PERBEDAAN POST POWER SYNDROME MASA PENSIUN DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pensiun dalam dunia kerja merupakan tugas perkembangan yang dapat dilihat dalam berbagai sudut pandang, yaitu sebagai proses, sebagai suatu peran sosial atau sebagai salah satu fase dalam hidup. Akan tetapi bagaimanapun juga dan dari perspektif manapun hal itu dipandang, ada satu hal yang pasti, pensiun adalah fenomena sosial yang kompleks dan menyentuh kehidupan hampir setiap orang (Hurlock, 1980).

Dewasa ini, dengan makin meluasnya kesadaran untuk menerima pensiun yang diwajibkan dan tumbuhnya kecenderungan perempuan dan laki-laki untuk hidup lebih lama dari sebelumnya, pensiun menjadi salah satu masalah penting dalam kehidupan masyarakat. Sebagaimana dalam Social Readjusment Rating Scale (SRRS) yang dikembangkan oleh Holmes dan Rahe menerangkan bahwa pensiun merupakan salah satu peristiwa kehidupan yang menimbulkan stress dan menyebabkan perubahan yang berarti dalam hidup seseorang (Eliana, 2003).

Surbhakti (2008) melakukan penelitian tentang pensiun, berdasar hasil survey yang dilakukan di Puskesmas Pembantu di Kelurahan Pardomuan Kecamatan Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar, ia menemukan bahwa rata-rata lansia (232 orang) yang datang ke Puskesmas adalah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan antara lain dengan diagnosa hipertensi yang tingkat manifestasinya dapat menyebabkan stroke yang dapat menyebabkan kematian. Fenomena ini menunjukkan bahwa sesungguhnya pensiun adalah situasi yang merupakan stressor bagi lansia dan seringkali dianggap hal yang menakutkan.

Eliana (2003) yang melakukan penelitian tentang konsep diri pensiunan di Indonesia, menyimpulkan bahwa masa pensiun yang dimulai ketika orang berusia 55 tahun adalah masa yang menimbulkan gejolak psikologis, seperti berubahnya harga diri seseorang yang kemudian mempengaruhi konsep diri menjadi negatif. Dampak psikologis ini nantinya mempengaruhi kesehatan mental seseorang dan juga proses penyesuaian dirinya. Seseorang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik pada masa pensiun memberikan dampak positif bagi seorang


(2)

2 pensiunan karena ia dapat menjalani masa pensiun dengan rasa bahagia dan bahkan dapat mencari pekerjaan lain.

Kecemasan pada masa pensiun terutama terjadi saat seseorang harus mulai lagi menjalani kebiasaan baru. Beradaptasi, bagi sebagian orang memang bukan sesuatu yang mudah. Terutama bila ia mesti menyesuaikan diri dari kondisi mapan dan menyenangkan ke kondisi yang „tidak terbayangkan. Hal seperti ini bisa menjadi sumber stress. Selain itu, kecemasan itu juga bisa terjadi karena ia belum sempat memikirkan kegiatan produktif yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu luangnya nanti. Perubahan di masa pensiun seperti dalam hal ekonomi karena tidak ada lagi income dan dalam hal pengaturan waktu karena banyaknya waktu luang di masa pensiun membuat seseorang harus melakukan penyesuaian diri tanpa memperhatikan apakah dia meninggalkan karir yang cemerlang atau pekerjaan yang tidak ada harapan (Hurlock, 1980).

Individu yang memasuki masa pensiun sering dianggap sebagai individu yang tuna karya (tidak dibutuhkan lagi tenaga dan pikirannya). Anggapan semacam ini membuat individu tidak bisa lagi menikmati masa pensiunnya dengan hidup santai dan ikhlas. Ketakutan menghadapi masa pensiun, membuat banyak orang mengalami problem serius baik dari sisi kejiwaan maupun fisik, terlebih individu yang memiliki ambisi yang besar serta sangat menginginkan posisi yang tinggi dalam pekerjaannya. Hal ini akan sangat rentan bagi individu untuk mengalami goncangan ketika pensiun yang biasa kita kenal sebagai post power syndrome (Dinsi, 2005).

Post power syndrome yaitu gejala kejiwaan yang kurang stabil dan muncul tatkala seseorang turun dari jabatan yang dimiliki sebelumnya, ditandai dengan wajah yang tampak jauh lebih tua, pemurung, sakit-sakitan, mudah tersinggung, merasa tidak berharga, melakukan pola-pola kekerasan yang menunjukkan kemarahan, baik di rumah maupun tempat lain (Rini, 2001). Sebenarnya, post power syndrome itu sendiri hanyalah sebuah istilah yang hanya dikenal di Indonesia dan belum dikenal secara meluas di dalam ranah psikologi. Tetapi masyarakat Indonesia khususnya orang-orang yang telah pensiun sangat mengerti dan memahami makna dari

post power syndrome itu sendiri sehingga sangat menarik untuk diteliti lebih dalam karena ini merupakan permasalahan yang bisa terjadi bagi siapa saja yang memasuki masa pensiun.

Post Power Syndrome hampir selalu dialami terutama orang yang sudah lansia dan pensiun dari pekerjaannya, hanya saja banyak orang yang berhasil melalui fase ini dengan cepat dan dapat menerima kenyataan dengan hati yang lapang.Namun pada kasus-kasus tertentu, individu tidak mampu menerima kenyataan yang ada, ditambah dengan tuntutan hidup yang


(3)

3 harus mendesak. Bila dirinya adalah satu-satunya penopang hidup keluarga, risiko terjadinya

Post Power Syndrome yang berat semakin besar. Dukungan dan pengertian dari orang-orang tercinta serta lingkungan terdekat, dalam hal ini keluarga sangat membantu dan kematangan emosi sangat berpengaruh pada terlewatinya Post Power Syndrome. (Wardhani, dalam Handayani, 2009).

Sindrom ini bisa dialami oleh pria maupun wanita, tergantung dari berbagai faktor, seperti ciri kepribadian, penghayatan terhadap makna dan tujuan kerja, pengalaman selama bekerja, pengaruh lingkungan keluarga dan budaya. Berbagai faktor tersebut menentukan keberhasilan individu dalam menyesuaikan diri menghadapi masa pensiun. Post power syndrome

merupakan tanda kurang berhasilnya seseorang menyesuaikan diri.

Secara empiris menunjukkan bahwa perempuan lebih dapat menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun dibandingkan laki-laki. (Papalia dkk, 2001) menemukan bahwa meskipun pensiunan perempuan dan laki-laki nampaknya memiliki sikap positif terhadap pensiun, tetapi sikap perempuan secara signifikan lebih positif. Penelitian lain menemukan bahwa perempuan melihat hidup di masa pensiun lebih menyenangkan dibandingkan laki-laki. Antara laki-laki dan perempuan, laki-laki lebih rentan terhadap post power syndrome karena pada perempuan umumnya lebih menghargai relasi dari pada prestise, prestise dan kekuasaan itu lebih dihargai oleh laki-laki (Papalia dkk, 2001).

Handayani (2009) melakukan penelitian terhadap pegawai negeri sipil laki-laki yang telah pensiun, menemukan hasil bahwa mereka merasakan perubahan setelah pensiun yang mengarah ke keadaan post power syndrome, yaitu perubahan pada penglihatan, pendengaran serta sensorik motorik yang menurun dan perubahan emosi. Subjek merasa stres dan sedih karena sudah pensiun sehingga tidak dapat berbuat apa-apa lagi, selain itu subjek juga mengalami penurunan harga diri. Selain itu, subjek juga merasa kehilangan hubungan eksklusif dengan kelompok kerjanya, subjek juga merasa kehilangan lingkungan intelektualitasnya dan tidak dapat lagi mengembangkan potensi yang ada pada dirinya setelah pensiun.

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dilihat bahwa pada masa pensiun seseorang bisa mengalami post power syndrome, dan sindrom ini dapat dialami baik oleh laki-laki maupun perempuan. Tetapi perbedaannya disini adalah, anggapan dalam masyarakat bahwa laki-laki wajib untuk bekerja, dan eksis dalam pekerjannya. Sedangkan pada perempuan, bekerja


(4)

4 bukanlah suatu kewajiban sehingga pada saat memasuki masa pensiun, laki-laki dan perempuan bisa berbeda dalam menyikapi post power syndrome.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Perbedaan Post Power Syndrome Masa Pensiun Ditinjau Dari Jenis Kelamin”.

B. Rumusan Masalah :

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada perbedaan post power syndrome masa pensiun ditinjau dari jenis kelamin.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan post power syndrome masa pensiun ditinjau dari jenis kelamin.

D. Manfaat Penelitian 1) Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan dalam mengembangkan ilmu psikologi, khususnya psikologi industri dan organisasi, perkembangan dan sosial.

2) Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang perbedaan post power syndrome ditinjau dari jenis kelamin, serta memberi pandangan dan memberi masukan kepada para pensiunan dalam menyikapi post power syndrome masa pensiun.


(5)

i

PERBEDAAN POST POWER SYNDROME MASA PENSIUN DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

SKRIPSI

Oleh : Ria Andardini

07810026

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2011


(6)

(7)

(8)

(9)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya,

sehingga skripsi yang berjudul “Perbedaan Post Power Syndrome Masa Pensiun Ditinjau

Dari Jenis Kelamin” ini dapat diselesaikan setelah melalui proses usaha keras yang

memerlukan segenap tenaga dan pikiran. Skripsi ini dimaksudakan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan yang telah diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga karya ini bisa selesai. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Tulus Winarsunu, M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Bapak Yudi Suharsono, S.Psi, M.Si selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan arahan dan pengetahuan baru kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Tri Muji Ingarianti, S.Psi, M.Psi selaku pembimbing II. Terima kasih atas bimbingan dan arahan yang sangat berarti dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, dan juga atas kesabaran dan nasehatnya yang sangat berarti.

4. Ibu. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku dosen wali kelas A angkatan 2007. Terima kasih telah banyak membantu dalam proses akademik dan juga semangatnya kepada kami semua.

5. Segenap Dosen Fakultas Psikologi yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan kepada penulis, serta Staff TU atas bantuannya selama ini.

6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang menjadi responden penelitian ini, terima kasih atas kesediaan waktu dan perhatiannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak dan Ibuku, terima kasih atas doa, dukungan, serta perhatian yang tak terhingga

kepada penulis. Rasanya ucapan terimakasih dan gelar sarjana saja tak cukup untuk membalas kebaikan kalian. Buat Mas Rio, terima kasih atas diskusi-diskusi yang selalu menarik dan bermanfaat. My family, my breath, my life, and my world. Love you.


(10)

vi

8. Pakde Gatot dan Bude Yun sekeluarga, terima kasih telah menjagaku selama kuliah ini. Terima kasih juga atas perhatian dan bantuannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Maaf ya kalau sering bandel.

9. Dani Hermawan, terima kasih banyak ya atas segala bentuk dukungan, nasehat, perhatian, kesabaran, dan semuanya, sesuatu banget deh pokoknya. I hope the best for us. And now, it’s your turn to run faster and jump higher. Reach your dreams!

10. Untuk sahabat-sahabatku, anak-anak D6, Nyax dan Serli. Trima kasih atas segala bantuan, semangat dan pengertiannya selama ini ya. Sangat berarti bagiku. Aku akan sangat merindukan segala hal-hal lucu dan menggelikan yang telah kita ciptakan dimanapun kita berada. Sukses buat kita semua. Tak lupa juga buat Ega, Ayu, dan Dian. Terima kasih telah mengisi hari-hari selama masa perkuliahan ini.

11. Teman-teman Kelas A angkatan 2007. Kangen ma kalian semua. Terima kasih atas keceriaan dan kebersamaan yang tercipta.

12. Tim Career Center Fapsi yang telah memberi banyak pemahaman-pemahaman, pandangan baru dan hiburan bagiku, terima kasih banyak. Go Team CC!

13. Kepada semua pihak, penulis ucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga.

Semoga Allah SWT membalas segala amal dan kebaikannya. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna dengan segala keterbatasan yang ada, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa barakatuh.

Malang, 12 Oktober 2011 Penulis


(11)

vii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR TABEL...v

DAFTAR LAMPIRAN...vi

INTISARI...vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan Penelitian...4

D. Manfaat Penelitian...4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Post Power Syndrome 1. Pengertian Post Power Syndrome...6

2. Faktor-faktor Penyebab Post Power Syndrome...7

3. Gejala-gejala Post Power Syndrome...12

B. Jenis Kelamin (Gender) 1. Pengertian Jenis Kelamin (gender)...13

2. Orientasi Peran Gender...14

3. Feminitas Dan Maskulinitas...15

4. Implikasi Gender Dalam Dunia Kerja...15

5. Perbedaan Laki-laki Dan Perempuan Dari Beberapa Segi...16

6. Karakteristik Psikologis Laki-Laki Dan Perempuan Dalam Masa Pensiun...18

C. Perbedaan Post Power Syndrome Masa Pensiun Ditinjau Dari Jenis Kelamin...19

D. Kerangka Pemikiran...21


(12)

viii BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian...23

B. Variabel Penelitian...23

C. Definisi Operasional...24

D. Populasi Dan Sampel Penelitian...24

E. Prosedur Penelitian...26

F. Jenis Data Dan Instrumen Penelitian...27

G. Pengujian Instrumen...29

H. Teknik Analisa Data...32

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data...33

B. Analisa Data...34

C. Pembahasan...36

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...40

B. Saran-Saran...40

DAFTAR PUSTAKA...42


(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Jumlah Sampel Penelitian...25

2. Blue Print Skala Post Power Syndrome...28

3. Skor Jawaban Pernyataan Skala Likert... 29

4. Item Validitas Skala Post Power Syndrome...30

5. Reliabilitas Skala Post Power Syndrome...32

6. Perhitungan T-Score Skala Post Power Syndrome...34


(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Instrumen Penelitian

Lampiran B. Data Skala Post Power Syndrome


(15)

xi INTISARI

Andardini, Ria (2011). Perbedaan Post Power Syndrome Masa Pensiun Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing : (1) Yudi Suharsono. (2) Tri Muji Ingarianti.

Kata Kunci : Post Power Syndrome, Jenis Kelamin

Post Power Syndrome merupakan gejala kejiwaan yang kurang stabil dan muncul tatkala seseorang turun dari jabatan yang dimiliki sebelumnya. Post power syndrome hampir selalu dialami orang yang sudah pensiun dari pekerjaannya, khususnya bagi individu yang tidak mampu menerima kenyataan yang ada. Post power syndrome bisa dialami, baik oleh laki-laki maupun perempuan., tergantung dari berbagai faktor, seperti ciri kepribadian, penghayatan terhadap makna dan tujuan kerja, pengalaman selama bekerja, pengaruh lingkungan keluarga dan budaya. Dalam menanggapi post power syndrome pun, laki-laki dan perempuan mempunyai pandangan sendiri, hal ini terkait dengan pandangan dalam masyarakat tentang kewajiban dan tuntutan seorang laki-laki untuk bekerja, sedangkan perempuan tidak diwajibkan dan tidak dituntut untuk bekerja. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu post power syndrome sebagai variabel terikat dan jenis kelamin sebagai variabel bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan post power syndrome

masa pensiun ditinjau dari jenis kelamin.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Instrumen yang dipakai adalah skala

post power syndrome yang dikembangkan dengan menggunakan skala likert. Sampel penelitian adalah laki-laki dan perempuan yang telah memasuki masa pensiun dengan rincian laki-laki sebanyak 30 orang dan perempuan sebanyak 30 orang jadi total adalah 60 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Dari hasil penelitian, diperoleh indeks validitas item untuk skala post power syndrome

berkisar antara 0,665-0,955. Reliabilitas item untuk skala post power syndrome adalah 0,978-0,988. Adapun teknik analisa yang digunakan adalah dengan uji-t atau t-test. Dari hasil analisis diperoleh t = 3,569 dan p = 0,001, berarti hipotesa penelitian diterima yaitu ada perbedaan post power syndrome masa pensiun yang sangat signifikan ditinjau dari jenis kelamin. Hal ini dibuktikan dengan hasil rerata post power syndrome pada laki-laki lebih tinggi ( ̅ = 118,1) dibanding perempuan ( ̅ = 70,03).


(16)

xii

DAFTAR PUSTAKA

Abikusno, N. Model Pendekatan Bio-Psiko-Sosial Pada Masa Pensiun. Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta. Skripsi : Tidak Diterbitkan.

Alisaba. 2009. Berapa Lama Seseorang Dapat Menyesuaikan Diri Di Lingkungan Kerja Yang Baru?. Diakses Tanggal 18-07-2011.

(http://www.yahoo.com/yahooanswers)

Archer, J & Llyod, B. 2002.Sex And Gender (Second Edition). United Kingdom : Cambridge University Press.

Arikunto, S. 1998. Prosedur penelitian.Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, S. 2001. Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______, 2009. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya (Edisi Kedua). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

______, 2007.Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. ______, 1997.Validitas Dan Reliabilitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Anonim, 2011.Gejala Post Power Syndrome. Diakses Tanggal 03-07-2011. (http://pptapaksuci.org/Gejala Post Power Syndrome.htm).

Dinsi, V. (2006).Ketika Pensiun Tiba. Jakarta : Wijawiyata Media Utama.

Eliana, Rika. 2003. Konsep Diri Pensiunan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Skripsi : Tidak Diterbitkan.

Firmanuanita, H. 2008. Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Masa Pensiun Berdasarkan Jenis Kelamin. Fakultas Psikologi Universitas Gunadharma. Skripsi : Tidak Diterbitkan. Gunadi, P. 2011. Pria Dalam Karir Dan Wanita Dalam Relasi. Diakses Tanggal 07-10-2011.

(http://www.telaga.com/pria_dalam_karier_dan_wanita_dalam_relasi, 071011.htm) Handayani, Y. Post Power Syndrome Pada Pegawai Sipil Yang Mengalami Masa Pensiun.

Skripsi : Tidak Diterbitkan.

Hurlock, B.E. 1980. Psikologi perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Kartono, K. 1989. Hygiene Mental Dan Kesehatan Mental Dalam Islam. Bandung : Mandar Maju.

Kerlinger, F. N. 2006. Asas-asas penelitian behavioral (edisi ketiga). Yogyakarta: UGM Press.


(17)

xiii

Nurasih Rr. & Respati, A.D. 2007. Identifikasi Faktor-Faktor Diskriminasi Gender Yang Mempengaruhi Karir Karyawan Wanita Di Kota Jogjakarta. Jurnal Riset Manajemen & Bisnis. Vol. 2 No. 2.

Papalia, D.E, Olds, S.W, Feldman, R.D. 2001. Human Development. (Eight Edition). New York : McGraw-Hill.

Pitaloka, A. 2008. Sikap Hidup Di Hari Senja. Diakses Tanggal 03-07-2011. (http://www.pitaloka.blogspot.com).

Purnamawati, N. 2007. Gambaran Psychological Well-Being Pegawai Negri Sipil Pria Yang Pensiun Di Usia Madya. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.Skripsi : Tidak Diterbitkan.

Rini, 2001. Lanjut Usia. Diakses Tanggal 13-09-2011. (http://www.e-psikologi.com). Santrock, J. W. 2002. Life-span development (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.

Setiawati, D & Zulkaida. A. 2007. Perbedaan Komitmen Kerja Berdasarkan Orientasi Peran Gender Pada Karyawan Di Bidang Kerja Non Tradisional. Jurnal Psikologi Vol.2 : Universitas Gunadharma.

Sulistyo, T.A. 2008.Post Power Syndrome Ditinjau Dari Konsep Diri Pada Pensiunan TNI-AD (PEPABRI) Malang. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.Skripsi : Tidak Diterbitkan.

Surbakti, E. 2008.Stress Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Skripsi: Tidak diterbitkan.

Tyas, 2011. Post Power Syndrome Pada Lansia. Diakses Tanggal 03-07-2011. (http://hatyascenter.blogspot.com)

Winarsunu, T. 2004. Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang: UMM Press.

Zelinski, Ernie. 2005. The Joy Of Not Working. Jakarta : PPM


(1)

viii BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian...23

B. Variabel Penelitian...23

C. Definisi Operasional...24

D. Populasi Dan Sampel Penelitian...24

E. Prosedur Penelitian...26

F. Jenis Data Dan Instrumen Penelitian...27

G. Pengujian Instrumen...29

H. Teknik Analisa Data...32

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data...33

B. Analisa Data...34

C. Pembahasan...36

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...40

B. Saran-Saran...40

DAFTAR PUSTAKA...42


(2)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Jumlah Sampel Penelitian...25

2. Blue Print Skala Post Power Syndrome...28

3. Skor Jawaban Pernyataan Skala Likert... 29

4. Item Validitas Skala Post Power Syndrome...30

5. Reliabilitas Skala Post Power Syndrome...32

6. Perhitungan T-Score Skala Post Power Syndrome...34


(3)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Instrumen Penelitian

Lampiran B. Data Skala Post Power Syndrome Lampiran C. Analisis Data Penelitian


(4)

xi INTISARI

Andardini, Ria (2011). Perbedaan Post Power Syndrome Masa Pensiun Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing : (1) Yudi Suharsono. (2) Tri Muji Ingarianti.

Kata Kunci : Post Power Syndrome, Jenis Kelamin

Post Power Syndrome merupakan gejala kejiwaan yang kurang stabil dan muncul tatkala seseorang turun dari jabatan yang dimiliki sebelumnya. Post power syndrome hampir selalu dialami orang yang sudah pensiun dari pekerjaannya, khususnya bagi individu yang tidak mampu menerima kenyataan yang ada. Post power syndrome bisa dialami, baik oleh laki-laki maupun perempuan., tergantung dari berbagai faktor, seperti ciri kepribadian, penghayatan terhadap makna dan tujuan kerja, pengalaman selama bekerja, pengaruh lingkungan keluarga dan budaya. Dalam menanggapi post power syndrome pun, laki-laki dan perempuan mempunyai pandangan sendiri, hal ini terkait dengan pandangan dalam masyarakat tentang kewajiban dan tuntutan seorang laki-laki untuk bekerja, sedangkan perempuan tidak diwajibkan dan tidak dituntut untuk bekerja. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu post power syndrome sebagai variabel terikat dan jenis kelamin sebagai variabel bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan post power syndrome masa pensiun ditinjau dari jenis kelamin.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Instrumen yang dipakai adalah skala post power syndrome yang dikembangkan dengan menggunakan skala likert. Sampel penelitian adalah laki-laki dan perempuan yang telah memasuki masa pensiun dengan rincian laki-laki sebanyak 30 orang dan perempuan sebanyak 30 orang jadi total adalah 60 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Dari hasil penelitian, diperoleh indeks validitas item untuk skala post power syndrome berkisar antara 0,665-0,955. Reliabilitas item untuk skala post power syndrome adalah 0,978-0,988. Adapun teknik analisa yang digunakan adalah dengan uji-t atau t-test. Dari hasil analisis diperoleh t = 3,569 dan p = 0,001, berarti hipotesa penelitian diterima yaitu ada perbedaan post power syndrome masa pensiun yang sangat signifikan ditinjau dari jenis kelamin. Hal ini dibuktikan dengan hasil rerata post power syndrome pada laki-laki lebih tinggi ( ̅ = 118,1) dibanding perempuan ( ̅ = 70,03).


(5)

xii

DAFTAR PUSTAKA

Abikusno, N. Model Pendekatan Bio-Psiko-Sosial Pada Masa Pensiun. Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta. Skripsi : Tidak Diterbitkan.

Alisaba. 2009. Berapa Lama Seseorang Dapat Menyesuaikan Diri Di Lingkungan Kerja Yang Baru?. Diakses Tanggal 18-07-2011.

(http://www.yahoo.com/yahooanswers)

Archer, J & Llyod, B. 2002.Sex And Gender (Second Edition). United Kingdom : Cambridge University Press.

Arikunto, S. 1998. Prosedur penelitian.Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, S. 2001. Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______, 2009. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya (Edisi Kedua). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

______, 2007.Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. ______, 1997.Validitas Dan Reliabilitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Anonim, 2011.Gejala Post Power Syndrome. Diakses Tanggal 03-07-2011. (http://pptapaksuci.org/Gejala Post Power Syndrome.htm).

Dinsi, V. (2006).Ketika Pensiun Tiba. Jakarta : Wijawiyata Media Utama.

Eliana, Rika. 2003. Konsep Diri Pensiunan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Skripsi : Tidak Diterbitkan.

Firmanuanita, H. 2008. Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Masa Pensiun Berdasarkan Jenis Kelamin. Fakultas Psikologi Universitas Gunadharma. Skripsi : Tidak Diterbitkan. Gunadi, P. 2011. Pria Dalam Karir Dan Wanita Dalam Relasi. Diakses Tanggal 07-10-2011.

(http://www.telaga.com/pria_dalam_karier_dan_wanita_dalam_relasi, 071011.htm) Handayani, Y. Post Power Syndrome Pada Pegawai Sipil Yang Mengalami Masa Pensiun.

Skripsi : Tidak Diterbitkan.

Hurlock, B.E. 1980. Psikologi perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Kartono, K. 1989. Hygiene Mental Dan Kesehatan Mental Dalam Islam. Bandung : Mandar Maju.

Kerlinger, F. N. 2006. Asas-asas penelitian behavioral (edisi ketiga). Yogyakarta: UGM Press.


(6)

xiii

Nurasih Rr. & Respati, A.D. 2007. Identifikasi Faktor-Faktor Diskriminasi Gender Yang Mempengaruhi Karir Karyawan Wanita Di Kota Jogjakarta. Jurnal Riset Manajemen & Bisnis. Vol. 2 No. 2.

Papalia, D.E, Olds, S.W, Feldman, R.D. 2001. Human Development. (Eight Edition). New York : McGraw-Hill.

Pitaloka, A. 2008. Sikap Hidup Di Hari Senja. Diakses Tanggal 03-07-2011. (http://www.pitaloka.blogspot.com).

Purnamawati, N. 2007. Gambaran Psychological Well-Being Pegawai Negri Sipil Pria Yang Pensiun Di Usia Madya. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.Skripsi : Tidak Diterbitkan.

Rini, 2001. Lanjut Usia. Diakses Tanggal 13-09-2011. (http://www.e-psikologi.com). Santrock, J. W. 2002. Life-span development (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.

Setiawati, D & Zulkaida. A. 2007. Perbedaan Komitmen Kerja Berdasarkan Orientasi Peran Gender Pada Karyawan Di Bidang Kerja Non Tradisional. Jurnal Psikologi Vol.2 : Universitas Gunadharma.

Sulistyo, T.A. 2008.Post Power Syndrome Ditinjau Dari Konsep Diri Pada Pensiunan TNI-AD (PEPABRI) Malang. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.Skripsi : Tidak Diterbitkan.

Surbakti, E. 2008.Stress Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Skripsi: Tidak diterbitkan.

Tyas, 2011. Post Power Syndrome Pada Lansia. Diakses Tanggal 03-07-2011. (http://hatyascenter.blogspot.com)

Winarsunu, T. 2004. Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang: UMM Press.

Zelinski, Ernie. 2005. The Joy Of Not Working. Jakarta : PPM