BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penelitian.
Latar Belakang
Pada mulanya belanja hanya merupakan suatu konsep untuk menunjukkan suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-harinya
dengan jalan menukarkan sejumlah uang sebagai pengganti barang tersebut. Pada saat ini konsep belanja itu sendiri telah berkembang sebagai sebuah cerminan gaya hidup
dan rekreasi di kalangan masyarakat. Belanja adalah suatu gaya hidup tersendiri, dimana bahkan telah menjadi suatu kegemaran bagi sejumlah orang.
Seiring dengan terjadinya perubahan perekonomian dan globalisasi, terjadi perubahan dalam perilaku membeli pada masyarakat. Terkadang seseorang membeli
sesuatu bukan didasari pada kebutuhan yang sebenarnya. Perilaku membeli yang tidak sesuai kebutuhan dilakukan semata-mata demi kesenangan, sehingga menyebabkan
seseorang menjadi boros dikenal istilah perilaku konsumtif. Belanja menjadi alat pemuas keinginan mereka akan barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan,
akan tetapi karena pengaruh trend atau mode yang tengah berlaku, maka mereka merasa akan suatu keharusan untuk membeli barang-barang tersebut. Perilaku berlebihan inilah
yang disebut dengan perilaku konsumtif http:www.freewebs.comkolektifbungakonsumerisme.htm.
Universitas Sumatera Utara
Lubis Sumartono, 2002 mengatakan perilaku konsumtif adalah perilaku yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya
keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi.artinya, konsumen lebih memperhatikan penggunaan produk-produk dari merek-merek tertentu untuk
mendapatkan penghargaan, pujian, untuk meningkatkan kepercayaan diri, menjaga gengsi, menampilkan kehidupan mewah, karena iming-iming hadiah, karena konform
dengan artis atau public figure, atau sekedar untuk menjaga simbol status tertentu dan cenderung mengabaikan manfaat dan kegunaan barang-barang yang dibeli tersebut.
Konsumtif biasanya digunakan untuk menunjuk pada perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang dan jasa yang
bukan menjadi kebutuhan pokok. Misalnya sebagai ilustrasi, seseorang memiliki penghasilan Rp. 500.000,-, kemudian ia membelanjakan Rp. 400.000,-, dalam waktu
tertentu untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sisa Rp. 100.000,- ia belanjakan sepasang sepatu karena sepatu yang dimilikinya untuk bekerja sudah rusak. Dalam hal
ini orang tadi belum disebut berperilaku konsumtif. Tapi apabila ia belanjakan untuk sepatu yang sebenarnya tidak ia butuhkan apalagi ia membeli sepatu seharga Rp.
200.000,- dengan kartu kredit, maka ia dapat disebut berperilaku konsumtif. Pola hidup yang konsumtif juga menampakkan kesenjangan yang semakin
besar pada masyarakat, sehingga kalangan yang sebenarnya tidak mampu atau tidak memerlukan perilaku konsumtif ini turut mempraktekannya, dan kemudian ia bisa saja
melakukan segala upaya dalam memenuhi keinginannya, sehingga bisa menyebabkan terjadinya hal-hal yang devian Kusmin, dalam
http:www.freewebs.comkolektifbungakonsumerisme.htm.
Universitas Sumatera Utara
Demikian juga yang terjadi pada mahasiswa yang merupakan salah satu komponen masyarakat juga. Perilaku konsumtif pada mahasiswa sebenarnya dapat
dimengerti bila melihat usia mahasiswa sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri. Mahasiswa ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi
bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan mahasiswa berusaha untuk mengikuti berbagai
atribut yang sedang in. Mahasiswa dalam perkembangan kognitif dan emosinya masih memandang bahwa atribut yang superfisial itu sama penting bahkan lebih penting
dengan substansi. Apa yang dikenakan oleh seorang artis yang menjadi idola para mahasiswa menjadi lebih penting untuk ditiru dibandingkan dengan kerja keras dan
usaha yang dilakukan artis idolanya itu untuk sampai pada kepopulerannya. Menjadi masalah ketika kecenderungan yang sebenarnya wajar pada
mahasiswa ini dilakukan secara berlebihan. Pepatah “lebih besar pasak daripada tiang” berlaku dalam perilaku konsumtif yang terjadi pada mahasiswa ini. Terkadang apa yang
dituntut oleh mahasiswa di luar kemampuan orang tuanya sebagai sumber dana. Hal ini menyebabkan banyak orang tua yang mengeluh saat anaknya mulai memasuki dunia
mahasiswa. Dalam hal ini, perilaku tadi telah menimbulkan masalah ekonomi pada keluarganya.
Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar di dalam gaya hidup sekelompok mahasiswa. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang-orang dewasa
dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat
finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang tidak sehat. Mulai dari pola
Universitas Sumatera Utara
bekerja yang berlebihan sampai menggunakan cara instan seperti korupsi. Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak
psikologis, sosial bahkan etika. Tambunan 2001 mengatakan kelompok usia remaja merupakan salah satu
pasar yang potensial bagi produsen karena belanja ternyata memiliki arti tersendiri bagi remaja itu. Alasannya karena pola konsumsi seseorang mulai terbentuk saat ia
memasuki usia remaja. Lebih lanjut dikatakannya, bahwa perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat usia remaja sebagai usia peralihan
dalam mencari identitas diri. Remaja ingin diakui eksistensinya oleh masyarakat disekitarnya terutama oleh teman sebayanya dengan menjadi bagian dari lingkungannya
itu. Kebutuhan untuk diterima dan diakui menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk membeli produk atau menggunakan produk
yang sesuai dengan harapan dan trend yang ada disekitarnya. Sarwono 2000 menyatakan bahwa maju dan pesatnya teknologi komunikasi
massa sehingga membuat hampir tidak ada batasan geografis, etnis, politis maupun sosial sehingga informasi yang ada pada satu masyarakat dengan masyarakat lain bisa
disampaikan dalam waktu yang sangat singkat. Sehingga pola perilaku konsumtif dari masyarakat lain dapat diketahui dengan cepat dan diikuti oleh masyarakat lain
khususnya mahasiswa yang mengikuti trend mode dari masyarakat daerah lain bahkan dari artis atau public figure. Hal ini jugalah yang membuat perilaku konsumtif pada
mahasiswa semakin besar Penelitian ini akan dilakukan pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara
dengan alasan karena dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti ditemukan bahwa
Universitas Sumatera Utara
keadaan sosial ekonomi mahasiswa Universitas Sumatera Utara lebih bersifat heterogen artinya bahwa taraf kehidupan ekonomi mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan
keluarganya pada umumnya menyebar dari jenjang ekonomi bawah sampai ekonomi atas. Dan dari pengamatan lanjutan pada terhadap kelompok mahasiswa USU, bahwa
mereka cenderung memiliki pola hidup konsumtif yang terlihat dari penggunaan dan pembelian produk-produk yang tidak berdasarkan kebutuhan pokoknya sehari-hari
namun lebih kepada penampilan, merek, harga diri atas penggunaan produk, harga dan produk-produk yang bergengsi.
Hal ini juga dapat terlihat dari semakin berkembangnya kawasan perbelanjaan yang terdapat di areal Kampus Universitas Sumatera Utara yang dikenal mahasiswa
dengan “ PAJAK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ”. Ditempat ini dijual beraneka ragam kebutuhan pokok belajar mahasiswa mulai dari pensil, pena, buku,
disket, CD, binder sampai kebutuhan lainnya seperti aksesoris Handphone, VCD, Film- film, pakaian, sepatu, tas dll. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya mahasiswa
yang tinggal dikawasan Universitas Sumatera Utara melakukan proses pembelian bukan didasarkan atas kebutuhan pokok, namun sekedar hanya untuk mencari produk-produk
yang bergengsi dan mahal. Selain itu mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang berdomisili di kota
Medan, akan mudah terpengaruh oleh arus komunikasi periklanan produk dari produsen, Televisi, Radio dll karena Kota Medan merupakan ibukota dari Provinsi
Sumatera Utara dan Kota Medan merupakan kota yang sedang mengalami pengembangan kota yang pesat. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya sarana dan
prasana yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat seperti perumahan,
Universitas Sumatera Utara
pertokoan, pendidikan bahkan pusat perbelanjaan serta pusat hiburan Suti, 1979. Oleh karena itu fasilitas yang sudah dibangun ini memberikan kemungkinan dan kemudahan
bagi mahasiswa Universitas Sumatera Utara untuk membeli produk-produk yang banyak cenderung konsumtif.
Allport dalam Suryabrata, 1998 menyatakan bahwa kepribadian merupakan organisasi dinamis dalam diri individu sebagai suatu sistem psikofisis yang menentukan
caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Setiap orang memiliki kepribadian yang unik yang membedakannya dengan orang lain. Walaupun
begitu individu dapat digolongkan ke dalam tipe kepribadian tertentu. Tokoh yang menjelaskan mengenai hal ini adalah Carl Gustaf Jung. Jung dalam Schultz Schultz,
1993 membedakan dua sikap atau orientasi utama kepribadian, yaitu sikap introvert dan ekstrovert.
Sikap introvert mengarahkan individu ke dunia dalam, dunia subjektif dan sikap ekstrovert mengarahkan individu ke dunia luar yaitu dunia objektif. Jung dalam
Suryabrata, 1998 mengatakan bahwa seseorang terletak pada salah satu tipe kepribadian. Individu yang introvert memiliki orientasi ke dalam, ke dunia sendiri;
bertipe ragu-ragu, berhati-hati dan suka termenung. Sedangkan seorang ekstrovert memiliki orientasi ke luar, bertipe aktif, menarik dalam pergaulan dan suka
berpetualang. Setiap kedua sifat tersebut memang ada pada diri setiap individu. Hanya saja ada yang dominan dan ada yang tidak pada diri seorang individu.
Eysenck dalam Zulkarnain Danta, 2003 mengatakan bahwa tipe ekstrovert bercirikan suka bergaul, memiliki banyak teman, membutuhkan orang lain untuk diajak
berbicara, suka mengambil kesempatan, selalu ingin tahu, senang lelucon dan umumnya
Universitas Sumatera Utara
suka perubahan. Selain itu cenderung agresif dan gampang kehilangan kesabaran, sekaligus perasaannya tidak tersimpan dengan baik serta tidak selalu dapat dipercaya.
Sementara itu tipe introvert dinyatakan bercirikan pendiam, penyegan, introspektif, lebih menyukai buku daripada orang banyak, memikirkan kehidupan sehari-hari secara
serius, menyukai keteraturan, menyimpan perasaan, jarang berperilaku agresif dan tidak gampang marah, dapat dipercaya, cenderung pesimis dan menaruh penilaian yang tinggi
pada standar etika, lebih sensitif terhadap penderitaan, gampang letih dan lebih cepat bosan.
Hawkins dkk 1986 menyatakan bahwa kepribadian konsumen mengarahkan dirinya pada perilaku yang berbeda dalam setiap hal. Konsumen cenderung memilih
produk yang sesuai dengan kepribadiannya. Menurut David Sparks W.T.Tucker 1971, kepribadian adalah salah satu kunci penting yang mempengaruhi individu dalam
melakukan suatu pembelian. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa dalam perilaku membeli individu yang cenderung konsumtif, kepribadian memegang peranan penting
misalnya orang yang ektrovert lebih banyak membeli barang daripada orang yang introvert.
Setiadi 2003 mengatakan bahwa tipe kepribadian ekstrovert cenderung memiliki perilaku konsumtif yang inovatif yaitu deraja seseorang untuk menginginkan
atau mencoba sesuatu yang baru termasuk dalam penggunaan produk baru atau merek terbaru. Sejalan dengan itu Swastha 1987 menyatakan bahwa individu dengan tipe
kepribadian ekstrovert memiliki orientasi orang people oriented termasuk dalam hal mengkonsumsi suatu produk. Hal ini berarti individu dengan tipe kepribadian ekstrovert
cederung membeli produk agar dinilai baik oleh orang lain dan cenderrung melupakan
Universitas Sumatera Utara
esesnsi dasar dari produk itu yaitu kegunaan dan kebutuhan akan produk tersebut. Lury 1998, menambahkan individu dengan tipe kepribadian ekstrovert dalam memilih atau
mengkonsumsi suatu produk misalnya pakaian, aksesoris dll disesuaikan dengan seleratrend kebanyakan orang, agar ia dapat memperoleh statusposisi sosial dikalangan
tertentu.Dengan kata lain, individu dengan tipe kepribadian ekstrovert kemungkinan memiliki perilaku yang konsumtif.
Sedangkan individu dengan tipe kepribadian introvert menurut Swastha 1987 adalah individu yang sensitif dan mudah menentang pernyataan yang tidak cocok
dengan sikap dasar keyakinan yang ada dalam dirinya sehingga inividu dengan tipe kepribadian introvert ini tidak mudah terpengaruh terhadap pembelian produk-produk
yang tidak sesuai dengan sikap dasar keyakinannya. Dengan kata lain, individu dengan tipe kepribadian introvert kemungkinan memiliki perilaku yang tidak konsumtif
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis hendak melihat bagaimana perbedaan perilaku konsumtif pada mahasiswa ditinjau dari tipe kepribadian ekstrovet dan
introvert.
Pertanyaan Penelitian
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyan penelitian yaitu: ”Bagaimanakah perbedaan perilaku konsumtif mahasiswa yang berkepribadian
ekstrovert dan yang berkepribadian introvert?”
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perilaku konsumtif pada mahasiswa ditinjau dari tipe kepribadian. Apakah tipe kepribadian
Universitas Sumatera Utara
ekstrovert cenderung untuk berperilaku konsumtif dan apakah tipe kepribadian introvert juga cenderung untuk berperilaku konsumtif.
Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan akan membawa dua manfaat yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis
1. Manfaat Teoritis
a. Bermanfaat dalam pengembangan ilmu psikologii industri dan
organisasi. b.
Diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang perilaku konsumen, khususnya dalam mengetahui perbedaan perilaku konsumtif pada
mahasiswa ditinjau dari tipe kepribadian. 2.
Manfaat Praktis a.
Penelitian ini diharapkan memberi masukan penting bagi dunia usaha yaitu untuk mengetahui tipe kepribadian yang seperti apa yang dapat
mempengaruhi perilaku membeli suatu produk dengan tidak menggunakan pertimbangan yang rasional.
b. Membantu pembaca melihat sejauh mana individu dengan tipe
kepribadian yang berbeda yaitu ekstrovert dan introvert menunjukkan perilaku konsumtif
c. Mahasiswa diharapkan dapat memahami sikap dan perilaku diri sendiri
yang berkaitan dengan perilaku konsumtif yang dipengaruhi oleh tipe kepribadian masing-masing
Universitas Sumatera Utara
d. Membantu individu lebih memahami tentang perilaku konsumtif serta
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. e.
Kiranya hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai informasi tambahan bagi penelitian berikutnya yang berhubungan dengan perilaku konsumtif
pada individu
Sistematika Penulisan
Proposal penelitian ini disajikan dalam beberapa bab, dengan sitematika sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian. Yang meliputi pengertian
tentang perilaku konsumtif dan tipe kepribadian. BAB III
: Metode Penelitian Memuat mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu
pertanyaan penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, populasi, sampel dan metode pengambilan sampel, alat
ukur yang digunakan, prosedur pelaksanaan penelitian dan metode analisa data.
Bab IV : Analisa dan Interpretasi Data Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Bab ini memuat tentang pengolahan data penelitian, gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, dan juga membahas
data-data penelitian ditinjau dari teori yang relevan. Bab V
:Kesimpulan, Diskusi, dan Saran Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian,
diskusi hasil penelitian, serta saran-saran yang diperlukan, baik untuk penyempurnaan penelitian atau untuk penelitian
selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II LANDASAN TEORI