenai media promosi
Berdasarkan hasil uji chi-square diketahui bahwa variabel persepsi
pengunjung potensial mengenai media komunikasi promosi yang efektif memiliki
nilai Sig. X2hitung> α (0.05) yaitu sebesar 0.157 , sehingga keputusan yang diambil
adalah terima H0 yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara persepsi
pengunjung remaja dan dewasa mengenai persepsi terhadap media komunikasi
yang efektif.
Motivasi

Motivasi merupakan sebuah kebutuhan atau keinginan yang memberikan
energi dan mengarahkan perilaku ke arah tujuan (Myers 2004). Motivasi
pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata adalah kombinasi dari kebutuhan
dan keinginan yang mempengaruhi kecenderungan untuk melakukan perjalanan
ke Taman Nasional Baluran.
Motivasi pengunjung remaja dan dewasa berbeda. Berdasarkan hasil uji
chi-square diperoleh Sig. X²hitung > alpha (0.05) yaitu 0.221. Hal ini dapat
ditarik kesimpulan terima H0 yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara

20
motivasi pengunjung remaja dan dewasa. Motivasi pengunjung potensial disajikan
pada Gambar 13.

Keterangan :
Gambar
13 Motivasi
pengunjung
A. Mendapatkan pengalaman
ekowisata,
B. Rekreasi,
C. Memperoleh pengetahuan
mangrove, D. Mengetahui potensi ekowisata lain yang ada di Taman Nasional Baluran

Preferensi
Preferensi kegiatan yang diminati
Preferensi adalah kecendrungan untuk memilih sesuatu yang lebih disukai
daripada yang lain. Pengembangan kegiatan ekowisata mangrove perlu
memperhatikan preferensi atau kadar kesukaan pengunjung terhadap kegiatan
yang akan dikembangkan nantinya. Hasil penilaian preferensi pengunjung
terhadap kegiatan yang diinginkan dalam ekowisata mangrove telah disajikan
dalam Gambar 14.

Keterangan :
A. Melihat pemandangan alam, B. Pengamatan tumbuhan, C. Pengamatan satwa, D.
Pendidikan/ Penelitian , E. Fotografi, F. Menanam mangrove . G.Menyusuri mangrove
dengan mangrove trail / boat

Gambar 14 Preferensi pengunjung terhadap kegiatan ekowisata mangrove
Preferensi obyek yang diamati
Pilihan pengunjung berikutnya terkait dengan obyek yang menarik dalam
kegiatan ekowisata mangrove. Responden remaja lebih menyukai pemandangan
pantai, sedangkan responden dewasa lebih menyukai tebing sebagai obyek yang
menarik di ekosistem mangrove. Hasil penilaian preferensi pengunjung terhadap

21
obyek yang menarik dalam kegiatan ekowisata mangrove telah disajikan dalam
Gambar 15.

Keterangan :
A. Burung , B. Mamalia, C. Primata, D. Vegetasi mangrove, E. Sunrise , F. Tebing,
G. Takat (Pulau), H. Pemandanganpantai

Gambar 15 Preferensi pengunjung terhadap obyek ekowisata mangrove
Preferensi pengunjung remaja dan dewasa berbeda. Berdasarkan hasil uji
chi-square diperoleh Sig. X² hitung ≤ alpha (0.05) yaitu kegiatan (0.039) dan
obyek (0.015). Hal ini dapat ditarik kesimpulan terima H1 yang berarti ada
perbedaan preferensi pengunjung remaja dan dewasa terhadap aspek kegiatan dan
obyek yang diminati.
Potensi Masyarakat dalam Mendukung Ekowisata Mangrove
Damanik dan Weber (2006) menyatakan bahwa masyarakat sekitar
terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata menjadi salah satu
pemain kunci dalam pariwisata. Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang
perlu diperhatikan dalam ekowisata. Pertimbangan sosial budaya dalam
pengembangan ekowisata bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat
dalam kelestarian kawasan serta sebagai media peredam konflik sosial.
Desa Wonerejo merupakan desa terdekat dengan Resort Balanan. Desa
Wonerejo berbatasan langsung dengan Taman Nasional Baluran. Pemerintah
Kabupaten Situbondo memiliki komitmen untuk membangun desa-desa
penyangga di sekitar Taman Nasional Baluran khususnya Desa Wonorejo yang
ditunjuk menjadi Desa Wisata Kebangsaan. Program ini merupakan salah satu
bentuk upaya dalam melestarikan nilai-nilai budaya dan kerukunan di dalam
masyarakat sekaligus mendorong perkembangan perekonomian masyarakat.
Masyarakat yang berinteraksi langsung dengan Resort Balanan adalah
masyarakat di area eks-HGU PT. Gunung Gumitir. Pekerjaan dominan
masyarakat adalah petani penggarap lahan kering; peternak sapi, pedagang dan
nelayan. Jumlah penduduk di Desa Wonorejo sebanyak 2.161 kepala keluarga dan
masyarakat Eks-HGU di Resort Balanan berjumlah 55 kepala keluarga.
Persepsi
Seluruh responden masyarakat mengetahui keberadaan Taman Nasional
Baluran. Masyarakat Eks-HGU di Resort Balanan memiliki persepsi yang lebih

22
baik terhadap manfaat taman nasional dibandingkan dengan masyarakat
Wonerejo. Masyarakat Wonerejo masih banyak yang sering mengambil hasil
hutan (kayu bakar, asam, madu dan rumput) di taman nasional. Masyarakat juga
sudah paham mengenai keberadaan ekosistem mangrove di Taman Nasional
Baluran. Masyarakat Wonerejo 67% pernah ke hutan mangrove dan Masyarakat
Eks-HGU di Resort Balanan 93% pernah ke hutan mangrove. Masyarakat Balanan
lebih banyak yang pernah berkunjung atau hanya sekedar lewat area mangrove
karena mangrove terdapat di sepanjang garis pantai Resort Balanan.
Pengetahuan masyarakat kedua desa tersebut tentang manfaat mangrove
sangat baik. Manfaat ekosistem mangrove bagi masyarakat sebagai penyangga
kehidupan yang melindungi daratan dari abrasi dan angin serta habitat bagi
satwaliar. Selain itu, masyarakat juga mengetahui bahwa ekosistem mangrove
juga bermanfaat untuk dijadikan tempat wisata. Masyarakat tidak melakukan
pemanfaatan terhadap ekosistem mangrove. Kesadaran masyarakat dalam
menjaga eksistensi ekosistem mangrove sudah baik.
Partisipasi
Responden masyarakat kedua desa tersebut 100% setuju jika mangrove di
Resort Balanan dikembangkan menjadi obyek wisata. Masyarakat akan
berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata mangrove di Resort Balanan, baik
secara aktif maupun pasif. Responden masyarakat Wonerejo yang akan
berpartisipasi secara aktif sebanyak 67% dan masyarakat yang akan berpartisipasi
secara pasif sebanyak 33%. Sedangkan masyarakat Eks-HGU di Resort Balanan
yang akan berpartisipasi secara aktif sebanyak 70% dan masyarakat yang akan
berpartisipasi secara pasif sebanyak 30%.
Sebagian besar masyarakat tidak memiliki keahlian dalam hal wisata.
Kemampuan/kompetensi dasar yang terkait dengan pengelolaan wisata sangat
dibutuhkan dalam upaya mendukung pengembangan ekowisata mangrove di
Resort Balanan. Masyarakat sangat mengharapkan adanya pelatihan dari
pengelola taman nasional dalam hal keterampilan, mengolah makanan,
kemampuan berkomunikasi dan melayani pengunjung (interpreter, guide dan
porter).
Pengembangan Ekowisata Mangrove di Resort Balanan
Pengelola Taman Nasional Baluran memiliki kebijakan dalam menentukan
keputusan pengelolaan kawasan. Bentuk pengelolaan Taman Nasional Baluran
mengacu pada Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) yang dibuat setiap
satu dekade. Begitu halnya dalam pengembangan wisata alam di Resort Balanan.
Resort Balanan merupakan usulan lokasi wisata baru seperti tercantum dalam
RPTN Taman Nasional Baluran 2014-2023. Tetapi sampai saat ini pengelola
Taman Nasional Baluran belum memiliki strategi pengembangan ekowisata
mangrove.
Resort Balanan dikelola oleh sejumlah sumber daya manusia dengan
tugas/jabatan yang beragam yaitu kepala resort, polisi hutan dan masyarakat mitra
polhut. Tidak semua pengelola di Resort Balanan memiliki kemampuan khusus di
bidang mangrove. Pengembangan ekowisata mangrove memerlukan SDM yang

23
berkompeten dalam bidang mangrove dan satwaliar mengingat ekosistem
mangrove merupakan habitat satwaliar. Satwaliar juga merupakan potensi wisata
yang dimiliki dalam ekosistem mangrove. Matriks SWOT ekowisata mangrove di
Resort Balanan disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Matriks SWOT pengembangan ekowisata mangrove
Strength
Weakness
1.Keindahan, kekhasan 1.Taman
Nasional
dan
keunikan
Baluran
belum
ekosistem
mangrove
mempunyai
konsep
dengan tebing sebagai
detail
ekowisata
Internal
potensi unggulan
mangrove
2.Resort
Balanan 2.Belum
ada
SDM
merupakan
usulan
pengelola
ekowisata
Eksternal
lokasi wisata baru
mangrove
seperti
tercantum 3.Kurangnya
sumber
dalam RPTN Taman
informasi
mengenai
Nasional
Baluran
Resort Balanan
2014-2023
Opportunity
Strategi SO
Strategi WO
1. Letak Taman Nasional
Baluran
strategis
karena
berada
di
koridor
pariwisata
Bali-Surabaya
2. Masyarakat
sekitar
mendukung
dan
bersedia berpartisipasi
dalam
kegiatan
ekowisata mangrove
3. Pengunjung potensial
berminat
terhadap
ekowisata mangrove
Threats

Menyusun
paket
ekowisata
mangrove
sesuai dengan minat
pengunjung
dan
memberdayakan
masyarakat sekitar dalam
kegiatan ekowisata

Meningkatkan
sarana
prasarana
ekowisata
mangrove
serta
mempromosikan Resort
Balanan
melalui
berbagai media promosi

Strategi ST

Strategi WT

1. Penurunan
kualitas
lingkungan
akibat
adanya oknum yang
menangkap ikan dengan
menggunakan
bahan
peledak
2. Banyaknya
sampah
yang
terbawa
arus
sungai dan menumpuk
di ekosistem mangrove

Peran maksimal pihak Meningkatkan
mutu
pengelol