Evaluasi Pengelolaan Wisata Alam Berdasarkan Standar Nasional Indonesia Di Taman Nasional Baluran

EVALUASI PENGELOLAAN WISATA ALAM BERDASARKAN
STANDAR NASIONAL INDONESIA DI TAMAN NASIONAL
BALURAN

ALDI ANDREAN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Pengelolaan
Wisata Alam Berdasarkan Standar Nasional Indonesia di Taman Nasional Baluran
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2016

Aldi Andrean
NIM E34100099

ABSTRAK
ALDI ANDREAN. Evaluasi Pengelolaan Wisata Alam Berdasarkan Standar
Nasional Indonesia di Taman Nasional Baluran. Dibimbing oleh E K S HARINI
MUNTASIB dan EMY ENDAH SUWARNI.
Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah membuat Standar Nasional
Indonesia (SNI) 8013: 2014 tentang pengelolaan wisata alam. SNI tersebut
memiliki prinsip-prinsip, kriteria dan indikator pengelolaan yang berfungsi
sebagai panduan bagi pengelola yang menyelenggarakan kegiatan wisata alam.
Pengelolaan wisata alam dikatakan baik apabila telah memenuhi prinsip, kriteria
dan indikator pengelolaan wisata alam (BSN 2014). Pengelolaan wisata alam
dengan konsep standarisasi di TNB bertujuan agar sumberdaya yang ada dapat
dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan, dalam arti kesejahteraan rakyat

dapat meningkat tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan yang merugikan
kepentingan generasi yang akan datang. Pengelolaan wisata alam di Taman
Nasional Baluran mencoba menerapkan konsep standarisasi dengan menggunakan
SNI untuk melihat kesenjangan antara realitas pengelolaan dengan idealnya yaitu
SNI. Hasil pencapaian pengelolaan wisata alam yang dievaluasi dengan SNI dan
skoring skala likert menunjukan adanya kesesuaian antara pengelolaan wisata di
TNB dengan SNI mengenai pengelolaan wisata alam tahun 2014. Kesesuaian
ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebesar 4,21 yang masuk kedalam kategori
baik.
Kata kunci: taman nasional Baluran, pengelolaan wisata alam, SNI

ABSTRACT
ALDI ANDREAN. Evaluation of Nature Tourism Management Based on Standar
Nasional Indonesia in Baluran National Park. Supervised by E K S HARINI
MUNTASIB and EMY ENDAH SUWARNI.
Badan Standarisasi Nasional (BSN) has made the for Standar Nasional
Indonesia (SNI) 8013:2014 the management of natural tourism with the
principles, criteria and indicators management as a nature guide management of
nature in the forest area which organizes nature tourism activities. Standardization
concept of nature is one alternative to develop the region into a tourist destination

due regard to environmental conservation by using the resource potential as well
as local culture. This concept has an indicator in accordance with the principles of
ecological and economic sustainability, it is necessary to evaluate the management
of natural tourism Baluran National Park are standardized by using SNI order to
see the gap between the reality of a state that is ideally with SNI. Nature park
management evaluated by SNI and scoring Likert scale. Results showed
compatibility between tourism management in Baluran National Park with SNI.
Compliance is indicated by an average value of 4.21 were entered into either
category.
Key words: Baluran national park, management of natural tourism, SNI

EVALUASI PENGELOLAAN WISATA ALAM BERDASARKAN
STANDAR NASIONAL INDONESIA DI TAMAN NASIONAL
BALURAN

ALDI ANDREAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan

pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Evaluasi
Pengelolaan Wisata Alam Berdasarkan Standar Nasional Indonesia di Taman
Nasional Baluran. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr E K S Harini
Muntasib, MS dan Ir Emy Endah Suwarni, MSc selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, saran, nasehat, dan semangatnya kepada penulis.
Penghargaan penulis sampaikan kepada Balai Taman Nasional Baluran atas izin
yang telah diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian dilokasi Taman
Nasional Baluran.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu serta adikku
atas doa dan semangatnya kepada penulis hingga skripsi ini selesai. Anxious
Yoga, Dendi Giovana, Pratiwi Primatirta, Rosalina Alvionita, Rahmi Nur
Khairiah terima kasih telah menemani dan membantu penulis dalam pengambilan
data serta pembuatan peta. Keluarga KSHE 47 (Nepenthes rafflesiana 47), Dosen
berserta Staf DKSHE dan Fakultas Kehutanan, Himakova, atas kekeluargaan dan
pengalamannya selama ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, April 2016
Aldi Andrean

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat


2

Alat, Subyek dan Objek

3

Jenis Data dan Metode Pengambilan Data

3

Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

SNI No 1 Pengelolaan Wisata Alam Mengenai Kelestarian Fungsi

Ekosistem

6

SNI No 2 Kelestarian Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA)

12

SNI No 3 Kelestarian Sosial Budaya

16

SNI No 4 Kepuasan, Keselamatan dan Kenyamanan Pengunjung

21

SNI No 5 Prinsip Manfaat Ekonomi

25


SIMPULAN DAN SARAN

28

Simpulan

28

Saran

28

DAFTAR PUSTAKA

28

DAFTAR TABEL
1
2
3

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Alat yang digunakan pada kegiatan penelitian
Jenis dan metode pengumpulan data
Indikator SNI lansekap alami

Indikator SNI terpeliharanya spesies
Flora yang ditemukan kawasan TNB
Fauna khas kawasan TNB
Indikator SNI terpeliharanya ODTW utama
Pertimbangan tapak
Indikator SNI terpeliharanya ODTW utama
Indikator SNI pencegahan dan penanganan vandalisme
Indikator SNI modal sosial
Indikator SNI modal sosial
Indikator SNI keterbukaan akses
Data pengunjung Taman Nasional Baluran tahun 2006-2010
Indikator SNI pelayanan prima
Indikator SNI terjaminnya keselamatan pengunjung dan sumberdaya
Indikator SNI interpretasi
Indikator SNI manfaat bagi masyarakat
Indikator SNI manfaat bagi pemerintah

3
3
7
9
9
10
13
13
14
15
17
18
20
21
22
23
24
26
27

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Peta Kawasan Taman Nasional Baluran
a) Lansekap savana Bekol, b) Lansekap pantai Bama
a) Bos Javanicus, b) Pavo muticus
Desain tapak bama
Desain tapak Bekol
Upacara petik laut
Desain tapak candibang
Peta aksesibilitas lokasi zona pemanfaatan
Kepuasan pengunjung
Keamanan pengunjung
Interpretasi objek wisata Manting
Peningkatan PNBP

2
6
10
11
11
17
18
20
22
24
25
28

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Taman Nasional Baluran (TNB) merupakan salah satu taman nasional
tertua di Indonesia, pengembangan wisata berbasis kehidupan liar dan memiliki
savana yang menjadi objek daya tarik wisata utama. TNB ditetapkan menjadi
taman nasional pada tahun 1980 oleh Menteri Kehutanan (Dephut 2011).
Pengembangan wisata alam di TNB khususnya Resort Bama berbasis satwa liar
dengan 26 jenis mamalia dan 155 jenis burung (Dephut 2011). TNB merupakan
perwakilan ekosistem hutan kering di Pulau Jawa dengan sekitar 40 persen tipe
vegetasi savana mendominasi kawasan (Dephut 2011). Savana Baluran memiliki
tipe yang sama dengan savana di Afrika, yaitu tipe savana tropika yang
hijauannya melimpah di musim penghujan dan berkurang di musim kemarau
(Sabarno 2001). Wisata alam di TNB memiliki keunikan dengan lansekap dan
ekosistem yang tidak selalu dapat ditemukan di daerah atau di negara lain, maka
perlu adanya pengelolaan pemanfaatan dengan sebaik-baiknya dengan konsep
standarisasi. Pengelolaan wisata alam dengan konsep standarisasi di TNB
bertujuan agar sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal dan
berkelanjutan, dalam arti kesejahteraan rakyat dapat meningkat tanpa
menimbulkan kerusakan lingkungan yang merugikan kepentingan generasi yang
akan datang.
Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah membuat Standar Nasional
Indonesia (SNI) untuk pengelolaan wisata alam dengan prinsip, kriteria dan
indikator pengelolaan wisata alam sebagai panduan pengelolaan wisata alam di
kawasan hutan yang menyelenggarakan kegiatan wisata alam. Pengelolaan wisata
alam dikatakan baik apabila telah memenuhi prinsip, kriteria dan indikator
pengelolaan wisata alam (BSN 2014). Pengelolaan wisata alam yang baik dapat
meningkatkan kepuasan pengunjung, meningkatkan kemampuan SDM pengelola,
meningkatkan kemampuan masyarakat yang terlibat, baik secara langsung
maupun tidak langsung dan menjaga kelestarian ekologi. Pengelolaan wisata alam
di kawasan hutan yang ingin diakui, dapat mengajukan kepada BSN untuk
mendapatkan pengakuan. Wisata alam di kawasan hutan salah satunya terdapat di
taman nasional. Wisata di TNB dikelola oleh balai TNB.
Konsep standarisasi wisata alam merupakan alat untuk mengembangkan
suatu kawasan menjadi tujuan wisata yang tetap memperhatikan konservasi
lingkungan dengan menggunakan potensi sumberdaya serta budaya masyarakat
lokal. Konsep ini memiliki indikator yang sesuai dengan asas kelestarian ekologi
dan ekonomi.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu melakukan evaluasi pengelolaan wisata alam
di TNB dengan menggunakan SNI wisata alam.

2

Manfaat Penelitian
Penelitian ini :penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi pengelola Taman Nasional Baluran sebagai gambaran mengenai
pengelolaan wisata alam dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
2. Bagi Badan Standar Nasional (BSN) sebagai gambaran penerapan SNI
mengenai pengelolaan wisata alam.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Febuari-Maret 2014 di Taman Nasional
Baluran, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur (Gambar 1).
Wawancara pengelola, pengunjung, masyarakat, observasi bertempat di Taman
Nasional Baluran (TNB), khusunya wilayah zona pemanfaatan intensif Seksi
Pengelolaan Taman Nasional 1 Bekol terdiri dari Resort Bama Blok Savana Bekol
dan desa penyangga Taman Nasional.

Gambar 1 Peta Kawasan Taman Nasional Baluran

3

Alat, Subyek dan Objek
Subyek dalam penelitian ini adalah pengelola TNB, pengunjung,
masyarakat Desa Sumberayar, Desa Sumberwaru dan Kepala Pemerintahan Desa
sedangkan objek dalam penelitian ini yakni lokasi Wisata di TNB khusunya
kawasan Resort Bama. Alat yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1 Alat yang digunakan pada kegiatan penelitian
No
Nama
Kegunaan
Panduan penentuan lokasi selama kegiatan
1 Peta TNB
pengamatan dan wawancara
2 Alat tulis
Mencatat hasil pengamatan
3 Panduan wawancara
Panduan dalam kegiatan wawancara
4 Kamera digital
Dokumentasi kegiatan
Penulisan hasil potensi satwa liar dan potensi
5 Tally Sheet
wisata
Jenis Data dan Metode Pengambilan Data
Jenis dan metode pengambilan data dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 2. Jenis data yang diambil merupakan prinsip,kriteria dan indikator pada
SNI pengelolaan wisata alam.
Tabel 2 Jenis dan metode pengumpulan data
Sumber
Metode
Jenis Data
Elemen
Data
Kelestarian
a. Terpeliharanya Lansekap
Pengelolaan Studi
Fungsi
Alami
TNB
pustaka,
Ekosistem
observasi dan
b. Terpeliharanya
spesies
Wawancara
langka/endemik/dilindungi
Kelestarian
a. Objek daya tarik wisata alam Pengelolaan Wawancara,
Objek Daya
utama tetap ada
TNB
observasi dan
Tarik Wisata
b. Sumberdaya atau lingkungan
studi pustaka
lain sebagai pendukung
Alam (ODTWA)
c. Vandalism tidak ada
Kelestarian
a. Modal social
Masyarakat Wawancara
sosial
dan b. Sosial budaya
sekitar TNB
budaya
c. Keterbukaan akses
Kepuasan,
a. Pelayanan prima
keselamatan dan b. Interpretasi
kenyamanan
c. Keselamatan pengunjung dan
pengunjung
sumberdaya wisata
Manfaat
a. manfaat ekonomi masyarakat
b. manfaat ekonomi pengusaha
ekonomi
c. manfaat ekonomi pemerintah

Pengelola
dan
pengunjung

Wawancara
dan observasi

Pengelola,
masyarakat,
dan
pemerintah
daerah

Wawancara

4

Penelusuran dokumen/studi pustaka
Penelusuran dokumen/studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data
Pengelolaan Taman Nasional (RPTN), fungsi dan tujuan Taman Nasional, peran
stakeholder, kebijakan pengelolaan dan desain tapak. Sumber data didapatkan dari
laporan tahunan, internet dan tulisan ilmiah terkait dengan penelitian.
Wawancara
Wawancara yang diterapkan adalah wawancara terstruktur (menggunakan
panduan wawancara) serta wawancara tidak terstruktur (in depth-interview).
Adapun pemilihan responden adalah sebagai berikut:
Pihak Balai TNB
Wawancara terhadap pihak Balai TNB dimaksudkan untuk mengetahui
sistem pengelolaan wisata alam di Baluran khususnya Resort Bama blok Bekol
yang menjadi pusat wisata. Responden dari pihak Balai TNB adalah Kepala TNB,
Kepala Seksi Wilayah I Bekol, Kepala Resort Bama dan para staf lain yang
terlibat atau cukup mengerti tentang wisata alam di Resort Bama blok Bekol.
Pengambilan responden berdasarkan Key Informan atau informan kunci yang
mengelola wisata di TNB.
Pengunjung
Wawancara pengunjung menggunakan metode accidental sampling dengan
total pengunjung yang diwawancarai sebanyak 40 orang. Pengumpulan data
pengunjung dilakukan dengan wawancara terstruktur dengan tujuan untuk
meminimalkan kesalahpahaman pengunjung dalam menangkap pertanyaanpertanyaan yang diajukan. Menurut walpole (1982) pengambilan jumlah sample
secara statistik minimal sebanyak 30 orang yang data tersebut mendekati sebaran
normal.
Masyarakat lokal
Responden dari masyarakat lokal dilakukan dengan cara wawancara secara
mendalam kepada masyarakat yang terlibat dalam wisata alam di Resort Bama
(pengurus, pencari nafkah), masyarakat yang beraktivitas di sekitar kawasan TNB
serta masyarakat Desa Wonorejo. Total penduduk lokal diperoleh sebanyak 40
orang.
Observasi
Bentuk observasi yang dilakukan pada penelitian yaitu kegiatan verifikasi
data yang telah di peroleh dari wawancara dan penelusuran dokumen. Observasi
dilakukan untuk membuktikan data hasil wawancara dan penelusuran dokumen
agar data/informasi yang dihasilkan objektif.
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu
dengan memberikan ulasan atau interpretasi terhadap data yang diperloleh
sehingga menjadi jelas dan bermakna (Silalahi 2012). Analisis pengelolaan
wisata alam ditinjau dari berbagai aspek seperti, fungsi tujuan TNB, desain tapak,

5

stakeholder, realitas pengelolaan dan prinsip pengelolaan wisata SNI. Realitas
pelaksanaan pengembangan wisata alam TNB selanjutnya akan dibandingkan
dengan kriteria dan kerangka pengembangan indikator pengelolaan wisata alam
SNI yaitu:
1. Kelestarian ekosistem
- Terpeliharanya lansekap alami
- Terpeliharanya Keberadaan spesies endemik/ langka/ dilindungi
2. Terpeliharanya Objek daya tarik wisata (ODTWA) utama tetap ada
- Terpeliharanya Sumberdaya lain/ lingkungan yang mendukung untuk
kegiatan wisata
- Vandalisme tidak ada
3. Kelestarian social budaya
- Modal sosial
- Terpeliharanya Kelestarian Sosial budaya
- Keterbukaan akses (Akses jalan dan akses informasi)
4. Kepuasan, keselamatan dan kenyamanan pengunjung
- Terlaksananya Pelayanan prima
- Terlaksanakannya Interpretasi sumberdaya alam yang digunakan sebagai
daya tarik Wisata alam
- Terjaminnya keselamatan pengunjung dan sumberdaya/ objek
5. Manfaat Ekonomi
- Manfaat bagi masyarakat
- Manfaat bagi pengusaha
- Manfaat bagi pemerintah
Skala likert menggunakan beberapa butir pertanyaan untuk mengukur
persepsi individu dengan merespon 5 titik pilihan pada setiap butir pertanyaan,
sangat setuju, setuju, tidak memutuskan, tidak setuju dan sangat tidak setuju
(Likert 1932). Analisis skala likert telah dimodifikasi menggunakan 5 titik.
Teknik ini digunakan untuk mengukur persepsi pengelola yang dilakukan.
Skoring 1 sampai 5 yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan
pertanyaan yang telah dibuat dan pembatasan jawaban. Adapun kriteria skoring
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Tidak sesuai/ sangat buruk
2 Kurang sesuai/ buruk
3 Cukup sesuai/ cukup baik
4 Sesuai/ baik
5 Sangat sesuai/ sangat baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsep standarisasi penting karena dapat menguntungkan bagi pelanggan,
pengusaha, pemerintah, lingkungan dan komunitas lokal (Bien 2003). Standar
pengelolaan wisata alam ini ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN).
Konsep standarisasi pengelolaan wisata alam didasari prinsip, kriteria dan
indikator pengelolaan pariwisata alam sebagai panduan pengelolaan pariwisata

6

alam di kawasan hutan atau kawasan lainnya (daratan dan perairan) untuk para
pihak yang menyelenggarakan kegiatan pariwisata alam. Konsep SNI wisata alam
apabila diterapkan di TNB akan menghasilkan pencapaian pengelolaan diuraikan
sebagai berikut:
SNI No 1 Pengelolaan Wisata Alam Mengenai Kelestarian Fungsi Ekosistem
Taman Nasional Baluran memiliki keterwakilan ekosistem hutan musim,
savana, hutan pantai hingga mangrove (Balai Taman Nasional Baluran 2002).
Lokasi penelitian di Resort Bama terdapat ekosistem dominan yaitu savana dan
hutan pantai. Kelestarian fungsi ekosistem sangat penting mengingat
memudahkannya mengevaluasi dan mengimplementasi kebijakan ekologi. Posisi
manusia dalam ekosistem memiliki peran yang sangat penting, bertolak dari hal
tersebut maka pengelola harus paham akan prinsip kelestarian fungsi ekosistem.
Kelestarian fungsi ekosistem dalam SNI dapat dilihat dari keadaan lansekap alami
dan keberadaan spesies endemik/langka/dilindungi. Hasil dari penilaian
pengelolaan menggunakan skala likert tentang kelestarian fungsi ekositem,
pengelolaan terebut memiliki nilai 4 yang tergolong dalam katagori baik.
SNI No 1.1 Terpeliharanya lansekap alami
Penataan fungsi ruang dan pengamanan terhadap lansekap alami sesuai
dengan SNI. Hal ini terlihat dari adanya sistem zonasi dan pembuatan desain
tapak. Desain tapak di TNB sesuai dengan UU 5 tahun 1990 yang menjelaskan
bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan
rekreasi. Hasil dari perhitungan dengan menggunakan skala likert pengelolaan
TNB mengenai lansekap alami memiliki nilai 4 yang tergolong baik dengan
indikator (Tabel 3).
Pengelolaan distribusi pengunjung hanya ada satu jalur resmi dari pintu
kantor Balai Batangan menuju objek wisata savana dan Pantai Bama. Terdapat
papan interpretasi yang minim dengan kondisi kurang baik selain itu terdapat juga
penyediaan sistem informasi yang berupa lisan di visitor center dan liflet yang
berisikan informasi persuasive untuk mendukung pemeliharaan lansekap alami
(Gambar 2).

a)

b)

Gambar 2 a) Lansekap savana Bekol, b) Lansekap pantai Bama

7

Tabel 3 Indikator SNI lansekap alami
No

Indikator Lansekap Alami

Realitas

1

Penataan fungsi ruang dan
pengamanannya
memperhatikan potensi
sumberdaya dan kaidahkaidah yang berlaku
termasuk norma dan estetika

Penataan fungsi ruang dan pengamanan
terhadap lansekap alami sesuai. Hal ini
terlihat dari adanya sistem zonasi dan
pembuatan desain tapak yang
memperhatikan potensi sumberdaya dan
kaidah yang berlaku termasuk norma dan
estetika

2

Pengelolaan produk wisata
alam yang didasarkan atas
informasi daya dukung
potensi sumberdaya dan
monitoring-evaluasi kegiatan
pengelolaan untuk perbaikan
yang kontinyu

Pengelolaan produk wisata alam belum
didasarkan atas informasi daya dukung
potensi sumberdaya karena belum adanya
penelitian mengenai daya dukung.

3

Pengelolaan distribusi
pengunjung dan penyediaan
sistem informasi yang
mendukung pemeliharaan
lansekap alami

Pengelolaan distribusi pengunjung sudah
dilakukan dan penyediaan sistem informasi
yang mendukung pemeliharaan lansekap
alami baik berupa lisan maupun tulsian

4

Penyediaan dan pengelolaan
sarana prasarana yang
mendukung pemeliharaan
lansekap alami

Dalam mendukung pemeliharaan lansekap
alami penyediaan dan pengelolaan sarana
prasarana dilakukan dengan teknologi yang
ramah lingkungan. Bangunan kantor,
kamar mandi dan failitas lainnya masih
dalam minimum area yang digunakan
dalam zona pemanfaatan.

5

Penataan kelembagaan yang
mendukung efektifitas
pemeliharaan lansekap alami

Penataan kelembagaan telah dilakukan
untuk mendukung efektifitas pemeliharaan
lansekap alami dengan adanya kegiatan
survei potensi lokasi wisata alam

6

Pengelolaan dampak negatif
dan bahaya kegiatan
pengelolaan terhadap
pemeliharaan lansekap alami

Terdapat dampak negatif dari pengelolaan
lansekap alami yaitu penyebaran alien
spesies (acacia neliotica) yang saat ini
sedang dilakukan pemberantasan

Pemeliharaan lansekap alami dilakukan dengan menyediakan dan mengelola
sarana prasarana dengan teknologi yang ramah lingkungan. Contoh pengunaan
teknologi yang ramah lingkungan seperti listrik dengan menggunakan genset,
bangunan kantor, kamar mandi masih dalam minimum area yang digunakan
dalam zona pemanfaatan.

8

Berdasarkan penataan kelembaagan sumberdaya manusia dan keuangan
dikelola oleh sub bagian Tata Usaha bagian Konservasi, Humas, Pemanduan dan
Pelayanan dengan tugas dan fungsi sebagai berikut;
1. Melaksanakan tugas pengelolaan sumberdaya alam hayati, identifikasi
dan inventarisasi sumberdaya alam hayati, pembinaan habitat dan
populasi daya alam hayati, monitoring dan evaluasi.
2. Melakukan survey tempat-tempat yang berpotensi untuk dijadikan
wisata.
3. Menghimpun bahan/dokumen yang terkait dengan telaah kegiatan
konservasi, humas, pemanduan dan pelayanan.
4. Mengolah, mengkaji, menyusun konsep surat hasil telaah kegiatan
konservasi, humas, pemanduan dan pelayanan.
5. Melaksanakan administrasi dan pelayanan, pengurusan serta
penanganan permasalahan internal dan eksternal terkait dengan
pengelolaan, perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan secara
lestari KSDH-E dan kawasan.
6. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan, baik lisan
maupun tertulis.
SNI No 1.2 Terpeliharanya spesies (flora/fauna) langka/endemik/dilindungi
Keberadaaan spesies endemik/langka/dilindungi merupakan salah satu dari
kerangka pengembangan kelestarian fungsi ekosistem. Spesies endemik yaitu
semua jenis sumber daya alam nabati (flora) dan hewani (fauna) yang hidup di
darat, dan atau di air, dan atau di udara yang merupakan jenis asli atau bukan jenis
asli tetapi sudah lama berada pada habitat aslinya dalam suatu wilayah tertentu
(UU No. 5/1990). Spesies langka yang dimaksud adalah semua jenis sumber daya
alam nabati (flora) dan hewani (fauna) yang hidup di darat, dan atau di air, dan
atau di udara yang keberadaannya sudah sulit dijumpai (langka) di habitat aslinya
atau habitat buatannya (UU No. 5/1990). Sedangkan spesies yang dilindungi yaitu
semua jenis sumber daya alam nabati (flora) dan hewani (fauna) yang hidup di
darat, dan atau di air, dan atau di udara yang dilarang untuk dipelihara, diperjual
belikan, dan dipertukarkan dalam rangka mempertahankan populasi dan
habitatnya (UU No. 5/1990).
Status perlindungan hukum keberadan spesies dapat di lihat dari daftar PP
no.77 tahun 1999 dan Convention on International Trade in Endangered Species
of Wild Fauna and Flora (CITES) dan status untuk langka dilihat dari
International Union of Conservation Nature and Natural Resouces (IUCN).
Hasil dari perhitungan dengan menggunakan skala likert pengelolaan TNB
mengenai terpeliharanya spesies langka/endemik/ dilindungi memiliki nilai 4
yang tergolong baik dengan indikator (Tabel 4).Taman Nasional Baluran memiliki
spesies flora (Tabel 5) dan spesies fauna (Tabel 6) yang telah di temukan selama
penelitian. Spesies tersebut memiliki status yang keberadaan dilindungi/tidak dan
langka/tidak. Pengelolaan terhadap keberadaan jenis spesies endemik/langka/
dilindungi yang dibuat sudah memperhatikan keberadaan jenis spesies
endemik/langka/dilindungi di TNB. Penataan desain tapak dibuat menghindari
gangguan yang besar terhadap keberadaan spesies tersebut tanpa menghilangkan
kaidah norma dan estetika.

9

No

1

2

3

4

5

6

Tabel 4 Indikator SNI terpeliharanya spesies
Terpeliharanya Keberadaan
Realitas
spesies endemik/ langka/
dilindungi
Penataan fungsi ruang dan
Penataan yang dibuat sudah
pengamanannya memperhatikan memperhatikan keberadaan jenis
keberadaan jenis-jenis
spesies endemik/langka/ dilindungi di
endemik/langka/dilindungi
TNB. Penataan desain tapak dibuat
menghindari gangguan yang besar
terhadap keberadaan spesies tersebut
tanpa menghilangkan kaidah norma
dan estetika.
Pengelolaan produk wisata alam Pengelolaan produk wisata alam
yang didasarkan pada daya
belum didasarkan pada daya dukung
dukung potensi sumberdaya
potensi sumberdaya karena belum
adanya penelitian untuk daya dukung
produk wisata.
Pengelolaan distribusi
Telah dilakukan pengelolaan ditribusi
pengunjung dan penyediaan
dan sitem informasi dilakukan oleh
sistem informasi yang
pihak balai TNB dengan cara lisan
mendukung pemeliharaan jenis- maupun tulisan mengenai
jenis endemik/langka/dilindungi endemik/langka/dilindungi .
Penyediaan dan pengelolaan
Penyedian sarana dan prasarana telah
sarana prasarana yang
dilakukan untuk memelihara terlihat
mendukung pemeliharaan jenis- dari berbagai jenis-jenis
jenis endemik/langka/dilindungi endemik/langka/dilindungi macam
sarana.
Penataan kelembagaan yang
Penataan kelembagaan sudah
mendukung efektifitas
menunjang pemeliharaan dengan
pemeliharaan jenis-jenis
adanya kegiatan berupa inventariasi
endemik/langka/dilindungi
jenis-jenis endemik/langka/dilindungi
dan pengelolaan habitat
Pengelolaan dampak negatif dan Belum terlihat adanya dampak negatif
bahaya kegiatan pengelolaan
dari pengelolaan terhadap
terhadap pemeliharaan jenis
pemeliharaan jenis-jenis
endemik/langka/dilindungi.
endemik/langka/dilindungi.
Tabel 5 Flora yang ditemukan kawasan TNB

No
1
2
3
4
5
6
7

Nama
local
Widoro
bekol
Asam
Gadung
Pilang
Gebang
Kesambi
Kapidada

IUCN Redlist

CITES

PP no 7

Zizyphus rotundifolia

-

-

-

Tamarindus indica
Dioscorea hispida
Acacia leucophloea
Corypha utan
Scheichera oleosa
Sonneratia caseolaris

Least Concern
Least Concern

-

-

Nama jenis

10

No
1
2
3

Nama lokal
Banteng
Kerbau liar
Macan tutul

4
5

Ajag
Kera ekor
panjang

6

Lutung jawa

7

Merak

8
9

Ayam hutan
Kangkareng

10

Rangkong

11

Raja Udang

Tabel 6 Fauna khas kawasan TNB
Nama jenis
IUCN Redlist
Bos javanicus
Endangered
Bubalus bubalis
Panthera
Near Threatened
pardus
Cuon alpines
Endangered
Macaca
Least Concern
fascicularis
Trachypitheus
auratus
Pavo muticus
Gallus spp
Anthracoceros
convexus
Buceros
rhinoceros
Halcyon
cyanoventris

Endangered
Near Threatened
Least Concern

CITES PP No 7
Dilindungi
APX I Dilindungi
APX
II
APX
II
-

Dilindungi
-

APX
II
APX
II
APX
II
-

Dilindungi

-

-

Pada tabel 6 keseluruhan spesies tumbuhan khas TNB yang ditemui tidak
terdapat jenis yang dilindungi baik secara PP maupun CITES dan tingkat
kelangkaannya pun belum ada di daftar IUCN Redlist. Pada tabel 7 ada beberapa
spesies yang dilindungi secara PP maupun CITES yang memiliki status
APPENDIX II yang berarti harus terdapatnya tujuan tertentu untuk di
perdagangkan (Gambar 3). Selain itu terdapat berbagai macam status kelangkaan
khususnya jalak abu dan macan tutul.
a
)

b
)

Gambar 3 a) Bos Javanicus, b) Pavo muticus
Penataan fungsi ruang dan pengamanan kelestarian ekosistem sudah
memperhatikan keberadaan jenis spesies enedemik/langka/dilindungi dengan
kaidah yang berlaku termasuk norma dan estetika. Hal tersebut dapat dilihat dari
desain tapak Bama (Gambar 4) dan Bekol (Gambar 5) yang dikelola dengan
penataan untuk pengamanan kelestarian ekosistem.

11

Gambar 4 Desain tapak Bama

Gambar 5 Desain tapak Bekol

12

Pengelolaan distribusi pengunjung hanya ada satu jalur resmi dari pintu
kantor balai Batangan menuju objek wisata savana dan pantai Bama. Sistem
informasi yang mendukung pemeliharaan jenis spesies endemik/langka/dilindungi
terdiri dari papan interpretasi, website, sosial media (facebook, twitter), dan
leaflet. Kondisi papan interpretasi yang ada di TNB kurang baik dan jumlahnya
sedikit. Sistem informasi berupa sosial media dan leaflet sudah baik dan
informasinya sudah persuasive untuk mendukung pemeliharaan spesies
endemik/langka/dilindungi.
Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana yang mendukung
pemeliharaan jenis-jenis endemik/langka/dilindungi sudah sesuai dengan standar
SNI. Sarana prasarana yang mendukung pemeliharaan spesies tersebut terdiri dari
kubangan tempat minum satwa, tempat pengasinan (salt klit), bak penampungan
minum satwa, menara peninjau permanen (bekol, savana, bama), monoculair
night/bushnell, binoculair night/ bushnell. Kondisi sarana prasaran masih dapat di
gunakan dengan baik.
SNI No 2 Kelestarian Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA)
Taman Nasional Baluran memiliki kedua jenis ODTWA tetapi pada Resort
Bama lebih diutamakan berwujud keadaan alam, flora dan fauna. Berdasarkan
hasil wawancara, TNB memiliki 2 ODTWA utama yang berlokasi di Resort Bama
yaitu padang savana Bekol dan pantai Bama. Daya tarik yang ada di suatu tempat
wisata perlu diperhatikan karena daya tarik wisata tersebut dapat menarik
pengunjung untuk mengujungi tempat wisata tersebut. Pernyataan tersebut
didukung oleh Suwantoro (1997) yang menyatakan bahwa daya tarik wisata
merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah
tujuan wisata. ODTWA juga merupakan salah satu prinsip dalam SNI yang
memiliki 3 indikator yaitu ODTWA utama tetap ada, Sumberdaya lain/lingkungan
yang mendukung, pencencegahan dan penangan vandalime. Hasil dari penilaian
kelestarian ODTWA memiliki nilai 4 yang tergolong baik.
SNI No. 2.1 Terpeliharanya ODTW utama
Hasil penilaian dari ODTW utama dalam skala likert yaitu 3 termasuk
dalam katagori cukup baik dengan indikator (Tabel 7). Objek daya tarik wisata
utama di TNB masih tetap ada yaitu kehidupan satwa liar di savana dengan
pemandangan Gunung Baluran dan Pantai Bama yang terdapat di SPTN 1 Resort
Bama.
Objek daya tarik wisata utama di TNB masih tetap ada yaitu kehidupan
satwa liar di savana dengan pemandangan Gunung Baluran dan Pantai Bama yang
terdapat di SPTN 1 Resort Bama. Penataan fungsi ruang dan pengamananya telah
mempertimbangkan prosedur, sumberdaya manusia dan sarana prasarana (Tabel
8).
Pengelolaan produk wisata alam di TNB belum ada penyusunan program/
paket wisata dan pemasaran. Dalam pengelolaan produk (penyusunan program/
paket wisata dan pemasaran) hanya mengandalkan agen travel. Peran interpretasi
dilakukan pada jalur distribusi resmi dengan keamanan, keselamatan pengunjung
dan sistem informasi tetap memperhatikan kelestarian ODTWA. Peran
transportasi dan akomodasi yang mengunggulkan dan kelestarian ODTWA utama

13

sudah pernah ada hanya saja pada tahun 2010 telah vakum. Penataan kelembagaan
(SDM dan keuangan) yang telah mampu mengidentifikasi dan berorientasi pada
kelestarian ODTW utama.

No
1

2

3

4

5

6

Tabel 7 Indikator SNI terpeliharanya ODTW utama
Terpeliharanya Objek daya
Realitas
tarik wisata (ODTW) utama
Penataan fungsi ruang dan
Penataan fungsi ruang dan
pengamanannya
pengamanannya telah memperhatikan
memperhatikan ODTW
ODTW utama seperti kawasan savana
utama pada kawasan
dengan objek daya tarik wisata utamanya
tersebut
atraksi satwa liar
Pengelolaan produk wisata
Pengelolaan produk wisata alam di TNB
alam mengutamakan
belum ada penyusunan program/ paket
keunggulan ODTW utama
wisata dan pemasaran. Dalam
pengelolaan produk (penyusunan
program/ paket wisata dan pemasaran)
hanya mengandalkan agen travel.
Perencanaan pengelolaan
Perencanaan pengelolaan telah
memperhatikan kelestarian
memperhatikan kelestarian ODTW
ODTW
Perencanaan transportasi
Perencanaan transportasi dan akomodasi
dan akomodasi
belum ada
mengunggulkan kelestarian
ODTW utama
Penataan kelembagaan
Penataan kelembagaan (SDM dan
berorientasi pada kelestarian keuangan) mampu berorientasi pada
ODTW utama
kelestarian ODTW utama
Pengelolaan dampak negatif Belum adanya dampak negatif dan
dan bahaya akibat kegiatan
bahaya akibat kegiatanpengelolaan
pengelolaan terhadap
ODTW
kelestarian ODTW utama

Tapak
Bama

Bekol

Tabel 8 Pertimbangan tapak
Dasar Pertimbangan
1. Daya Tarik tinggi Pantai pasir putih,
terumbu karang, ikan hias, mangrove,
bird watching
2. Pengunjung ramai
3. Sapras/fasilitas lengkap
4. Akses jalan aspal, angkutan umum tidak ada
1. Daya tarik tinggi: satwa liar (Banteng, rusa,
kerbau lia, lutung, merak, kijang, ajag dan
berbagai jenis burung)
2. Pengunjung ramai
3. Sapras/ fasilitas lengkap
4. Akses jalan aspal, angkutan umum tidak ada

Arahan Ruang
ruang
publik dan
usaha jasa

ruang
publik dan
usaha jasa

14

SNI No. 2.2 Pengembangan sumberdaya lain/lingkungan yang mendukung
Jenis sumberdaya lain yang mendukung untuk kegiatan wisata selain
kawasan hutan taman nasional yaitu kawasan pedesaan atau desa penyangga.
Kawasan desa penyangga TNB terdiri atas 5 desa penyangga yaitu Sumberwaru,
Sumberanyar, Wonorejo (Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo) juga
Bajulmati dan Watukebo (Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi).
Desa-desa tersebut membentuk pola melingkar mengelilingi kawasan TNB. Luas
keseluruhan daerah penyangga Taman Nasional Baluran adalah 21.296,89 ha
(desain tapak TNB). Secara geografis hanya dua desa yang berbatasan langsung
dengan kawasan hutan Baluran yaitu, Desa Sumberwaru dan Desa Wonorejo.
Masyarakat kedua desa tersebut yang sering berinteraksi dengan hutan Baluran
sehingga mempunyai posisi yang penting terhadap keberadaan kawasan
pelestarian TNB yakni sebagai daerah perbatasan dan sekaligus sebagai pintu
gerbang untuk memasuki kawasan yang melewati darat. Hasil dari kriteria
sumberdaya lain/lingkungan yang mendukung ODTW utama memiliki nilai 4
yang tergolong katagori baik dengan indikator (Tabel 9).
Tabel 9 Indikator SNI terpeliharanya ODTW utama
No

1

2

Terpeliharanya Sumberdaya lain/
lingkungan yang mendukung untuk
kegiatan wisata
Penataan fungsi ruang dan pengamanan
lingkungan untuk mendukung
kelestarian ODTW utama
Pengelolaan produk wisata alam
(penyusunan program/ paket wisata dan
pemasaran) sumberdaya lain/
lingkungan diberi kelonggaran dalam
pengembangannya

3

Perencanaan pada sumberdaya lain/
lingkungan lebih bebas dikembangkan
sebagai objek wisata

4

Perencanaan transportasi dan
akomodasi dilakukan dengan
memperhatikan keberadaan sumberdaya
lain dan lingkungannya.
Penataan kelembagaan (SDM dan
keuangan) yang mampu
mengidentifikasi kelestarian
sumberdaya lain/ lingkungan
Pengelolaan dampak dan bahaya akibat
kegiatan pengelolaan terhadap
kelestarian sumberdaya lain/
lingkungan

5

6

Realitas

Penataan fungsi ruang dan pengamanan
lingkungan ditujukan untuk mendukung
kelestarian ODTW utama
Pengelolaan produk wisata alam
(penyusunan program/ paket wisata dan
pemasaran) sumberdaya lain/
lingkungan telah diberi kelonggaran
dalam pengembangannya dan
monitoring-evaluasi kegiatan
pengelolaan dilakukan untuk perbaikan
yang kontinyu.
Perencanaan (interpretasi, distribusi,
keamanan, keselamatan pengunjung
dan sistem informasi) pada sumberdaya
lain/ lingkungan lebih bebas
dikembangkan sebagai objek wisata dan
tidak mengganggu ODTW utama
Perencanaan transportasi dan
akomodasi telah dilakukan dengan
memperhatikan keberadaan sumberdaya
lain dan lingkungannya.
Penataan kelembagaan (SDM dan
keuangan) mampu mengidentifikasi
kelestarian sumberdaya lain/
lingkungan
Belum terlihat adanya dampak dan
bahaya akibat kegiatan pengelolaan
terhadap kelestarian sumberdaya lain/
lingkungan

15

Penataan fungsi ruang terhadap kawasan desa penyangga di TNB telah
sesuai dengan salah satu indikator pengembangan SNI, hal ini telihat dari
banyaknya alternatif wisata selain ODTWA utama yang tingkat pengamanannya
tidak lebih ketat OTDWA utama. Alternatif wisata terdekat dengan kawasan yaitu
camping ground dan goa jepang yang berlokasi di depan pintu utama TNB.
Adanya alternatif wisata dimaksudkan untuk mendukung kelestarian ODTWA
utama.
Pengelolaan produk wisata alternatif telah dikelola dengan kelonggaran
dalam pengembangannya tetapi belum ada penyusunan program dan pemasaran.
Pean mengenai interpretasi telah ada hanya saja pola distribusi dan keamanan
belum terlihat dalam pean pengembangan wisata alternatif. Pean dari akomodasi
dan transportasi belum dirancang untuk meningkatkan lingkungan terlihat dari
pean yang fokus hanya terhadap kawasan hutan. Pengelolaan agar ODTWA utama
tetap ada selain dari adaya sumberdaya pendukung ada juga pengelolaan
pencegahaan vandalisme.
SNI No 2.3 Pencegahan dan penanganan vandalisme
Bentuk vandalisme yang ditemui di TNB yaitu mencorat-coret dinding,
papan interpretasi, merusak fasilitas milik umum seperti menara pandang, WC
umum dan bangku taman. Vandalisme dapat di minimalisir dengan adanya sistem
pencegahan yang baik dari pengelola. Hasil dari kriteria pencegahan dan
penanganan vandalisme memiliki nilai 3 yang tergolong cukup baik dengan
indikator (Tabel 10).
Tabel 10 Indikator SNI pencegahan dan penanganan vandalisme
No
1

Vandalisme
Penataan fungsi ruang dan
pengamanan untuk mencegah
terjadinya vandalisme terutama
pada ODTW utama

Realitas
Penataan fungsi ruang belum ada terlihat
lokasi untuk penanganan vandalisme dan
pengamanan hanya sebatas himbauan

2

Pengelolaan produk wisata alam
dikembangkan dengan
pertimbangan agar tidak terjadi
vandalisme

Pengelolaan produk wisata alam
(penyusunan program/ paket wisata dan
pemasaran) dikembangkan belum
mempertimbangan vandalisme

3

Perencanaan membuat skemaskema persuasif untuk mencegah
vandalisme

4

Perencanaan transportasi dan
akomodasi tidak membuka
peluang terjadinya vandalisme

Perencanaan (interpretasi, distribusi,
keamanan, keselamatan pengunjung dan
sistem informasi) telah dilakukan skemaskema persuasif untuk mencegah
vandalisme
Perencanaan transportasi dan akomodasi
belum diadakan sehingga membuka
peluang terjadinya vandalisme

5

Penataan kelembagaan (SDM dan
keuangan) yang mencegah dan
menanggulangi vandalisme
Pengelolaan dampak dan bahaya
akibat vandalisme

Penataan kelembagaan (SDM dan
keuangan) telah tanggap terhadap upaya
mencegah dan menanggulangi vandalisme
Pengelolaan dampak dan bahaya akibat
vandalisme

16

Penataan fungsi ruang belum ada terlihat lokasi untuk penanganan
vandalisme dan pengamanan hanya sebatas himbauan dengan papan pengumuman
untuk mencegah terjadinya vandalisme terutama pada ODTWA utama.
Pengelolaan produk wisata alam (penyusunan program/ paket wisata dan
pemasaran) dikembangkan dengan pertimbangan agar tidak terjadi vandalisme
dan monitoring-evaluasi kegiatan pengelolaan dilakukan untuk perbaikan yang
kontinyu belum dilakukan.
Pesan terdapat interpretasi himbauan persuasif untuk mencegah vandalisme,
distribusi pengunjung dan sistem informasi tidak efektif untuk mencegah
vandalism. Belum adanya pean transportasi dan akomodasi agar tidak membuka
peluang terjadinya vandalisme. Penataan kelembagaan (SDM dan keuangan) yang
kurang tanggap terhadap upaya mencegah dan menanggulangi vandalisme hal ini
terlihat dari masih adanya coretan pada fasilitas pendukung wisata. Pengelolaan
dampak belum dilakukan dan bahaya akibat vandalisme terjadinya kerusakan dan
mengganggu pemandangan serta kealamian kawasan.
SNI No 3 Kelestarian Sosial Budaya
Kelestarian sosial budaya dalam SNI terdapat 3 kriteria yaitu modal sosial,
sosial budaya dan keterbukaan akses. Modal sosial yaitu serangkaian nilai atau
norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok
yang memungkinkan terjalinnya kerjasama demi mencapai tujuan bersama di
alam berbagai kelompok dan organisasi (BSN 2014). Hasil pengelolaan yang di
lakukan pihak TNB mengenai prinsip kelestarian sosial budaya memiliki nilai 4
tergolong baik.
SNI No 3.1 Modal sosial
Masyarakat Desa Situbondo dan Pemerintah Kabupaten Situbondo memiliki
komitmen untuk membangun desa-desa penyangga di sekitar TN Baluran
khususnya Desa Wonorejo yang ditunjuk menjadi Program Desa Wisata
Kebangsaan. Program ini merupakan salah satu bentuk untuk melestarikan nilainilai budaya dan kerukunan di dalam masyarakat sekaligus mendorong
perkembangan perekonomian masyarakat. Program pembangunan Desa Wisata
Kebangsaan merupakan program yang mengutamakan modal sosial.
Modal sosial penting dalam penanggulangan kemiskinan karena untuk
mengurangi kemiskinan tidak hanya terkait dengan pemenuhan kebutuhan
ekonomi, tapi juga perluasan akses terhadap sumber-sumber daya kehidupan yang
ditentukan pula oleh ketersediaan jejaring kerja dan saling percaya di kalangan
masyarakat. Karakteristik masyarakat Desa Wonorejo kompleks karena memiliki
latar belakang berbagai macam agama. Agar terciptanya kerukunan, jejaring kerja
dan saling percaya maka di buat Desa Kebangsaan.
Nama Desa Kebangsaan diambil dengan berlandaskan nilai nilai
kebangsaan. Pengelolaan modal sosial dilakukan tidak hanya dilakukan oleh pihak
TNB tapi dilakukan juga dari pihak masyarakat sekitar. Bentuk dari pengelolaan
modal sosial di bandingkan dengan indikator (Tabel 11) memiliki nilai 4
tergolong dalam kategori baik.

17

Tabel 11 Indikator SNI modal sosial
No

Modal sosial

1

Penataan fungsi ruang dan
pengamanannya memperhatikan
pemberdayaan modal
sosial masyarakat setempat
Pengelolaan produk wisata alam
memperhatikan pemberdayaan modal
sosial masyarakat setempat

Penataan fungsi ruang dan
pengamanannya telah memperhatikan
pemberdayaan modal
sosial masyarakat setempat
Pengelolaan produk wisata alam belum
dilakukan

3

Pengelolaan distribusi pengunjung
memperhatikan pemberdayaan modal
sosial masyarakat setempat

4

Penyediaan dan pengelolaan sarana
prasarana memperhatikan
pemberdayaan modal sosial
masyarkat setempat
Penataan kelembagaan
memperhatikan pemberdayaan modal
sosial masyarakat setempat

Pengelolaan distribusi pengunjung dan
penyediaan sistem informasi telah
memperhatikan pemberdayaan modal
sosial masyarakat setempat
Penyediaan dan pengelolaan sarana
prasarana telah memperhatikan
pemberdayaan modal sosial masyarkat
setempat
Penataan kelembagaan telah
memperhatikan pemberdayaan modal
sosial masyarakat setempat

2

5

Realitas

SNI No 3.2 Sosial budaya
Resort Perengan merupaka salah satu resort yang penataan fungsi ruang dan
pengamanannya terintegrasi dengan sosial budaya masyarakat. Lokasi ini berada
di kawasan zona pemanfaatan lain yang berada di dekat pemukiman warga
nelayan (Gambar 7). Resort perengan terdapat situs yang dipercayai makam Sayid
Abdurrokhman yang sering mendapat kunjungan pada bulan-bulan tertentu.
Serangkaian nilai dan norma yang terdapat di masyarakat sekitar TNB yaitu
terdapatnya nilai-nilai budaya yang masih dipelihara seperti tradisi ‘Selamatan’
dan ‘Petik Laut’ yang diadakan sekali dalam setahun sebagai bentuk rasa syukur
atas rejeki yang diperoleh itu harus dinikmati bersama-sama (Gambar 6). Bentuk
dari pengelolaan sosial budaya di bandingkan dengan indikator SNI memiliki nilai
4 tergolong dalam kategori baik dengan indikator (Tabel 12).

Gambar 6 Upacara petik laut

18

Gambar 7 Desain tapak candibang

No
1

2

3

4

5

Tabel 12 Indikator SNI modal sosial
Terpeliharanya Kelestarian Sosial
Realitas
budaya
Penataan fungsi ruang dan
Penataan fungsi ruang dan
pengamanannya memperhatikan
pengamanannya telah
sosial budaya masyarakat
memperhatikan sosial budaya
masyarakat
Pengelolaan produk wisata perlu
Pengelolaan produk wisata telah
dikomunikasikan kepada
dikomunikasikan kepada masyarakat
masyarakat
yang dalam pelaksanaannya tidak
melanggar norma/ adat dan
mempertimbangkan kondisi sosial
dan budaya masyarakat
Pengelolaan distribusi pengunjung Pengelolaan distribusi pengunjung
dan penyediaan sistem informasi
dan penyediaan sistem informasi
mempertimbangkan kondisi sosial telah
dan budaya masyarakat
mempertimbangkan kondisi sosial
dan budaya masyarakat
Penyediaan dan pengelolaan
Penyediaan dan pengelolaan sarana
sarana prasarana yang melibatkan prasarana telah mempertimbangkan
mempertimbangkan kondisi sosial kondisi sosial dan budaya
dan budaya
masyarakat dan tidak melanggar
norma/ adat
Penataan kelembagaan perlu
Penataan kelembagaan telah
mempertimbangkan kondisi sosial mempertimbangkan kondisi sosial
dan budaya masyarakat
dan budaya masyarakat dan tidak
melanggar norma/ adat

19

Dalam pengelolaan produk wisata telah dikomunikasikan kepada
masyarakat yang dalam pelaksanaannya tidak melanggar norma/ adat dan
mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya masyarakat. Bentuk komunikasi
melalui FGD dilakukan dengan target peserta adalah staf tenaga fungsional dan
pejabat struktural di TN Baluran. Tujuan dari FGD adalah untuk menjaring
informasi, keinginan, dan harapan dari pengelola kawasan terhadap
pengembangan wisata alam di 7 lokasi di TN Baluran.
Pengelolaan distribusi pengunjung melibatkan masyarakat dengan adanya
“paguyuban ojek” di sekitar kawasan yang mengatar menuju objek wisata budaya.
Selain itu dalam penyediaan sistem informasi melibatkan partisipasi aktif
masyarakat yang menjadi pemandu bila di butuhkan sehingga terberdayakan
modal sosial. Penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana pengelola
mempertimbangan kondisi sosial dan budaya telah dilakukan terlihat dari sarana
dan prasarana yang mendukung situs makam tersebut. Contoh dari sarana dan
prasarana yang mendukung budaya yaitu adanya bentuk papan interpretasi yang
menjelaskan situs makam tersebut.
Penataan kelembagaan telah mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya
masyarakat dan tidak melanggar norma/ adat hal ini dilihat dari bentuk partisipasi
dari tokoh desa (kuncen) dalam pemberitahuan mengenai kearifan dan peraturan
sosial budaya kawasan. Pengelolaan dampak negatif dan bahaya
mempertimbangkan kondisi sosial budaya masyarakat agar tidak melanggar
norma belum dilakukan karena belum terlihatnya dampak negatif dari kegiatan
kunjungan situs budaya.
SNI No 3.3 Keterbukaan akses
Lokasi TN Baluran terletak di tepi jalan raya Situbondo–Banyuwangi dan
jalur utama Surabaya-Bali. Kantor Balai TN Baluran sebagai pintu masuk menuju
ke dalam kawasan dan menuju lokasi penelitian yaitu Resort Bama berada pada
jalur tersebut. Menuju objek wisata sekaligus lokasi penelitian savana Bekol dan
Pantai Bama dapat menggunakan kendaraan seperti mobil, sepeda motor
sedangkan untuk menyusuri kawasan laut dapat menggunakan perahu sewaan
yang berada di sekitar Pantai Pandean dan Pelabuhan Gatel. Bentuk dari
pengelolaan keterbukaan akses dinilai menggunakan skala likert dengan nilai 4
tergolong dalam kategori baik dengan indikator (Tabel 13).
Akses menuju zona pemanfaatan Bama dengan kondisi jalan beraspal dan
berbatu yang sebagian telah rusak. Pantai Bama, savana Bekol, Batangan, Candi
Bang dan Bitakol semuanya sudah ramai dikunjungi, telah didukung oleh fasilitas
dan keterbukaan akses yang baik terlihat dari (Gambar 8). Akses menuju zona
pemanfaatan Candi Bang menggunakan moda transportasi laut seperti perahu
kecil yang banyak disewakan di Pantai Pandean. Khusus untuk Candi Bang
banyak di kunjungi pada bulan bulan tertentu seperti tanggal besar Islam dengan
motivasi pengunjung yaitu ziarah tokoh agama. Pengelolaan distribusi
pengunjung dan penyediaan sistem informasi telah memperhatikan akses
masyarakat tehadap kawasan. Pengelolaan dampak negatif tidak mengganggu
akses ritual dan menghilangkan akses masyarakat tehadap kawasan

20

Tabel 13 Indikator SNI keterbukaan akses
No
1

2

3

4

5

6

Keterbukaan akses
Penataan fungsi ruang dan
pengamanannya
memperhatikan akses
masyarakat
Pengelolaan produk wisata
memperhatikan akses
masyarakat
Pengelolaan distribusi
pengunjung dan penyediaan
sistem informasi tidak
memperhatikan akses
masyarakat
Penyediaan dan pengelolaan
sarana prasarana
memperhatikan akses
masyarakat
Penataan kelembagaan
mempertimbangkan akses
masyarakat
Pengelolaan dampak negatif
memperhatikan akses
masyarakat

Realitas
Penataan fungsi ruang dan
pengamanannya tidak menghilangkan
akses masyarakat
Pengelolaan produk wisata
memperhatikan akses masyarakat
Pengelolaan distribusi pengunjung dan
penyediaan sistem informasi telah
memperhatikan akses masyarakat
tehadap kawasan
Penyediaan dan pengelolaan sarana
prasarana telah memperhatikan akses
masyarakat
Penataan kelembagaan telah
mempertimbangkan akses masyarakat
Pengelolaan dampak negatif tidak
mengganggu akses ritual dan
menghilangkan akses masyarakat
tehadap kawasan

Gambar 8 Peta aksesibilitas lokasi zona pemanfaatan

21

SNI No 4 Kepuasan, Keselamatan dan Kenyamanan Pengunjung
Kepuasan, keselamatan dan kenyamanan pengunjung merupakan hal utama
dalam wisata alam dan merupakan faktor penentu agar pengunjung akan datang
lagi kekawasan tersebut. Oleh karena itu kegiatan wisata harus dapat memberikan
kepuasan,
keselamatan
dan
kenyamanan
sesuai
harapan
dan
keinginan pengunjung. Hasil dari prinsip SNI kepuasan, keselamatan dan
kenyamanan pengunjung adalah 4 yang termasuk dalam kategori baik dengan
kriteria pelayanan prima, interpretasi ODTW, keselamatan pengunjung dan
sumberdaya.
Menurut SNI indikator dari kepuasan, keselamatan dan kenyamanan
pengunjung adalah pelayanan prima, interpretasi ODTW dan keselamatan
pengunjung dan sumberdaya. Hasil dari penelusuran dokumen wisatawan yang
mengunjungi TN Baluran dalam 5 tahun terakhir (Tabel 14) mengalami
pertumbuhan yang rendah dan cenderung tetap. Namun wisatawan mancanegara
menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan. Wisatawan nusantara
didominasi oleh wisatawan yang berasal dari Jawa Timur, terutama dikawasan
timur Pulau Jawa, seperti Probolinggo, Jember, Banyuwangi, Lumajang, dan
sekitarnya. Dari hasil wawancara motivasi utama kunjungan wisatawan nusantara
adalah rekreasi terutama di Pantai Bama. Objek wisata yang ada di TN Baluran,
Batangan Bekol dan Pantai Bama yang sudah ramai dikunjungi, sementara
Candibang dikunjungi pada waktu-waktu tertentu oleh wisatawan dengan tujuan
ziarah.
Tabel 14 Data pengunjung Taman Nasional Baluran tahun 2006-2010
Pengunjung
No
Tahun
Jumlah
Nusantara
Mancanegara
1
2006
9,699