HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN, PENDIDIKAN FORMAL DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA Hubungan Status Pekerjaan, Pendidikan Formal Dan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Balita Di Posyandu Lestari, Kelurahan Kumpulrejo Ke

(1)

1 HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN, PENDIDIKAN FORMAL DAN

PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BALITA DI POSYANDU LESTARI, KELURAHAN KUMPULREJO

KEC.ARGOMULYO, SALATIGA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

Di ajukan oleh

IMAM BAKTI J 310 141 001

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016


(2)


(3)


(4)


(5)

5

NUTRITION STUDY PROGRAM

FACULTY OF HEALTH

UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BACHELOR THESIS

ABSTRACT IMAM BAKTI. J 310 141 001

RELATIONSHIPS BETWEEN STATUS OF WORK, FORMAL EDUCATION AND MOTHER’S KNOWLEDGE WITH EXCLUSIVE MOTHER’S MILK BREASTFEEDING ON CHILDREN IN POSYANDU LESTARI, KUMPULREJO VILLAGE, ARGOMULYO SUB-DISTRICT, SALATIGA

Introduction: One of the expected goals in the development which is being carried out

is the increase in the quality of human resources (HR) as the basis for the establishment of quality human capital, starting from babies in the womb along with mother’s milk breastfeeding from the early age, especially exclusive mother’s milk breastfeeding. There are several factors influencing the exclusive breastfeeding include maternal employment , formal education and knowledge. The percentage of exclusive mother’s milk breastfeeding at Posyandu (Integrated Service Post) Lestari, Village of Kumpulrejo, Sub-District of Argomulyo, Salatiga is still low (35.6%), under the Minimum Service Standard targets for achievement of exclusive mother’s milk breastfeeding in Salatiga Town by 80 %.

Purpose: The purpose of the study is determining the relationship between the employment status, formal education as well as the knowledge of mothers and the exclusive mother’s milk breastfeeding in Posyandu Lestari, Village of Kumpulrejo, Sub -District of Argomulyo, in Salatiga.

Method of Investigation: The design of investigation is cross sectional. The sample

consists of mothers who have toddlers between the ages of 7 to 24 months, as many as 35 respondents. Data about mother’s employment status, mother's formal education, mother's knowledge about exclusive mother’s milk and exclusive mother’s milk breastfeeding were obtained from questionnaire interviews. Data were analyzed using Chi-Square test.

Results: A total of 62.9% of respondents did not work, 65.9% of respondents were highly educated, 54.3% of respondents were with unfavorable knowledge and 54.3% of respondents did not give exclusive mother’s milk.

Conclusion: There was a relationship between employment status of mothers and the

level of mothers’ knowledge with exclusive mother’s milk breastfeeding. There was no relationship between mothers’ education and exclusive mother’s milk breastfeeding. Suggestions : Increase the knowledge of mothers on the importance of exclusive breastfeeding , by extension through meetings dasa wisma , gathering PKK .

Keywords : Exclusive mother’s milk, children, employment, education, knowledge


(6)

6

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SKRIPSI

ABSTRAK IMAM BAKTI. J 310 141 001

HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN, PENDIDIKAN FORMAL DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BALITA DI POSYANDU LESTARI, KELURAHAN KUMPULREJO KEC.ARGOMULYO SALATIGA

Pendahuluan : Pembangunan yang sedang dilaksanakan salah satunya diharapkan ada peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) sebagai modal dasar pembentukan manusia berkualitas, dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI Eksklusif. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif diantaranya adalah pekerjaan ibu, pendidikan formal dan pengetahuan. Persentase pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Lestari, Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga masih rendah (35,6%), di bawah target Standart Pelayanan Minimal untuk capaian ASI Eksklusif Kota Salatiga sebesar 80%.

Tujuan : Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan status pekerjaan, pendidikan formal dan pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Lestari, Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo, Salatiga.

Metode Penelitian : Rancangan penelitian cross sectional. Sampel penelitian adalah seluruh ibu yang mempunyai balita umur 7 - 24 bulan sejumlah 35 responden. Data status pekerjaan ibu, pendidikan formal ibu, pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dan pemberian ASI Eksklusif diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square.

Hasil : Sebanyak 62,9% responden tidak bekerja, 65,9% responden berpendidikan tinggi, 54,3% responden berpengetahuan kurang dan 54,3% responden tidak memberikan ASI Eksklusif.

Kesimpulan : Ada hubungan antara status pekerjaan ibu dan tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.

Saran: Meningkatkan pengetahuan ibu balita tentang arti pentingnya pemberian ASI Eksklusif, dengan cara penyuluhan melalui pertemuan dasa wisma, arisan PKK.

Kata kunci : ASI Eksklusif, balita, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan. Kepustakaan : 31 : 2000– 2014


(7)

7 PENDAHULUAN

Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat dan berstatus gizi baik. Pembangunan yang sedang dilaksanakan salah satunya diharapkan ada peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) sebagai modal dasar pembentukan manusia berkualitas, dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI Eksklusif (Depkes RI, 2002).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013, persentase pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia sebesar 54,3% di bawah target nasional sebesar 80%. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) mencatat bahwa cakupan ASI Eksklusif sebesar 41% (SDKI 2012), persentase ASI Esklusif menurun terus setelah dua bulan pertama. Lebih dari 7 diantara 10 anak umur 4-5 bulan menerima makanan tambahan (44%), susu atau cairan tambahan lainnya (8%) sebagai

tambahan dari ASI atau sepenuhnya sudah disapih (13%).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif diantaranya adalah pekerjaan ibu. Berdasarkan hasil penelitian Dahlan, Mubin dan Mustika (2011) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif.

Pendidikan formal juga dapat mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif, hal ini didukung oleh penelitian Widarwati (2012) yaitu ada hubungan bermakna antara pendidikan formal dengan pemberian ASI Eksklusif. Ibu yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi mengetahui bahwa kualitas ASI lebih baik daripada susu formula.

Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif selanjutnya yaitu pengetahuan. Penelitian Aprilia (2011) menunjukkan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Semakin baik pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif, maka seorang ibu akan memberikan ASI Eksklusif pada anak. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Salatiga Tahun 2014, Standart Pelayanan Minimal untuk


(8)

8

capaian ASI Eksklusif tingkat Kota

Salatiga sebesar 80%. Pencapaian pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2014 Propinsi Jawa Tengah 67,95%, Kota Salatiga 47,3%. Kecamatan Argomulyo 51,67% dan Kelurahan Kumpulrejo sebesar 39,80%. Berdasarkan data tersebut, Kelurahan Kumpulrejo capaian pemberian ASI Eksklusif masih sangat rendah dibandingkan dengan capaian tingkat kota maupun tingkat kecamatan. Diantara posyandu yang ada di Kelurahan Kumpulrejo, Posyandu Lestari capaian ASI Eksklusifnya yang paling rendah (35,6%). Hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada bulan Mei 2015 di Posyandu Lestari, Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga dari 20 ibu menyusui, 5 ibu memberikan makanan pendamping ASI pada bayinya sebelum waktunya, 5 ibu memberikan susu formula pada saat ditinggal pergi dan 10 ibu memberikan ASI secara Eksklusif.

Landasan Teori Balita

Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun, sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun

dapat dibedakan menjadi dua yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia prasekolah (Proverawati, 2009).

Menurut Uripi (2004) berdasarkan karakteristiknya, anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Sedangkan anak usia 3-5 tahun menjadi konsumen aktif, karena sudah dapat memilih makanan yang disukainya.

Air Susu Ibu ( ASI )

Proses pembentukan ASI dipengaruhi oleh kerja sistem hormon didalam tubuh. Terdapat 3 proses pembentukan ASI yaitu pertumbuhan kelenjar susu, laktogenesis atau permulaan sekresi air susu dan galaktopoesis atau kelangsungan produksi ASI. Sekresi telah dimulai pada trimester pertama kehamilan di bawah pengaruh hormon prolaktin dan didukung oleh hormon lain dari hipofisis, ovarium, tiroid, adrenal dan pancreas (Sayogo, 2004).

ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi


(9)

9

dilahirkan sampai sekitar usia 6 bulan.

Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu, air putih. Pada pemberian ASI Eksklusif bayi juga tidak diberikan makanan tambahan seperti pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi, tim dan sebagainya. ASI Eksklusif diharapkan dapat diberikan sampai 6 bulan. Pemberian ASI secara benar akan dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan, tanpa makanan pendamping. Di atas usia 6 bulan, bayi memerlukan makanan tambahan tetapi pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai berumur 2 tahun. (PERINASIA, 2012).

Faktor – faktor yang mempengaruhi

pemberian ASI Eksklusif a. Faktor Predisposisi

1) Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan diperoleh melalui proses belajar. Proses belajar dapat terjadi melalui penglihatan rasa dan raba. Pengetahuan atau kognotif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (Notoatmojo, 2003).

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk atau kerabat dekat. Pengetahuan ini dapat membentuk kenyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai kenyataan tersebut (Notoatmojo, 2003).

Hasil penelitian Satino (2014), masyarakat memahami pengertian dan maksud dari program ASI Eksklusif. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi akan diwujudkan kedalam suatu tindakan. Karena suatu tindakan akan terwujud jika responden memiliki keinginan untuk melakukan tindakan tersebut. Suatu tindakan atau perilaku akan terwujud apabila responden memahami dan mau melakukan tindakan pemberian ASI Eksklusif. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Rachmaniah (2014) terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan tindakan pemberian ASI Eksklusif. Semakin tinggi


(10)

10

tingkat pengetahuan seseorang

tentang ASI maka akan mempengaruhi pola pikir dan sikap seseorang sehingga akan menimbulkan perilaku positif dalam memberikan ASI Eksklusif.

2) Umur

Menurut Oktaria (2012) umur merupakan aspek sosial yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perilaku kesehatan seseorang. Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan umur ibu, menurut hasil penelitian Soeparmanto dan Pranata (2005) menunjukkan proporsi ibu yang umurnya lebih dari 46 tahun menyusui ASI Eksklusif paling rendah.

3) Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang

direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003) Kategori pendidikan menurut Arikunto (2006) :

1) Pendidikan rendah (SD-SMP)

2) Pendidikan tinggi (SMA-Perguruan tinggi)

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang kesehatan. Hasil (output) yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan disini adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan yang kondusif (Notoatmodjo, 2003). Hasil

penelitian Widarwati (2012) terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif.

4) Pekerjaan

Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas/kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. Pekerjaan yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang lama disebut karier (Diah dan Yenrina, 2004).

Menurut Hidayah (2000) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa dari beberapa determinan yang mempengaruhi pemberian


(11)

11

ASI Eksklusif berdasarkan

karakteristik ibu, salah satunya adalah status pekerjaan ibu.

b. Faktor Pemungkin 1) Tempat melahirkan

Para ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin. Rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. (Siregar, 2004).

2) Penolong persalinan

Ibu yang melahirkan di rumah bersalin atau rumah sakit bisa mendapatkan bimbingan dari petugas kesehatan penolong persalinan, sehingga termotivasi untuk memberikan ASI. Hal ini sejalan dengan penelitian (Soeparmanto dan Pranata, 2005) dari hasil uji logistik regresi logistik bivariate antara variabel penolong persalinan mempunyai pengaruh bermakna (p < 0.05) dengan pemberian ASI Eksklusif.

3) Pengetahuan petugas kesehatan

Petugas kesehatan harus memperhatikan kondisi ibu maupun bayi, terutama yang berkaitan dengan masalah menyusui, seperti apakah ASI sudah keluar, adakah terjadi pembengkakan payudara, bagaimana dengan kondisi puting. Demikian juga dengan keadaan bayinya, seperti rewel atau tidak, apakah sudah dapat mengisap, kuat atau tidak (PERINASIA, 2012).

c. Faktor Penguat 1) Dukungan suami

Suami yang mengerti bahwa ASI dan menyusui paling baik untuk bayi, merupakan dorongan yang baik untuk ibu agar lebih berhasil menyusui (Depkes RI, 2005).

2) Kebijakan yang berlaku Pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif oleh pemerintah dituangkan dalam bentuk Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.450/Menkes/SK/IV/2004 serta PP No.33 tahun 2012 yang berisikan sangsi administratif diberikan kepada


(12)

12

tenaga kesehatan dan

penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak mendukung keberhasilan pemberian ASI Eksklusif (Kemenkes RI, 2013).

3) Lingkungan

Faktor lingkungan berpengaruh positif terhadap pemberian ASI eksklusif. Lingkungan merupakan kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya, yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok (Satino, 2014).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan 2 variabel atau lebih. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah cross sectional ( belah lintang ) yaitu variabel sebab dan akibat diambil dalam waktu bersamaan. Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi ibu yang mempunyai balita berumur antara 7 bulan sampai 24 bulan, berjumlah 35 orang sesuai

dengan data pencatatan Posyandu Lestari.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Univariat

1. Deskripsi status pekerjaan ibu Status kerja Jumlah % Tidak bekerja 22 62,9

Bekerja 13 37,1

Jumlah 35 100

Pekerjaan ibu adalah sesuatu yang digunakan untuk suatu tugas/kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang ( Diah dan Yenrina, 2004). Ibu yang tidak bekerja sejumlah 22 responden (62,9%) dibandingkan ibu yang bekerja 13 responden (37,1%).

2. Deskripsi pendidikan formal ibu Pendidikan

Formal Jumlah % Pendidikan

rendah

12 34,3

Pendidikan tinggi

23 65,7

Jumlah 35 100

Pendidikan akan

berpengaruh dalam


(13)

13

sesuatu yang datang dari luar

(Notoatmojo, 2003). Pendidikan terakhir ibu balita menurut pendidikan formal yang terbanyak adalah pendidikan tinggi (65,7%), sementara untuk pendidikan rendah sebanyak 34,3%.

3. Deskripsi Pengetahuan ibu Pengeta

huan Jumlah %

Baik 16 45,7

Kurang 19 54,3

Jumlah 35 100

Seseorang memperoleh pengetahuan yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya pengalaman, media masa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, poster dan kerabat dekat. Pengetahuan yang didapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan kenyataan tersebut (Notoatmojo, 2003). Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu balita tentang ASI Eksklusif adalah baik sebanyak 45,7% sedangkan tingkat pengetahuan ibu balita kurang sebanyak 54,3%.

4. Deskripsi Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian

ASI Jumlah %

Tidak Eksklusif

19 54,3

Eksklusif 16 45,7

Jumlah 35 100

ASI Eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan (PERINASIA, 2012). Ibu balita tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 54,3%.


(14)

14 Analisa Bivariat

1. Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Status Kerja ASI Eksklusif

ASI tidak

Eksklusif Total

n % n % n %

Tidak bekerja 13 59,1 9 40,9 22 100

Bekerja 3 23,1 10 76,9 13 100

Ibu balita yang memberikan ASI Eksklusif dan tidak bekerja sebanyak 59,1 %. Hal ini dikarenakan ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang cukup untuk selalu mendampingi bayinya, sehingga pemberian ASI sewaktu – waktu dapat diberikan. Dalam hal pemberian ASI yang terbaik adalah sesuai dengan kebutuhan (on demand). Karena prinsip pemberian ASI adalah semakin sering dikonsumsi semakin meningkatkan produksinya (Rusli, 2004). Ibu balita yang bekerja dan tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 76,9%, sedangkan ibu yang bekerja tetapi dapat memberikan ASI Eksklusif disebabkan jarak rumah yang dekat dengan tempat bekerja, sehingga pada waktu istirahat dapat pulang kerumah (BPS, 2000).

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Chi-Square dengan mengambil tingkat kepercayaan 95 % atau tingkat kesalahan ά = 5 %

didapatkan nilai p sebesar 0,039. Hal ini berarti nilai p lebih kecil dari nilai ά (0,05) sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil di atas menunjukan bahwa apabila status pekerjaan ibu bekerja, maka besar kemungkinan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya, dan apabila status pekerjaan ibu tidak bekerja maka besar kemungkinan ibu dapat memberikan ASI Eksklusif. Sebagian ibu yang bekerja memiliki waktu untuk merawat bayinya lebih sedikit, sehingga tidak memungkinkan ibu memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Juliastuti (2011) ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif


(15)

15

2. Hubungan Pendidikan Formal Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tingkat Pendidikan

ASI Eksklusif ASI tidak

Eksklusif Total

n % n % n %

Rendah 6 50 6 50 12 100

Tinggi 10 43,5 13 56,5 23 100

Ibu balita yang tingkat pendidikan rendah sebanyak 50% memberikan ASI Eksklusif, sedangkan yang berpendidikan tinggi sebanyak 56,5% tidak memberikan ASI Eksklusif. Untuk mengetahui hubungan pendidikan formal ibu dengan pemberian ASI Eksklusif menggunakan uji statistik Chi-Square dengan mengambil tingkat kepercayaan 95 % atau tingkat kesalahan ά = 5 % didapatkan nilai p sebesar 0,713. Hal ini berarti nilai p lebih besar dari nilai ά (0,05), bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wijayanti, Nurjanah, Ernawati (2013) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif. Tirtarahardja dan Sulo (2005) dalam Wijayanti, Nurjanah, Ernawati (2013) pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang abstrak, dan

kandungannya sangat luas sehingga sangat sulit untuk dilaksanakan dalam praktik. Disimpulkan bahwa meskipun seorang Ibu memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan mampu menangkap informasi dan anjuran kesehatan, namun sukar untuk mengikuti atau melaksanakan anjuran yang diberikan.

Penelitian ini secara statistik pendidikan responden tidak berhubungan terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hal ini dimungkinkan karena meskipun sebagian besar responden memiliki pendidikan SMA sampai Perguruan Tinggi, bukan berarti responden juga mempraktekkan pemberian ASI Eksklusif dengan baik. Adanya kepercayaan jika memberikan ASI secara terus-menerus akan membuat perubahan bentuk payudara, atau ketakutan jika bayi tidak mau berhenti minum ASI sampai usia lebih dari 2 tahun (Roebijoso, 2012).

Ibu yang tingkat pendidikan tinggi tidak memberikan ASI Eksklusif.


(16)

16

Hal ini dapat terjadi karena adanya

beberapa faktor, yaitu kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat. Ibu balita dengan pendidikan tinggi cenderung bekerja mencari nafkah untuk menopang ekonomi keluarganya, dan ketika daya beli mulai meningkat menyebabkan ibu balita memilih untuk memberikan susu formula

kepada bayinya sebagai pengganti ASI agar lebih praktis dan derajat sosial keluarga di mata masyarakat semakin meningkat. Hal inilah yang diduga memberikan pengaruh yang kuat sehingga tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan lama pemberian ASI Eksklusif (Syamsianah, Mufnaetty,

Mahardikha, 2010).

3. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Pengetahuan

ASI Eksklusif ASI tidak Eksklusif Total

n (%) n (%) n %

Baik 11 68,8 5 31,3 16 100

Kurang 5 26,3 14 73,7 19 100

Berdasarkan uji statistik Chi-Square dengan mengambil tingkat kepercayaan 95 % atau tingkat kesalahan ά = 5 % didapatkan nilai p sebesar 0,012. Hal ini berarti nilai p lebih kecil dari nilai ά (0,05), terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif. Pengetahuan ibu mengenai ASI Eksklusif bisa mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya. Semakin baik pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif, maka akan memberikan ASI Eksklusif pada anaknya. Begitu

juga sebaliknya, semakin rendah pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif, maka semakin sedikit pula peluang ibu dalam memberikan ASI Eksklusif (Rulina, Suharyono, 2000). Penelitian ini juga sesuai dengan Robiwala, Ciptorini, Handini (2012) yang melakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kokap 1 Kabupaten Kulonprogo, Propinsi Yogyakarta, dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif dengan nilai


(17)

17 Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Sebagian besar ibu balita berstatus tidak bekerja (62,9%). 2. Pendidikan formal ibu yang paling

banyak berpendidikan tinggi (65,7%).

3. Pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif terbanyak adalah berpengetahuan kurang baik (54,3%).

4. Ibu balita yang memberikan ASI tidak eksklusif sebesar 54,3%. 5. Ada hubungan yang signifikan

antara status kerja ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.

6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan formal ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.

7. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas perlu kegiatan peningkatan pengetahuan ibu balita tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif, termasuk cara penyimpanan ASI selama ibu balita bekerja. Kegiatan dapat dilaksanakan dengan menggunakan sarana yang

ada pada masyarakat seperti posyandu, dasa wisma, arisan PKK dengan cara penyampaian melalui penyuluhan. Kerjasama yang baik antara keluarga, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan di wilayah Posyandu Lestari Kelurahan Kumpulrejo sangat diperlukan untuk menggalakkan program peningkatan pemberian ASI Ekslusif.

Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Aprilia, G. 2011. Hubungan Tingkat

Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa

Harjobinangun Purworejo. Diakses: 18 Oktober 2015.

Http: e-journal.akbid purworejo.ac.id/index.php/jkk5/ .../71

Arinta, Imelda, L., Azwar, S. 1993. Peran Jenis Androgini dan Konflik Peran Ganda Pada Ibu Bekerja. Jurnal Psikologi, No.2, 20-30.

Depkes RI. 2005. Manajemen Laktasi. Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta.

Depkes RI. 2002. Ibu Bekerja tetap Memberikan Air Susu Ibu (ASI) . Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta.

Depkes RI. 2002. Strategi Nasional Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Sampai Tahun 2005.


(18)

18

Direktorat Gizi Masyarakat.

Jakarta.

Diah, K dan Yenrina, R. 2004. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Puspa Swara. Jakarta.

Eti, R., Rahayuningsih, P., Yanti, PG. 2005. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Hastono, 2010. Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Penuntun Hidup Sehat. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. 2013. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Kemeneg Pemberdayaan Perempuan RI. 2008. Pemberdayaan Perempuan dalam Peningkatan Pemberian ASI. Jakarta.

Konas. 2002. Persagi & Temu Alumni XII Persatuan Ahli Gizi. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. 2013. Rencana Aksi Akselerasi Pemberian ASI Eksklusif. Direktorat Bina Gizi. Jakarta.

Mardya, A. 2011. Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASi Ekslusif di Kabupaten Malang. Diakses : 20 Desember 2015. Http://nonaariza.co.id/2011/06/

hubungan-status-pekerjaan-ibu-dengan.html

Notoatmojo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmojo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan..Rineka Cipta. Jakarta

Perkumpulan Perinatologi Indonesia (PERINASIA). 2012. Manajemen Laktasi. Jakarta. Proverawati, A . 2009. Buku Ajar Gizi

Untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika

Rachmaniah, N. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI dengan Tindakan ASI Eksklusif. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammdiyah Surakarta.

Rulina, Suharyono d.k.k. 2000. ASI Tinjauan dari Beberapa Aspek. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Robiwala, ME.,Ciptorini, D., Handini, KD. 2012. Hubungan Tingkat pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI saja di Wilayah Kerja Puskesmas Kokap 1 Kabupaten Kulonprogo Propinsi Yogyakarta. Diakses : 10 Maret 2016. Journal.respati.ac.id/index.php/ medika/article/.../77

Roebijoso dkk. 2012. Hubungan Antara Status Pekerjaan, Pendidikan, Tingkat Pengetahuan Ibu, Serta Dukungan Bidan Terhadap Pemberian ASI


(19)

19

Eksklusif di Wilayah Kerja

Puskesmas Gribig.Malang: UniversitasBrawijaya

Siregar, M.A. 2004. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.

Soeparmanto, P dan Pranata, S. 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian Air Susu Ibu (ASI) EKSKLUSIF pada bayi. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 8 No. 1 Juni 2005: 1-7.

Syamsianah, A.,Mufnaetty, Mahardikha, DM. 2010. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu tentang ASI dengan lama pemberian ASI Eksklusif pada balita usia 6-24 bulan di Desa Kebonagung Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Timur. Diakses : 18 Maret 2016. Jurnal.unimus.ac.id/index.php/j kmi/article/.../61/144

Suryaningtyas, A dan Winarsih Nur A. Tanpa tahun. Hubungan

Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI di Puskesmas Nguter

Diakses : 15 Maret 2016. Https://publikasiilmiah.ums.ac.i d/handle/11617/3619

Widarwati, 2012. Faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Manggis, Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.Karya Tulis Ilmiah. Program Diploma. Akbid Ngudi Waluyo. Semarang.

Wijayanti, M., Nurjanah., Ernawati, D. 2013. Hubungan Antara Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan, Dan Sikap Ibu Bayi Dengan Pemberian Asi Eksklusif di Kelurahan Krobokan Kota Semarang Tahun 2013. Skripsi. Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Yuliandarin, EM. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Puskesmas Kelurahan KotaBaru Kecamatan Bekasi Barat tahun 2009. Skripsi. Program Studi Promosi Kesehatan. FKM UI. Jakarta.


(1)

14 Analisa Bivariat

1. Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Status Kerja ASI Eksklusif

ASI tidak

Eksklusif Total

n % n % n %

Tidak bekerja 13 59,1 9 40,9 22 100

Bekerja 3 23,1 10 76,9 13 100

Ibu balita yang memberikan ASI Eksklusif dan tidak bekerja sebanyak 59,1 %. Hal ini dikarenakan ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang cukup untuk selalu mendampingi bayinya, sehingga pemberian ASI sewaktu – waktu dapat diberikan. Dalam hal pemberian ASI yang terbaik adalah sesuai dengan kebutuhan (on demand). Karena prinsip pemberian ASI adalah semakin sering dikonsumsi semakin meningkatkan produksinya (Rusli, 2004). Ibu balita yang bekerja dan tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 76,9%, sedangkan ibu yang bekerja tetapi dapat memberikan ASI Eksklusif disebabkan jarak rumah yang dekat dengan tempat bekerja, sehingga pada waktu istirahat dapat pulang kerumah (BPS, 2000).

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Chi-Square dengan mengambil tingkat kepercayaan 95 % atau tingkat kesalahan ά = 5 %

didapatkan nilai p sebesar 0,039. Hal ini berarti nilai p lebih kecil dari nilai ά (0,05) sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil di atas menunjukan bahwa apabila status pekerjaan ibu bekerja, maka besar kemungkinan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya, dan apabila status pekerjaan ibu tidak bekerja maka besar kemungkinan ibu dapat memberikan ASI Eksklusif. Sebagian ibu yang bekerja memiliki waktu untuk merawat bayinya lebih sedikit, sehingga tidak memungkinkan ibu memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Juliastuti (2011) ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif


(2)

15

2. Hubungan Pendidikan Formal Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tingkat Pendidikan

ASI Eksklusif ASI tidak

Eksklusif Total

n % n % n %

Rendah 6 50 6 50 12 100

Tinggi 10 43,5 13 56,5 23 100

Ibu balita yang tingkat pendidikan rendah sebanyak 50% memberikan ASI Eksklusif, sedangkan yang berpendidikan tinggi sebanyak 56,5% tidak memberikan ASI Eksklusif. Untuk mengetahui hubungan pendidikan formal ibu dengan pemberian ASI Eksklusif menggunakan uji statistik Chi-Square dengan mengambil tingkat kepercayaan 95 % atau tingkat kesalahan ά = 5 % didapatkan nilai p sebesar 0,713. Hal ini berarti nilai p lebih besar dari nilai ά (0,05), bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wijayanti, Nurjanah, Ernawati (2013) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif. Tirtarahardja dan Sulo (2005) dalam Wijayanti, Nurjanah, Ernawati (2013) pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang abstrak, dan

kandungannya sangat luas sehingga sangat sulit untuk dilaksanakan dalam praktik. Disimpulkan bahwa meskipun seorang Ibu memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan mampu menangkap informasi dan anjuran kesehatan, namun sukar untuk mengikuti atau melaksanakan anjuran yang diberikan.

Penelitian ini secara statistik pendidikan responden tidak berhubungan terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hal ini dimungkinkan karena meskipun sebagian besar responden memiliki pendidikan SMA sampai Perguruan Tinggi, bukan berarti responden juga mempraktekkan pemberian ASI Eksklusif dengan baik. Adanya kepercayaan jika memberikan ASI secara terus-menerus akan membuat perubahan bentuk payudara, atau ketakutan jika bayi tidak mau berhenti minum ASI sampai usia lebih dari 2 tahun (Roebijoso, 2012).

Ibu yang tingkat pendidikan tinggi tidak memberikan ASI Eksklusif.


(3)

16

Hal ini dapat terjadi karena adanya

beberapa faktor, yaitu kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat. Ibu balita dengan pendidikan tinggi cenderung bekerja mencari nafkah untuk menopang ekonomi keluarganya, dan ketika daya beli mulai meningkat menyebabkan ibu balita memilih untuk memberikan susu formula

kepada bayinya sebagai pengganti ASI agar lebih praktis dan derajat sosial keluarga di mata masyarakat semakin meningkat. Hal inilah yang diduga memberikan pengaruh yang kuat sehingga tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan lama pemberian ASI Eksklusif (Syamsianah, Mufnaetty,

Mahardikha, 2010).

3. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Pengetahuan

ASI Eksklusif ASI tidak Eksklusif Total

n (%) n (%) n %

Baik 11 68,8 5 31,3 16 100

Kurang 5 26,3 14 73,7 19 100

Berdasarkan uji statistik Chi-Square dengan mengambil tingkat kepercayaan 95 % atau tingkat kesalahan ά = 5 % didapatkan nilai p sebesar 0,012. Hal ini berarti nilai p lebih kecil dari nilai ά (0,05), terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif. Pengetahuan ibu mengenai ASI Eksklusif bisa mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya. Semakin baik pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif, maka akan memberikan ASI Eksklusif pada anaknya. Begitu

juga sebaliknya, semakin rendah pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif, maka semakin sedikit pula peluang ibu dalam memberikan ASI Eksklusif (Rulina, Suharyono, 2000). Penelitian ini juga sesuai dengan Robiwala, Ciptorini, Handini (2012) yang melakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kokap 1 Kabupaten Kulonprogo, Propinsi Yogyakarta, dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif dengan nilai


(4)

17 Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Sebagian besar ibu balita berstatus tidak bekerja (62,9%). 2. Pendidikan formal ibu yang paling

banyak berpendidikan tinggi (65,7%).

3. Pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif terbanyak adalah berpengetahuan kurang baik (54,3%).

4. Ibu balita yang memberikan ASI tidak eksklusif sebesar 54,3%. 5. Ada hubungan yang signifikan

antara status kerja ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.

6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan formal ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.

7. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas perlu kegiatan peningkatan pengetahuan ibu balita tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif, termasuk cara penyimpanan ASI selama ibu balita bekerja. Kegiatan dapat dilaksanakan dengan menggunakan sarana yang

ada pada masyarakat seperti posyandu, dasa wisma, arisan PKK dengan cara penyampaian melalui penyuluhan. Kerjasama yang baik antara keluarga, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan di wilayah Posyandu Lestari Kelurahan Kumpulrejo sangat diperlukan untuk menggalakkan program peningkatan pemberian ASI Ekslusif.

Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Aprilia, G. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa

Harjobinangun Purworejo. Diakses: 18 Oktober 2015.

Http: e-journal.akbid purworejo.ac.id/index.php/jkk5/ .../71

Arinta, Imelda, L., Azwar, S. 1993. Peran Jenis Androgini dan Konflik Peran Ganda Pada Ibu Bekerja. Jurnal Psikologi, No.2, 20-30.

Depkes RI. 2005. Manajemen Laktasi. Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta.

Depkes RI. 2002. Ibu Bekerja tetap Memberikan Air Susu Ibu (ASI) . Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta.

Depkes RI. 2002. Strategi Nasional Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Sampai Tahun 2005.


(5)

18

Direktorat Gizi Masyarakat.

Jakarta.

Diah, K dan Yenrina, R. 2004. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Puspa Swara. Jakarta.

Eti, R., Rahayuningsih, P., Yanti, PG. 2005. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Hastono, 2010. Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Penuntun Hidup Sehat. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Kemeneg Pemberdayaan Perempuan RI. 2008. Pemberdayaan

Perempuan dalam

Peningkatan Pemberian ASI. Jakarta.

Konas. 2002. Persagi & Temu Alumni XII Persatuan Ahli Gizi. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Rencana Aksi Akselerasi Pemberian ASI Eksklusif. Direktorat Bina Gizi. Jakarta.

Mardya, A. 2011. Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASi Ekslusif di Kabupaten Malang. Diakses : 20 Desember 2015. Http://nonaariza.co.id/2011/06/

hubungan-status-pekerjaan-ibu-dengan.html

Notoatmojo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmojo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan..Rineka Cipta. Jakarta

Perkumpulan Perinatologi Indonesia (PERINASIA). 2012. Manajemen Laktasi. Jakarta.

Proverawati, A . 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika

Rachmaniah, N. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI dengan Tindakan ASI Eksklusif. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammdiyah Surakarta.

Rulina, Suharyono d.k.k. 2000. ASI Tinjauan dari Beberapa Aspek. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Robiwala, ME.,Ciptorini, D., Handini, KD. 2012. Hubungan Tingkat pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI saja di Wilayah Kerja Puskesmas Kokap 1 Kabupaten Kulonprogo Propinsi Yogyakarta. Diakses : 10 Maret 2016. Journal.respati.ac.id/index.php/ medika/article/.../77

Roebijoso dkk. 2012. Hubungan Antara Status Pekerjaan, Pendidikan, Tingkat Pengetahuan Ibu, Serta Dukungan Bidan Terhadap Pemberian ASI


(6)

19

Eksklusif di Wilayah Kerja

Puskesmas Gribig.Malang: UniversitasBrawijaya

Siregar, M.A. 2004. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.

Soeparmanto, P dan Pranata, S. 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian Air Susu Ibu (ASI) EKSKLUSIF pada bayi. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 8 No. 1 Juni 2005: 1-7.

Syamsianah, A.,Mufnaetty, Mahardikha, DM. 2010. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu tentang ASI dengan lama pemberian ASI Eksklusif pada balita usia 6-24 bulan di Desa Kebonagung Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Timur. Diakses : 18 Maret 2016. Jurnal.unimus.ac.id/index.php/j kmi/article/.../61/144

Suryaningtyas, A dan Winarsih Nur A. Tanpa tahun. Hubungan

Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI di Puskesmas Nguter

Diakses : 15 Maret 2016. Https://publikasiilmiah.ums.ac.i d/handle/11617/3619

Widarwati, 2012. Faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Manggis, Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.Karya Tulis Ilmiah. Program Diploma. Akbid Ngudi Waluyo. Semarang.

Wijayanti, M., Nurjanah., Ernawati, D. 2013. Hubungan Antara Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan, Dan Sikap Ibu Bayi Dengan Pemberian Asi Eksklusif di Kelurahan Krobokan Kota Semarang Tahun 2013. Skripsi. Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Yuliandarin, EM. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Puskesmas Kelurahan KotaBaru Kecamatan Bekasi Barat tahun 2009. Skripsi. Program Studi Promosi Kesehatan. FKM UI. Jakarta.


Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sei Sikambing Medan Tahun 2012

1 48 56

Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Tindakan Pemberian Asi Eksklusif Di Puskesmas Pancurbatu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006

1 33 68

Pengaruh Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2007

0 27 61

Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Tindakan Pemberian Asi Eksklusif Dipuskesmas Pancurbatu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006

0 28 68

SKRIPSI HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN, PENDIDIKAN FORMAL DAN Hubungan Status Pekerjaan, Pendidikan Formal Dan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Balita Di Posyandu Lestari, Kelurahan Kumpulrejo Kec.Argomulyo, Salatiga.

0 7 17

PENDAHULUAN Hubungan Status Pekerjaan, Pendidikan Formal Dan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Balita Di Posyandu Lestari, Kelurahan Kumpulrejo Kec.Argomulyo, Salatiga.

0 3 7

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, STATUS PEKERJAAN IBU, DAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

2 8 102

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN MOTIVASI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Asi Eksklusif Dengan Motivasi Pemberian Asi Eksklusif.

1 2 16

HUBUNGAPENG HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN WAKTU PEMBERHENTIAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN WALEN KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI.

0 0 14

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU LESTARI HANDAYANI DESA JEMBUNGAN KABUPATEN BOYOLALI

1 0 8