Anak-anak Dalam Undang-Undang Penyiaran

39 Temuan dalam penelitian tersebut membuktikan bahwa perkembangan kognitif anak dapat menjadi mediasi dalam pemahaman dan respon anak terhadap iklan televisi. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi pemahaman dan respon anak adalah pengaruh orang tua, media literatur, pengalaman membeli, dan iklan itu sendiri. Adapun iklan yang ditayangkan secara berulang-ulang dapat mempengaruhi pemahaman anak. Bahasan selanjutnya dalam laporan penelitian adalah mengenai karakter dalam iklan. Karakter nyata maupun karakter fiksianimasi dalam iklan dapat menarik perhatian anak pada program televisi dan juga iklan. Karakter iklan dapat menarik respon positif ketika anak-anak dapat mengidentifikasi karaktertokoh kartunfilm yang mereka suka, serta karakter tersebut dapat diasosiasikan dengan ingatan dan sikap yang ditunjukkan pada produk yang diiklankan. Anak-anak yang terpapar iklan televisi memiliki kemungkinan mendapatkan produk baru yang menarik perhatiannya, termasuk pengaruh iklan dalam menciptakan daya rengek anak sering dibuat dalam konteks bauran pemasaran. Poin pokok bahasan dalam penelitian selanjutnya adalah preferensi iklan makanan dan minuman, termasuk restoran menjadi kategori utama yang mendominasi periklanan di Australia. Penelitian lain membuktikan bahwa dalam satu waktu sekitar 48-49 iklan makanan diidentifikasi sebagai iklan makanan dengan kadar lemak tinggi dan iklan permenmanisan. Pengaruh media sangat berperan dalam perkembangan iklan, termasuk media yang banyak memanfaatkan interaksi dengan khalayaknya interaktif media, baik yang dikemas secara formal maupun informal dirancang untuk membantu khalayak dalam memahami pesan 40 iklan dalam media yang digunakan. Berdasarkan laporan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemahaman dan juga pemikiran yang dialami oleh khayalak televisi, khususnya dalam iklan dan juga anak-anak sebagai konsumen utamanya. Penelitian lain dilakukan oleh American Psychological Association APA dalam jurnal dan laporan penelitian mengenai Iklan dan Anak yang ditulis oleh Brian Wilcox, PhD; Joanne Cantor, PhD; Peter Dowrick, PhD; Dale Kunkel, PhD; Susan Linn, EdD; dan Edward Palmer, PhD pada 2004. Penelitian difokuskan pada peranan iklan dalam kehidupan sosial dan kontribusi penelitian psikologis dalam kegiatan pemasaran yang efektif. Hasil temuan penelitian mengungkapkan bahwa usaha para pengiklan di Amerika adalah mempengaruhi konsumen melalui setiap pesan iklan yang dilihat, khususnya oleh anak-anak. Terdapat aturan khusus yang mensyaratkan bahwa pesan-pesan dalam iklan harus dapat diidentifikasi dengan jelas sesuai dengan target audiensnya. Beberapa desain iklan yang unik dirancang dan secara khusus ditujukan untuk khalayak anak, namun tidak menjamin bahwa pada dasarnya anak-anak memiliki keterbatasan pemahaman dalam memahami sifat dan tujuan dari iklan televisi. Adapun penelitian lain yang secara spesifik membahas mengenai fenomena iklan Tri Indie+, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ricki Hermanto dalam penelitian Skripsi program studi Ilmu Komunikasi Universitas Telkom tahun 2014. Dalam penelitiannya yang berjudul “Makna Dewasa dalam Iklan Three Indie+ Analisis Semiotika Iklan Three Indie+ Versi Anak Cowok di Televisi ”, Ricki mengungkapkan bahwa makna denotasi dan 41 konotasi yang tergambar pada iklan merupakan sebuah kegiatan natural dari anak- anak yang mengungkapkan pandangan mereka terhadap orang dewasa. Makna yang terungkap pada iklan tidak sepenuhnya benar karena anak-anak hanya mempunyai pengertian sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik. Makna yang digambarkan dalam iklan iklan Three Indie+ adalah mengenai pekerjaan orang dewasa, yaitu minat pekerjaan, profesionalisme, dan penghasilan. Metodologi penelitian yang digunakan adalah kualitatif konstruktivis dengan pendekatan semiotika Roland Barthes.

2.5 Teori Bahasa Rupa

Pada hakikatnya alat komunikasi bukan hanya berupa tulisan, lisan, atau bahasa isyarat saja, adapun alat komunikasi lain yaitu bahasa rupa. Hakikat bahasa rupa berkaitan dengan pengungkapan makna atau pesan pada gambar atau karya visual yang mengandung cerita. Dalam membaca teks pesan adalah konteks bahasa kata, sedangkan konteks bahasa rupa adalah membaca dan membuat gambar. Seperti yang ditulis dalam buku Bahasa Rupa Primadi Tabrani 2012 bahwa gambar atau karya visual yang diteliti dalam bahasa rupa mencakup gambar yang representatif bukan pada gambar abstrak maupun geometris. Terdapat dua jenis sistem penggambaran dalam bahasa rupa, yaitu Bahasa Rupa Barat NPM, dan Bahasa Rupa Tradisi RWD. 1 NPM NPM merupakan sistem menggambar yang menghasilkan gambar deskriptif seperti apa adanya, seperti dilihat mata. NPM merupakan singkatan dari 42 Naturalis –Perspektif–Moment Opname. Sistem NPM adalah konsep seni rupa Barat sistem menggambar yang berasal dari Barat. Penemuan sistem NPM bagi Barat merupakan tonggak sejarah dalam perkembangan gambar. Sistem NPM mendeskripsikan alam seperti apa adanya, yaitu dari satu arah, satu tempat, satu waktu dalam satu sistem perspektif seperti pada lukisan, foto, film, dan televisi. Apa yang digambar dengan sistem NPM menjadi sebuah gambar mati still picture yang dibatasi dengan bingkai frame, sehingga gambar menjadi kehilangan dimensi waktu gambar NPM tidak ada matra waktu, oleh karena itu gambar dengan sistem NPM tidak bisa banyak bercerita. 2 RWD RWD merupakan seni rupa pendahulu, seperti yang terdapat pada gambar prasejarah, gambar primitif, tradisional, dan juga gambar anak. Sistem RWD merupakan singkatan dari Ruang-Waktu-Datar, dimana menggambar dengan sistem ini menggambar dari berbagai arah, berbagai tempat, dan berbagai waktu. Gambar yang dihasilkan oleh RWD pun bisa terdiri dari beberapa adegan, objek-objek disusun menjadi sebuah sekuen, bukan gambar mati, tidak menggunakan bingkai, dan objek mampu „bergerak‟ dalam ruang dan waktu. Contoh dari sistem RWD ini adalah gambar anak, lukisan prasejarah, gambar cadas, wayang, relief candi, dan lain sebagainya. Gambar dengan sistem RWD umumnya bercerita dengan gesturegerak tubuh dengan karakteristik objek yang mudah dikenali, karena inti dari sistem RWD lebih mementingkan pesan dalam gambar tersebut.