PERBEDAAN ASUPAN SERAT DAN BESAR UANG SAKU ANTARA STATUS OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT PADA SISWA SMK Perbedaan Asupan Serat Dan Besar Uang Saku Antara Status Overweight dan Non Overweight Pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Surakarta.

(1)

NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN ASUPAN SERAT DAN BESAR UANG SAKU ANTARA STATUS

OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT PADA SISWA SMK

MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Program Studi Ilmu Gizi FIK UMS

Disusun Oleh:

RATIH TWINDA ASTUTY J310 141 042

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016


(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PERBEDAAN ASUPAN SERAT DAN BESAR UANG SAKU

ANTARA STATUS OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT

PADA SISWA SMK MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

RATIH TWINDA ASTUTY J 310 141 042

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Dosen Pembimbing

Eni Purwani, S.Si, M. Si NIK. 1010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

PERBEDAAN ASUPAN SERAT DAN BESAR UANG SAKU

ANTARA STATUS OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT

PADA SISWA SMK MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

Oleh:

RATIH TWINDA ASTUTY J 310 141 042

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan Gizi

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari, 20 Juni 2016

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji

1. Eni Purwani, S.Si, M.Si ( )

(Ketua Dewan Penguji)

2. Muwakhidah, SKM, M.Kes (Epid) ( ) (Anggota I Dewan Penguji)

3. Elida Soviana, S.Gz, M.Gizi ( ) (Anggota II Dewan Penguji)


(4)

iii

Dr. Suwaji, M.Kes

NIP/NIDN : 19531123 198303 1002/00-2311-5301

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 11 Juni 2016 Penulis

RATRI MUTUMANIKAM J310 141 031


(5)

PERBEDAAN ASUPAN SERAT DAN BESAR UANG SAKU ANTARA STATUS OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT PADA SISWA SMK MUHAMMADIYAH 2

SURAKARTA ABSTRAK

Latar belakang: Prevalensi overweight di SMK Muhammadiyah 2 Surakarta cukup tinggi sebesar 18,5%. Salah satu faktor kejadian overweight adalah kurangnya asupan serat dan besarnya uang saku siswa. Kurangnya asupan serat dapat mengakibatkan risiko terjadinya diabtetes mellitus ataupun jantung koroner

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asupan serat dan besar uang saku antara status overweight dan non overweight pada siswa SMK Muhammadiyah 2 Surakarta

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran antropometri untuk mengetahui status gizi siswi kemudian dilakukan pengisian menggunakan food recall selama 4 hari tidak berturut-turut untuk mengetahui konsumsi serat siswi dan kuesioner besarnya uang jajan siswi. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportional random sampling diperoleh 41 siswi dengan status gizi overweight dan 41 siswi dengan status gizi non overweight. Analisis data menggunakan independent sample test

Hasil : Sebagian besar subyek overweight dengan asupan serat kategori kurang (51.2%), sedangkan subyek non overweight dengan kategori cukup (56.1%). Subyek overweight mempunyai uang jajan kategori cukup (56.1%). Uang jajan subyek non overweight dalam kategori cukup (63.4%). Hasil uji statistic perbedaan asupan serat pada subyek dengan status gizi overweight dan non overweight dengan p = 0,412. Hasil uji perbedaan uang jajan pada subyek dengan status gizi overweight dan non overweight dengan p= 0,185

Kesimpulan : Tidak ada perbedaan asupan serat dan uang jajan pada subyek dengan status gizi overweight dan non overweight di SMK Muhammadiyah 2 surakarta

Kata Kunci : asupan serat, uang jajan, overweight, non overweight. Daftar pustaka: 47 (2003-2014)

ABSTRACT

Background: Prevalence of overweight of SMK Muhammadiyah 2 Surakarta is quite high which was 18.5 %. Two of factors that influence the overweight incidence are fibers intake and the amount of pocket money. Lack intake of fiber can increase the risk of diabetes mellitus or coronary heart disease.

Objective: This study was aimed to determined the difference fiber intake and the amount of pocket money between overweight and non-overweight of students at SMK Muhammadiyah 2 Surakarta. Method : This research was observational study with cross sectional approach. Data were collected with anthropometri measurement anthropometry to determine nutritional status of students and food recall in four non-consecutives days to know the consumption of fiber and questionnaire of the amount of pocket money.Sample was selected using proportional random sampling technique and obtained 41 overweight students with and 41 non-overweight students. Analysis data using independent sample test


(6)

2

Result : Most of overweight subject had low fiber intake ( 51.2 %). While the majority of non-overweight subjects categories had enough fiber intake (56.1 %). The majority of non-overweight and non-overweight subjects had enough the amount of pocket money which were 56.1% and 63.4% respectively. The results of statistical tests showed that the p-value of he difference of fiber intake between overweight and non-overweight students was 0.412. the p-value of the differnce of the amount of pocket money between overweight and non-overweight students was 0.185.

onclusions: there was no difference fiber intake and the amount of pocket money between overweight and non-overweight students at SMK Muhammadiyah 2 Surakarta.

Keyword: fiber intake, the amount of pocket money, overweight, non- overweight Reference : 47 (2003-2014)

1. PENDAHULUAN

Perilaku remaja dalam konsumsi makan yang tidak sehat diantaranya konsumsi junk food. Jenis makanan tersebut pada umumnya menyediakan makanan yang tinggi energi, lemak dan natrium sementara kandungan serat, vitamin dan mineral yang penting bagi kesehatan tubuh biasanya jarang sekali dijumpai pada makanan-makanan tersebut (Depkes 2010). Perilaku yang tidak sehat pada remaja dalam mengkonsumsi makanan seperti tersebut berisiko menyebabkan gizi lebih (overweight).

WHO 2010 melaporkan satu dari sepuluh remaja usia sekolah juga mengalami kegemukan. Sekitar 30 juta sampai 45 juta remaja yang menderita obesitas, diperkirakan 2-3 % (Rukmini, 2009). Data Riskesdas tahun 2013 melaporkan prevalensi overweight pada remaja umur 16 – 18 tahun sebanyak 7,3 % yang terdiri dari 5,7 % overweight. Provinsi dengan prevalensi overweight tertinggi adalah DKI Jakarta (4,2%) dan terendah adalah Sulawesi Barat (0,6%), sedangkan propinsi Jawa tengah sebesar 0.83%.

Penelitian Anggraeni (2007), menyebutkan bahwa kurangnya asupan serat pada remaja berhubungan signifikan dengan terjadinya gizi lebih. Asupan serat terbukti memperpanjang masa transit makanan dalam organ pencernaan sehingga memperlama rasa kenyang (Hardiansyah dan Tambunan, 2004). Peran serat terhadap overweight diantaranya menunda pengosongan lambung, mengurangi rasa lapar, pencernaan dan dapat mengurangi terjadinya overweight. Untuk menjaga kesehatan seluruh pencernaan dan kesehatan bagi orang dewasa konsumsi serat sebanyak 20-30 g/hari (Fransisca, 2004).

Perilaku konsumsi remaja yang cenderung mementingkan kepraktisan perlu mendapat perhatian khusus. Pola makan dan jenis makanan bagi sebagian remaja sering kali tidak diperhatikan karena sudah menjadi sesuatu yang rutin sehingga tidak memperhatikan gizi dalam makanan yang dikonsumsi. Siswa remaja dengan uang saku yang cukup akan lebih mudah dalam memilih dan membeli makanan yang dikonsumsinya, meskipun kandungan gizi seperti serat tidak diperhatikan. Penelitian Putri (2013) yang meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku jajan pada siswa SMA di Kota Padang menyebutkan bahwa faktor pendapatan ekonomi orang tua mempengaruhi besarnya uang saku sehingga berdampak pada perilaku dalam membeli jenis jajanan yang dibeli.


(7)

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional yaitu peneliti melakukan pengamatan pada subjek penelitian dalam kurun waktu tertentu dengan metode pendekatan cross sectional. Variabel bebas: asupan serat dan besar uang saku. Variabel terikat: status overweight dan non overweight siswa. Jumlah sampel yang diambil 82 siswa terdiri dari 41 siswa overweight dan 41 siswa non-overweight. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan teknik

simple random sampling yaitu tiap kelas diambil diambil sampel berdasarkan besarnya jumlah

siswa tiap kelas, dan pengambilan siswa tiap kelas dilakukan dengan cara random atau diacak secara sederhana.

Pengolahan Data meliputi editing merupakan kegiatan pengecekan kelengkapan data yang meliputi data yang diperoleh melalui wawancara. Kemudian Coding merupakan kegiatan pemberian kode pada variabel atau masing-masing jawaban kemudian diklasifikasikan menurut jenisnya yang bertujuan untuk memudahkan pengolahan data. Entry Data merupakan proses kegiatan memasukkan atau pemindahan data kedalam media komputer agar diperoleh data masukan yang siap diolah kedalam program spss 17.0. Tabulating yaitu menyusun data dengan mengorganisir data sedemikian rupa sehingga mudah untuk dijumlah, disusun, disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Data yang disajikan dalam bentuk tabel dalam penelitian ini adalah data asupan serat dan uang saku.

Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan computer program SPSS versi 17. Data penelitian dilakukan dengan uji parametrik, yaitu uji dua sampel yang tidak berpasangan (independent sample test) test dengan tingkat signifikasi p <0,05. Interpretasi hasil uji adalah Bila p value ≥ 0,05 maka Ho diterima berarti tidak ada perbedaan asupan serat dan besar uang saku antara status overweight dan non overweight pada siswa SMK Muhammadiyah 2 Surakarta. Bila p value < 0,05 maka Ho diterima berarti perbedaan asupan serat dan besar uang saku antara status overweight dan non overweight pada siswa SMK Muhammadiyah 2 Surakarta.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Analisis Univariat

Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Umur

Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan kels XI di SMK Muhammadiyah 2 Surakarta. Jumlah subjek penelitian ini sebesar 30 orang, karakteristik subjek dapat dilihat di tabel 1

Tabel 1

Karakteristik Subyek Overweight Penelitian Menurut Umur

Umur Frekuensi Persentase (%)

16 6 14.6

17 32 78.0


(8)

4

Tabel 2

Karakteristik Subyek Nonoverweight Penelitian Menurut Umur

Umur Frekuensi Persentase (%)

16 8 19.5

17 28 68.3

18 5 12.3

Berdasarkan hasil penelitian dari 82 siswi dari kelas X diketahui rentang umur subyek penelitian adalah 16-18 tahun, dengan rata-rata umur subyek overweight adalah 16,92 ± 0,46 tahun sedangkan rata-rata umur subyek non overweight adalah 16,92 ± 0,6 tahun. Umur kedua kelompok subyek adalah hampir sama. Menurut Proverawati & Asfuah (2009) menyatakan umur remaja merupakan umur peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Pada masa remaja secara fisik akan terus berkembang seperti bertambahnya berat badan dan tinggi badan. Berat badan remaja dapat dipengaruhi oleh perilaku dalam mengkonsumsi makanan yang berdampak pada status gizinya.

Karakteristik Subjek Berdasarkan Asupan Serat.

Data asupan serat pada subyek diambil berdasarkan nilai rata-rata asupan serat dari food recall selama 4 hari secara tidak berturut-turut. Menurut almatsier (2004) kebutuhan serat untuk remaja sebanyak 25-30 g/hari. Hasil penelitian asupan serat pada subyek overweight maupun subyek non overweight ditampilkan dalam Tabel 3

Tabel 3

Nilai Asupan Serat Subyek Penelitian Asupan serat gram/

hari Minimal Maksimal Mean

Std. Deviation

Overweight 14 36 26,04 5,86

Non overweight 19 42 27,14 6,19

Tabel 3 menunjukkan data subyek overweight yang mengkonsumsi asupan serat minimal adalah 14 gram/ hari dan maksimal 36 gram/ hari. Rata-rata asupan seratnya adalah 26,04 ±5,86 gram/ hari. Subyek non overweight mengkonsumsi asupan serat minimal adalah 19 gram/ hari dan maksimal 42 gram/ hari. Rata-rata asupan serat adalah 27,14±6,19 gram/ hari. Kategorisasi asupan

serat meliputi asupan serat kategori cukup apabila ≥25 gram/hari dan asupan serat kategori kurang

<25 gram/hari. Distribusi asupan serat subyek adala berikut. Karakteristik Subjek Berdasarkan Uang Jajan

Uang jajan subyek merupakan besarnya uang yang diberikan orang tua yang digunakan untuk membeli makanan dan minuman setiap harinya selama bersekolah. Besaran uang jajan subyek adalah uang yang benar- benar yang dibelanjakan untuk keperluan makan. Besarnya uang jajan subyek ditampilkan dalam Tabel 4


(9)

Tabel 4.

Nilai Besaran Uang Jajan subyek Penelitian .Uang jajan (rupiah) Minimal Maksimal Mean

Std. Deviation

Overweight 6.000 20.000 11.060,97 3.361,91

Non overweight 5.000 15.000 10.121,95 2.987,01

Tabel 4 menunjukkan data subyek overweight yang dengan uang saku minimal adalah Rp. 6.000,-/hari dan maksimal Rp. 20.000,-/hari. Rata-rata uang jajan adalah Rp. 11060,97 ± 3.361,91 rupiah. Subyek non overweight dengan uang saku minimal adalah Rp. 5.000,-/hari dan maksimal Rp. 15.000,-/hari. Rata-rata uang jajan adalah Rp. 10.121,95 ± 2.987,01 rupiah. Berdasarkan hasil analisis statistik uang jajan subyek, diketahui nilai median adalah Rp. 10.000,- sehingga uang jajan

kategori banyak apabila subyek membawa uang jajan ≥ Rp. 10.000,-, dan uang jajan kategori cukup jika < Rp. 10.000,-. %. Wulandari (2007) menyatakan bahwa remaja yang telah diberikan uang jajan akan memiliki kebebasan untuk memilih dalam penggunaan uang tersebut

b. Analisis Bivariat

Perbedaan Asupan Serat Antara Subyek dengan Status Gizi Overweight dan Subyek dengan Status Gizi Non Overweight

Hasil analisis perbedaan asupan serat antara respoden dengan status gizi overweight dan subyek dengan status gizi non overweight ditampilkan pada tabel 5

Tabel 5

Analisis Beda Asupan Serat antara Subyek Overweight dan NonOverweight

Asupan serat

Status gizi Jumlah

P*

Overweight Non overweight

Jumlah % Jumlah %

Cukup 20 48.7 23 56.09 43 0,41

2

Kurang 21 51.2 18 43.9 39

Jumlah 41 100 41 100 82

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan subyek dengan status gizi non overweight lebih banyak yang cukup dalam asupan serat, sedangkan subyek dengan status gizi overweight banyak yang kurang dalam asupan serat. Hasil analisis independent sample test diperoleh nilai p = 0,412 (p>0,05) sehingga disimpulkan tidak ada perbedaan asupan serat pada siswa dengan status gizi overweight dan non overweight di SMK Muhammadiyah 2 Surakarta.

Tidak adanya perbedaan asupan serat antara subyek dengan status gizi overweight dan non

overweight adalah adanya faktor lain yang mempengaruhi status gizi seperti faktor pengetahuan

yang kurang pada subyek tentang pentingnya kecukupan asupan serat. Jenis asupan serat yang pada makanan di kantin sekolah yang dibeli subyek dengan status gizi overweight dan maupun status gizi non overweight adalah cenderung sama. Subyek dengan status gizi overweight dengan konsumsi


(10)

6

serat kategori cukup sebanyak 48.7% sedangkan subyek dengan status gizi non overweight sebanyak 51.2%. Subyek dengan status gizi overweight dengan asupan kategori kurang sebanyak 56.09% dan subyek dengan status gizi non overweight sebanyak 43.9%.

Hasil penelitian rata-rata asupan serat status gizi non overweight sebesar 26.04 gram/ hari dan 27,14 gram/ hari pada subyek status gizi non overweight sehingga secara statistic tidak ada perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Siwi (2014) yang menjelaskan ada hubungan antara asupan serat dengan obesitas pada remaja di kota Yogyakarta, namun asupan serat bukan merupakan faktor risiko terjadinya obesitas.

Perbedaan besarnya uang jajan antara subyek dengan status gizi overweight dan subyek terhadap status gizi non overweight

Hasil analisis perbedaan uang jajan antara respoden dengan status gizi overweight dan subyek dengan status gizi non overweight ditampilkan pada Tabel 6

Tabel 6

Hasil Analisis Beda Uang Jajan antara Subyek Overweight dan Subyek Non Overweight

Uang Jajan Status Gizi Jumlah P*

Overweight Nonoverweight Jumlah % Jumlah %

Banyak 18 43.9 15 36.5 33 0.185

Cukup 23 56.09 26 63.4 49

Jumlah 41 100 41 100 82

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan subyek dengan status gizi overweight lebih banyak mendapatkan uang jajan kategori banyak dibandingkan subyek dengan status gizi non overweight yang mendapatkan uang jajan dengan kategori cukup. Hasil analisis uji independent sample test diperoleh nilai p = 0.185 sehingga disimpulkan tidak ada perbedaan besarnya uang jajan antara siswa dengan status gizi overweight dan non overweight di SMK Muhammadiyah 2 Surakarta.

Tidak adanya perbedaan uang jajan disebabkan uang jajan yang dibelanjakan pada jenis makanan di kantin hampir sama. Berdasarkan hasil penelitian harga makanan di kantin seperti nasi sayur adalah Rp. 3.000,-, mie ayam dan bakso Rp. 3.000,-, sosis goreng, pisang goreng, bakwan, tahu goreng masing-masing Rp. 1.000,- dan minuman jus Rp. 4.000,-, sedangkan es teh dengan harga Rp. 2.000,-. Uang saku subyek baik yang masuk dalam kategori banyak yaitu diatas Rp. 10.000,- maupun cukup dapat untuk dibelanjakan makanan di kantin. Rata-rata subyek dalam membeli makanan jumlah porsi hampir sama, sehingga hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan uang jajan antara subyek dengan status gizi overweight maupun status gizi non overweight.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Darwis (2014). Yang menyebutkan ada hubungan perilaku kebiasaan jajan dengan status gizi pelajar sekolah Dasar Negeri Tahija Jeulingke Banda Aceh.


(11)

4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

1 Rata-rata asupan serat subyek dengan status gizi overweight adalah 26.04 ±5.86 gram/ hari. Asupan serat kategori cukup sebesar 48.8%, Asupan serat kategori kurang sebesar 51.2%. 2 Rata-rata asupan serat subyek non overweight 27.14±6.19 gram/ hari. Asupan serat kategori

cukup sebesar 56.1%. Asupan serat kategori kurang sebesar 43.92%.

3 Rata-rata uang jajan subyek dengan status gizi overweight adalah Rp. 11.060,98,- rupiah. Uang jajan kategori banyak sebesar 43.9% dan kategori cukup sebesar 56.1%.

4 Rata-rata uang jajan subyek dengan status gizi overweight adalah Rp 10.121,95,- rupiah. Uang jajan kategori banyak sebesar 36.6% dan kategori cukup 63.4%.

5 Tidak ada perbedaan asupan serat pada subyek dengan status gizi overweight dan non overweight (p>0,05)

6 Tidak ada perbedaan uang jajan pada subyek dengan status gizi overweight dan non overweight (p>0,05)

4.2Saran

1. Bagi subyek

Untuk meningkatkan asupan serat sehingga dapat mencegah terjadinya obesitas. Dan menggunakan uang jajan diharapkan untuk pandai memilih jajanan yang sehat.

2. Bagi Pihak Sekolah

Berkoordinasi dengan pihak terkait misal puskesmas atau Dinas kesehatan untuk memberikan sosialisasi tentang bahaya obesitas dan gizi seimbang.


(12)

8

DAFTAR PUSTAKA

Aprianthi, W. (2009). Kajian Konsumsi Serat Pada Remaja di SMA Negeri 1. [Skripsi].Kupang :Universitas Nusa Cendanat. Kupang.

Arisman, (2004). Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC, Jakarta. Arnelia, AH., (2005). Perilaku Makan Khas Remaja.

Bazzano, LAJ., Ogden, CM., Loria, Wilton. (2003). Dietery Fiber Intake and Reduce Risk of Cronary Disease in US Men and Woman. Arch Intern Med. http://archnite.amaasn.org/cgi/content/abstract/163/1897.

Brown, J. E., Isaacs, J. S., Krinke, U. B., Murtaugh, M. A., Sharbaugh, C., Stang, J.. (2005). Nutrition Through the Life Cycle (2 nd ed.). USA : Wadsworth.

Depkes RI. (2014). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 Badan Litbangkes. Jakarta.

Farida, Y., Baliwati, Khomsan, A., Dwiriani, CM. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kusharto CM. (2007). Diktat Penilaian Konsumsi Pangan. Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.

Graha KC. (2010). 100 Question & Answers Cholesterol. Jakarta: PT Elex Komutindo, Kelompok Gramedia.

Hela (2008), Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Serat Mahasiswa Program Strudi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta Tahun 2008. Skripsi S1. Fakultas Kedokteran Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta.

Jahari & Sumarno, (2008). Epidemiologi Konsumsi Serat Di Indonesia. Journal of the Indonesia Nutrition Assosistion.

Kurniasih, D., Hilmansyah, H., Astuti, M.P., Imam, S. (2010). Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: Penerbit Buku Gramedia.

Lusa. (2009). Gizi seimbang pada remaja dan dewasa. Diambil tanggal 06 September 2009 dari http://www.lusa.web.id/gizi-seimbang-pada-remajadan-dewasa.

Moehji, S, (2009). Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakarta: Penerbit Bharata Karya Aksara, Muchtadi, D, (2008). Gizi Untuk Bayi, ASI, Susu Formula dan Makanan Tambahan. Jakarta: Sinar

Harapan.

Mulyani, E. (2011). Konsumsi Bahan Makanan Sumber Kalsium pada Remaja Sekolah Menengah Pertama di Jakarta.


(13)

Khomsan, A. (2003). Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta : PT. Raya Grafindo Persada. Proverawati, A, Asfuah, S, (2009). Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika,

Safriana (2012) Perilaku Memilih Jajanan Pada Siswa Sekolah dasar di SDN. Garot Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas SyahKuala Aceh.

Santoso, S., dan Ranti, AL. (2011). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta. Sediaoetama, AD. (2006). Ilmu Gizi Jilid 1. Dian Rakyat. Jakarta Soekarto, 2001

Soerjodibroto. (2004). Asupan Serat Makanan Remaja di Jakarta. Majalah Kedokteran Indonesia. Jakarta volume 54 nomor 10. Oktober 2004:397-401.

Purwati, S. Rahayuningsih, S., dan Salimar. (2000). Perencanaan Menu untuk Penderita Kegemukan. Jakarta: PT Penebar Swadaya. Sulistijani, 2007

Supariasa, IDN., Bakri, B., Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Utami (2012) Hubungan Antara Konsumsi Zat Gizi, Pendapatan Keluarga Terhadap Kejadian Obesitas Pada Siswa SMP di Jakarta Selatan.

Wardlaw, G.M., Hampl, J.S., and DiSilvestro, R.A., (2009). Dietary Fiber. In: Meyers, L.M., ed. Perspectives in Nutrition. 6th ed. New York: McGraw- Hill. 151-158.

Wirakusumah, E, (2009). Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Purwati, S. Rahayuningsih, S., dan Salimar. (2000). Perencanaan Menu untuk Penderita Kegemukan. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). 2012. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Thabrany, H. (2007). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo Persada. WHO. (2003). Obesity: Prevalensi And Managing The Global Epidemic. WHO. Geneva


(1)

Tabel 2

Karakteristik Subyek Nonoverweight Penelitian Menurut Umur

Umur Frekuensi Persentase (%)

16 8 19.5

17 28 68.3

18 5 12.3

Berdasarkan hasil penelitian dari 82 siswi dari kelas X diketahui rentang umur subyek penelitian adalah 16-18 tahun, dengan rata-rata umur subyek overweight adalah 16,92 ± 0,46 tahun sedangkan rata-rata umur subyek non overweight adalah 16,92 ± 0,6 tahun. Umur kedua kelompok subyek adalah hampir sama. Menurut Proverawati & Asfuah (2009) menyatakan umur remaja merupakan umur peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Pada masa remaja secara fisik akan terus berkembang seperti bertambahnya berat badan dan tinggi badan. Berat badan remaja dapat dipengaruhi oleh perilaku dalam mengkonsumsi makanan yang berdampak pada status gizinya.

Karakteristik Subjek Berdasarkan Asupan Serat.

Data asupan serat pada subyek diambil berdasarkan nilai rata-rata asupan serat dari food recall selama 4 hari secara tidak berturut-turut. Menurut almatsier (2004) kebutuhan serat untuk remaja sebanyak 25-30 g/hari. Hasil penelitian asupan serat pada subyek overweight maupun subyek non overweight ditampilkan dalam Tabel 3

Tabel 3

Nilai Asupan Serat Subyek Penelitian Asupan serat gram/

hari Minimal Maksimal Mean

Std. Deviation

Overweight 14 36 26,04 5,86

Non overweight 19 42 27,14 6,19

Tabel 3 menunjukkan data subyek overweight yang mengkonsumsi asupan serat minimal adalah 14 gram/ hari dan maksimal 36 gram/ hari. Rata-rata asupan seratnya adalah 26,04 ±5,86 gram/ hari. Subyek non overweight mengkonsumsi asupan serat minimal adalah 19 gram/ hari dan maksimal 42 gram/ hari. Rata-rata asupan serat adalah 27,14±6,19 gram/ hari. Kategorisasi asupan serat meliputi asupan serat kategori cukup apabila ≥25 gram/hari dan asupan serat kategori kurang <25 gram/hari. Distribusi asupan serat subyek adala berikut.

Karakteristik Subjek Berdasarkan Uang Jajan

Uang jajan subyek merupakan besarnya uang yang diberikan orang tua yang digunakan untuk membeli makanan dan minuman setiap harinya selama bersekolah. Besaran uang jajan subyek adalah uang yang benar- benar yang dibelanjakan untuk keperluan makan. Besarnya uang jajan subyek ditampilkan dalam Tabel 4


(2)

Tabel 4.

Nilai Besaran Uang Jajan subyek Penelitian .Uang jajan (rupiah) Minimal Maksimal Mean

Std. Deviation

Overweight 6.000 20.000 11.060,97 3.361,91

Non overweight 5.000 15.000 10.121,95 2.987,01

Tabel 4 menunjukkan data subyek overweight yang dengan uang saku minimal adalah Rp. 6.000,-/hari dan maksimal Rp. 20.000,-/hari. Rata-rata uang jajan adalah Rp. 11060,97 ± 3.361,91 rupiah. Subyek non overweight dengan uang saku minimal adalah Rp. 5.000,-/hari dan maksimal Rp. 15.000,-/hari. Rata-rata uang jajan adalah Rp. 10.121,95 ± 2.987,01 rupiah. Berdasarkan hasil analisis statistik uang jajan subyek, diketahui nilai median adalah Rp. 10.000,- sehingga uang jajan kategori banyak apabila subyek membawa uang jajan ≥ Rp. 10.000,-, dan uang jajan kategori cukup jika < Rp. 10.000,-. %. Wulandari (2007) menyatakan bahwa remaja yang telah diberikan uang jajan akan memiliki kebebasan untuk memilih dalam penggunaan uang tersebut

b. Analisis Bivariat

Perbedaan Asupan Serat Antara Subyek dengan Status Gizi Overweight dan Subyek dengan Status Gizi Non Overweight

Hasil analisis perbedaan asupan serat antara respoden dengan status gizi overweight dan subyek dengan status gizi non overweight ditampilkan pada tabel 5

Tabel 5

Analisis Beda Asupan Serat antara Subyek Overweight dan NonOverweight Asupan

serat

Status gizi Jumlah

P* Overweight Non overweight

Jumlah % Jumlah %

Cukup 20 48.7 23 56.09 43 0,41

2

Kurang 21 51.2 18 43.9 39

Jumlah 41 100 41 100 82

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan subyek dengan status gizi non overweight lebih banyak yang cukup dalam asupan serat, sedangkan subyek dengan status gizi overweight banyak yang kurang dalam asupan serat. Hasil analisis independent sample test diperoleh nilai p = 0,412 (p>0,05) sehingga disimpulkan tidak ada perbedaan asupan serat pada siswa dengan status gizi overweight dan non overweight di SMK Muhammadiyah 2 Surakarta.

Tidak adanya perbedaan asupan serat antara subyek dengan status gizi overweight dan non overweight adalah adanya faktor lain yang mempengaruhi status gizi seperti faktor pengetahuan yang kurang pada subyek tentang pentingnya kecukupan asupan serat. Jenis asupan serat yang pada makanan di kantin sekolah yang dibeli subyek dengan status gizi overweight dan maupun status gizi non overweight adalah cenderung sama. Subyek dengan status gizi overweight dengan konsumsi


(3)

serat kategori cukup sebanyak 48.7% sedangkan subyek dengan status gizi non overweight sebanyak 51.2%. Subyek dengan status gizi overweight dengan asupan kategori kurang sebanyak 56.09% dan subyek dengan status gizi non overweight sebanyak 43.9%.

Hasil penelitian rata-rata asupan serat status gizi non overweight sebesar 26.04 gram/ hari dan 27,14 gram/ hari pada subyek status gizi non overweight sehingga secara statistic tidak ada perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Siwi (2014) yang menjelaskan ada hubungan antara asupan serat dengan obesitas pada remaja di kota Yogyakarta, namun asupan serat bukan merupakan faktor risiko terjadinya obesitas.

Perbedaan besarnya uang jajan antara subyek dengan status gizi overweight dan subyek terhadap status gizi non overweight

Hasil analisis perbedaan uang jajan antara respoden dengan status gizi overweight dan subyek dengan status gizi non overweight ditampilkan pada Tabel 6

Tabel 6

Hasil Analisis Beda Uang Jajan antara Subyek Overweight dan Subyek Non Overweight

Uang Jajan Status Gizi Jumlah P*

Overweight Nonoverweight Jumlah % Jumlah %

Banyak 18 43.9 15 36.5 33 0.185

Cukup 23 56.09 26 63.4 49

Jumlah 41 100 41 100 82

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan subyek dengan status gizi overweight lebih banyak mendapatkan uang jajan kategori banyak dibandingkan subyek dengan status gizi non overweight yang mendapatkan uang jajan dengan kategori cukup. Hasil analisis uji independent sample test diperoleh nilai p = 0.185 sehingga disimpulkan tidak ada perbedaan besarnya uang jajan antara siswa dengan status gizi overweight dan non overweight di SMK Muhammadiyah 2 Surakarta.

Tidak adanya perbedaan uang jajan disebabkan uang jajan yang dibelanjakan pada jenis makanan di kantin hampir sama. Berdasarkan hasil penelitian harga makanan di kantin seperti nasi sayur adalah Rp. 3.000,-, mie ayam dan bakso Rp. 3.000,-, sosis goreng, pisang goreng, bakwan, tahu goreng masing-masing Rp. 1.000,- dan minuman jus Rp. 4.000,-, sedangkan es teh dengan harga Rp. 2.000,-. Uang saku subyek baik yang masuk dalam kategori banyak yaitu diatas Rp. 10.000,- maupun cukup dapat untuk dibelanjakan makanan di kantin. Rata-rata subyek dalam membeli makanan jumlah porsi hampir sama, sehingga hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan uang jajan antara subyek dengan status gizi overweight maupun status gizi non overweight.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Darwis (2014). Yang menyebutkan ada hubungan perilaku kebiasaan jajan dengan status gizi pelajar sekolah Dasar Negeri Tahija Jeulingke Banda Aceh.


(4)

4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

1 Rata-rata asupan serat subyek dengan status gizi overweight adalah 26.04 ±5.86 gram/ hari. Asupan serat kategori cukup sebesar 48.8%, Asupan serat kategori kurang sebesar 51.2%. 2 Rata-rata asupan serat subyek non overweight 27.14±6.19 gram/ hari. Asupan serat kategori

cukup sebesar 56.1%. Asupan serat kategori kurang sebesar 43.92%.

3 Rata-rata uang jajan subyek dengan status gizi overweight adalah Rp. 11.060,98,- rupiah. Uang jajan kategori banyak sebesar 43.9% dan kategori cukup sebesar 56.1%.

4 Rata-rata uang jajan subyek dengan status gizi overweight adalah Rp 10.121,95,- rupiah. Uang jajan kategori banyak sebesar 36.6% dan kategori cukup 63.4%.

5 Tidak ada perbedaan asupan serat pada subyek dengan status gizi overweight dan non overweight (p>0,05)

6 Tidak ada perbedaan uang jajan pada subyek dengan status gizi overweight dan non overweight (p>0,05)

4.2Saran

1. Bagi subyek

Untuk meningkatkan asupan serat sehingga dapat mencegah terjadinya obesitas. Dan menggunakan uang jajan diharapkan untuk pandai memilih jajanan yang sehat.

2. Bagi Pihak Sekolah

Berkoordinasi dengan pihak terkait misal puskesmas atau Dinas kesehatan untuk memberikan sosialisasi tentang bahaya obesitas dan gizi seimbang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aprianthi, W. (2009). Kajian Konsumsi Serat Pada Remaja di SMA Negeri 1. [Skripsi].Kupang :Universitas Nusa Cendanat. Kupang.

Arisman, (2004). Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC, Jakarta. Arnelia, AH., (2005). Perilaku Makan Khas Remaja.

Bazzano, LAJ., Ogden, CM., Loria, Wilton. (2003). Dietery Fiber Intake and Reduce Risk of Cronary Disease in US Men and Woman. Arch Intern Med. http://archnite.amaasn.org/cgi/content/abstract/163/1897.

Brown, J. E., Isaacs, J. S., Krinke, U. B., Murtaugh, M. A., Sharbaugh, C., Stang, J.. (2005). Nutrition Through the Life Cycle (2 nd ed.). USA : Wadsworth.

Depkes RI. (2014). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 Badan Litbangkes. Jakarta.

Farida, Y., Baliwati, Khomsan, A., Dwiriani, CM. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kusharto CM. (2007). Diktat Penilaian Konsumsi Pangan. Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.

Graha KC. (2010). 100 Question & Answers Cholesterol. Jakarta: PT Elex Komutindo, Kelompok Gramedia.

Hela (2008), Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Serat Mahasiswa Program Strudi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta Tahun 2008. Skripsi S1. Fakultas Kedokteran Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta.

Jahari & Sumarno, (2008). Epidemiologi Konsumsi Serat Di Indonesia. Journal of the Indonesia Nutrition Assosistion.

Kurniasih, D., Hilmansyah, H., Astuti, M.P., Imam, S. (2010). Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: Penerbit Buku Gramedia.

Lusa. (2009). Gizi seimbang pada remaja dan dewasa. Diambil tanggal 06 September 2009 dari http://www.lusa.web.id/gizi-seimbang-pada-remajadan-dewasa.

Moehji, S, (2009). Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakarta: Penerbit Bharata Karya Aksara, Muchtadi, D, (2008). Gizi Untuk Bayi, ASI, Susu Formula dan Makanan Tambahan. Jakarta: Sinar

Harapan.

Mulyani, E. (2011). Konsumsi Bahan Makanan Sumber Kalsium pada Remaja Sekolah Menengah Pertama di Jakarta.


(6)

Khomsan, A. (2003). Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta : PT. Raya Grafindo Persada. Proverawati, A, Asfuah, S, (2009). Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika,

Safriana (2012) Perilaku Memilih Jajanan Pada Siswa Sekolah dasar di SDN. Garot Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas SyahKuala Aceh.

Santoso, S., dan Ranti, AL. (2011). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta. Sediaoetama, AD. (2006). Ilmu Gizi Jilid 1. Dian Rakyat. Jakarta Soekarto, 2001

Soerjodibroto. (2004). Asupan Serat Makanan Remaja di Jakarta. Majalah Kedokteran Indonesia. Jakarta volume 54 nomor 10. Oktober 2004:397-401.

Purwati, S. Rahayuningsih, S., dan Salimar. (2000). Perencanaan Menu untuk Penderita Kegemukan. Jakarta: PT Penebar Swadaya. Sulistijani, 2007

Supariasa, IDN., Bakri, B., Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Utami (2012) Hubungan Antara Konsumsi Zat Gizi, Pendapatan Keluarga Terhadap Kejadian Obesitas Pada Siswa SMP di Jakarta Selatan.

Wardlaw, G.M., Hampl, J.S., and DiSilvestro, R.A., (2009). Dietary Fiber. In: Meyers, L.M., ed. Perspectives in Nutrition. 6th ed. New York: McGraw- Hill. 151-158.

Wirakusumah, E, (2009). Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Purwati, S. Rahayuningsih, S., dan Salimar. (2000). Perencanaan Menu untuk Penderita Kegemukan. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). 2012. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Thabrany, H. (2007). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo Persada. WHO. (2003). Obesity: Prevalensi And Managing The Global Epidemic. WHO. Geneva


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN ASUPAN LEMAK DAN KEBIASAAN OLAHRAGA PADA SISWA DENGAN STATUS GIZI OVERWEIGHT DAN Perbedaan Asupan Lemak Dan Kebiasaan Olahraga Pada Siswa Dengan Status Gizi Overweight Dan Non-Overweight Di Smk Muhammadiyah 2 Surakarta.

1 7 12

SKRIPSI Perbedaan Asupan Lemak Dan Kebiasaan Olahraga Pada Siswa Dengan Status Gizi Overweight Dan Non-Overweight Di Smk Muhammadiyah 2 Surakarta.

0 2 17

PENDAHULUAN Perbedaan Asupan Lemak Dan Kebiasaan Olahraga Pada Siswa Dengan Status Gizi Overweight Dan Non-Overweight Di Smk Muhammadiyah 2 Surakarta.

0 4 5

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Asupan Lemak Dan Kebiasaan Olahraga Pada Siswa Dengan Status Gizi Overweight Dan Non-Overweight Di Smk Muhammadiyah 2 Surakarta.

0 2 5

SKRIPSI Perbedaan Asupan Serat Dan Besar Uang Saku Antara Status Overweight dan Non Overweight Pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Surakarta.

0 5 18

PENDAHULUAN Perbedaan Asupan Serat Dan Besar Uang Saku Antara Status Overweight dan Non Overweight Pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Surakarta.

0 6 5

PERBEDAAN FREKUENSI KONSUMSI FASTFOOD DAN AKTIVITAS FISIK ANTARA STATUS GIZI OVERWEIGHT DAN NON-OVERWEIGHT PADA Perbedaan Frekuensi Konsumsi Fastfood Dan Aktivitas Fisik Antara Status Gizi Overweight Dan Non-Overweight Pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Surak

0 3 10

PERBEDAAN FREKUENSI KONSUMSI FASTFOOD DAN AKTIVITAS FISIK ANTARA STATUS GIZI OVERWEIGHT DAN NON-OVERWEIGHT PADA Perbedaan Frekuensi Konsumsi Fastfood Dan Aktivitas Fisik Antara Status Gizi Overweight Dan Non-Overweight Pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Surak

0 2 18

PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT DAN KEBIASAAN SARAPAN ANTARA STATUS GIZI SISWA OVERWEIGHT DAN NON-OVERWEIGHT DI Perbedaan Asupan Karbohidrat Dan Kebiasaan Sarapan Antara Status Gizi Siswa Overweight Dan Non-Overweight Di SMK2 Muhammadiyah Surakarta.

0 3 12

PENDAHULUAN Perbedaan Asupan Karbohidrat Dan Kebiasaan Sarapan Antara Status Gizi Siswa Overweight Dan Non-Overweight Di SMK2 Muhammadiyah Surakarta.

0 4 6