AKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN STANDAR GANDA AMERIKA SERIKAT DALAM GLOBAL WAR ON TERRORISM DI TIMUR TENGAH MASA PEMERINTAHAN GEORGE W. BUSH

(1)

SKRIPSI

AKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN STANDAR GANDA AMERIKA SERIKAT DALAM GLOBAL WAR ON TERRORISM DI

TIMUR TENGAH MASA PEMERINTAHAN GEORGE W. BUSH

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ilmu politik (S.IP) strata-1

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Oleh :

AGUS ANDRIANSYAH NIM : 07260023

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Agus Andriansyah NIM : 07260023

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Aktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Standar Ganda Amerika Serikat Dalam Global War On Terrorism di Timur Tengah Masa Pemerintahan George W. Bush

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Tonny Dian Effendi, M.Si Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si

Mengetahui,

Dekan Ketua Jurusan

FISIP UMM Ilmu Hubungan Internasional


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Agus Andriansyah NIM : 07260023

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Aktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Standar Ganda Amerika Serikat Dalam Global War On Terrorism di Timur Tengah Masa Pemerintahan George W. Bush

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan Dinyatakan LULUS

Pada Hari : Jumat

Tanggal : 18 Januari 2013

Tempat : Ruang Laboratorium HI UMM

Mengesahkan, Dekan FISIP-UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji :

1. Tonny Dian Effendi, M.Si ( )

2. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si ( )

3. Gonda Yumitro, MA ( )


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Agus Andriansyah Tempat, tanggal lahir : Sape, 05 Agustus 1989 Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

Aktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Standar Ganda Amerika Serikat Dalam Global War On Terrorism di Timur Tengah Masa

Pemerintahan George W. Bush

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 30 Januari 2013 Yang Menyatakan


(5)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Agus Andriansyah

NIM : 07260023

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional

Judul Skripsi : Aktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Standar

Ganda Amerika Serikat Dalam Global War On Terrorism

Di Timur Tengah Masa Pemerintahan George W. Bush Pembimbing : 1. Tonny Dian Effendi, M.Si

2. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si

Kronologi Bimbingan Tanggal Paraf

Pembimbing 1

Tanggal Paraf Pembimbing 2 Keterangan 10 Mei 2012 10 Mei 2012 Pengajuan Judul 07 Juni 2012 07 Juni 2012 Seminar Proposal 13 Juli 2012 14 Julli 2012

ACC BAB I

04 Agustus 2012

16 Agustus 2012

ACC BAB II

5 Oktober 2012

12 Oktober 2012

ACC BAB III

20 Desember 2012

15 Desember 2012

ACC BAB IV

4 Januari 2013

12 Januari 2013


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT, yang karena berkat rahmat dan hidayahnya saya selaku penulis di berikan kesehatan serta kemudahan dalam menyelesiakan Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang, Penulis telah memilih masalah “Aktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Standar Ganda Amerika Serikat Dalam Global War On Terrorism Di Timur Tengah Masa Pemerintahan George W.Bush”.

Adalah sewajarnya apabila pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada semua saja yang telah memberika dorongan dan bantuan, sehingga memungkinkan penulis menyelesaikan tugas akhir dari Skripsi ini. Lebih-lebih penghargaan dan terimakasih kepada kedua orang tua yang terus memberi motivasi serta semangatnya, Dosen-Dosen Pembimbing yang selalu membantu memberikan solusi dalam berbagai permasalahan dalam penulisan.

Semoga tulisan yang saya buat ini memberikan manfaat serta gambaran bagi para pembaca dalam mengetahui berbagai aktor yang mempengaruhi kebijakan standar ganda Amerika Serikat dalam global war on terrorism di Timur Tengah pada masa George W.Bush.

Malang, 30 Januari 2013


(7)

DAFTAR ISI

Lembar Cover/Sampul Dalam ………...……… i

Lembar Persetujuan Skripsi ……...……… ii

Lembar Pengesahan …...……… iii

Lembar Orisinalitas. ……….. iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi. ………..………. v

Abstraksi. ………..………. vi

Abstrack. ………..………. vii

Kata Pengantar. ……….……. viii

Daftar Isi ……….…… ix

Daftar Tabel. ……….…….…. xii

BAB I. PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Rumusan Masalah……… 4

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitiian……….. 5

1.3.1 Tujuan Penelitian………..……… 5

1.3.2 Manfaat Penelitian………... 5

1.4 Kerangka Pemikiran………. 6

1.4.1 Studi Terdahulu……… 6

1.5 Teori dan Konsep………. 11

1.5.1 Policy Influencer System……….. 11

1.5.2 Konsep Unilateralisme - Double Standard……….. 14

1.5.3 Konsep Global War on Terrorism……… 16

1.6 Argumentasi Dasar………... 19

1.7 Metodologi Penelitian……….. 20

1.7.1 Metode Penulisan………. 20

1.7.2 Sumber dan Jenis Data………. 20

1.7.3 Teknik Pengumpulan data……… 20


(8)

1.7.5 Ruang Lingkup Penelitian……… 21 1.7.6 Sistematika penulisan………21

BAB II. DASAR KEBIJAKAN GLOBAL WAR ON TERRORISM

AMERIKA SERIKAT MASA PEMERINTAHAN GEORGE

WALKER BUSH………..……… 25 2.1 Peristiwa 11 September 2001……….. 25 2.2 Strategi keamanan nasional AS pasca 11 September 2001………. 28 2.2.1 Quadrennial Defense Review (QDR) 2001………. 28

2.2.2 National Security Strategy 2002……… 30 2..2.3 National Strategy For Combating Terrorism (NSCT)……. 35 2.2.4 National Strategy for Homeland Security 2002…………... 41 2.2.5 Preemptive Strike………..43

BAB III. PENERAPAN KEBIJAKAN GLOBAL WAR ON TERRORISM

AMERIKA SERIKAT DI TIMUR TENGAH………..……. 47 3.1 Global War On Terrorism AS di Timur Tengah……….. 47

3.1.1 Memburu Teroris di Afghanistan &

Menumbangkan Rezim Taliban……….. 48 3.1.2 AS Invasi Irak……….. 53 3.1.3 Reaksi keras AS terhadap Krisis Nuklir Iran……… 57 3.2 Standar Ganda AS dalam Global War On Terrorism

di Timur Tengah………61 3.2.1 Inkonsistensi AS dalam menanggapi masalah

Terorisme……….. 61 3.2.2 Politik Pengamanan Energi AS di Timur Tengah………… 69

BAB IV. AKTOR DIBALIK KEBIJAKAN STANDAR GANDA AS DALAM

GLOBAL WAR ON TERRORISM DI TIMUR TENGAH MASA PEMERINTAHAN GEORGE W. BUSH……….. 74


(9)

4.2 Korporasi di Amerika………... 88

4.3 Kekuatan Lobi Yahudi di AS masa Pemerintahan George W. Bush………... 94

4.4 Pengaruh Partai Republik terhadap Standar Ganda AS dalam Global War On Terrorisme………. 101

4.5 Media dalam Membentuk Opini Publik Terkait Global War On Terrorism di Timur Tengah……… 102

4.6 Neokons dan Lobi Yahudi Dalam Interest Group di AS………… 112

BAB V. PENUTUP ……… 126

5.1 Kesimpulan………... 126

5.2 Saran………. 128


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu ………..……… 9 Tabel 1.2 Sistematika Penulisan ……… 23 Tabel 2.1 Strategi Memerangi Terorisme dalam NSCT 2003……… 39


(11)

DAFTAR PUSTAKA BUKU:

Al-Mudarris, Alauddin. 2004, Huru-Hara Irak Isyarat Akhir Zaman,Yogyakarta: Penerbit Cahaya Hikmah

Astuti, Rahmani. 1995, Diplomasi Munafik Ala Yahudi, Bandung: Penerit Mizan Chomsky, Noam. 1991, Menguak Tabir Terorisme Internasional, Bandung:

Penerbit Mizan

Coplin D. William. 1992, Pengantar Politik Internasional: suatu telaah teoritis. Bandung : CV sinar baru

Hadibroto, Iwan, dkk. 2002, Perang Afganistan di Balik Perseteruan AS vs Taliban, Jakarta: PT. Gramedia Utama Pustaka

Bernd Hamm. 2005, The Bush Gang Kelompok Elit yang Menghancurkan; Serangan Neokonservatif terhadap Demokrasi dan Keadilan , Jakarta: PT. Ina Publikatam

Kahfi, Syahdatul. 2006, Terorisme di Tengah Arus Globalisasi, Jakarta: Spectrum Kasiram, Moh. 2010, Metodologi Penelitian. Malang. UIN-MALIKI PRESS Khairi, Ahmat Gazali & Amin Bukhari. 2009, Air mata Palestina, Jakarta:

Hi-Fest Publishing

Kuncahyono, Trias. 2005, Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish, Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Mubah , A. Safril. 2007. Menguak Ulah Neokons. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Nainggolan, Poltak P. 2002. Terorisme dan Tata Dunia Baru, Jakarta: Pusat


(12)

P, Rogers. 2004, A War on Terror: Afghanistan and After, London: Pluto Press Rinanto, Adi. 2004. Metode Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Graint Sihbudi, Riza. 2007. Menyandera Timur Tengah. Jakarta: Penerbit Mizan

Stephen, Alan and Nicola Baker. 2006. Making Sense of War: Strategy for the 21st Century. London: Cambridge University Press

Rofiqi, A. Zaim, Amerika dan Dunia, Memperdebatkan Bentuk Baru dalam Politik Internasional. Jakarta: Freedom Instutite dan Yayasan Obor Indonesia

Shoelhi, Mohammad. 2003, Demi Harga Diri Mereka Melawan Amerika, Jakarta: PT Pustaka Cidesindo

Subinarto, Joko. 2007, Negara Haus Perang, Bandung: Zenit

TESIS DAN JURNAL:

Arrahman, Azzis. 2009. Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Terorisme Di Asia Tenggara. Yogyakarta

Binnendijk, Hans. Transforming Americas Military. (ed) Washington, D.C: National Defense University Press

Byers, Micahel. Terrorism: The Use of Force and International Law After 11 September

Fajrin Elsaputra. 2012. Pengaruh Neokonservatif Dalam Kebijakan Luar Negeri Amerika Pada Masa Pemerintahan Bill Clinton & George Walker Bush Terkait Konflik Israel-Palestina


(13)

Pawiroputro , Akram. M.Pd dan Samsuri, M.Ag. 2004. Perang Melawan Terorisme: Studi Komparatif Penerapan Hukum Humaniter Terhadap Peran Amerika Serikat dalam Perang di Afganistan (2001) dan Irak (2003). Jogjakarta

Ramakrishna, Kumar. 2003. The US Foreign Policy of Praetorian Unilateralism and The Implications for Southeast Asia.

Rusmfeld, Donald H, 2002, Transforming the Militar SITUS INTERNET:

http://articles.chicagotribune.com/2004-03-23/news/0403230140_1_bases-military-presence-military-engineers

http://clinton4.nara.gov/media/pdf/nssr-1299.pdf http://en.wikipedia.org/wiki/

http://gwumc.gwu.edu/hspi/policy/TFReport_HSCconsiderations.pdf

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2060385-pengertian-media-massa/ http://id.wikisource.org/wiki/Piagam_Perserikatan_Bangsa-Bangsa

http://ilmupertahanan.com/index.php/security/keamanan-insani/54-perkembangan-ancaman-keamanan-baru-pada-abad-ke-21

http://unik-aneh.lintas.me/article/islampos.com/87-tokoh-yahudi-yang-menguasai-media-amerika-islampos-media-islam-generasi-baru

http://usa.mediamonitors.net/content/view/full/54715

http://www.accessmylibrary.com/coms2/summary_0286-26183013_ITM http://www.alternet.org/story/15860/who_is_michael_ledeen


(14)

http://www.anneahira.com/sejarah-perang-dingin.htm http://www.antiwar.com/lobe/?articleid=3478

http://www.au.af.mil/au/awc/awcgate/ndu/tam/03_ch01.htm http://www.brookings.edu

http://www.buzzflash.com/contributors/04/03/con04139.html http://www.care2.com/news/member/798880044/307663 http://www.cbsnews.com/8301-18563_162-636644.html http://www.commondreams.org/views02/0215-01.htm http://www.defense.gov/pubs/qdr2001.pdf

http://www.economist.com/node/1875084 http://www.foreignaffairs.com

http://www.guardian.co.uk/business/2003/mar/30/iraq.globalisation http://groups.yahoo.com/group/ftuislam/message/1354

http://www.historycommons.org/timeline.jsp?timeline=afghanwar_tmln&afghan war_tmln_us_invasion__occupation

http://www.israeleconomy.org/strat1.htm http://j.l.navarro.tripod.com/jlnavarro/id12.html

http://jimpivonka.com/unpublished/forbiddentruthrev.html http://www.lewrockwell.com/

http://www.ncs.gov/library/policy_docs/nat_strat_hls.pdf http://www.nndb.com/people/416/000045281/

http://platypus1917.home.comcast.net/~platypus1917/stelzer_intro.pdf http://www.rightweb.irc-online.org


(15)

http://www.relooney.info/SI_Oil-Politics/China-Resource-War_17.pdf http://www.sourcewatch.org

http://www.ssrnetwork.net/document_library/detail/3463/a-fistful-of-contractors-the-case-for-a-pragmatic-assessment-of-private-military-companies-in-iraq http://www.state.gov/documents/organization/63562.pdf

http://www.theamericanconservative.com/whats-a-neokonservative/ http://www.thenation.com/article/making-money-terrorism

http://thinkprogress.org/climate/2012/04/05/458841/how-exxon-mobil-finances-the-republican-party/

http://www.thirdworldtraveler.com/Israel/Israel_Lobby_US.html http://www.truthendeavors.org/IMAGES/troothachev2.pdf http://www.usinfo.state.gov

http://www.washingtonmonthly.com/features/2004/0410.marshall.html http://www.whitehouse.gov/sites/default/files/counterterrorism_strategy.pdf http://www.wsws.org/articles/2001/nov2001/afgh-n20.shtml

http://www.yahoo.com


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Balakang

George Walker Bush dalam pidato kemengan pemilu Amerika Serikat (AS) pada tahun 2001 menyatakan bahwa inti dari nilai-nilai adalah mewujudkan perdamaian dunia yang artinya AS ingin menjadi negara pemangku perdamaian dunia atau sering juga disebut sebagai “polisi dunia” hal ini menjadi landasan tiap langkah politik luar negeri AS pada masa George W. Bush. Menurut Bush “The

only force powerful enough to the rise of tyranny and terror, and replace hatred

with hope, is the force of human freedom”.1Dengan demikian, AS harus berperan sebagai aktor pencipta perdamaian (peace maker) yang bertujuan mengakhiri tirani dan teror diseluruh dunia.

Pernyataan dan sikap politik luar negeri AS dimasa pemerintahan Geroge W. Bush menemukan momentumnya ketika terjadinya peristiwa penyerangan gedung kembar WTC (World Trade Centre) dan Pentagon di AS pada 11 september 2001 atau yang lebih dikenal sebagai “September Kelabu”. Pasca kejadian tersebut, pemerintah AS mengambil sikap tegas dalam merespon serangan yang diduga kuat dilakukan oleh jaringan Al-Qaeda tersebut. Pada bulan September 2002, AS mengeluarkan beberapa kebijakan yang tergabung dalam

Nation Security Strategy of The United State of America. Dalam strategi itu terdapat satu kebijakan AS untuk memerangi terorisme baik dalam skala domestik maupun internasional. Berselang beberapa bulan, AS lalu secara khusus membuat


(17)

kebijakan untuk menangani terorisme, tepatnya dibulan Februari 2003 yaitu

Nation Strategy for Combating Terrorism. Kebijakan tersebut kemudian lebih dikenal sebgai War On Terrorism atau War Againts Terrorism menjadikan landasan AS dalam memerangi terorisme internasional.

Sebagai negara yang menjadi korban sasaran tindakan terror 11 September 2001, AS bereaksi sangat hebat atas tragedy itu. Pada tanggal 27 September 2001, pemerintahan George W. Bush mendapat dukungan dari Senat AS untuk menggunakan kekuatan militer melawan kelompok Al-Qaeda dan pemerintah Taliban di Afganistan pada tahun 2001 yang diduga kuat melindungi jaringan Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden. Hal serupa juga dilakukan Pemerintah Bush terhadap Rejim Saddam Hussein di Iran pada bulan Maret 2003, selain karena Saddam Hussein tidak mematuhi resolusi-resolusi DK PBB, juga karena Pemerintahan Saddam dianggap memiliki jaringan dengann Osama bin Laden dan melindunginya di Irak.2

Perubahan paradigma tentang “keamanan dan ancaman nasional” khususnya bgai AS beserta negara sekutunya, pasca terjadinya peristiwa 9/11 yang kemudian membuat Presiden George W. Bush merealisasikan “pre-emptive strike”, sebuah doktrin yang membenarkan AS untuk menghancurkan pihak manapun yang potensial menjadi ancaman bagi keamanan nasional mereka, sehingga AS semakin tidak memperhatikan batasan yang jelas tentang pengertian terorisme itu sendiri.3 Dalam realitasnya, teroris bagi AS adalah mereka yang

2 Akram Pawiroputro. M.Pd dan Samsuri, M.Ag, 2004, Perang Melawan Terorisme: Studi Komparatif Penerapan Hukum Humaniter Terhadap Peran Amerika Serikat dalam Perang di Afganistan (2001) dan Irak (2003). Jogjakarta: laporan penelitian tidak diterbitkan, hal. 2-3


(18)

selalu menentang hegemoninya. Tuduhan yang sama juga sering kali ditujukan kepada merekan yang menentang dan melakukan perlawanan terhadap penjajahan dan perampasan hak yang dilakukan oleh Zionis Israel di Paletina.

Tidak jelasnya batasan tentang pengertian terorisme bagi pemerintah AS seringkali membuat kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintahan Geeorge W. Bush dalam memerangi terorisme di Timur Tengah cenderung mengalami standar ganda; Yang dimaksud dengan standar ganda adalah sikap inkonsistensi pemerintah AS. Noam Chomsky dalam buku “Menguak Tabir Terorisme Internasional”, menyatakan bahwa rasionalitas manusia telah dikendalikan oleh

kekuatan raksasa yang dilakukan dengan cara mengontrol pikiran manusia melalui penggunaan kata-kata dan pemberian makna tertentu. Chomsky menghimpun sejumlah kata atau ungkapan yang maknanya telah dikesampingkan. “Proses perdamaian” “berarti“ “usulan perdamaian yang diajukan oleh AS”. Usulan-usulan yang dikemukakan oleh negara-negara Arab apalagi Palestina (betatapapun realistisnya) dianggap sebagai penolakan.4 Begitupun dengan istilah “terorisme” Terorisme pada awalnya berarti tindakan kekerasan disertai sadisme yang dimaksudkan untuk menakut-nakuti lawan. Dalam kamus Adikuasa, terorisme adalah tindakan-tindakan protes yang dilakukan oleh negara-negara atau kelompok-kelompok kecil. Pembunuhan tiga orang Israel di Lanarca adalah Terorisme, tetapi penyerbuan sasaran sipil di Tunis, pembantaian Sabra dan Satila, penyiksaan warga Palestina, membom-bardir kota-kota di Irak dan Afghanistan


(19)

disebut sebagai pembalasan.5 Dengan melalui pengendalian makna seperti itu akan memunculkan banyak simpati kepada AS yang bersusah payah berjuang dalam menciptakan perdamaian.

Dengan membebaskan diri dari system indoktrinasi tersebut di atas, penulis menggunakan istilah “terorisme” untuk menunjuk ancaman atau penggunaan kekerasan dengan menindas atau memaksa (biasanya buat tujuan-tujuan politik), entah itu terorisme besar-besaran yang dilakukan oleh pihak yang kuat (penguasa) ataupun terorsime balasan.6 Dengan menggunakan konsep di atas, maka akan memperliahtkan adanya “standar ganda” yang dilakukan AS dimasa pemerintahan George W. Bush dalam war on terrorism di Timur Tengah.

Dari apa yang telah diuraikan diatas tentang adanya standar ganda yang dilakukan oleh pemerintahan George W. Bush dalam memerangi terorisme di Timur Tengah membaut penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang siapa sajakah aktor yang mempengaruihi kebijakan standar ganda AS dalam war on terrorism tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berangkat dari kesadaran akan perlunya pokok permasalahan dalam penelitian, maka peneliti mengajukan rumusan permasalahan yang dianggap penting sebagai berikut:

1. Siapa sajakah aktor yang mempengaruhi kebijakan standar ganda AS dalam global war on terrorism di Timur Tengah pada masa pemerintahan George W. Bush?


(20)

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitiian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian secara umum adalah untuk menemukan, untuk mengembangkan, maupun koreksi terhadap atau menguji kebenaran ilmu pengetahuan yang telah ada.7 Akan tetapi secara spesifik penelitan ini bertujuan untuk:

1. Memberikan gambaran tentang bagaimana standar ganda yang dilakukan oleh AS dalam war on terrorism di Timur Tengah masa pemerintahan George W. Bush.

2. Mengetahui aktor-aktor yang mempengaruhi sikap inkonsistensi AS dalam kebijakan war on terrorism di Timur Tengah.

1.3.2 Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

 Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi yang berarti kepada entitas akademisi sebagai wahana untuk menambah wacana dan memperkaya khasanah keilmuan para akademisi tentang aktor-aktor yang mempengaruihi kebijakan standar ganda AS diimasa pemerintahan George W. Bush dalam war on terrorism di Timur Tengah.

 Mendalami tentang kajian politik luar negeri AS pada masa pemerintahan George W. Bush terutama mengenai hegemoni dan unilateralisme dari AS sendiri.


(21)

b. Manfaat Praktis

Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah gambaran bagi para pembaca, sehingga bisa mengetahui dengan jelas bagaimana standar ganda AS dalam war on terrorism di Timur Tengah serta siapa sajakah aktor yang mempengaruhi kebijakan standar ganda tersebut.

1.4 Kerangka Pemikiran

1.4.1 Studi Terdahulu

Beberapa penelitian terkait tentang AS dan terorisme telah banyak dilakukan. Salah satunya juga dilakukan oleh Azis Arrahman dalam tesisnya yang berjudul “Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Terorisme Di Asia Tenggara”. Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana sang peneliti mencoba menggambarkan dan menjelaskan tentang Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat terhadap terorisme di Asia Tenggara. Azis Arrahman menguraikan hasil temuan dari penelitiannya bawa dalam menghadapi terorisme, khususnya di Asia Tenggara, Pemerintah AS memilih untuk bersikap tegas, tidak melakukan kompromi, dan menolak secara tegas untuk melakukan negosiasi dengan kelompok terorisme, baik itu berupa tebusan, perubahan kebijakaan, penukaran atau pembebasan tawanan. Pemerintah Amerika Serikat memberlakukan Undang-Undang baru yaitu Patriot Act 2001 yang berisi menentang terorisme dan berbagai kegiatan yang mendukungnya atau bersentuhan dengan aksi terorisme yang dilarang, seperti larangan pemberian bantuan dana pada jaringan terorisme. Selain itu, Pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan politik luar negeri secara umum dalam menghadapi terorisme internasional di kawasan Asia


(22)

Tenggara yakni, mengeluarkan Kebijakan travel advisory dan travel warning

terhadap Negara-negara yang potensial mendapat serangan terorisme di Kawasan Asia Tenggara. Meningkatkan kuantitas personil militer di kawasan Asia untuk melindungi kepentingan dan warga negaranya. Menggiatkan kampanye anti terorisme internasional melalui forum kerjasama regional seperti APEC dan ASEAN.8

Penelitian lain juga dilakukan oleh Fajrin Elsaputra. Dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Neokonservatif Dalam Kebijakan Luar Negeri Amerika Pada Masa Pemerintahan Bill Clinton & George Walker Bush Terkait Konflik Israel-Palestina ini penelti memberikan perbandingan mengenai pengaruh neokons terhadap kebijakan luar negeri AS terkait isu konflik Israel-Palestina dalam dua masa pemerintahan yang berbeda yaitu pada masa pemerintahan Bill Clinton dengan George W. Bush. Dalam penemuannya penelti menyimpulkan bahwa pengaruh neokons pada masa pemerintahan Bill Clinton lebih lemah dibandingkan pengaruh neokons era Bush. Hal ini disebabkan oleh keberadaan kelompok neokonservatif pada masa pemerintahan Bill Clinton yang jauh dari lingkaran kekuasaan sehingga sulit memberi pengaurh dalam proses pengambilan kebijakan luar negeri AS. Sedangakan di era pemerintahan George W. Bush, kelompok neokons mendapatkan tempat yang istimewa. Hampir semua posisi-posisi penting dalam pemerintahan AS masa itu ditempati dan dikuasai oleh tokoh-tokoh neokons. Sehingga dalam penerapan kebijakan luar negeri AS terkait isu konflik Israel-Palestina, AS dibawah kekuasaan George W. Bush bersifat lebih


(23)

agresif dibandingkan AS pada masa Bill Clinton yang cenderung lebih focus pada politik dalam negeri.9

Berbda dengan penelitian yang dilakukan oleh Azis Arrahman dan Fajrin Elsaputra di atas, penelitian yang dilakukan penulis dalam skripsi ini menjelaskan tentang siapa saja yang mempengaruihi sikap standar ganda AS selama pemerintahan George W. Bush dalam memerangi terorisme di Timur Tengah.

Sementara itu, penelitian terkait juga dilakukan oleh Noam Chomsky dalam bukunya “Menguak Tabir TERORISME Internasional” yang menarik dalam buku ini adalah Chomsky menjelaskan tentang adanya upaya AS dalam mengendalikan dan mengontrol pikiran manusia dengan cara menciptakan pemaknaan baru terhadap beberapa kata sehingga mampu menumbuhkan pemahaman yang mengarah pada tumbuhnya rasa simpati banyak orang kepada AS karena bersusah payah memperjuangkan berbagai macam tanggung jawabnya sebagai polisi dunia seperti perang melawan terorisme, menciptakan perdamaian dan lain-lain. Dalam buku ini juga sebenarnya sudah menyuguhkan beberapa data tentang adanya standar ganda yang dilakukan oleh AS. Misalnya terhadap pemaknaan istilah-istilah yang kemudian berdampak pada kebijkan luar negeri AS yang berkaitan dengan istilah tersebut, seperti pemaknaan terhadap istilah terorisme. Akan tetapi yang membedakan penelitian ini dengan isi bukunya Chomsky di atas adalah penelitian ini akan lebih berusaha untuk menjelaskan tentang aktor-aktor yang berperan dalam mempengaruhi kebijakan standar ganda

9 Fajrin Elsaputra, 2012, Pengaruh Neokonservatif Dalam Kebijakan Luar Negeri Amerika Pada Masa Pemerintahan Bill Clinton & George Walker Bush Terkait Konflik Israel-Palestina, Malang,


(24)

AS terhadap kebijakan global war on terrorism di masa pemerintahan George W. Bush di Timur Tengah.

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti / Judul Metodolodi & Pendekatan

Hasil 1. Azis Arrahman :

Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Terorisme Di Asia Tenggara. (skripsi)

 Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dimana penulis mencoba menggambarkan dan menjelaskan tentang Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat terhadap terorisme di Asia Tenggara.

 Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah konsep politik luar negeri, dan konsep kepentingan nasional.

 Dalam menghadapi terorisme, khususnya di Asia Tenggara,

Pemerintah AS memilih untuk bersikap tegas, tidak melakukan

kompromi, dan menolak secara tegas untuk melakukan negosiasi dengan kelompok terorisme, baik itu berupa tebusan, perubahan kebijakaan, penukaran atau pembebasan tawanan.

2. Fajrin Elsaputra : Pengaruh Neokonservatif Dalam Kebijakan Luar Negeri Amerika Pada Masa Pemerintahan Bill Clinton & George Walker Bush Terkait Konflik Israel-Palestina. (Skripsi)

Penelitian ini

menggunakan metode komparatif dimana penulis melakukan perbandingan mengenai pengaruh neokons terhadap dua masa kepemimpinan AS yang berbeda yaitu pada masa pemerintahan Bill Clinton & George Bush terkait konflik Israel-Palestina.

Dalam penelitiannya peneliti melakukan pendekatan dengan teori kebijakan luar negeri dan konsep pengaruh kebijakan.

 Dalam penelitiannya, penulis menyimpulkan bahwa pengaruh kelompok

neokonservatif dalam lingkaran pengambilan kebijakan AS terkait isu kopnflik Israel-Palestina menemukan masa kejayaannya pada masa pemerinthan George W. Bush. Karena peranan neokons pada era Bill Clinton sangat kecil disebabkan oleh posisinya yang sangat jauh dari lingkaran kekuasaan, sedangakan pada masa George W. Bush peranannya sangat dominan karena jaringan neokonservatif berada


(25)

sangat dekat dengan lingkaran kekuasaan dalam proses

pengambilan kebijakan.

3. Noam Chomsky : Menguak Tabir TERORISME Internasional (Buku)

 Memberikan penjelasan tentang adanya upaya AS dalam

mengendalikan dan mengontrol pikiran manusia dengan cara menciptakan pemaknaan baru terhadap beberapa kata sehingga mampu menumbuhkan pemahaman yang mengarah pada

tumbuhnya rasa simpati banyak orang kepada AS karena bersusah payah memperjuangkan berbagai macam tanggung jawabnya sebagai polisi dunia seperti perang melawan terorisme, menciptakan perdamaian dan lain-lain.

4. Agus

Andriansyah : Aktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Standar Ganda AS Dalam

Globalwar on

terrorism di

Timur Tengah Masa

Pemerintahan

 Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dimana penulis berusaha menjelaskan tentang kebijakan standar ganda AS dalam war

on terrorism di

Timur Tengah masa pemerintahan George W. Bush

Penulis menyimpulkan bahwa AS menerapkan sikap standar ganda dalam global war on

terrorism yang

dilakukannya di Timur Tengah.

Sikap standar ganda tersebut disebabkan oleh pengaruh nekons dan lobi Yahudi.


(26)

yang

mempengaruhinya.

 Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pendekatan dengan menggunakan teori

policy influencer

system, konsep

unilateralisme-double standard, dan

konsep global war on terrorisme.

kelompok tersebut pada masa Bush dikarenakan kelompok ini mampu menguasai hampir dari seluruh pos-pos penting dalam pengambilan kebijakan AS.

1.5 Teori dan Konsep 1.5.1 Policy Influencer System

Policy influecer system merupakan kerangka analisis yang sangat tepat untuk dipakai dalam penelitian ini. Coplin memandang toeri ini sebagai salah satu kunci untuk memahami efek perilaku aktor politik domestik terhadap pengambilan kebijakan luar negeri dengan menganalisis hubungan keduanya. Aktor politik domestik disebut Coplin sebagai policy influecers. Seringkali dalam birokrasi mereka juga berperan sebagai pengambil keputusan.10

Hubungan antara pengambilan keputusan dengan policy influecers terjadi secara timbal balik. Disatu sisi, pengambil keputusan membutuhkan policy influecers karena mereka merupakan sumber dukungan baginya. Disisi lain, policy influecers membutuhkan pengambil keputusan untuk mempermudah jalan tuntutannya diputuskan sebagai suatu kebijakan. Apabila tuntutan policy influecers tidak dipenuhi pengambil keputusan, maka dapat dipastikan sebagian atau bahkan seluruh dukungan policy influecers kepada pengambil keputusan akan


(27)

hilang. Pengambil keputusan tidak selalu menanggapi tuntutan itu secara positif. Tetapi para pengambil keputusan pada akhirnya akan mengakomodasi sampai batas tertentu untuk bisa mengabaikan tuntutan itu.11

Coplin membedakan policy influecers menjadi empat macam.12 Pertama,

bureaucratic influecer, misalnya beberapa individu atau organisasi dalam lembaga pemerintah yang membantu para pengambil keputusan dalam menyusun dan menjalankan kebijakan luar negeri. Anggota birokrasi yang bertindak sebagai

policy influecers memiliki akses langsung kepada para pengambil keputusan dengan memberikan informasi kepada mereka sekaligus melaksanakan kebijakan luar negeri yang diputuskan. Karenanya, beureacratic influecer memiliki pengaruh sangat besar dalam pengambilan keputusan.

Kedua, Partisan Influencer, kelompok yang bertujuan menterjemahkan tuntutan masyarakat menjadi tuntutan politis terkait kebijakan pemerintah. Mereka berupaya mempengaruhi kebijakan denga cara menekan para penguasa dan dengan menyediakan orang-orang yang berperan dalam pengambilan keputusan. Misalnya partai politik dalam sistem demokrasi.

Ketiga, interest influencers sekelompok individu yang tergabung bersama karena mempunyai kepentingan yang sama. interest influencers memakai beberapa metode untuk memebentuk dukungan terhadap kepentingannya. Mereka biasanya melancarkan kampanye dengan menulis surat yang tidak hanya diarahkan kepada para pengambil keputusa, tapi juga bureaucratic dan partisan influecer. Mereka juga bisa menjanjikan dukungan finansial atau mengancam


(28)

menarik dukungan. Jika tidak berperan dalam menentukan kebijakan luar negeri,

interest influencers pasti berperan dalam mengkritisi para pengambil keputusan luar negeri.

Keempat, mass influensers yang terwujud dalam opini publik yang dibentuk oleh media massa. Para pengambil keputusan menggunakan opini publik bukan untuk membentuk kebijakan luar negeri tapi untuk merasionalisasinya. Pendapat dari kelompok ini sering menjadi pertimbangan para pengambil keputusan untuk menyusun kebijakan luar negeri. Keempat tipe policy influecers

itu tidak selalu memiliki pandangan sama terhadap suatu kebijakan. Perbedaan juga kerap dimiliki degnan para pengambil keputusan.13

Dari keempat tipe policy influencers ini, semuanya memiliki peran yang sangat besar dalam mempengruhi kebijakan politik luar negeri AS masa pemerintahan George W. Bush. Pertama peranan bureaucratic influencers yaitu organisasi-organisasi yang berskala luas sebagai bagian dari lembaga eksekutif, yang bertugas secara fungsional dalam kebijakan-kebijakan ekonomi, politik luar negeri serta ke sejahteraan. Kedua, partisan influcencers, yang mencerminkan kebijakan Bush yang didominasi kebijakan-kebijakan yang mengarah ke luar negeri sesuai dengan kepentingan-kepentingan dasar partai Republik. Kemudian Interest fluencers yang terdiri atas sekelompok orang yang bergabung bersama melalui serangkaian kepentingan yang sama, dalam hal ini banyak kelompok kepentinngan yang mempengaruhi pemerintahan George. W. Bush dalam kebijakan global war on terrorismnya di kawasan Timur Tengah.


(29)

Mass Influencers dalam sistem pengambilan keputusan tidak terhindar dari peranan media dalam membentuk opini publik, sebab masyarakat bisa menjadi fungsi penekan dalam proses pengambilan suatu kebijakan di AS.

1.5.2 Konsep Unilateralisme - Double Standard

Peta politik internasioinal telah mengalami perubahan yang begitu besar sejak berakhirnya perang dingin dan hancurnya bekas negara Unisoviet. Kondisi tersebut menimbulkan kekuatan baru AS sebagai satu-satunya negara super power di dunia. Perubahan tersebut juga diwarnai dengan adanya globalisasi yang begitu cepat, dan juga serangan terorisme dalam skala besar terutama sejak kasus 11 September 2001. Terciptanya perdamaian dunia dan keamanan dunia pasca perang dingin masih menjadi tantangan dan belum bisa terwujud sejak didirikannya PBB setelah perang dunia ke II.

Ketidak mampuan PBB untuk beraksi secara cepat dalam memecahkan persoalan-persoalan internasional telah menyebabkan mulai diadopsinya suatu pendekatan baru dalam memerangi terorisme pada kebijakan luar negeri AS masa pemerintahan George W. Bush. Kumar Ramakrishna dalam artikelnya yang berjudul “The US Foreign Policy of Praetorian Unilateralism and the

Implications for Southeast Asia” menyebut pendekatan ini dengan istilah praetorian unilateralisme. Unilaterlisme merupakan doktrin atau agenda yang menyokong tindakan sepihak. Praetorian unilateralisme didefinisikan sebagai kebijakan AS yang menggunakan pendekatan militer dalam usahanya memerangi terorisme dengan tanpa bergantung pada negara lain. Sehingga dalam melakukan perang melawan terorisme, AS bersedia berperang secara unilateral dengan


(30)

kekuatan militer yang ia miliki.14 Akibat dari tindakan sepihak (unilateral action) yang sering dilakukan AS dalam penerapan kebijakan global war on terrorism -nya membuat AS tampil sebagai negara yang terkesan memiliki standar ganda terutama di kawasan Timur Tengah. hal ini terlihat dari adanya perbedaan sikap yang ditunjukkan pemerintahan AS dalam merespon isu terorisme diantara negara sekutu dengan negara yang tidak sejalan dengan AS.

Double standard atau standar ganda yang dimaksud dalam tulisan ini adalah sifat inkonsistensi yang dimuliki AS. Ilustrasi yang sangat tepat dalam menggambarkan sifat standar ganda AS terhadap terorisme, seperti yang diungkapkan oleh St. Augustine sebagaimana yang dikutip Chomsky yang menuturkan cerita tentang seorang bajak laut (perompak) yang tertangkap oleh Kaisar Alexander the Great. alkisah,terjadilah dialog antara perompak dengan sang Kaisar. “Mengapa kamu berani mengacau lautan?”, tanya Alexander. “mengapa kamu berani mengacau seluruh dunia? Karena aku melakukannya hanya dengan sebuah perahu kecil, aku disebut maling; kalian, karena melakukannya dengan kapal besar, disebut Kaisar”, jawab sang perampok.

Ilustrasi tersebut menggambarkan secara sangat pas tentang hubungan “terorisme” negara yang dilkukan si kuat terhadap si lemah “namun diabaikan, bahkan dibantu oleh AS dan sekutunya karena aksi tersebut bukanlah aksi terorisme” disatu sisi, dan disisi lain, aksi-aksi “terorisme” yang dilakukan Hamas

14 Kumar Ramakrishna, 2003, The US Foreign Policy of Praetorian Unilateralism and The Implications for Southeast Asia, dalam Uwe Johannen, et.all., (ed.). September 11 and Political Freedom. (Singapore:Select Publishing Pte. Ltd.), hal. 116-139


(31)

terhadap Israel, atau yang dilakukan kelompok Osama terhadap kepentingan AS yang selalu dikecam serta diperangi oleh AS dan sekutunya.

1.5.3 Konsep Global War on Terrorism

Terminologi terorisme sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang baru bagi pemerintah Amerika. Bahkan jauh sebelum peristiwa 11 September 2001 terjadi, Dick Cheney yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan AS dibawah Administratif Clinton pada tahun 1993, telah membahas terorisme serta isu-isu lain seperti perdagangan narkotika dan obat bius, dan proliferasi senjata-senjata pemusnah massal dalam strategi pertahanan regional-nya. Artinya, meskipun terorisme telah lama dikenal sebagai sebuah ancaman terhadap keamanan dan kepentingan nasional, tidak membuat AS siap menghadapi serangan terorisme. Hal ini diperkuat dengan reaksi nyata baik pemerintah maupun publik AS yang terkejut dalam peristiwa 11 September 2001, yang meruntuhkan gedung menara kembar WTC di jantung kota dan pusat finansial New York. Kebijakan politik Luar negeri Amerika yang sering dianggap mementingkan diri sendiri dan merugikan negara lain, serta kemakmuran ekonomi negara ini yang cukup tinggi, menyebabkan warga negara Amerika menjadi target empuk bagi berbagai kelompok teroris dimanapun juga.

Terorisme mempunyai latar belakang yang bermacam-macam, antara lain: penjajahan, etnisitas, agama, pertentangan ideologi, pertentangan pandangan individu, separatisme maupun akibat kesenjangan sosial menyebabkan kesulitan dalam membina kerjasama diantara negara-negara di dunia dalam perang melawan terorisme ini. Secara umum terdapat persamaan dalam definisi yang


(32)

diberikan terhadap masalah ini, terorisme sering kali didefinisikan sebagai kejahatan politik atau tindakan perlawanan terhadap pemerintahan yang sah dan rakyat, yang menghalalkan segala cara termasuk penggunaan kekerasan demi tercapainya tujuan. Terorisme yang bersifat memaksa dan menghalalkan kekerasan dianggap sangat berbahaya dan bertentangan dengan pemikiran liberal barat yang sangat mengagungkan kebebasan individu yang disertai tanggung jawab moral, hak azasi setiap manusia untuk hidup dan mengejar kebahagiaan. Tindakan kejahatan yang dilakukan oleh kelompok teroris melampaui batas sebuah negara, dan menjadikannya musuh utama bagi perdamaian dunia yang dicita-citakan setiapumat manusia.15

Istilah terorisme menjadi salah satu istilah yang sangat populer sejak tahun 1980-an. Tanpa berusaha mencari makna yang sebenarnya, istilah terorisme bersama istilah-istilah lainya seperti fundamentalisme, radikalisme, dan militanisme dipopulerkan oleh para pakar social-politik Barat yang kemudian disebar luaskan oleh media masa. Istilah terror yang pada awalnya bermakna tindak pemaksaan dengan kekerasan yang dilakukan oleh para penguasa terhadap rakyat, atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh si kuat terhadap mereka yanag lemah, kemudian mengalami pproses perubahan pemaknaan dimana istilah teror justru dipakai untuk menyebut tindak kekerasan yang dilakukan si lemah terhadap si kuat. Ironisnya, perilaku kekerasan yang dilakukan si kuat terhadap si lemah, sekalipun jauh lebih biadab, justru tidak disebut sebagai tindakan terorisme.16

15 Poltak P Nainggolan, 2002, Terorisme dan Tata Dunia Baru, Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi SEKJEN DPRRI, hal. 158-159.


(33)

Pemerintahan Amerika sendiri menganggap terorisme sebagai kejahatan politik. Definisi yang diberikan pemerintah Amerika mengenai terorisme adalah:

”The unlawful use or threat of violence against person of property to further or social objectives”

Untuk itu, sejak awal pemerintah bersikap tegas, tidak melakukan kompromi dan menolak melakukan negosiasi dengan kelompok teroris, baik itu berupa pembayaran tebusan, perubahan kebijakan, penukaran atau pembebasan tawanan. Sikap Amerika ini kemudian diikuti oleh Negara-negara barat sekutunya.17

Sikap tegas pemerintah Amerika terhadap masalah terorisme ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Terorisme dianggap sangat membahayakan kepentingan nasional Amerika. Terutama karena seringnya warga negara, gedung Kedutaan maupun perusahaan milik Amerika menjadi sasaran tindakan terorisme, antara tahun 1995-2001, diperkirakan bahwa puluhan warga negara Amerika terbunuh, ratusan orang terluka setiap tahunnya akibat tindakan terorisme. 2. Tindakan terorisme juga sering kali dianggap mengganggu proses

perdamaian yang telah diupayakan Amerika selama lebih dari 20 tahun di Timur Tengah dalam menyelesaikan konflik Arab-Israel.

3. Terorisme juga mengancam stabilitas keamanan di Negara-negara yang menjadi aliansi Amerika.

4. Terorisme selalu terkait dengan tindakan kekerasan sehingga bertentangan dengan prinsip Demokrasi dan Hak Azasi Manusia.


(34)

Dengan keempat faktor diatas yang dianggap sangat merugikan kepentingan Amerika, maka Negara ini merasa berhak berada di posisi paling depan dalam upaya melawan terorisme internasional. Amerika Serikat adalah Negara yang sangat mengagungkan Demokrasi dan HAM, dan bahkan kedua hal ini merupakan elemen penting yang mempengaruhi kebijakan luar negerinya. Tujuan dari kebijakan demokrasi dan HAM yang ada dalam politik luar negeri Amerika adalah untuk menciptakan tata kehidupan dunia yang lebih baik atau mendukung kepentingan dan keamanan nasional dan ekonomi Amerika. Terorisme dianggap lawan bagi demokrasi, dan suatu upaya penolakan terhadap kekuasaan yang sah karena menganggap melalui upaya terorisme akan dicapai suatu keadaan yang lebih baik.

1.6 Argumentasi Dasar

Dari penjelasan diatas maka penulis dapat menarik sebuah hipotesa bahwa dalam memerangi terorisme di Timur Tengah, pemerintahan AS dimasa pemerintahan George W. Bush melakukan kebijakan standar ganda yang mana

war on terrorism tersebut hanya ditujukan ke beberapa negara yang dianggap tidak sejalan dengan AS. Apapun tindakan teror yang dilakukan oleh bangsa Israel sebagai sekutu AS ke beberapa negara tetangganya terutama Palestina, AS tidak pernah menganggap aksi itu sebagai kejahatan perang. Sikap AS dalam global war on terrorism cenderung selektif atau tebar pilih, tergantung dari kedekatan hubungan negara tersebut dengan AS dan juga kebutuhan strategis yang dimiliki AS terhadap negara yang bersangkutan. Besarnya pengaruh lobi yahudi, serta kuatnya motivasi para tokoh neokonservatif yang berada dilingkaran pengambilan


(35)

kebijakan luar negeri dalam pemerintahan Bush untuk menjadikan AS sebagai satu-satunya negara yang memiliki hegemoni dan pengaruh besar di dunia merupakan faktor yang menyebabkan dilakukannya kebijakan standar ganda dalam melawan terorisme di Timur Tengah.

1.7 Metodologi Penelitian 1.7.1 Metode Penulisan

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dimana penulis mencoba mendiskripsikan aktor-aktor yang mempengaruhi kebijakan standar ganda AS dalam war on terrorism di Timur Tengah pada masa pemerintahan George W Bush.

1.7.2 Sumber dan Jenis Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa buku, jurnal, dokumen, dan bahan dari internet. Data tentang kebijakan politik luar negeri dan tentang terorisme pada penelitian ini didapatkan dari beberapa buku, jurnal, dan internet.

1.7.3 Teknik Pengumpulan data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah Studi pustaka, yaitu data telah diolah oleh orang lain dalam bentuk dokumen baik tulisan maupun verbal dan publikasi.18 Jenis data yang seperti ini diantaranya adalah berbagai bentuk tulisan, seperti buku, koran, majalah, film, dan lain-lain.


(36)

1.7.4 Teknik analisa data

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Dimana, data yang dikumpulkan melalui penelitian lapangan dilakukan dengan metode kualitatif, karena sifat data penelitian ini merupakan informasi kualitatif. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskrpitif berupa kata-kata tertulis maupun yang terucapkan dari para pelaku yang diamati.

1.7.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki batasan-batasan sebagai berikut :

a. Batasan waktu: Kurun waktu dalam penelitian ini adalah selama George W. Bush menjadi presiden AS dari tahun 2001 sampai tahun 2009.

b. Batasan materi: batasan materi terletak pada seluaruh pembahasan tentang domestik wilayah Timur Tengah19, dan domestik Amerika Serikat.

1.7.6 Sistematika penulisan BAB I Pendahuluan

Dalam Bab ini peneliti memberikan gambaran umum tentang sikap standar ganda AS dalam memerangi terorisme di Timur Tengah pada masa George W. Bush yang dipengaruhi oleh kelompok neokonservatif. Akhir Bab ini berisi

19 Timur Tengah (Middle East) atau yang dulu sering disebut sebgai timur dekat (Near East) pertama kali muncul di Barat pada abad ke 15, yang merujuk pada suatu kawasan yang berada di antara benua Eropa dan Timur Jauh. Dan istilah Timur Tengah digunakan secara resmi oleh Inggris pada saat berlangsungnya Perang Dunia (PD) II. Mengenai batasan tentang wliayah Timur Tengah, sampai saat ini masih menjadi perdebatan yang tak kunjung usai. Menurut para ahli politik dan hubungan internasional sekurang-kurangnya ada tiga pendapat: Pertama, Timteng didefinisikan sebagai kawasan yang mencakup Negara-negara Arab non Afrika ditambah Iran dan Israel. Dua,mereka yang memasukkan seluruh Negara anggota Liga Arab ditambah Iran, Israel dan Turki. Di sini seluruh Negara (berbahasa dan berbudaya) Arab di kawasan Afrika Utara (seperti Aljazair, Maroko, Libya, Mauritania) masuk dalam wilayah Timur Tengah. Tiga, mereka yang memasukkan Negara-negara seperti pada pandangan kedua, ditambah Afganistan, Pakistan, dan


(37)

tentang metedologi yang peneliti gunakan: Rumusan masalah, penelitian terdahulu, metodelogi pengumpulan data, analisa data, serta systematika penulisan.

BAB II Dasar Kebijakan War On Terrorism AS Masa Pemerintahan George W. Bush

Dalam bab ini peneliti meneliti tentang berbagai macam sebab dan dasar-dasar yang melatar belakangi pengambilan kebijakan luar negeri AS dimasa pemerintahan Bush dalam memerangi terorisme di Timur Tengah.

BAB III Kebijakan Standar Ganda AS dalam War on Terrorism Di Timur Tengah

Dalam bab ini Peneliti meneliti tentang berbagai macam kebijakan standar ganda AS dalam memerangi terorisme di Timur Tengah.

BAB IV Aktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Standar Ganda AS Dalam Memerangi Terorisme di Timur Tengah

Dalam bab ini berisi Aktor yang memiliki pengaruh sehingga membuat AS pada masa pemerintahan George W. Bush menerapkan kebijakan standar ganda dalam memerangi terorisme di Timur Tengah.

BAB V Kesimpulan

Berisi kesimpulan dari hasil analisa Bab II, III, dan IV. Merupakan generalisasi yang diperoleh untuk menjawab peprtanyaan-pertanyaan penelitian dan juga membuktikan kebenaran argumentasi awal penelitian yang ditawarkan oleh penulis.


(38)

Tabel 1.2 Sistematika Penulisan

BAB JUDUL PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan 1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Teoritis 1.4.2 Manfaat Praktis 1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Studi Terdahulu 1.6 Teori dan Konsep

1.6.1. Teori Kebijakan Luar Negeri 1.6.2 Konsep konflik Terorisme 1.7 Hipotesa

1.8 Metode Penelitian 1.8.1 Jenis Penelitian 1.8.2 Tingkat Analisa

1.8.3 Teknik Pengumpulan data 1.8.4 Teknik analisa data 1.8.5 Batasan waktu 1.8.6 Sistematika penulisan

II Dasar Kebijakan War On Terrorism

AS Masa Pemerintahan George W. Bush

2.1 Peristiwa 11 September 2001 2.2 Strategi keamanan nasional AS

pasca 11 September 2001 2.2.1 Quadrennial Defense Review

(QDR) 2001

2.2.2 National Security Strategy 2002 2.2.3 National Strategy For Combating

Terrorism (NSCT)

2.2.4 National Strategy for Homeland Security 2002


(39)

III Penerapan Kebijakan GlobalWar

on Terrorism AS Masa

Pemerintahan George W. Bush Di Timur Tengah

3.1 Global War On Terrorism AS di Timur Tengah

3.1.1 Memburu Teroris di Afghanistan & Menumbangkan Rezim Taliban

3.1.2 AS Invasi Irak

3.1.3 Reaksi keras AS terhadap Krisis Nuklir Iran

3.2 Standar Ganda AS dalam Global War On Terrorism di Timur Tengah

3.2.1 Inkonsistensi AS Dalam

Menanggapi Masalah Terorisme 3.2.2 Kebijakan Pengamanan Energi &

Natural Resourcis AS di Timur Tengah

IV Aktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Standar Ganda AS Dalam Memerangi Terorisme di Timur Tengah

4.1 George W. Bush

4.2 Kelompok Neokonservatif 4.3 Korporasi di Amerika

4.4 Kekuatan Lobi Yahudi di AS masa Pemerintahan George W. Bush

4.5 Pengaruh Partai Republik terhadap Standar Ganda AS dalam Global War On Terrorisme 4.6 Media dalam Membentuk Opini

Publik Terkait Global War On Terrorism di Timur Tengah 4.7 Neokons dan Lobi Yahudi Dalam

Interest Group di AS

V Penutup 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran


(1)

Dengan keempat faktor diatas yang dianggap sangat merugikan

kepentingan Amerika, maka Negara ini merasa berhak berada di posisi paling

depan dalam upaya melawan terorisme internasional. Amerika Serikat adalah

Negara yang sangat mengagungkan Demokrasi dan HAM, dan bahkan kedua hal

ini merupakan elemen penting yang mempengaruhi kebijakan luar negerinya.

Tujuan dari kebijakan demokrasi dan HAM yang ada dalam politik luar negeri

Amerika adalah untuk menciptakan tata kehidupan dunia yang lebih baik atau

mendukung kepentingan dan keamanan nasional dan ekonomi Amerika.

Terorisme dianggap lawan bagi demokrasi, dan suatu upaya penolakan terhadap

kekuasaan yang sah karena menganggap melalui upaya terorisme akan dicapai

suatu keadaan yang lebih baik.

1.6 Argumentasi Dasar

Dari penjelasan diatas maka penulis dapat menarik sebuah hipotesa bahwa

dalam memerangi terorisme di Timur Tengah, pemerintahan AS dimasa

pemerintahan George W. Bush melakukan kebijakan standar ganda yang mana

war on terrorism tersebut hanya ditujukan ke beberapa negara yang dianggap

tidak sejalan dengan AS. Apapun tindakan teror yang dilakukan oleh bangsa Israel

sebagai sekutu AS ke beberapa negara tetangganya terutama Palestina, AS tidak

pernah menganggap aksi itu sebagai kejahatan perang. Sikap AS dalam global

war on terrorism cenderung selektif atau tebar pilih, tergantung dari kedekatan hubungan negara tersebut dengan AS dan juga kebutuhan strategis yang dimiliki

AS terhadap negara yang bersangkutan. Besarnya pengaruh lobi yahudi, serta


(2)

kebijakan luar negeri dalam pemerintahan Bush untuk menjadikan AS sebagai

satu-satunya negara yang memiliki hegemoni dan pengaruh besar di dunia

merupakan faktor yang menyebabkan dilakukannya kebijakan standar ganda

dalam melawan terorisme di Timur Tengah.

1.7 Metodologi Penelitian 1.7.1 Metode Penulisan

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dimana penulis mencoba

mendiskripsikan aktor-aktor yang mempengaruhi kebijakan standar ganda AS

dalam war on terrorism di Timur Tengah pada masa pemerintahan George W

Bush.

1.7.2 Sumber dan Jenis Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data

yang digunakan dalam penelitian ini berupa buku, jurnal, dokumen, dan bahan

dari internet. Data tentang kebijakan politik luar negeri dan tentang terorisme pada

penelitian ini didapatkan dari beberapa buku, jurnal, dan internet.

1.7.3 Teknik Pengumpulan data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan penulis

adalah Studi pustaka, yaitu data telah diolah oleh orang lain dalam bentuk

dokumen baik tulisan maupun verbal dan publikasi.18 Jenis data yang seperti ini diantaranya adalah berbagai bentuk tulisan, seperti buku, koran, majalah, film, dan

lain-lain.


(3)

1.7.4 Teknik analisa data

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kualitatif. Dimana, data yang dikumpulkan melalui penelitian lapangan dilakukan

dengan metode kualitatif, karena sifat data penelitian ini merupakan informasi

kualitatif. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskrpitif berupa kata-kata tertulis maupun yang terucapkan dari para pelaku yang

diamati.

1.7.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki batasan-batasan sebagai berikut :

a. Batasan waktu: Kurun waktu dalam penelitian ini adalah selama George

W. Bush menjadi presiden AS dari tahun 2001 sampai tahun 2009.

b. Batasan materi: batasan materi terletak pada seluaruh pembahasan tentang

domestik wilayah Timur Tengah19, dan domestik Amerika Serikat. 1.7.6 Sistematika penulisan

BAB I Pendahuluan

Dalam Bab ini peneliti memberikan gambaran umum tentang sikap standar

ganda AS dalam memerangi terorisme di Timur Tengah pada masa George W.

Bush yang dipengaruhi oleh kelompok neokonservatif. Akhir Bab ini berisi

19 Timur Tengah (Middle East) atau yang dulu sering disebut sebgai timur dekat (Near East) pertama kali muncul di Barat pada abad ke 15, yang merujuk pada suatu kawasan yang berada di antara benua Eropa dan Timur Jauh. Dan istilah Timur Tengah digunakan secara resmi oleh Inggris pada saat berlangsungnya Perang Dunia (PD) II. Mengenai batasan tentang wliayah Timur Tengah, sampai saat ini masih menjadi perdebatan yang tak kunjung usai. Menurut para ahli politik dan hubungan internasional sekurang-kurangnya ada tiga pendapat: Pertama, Timteng didefinisikan sebagai kawasan yang mencakup Negara-negara Arab non Afrika ditambah Iran dan Israel. Dua,mereka yang memasukkan seluruh Negara anggota Liga Arab ditambah Iran, Israel dan Turki. Di sini seluruh Negara (berbahasa dan berbudaya) Arab di kawasan Afrika Utara (seperti Aljazair, Maroko, Libya, Mauritania) masuk dalam wilayah Timur Tengah. Tiga, mereka yang memasukkan Negara-negara seperti pada pandangan kedua, ditambah Afganistan, Pakistan, dan republik-republik Muslim ex-Soviet.


(4)

tentang metedologi yang peneliti gunakan: Rumusan masalah, penelitian

terdahulu, metodelogi pengumpulan data, analisa data, serta systematika

penulisan.

BAB II Dasar Kebijakan War On Terrorism AS Masa Pemerintahan George W. Bush

Dalam bab ini peneliti meneliti tentang berbagai macam sebab dan

dasar-dasar yang melatar belakangi pengambilan kebijakan luar negeri AS dimasa

pemerintahan Bush dalam memerangi terorisme di Timur Tengah.

BAB III Kebijakan Standar Ganda AS dalam War on Terrorism Di Timur Tengah

Dalam bab ini Peneliti meneliti tentang berbagai macam kebijakan standar

ganda AS dalam memerangi terorisme di Timur Tengah.

BAB IV Aktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Standar Ganda AS Dalam Memerangi Terorisme di Timur Tengah

Dalam bab ini berisi Aktor yang memiliki pengaruh sehingga membuat

AS pada masa pemerintahan George W. Bush menerapkan kebijakan standar

ganda dalam memerangi terorisme di Timur Tengah.

BAB V Kesimpulan

Berisi kesimpulan dari hasil analisa Bab II, III, dan IV. Merupakan

generalisasi yang diperoleh untuk menjawab peprtanyaan-pertanyaan penelitian

dan juga membuktikan kebenaran argumentasi awal penelitian yang ditawarkan


(5)

Tabel 1.2 Sistematika Penulisan

BAB JUDUL PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan 1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Teoritis 1.4.2 Manfaat Praktis 1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Studi Terdahulu 1.6 Teori dan Konsep

1.6.1. Teori Kebijakan Luar Negeri 1.6.2 Konsep konflik Terorisme 1.7 Hipotesa

1.8 Metode Penelitian 1.8.1 Jenis Penelitian 1.8.2 Tingkat Analisa

1.8.3 Teknik Pengumpulan data 1.8.4 Teknik analisa data 1.8.5 Batasan waktu 1.8.6 Sistematika penulisan

II Dasar Kebijakan War On Terrorism

AS Masa Pemerintahan George W. Bush

2.1 Peristiwa 11 September 2001 2.2 Strategi keamanan nasional AS

pasca 11 September 2001 2.2.1 Quadrennial Defense Review

(QDR) 2001

2.2.2 National Security Strategy 2002 2.2.3 National Strategy For Combating

Terrorism (NSCT)

2.2.4 National Strategy for Homeland Security 2002


(6)

III Penerapan Kebijakan GlobalWar on Terrorism AS Masa

Pemerintahan George W. Bush Di Timur Tengah

3.1 Global War On Terrorism AS di Timur Tengah

3.1.1 Memburu Teroris di Afghanistan & Menumbangkan Rezim Taliban

3.1.2 AS Invasi Irak

3.1.3 Reaksi keras AS terhadap Krisis Nuklir Iran

3.2 Standar Ganda AS dalam Global War On Terrorism di Timur Tengah

3.2.1 Inkonsistensi AS Dalam

Menanggapi Masalah Terorisme 3.2.2 Kebijakan Pengamanan Energi &

Natural Resourcis AS di Timur Tengah

IV Aktor Yang Mempengaruhi

Kebijakan Standar Ganda AS Dalam Memerangi Terorisme di Timur Tengah

4.1 George W. Bush

4.2 Kelompok Neokonservatif 4.3 Korporasi di Amerika

4.4 Kekuatan Lobi Yahudi di AS masa Pemerintahan George W. Bush

4.5 Pengaruh Partai Republik terhadap Standar Ganda AS dalam Global War On Terrorisme 4.6 Media dalam Membentuk Opini

Publik Terkait Global War On Terrorism di Timur Tengah 4.7 Neokons dan Lobi Yahudi Dalam

Interest Group di AS

V Penutup 5.1 Kesimpulan