Aktivitas apis cerana mencari polen dan identifikasi polen di perlebahan tradisional di Bali

(1)

           

AK

IDENTI

KTIVITA

IFIKASI P

SE

INS

AS

Apis cer

POLEN D

D

LILIK

EKOLAH

STITUT P

rana

MEN

DI PERLE

DI BALI

K MUNTA

H PASCAS

PERTANIA

BOGOR

2009

NCARI PO

EBAHAN T

AMAH

SARJANA

AN BOGO

OLEN dan

TRADISI

A

OR

n


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Aktivitas Apis cerana Mencari Polen dan Identifikasi Polen di Perlebahan Tradisional di Bali adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2009 Lilik Muntamah NIM 352070141


(3)

ABSTRACT

LILIK MUNTAMAH. Daily Activity Apis cerana to Pollen Collecting and

Pollen Identification inTraditional Apiaries in Bali. Supervised by RIKA RAFFIUDIN and ENDAH RETNO PALUPI.

Apis cerana is the most important Asian honey bee in traditional apiaries in West Bali Forest. The research aimed tot study the daily pollen collection activity of A. cerana and pollen identification from traditional apiaries in two villages around West Bali forest forest (Sumber Klampok and Melaya). On every 10 minutes, A. cerana which returning to the hive was counted with interval 20 minutes. Counting started at 05.20 and terminated at 18.30 h. Pollen was collected using pollen trap and then processed with acetolysis.The activity of A. cerana lasted for 12.5 h, was started at 05.50 and terminated at 18.30. A. cerana daily activities were varied among colonies. The peak pollen collection in Melaya occurred at 07.20-09.20 h which was earlier than that of in Sumber Klampok which occurred at 10.20-14.50 h. In general, the daily activity of A. cerana in Melaya represented the traditional apiaries in Bali. The daily activity of A. cerana in Sumber Klampok was more affected by weather than that of in Melaya. In all colonies, 19 pollen types from 12 families were found, and 3 types were unable to be identified. Coconut pollen (Cocos nucifera) and Leucaena leucocephala were dominantly collected in all colonies. Daily pollen collecting activities were correlated with number of pupae in colony.

Key word: Traditional apiaries, Apis cerana, daily activity, pollen type, acetolysis  


(4)

RINGKASAN

LILIK MUNTAMAH. Aktivitas Apis cerana mencari polen dan identifikasi

polen di perlebahan tradisional di Bali. Dibimbing oleh RIKA RAFFIUDIN dan ENDAH RETNO PALUPI.

Masyarakat disekitar hutan Bali Barat banyak beternak A. cerana secara tradisional. Perlebahan tradisional menggunakan kotak kayu sebagai sarang A. cerana dan digantungkan pada pohon dengan ketinggian 2-8 m. Tiap sisir sarang menempel pada dinding atas kotak sarang. Pada saat panen madu peternak mengambil semua sisir. Desa yang dekat dengan hutan alami adalah tempat baik untuk peternakan lebah, karena di hutan alami banyak tumbuhan penghasil pakan lebah. Hutan Bali Barat merupakan salah satu hutan alami yang kondisinya masih baik dan dikelola oleh Taman Nasional Bali Barat dan Dinas Kehutanan Propinsi Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kisaran waktu aktivitas mencari polen pada tiap koloni A. cerana, mengidentifikasi polen yang dibawa A. cerana kembali ke sarang, mengetahui hubungan aktivitas mencari polen dengan jumlah pupa dalam sarang A cerana di perlebahan tradisional A. cerana di sekitar hutan Bali Barat. Manfaat dari penelitian ini adalah membuat database polen tumbuhan di sekitar perlebahan A. cerana dan mendukung konservasi lingkungan tumbuhan di hutan Bali Barat.

Apis cerana termasuk serangga eusosial tingkat tinggi yang mempunyai kasta dan pembagian tugas yang jelas. Susunan kasta pada lebah madu yaitu satu lebah ratu (queen), ratusan lebah jantan (drones) dan ribuan lebah pekerja (workers). Berdasarkan umur lebah pekerja dibedakan menjadi lebah yang bekerja di dalam dan lebah bekerja di luar sarang. Tugas utama lebah yang bekerja di luar sarang adalah mencari pakan berupa nektar dan polen. 

Nektar merupakan sumber karbohidrat dan polen sebagai sumber protein bagi A. cerana. Polen juga mengandung sedikit vitamin, karbohidrat dan lemak sebagai daya tarik serangga penyerbuk. Nektar dan polen yang dipanen oleh A. cerana setelah sampai di sarang disimpan di dalam sel-sel sarang. Nektar diproses secara enzimatis menjadi madu, polen dipadatkan dan ditambahkan madu menjadi roti lebah. Secara garis besar madu disimpan di bagian atas sisir sarang. Larva dan pupa di bagian tengah, dan polen diletakkan diantara larva dan madu.

Tumbuhan sumber nektar dan polen bagi A. cerana harus diidentifikasi, dilindungi, dan dibudidayakan untuk menjamin kelangsungan peternakan A. cerana. Identifikasi tumbuhan penghasil nektar dan polen dengan metode acetolysis. Usaha ini juga mendukung konservasi lingkungan.

Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu penelitian di lapang dan di laboratorium.Penelitian di lapang dilakukan bulan Juli- Agustus 2008 di dua desa di sekitar hutan Bali Barat yang terletak di pesisir pantai. Lokasi pertama di Desa Sumber Klampok, Kecamatan Gerogak, Kabupaten Buleleng (08°10’44”S, 114° 28’934”E) dengan ketinggian 24 m dpl. Lokasi kedua di Desa Melaya, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana (08° 15’006”S, 114° 29’069”E) dengan ketinggian 43 m dpl. Penelitian di lapang meliputi pengamatan aktivitas terbang dan mencari


(5)

polen, pengumpulan sampel polen dan sampel bunga di sekitar sarang dan pengambilan foto sarang. Pengamatan aktivitas terbang harian dan mencari polen pada pukul 05.20-18.30 (WITA). Tiap pengamatan selama 10 menit dengan interval 20 menit. Aktivitas A. cerana selama pengamatan direkam dengan handycam (Sony Digital HDD DCRSR80). Jumlah A. cerana yang masuk, dan masuk membawa polen pada tungkai dihitung menggunakan counter. Faktor lingkungan seperti cahaya, kelembaban, suhu di luar sarang diukur tiap kisaran satu jam. Data matahari terbit dan terbenam, kecepatan angin serta curah hujan diperoleh dari Stasiun Klimatologi di Negara-Bali. Pengumpulan polen dilakukan tiga kali dalam satu hari yaitu pukul 06.00-10.00, 11.00-13.00, dan 14.00 -16.00 (WITA) menggunakan pollen trap. Selain itu dilakukan pengumpulan bunga yang mekar di sekitar sarang dalam radius satu kilometer. Koloni A. cerana yang telah diambil sampel polennya kemudian dilakukan pemanenan. Tiap koloni diambil tiga sisir kemudian dilakukan pengambilan foto tiap sisir sarang.

Analisis polen dari tungkai A. cerana dan dari bunga menggunakan metode acetolysis (Edrtman 1971). Pemeriksaan karakter dan identifikasi polen berdasarkan Edrtman (1971) dan Huang (1972) dan verifikasi polen oleh Bob Yuris dari PT. Corelab Indonesia. Penghitungan luas sisir sarang, jumlah pupa, sel madu menggunakan program ImageJ. Hubungan aktivitas harian mencari polen dengan faktor lingkungan menggunakan Principle Component Analysis (PCA). Hubungan jumlah pupa dengan aktivitas harian mencari polen menggunakan regresi.

Aktivitas terbang A. cerana di peternakan tradisional mulai 05.50-18.30 atau selama 12.5 jam. Aktivitas terbang A. cerana ini terjadi mulai 44 menit sebelum matahari terbit dan berhenti 10 menit setelah matahari terbenam. setiap aktivitas terbang setiap koloni A. cerana menunjukkan variasi pada waktu terjadi pncak dan jumlah individu yang masuk tiap 10 menit pengamatan. Variasi ini disebabkan oleh faktor dalam dan luar koloni. Faktor dalam koloni berupa kebutuhan pakan untuk anggota koloni. Faktor luar berupa ketersediaan pakan di sekitar sarang dan faktor lingkungan. Puncak aktivitas mencari polen A. cerana di Melaya pukul 06.50-09.50, lebih pagi daripada di Sumber Klampok pada pukul 09.50-13.50. Perbedaan puncak aktivitas mencari polen menunjukkan sumber polen dan kelimpahan polen antara Sumber Klampok dan Melaya berbeda.

Perilaku lebah yang selalu mengunjungi bunga untuk mencari pakan membantu proses penyerbukan. Keuntungan penyerbukan oleh lebah berupa peningkatan produksi pertanian, dan ketersediaan benih bagi tanaman. Lebah yang pertama keluar dari sarang, mencari pakan berdasarkan daya tarik bunga. Polen dan nektar merupakan daya tarik primer bagi lebah. Sedangkan aroma (oddour), bentuk dan warna bunga merupakan daya tarik sekunder. Lebah dalam mencari pakan dapat dengan cepat mengenali sumber pakan berdasarkan visualisasi dan aroma (oddour) dari bunga. Lebah yang menemukan sumber pakan (nektar dan polen) akan menginformasikan sumber pakan kepada lebah pekerja lain di sarang (recruitment). Lebah menginformasikan sumber pakan kepada lebah pekerja lain dengan tarian yaitu round dance dan wag-tail dance.

A. cerana sering kabur dari sarang yang merupakan reaksi terhadap kualitas lingkungan yang menurun dan gangguan dan banyak terjadi pada bulan Juni-Agustus. Salah satu ciri koloni yang akan kabur adalah aktivitas mencari


(6)

polen yang rendah karena sedikit larva. Gangguan dari binatang atau manusia juga menjadi faktor koloni A. cerana kabur.

Cahaya berkorelasi positif terhadap aktivitas terbang harian dan mencari polen. Cahaya yang tinggi akan menaikkan suhu dan menurunkan kelembaban. A. cerana akan mengurangi aktivitas di luar sarang saat intensitas cahaya tinggi dan kelembaban udara turun. A. cerana banyak yang mencari air untuk menjaga kestabilan suhu dan kelembaban udara dalam sarang dengan melakukan fanning pada lubang sarang untuk mengalirkan udara ke sarang. Data dari Stasiun Klimatologi Negara-Bali menunjukkan curah hujan tidak terukur di kedua lokasi sehingga lingkungan sangat ekstrim bagi koloni A. cerana.

A. cerana di Sumber Klampok dan Melaya pada periode Juli-Agustus mengambil polen dari 12 familia terdiri dari 19 tipe polen dengan tiga tipe polen belum teridentifikasi. Tiga polen belum teridentifikasi terdapat di Melaya, dan merupakan informasi tentang flora lokal. Polen yang ditemukan pada semua koloni merupakan sumber polen utama bagi A. cerana. Tipe polen utama adalah C. nucifera dan L. leucocephala. Setiap koloni mengumpulkan 5-9 tipe polen untuk mencukupi kebutuhan protein. Hal ini menunjukkan A. cerana bersifat generalis dalam mencari polen. Sifat generalis menguntungkan bagi penyerbukan karena banyak tumbuhan yang penyerbukannya dibantu oleh A. cerana. Di Sumber Klampok ditemukan koloni yang mengambil polen dari Polygonum yang mempunyai kandungan nutrisi rendah, sehingga dapat dikatakan koloni A. cerana di Sumber Klampok mampu bertahan dengan sumber polen bernutrisi rendah. Luas sarang A. cerana berkorelasi dengan jumlah pupa.

Peternakan lebah tradisional A. cerana yang sudah berlangsung selama tiga generasi perlu dilestarikan dan dikembangkan. Pelestarian dan pengembangan ini meliputi beberapa aspek yaitu penggantian gelodok ke sarang modern, menjagaketersediaan pakan di sekitar sarang dan pengembangan wisata alam. Kata kunci: perlebahan tradisional, Apis cerana, aktivitas terbang, tipe polen, acetolysis


(7)

Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(8)

AKTIVITAS

Apis cerana

MENCARI POLEN DAN

IDENTIFIKASI POLEN DI PERLEBAHAN TRADISIONAL

DI BALI

LILIK MUNTAMAH

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Mayor Bio Sains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(9)

(10)

Judul Tesis : Aktivitas Apis cerana Mencari Polen dan Identifikasi Polen di Perlebahan Tradisional di Bali

Nama : Lilik Muntamah NIM : G352070141

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si. Dr. Ir. Endah Retno Palupi, M.Sc.

Ketua Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana Bio Sains Hewan

Dr. Bambang Suryobroto Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS


(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penuls panjatka kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga tesis yang berjudul “Aktivitas Apis cerana Mencari Polen dan Identidikasi Polen di Perlebahan Tradisional di Bali’ ini dapat selesai tepat waktu.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si. dan Dr. Ir. Endah Retno Palupi, M.Sc. sebagai komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan yang sangat berguna. Bapak Drs. Chandra Widjaja, MM sebagai penguji luar komisi ujian tesis, atas masukan dan arahan terhadap tesis ini. Dr. Bambang Suryobroto sebagai Koordinator Mayor Bio Sains Hewan (BSH), seluruh staf pengajar dan Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan FMIPA, IPB.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Departemen Agama RI, untuk pemberian beasiswa dan dana penelitian. Terimakasih tak terhingga kepada orangtua (Bapak Mansur dan Ibu Alfiah) atas semangat untuk mencari ilmu, suami Hery Purwanto, ST, dan putra-putra tercinta (Fariz, Fahmi, Annas) atas dukungan dan kesabaran selama dua tahun penulis tinggalkan. H. Anshori, S.Ag. M.PdI Kepala Madrasah Aliyah Negeri Negara-Bali atas izin dan dukungan untuk mengikuti studi S2. Bapak Suparman dan I Putu Artha peternak lebah tradisional di Bali Barat atas kesediaan menerima penulis untuk melakukan penelitian. Bapak Joko Waluyo, Staf Taman Nasional Bali Barat atas panduan selama di Lapang. Bapak Bob Yuris ahli polendari PT. Corelab Indonesia atas verifikasi polen. Yudi Catur Anendra, rekan seperjuangan pengambilan data di lapang dan identifikasi polen di laboratorium, Islamul Hadi atas pembelajaran pembuatan peta. Rekan-rekan BSH yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan bantuan.

Akhir kata penulis berharap tesis ini bermanfaat dan dapat dikembangkan.

Bogor, Agustus 2009


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung pada tanggal 05 Juli 1974 dari Bapak Mansur dan Ibu Alfiah. Penulis adalah putri keempat dari delapan bersaudara. Pada tahun 1993 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Negara-Bali, dan tahun 1999 penulis lulus dari Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana. Penulis memilih Mayor Bio Sains Hewan (BSH), Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 untuk melanjutkan studi S2 dengan Beasiswa Utusan Daerah Departemen Agama Republik Indonesia.

Penulis sebagai staf pengajar di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Negara-Bali mulai dari tahun 2002 sampai sekarang.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL……….. xiv

DAFTAR GAMBAR………. xv

DAFTAR LAMPIRAN……….. xvii

PENDAHULUAN……….. 1

Latar belakang……….. 1

Tujuan Penelitian………. 3

Manfaat Penelitian………... 3

TINJAUAN PUSTAKA………. 4

Biologi A.cerana……….. 4

A. cerana sebagai Serangga Sosial………. 4

Pakan A. cerana………... 5

Nektar………. 5

Polen……….. 6

Air dan Resin………. 7

Aktivitas Mencari Nektad dan Polen..………... 7

Aktivitas Mencari Polen……….... 9

Penyimpanan Nektar dan Polen di Sarang……… 9

Identifikasi Tumbuhan Sumber Nektar dan Polen………..… 10

Hutan Bali Barat……….. 11

BAHAN DAN METODE……….. 15

Penelitian di Lapang………. 15

Waktu dan Tempat Penelitian di Lapang………... 15

Materi Penelitian di Lapang………... 15

Studi Lokasi Penelitian……….. 15

Persiapan Koloni A. cerana……… 16

Pengamatan Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Mencari Polen A. cerana ………. 16

Pengumpulan Polen……… 16

Pengambilan Gambar Sarang………. 17

Penelitian di Laboratorium……….. 17

Waktu dan Tempat Analisis……….. 17

Analisis Polen dari Tungkai A. cerana dan Bunga ……….. 17

Karakterisasi Sarang A. cerana………. 18

Analisis Data……… 19


(14)

H A S I L……… 21

Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Polen A. cerana ……… 21

Aktivitas Terbang A. cerana di Sumber Klampok (SK)……… 21

Aktivitas Mencari Polen A. cerana di Sumber Klampok (SK)…… 21

Aktivitas Terbang A. cerana di Melaya (ML)……….. 23

Aktivitas Mencari Polen A. cerana di Melaya (ML)………. 23

Perbandingan Aktivitas Mencari Polen A. cerana di SK dengan ML……….. 25

Persentase Aktivitas Mencari Polen A. cerana ……… 25

Hubungan Aktivitas Terbang dengan Faktor Lingkungan………… 26

Identifikasi polen……….. 27

Tipe dan Karakter Polen dari Tungkai A. cerana………. 27

Tipe Polen pada Tiap Koloni………. 29

Jenis Bunga di Sekitar Sarang……… 30

Karakter Sarang A. cerana………... 32

PEMBAHASAN……… 37

Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Polen ……… 37

Variasi Aktivitas Terbang Harian A. cerana………. 38

Aktivitas Mencari Polen A. cerana ……….. 40

A. cerana sebagai Serangga penyerbuk………... 42

Identifikasi Polen………. 44

Karakter Sarang A. cerana………... 46

Pengembangan Peternakan Lebah Tradisional di Bali……… 46

Penggantian Gelodok dengan Sarang Modern………. 47

Ketersedian Pakan di Sekitar Sarang………. 48

Konservasi Lingkungan dan Pengembangan Wisata Alam……….. 48

SIMPULAN DAN SARAN……….. 50

Simpulan………. 50

Saran……… 50

DAFTAR PUSTAKA……… 51


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Nilai korelasi antar komponen………. 27 2 Jenis dan karakter polen dari tungkai A. cerana di Sumber Klampok

(SK) dan Melaya (ML) ………... 28 3 Tipe polen yang ditemukan pada tiap koloni A. cerana …………... …. 29 4 Jenis tumbuhan yang berbunga di sekitar sarang A. cerana …………. 30 5 Jenis dan karakter polen dari bunga di sekitar sarang A.cerana ……….. 31 6 Luas sarang dan jumlah sel pupa, madu dan sel kosong pada tiap

koloni A. cerana di Melaya………... 32  

                               


(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kotak Sarang di Sumber Klampok pada ketinggian 5-8 m……….. 3

2 Kotak Sarang di Melaya pada ketinggian 2-5 m……….. 3

3 Lebah ratu A. cerana yang dikelilingi lebah pekerja……… 12

4 Lebah jantan A. cenara………. 12

5 Skema bunga angiospermae………. 12

6 Lebah pekerja A. cerana dengan polen pada keranjang polen………. 12

7 Sruktur keranjang polen A. cerana ……….. 12

8 Pola pemanfaatan sel-sel dalam sarang A. cerana……… 12

9 Pengelompokan bentuk dan aperture pada polen……….. 13

10 Bentuk polen tampak polar ………. 13

11 Bentuk polen tampak equatorial ………. 14

12 Ornamen eksin dari permukaan polen………. 14

13 Peta lokasi penelitian……….. 19

14 Posisi sarang, handycam dan pengamat………. 19

15 Pollen trap untuk pengumpulan polen………. 19

16 Polen yang dipanen dari tungkai A. cerana……… 20

17 Sisir sarang A. cerana ……….………... 20

18 Tahapan singkat acetolysis………. 20

19 Aktivitas terbang harian dan mencari polen A. cerana tiap koloni di SK………...……… 22

20 Aktivitas terbang harian dan mencari polen A. cerana tiap koloni di ML.………... 24 21 Perbandingan aktivitas mencari polen A. cerana di SK dengan ML……. 25 22 Persentase aktivitas mencari polen terhdap aktivitas terbang harian……. 22

23 Hasil PCA………... 26

24 Polen dari tungkai A. cerana……….. 33

25 Polen dari bunga sekitar sarang A. cerana ……… 35

26 Peta Persebaran Tanaman Sumber Polen A. cerana di Bali Barat………. 36


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Daftar cuaca di Sumber Klampok ……… 57

2 Daftar cuaca di Sumber Sari (Melaya)………. 58

3 Rataan lebah yang masuk di Sumber Klampok ……….. 59

4 Rataan lebah yang masuk bawa polen di Sumber Klampok………. 60

5 Rataan lebah yang masuk di Melaya……… 61

6 Rataan lebah yang masuk bawa polen di Melaya………. 62

7 Intensitas cahaya dan kelembaban udara di Sumber Klampok………… 63

8 Suhu di luar sarang dan di dalam sarang di Sumber Klampok………….. 64

9 Intensitas cahaya dan kelembaban udara di Melaya ……… 65

10 Suhu di luar sarang dan di dalam sarang di Melaya……… 66

 

           


(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan Bali Barat adalah kawasan hutan yang diperuntukkan untuk Suaka Alam Bali Barat dan hutan lindung. Hutan Bali Barat dikelola oleh Taman Nasional Bali Barat (TNBB) dan Dinas Kehutanan Propinsi Bali. Luas hutan Bali Barat 77 000 Ha terdiri atas 75 500 Ha wilayah daratan dan 1 500 Ha wilayah laut. TNBB terdiri atas wilayah daratan sebesar 15 587.89 Ha dan wilayah air 3.415 Ha (Waluyo J 4 Agustus 2008, komunikasi pribadi; http://www.tnbb.com).

Masyarakat di sekitar hutan Bali Barat banyak mencari sarang lebah Apis cerana dan A. dorsata untuk diambil madunya. Selain mencari sarang lebah di hutan, masyarakat juga beternak A. cerana secara tradisional. Masyarakat Bali menyebut A. cerana sebagai nyawan. Usaha perlebahan di Bali Barat sudah dilakukan secara turun-temurun selama tiga generasi (Parman 19 Juli 2009, komunikasi pribadi).

Perlebahan tradisional di Bali Barat menggunakan kotak kayu sederhana yang disebut gelodok sebagai sarang A. cerana (Gambar 1 & 2). Peternak memanen madu A. cerana dua kali dalam satu tahun, yang dilakukan pada musim berbunga pada bulan Desember-Januari.Dengan demikian perlebahan tradisional tergantung pada ketersediaan koloni A. cerana dan pakan dari alam. Peternak mendapatkan koloni A. cerana dengan cara menggantungkan kotak sarang di atas pohon di dekat hutan dengan ketinggian yang berbeda.

Keberadaan perlebahan di hutan alami TNBB, areal perkebunan atau pertanian menguntungkan bagi manusia dan tumbuhan karena lebah membantu penyerbukan pada berbagai bunga. Desa yang dekat dengan hutan alami merupakan tempat yang baik untuk perlebahan, karena di hutan alami banyak tumbuhan penghasil pakan bagi lebah (Keiw 1995). Di Sumber Klampok (SK) terdapat perkebunan kapuk (Ceiba petandra) dan di Melaya (ML) banyak perkebunan kelapa (Cocos nucifera). Menurut Hill (1998) pohon-pohon di perkebunan menyediakan makanan yang berlimpah berupa nektar dan polen juga melindungi lebah madu dari sinar matahari dan angin yang berlebihan. Hadirnya A. cerana sebagai serangga penyerbuk bagi masyarakat dapat meningkatkan hasil


(19)

pertanian baik dari jumlah buah dan kualitas buah yang dihasilkan terutama tumbuhan yang tidak dapat mengadakan penyerbukan sendiri. Sebagai contoh pada tanaman dari familia Cucurbitaceae yaitu ketimun (Cucumis sativus), pare (Momordica charantia) memerlukan serangga penyerbuk karena bunga jantan dan betina terpisah (dioceus). Lebah penyerbuk juga meningkatkan hasil pada tomat (Solanum lycopersicum) dan kedelai (Glycine max) (Delaplane & Mayer 2000).

A. cerana adalah serangga sosial yang mempunyai susunan kasta. Kasta dalam koloni A. cerana terdiri dari satu ratu sebagai betina fertile, puluhan atau ratusan lebah jantan dan ribuan lebah pekerja. Pembagian kasta ini menunjukkan pembagian tugas yang jelas dalam koloni tersebut (Akratanakul 2000). Berdasarkan umur lebah pekerja dibedakan menjadi dua yaitu lebah yang bekerja di dalam sarang dan lebah yang bekerja di luar sarang. Tugas utama lebah yang bekerja di luar sarang adalah mencari nektar dan polen (Darmayanti 2008).

A. cerana memerlukan pakan yang mengandung karbohidrat, protein, mineral, lemak, air, dan vitamin untuk pertumbuhan dan perkembangan koloni. Nektar sebagai sumber karbohidrat, penting sebagai sumber energi. Polen sebagai sumber utama protein dan mengandung sedikit vitamin dan karbohidrat. Polen juga mengandung minyak sebagai daya tarik serangga penyerbuk (Kevan 1995).

A. cerana memperlihatkan suatu pola dalam mencari pakan baik mencari nektar atau polen. Kevan (1995) menyatakan lebah pekerja A. cerana diketahui sebanyak 28% mencari polen dan sisanya mencari nektar dan air. Pada A. cerana tidak ditemukan lebah pekerja yang mencari nektar dan polen dalam satu kali perjalanan mencari pakan.

Dari latar belakang diatas diperlukan usaha-usaha agar perlebahan A. cerana berkembang dan berkelanjutan. Salah satu usaha adalah menyediakan tumbuhan sumber pakan A. cerana di sekitar sarang. Sampai saat ini belum ada data tentang tumbuhan sebagai sumber pakan A. cerana di hutan Bali Barat, untuk itu diperlukan penelitian tentang tumbuhan penghasil sumber pakan bagi A. cerana yang terdapat di hutan, perkebunan atau pertanian khususnya tumbuhan sumber polen.


(20)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mempelajari kisaran waktu aktivitas mencari polen pada tiap koloni A. cerana, (2) Mengidentifikasi polen yang dibawa A. cerana kembali ke sarang, dan (3) Mempelajari hubungan aktivitas mencari polen dengan jumlah pupa dalam sarang di perlebahan tradisional A. cerana di sekitar hutan Bali Barat.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah (1) Membuat database polen tumbuhan di sekitar perlebahan A. cerana. (2) Mendukung konservasi lingkungan di hutan Bali Barat. (3) Data awal untuk pengembangan perlebahan lebah A. cerana di Bali Barat.

 

   

         

Gambar 1 Kotak sarang di SK pada ketinggian 5-8 m

Gambar 2 Kotak sarang di ML pada ketinggian 2-5 m Gelodok


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Apis cerana

A. cerana sebagai Serangga Sosial

A. cerana merupakan salah satu anggota dari Famili Apidae, Subfamily Apinae, Genus Apis. Genus Apis termasuk ke dalam koloni eusosial tingkat tinggi. Karakter utama serangga eusosial tingkat tinggi antara lain terdapat pembagian tugas yang jelas pada masing-masing kasta. Dalam satu koloni A. cerana terdapat hanya satu ratu, terjadi pertemuan induk dengan keturunanya sehingga terdapat proses perawatan keturunan (Appanah & Kevan 1995).

Berdasarkan kemampuan reproduksi, kasta pada A. cerana terdiri atas dua kelompok yaitu kasta reproduktif dan non reproduktif. Kasta reproduktif terdiri atas lebah ratu dan lebah jantan. Lebah ratu bertugas menghasilkan telur dan feromon untuk mengontrol dan mengorganisir koloni (Gambar 3). Lebah jantan mempunyai satu tugas yaitu kawin dengan ratu muda (Gambar 4). Lebah jantan melimpah saat ratu muda akan kawin, sedangkan saat musim peceklik lebah jantan banyak dibunuh oleh lebah pekerja (Winston 1992).

Proses perkawinan ratu dengan lebah jantan terjadi di udara pada siang hari saat udara cerah. Lebah ratu A. cerana yang ada di Poona, Thailand melakukan perkawinan antara jam 14.00 sampai 15.00 dengan lama terbang untuk kawin 27 menit. Lokasi tempat terjadi perkawinan dikenal dengan Drone Congregation Area (DCA). Perkawinan ratu A. cerana dengan sepuluh ekor lebah jantan sesuai dengan volume uviduk yang mampu menampung semen 1.94 ml dan seekor lebah jantan mampu memproduksi 0.2 ml semen. Ratu yang telah kawin kantung spermatekanya sudah penuh sperma dan akan bertelur setelah dua hari perkawinan (Koeninger 1995). Ratu A. mellifera dapat menghasilkan 1 500 sampai 2 000 telur per hari (Akratanakul 2000), sedangkan ratu A. cerana di Kashmir menghasilkan 700-830 telur per hari (Ruttner 1988). Lebah jantan akan mati setelah melakukan perkawinan karena endoseplus lebah jantan terlepas setelah kopulasi (Koeninger 1995).

Kasta non reproduktif adalah lebah pekerja yang mengatur semua pekerjaan dalam koloni (Gambar 3). Lebah pekerja dibagi berdasarkan age


(22)

polyethysem yaitu pembagian tugas khusus berdasarkan umur sejak keluar dari pupa (Southwick 1992). Pada lebah, age polyethysm dikelompokkan menjadi dua yaitu lebah yang bekerja di dalam sarang dan bekerja di luar sarang. Tugas A. cerana di dalam sarang yaitu membersihkan sel (1-10 hari), merawat larva (3-9 hari), menerima nektar (3-14 hari), menutup sel madu (5-12 hari), menutup sel larva (7-13 hari), Belajar terbang (4-16 hari), merawat ratu (6-13 hari), membangun sarang (6-23 hari), menyimpan polen (10-22 hari), dan membuang sampah (12-23 hari). Tugas A. cerana di luar sarang adalah mengatur suhu udara (8-19 hari), menjaga koloni (14-23 hari), mencari pakan (18-25 hari) (Darmayanti 2008).

Pakan A. cerana

Nektar

Nektar merupakan sumber karbohidrat utama bagi lebah. Nektar mengandung berbagai karohidrat dimana kandungan terbesar adalah sukrosa, glukosa dan fruktosa. Nektar juga mengandung karbohidrat lain seperti laktosa, galaktosa ditemukan dalam jumlah yang kecil. Lebah mengumpulkan nektar dari kelenjar nektar floral dan ekstra-floral dari berbagai bunga. Nektar floral adalah kelenjar nektar yang terdapat pada bunga (Gambar 5), sedangkan nektar ekstra-floral adalah nektar yang berasal dari bagian lain selain bunga (kuncup daun, ujung batang) (Hebert 1992). Nektar dari nektar floral mengandung sukrosa, glukosa, fruktosa, sedikit asam amino, dan lemak (Appanah & Kevan 1995).

Nektar diproses secara enzimatis di dalam perut lebah menjadi madu. Madu disimpan di dalam sel-sel di bagian atas dari sisir sarang. Madu yang baru dikeluarkan dari lebah pencari nektar kadar airnya tinggi diatas 30%. Sehingga lebah pekerja mengepakkan sayap untuk menurunkan kadar air madu sampai menjadi 18-20%. Pengurangan kadar air pada madu penting untuk mencegah fermentasi oleh mikroorganisme. Jika ruang penyimpanan mau sudah penuh akan ditutup dengan lilin (Gary 1992).

Madu merupakan sumber karbohidrat utama bagi koloni lebah yang mengandung gula 95-99.9%. Kandungan gula pada madu berupa glukosa, fruktosa dan sebagian kecil gula kompleks. Selain sebagai sumber karbohidrat


(23)

madu juga sebagai bahan campuran utama pembuatan pakan larva berupa campuran madu dan polen (bee bread) (Hebert 1992).

Polen

Polen adalah sel kelamin jantan pada tumbuhan yang dihasilkan oleh organ kelamin jantan pada bunga yaitu anter (Gambar 5). Polen merupakan sumber protein utama bagi lebah. Komposisi kimia dan kandungan nutrisi pada tiap jenis polen tergantung pada tumbuhan penghasil polen (Hebert 1992). Hasil analisis pada polen secara umum menunjukkan 16-30% protein, 1-7% karbohidrat, 0-15% gula, dan 3-10% lemak (Faegri & van der Pijl 1971). Polen dari familia Brassicaceae mengandung protein dan asam amino tertinggi, yaitu dari kelompok asam aspartat, asam glutamin, prolin, leusin dan lysine. Sedangkan metionin, tyrosin dan histidin relative rendah pada polen Brasicaceae yaitu hanya 7% (Szezesna 2006).

Hebert (1992) mengklasifikasikan polen berdasarkan nutrisi dan pengaruhnya terhadap lama hidup, perkembangan ovarium dan lemak tubuh lebah madu menjadi empat kelompok. Kelompok pertama adalah polen bernutrisi tinggi yaitu polen dari kelompok buah-buahan, dan jagung. Kelompok kedua adalah polen dengan nutrisi yang lebih sedikit contohnya kapas dan dandelion. Kelompok ketiga adalah polen dengan kandungan yang nutrisi yang cukup seperti hezelnut, dan kelompok keempat adalah polen dengan kandungan nutrisi yang sangat kurang contohnya pinus. Kandungan nutrisi polen dipengaruhi oleh suhu, kelembaban dan pH tanah artinya polen dari tanaman yang sama dapat mempunyai kandungan nutrisi yang berbeda jika ditanam pada daerah yang berbeda degan kondisi lingkungan yang berbeda (Hebert 1992).

Polen bernutrisi tinggi sangat penting bagi pertumbuhan larva dan perkembangan fisiologis lebah pekerja (Keller et al. 2005). Perkembangan jaringan tubuh, otot, dan kelenjar pada lebah sangat tergantung pada kecukupan protein. A. mellifera yang baru keluar dari pupa banyak mengkonsumsi polen sampai minggu kedua. Setelah minggu kedua konsumsi polen menurun dan konsumsi madu meningkat. Untuk mencukupi kebutuhan protein seluruh anggota


(24)

koloni, maka lebah pekerja harus mengumpulkan polen dari berbagai tumbuhan karena kandungan nutrisi pada tiap polen sangat bervariasi (Hebert 1992).

Air dan Resin

Koloni lebah banyak memerlukan air yang berfungsi sebagai bahan pelarut dalam membuat makanan larva berupa campuran madu dan polen. Air juga diperlukan untuk menurunkan suhu dalam sarang. Saat suhu dalam sarang naik lebih dari 34 °C, lebah pekerja meneteskan air dipermukaan sarang, kemudian lebah pekerja mengepakkan sayap di lubang saran (fanning), sehingga udara dalam sarang lebih lembab. Lebah juga memerlukan resin dari tumbuhan yang dipergunakan sebagai bahan perekat dalam sarang dan untuk menutup lubang pada sarang, sehingga suhu dalam sarang dapat dipertahankan tetap hangat (Gary 1992).

Aktivitas A. cerana Mencari Pakan

Aktivitas terbang kelompok Melipona scutellaris (Apidae, Meliponini) di Brazil memperlihatkan variasi pada setiap koloni. Lebih dari 90% aktivitas terbang adalah mencari pakan. Aktivitas terbang yang lain untuk mencari resin, lumpur dan membuang sampah. Puncak aktivitas mencari pakan pada M. scutellaris terjadi antara pukul 05.00-07.00 dan puncak aktivitas mencari polen terjadi antar pukul 05.00-09.00, kedua aktivitas tersebut menurun tajam pada siang hari (Pierrot & Schlindwein 2003). Kelompok Trigona sp yang ada di Serawak, Malaysia menunjukkan pekerja yang membawa polen lebih tinggi daripada yang membawa nektar pada pukul 07.30, sedangkan pada pukul 14.30 pekerja yang membawa nektar lebih tinggi daripada yang membawa polen. Puncak aktivitas mencari pakan terjadi pada pukul 10.30 (Nagamitsu & Inoue 2002).

Darmayanti (2008) melakukan pengamatan pada A. cerana yang mencari pakan di Sukabumi, Jawa Barat dan puncaknya pada pukul 06.00-08.00. Aktivitas ini menurun setelah pukul 08.30 dan naik kembali antara pukul 16.30-18.00. Verma (1995b) membandingkan A. cerana dan A. mellifera di daerah subtropis di Matiana-Narkanda dan menyatakan lebah pekerja A. cerana mulai mencari pakan


(25)

lebih pagi (pukul 06.03) daripada A. mellifera (pukul 06.27). Pada sore hari A.mellifera berhenti mencari pakan lebih awal (pukul 18.55) daripada A. cerana (pukul 19.13). Puncak aktivitas mencari pakan A. cerana terjadi antara pukul 09.00-11.30, sedangkan A. mellifera antara pukul 11.00-13.20.

Aktivitas mencari pakan pada A. cerana diketahiu 28% mencari polen, dan sisanya mencari nektar dan air. Pada A. cerana tidak ditemukan lebah pekerja yang mencari nektar dan polen dalam satu kali perjalanan mencari pakan (Kevan 1995). Sedangkan aktivitas mencari pakan pada A. mellifera sebanyak 25% mengumpulkan polen, 60% mengumpulkan nektar, dan 15% mengumpulkan polen dan nektar (Roman & Kulik 2006).

Lebah mencari nektar yang kadar gulanya diatas 10%. A. mellifera mengumpulkan nektar pada konsentrasi 35-50% (Hebert 1992). Penelitian pada A. cerana dengan menggunakan pakan buatan menunjukkan puncak aktivitas mencari nektar terjadi pada konsentrasi gula 35-40% (Liu et al 2007). Konsentrasi gula yang terlalu tinggi diatas 60% terlalu pekat dan tidak dapat dihisap dengan cepat oleh lebah. Konsentrasi nektar tergantung pada suhu, kelembaban dan curah hujan di lokasi tersebut (Hebert 1992).

Pengamatan pada A. cerana dan A. mellifera yang mencari nektar pada bunga familia Brassicaceae menunjukkan aktivitas yang tinggi pada tumbuhan yang mempunyai konsentrasi gula, volume nektar dan energi/ bunga/ hari yang tinggi. Dengan demikian A. cerana dan A. mellifera sangat efektif dalam aktivitas mencari pakan. Dari hasil pengamatan pada jenis tanaman Brassicaceae pada lokasi dan iklim yang berbeda menunjukkan hasil pengukuran konsentrasi, volume dan energi yang terkandung pada nektar berbeda (Abrol 2007).

Penelitian oleh Liu et al. (2007) dengan menggunakan campuran nektar buatan dengan senyawa phenolic menunjukkan A. cerana berlimpah pada nektar dengan konsentrasi 35-40% dan mengandung senyawa phenolic yang rendah. Senyawa phenolic adalah senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan yang berfungsi sebagai daya tarik (attractant) bagi serangga penyerbuk. Dalam nektar senyawa-senyawa phenolics terdapat pada lemak dan alkaloid (Appanah & Kevan 1995).


(26)

Aktivitas mencari nektar pada A. mellifera lebih dipengaruhi oleh faktor luar seperti kelimpahan sumber nektar, kualitas nektar dan kondisi lingkungan. Kondisi dalam koloni tidak berhubungan dengan aktivitas mencari nektar, seperti banyaknya larva dalam koloni (Fewel & Winston 1996).

Aktivitas A. cerana Mencari Polen

Lebah mengumpulkan polen tergantung dari banyak faktor yaitu jumlah populasi imago dalam koloni, jumlah larva, vegetasi sekitar sarang dan kondisi cuaca. Feromon yang dihasilkan oleh larva menjadi stimulus langsung bagi lebah pekerja untuk mengumpulkan polen. Jumlah lebah yang mencari polen juga akan meningkat jika terdapat sel-sel yang kosong di dekat larva. Dengan demikian, adanya sel yang kosong pada sisir sarang juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi jumlah lebah yang mencari polen (Keller et al. 2005). Pengamatan pada bunga palem raja (Arconthophoenix alexandrea) di Thailand yang menghasilkan polen menunjukkan A. cerana mulai mencari polen pada pukul 06.15 dan puncaknya pada pukul 09.30 (Oldroyd et al. 1992).

Lebah menggunakan seluruh bagian tubuh untuk mengambil polen. Polen kemudian disisir menggunakan tiga pasang tungkai dan dimasukkan ke keranjang polen(corbicula)yang terdapat pada tungkai belakang (Gambar 6). Selama proses penyisiran, ditambahkan nektar ke polen agar polen menjadi lembab sehingga polen mudah dimasukkan dan melekat pada keranjang polen (Gambar 7) (Shuel 1992).

Penyimpanan Nektar dan Polen di Sarang A. cerana

Sarang A. cerana dan A. mellifera menunjukkan kesamaan dalam pengaturan dan distribusi di dalam sisir sarang. Pada bagian atas sisir adalah penyimpanan madu. Bagian tengah dan bawah adalah lokasi untuk larva dan pupa. Penyimpanan polen dilakukan diantara larva dan madu. Polen tersebar merata diantara larva untuk memudahkan lebah pekerja dalam memberi pakan larva (Gambar 8). Sel untuk calon ratu terletak di pinggir bawah sisir sarang. Polen disimpan dalam bentuk padat, sel yang penuh madu akan ditutup dan terdapat lubang di tengahnya (Koeninger 1995).


(27)

Identifikasi Tumbuhan Sumber Polen dan Nektar bagi A. cerana

Pengetahuan tumbuhan penghasil nektar dan polen bagi peternak lebah sangat penting. Pengetahuan ini dapat digunakan oleh peternak dalam rangka penyediaan tumbuhan sumber pakan di sekitar sarang. Penanaman tumbuhan sumber nektar dan polen di sekitar sarang dapat menjamin kelangsungan perlebahan A. cerana dan mendukung konservasi lingkungan. Bagi peternak lebah A. mellifera informasi tumbuhan sumber nektar dapat digunakan sebagai panduan dalam jadwal angon lebah, karena A. mellifera biasa diangon di lokasi yang sedang musim berbunga untuk mempercepat produksi madu. Sampai saat ini peternak A. cerana tidak melakukan angon, dan hanya mengandalkan sumber pakan di sekitar sarang.

Identifikasi tumbuhan sumber nektar dan polen dapat dilakukan dengan mengidentifikasi polen yang terdapat dalam nektar atau polen dari tungkai lebah. Identifikasi polen dapat dilakukan dengan metode acetolysis (Edrtman 1971). Jhansi et al. (1994) melakukan acetolysis sampel madu A. cerana di Andra Pradesh, India dan menemukan 36 familia terdiri dari 51 tipe polen. Sodre et al. (2007) menganalisis 58 sampel madu A. mellifera dari beberapa lokasi di Brazil menggunakan acetolysis menemukan 41 tipe polen. Lima tipe termasuk kategori dominan yaitu Mimosa caesalpiniaefolia (Mimosaceae) (50%), M. verrucosa (Mimosaceae) (5%), Borreria verticillata (Rubiaceae) (10%), Serjania sp. (Sapindaceae) dan tipe Fabaceae (5%).Jongitvimol dan Wattanachaiyingcharoen (2006) melakukan acetolysis pada sampel polen dari Trigona sp di Thailand dan menemukan 18 familia terdiri dari 29 tipe tumbuhan.

Acetolysis (Edrtman 1972) adalah metode menjernihkan dan pewarnaan polen dengan asam kuat sehingga polen dapat diidentifikasi. Polen perlu dijernihkan karena mengandung banyak bahan organik yang menutupi karakter untuk identifikasi polen. Identifikasi polen berdasarkan lima karakter morfologi (Huang1972) yaitu :

1. Pengelompokan bentuk polen berdasarkan aperture (pollen classes). Aperture adalah karakter rekahan atau pori pada butir polen. Jumlah aperture juga menentukan tipe polen (Gambar 9).


(28)

2. Bentuk polen (polar view), pada polen tampak polar dapat ditentukan bentuk polen dan jumlah aperture (Gambar 10).

3. Bentuk polen tampak ekuator (equatorial view), pada posisi ini dapat terlihat bentuk dari aperture (Gambar 11).

4. Ornamen eksin, permukaan eksin mempunyai pola tertentu yang dapat digunakan sebagai karakter untuk identifikasi (Gambar 12).

5. Ukuran polen. Ukuran polen yang digunakan adalah diameter polar view dan equatorial view.

Hutan Bali Barat

Hutan Bali Barat adalah kawasan hutan yang diperuntukkan untuk Suaka Alam Bali Barat dan hutan lindung. Luas hutan Bali Barat 77000 Ha terdiri atas 75.500 Ha wilayah daratan dan 1500 Ha wilayah laut. TNBB terdiri atas wilayah daratan sebesar 15.587,89 Ha dan wilayah air sebesar 3.415 Ha. Sisa wilayah hutan Bali Barat yang lain di kelola oleh Dinas Kehutanan Propinsi Bali. Surat keputusan Menteri Kehutanan No. 6186/Kpts-II/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional, TNBB dibagi menjadi 3 wilayah pengelolaan yang disebut Seksi Konservasi. Seksi Konservasi Wilayah I di Jembrana, Seksi Konservasi Wilayah II di Buleleng dan Seksi Konservasi Wilayah III di Labuhan Lalang. Desa SK termasuk ke dalam Seksi Konservasi Wiayah II, sedangkan ML berdekatan dengan Seksi Wilayah I. Desa SK lebih dekat (± 200 m) dengan pantai daripada Desa ML (± 700 m). Vegetasi di SK didominasi oleh herba yang tumbuh saat musim hujan sedangkan Di ML didominasi pohon-pohon sehingga di SK lebih kering dibandingkan dengan ML (http://www.tnbb.com).


(29)

  Gambar Ratu Gambar Gambar 5 Polen

3 Lebah rat dikeliling

7 Struktur k polen A. c Skema bun Angiosperm

(www.beecu

tu A. cerana gi lebah peke

Pekerja keranjang cerana nga mae ulture.com) 5 Gamba a erja  Gamba 4

ar 8 Pola pem dalam sa madu, 2 4. sel pu (Huang Gamba 4 L

ar 6 Lebah p dengan p

keranjan

1

manfaatan se arang A. cer . sel polen, 3 upa, 5. sel jan

2002) Lebah jantan

A. cerana

pekerja A. ce polen pada ng polen Polen   2 3 l-sel rana 1. sel 3. sel larva, ntan n


(30)

Gambar 9 Bentuk dan aperture pada polen. 1. Vesiculate, 2. Inaperture, 3. Trilet, 4. 1-sulcate, 5. 3-colpate, 6. Syncolpate (syncolporate), 7. Parasyncolpate, 8. Spiraperture, 9. 4-colpate, 10. Pericolpate, 11. Pantocolpate (Stephanocolpate), 12. 1-porate, 13. 2-porate (ulcerate), 14. 3-porate, 15. 4-6-porate, 16. Pantoporate,

17. 2-colporate, 18. 3-colporate, 19.4-6-colporate, 20. Pantocolpate 9 (a. Pericolporate;Stephanocolporate), 21. Heterocolpate,

22. Heteroporate, 23. Fenestrate, 24. Tetrad, 25. Polyad.

Gambar 10 Bentuk polen tampak polar. 1. Circular, 2. Circular-lobate, 3. Semi-angular, 4. Inter-semi-angular, 5. Angular, 6. Inter- angular, 7. Semi-lobate, 8. Inter-semi-lobate, 9. Lobate, 10. Inter- lobate, 11. Hexagonal, 12. Inter-hexagonal, 13. Subangular, 14. Inter-subangular, 15. Rectangular (Rhomboidal), 16. Tubular.


(31)

           

Gambar 11 Bentuk polen tampak equatorial 1. Peroblate, 2. Oblate, 3. Suboblate, 4. Oblate-spheroidal, 5. Speroidal, 6. Prolate-speroidal, 7.Subprolate, 8. Prolate, 9. Perprolate, 10. Rhomboidal, 11. Rectangular, 12. Apple- shape.

Gambar 12 Ornamen eksin dari permukaan polen 1. Foveolate, 2. Fossulate, 3. Areolate (negatively reticulate), 4-8. Granulate, 9. Reticulate, 10. Lopho-reticulate (supra-reticulate), 11. Lophate, 12. Croton pattern, 13. Rugulate, 14. Striate, 15. Striato-reticulate


(32)

BAHAN DAN METODE

Penelitian di Lapang Materi dan Waktu Penelitian di Lapang

Penelitian di lapang meliputi pengamatan aktivitas terbang harian, mencari polen, pengumpulan sampel polen dari tungkai A. cerana, sampel bunga di sekitar sarang, dan pengambilan foto sarang. Penelitian di lapang dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2008.

Studi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di dua desa di sekitar hutan Bali Barat. Kedua desa terletak di pesisir pantai. Lokasi pertama di Desa Sumber Klampok (SK), Kecamatan Gerogak, Kabupaten Buleleng (08° 10’ 44” S, 114° 28 ’934 ”E) dengan ketinggian 24 m dpl (Gambar 13). Berdasarkan Depdagri (2003a) tentang Data Monografi Desa, Desa SK mempunyai luas wilayah 100 704 Ha. Curah hujan di SK tiap tahun hanya 78.5 mm dengan suhu rata-rata minimal 19-28 oC dan maksimum 23-29 oC. Desa SK sangat kering pada musim panas. Desa SK merupakan salah satu desa di dalam TNBB (enclave). Desa SK berbatasan langsung dengan hutan di sebelah utara, selatan dan barat, sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan Desa Pajarakan. Di Desa SK terdapat perkebunan kapuk (Ceiba petandra) dan pertanian tadah hujan. Masyarakat di SK banyak yang bergantung pada hasil hutan, salah satunya adalah madu dari peternakan A. cerana.

Lokasi kedua di Desa Melaya (ML), Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana (08° 15’ 006” S, 114° 29’ 069” E) dengan ketinggian 43 m dpl. Berdasarkan Depdagri (2003b), Desa ML mempunyai luas 1 649 500 Ha, dengan curah 172.42 mm. Desa ML berbatasan dengan hutan di sebelah utara dan barat. Mata pencaharian masyarakat Desa ML sebagian besar berdagang dan berkebun. Perkebunan yang dominan di ML adalah kelapa (C. nucifera), coklat (T. cacao) dan tanaman buah seperti rambutan (N. laplaceum) dan mangga (M. indica).


(33)

Persiapan Koloni A. cerana

KoloniA. cerana yang digunakan dalam penelitian berasal dari perlebahan tradisional di SK dan ML. Koloni A. cerana berada di dalam kotak dengan ukuran 20x20x40 cm dan 25x25x50 cm. Koloni A. cerana di Desa SK sebelum pengamatan digantung pada pohon sawo kecik (M. kauki) pada ketinggian 7-8 m, sedangkan di Desa ML digantung pada pohon coklat (T. cacao) dengan ketinggian 2-3 m. Satu minggu sebelum pengamatan kotak A. cerana diturunkan dari pohon dan ditempatkan pada ketinggian 1-1,5 m. Pada tiap lokasi dipilih empat koloni.

Pengamatan Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Polen A. cerana

Pengamatan aktivitas terbang harian dan mencari polen A. cerana dimulai pada pukul 05.20-18.30 (WITA). Tiap pengamatan dilakukan selama 10 menit dengan interval 20 menit. Aktivitas A. cerana selama pengamatan direkam dengan handycam (Sony Digital HDD DCRSR80) (Gambar 14). Saat cahaya belum cukup untuk pengamatan, aktivitas harian mencari polen A. cerana direkam dengan bantuan sinar infra merah dari handycam. Jumlah A. cerana yang masuk ke sarang dan masuk membawa polen dihitung menggunakan counter (modifikasi Pierrot & Schlindwein 2003). A. cerana yang mencari polen terlihat membawa polen pada tungkai belakang, sedangkan A. cerana tanpa polen di tungkai diduga membawa nektar, air atau resin. Setiap koloni A. cerana diamati dua kali.

Faktor-faktor lingkungan seperti cahaya, kelembaban, suhu di luar sarang dan suhu di dalam sarang diukur tiap kisaran satu jam. Data matahari terbit, terbenam, kecepatan angin, dan curah hujan diperoleh dari Stasiun Klimatologi di NegaraBali.

Pengumpulan Polen

Pengumpulan polen di SK dan ML dilakukan setelah pengamatan aktivitas terbang harian dan mencari polen pada tiap koloni. Pengumpulan polen menggunakan pollen trap (Gambar 15). Polen yang jatuh dari pollen trap disimpan dalam amplop (Gamban 16). Pengumpulan polen dilakukan tiga kali dalam satu hari yaitu pukul 06.00-10.00, 11.00-13.00, dan 14.00 -16.00 (WITA).


(34)

Pengumpulan polen juga dilakukan dari bunga yang mekar disekitar sarang dalam radius satu kilometer di SK dan ML. Polen bunga dari sekitar sarang digunakan sebagai bahan rujukan dari polen yang dibawa oleh A. cerana. Posisi tumbuhan yang mekar di sekitar sarang diukur menggunakanGlobal Positioning System (GPS), untuk dapat dipetakan.

Pengambilan Gambar Sarang

Gambar sarang koloni A. cerana diambil setelah pengumpulan sampel polen. Tiap koloni A. cerana diambil tiga sisir sarang untuk pengambilan gambar sarang. Gambar sarang yang diambil harus mempunyai skala agar dapat dianalisis (Gambar 17). Pengambilan gambar menggunakan jarak dan perbesaran yang tetap. Tiap sisir sarang dilakukan dua kali pengambilan gambar, yaitu sisi A dan sisi B. Gambar diambil dengan kamera Sony Digital HDD DCRSR80.

Penelitian di Laboratorium Waktu dan Tempat Analisis

Analisis aktivitas terbang harian dan mencari polen A. cerana, analisis sarang, dan analisis polen dilakukan pada bulan September 2008 sampai dengan April 2009. Analisis aktivitas terbang harian dan mencari polen A. cerana dilakukan di bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, sedangkan analisis polen dilakukan di bagian Ekologi dan Sumberdaya Hayati Tumbuhan, Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Pertanian Bogor.

Analisis Polen dari Tungkai A. cerana dan Bunga

Analisis polen dari tungkai A. cerana dan bunga menggunakan metode acetolysis (Erdtman 1972). Tahapan-tahapan acetolysis secara singkat (Gambar 18) adalah sampel polen pada tiap amplop dimasukkan ke tabung cupsidal dan diberi KOH 10%, didiamkan selama lima menit kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit. Pemberian KOH berfungsi untuk menghilangkan zat organik seperti karbohidrat dan protein. Setelah sentrifugasi, supernatan dibuangkemudian polen ditambah akuades 1 mm dan disentrifugasi.


(35)

Pencucian polen dengan akuades dilakukan dua kali. Setelah pencucian dan supernatant dibuang, polen ditambahkan asam asetat glasial (100%) sebanyak 1 mm untuk menghidrolisis air dan menjernihkan polen, kemudian disentrifugasi. Langkah selanjutnya supernatant dibuang dan polen ditambah larutan acetolysis. Larutan acetolysis merupakan campuran acetic anhydrous (100%)dengan sulfuric acid (100%)dengan perbandingan 9:1. Pembuatan larutan acetolysis dengan cara menambahkan sulfuric acid pada acetic anhydrous secara perlahan, karena menimbulkan panas. Pembuatan larutan acetolysis harus di ruang asam karena menggunakan asam kuat. Setelah pemberian larutan acetolysis, kemudian sampel dipanaskan dalam penangas air pada suhu 90-95 °C selama ± 5 menit. Sampel didinginkan dan disentrifugasi lalu supernatant dibuang. Sampel polen ditambahkan asam asetat glacial dan disentrifugasi. Langkah terakhir adalah mencuci sampel polen dengan akuades sebanyak tiga kali dan disentrifugasi. Setelah pencucian sampel disimpan dalam gliserin 30%, dan siap untuk dibuat preparat.

Pembuatan preparat polen menggunakan media gliserin jeli 30%. Pemeriksaan karakter dan identifikasi polen berdasarkan Edrtman (1972) dan Huang (1972). Pengamatan polen menggunakan mikroskop cahaya. Pengukuran polen menggunakan mikrometer dan setiap tipe polen dilakukan lima kali pengukuran. Pengambilan gambar polen menggunakan kamera digital Olympus DP-12.

Identifikasi tumbuhan yang berbunga di sekitar sarang berdasarkan Stenis et al. (2008). Untuk pemeriksaan kembali tipe polen dari tungkai A. cerana, dilakukan verifikasi polen oleh Bapak Bob Yuris dari PT. Corelab Indonesia.

Karakterisasi Sarang A. cerana

Penghitungan luas sisir sarang, jumlah pupa, sel madu, dan sel kosong menggunakan program ImageJ yang dapat diakses secara langsung (online) dari


(36)

Analisis Data

Penghitungan A. ceranayang masuk ke sarang dan yang membawa polen menggunakan program K-Lite. Codec. Pack. 3.4.5. Analisis hubungan aktivitas harian, mencari polen dan faktor lingkungan menggunakan Principle Component Analysis (PCA). Hubungan jumlah pupa dengan aktivitas terbang harian mencari polen menggunakan regresi.

N

2Km

Peta Penelitian di Bali Barat

Gambar 13 Peta lokasi penelitian. Lintang Selatan

Bu

jur Timu


(37)

G

 

Gambar 14

Gambar 16

Posisi saran dan pengam

Ga S

Polen yang dari tungka

ng, handycam mat.

ambar 18 Ta Sarang A. ceran

Handyc

Pengama

g dikumpulk ai A. cerana

m

ahapan singk na

cam

at

Gam

kan .

Gam Ko

kat acetolysis mbar 15 Polle

peng

mbar 17 Sisi loni 1, sisi A

is.

en trap untu gumpulan po

Pollen tr

ir sarang A. c A. ML

uk olen. 

trap


(38)

HASIL

Aktivitas Terbang dan Mencari Polen Apis cerana

Aktivitas Terbang A. cerana di Sumber Klampok (SK)

Semua koloni A. cerana mulai melakukan aktivitas terbang pada pukul 05.50 pagi hari dan berhenti pada pukul 18.30, atau sekitar 12.5 jam. Akan tetapi puncak aktivitas terbang dan jumlah A. cerana yang masuk sarang tiap 10 menit pengamatan bervariasi antar koloni.

Berdasarkan puncak aktivitas terbang dan jumlah individu lebah yang masuk sarang koloni A. cerana di SK dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu koloni yang normal dan yang tidak normal. Koloni AC2SK dan AC4SK mampu bertahan 10 hari setelah pemanenan sisir sarang, sehingga kedua koloni ini mempunyai aktivitas terbang yang normal. Koloni AC2SK dan AC4SK mempunyai dua puncak aktivitas terbang harian (Gambar 19 b,d). Koloni AC2SK memmpunyai puncak aktivitas terbang pada pukul 07.20-08.30 dan 12.20-13.00 dengan jumlah lebah yang masuk sarang masing-masing 81 dan 213 individu/10 menit. Puncak aktivitas terbang untuk koloni AC4SK terjadi pada pukul 08.50-09.30 dan pukul 11.50-14.00 masing-masing dengan 162 individu/10 menit dan 122 individu / 10 menit masuk sarang.

Aktivitas terbang harian dan mencari polen yang rendah merupakan indikasi aktivitas terbang koloni A. cerana yang tidak normal. AC1SK dan AC3SK (Gambar 19 a,c) mempunyai aktivitas terbang harian dan mencari polen lebih rendah daripada AC2SK dan AC4SK (Gambar 19 b, d). Puncak aktivitas terbang AC1SK terjadi antara pukul 13.50-15.00 (123 individu), dan AC3SK terjadi antara pukul 11.50-14.30 (100 individu). Aktivitas mencaripolen AC1SK dan AC3SK sangat rendah yaitu (10 individu) dan (20 individu) tiap 10 menit. AC1SK dan AC3SK kabur dari sarang (abscond) 5 hari setelah pengamatan aktivitas terbang.


(39)

G am b ar 19 Aktivitas terbang h ari an dan m en ca ri polen A. ce rana tiap koloni di SK . a . AC1S K, b. AC2SK

, c. AC3S

K, d. AC4S

K. Leb ah m asuk sarang, l eb ah m asu

k bawa po

len.

22

0 50

100 150 200 250

05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30

Jumlah A. cerana masuk

Wakt u p engam ata n (W IT A ) a 0 50

100 150 200 250

05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30

Jumlah A. cerana masuk

W aktu pe ngam atan (W IT A) b 0 50

100 150 200 250

05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30

Jumlah A. cerana masuk

W aktu pe ngam atan (W IT A ) c 0 50

100 150 200 250

05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30

Jumlah A. ceranamasuk

Wa ktu penga m at an (W IT A) d


(40)

Aktivitas Mencari Polen A. cerana di Sumber Klampok (SK)

Lebah yang mencari polen ditandai dengan kedua tungkai belakang penuh polen saat masuk ke sarang. AC2SK dan AC4SK mulai mencari polen pada pukul 06.20, tetapi AC4SK berhenti 1.5 jam lebih awal (16.30) daripada AC2SK (18.30) (Gambar 20 b,d). Aktivitas mencari polenAC2SK dan AC4SK mempunyai satu puncak aktivitas mencari polen, walaupun terjadi pada waktu yang berbeda. Puncak aktivitas mencari polen dan jumlah individu yang membawa polen tiap 10 menit AC2SK dan AC4SK berturut-turut adalah 11.50-14.30 (54 individu), dan 10.20-14.00 (41 individu).

Aktivitas Terbang A. cerana di Melaya (ML)

Koloni A. cerana di ML memulai aktivitas terbang pada waktu yang bervariasi. Aktivitas terbang AC3ML dan AC4ML mulai pada pukul 05.50 sedangkan AC1ML dan AC2ML pada pukul 06.20 (Gambar 20).Tetapi keempat koloni A. cerana berhenti pada waktu yang bersamaan yaitu setelah pukul 18.30.

Puncak aktivitas terbang harian A. cerana di ML dan jumlah individu A. cerana yang masuk sarang tiap 10 menit pengamatan bervariasi antar koloni. AC1ML, AC2ML dan AC3ML mempunyai dua puncak aktivitas terbang harian. Puncak aktivitas terbang pertama dan kedua pada AC1ML pukul 07.20-09.00 (622 individu) dan 13.20-14.30 (477 individu). Pada AC2ML pukul 07.20-08.30 (624 individu) dan 13.20-14.00 (268 individu). Terakhir pada AC3ML pukul 06.20 (665 individu) dan 12.50 (377 individu). AC4ML mempunyai satu puncak aktivitas terbang yaitu pada pukul 06.20-07.30 (488 individu).

Aktivitas Mencari Polen A. cerana di Melaya (ML)

Setiap koloni A. cerana di ML memperlihatkan variasi pada saat memulai aktivitas mencari polen tetapi berhenti pada waktu yang sama yaitu pukul 18.00 (Gambar 20). AC1ML dan AC2ML mulai mencari polen pada pukul 06.20 sedangkan AC3ML dan AC4ML mulai pada pukul 05.50.

Puncak aktivitas mencari polen A. cerana di ML juga menunjukkan adanya variasi. Variasi terlihat pada waktu dan jumlah A. cerana yang masuk


(41)

    G am b ar 20 Aktivitas terbang h ari an dan m en ca ri polen A. ce rana tiap koloni

di ML. a. A

C

1

M

L, b. AC2ML, c.A

C 3ML, d.AC4 M L Lebah m asuk sarang, lebah m asuk b awa po len. d 24 0 10 0 20 0 30 0 40 0 50 0 60 0 70 0 80 0

05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30

Jumlah A. cerana masuk

W aktu pe ngam atan (W IT A) a 0

100 200 300 400 500 600 700 800

05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30

Jumlah A. cerana masuk

W aktu pe ngam atan (W IT A ) b 0

100 200 300 400 500 600 700 800

05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30

Jumlah A. cerana masuk

Wa ktu penga m ata n (W IT A ) c 0

100 200 300 400 500 600 700 800

05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30

Jumlah A. cerana masuk

W aktu pe ngam atan (W IT A)


(42)

membawa polen ke sarang dalam tiap 10 menit pengamatan. Puncak aktivitas mencari polen dan jumlah individu yang masuk membawa polen secara berturut-turut pada AC1ML, AC2ML, AC3ML, dan AC4ML adalah 07.50-10.00 (187 individu), 07.20-10.30 (161 individu), 06.20 (215 individu), dan 06.50-10.00 (125 individu).

Perbandingan Aktivitas Mencari Polen A. cerana di SK dengan ML

Aktivitas mencari polen, A. cerana di SK berbeda dengan di ML. Koloni A. cerana di ML mulai mencari polen lebih pagi (pukul 05.50) daripada di SK (pukul 06.20) (Gambar 21). Tetapi semua koloni A. cerana di SK dan ML berhenti mencari polen pada pukul 18.00. Puncak aktivitas mencari polen koloni A. cerana di ML lebih pagi (07.20-10.00) daripada di SK (10.20-14.30). Jumlah inidividu yang masuk membawa polen tiap 10 menit saat puncak aktivitas juga lebih tinggi di ML (144 individu) daripada di SK (46 individu).

Gambar 21 Perbandingan aktivitas mencari polen di Sumber Klampok dan Melaya. SumberKlampok, Melaya.

Persentase Aktivitas Mencari Polen A. cerana

Persentase aktivitas mencari polen pada tiap koloni di SK bervariasi. Dua koloni yaitu AC1SK dan AC3SK persentasenya lebih rendah daripada yang lain (AC2SK dan AC4SK) (Gambar 22). Koloni AC1SK menunjukkan aktivitas mencari polen terendah (5.2%) disusul oleh AC3SK (16.8%). Sedangkan

25 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 05 .20 – 0 5.3 0 05 .50 – 0 6.0 0 06 .20 – 0 6.3 0 06 .50 – 0 7.0 0 07 .20 – 0 7.3 0 07 .50 – 0 8.0 0 08 .20 – 0 8.3 0 08 .50 – 0 9.0 0 09 .20 – 0 9.3 0 09 .50 – 1 0.0 0 10 .20 – 1 0.3 0 10 .50 – 1 1.0 0 11 .20 – 1 1.3 0 11 .50 – 1 2.0 0 12 .20 – 1 2.3 0 12 .50 – 1 3.0 0 13 .20 – 1 3.3 0 13 .50 – 1 4.0 0 14 .20 – 1 4.3 0 14 .50 – 1 5.0 0 15 .20 – 1 5.3 0 15 .50 – 1 6.0 0 16 .20 – 1 6.3 0 16 .50 – 1 7.0 0 17 .20 – 1 7.3 0 17 .50 – 1 8.0 0 18 .20 – 1 8.3 0 Jum la h A . ce rana baw a pole n


(43)

Persentase aktivitas mencari polen AC2SK dan AC4SK masing-masing 33.4% dan 35.5%. Persentase aktivitas mencari polen di ML relativ sama ayaitu antara 23-27%.

Hubungan Aktivitas Terbang A. cerana dengan Faktor Lingkungan

Faktor cahaya berkorelasi positif dengan aktivitas terbang harian, mencari polen dan faktor lingkungan yang lain di SK dan ML (Gambar 23) dengan nilai korelasi 0.83 dan 0.85 (Tabel 1). Hal ini menunjukkan faktor cahaya paling

Gambar 22 Persentase aktivitas mencari polen terhadap aktivitas terbang harian, terbang harian, terbang mancari polen.

Gambar 23 Hasil PCA a. A. cerana masuk, b. A. cerana bawa polen c. cahaya, d.kelembaban, e.suhu luar sarang.

ML SK  a c a c 26 0% 20% 40% 60% 80% 100%

AC1SK AC2SK AC3SK AC4SK SK 0% 20% 40% 60% 80% 100%

AC1ML AC2ML AC3ML AC4ML ML

-2 -1 0 1 2

-2 -1 0 1 2 Comp.1 Co m p .2 1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14

-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0

-1 .0 -0 .5 0 .0 0 .5 1 .0 a b c d e

-2 -1 0 1 2 3

-2 -1 0 1 2 3 Comp.1 Com p .2 1 2 3 4 5 67 8 9

10 1112 13 14

-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5

-1 .0 -0 .5 0 .0 0 .5 1 .0 1 .5 a b c d ef


(44)

Tabel 1 Nilai korelasi antar komponen

 

AC

masuk AC polen

Cahaya RH Suhu Lokasi

AC masuk 1.00 0.83 0.80 -0.66 0.65 SK

AC masuk 1.00 0.85 0.47 0.12 0.002 ML

berpengaruh terhadap aktivitas terbang harian dan mencari polen. Kelembaban udara di SK berkorelasi negatif terhadap aktivitas terbang (-0.66). Intensitas cahaya yang tinggi dapat menurunkan kelembaban udara. Jika kelembaban udara rendah dapat menghambat aktivitas terbang harian dan mencari polen.

Di ML semua faktor lingkungan yang diukur berkorelasi positif, dengan nilai korelasi tertinggi adalah cahaya (0.85) dan terendah suhu (0.002). Data kecepatan angin rata-rata dari Stasiun Klimatologi Negara-Bali menunjukkan kecepatan angin di SK lebih tinggi (14.28 ± 2.73 km/jam) daripada di ML (13.94 ± 2.32 km/jam) (Lampiran 1). Curah hujan pada bulan Juli-Agustus di SK dan ML sangat rendah dimana selama dua bulan hanya terjadi satu kali hujan. Sehingga lokasi penelitian dalam keadaan kering.

Identifikasi Polen

Tipe dan Karakter Polen dari Tungkai A. cerana

Sampel polen yang dianalisis berasal dari enam koloni yaitu dari AC2SK, AC4SK, AC1ML, AC2Ml, AC3ML, dan AC4ML. Dua koloni A. cerana di SK yaitu AC1SK dan AC3SK setelah pengamatan aktivitas terbang harian kabur, sehingga tidak ada sampel polen dari dua koloni tersebut. Dari hasil identifikasi sampel polen dari tungkai A. cerana di SK dan ML ditemukan 12 familia yang terdiri dari 19 tipe polen dengan karakter polen yang berbeda-beda (Tabel 2). Dari 19 tipe yang ditemukan (Gambar 24), tiga tipe polen di ML belum dapat diidentifikasi (unidentified). Berdasarkan lokasi, lima tipe polen hanya ditemukan di SK, tujuh tipe polen hanya ditemukan di ML dan tujuh tipe


(1)

Rataan tiap koloni A. cerana masuk sarang

LokasiII

: Melaya

 

No

waktu

Jumlah A. cerana masuk

K1.i  K1.ii Rataan K1 K2.i K2.ii Rataan K2 K3.i  K3.ii Rataan K3 K4.ii K4.ii Rataan K4

1  05.20 – 05.30  0  0 0 0 0 0 0  0 0 0 0 0

2  05.50 – 06.00  0  0 0 0 0 0 9  17 13 86 84 85

3  06.20 – 06.30  484  235 359.5 138 369 253.5 856  474 665 528 334 431

4  06.50 – 07.00  433  377 405 296 502 399 485  309 397 639 416 527.5

5  07.20 – 07.30  641  707 674 490 656 573 355  210 282.5 611 399 505

6  07.50 – 08.00  565  568 566.5 519 817 668 389  281 335 337 438 387.5

7  08.20 – 08.30  510  742 626 430 743 586.5 454  212 333 364 416 390

8  08.50 – 09.00  579  664 621.5 590 324 457 213  222 217.5 305 278 291.5

9  09.20 – 09.30  277  362 319.5 474 377 425.5 384  139 261.5 292 269 280.5

10  09.50 – 10.00  396  289 342.5 219 442 330.5 117  180 148.5 294 222 258

11  10.20 – 10.30  175  227 201 238 335 286.5 128  121 124.5 187 491 339

12  10.50 – 11.00  200  170 185 267 255 261 103  92 97.5 137 134 135.5

13  11.20 – 11.30  279  401 340 155 604 379.5 227  87 157 178 292 235

14  11.50 – 12.00  316  211 263.5 149 168 158.5 148  167 157.5 347 228 287.5

15  12.20 – 12.30  131  247 189 185 161 173 130  138 134 249 224 236.5

16  12.50 – 13.00  273  163 218 233 99 166 203  551 377 234 199 216.5

17  13.20 – 13.30  257  159 208 183 147 165 158  143 150.5 274 496 385

18  13.50 – 14.00  731  242 486.5 383 154 268.5 113  203 158 314 330 322

19  14.20 – 14.30  457  460 458.5 273 147 210 110  227 168.5 288 244 266

20  14.50 – 15.00  383  371 377 160 214 187 306  142 224 174 192 183

21  15.20 – 15.30  456  271 363.5 148 196 172 511  131 321 141 193 167

22  15.50 – 16.00  325  178 251.5 143 284 213.5 195  100 147.5 208 168 188

23  16.20 – 16.30  356  141 248.5 100 295 197.5 94  145 119.5 185 190 187.5

24  16.50 – 17.00  278  161 219.5 135 173 154 40  103 71.5 157 115 136

25  17.20 – 17.30  234  176 205 80 109 94.5 84  117 100.5 178 99 138.5

26  17.50 – 18.00  213  132 172.5 136 85 110.5 98  119 108.5 219 112 165.5

27  18.20 – 18.30  33  25 29 52 96 74 17  85 51 41 20 30.5


(2)

Rataan tiap koloni A. cerana membawa polen

Lokasi II :

Melaya

No waktu

Jumlah A. cerana bawa polen

K1.i  K1.ii Rataan K1 K2.i K2.ii Rataan K2 K3.i  K3.ii Rataan K3 K4.i K4.ii Rataan K4

1  05.20 – 05.30  0  0 0 0 0 0 0  0 0 0 0 0

2  05.50 – 06.00  0  0 0 0 0 0 0  12 6 72 24 48

3  06.20 – 06.30  93  0 46.5 26 59 42.5 61  369 215 92 89 90.5

4  06.50 – 07.00  104  7 55.5 71 85 78 78  46 62 131 115 123

5  07.20 – 07.30  231  48 139.5 142 145 143.5 117  73 95 179 173 176

6  07.50 – 08.00  209  177 193 162 147 154.5 174  98 136 95 162 128.5

7  08.20 – 08.30  150  170 160 157 184 170.5 157  100 128.5 118 88 103

8  08.50 – 09.00  190  220 205 276 112 194 107  135 121 107 106 106.5

9  09.20 – 09.30  167  223 195 194 125 159.5 130  56 93 150 99 124.5

10  09.50 – 10.00  183  180 181.5 127 197 162 112  56 84 117 119 118

11  10.20 – 10.30  109  117 113 159 133 146 75  64 69.5 64 113 88.5

12  10.50 – 11.00  101  117 109 82 129 105.5 57  52 54.5 53 76 64.5

13  11.20 – 11.30  89  89 89 69 93 81 37  40 38.5 45 88 66.5

14  11.50 – 12.00  65  85 75 97 88 92.5 36  46 41 30 72 51

15  12.20 – 12.30  22  97 59.5 94 73 83.5 68  30 49 33 54 43.5

16  12.50 – 13.00  97  80 88.5 53 30 41.5 47  42 44.5 19 45 32

17  13.20 – 13.30  92  24 58 74 44 59 30  39 34.5 28 50 39

18  13.50 – 14.00  71  34 52.5 79 31 55 28  31 29.5 40 56 48

19  14.20 – 14.30  81  75 78 48 30 39 30  23 26.5 20 48 34

20  14.50 – 15.00  77  29 53 33 44 38.5 45  35 40 19 23 21

21  15.20 – 15.30  73  32 52.5 25 32 28.5 37  31 34 17 19 18

22  15.50 – 16.00  38  25 31.5 22 28 25 29  16 22.5 6 16 11

23  16.20 – 16.30  32  18 25 16 25 20.5 24  10 17 4 8 6

24  16.50 – 17.00  23  23 23 15 15 15 11  2 6.5 5 2 3.5

25  17.20 – 17.30  5  13 9 8 11 9.5 11  6 8.5 11 10 10.5

26  17.50 – 18.00  8  4 6 9 5 7 5  0 2.5 4 5 4.5

27  18.20 – 18.30  0  0 0 0 0 0 0  0 0 0 0 0

 

 


(3)

Intensitas Cahaya di Sumber Klampok Selama Pengamatan Aktivitas Terbang A. cerana

 

No  Jam  Intensitas cahaya (lux)

k1.1  k1.2  rataan k2.1 k2.2 rataan k3.1 k3.2  rataan k4.1 k4.2 rataan

1  05.30  0  0  0 0 0 0 0 0  0 0 0 0

2  06.30  95  7  51 6 90 48 66 110  88 70 60 65

3  07.30  2950  3000  2975 110 1337 723.5 347 410  378.5 1750 389 1069.5

4  08.30  2870  1480  2175 3210 3540 3375 1350 4370  2860 2110 2160 2135

5  09.30  1580  21800  11690 2610 1850 2230 5680 7840  6760 2720 1700 2210

6  10.30  2900  23900  13400 4800 1760 3280 3800 3270  3535 8950 6490 7720

7  11.30  2600  2400  2500 6820 1215 4017.5 8800 3160  5980 5870 5230 5550

8  12.30  2700  3200  2950 3290 1650 2470 7500 2680  5090 2360 6520 4440

9  13.30  2500  3000  2750 4260 1760 3010 1050 1800  1425 3690 5180 4435

10  14.30  2400  3200  2800 2620 1806 2213 1600 1480  1540 1680 5410 3545

11  15.30  2400  2440  2420 1300 1900 1600 1550 1270  1410 1240 1136 1188

12  16.30  1080  700  890 183 960 571.5 1390 660  1025 930 940 935

13  17.30  500  520  510 91 522 306.5 472 590  531 128 146 137

14  18.30  2  1  1.5 0 0 0 1 0  0.5 1 1 1

k1.1: Koloni 1, pengamatan ke‐1  k1.2: Koloni 1, pengamatan ke‐2 

 

Kelembaban udara di Sumber Klampok Selama Pengamatan Aktivitas Terbang A. cerana

No  Jam  Kelembaban (%) 

k1.1  k1.2  Rataan k2.1 k2.2 Rataan k3.1 k3.2 Rataan k4.1 k4.1 Rataan 

1  05.30  82  72  77 65 77 71 75 83 79 87 84 85.5

2  06.30  79  73  76 91 77 84 80 84 82 85 88 86.5

3  07.30  68  69  68.5 89 61 75 77 68 72.5 79 80 79.5

4  08.30  66  62  64 82 69 75.5 76 64 70 68 68 68

5  09.30  63  59  61 71 56 63.5 59 58 58.5 59 65 62

6  10.30  54  57  55.5 61 55 58 56 56 56 53 59 56

7  11.30  57  58  57.5 60 56 58 45 56 50.5 56 58 57

8  12.30  58  56  57 56 55 55.5 48 54 51 51 55 53

9  13.30  56  54  55 57 53 55 50 55 52.5 47 53 50

10  14.30  57  57  57 59 53 56 54 57 55.5 46 54 50

11  15.30  58  58  58 61 56 58.5 53 61 57 47 57 52

12  16.30  62  60  61 62 63 62.5 58 63 60.5 64 57 60.5

13  17.30  68  63  65.5 65 67 66 63 66 64.5 61 61 61


(4)

Suhu luar sarang di Sumber Klampok Selama Pengamatan Aktivitas Terbang A. cerana

No  Jam 

Suhu luar sarang (oC) 

k1.1  k1.2  Rataan  k2.1 k2.2 Rataan k3.1 k3.2  Rataan k4.1 k4.2 Rataan

1  05.30  24.2  24.1  24.15 24.5 20.3 22.4 24 23 23.5 21.8 22.1 21.95

2  06.30  24  24  24 24.4 19.7 22.05 24.4 23 23.7 22.3 21.7 22

3  07.30  25.4  25.5  25.45 27.4 20.9 20.9 25 25.2 25.1 23.4 23.7 23.55

4  08.30  26.5  26.3  26.4 26.3 24.9 25.6 25.2 26.9 26.05 25.3 25.6 25.45

5  09.30  28.2  27  27.6 29.6 26.7 28.15 29.2 28.3 28.75 26.6 26.3 26.45

6  10.30  28.7  29  28.85 29.3 28.8 29.05 30.2 29.3 29.75 27.6 28 27.8

7  11.30  28.4  29  28.7 29 29.4 29.2 30.4 29.5 29.95 28.2 28.6 28.4

8  12.30  29.1  29  29.05 29.1 30.3 29.7 31.2 30.3 30.75 28.5 28.9 28.7

9  13.30  29.5  29.4  29.45 29.9 30.1 30 30.2 30 30.1 28.6 29.1 28.85

10  14.30  29.4  29  29.2 29.3 29.1 29.2 29.9 29.4 29.65 29 29.1 29.05

11  15.30  28.3  28.7  28.5 27.5 28.6 28.05 29.3 28.8 29.05 28.7 28.5 28.6

12  16.30  27.4  27.7  27.55 26.9 28.6 27.75 28.7 27 27.85 27.9 27.5 27.7

13  17.30  26.6  26.3  26.45 26.1 27.6 26.85 26 26.6 26.3 26.3 26.6 26.45

14  18.30  25.5  25.2  25.35 25 26.5 25.75 25.4 25.9 25.65 25.3 25.3 25.3

Suhu dalam sarang di Sumber Klampok Selama Pengamatan Aktivitas Terbang A. cerana

No  Jam  Suhu dalam sarang (oC) 

k1.1  k1.2  Rataan k2.1 k2.2 Rataan k3.1  k3.2 Rataan k4.1 k4.2 Rataan

1  05.30  26.4  25.6  26 27.8 25.1 26.45 26 25 25.5 31.3 25 28.15

2  06.30  26  25.4  25.7 26.9 24.1 25.5 26 25.5 25.75 25.7 24.6 25.15

3  07.30  26.5  25.8  26.15 28.5 25.6 27.05 26 26 26 25.5 25.4 25.45

4  08.30  27.1  26.4  26.75 28.9 27.8 28.35 27.1  27.3 27.2 27 26.3 26.65

5  09.30  28.4  27.2  27.8 29.7 28.8 29.25 26.8  27.4 27.1 27.6 27.3 27.45

6  10.30  28.4  28.7  28.55 20.9 31.9 26.4 29.8  28.8 29.3 28.6 28.3 28.45

7  11.30  28.7  29.2  28.95 30.6 32.4 31.5 29.7  29.5 29.6 29 29 29

8  12.30  29.3  29.7  29.5 30.7 33.5 32.1 30.7  30.1 30.4 29.5 29.5 29.5

9  13.30  28.9  30  29.45 32.2 33.9 33.05 30.9  30.6 30.75 29.8 30.1 29.95

10  14.30  30  30.1  30.05 31.2 34.4 32.8 32 30.3 31.15 30.2 30.3 30.25

11  15.30  30.4  30.3  30.35 30.1 33.2 31.65 32.2  30 31.1 30 30.4 30.2

12  16.30  29.6  30  29.8 28.6 33.5 31.05 23.8  31.2 27.5 30.1 29.8 29.95

13  17.30  28.6  28.7  28.65 28.6 33.4 31 29.1  30.3 29.7 28.4 28.8 28.6

14  18.30  27.7  27.6  27.65 28 33.5 30.75 30.6  30.8 30.7 28 28 28


(5)

Intensitas cahaya di Melaya Selama Pengamatan Aktivitas Terbang A. cerana

No  Jam 

Intensitas Cahaya (Lux) 

k1.1  k1.2 rataan k1 k2.1 k2.2 rataan k2 k3.1  k3.2 rataan k3 k4.1 k4.2 rataan k4

1  05.30  0  0 0 0 0 0 0  0 0 0 0 0

2  06.30  18  113 65.5 80 62 71 113  152 132.5 26 85 55.5

3  07.30  123  1271 697 1930 455 1192.5 1264  1309 1286.5 220 3560 1890

4  08.30  1805  1667 1736 3370 3310 3340 2170  2670 2420 419 2640 1529.5

5  09.30  2436  2250 2343 2310 1220 1765 5400  3080 4240 33000 6670 19835

6  10.30  2682  5940 4311 1700 3080 2390 4060  4590 4325 5500 5000 5250

7  11.30  6210  3100 4655 2010 3260 2635 5140  2930 4035 1880 4000 2940

8  12.30  70600  4140 37370 7160 3910 5535 7890  1650 4770 4050 3180 3615

9  13.30  81400  9160 45280 5230 7020 6125 8830  2240 5535 3780 2190 2985

10  14.30  70100  2630 36365 9140 63000 36070 4250  2200 3225 3220 2620 2920

11  15.30  5300  2610 3955 4800 8600 6700 5980  2080 4030 1800 2470 2135

12  16.30  2480  2420 2450 2880 3860 3370 4290  2010 3150 2890 1280 2085

13  17.30  991  369 680 1280 1103 1191.5 2300  1500 1900 504 443 473.5

14  18.30  2  0 1 2 2 2 3  1 2 0 0 0

Kelembaban Udara di Melaya Selama Pengamatan Aktivitas Terbang A. cerana

No  Jam 

Kelembaban (%) 

k1.1  k1.2  rataan k1 k2.1 k2.2 rataan k2 k3.1  k3.2 rataan k3 k4.1 k4.2 rataan k4

1  05.30  88  83  85.5 86 90 88 84  89 86.5 84 80 82

2  06.30  92  90  91 93 95 94 86  95 90.5 87 85 86

3  07.30  86  89  87.5 94 97 95.5 90  95 92.5 84 85 84.5

4  08.30  77  83  80 90 91 90.5 87  88 87.5 81 78 79.5

5  09.30  66  75  70.5 82 80 81 85  84 84.5 70 71 70.5

6  10.30  63  69  66 80 72 76 82  79 80.5 63 67 65

7  11.30  62  62  62 70 73 71.5 79  70 74.5 64 65 64.5

8  12.30  59  57  58 63 68 65.5 72  68 70 63 64 63.5

9  13.30  57  55  56 59 64 61.5 72  66 69 62 60 61

10  14.30  59  66  62.5 58 65 61.5 71  68 69.5 64 61 62.5

11  15.30  61  69  65 60 61 60.5 75  60 67.5 65 62 63.5

12  16.30  64  69  66.5 66 71 68.5 76  74 75 66 64 65

13  17.30  68  69  68.5 70 74 72 79  81 80 69 69 69


(6)

Suhu luar sarang di Melaya Selama Pengamatan Aktivitas Terbang A. cerana

No  Jam  Suhu Luar Sarang (oC) 

k1.1  k1.2  rataan k1 k2.1 k2.2 rataan k2 k3.1 k3.2  rataan k3 k4.1 k4.2 rataan k4

1  05.30  23  23.2  23.1 22.2 23.6 22.9 24.8  23.8 24.3 23.3 24.2 23.75

2  06.30  22.5  22.2  22.35 21.6 23.1 22.35 24.3  22.6 23.45 22.9 23.3 23.1

3  07.30  23.6  23.5  23.55 22.8 23.6 23.2 24.6  24.6 24.6 24.1 24.8 24.45

4  08.30  25.5  25.3  25.4 24.8 25.9 25.35 25.8  26 25.9 25.6 26 25.8

5  09.30  27.6  27.1  27.35 25.9 26.7 26.3 26.7  26.5 26.6 28.4 27.7 28.05

6  10.30  29  28.2  28.6 26.2 28 27.1 27.5  28 27.75 29.3 29 29.15

7  11.30  29.1  29.3  29.2 28.3 28.8 28.55 28  27.8 27.9 29.7 29.3 29.5

8  12.30  30  30.8  30.4 29.6 29.8 29.7 29.2  28 28.6 29.7 29.4 29.55

9  13.30  30.4  30.6  30.5 30.7 30.3 30.5 29.2  28.3 28.75 30 30.1 30.05

10  14.30  30.1  28.5  29.3 30.8 30 30.4 29.3  27.8 28.55 29.7 29.8 29.75

11  15.30  29.7  27.6  28.65 29.8 31.4 30.6 28.7  28.9 28.8 29.5 29.5 29.5

12  16.30  28.8  27.6  28.2 28.8 28.7 28.75 27.9  27.9 27.9 28.6 28.7 28.65

13  17.30  27.1  26.6  26.85 27.7 27.5 27.6 27.1  26.5 26.8 27.6 27.4 27.5

14  18.30  26.6  25.8  26.2 26.4 26.1 26.25 25.9  25.9 25.9 26.5 26.4 26.45

 

Suhu dalam sarang di Melaya Selama Pengamatan Aktivitas Terbang A. cerana

No  Jam  Suhu Dalam Sarang (oC) 

k1.1  k1.2  rataan k1 k2.1 k2.2 rataan k2 k3.1 k3.2  rataan k3 k4.1 k4.2 rataan k4

1  05.30  31.2  29.8  29.8 25.1 30.1 27.6 33.7  29.8 31.75 27.8 29.1 28.45

2  06.30  30.9  29  29.95 30.6 30.6 30.6 34.1  30.5 32.3 28.4 29.6 29

3  07.30  30.6  29.4  30 31.8 30.7 31.25 33.5  31 32.25 30.1 30.3 30.2

4  08.30  31.2  30.4  30.8 33 31.8 32.4 34.2  28.9 31.55 29.9 31.1 30.5

5  09.30  31.7  32  31.85 31.3 31.8 31.55 34.4  29.4 31.9 30.1 30.2 30.15

6  10.30  32.8  32.7  32.75 31.2 29.9 30.55 34.7  30.2 32.45 31.7 31 31.35

7  11.30  33  32.4  32.7 30.6 33.3 31.95 34.6  31.9 33.25 31.9 31.6 31.6

8  12.30  33.1  32.5  32.8 32.4 34.4 33.4 33.4  32 32.7 31.9 31.7 31.7

9  13.30  33.6  33.3  33.45 31.8 33.8 32.8 34.8  32.5 33.65 32.4 32.4 32.4

10  14.30  33.2  33.7  33.45 32.9 34.4 33.65 34.4  33.7 34.05 31.5 32.3 32.3

11  15.30  33.7  32.6  33.15 34.5 33.1 33.8 34.6  32.8 33.7 31.5 31.3 31.3

12  16.30  34  33.2  33.6 33.8 32.2 33 34.4  31.2 32.8 30.6 31.4 31.4

13  17.30  34  32.6  33.3 32.7 33.4 33.05 34  31.2 32.6 31.2 30.1 30.1

14  18.30  33  32.1  32.55 31.7 31.7 31.7 33.8  35.2 34.5 29.6 30.4 30.4

Keterangan

k1.1: Koloni 1, pengamatan ke-1 k1.2: Koloni 1, pengamatan ke-2