Oh Junk Food…

Universitas Muhammadiyah Malang
www.umm.ac.id

Oh Junk Food…
Surya : Kamis, 2010-12-02 | 07:25 WIB
Muhammad Nabawi
Mahasiswa Jurusan Hukum Universitas Muhammadiyah Malang
Makanan instan, cepat saji, junk food bukan lagi hal asing bagi masyarakat Indonesia. Serbuan junk food ini mirisnya
nyaris tidak terbendung lagi. Hampir di setiap sudut kota di Indonesia merebak gerai yang menjajakan beragam
makanan instan dalam beragam wajah, bentuk, dan nama. Ada pizza, spagetti, burger, fried chiken. Ada lagi sushi,
sukiyaki, bento, dan berbagi jenis makanan lain dari berbagai negara kini mudah ditemui di negara kita.
Melihat realitas tersebut, muncul pertanyaan, mengapa junk food lebih diminati ketimbang makanan tradisional?
Utamanya kalangan muda yang cenderung menjajal sesuatu yang baru sebagai tren gaya hidup. Padahal, jika dilihat
dari arti namanya junk food jelas bermakna makanan sampah.
Selama ini kita menikmati makanan sampah ini dengan harga yang relatif tidak murah. Jika dibandingkan dengan
makanan tradisional bisa dua kali lebih mahal harganya. Padahal, makanan lokal dan tradisional begitu beragam,
dengan harga terjangkau, dan tetap lezat. Apalagi di Kota Malang, sebagai kota wisata otomatis memiliki beragam
jajanan yang nikmat dan murah juga kualitas tak kalah.
Poin penting lain perlu digarisbawahi di sini adalah tidak selamanya sesuatu yang datang dari luar mengandung
manfaat yang bisa diadopsi secara spontanitas. Perlu sikap selektif agar terhindar dari perbudakan gaya hidup. Coba
lihat kandungan dalam makanan sampah ini, kolesterol tinggi, minim serat, sehingga berpengaruh pada kesehatan.

Padahal, semua mahfum, jika kesehatan itu mahal harganya.
Tak ada salahnya di era modern ini ikut mencicipi produk baru termasuk makanan sampah tadi, namun harus
diimbangi dengan ragam makanan lain yang lebih sehat dengan seruan back to local food yang halal dan murah.

page 1 / 1