PERAN SISTEM KEKERABATAN ANTAR PENGRAJIN MEBEL DALAM SISTEM INDUSTRI MEBEL DI KELURAHAN TUNJUNGSEKAR, KECAMATAN LOWOKWARU,KOTA MALANG
PERAN SISTEM KEKERABATAN ANTAR PENGRAJIN MEBELDALAM
SISTEM INDUSTRI MEBEL DI KELURAHANTUNJUNGSEKAR,
KECAMATAN LOWOKWARU,KOTA MALANG
Oleh: Dasa Febriani ( 03240053 )
Sociology
Dibuat: 2008-04-14 , dengan 3 file(s).
Keywords: Kekerabatan, Kerjasama, Antar Pengrajin Mebel.
Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang
sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai
cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
tersebut melalui kerjasama, kesadaran akan adanya
kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya hubungan kekerabatan merupakan fakta-fakta yang
penting dalam kerjasama yang berguna. Demikian pula dengan pengrajin mebel di Kelurahan
Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang mereka melakukan kerjasama. Hal tersebut
dilakukan karena adanya hubungan kekerabatan antar pengrajin mebel. Kerjasama yang terjadi
diantara para pengrajin mebel di Tunjungsekar bersifat positif. Hal itu dapat dilihat dari hasil
kerjasama itu sendiri, dimana mereka saling bertukar pendapat dan ide-ide dari pengrajin yang
lainnya untuk memajukan usahanya.
Bentuk kerjasama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan
bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut kemudian akan bermanfaat bagi semuanya.
Penelitian ini berupaya menjelaskan peran sistim kekerabatan antar
pengrajin mebel dalam sistem industri mebel di Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru,
Kota Malang yang berwujud melalui kerjasama antar
pengrajin mebel. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, di mana
peneliti menggunakan obyek yang diteliti. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive
Sampling sehingga diperoleh pemilihan subjek
penelitian sebanyak 10 orang pengrajin mebel, sedangkan instrumen penelitiannya menggunakan
observasi langsung, wawancara bebas terpimpin, serta dokumentasi berupa arsip dan foto hasil
kerajinan mebel. Kerangka teori dalam penelitian ini menggunakan teori fungsionalisme struktural dan
teori pertukaran sosial yang dikemukakan oleh George Casper Homans yang melihat bahwasanya
tindakan individu merupakan aktor pencari keuntungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kerjasama antar keluarga pengrajin
mebel terjalin dengan baik. Hal itu dapat dilihat dari bentuk-bentuk kerjasama antar keluarga
pengrajin mebel yaitu dengan adanya kesepakatan dalam hal menentukan harga jual hasil kerajinan,
menentukan upah karyawan dan proses penerimaan informasi yang dilakukan antar para pengrajin.
Abstract
The cooperation develops when people realize that they have similar interests and at same time, they
have enough knowledge and self-control to meet these interests through cooperation. The
understanding of similar
interests and the importance of kinship may be the important facts for the meaningful cooperation.
Furniture artisans at Tunjungsekar Village, Lowokwaru Subdistrict, Malang City, consider the
importance of cooperation. This becomes evident due to the existence of kinship between furniture
artisans. The cooperation made between furniture artisans at Tunjungsekar seems really a positive
one. It reflects within the result of cooperation in which artisans share opion and idea to each other to
develop the enterprise. This form of cooperation definitely improves if the participants move into
collective objective and concern with the benefit of this objective. Research attempts to explain the
benefit of kinship system between furniture artisans in the furniture industry system at Tunjungsekar
Village, Lowokwaru Subdistrict, Malang City, to build up the cooperation between furniture artisans.
This research uses qualitative descriptive method in which the object must be observed. Sample
collection technique applies Purposive Sampling resulting in 10 furniture artisans as research subject.
Research instrument involves direct observation, leading free interview, and documentation including
archive and photograph of furniture handicraft. Theoretical framework of research comprises to
structural Functionalism theory and social exchange theory determined by George Casper Homans
presupposing that individual attitude depicts the profitoriented actor.Results of research indicate that
the cooperation between furniture artisans’ family has been favorable. The form of cooperation
between furniture artisans’ family shows an agreement in determining sale price of artisan’s product,
employee wage, and Information acceptance process conducted by artisans.
SISTEM INDUSTRI MEBEL DI KELURAHANTUNJUNGSEKAR,
KECAMATAN LOWOKWARU,KOTA MALANG
Oleh: Dasa Febriani ( 03240053 )
Sociology
Dibuat: 2008-04-14 , dengan 3 file(s).
Keywords: Kekerabatan, Kerjasama, Antar Pengrajin Mebel.
Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang
sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai
cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
tersebut melalui kerjasama, kesadaran akan adanya
kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya hubungan kekerabatan merupakan fakta-fakta yang
penting dalam kerjasama yang berguna. Demikian pula dengan pengrajin mebel di Kelurahan
Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang mereka melakukan kerjasama. Hal tersebut
dilakukan karena adanya hubungan kekerabatan antar pengrajin mebel. Kerjasama yang terjadi
diantara para pengrajin mebel di Tunjungsekar bersifat positif. Hal itu dapat dilihat dari hasil
kerjasama itu sendiri, dimana mereka saling bertukar pendapat dan ide-ide dari pengrajin yang
lainnya untuk memajukan usahanya.
Bentuk kerjasama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan
bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut kemudian akan bermanfaat bagi semuanya.
Penelitian ini berupaya menjelaskan peran sistim kekerabatan antar
pengrajin mebel dalam sistem industri mebel di Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru,
Kota Malang yang berwujud melalui kerjasama antar
pengrajin mebel. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, di mana
peneliti menggunakan obyek yang diteliti. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive
Sampling sehingga diperoleh pemilihan subjek
penelitian sebanyak 10 orang pengrajin mebel, sedangkan instrumen penelitiannya menggunakan
observasi langsung, wawancara bebas terpimpin, serta dokumentasi berupa arsip dan foto hasil
kerajinan mebel. Kerangka teori dalam penelitian ini menggunakan teori fungsionalisme struktural dan
teori pertukaran sosial yang dikemukakan oleh George Casper Homans yang melihat bahwasanya
tindakan individu merupakan aktor pencari keuntungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kerjasama antar keluarga pengrajin
mebel terjalin dengan baik. Hal itu dapat dilihat dari bentuk-bentuk kerjasama antar keluarga
pengrajin mebel yaitu dengan adanya kesepakatan dalam hal menentukan harga jual hasil kerajinan,
menentukan upah karyawan dan proses penerimaan informasi yang dilakukan antar para pengrajin.
Abstract
The cooperation develops when people realize that they have similar interests and at same time, they
have enough knowledge and self-control to meet these interests through cooperation. The
understanding of similar
interests and the importance of kinship may be the important facts for the meaningful cooperation.
Furniture artisans at Tunjungsekar Village, Lowokwaru Subdistrict, Malang City, consider the
importance of cooperation. This becomes evident due to the existence of kinship between furniture
artisans. The cooperation made between furniture artisans at Tunjungsekar seems really a positive
one. It reflects within the result of cooperation in which artisans share opion and idea to each other to
develop the enterprise. This form of cooperation definitely improves if the participants move into
collective objective and concern with the benefit of this objective. Research attempts to explain the
benefit of kinship system between furniture artisans in the furniture industry system at Tunjungsekar
Village, Lowokwaru Subdistrict, Malang City, to build up the cooperation between furniture artisans.
This research uses qualitative descriptive method in which the object must be observed. Sample
collection technique applies Purposive Sampling resulting in 10 furniture artisans as research subject.
Research instrument involves direct observation, leading free interview, and documentation including
archive and photograph of furniture handicraft. Theoretical framework of research comprises to
structural Functionalism theory and social exchange theory determined by George Casper Homans
presupposing that individual attitude depicts the profitoriented actor.Results of research indicate that
the cooperation between furniture artisans’ family has been favorable. The form of cooperation
between furniture artisans’ family shows an agreement in determining sale price of artisan’s product,
employee wage, and Information acceptance process conducted by artisans.