BAHAN PEREKAT TINJAUAN PUSTAKA

6 Berbeda dengan selulosa, hemiselulosa terdiri dari komposisi berbagai unit gula dengan rantai moleku yang lebih pendek. Lignin merupakan zat organik polimer yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kekuatan mekanik. Kandungan lignin dalam tumbuhan cukup bervariasi, yaitu berkisar 20-40 persen. Pada penggunaan kayu secara umum, lignin digunakan sebagai bagian integral kayu Sostrohamidjojo, 1995. Hasil penelitian Sumarna 1976 menunjukkan bahwa kandungan kimia kayu yang banyak berpengaruh pada produk papan olahan seperti papan serat dan papan partikel yang dihasilkan adalah lignin dan zat ekstraktif kelarutan dalam etanol benzena. Bahkan, dengan kandungan lignin yang tinggi, bahan serat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai papan komposit tanpa perekat eksternal binderless Xu et al., 2006. Menurut Pizzi 1983 zat ekstraktif merupakan hambatan secara fisik maupun kimiawi terhadap proses perekatan papan partikel. Adanya lapisan ekstraktif di permukaan kayu akan menghalangi resin mencapai selulosa sehingga akan menghasilkan garis perekatan yang kurang baik dan kekuatan rekatnya rendah. Selain itu, zat ekstraktif menyebabkan pemakaian perekat kurang efisien, laju pengerasan perekat terhambat, dan mengurangi sifat tahan air papan partikel. Kandungan zat ekstraktif dalam kayu menurut Maloney 1993 antara 5 - 30. Djalal 1984 menambahkan bahwa peningkatan kadar zar ekstraktif dapat mengurangi kerekatan, sehingga akan menghasilkan kekuatan rekat yang rendah.

2.4 BAHAN PEREKAT

Pada proses pembuatan papan partikel, bahan baku berupa serat kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya diirekatkan dengan perekat terlebih dahulu sebelum kemudian dikempa. Perekat yang dapat digunakan untuk papan partikel adalah perekat buatan dan perekat alami. Contoh perekat buatan yang dapat digunakan antara lain Urea Formaldehida UF, Fenol Formaldehida PF, Melamin Formaldehida MF, dan isosianat Bowyer et al., 2003. Faktor yang mempengaruhi perekatan yaitu bahan yang direkat, perekat dan kondisi perekatan. Bahan yang direkat, seperti kayu, akan mempengaruhi perekatan dari segi anatomi, berat jenis, zat ekstraktif, kadar air dan keadaan permukaan. Sedangkan macam perekat, keadaan perekat, komposisi perekat, dan masa tunggu akan mempengaruhi perekatan. Pada pengempaan bahan yang akan direkat maka suhu, lamanya pengempaan dan besarnya tekanan yang diberikan akan mempengaruhi perekatan Sutigno 1988. Gambar 1. Rumus bangun polimer fenol formaldehida 7 Perekat fenol formaldehida merupakan perekat resin fenolik, dibentuk melalui reaksi kondensasi antara formaldehida dengan senyawa fenolik Pizzi et al., 1997. Menurut Hartomo et al. 1992, perekat fenol formaldehida merupakan salah satu jenis perekat termoset yang berbentuk resin kental dan tahan disimpan selama 6 bulan. Proses setting-nya berasal dari polimerisasi kondensasi dengan eliminasi air. Perekat jenis ini baik digunakan untuk perekat kayu, karena sifatnya yang tahan terhadap cuaca, air panas, dan bahan kimia. Sutigno 1988 mengatakan bahwa perekat fenol formaldehida termasuk perekat eksterior yang tahan terhadap pengaruh cuaca. Jenis perekat yang digunakan mensyaratkan suhu pengempaan panas yang harus dilakukan terhadap campuran yang akan dikempa. papan partikel berperekat urea formaldehida dikempa dengan suhu berkisar 110 o C – 150 o C, sedangkan perekat fenol formaldehida dengan suhu antara 130 o C – 170 o C. Kebutuhan temperatur akan dicapai kebanyakan tergantung pada jarak dari masing-masing piring kempa dan untuk praktisnya kebutuhan waktu pengempaan 2 – 15 menit atau lebih dan tergantung pada ketebalan panel dan tipe perekat. Kollman et al. 1975 menyatakan bahwa, perekat fenol formaldehida mengalami pemadatan yang lebih lambat, sehingga memerlukan temperatur kempa yang lebih tinggi dan waktu kempa yang lebih lama dibandingkan dengan perekat urea formaldehida. Oleh karena itu, kadar air partikel yang akan direkatkan perlu diperhatikan saat menggunakan perekat fenol formaldehida. 8

III. METODE PENELITIAN