Analisis Karakteristik Torsi-Putaran Pada Motor Sinkron Tiga Phasa

(1)

TUGAS AKHIR

ANALISIS KARAKTERISTIK TORSI-PUTARAN PADA

MOTOR SINKRON TIGA PHASA

(Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Oleh :

ERY BRENDY GINTING

(030402039)

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Motor sinkron (motor arus bolak-balik) adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah energi listrik arus bolak-baik (AC) menjadi energi gerak atau mekanik berupa putaran rotor. Motor arus bolak-balik terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang diam (stator) dan bagian yang bergerak (rotor).

Jika dibandingkan antara motor induksi dan motor sinkron, terdapat perbedaan yang sangat prinsipil pada karakteristik berbeban pada kedua jenis motor ini. Pada motor induksi, penambahan beban akan menyebabkan kecepatan putar motor akan berkurang. Berkurangnya kecepatan mengurangi GGL lawan sehingga tambahan arus akan ditarik dari sumber untuk menggerakkan beban yang bertambah agar kecepatan putar kembali seperti semula.

Pada motor sinkron, hal ini tidak terjadi karena ketika masih bekerja maka rotor motor sinkron akan selalu terikat atau terkopel secara magnetis dengan medan putar dan dipaksa untuk turut berputar dengan kecepatan sinkronnya. Dengan demikian, penambahan beban tidak berpengaruh terhadap putaran motor. Namun jika penambahan beban melebihi batas kekuatan kopel rotor dan medan putar stator maka rotor motor akan berhenti bekerja.

Dalam tugas akhir ini akan dibuktikan perubahan beban pada motor sinkron tiga phasa tidak akan mempengaruhi putaran rotornya selama rotor masih terkopel secara magnetis dengan medan putar statornya.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur Kepada Bapa di Surga atas Cinta Kasih, Anugrah dan Berkat yang tak terbatas bagi penulis sehingga bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini. Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi syarat kurikulum Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dalam menyelesaikan program studi Strata Satu (S-1).

Selama masa kuliah sampai penyusunan TugasAkhir ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua Orang Tua Penulis, Radium Ginting dan Wardani Kacaribu, Kakak Penulis (Erim Nisa Br. Ginting, ST), Adik Penulis (Wiro Lija Ginting dan Ruth Erlikasna Br. Ginting) atas segala kesabaran, dukungan dan doa-doanya.

2. Elisa Marcelina Sinulingga (Tambaten Pusuhku) atas Doa dan

Dukungannya.

3. Bapak Ir. Djendanari Sembiring selaku Dosen Pembimbing Penulis yang telah banyak membantu penulis Tugas Akhir ini.

4. Bapak Ir. Natsir Amin, MM selaku Dosen Wali Penulis yang telah banyak membimbing dan membantu selama masa kuliah sampai penyusunan Tugas Akhir ini.


(4)

5. Bapak Prof. DR. Ir. Usman Baafai, selaku Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Drs. Hasdari Helmi, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Ir. Mutafrind Lubis, selaku Kepala Laboratorium Konversi Energi Listrik FT USU.

8. Seluruh keluarga (Pak Tengah, Pak Uda, Bik Tua, Bik Tengah, Bik Uda) yang ada di Medan dan di Jakarta, terkhusus buat Pak Tengah dan Nande Tengah di Simpang Simalingkar, Medan atas segala dukungan dan bantuan terhadap penulis mulai sejak kuliah sampai penyususnan Tugas Akhir ini

9. Marlen Siagian (TE’03) dan Henry Siregar (TE’03) atas segala inspirasi dan dukungan yang kalian berikan mulai dari penyusunan Tugas Akhir ini sampai selesai.

10.Ronal (TE’04/Asisten Laboratorium Konversi) atas segala bantuannya. 11.Teman-teman di ”Apartemen Kudus Gang Bersma Indah” (Nando TE’04,

Ranto TE’04, Leo TE’04, Nando Harianja) atas segala dukungan dan semangat yang diberikan kepada Penulis.

12.Seluruh rekan-rekan Teknik Elektro’03 yang tak dapat disbutkan satu per satu.

13.Seluruh rekaan-rekan pengurus IMTE Periode 2007

14.Teman-teman di KMK St. Yoseph, Eng Fakultas Teknik USU atas segala semangat dan kecerian yang diberikan kepada Penulis.


(5)

15.Teman-teman di KMK St. Albertus Magnus USU dan teman-teman TIMKOOR ke XIV (K’Mewi, Tika, Lala).

16.Teman-teman di IMKA Pande Kaliaga Fakultas Teknik USU

17.Kelurga Ir. E. Ginting yang telah mempercayakan Penulis mengajar Putra-Putrinya (Billy, Uun, Rio) selama 3 tahun serta dukungan moril dan materil.

Penulis sangat menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu, dengan penuh kerendahan hati, Penulis mengharapkan saran dan kritik dari Pembaca untuk melengkapi Tugas Akhir ini.

Akhirnya saya berharap agar Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 1 Desember 2007


(6)

DAFTAR ISI

Abstrak...i

Kata Pengantar...ii

Daftar Isi...v

Daftar Gambar...viii

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang...1

I.2. Tujuan Penulisan...2

I.3. Manfaat Penulisan...2

I.4. Batasan Masalah...2

I.5. Metodologi Penelitian...3

I.6. Sistematika Penulisan...3

BAB II MOTOR SINKRON TIGA PHASA II.1. Umum...6

II.2. Konstruksi Motor Sinkron Tiga Phasa...6

II.3. Rangkaian Ekivalen...9

II.4. Prinsip Kerja...12

II.5. Metode Menjalankan Motor Sinkron...17

II.5.1. Starting Motor Sinkron Dengan Penggerak Mula...18

II.5.2. Starting Motor Sinkron Dengan Mereduksi Frekwensi...18


(7)

II.6. Pengaruh Kenaikan Beban Dengan Eksitasi Konstan...20

II.7. Pengaruh Perubahan Eksitasi Pada Faktor Daya...22

BAB III KARAKTERISTIK TORSI-PUTARAN PADA MOTOR SINKRON TIGA PHASA III.1. Umum...25

III.2. Pengaruh Perubahan Beban Pada Motor Sinkron ...25

III.3. Kurva Karakteristik Torsi-Putaran Pada Motor Sinkron...28

BAB IV ANALISIS KARAKTERSITIK TORSI-PUTARAN PADA MOTOR SINKRON TIGA PHASA IV.1. Umum...31

IV.2. Peralatan Yang Digunakan...31

IV.3. Percobaan Motor Sinkron Tiga Phasa...33

IV.3.1. Percobaan Beban Nol...33

IV.3.1.1. Rangakaian Percobaan...33

IV.3.1.2. Prosedur Percobaan...34

IV.3.1.3. Data Hasi Percobaan...34

IV.3.1.4. Analisa Hasil Percobaan...34

IV.3.2. Percobaan Berbeban...35

IV.3.2.1. Rangkaian Percobaan...35

IV.3.2.2. Prosedur Percobaan………....35

IV.3.2.3. Data Hasil Percobaan……….36


(8)

BAB V PENUTUP


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Stator...8

Gambar 2.2. Rotor...9

Gambar 2.3. Rangkaian ekivalen motor sinkron tiga phasa...10

Gambar 2.4. Rangkaian ekivalen motor sinkron per phasanya...11

Gambar 2.5. Diagram fasor yang disederhanakan dengan Ra diabaikan...11

Gambar 2.6.a Kumparan a-a, b-b……….13

Gambar 2.6.b Distribusi ia, ib, ic sebagai fungsi waktu……….13

Gambar 2.6.c Arah fluks secara vektoris saat t1...13

Gambar 2.6.d Arah fluks secara vektoris saat t2...13

Gambar 2.6.e Arah fluks secara vektoris saat t3...14

Gambar 2.6.f Arah fluks secara vektoris saat t4...14

Gambar 2.7. Diagram fasor motor sinkron...15

Gambar 2.8. Diagram medan magnet motor sinkron...16

Gambar 2.9. Diagram fasor operasi motor dengan faktor daya leading...21

Gambar 2.10. Pengaruh bertambahnya beban pada operasi motor sinkron...21

Gambar 2.11. Kurva V motor sinkron...23

Gambar 2.12.a Diagram fasor motor sinkron dengan faktor daya lagging...24

Gambar 2.12.b Diagram fasor motor sinkron dengan faktor daya satu...24

Gambar 2.12.c Diagram fasor motor sinkron dengan faktor daya leading...24

Gambar 3.1. Diagram fasor motor sinkron tanpa beban...26


(10)

Gambar 3.3. Diagram fasor motor sinkron saat dibebani...26

Gambar 3.4. Karakteristik Torsi-Putaran Motor Sinkron...28

Gambar 4.1. Rangkaian Pengujian Beban Nol...33

Gambar 4.2 Rangkaian pengujian Berbeban...35


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Motor arus bolak-balik (motor AC) adalah suatu mesin yang berfungsi untuk mengubah energi listrik arus bolak-balik menjadi energi gerak atau energi mekanik berupa putaran rotor. Salah satu jenis motor arus bolak-balik adalah motor sinkron/serempak tiga phasa. Dikatakan motor sinkron tiga phasa karena motor ini beroperasi pada sumber tegangan tiga phasa. Dan dikatakan motor sinkron karena putaran medan stator (medan putar) dan putaran rotor serempak/sinkron.

Motor sinkron pada pengoperasiannya tidak dapat melakukan start awal (self starting), oleh karena itu motor sinkron tiga phasa membutuhkan penggerak mula (prime mover) untuk memutar medan pada stator sampai pada kecepatan putar medan putar stator.

Pada motor sinkron, perubahan beban tidak mempengaruhi kecepatan putar motor karena ketika motor masih bekerja maka rotor akan selalu terikat atau terkopel secara magnetis dengan medan putar dan dipaksa untuk berputar dengan kecepatan sinkronnya. Karena demikian, motor sinkron biasanya digunakan pada sistem operasi yang membutuhkan kecepatan konstan dengan beban yang berubah-ubah. Contohnya Rolling Mills, Mesin Penghancur (Crusher), Pulp Grinders, Reciprocating Pump dan lain-lain.


(12)

Maka analisis karakteristik Torsi-Putaran pada motor sinkron tiga phasa perlu dilakukan untuk menunjukkan bahwa motor sinkron tiga phasa adalah pilihan yang tepat untuk sistem operasi yang membutuhkan kecepatan yang konstan dengan beban yang berubah-ubah.

1.2.TUJUAN PENULISAN

Tugas akhir ini bertujuan untuk menganalisa karakteristik berbeban dari motor sinkron tiga phasa berupa karakteristik torsi-putaran.

1.3.MANFAAT PENULISAN

Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis tentang motor sinkron tiga phasa dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi dalam memilih sebuah motor yang sesuai dengan karakteristik beban yang ada.

2. Memberikan informasi secara umum kepada pembaca tentang motor

sinkron tiga phasa. 3.

1.4.BATASAN MASALAH

Untuk menjaga agar pembahasan materi dalam tugas akhir ini lebih terarah dan maksimal, maka penulis membuat suatu batasan masalah sebagai berikut :

1. Karakteristik motor sinkron tiga phasa yang akan dibahas adalah

karakteristik torsi-putaran

2. Analisa perhitungan berdasarkan peralatan yang tersedia pada


(13)

3. Beban yang digunakan pada percobaan pembebanan motor sinkron tiga phasa ini adalah generator sinkron yang dibebani dengan beban yang berubah-ubah

4. Tidak membahas mengenai pengaturan kecepatan motor sinkron 5. Tidak membahas rugi-rugi motor sinkron tiga phasa

1.5.METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah : 1. Studi Literatur

Berupa studi kepustakaan dan kajian dari berbagai sumber pustaka yang relevan mendukung dalam penulisan tugas akhir ini

2. Studi Laboratorium

Melakukan percobaan di laboratorium untuk mendapatkan data-data yang diperlukan

3. Studi Bimbingan

Dalam hal ini penulis melakukan diskusi tentang topik tugas akhir ini dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak Departemen Teknik Elektro USU, dengan dosen-dosen bidang Konversi Energi Listrik, asisten Laboratorium Konversi Energi Listrik dan teman-teman sesama mahasiswa.

1.6.SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memudahkan pemahaman terhadap Tugas Akhir ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :


(14)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang penulisan , tujuan penulisan, pembatasan masalah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II MOTOR SINKRON TIGA PHASA

Bab ini menjelaskan teori umum mengenai motor sinkron, konstruksi motor sinkron tiga phasa, rangkaian ekivalen, prinsip kerja, metode menjalankan motor sinkron, pengaruh kenaikan beban dengan eksitasi konstan dan pengaruh perubahan eksitasi pada faktor daya.

BAB III KARAKTERISTIK TORSI-PUTARAN PADA MOTOR SINKRON TIGA PHASA

Bab ini membahas tentang kurva karakteristik motor sinkron tiga phasa dan pengaruh kenaikan beban pada motor sinkron tiga phasa.

BAB IV ANALISIS KARAKTERISTIK TORSI-PUTARAN PADA MOTOR SINKRON TIGA PHASA

Bab ini berisikan tentang jenis komponen dan spesipikasi peralatan percobaan, rangkaian percoban, prosedur percobaaan, data percobaan, analisis dan grafik hasil percobaan.


(15)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini dituliskan tentang hal-hal yang dianggap penting didalam penulisan yang dirangkumkan sebagai kesimpulan.


(16)

BAB II

MOTOR SINKRON TIGA PHASA

II.1. Umum

Motor sinkron tiga phasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang putaran rotornya serempak/sinkron dengan putaran medan statornya. Sesuai dengan namanya, motor sinkron tiga phasa beroperasi pada tegangan suplay tiga phasa yang dihubungkan pada kumparan jangkaran di stator. Selain mendapat suplai tegangan tiga phasa untuk beroperasi, motor sinkron juga mendapat arus eksitasi pada kumparan medannya.

Motor sinkron tiga phasa biasanya digunakan sebagai penggerak pada sistem operasi yang membutuhkan kecepatan konstan dengan beban yang berubah-ubah. Hal ini disebabkan karena motor sinkron tiga phasa mempunyai kelebihan pada karakteristik berbeban yang berbeda dengan motor induksi yang umum digunakan sebagai penggerak pada sistem operasi. Namun motor sinkron tiga phasa ini juga mempunyai beberapa kekurangan, salah satunya adalah tidak dapat melakukan start sendiri (self starting).

II.2 Konstruksi Motor Sinkron Tiga Phasa

Pada prinsipnya, konstruksi motor sinkron sama dengan generator sinkron. Secara umum, konstruksi motor sinkron tiga phasa terdiri dari stator (bagian yang diam) dan rotor (bagian yang bergerak). Keduanya merupakan rangkaian magnetik yang berbentuk simetris dan silindris.


(17)

Stator

Secara umum stator terdiri dari kerangka stator, inti stator, belitan dan slot. 1. Rangka Stator

Rangka stator berfungsi sebagai tempat melekatya stamping jangkar dan kumparan jangkar. Pada rangka stator terdapat lubang pendingin dimana udara dan gas pendingin disirkulasikan. Rangka stator biasanya dibuat dari besi campuran baja atau plat baja giling yang dibentuk sedemikian rupa sehingga diperoleh rangka yang sesuai dengan kebutuhan.

2. Inti Stator

Inti stator melekat pada rangka stator dimana inti ini terbuat dari laminasi-laminasi besi khusus atau campuran baja. Hal ini diperbuat untuk memperkecil rugi arus Eddy. Tiap laminasi diberi isolasi dan diantaranya dibentuk celah sebagai tepat aliran udara.

3. Slot

Slot adalah tempat konduktor berada yang letaknya pada bagian dalam sepanjang keliling stator. Bentuk slot ada 3 yaitu Slot Terbuka, Slot Setengah Terbuka, Slot Tertutup.


(18)

Gambar 2.1. Stator

Rotor

Sebagai tempat belitan penguat yang membentuk kemagnetan listrik kutub Utara-Selatan pada inti rotor. Ada 2 macam bentuk rotor, yaitu :

1. Rotor kutub menonjol (Salient Pole Rotor)

Rotor tipe ini mempunyai kutub yang jumlahnya banyak. Kumparan dibelitkan pada tangkai kutub, dimana kutub-kutub diberi laminasi untuk mengurangi panas yang ditimbulkan oleh arus Eddy, kumparan-kumparan medannya terdiri dari bilah tembaga persegi. Kutub menonjol ditandai dengan rotor berdiameter besar dan panjang sumbunya pendek.

2. Rotor kutub tak menonjol (Rotor Silinder)

Rotor tipe ini dibuat dari plat baja berbentuk silinder yang mempunyai sejumlah slot sebagai tempat kumparan. Karena adanya slot-slot dan juga kumparan medan yang terletak pada rotor maka jumlah kutub pun sedikit yang dapat dibuat.


(19)

Rotor ini biasanya berdiameter kecil dan sumbunya sangat panjang. Konstruksi ini memberikan keseimbangan mekanis yang lebih baik karena rugi-rugi anginnya lebih kecil dibandingkan rotor kutub menonjol (salient pole rotor).

Gambar 2.2. Rotor II.3. Rangkaian Ekivalen

Rangakian ekuivalen motor sinkron adalah sama halnya dengan generator sinkron, kecuali untuk arah aliran dayanya dimana arah aliran daya pada motor sinkron terbalik dengan arah daya pada generator sinkron. Karena arah aliran daya ini terbalik, maka arah arus yang mengalir ke stator motor juga akan terbalik. Dengan demikian, rangkaian ekivalen motor sinkron adalah sama dengan rangkaian ekivalen generator sinkron, kecuali bahwa refrensi arah IA dibalik.

Rangkaian ekivalennya diperlihatkan pada gambar (2.3) dan rangkaian per phasanya diperlihatkan pada gambar (2.4). rangkaian ekivalen tiga phasa biasa dalam bentuk hubungan Y atau hubungan Delta ( ).


(20)

Karena perubahan arah IA ini, maka persamaan tegangan menurut hukum

kirrchoof untuk rangkaian ekivalennya juga akan berubah. Jadi persamaan hukum kirrchoof untuk tegangannya untuk rangkaian ekivalen yang baru adalah :

Vph = EA + j.XS.IA + RA. (Volt)...pers.(2.1)

Jadi persamaan ini sama dengan persamaan generator sinkron, kecuali tanda untuk arusnya adalah terbalik.

f

V

1 A

I

2 A

I

3 A

I

S

jX

S

jX

S

jX

A

R

A

R

A

R

1 A

E

2 A

E

3 A

E

1 ph

V

2 ph

V

3 ph

V

f

R

f

L

f

I


(21)

A

I

S

jX

R

A

A

E

ph

V

f

L

f

R

f

V

Gambar 2.4. Rangkaian ekivalen motor sinkron per phasanya

Dari persamaan umum motor sinkron yang dituliskan di dalam persamaan (2.1) dapat digambarkan diagram fasor motor sinkron seperti ditunjukkan pada (gambar 2.5) sebagai berikut ;

A E A A R I . A S I jX . ph V

δ

Gambar 2.5. Diagram Fasor Motor Sinkron Dengan Faktor Daya Satu

Keterangan :

EA = Tegangan Jangkar (ggl lawan)

IA = Arus Jangkar

Vph = Tegangan Terminal

XS = Reaktansi Sinkron Motor


(22)

Dalam hal ini motor dianggap beroperasi dengan faktor daya satu (unity). Namun dalam operasi motor sinkron, motor dapat beroperasi dengan factor daya mendahului (leading) dan tertinggal (lagging) selain dengan faktor daya satu (unity).

Diagram fasor motor sinkron dengan factor daya mendahului (leading) dan tertinggal (lagging) ditunjukkan seperti pada gambar (2.6) dan gambar (2.7).

A

E

A A R

I .

A S I

jX .

ph

V

δ

Gambar 2.6. Diagram Fasor Motor Sinkron Dengan Faktor Daya Leading

A

E

A A R

I .

A S I

jX .

ph

V

δ

θ A

I


(23)

Namun pada kenyataanya, saat motor sinkron dibebani tanpa pengaturan arus medan, motor sinkron akan beroperasi dengan factor daya tertinggal (lagging) dan diagram fasornya seperti yang ditunjukkan pada gambar (2.7). Oleh karena itu, untuk menganalisis motor sinkron digunakan diagram fasor motor sinkron dengan faktor daya tertinggal (lagging).

Dari diagram fasor motor sinkron didapat daya mekanik (Pmek) motor sinkron

menurut persamaan berikut :

Pmek = EA . IA………...…pers.(2.2)

Untuk motor sinkron tiga phasa maka persamaan daya mekanik (Pmek) menjadi :

Pmek = 3 . EA . IA ……….……pers.(2.3)

Karena tahanan jangkar (RA) motor sinkron biasanya kecil, maka tahanan

jangkar ini biasanya diabaikan. Bila tahanan jangkar (RA) diabaikan (RA<<XS) maka diagram fasornya menjadi seperti yang ditunjukkan pada gambar (2.8).

A

E

A S I

jX .

ph

V

δ

θ A

I


(24)

Dari diagaram fasor yang ditunjukkan gambar (2.8) diperoleh :

A S ph Sin X I

V . δ = .

Maka diperoleh S ph A X Sin V

I = . δ ………...pers.(2.4)

Jika persamaan (2.4) disubstitusikan kepersamaan (2.3), maka dperoleh :

S ph A X Sin V E

P= 3. . . δ ………...…pers.(2.5)

II.4. Prinsip Kerja

Pada motor sinkron tiga phasa terdapat 2 sumber tegangan dari luar yaitu arus bolak-balik (AC) yang dialirkan kebelitan jangkar dan arus searah yang dialirkan kebelitan medannya. Perputaran rotor diakibatkan karena adanya kopel magnetik antar medan magnet rotor dan medan putar stator.

Apabila tegangan tiga phasa dihubungkan kekumparan jangkar atau stator akan menghasilkan arus tiga phasa yang mengalir pada kumparan stator tersebut. Jika arus tiga phasa (yang berbentuk sinusoidal murni atau saling berbeda sudut 1200 listrik) mengalir pada kumparan stator motor sinkron tiga phasa, maka akan menghasilkan intensitas medan magnet (HS) yang juga saling berbeda sudut 1200

listrik. Karena kumparan stator mempunyai permeabilitas ( ), maka akan menghasilkan intensitas medan magnet BS sebesar : BS = .HS

Hal inilah yang disebut dengan medan putar yang timbul pada stator. Timbulnya medan putar pada stator ini dapat dijelaskan melalui gambar berikut.


(25)

Gambar 2.9.a. Kumparan a-a, b-b, cc

Gambar 2.9.c. Arah fluk secara vektoris saat t1

Gambar 2.9.d. Arah fluk secara vektoris saat t2 Gambar 2.9.b. Distribusi ia, ib, ic


(26)

Saat tegangan tiga phasa dihubungkan ke kumparan a-a, b-b, c-c (gambar 2.9.a) dengan beda phasa masing-masing 1200. Maka akan timbul timbul 3 buah arus sinusoidal (Ia, Ib, Ic )yang terdistribusi berdasarkan fungsi waktu seperti

terlihat pada gambar (2.9.b). Secara vektoris, pada keadaan t1, t2, t3, t4, arah fluks

resultan yang ditimbulkan oleh kumparan tersebut masing-masing ditunjukkan seperti pada gambar (2.9.c, 2.9.d, 2.9.e, 2.9.f). Pada saat t1, arah fluks resultannya

sama dengan arah fluks yang dihasilkan kumparan a-a (gambar 2.9.c). Pada saat t2, arah fluks resultannya sama dengan arah fluks yang dihasilkan kumparan b-b

(gambar 2.9.d). Pada saat t3, arah fluks resultannya sama dengan arah fluks yang

dihasilkan kumparan c-c (gambar 2.9.e). Pada saat t4, arah fluks resultannya

berlawanan arah dengan arah fluks yang dihasilkan kumparan a-a (gambar 2.9.f). Perubahan arah fluks ini akan terjadi berulang setiap satu periode yang menyebabkan perputaran medan magnet stator.

Kutub medan rotor yang diberi penguatan arus searah mengakibatkan mengalir arus penguat If motor dan menghasilkan medan magnet BR. Karena

Gambar 2.9.f. Arah fluk secara vektoris saat t4

Gambar 2.9.e. Arah fluk secara vektoris saat t3


(27)

motor sinkron tidak dapat melakukan start sendiri (self starting) maka rotor diputar dengan suatu penggerak mula sampai pada kecepatan putar rotor sama dengan kecepatan putar medan stator. Sehingga medan magnet rotor BR akan

mendapat tarikan dari kutub medan putar stator dan akan selalu menempel dan mengikuti putaran BS dengan kecepatan yang sama atau sinkron. Interaksi antar

kedua medan magnet tersebut akan menghasilkan kopel yang dinyatakan sebagai :

Tind = k.BR x B

Tind = k.BR.BS.Sin …………..………….. pers.(2.6)

Dan hubungannya dengan diagram medan magnetnya adalah sebagai berikut :

δ

net

B

S

B

R

B


(28)

Keterangan :

BS = Medan magnet stator

BR = Medan magnet rotor

Bnet = Resultan medan magnet stator dan rotor

Sehingga didapat : Bnet≈ Vph ; BR≈ EA ; BS≈ j.XS.IA

Karena Bnet = BS + BR

Atau BS = Bnet + BR ... pers.(2.7)

Maka dengan mensubstitusikan pesamaan (2.7) ke persamaan (2.6), maka akan diperoleh :

Tind = k.BR(Bnet – BR) Sin

Tind = k.BR.Bnet.Sin – k.(BR.BS) Sin BR.BR = 0

Sehingga persamaan kopel induksinya dapat dituliskan : Tind = k.BR.Bnet.Sin Newton-meter

Dimana : k = Konstanta

BR = Medan magnet rotor

Bnet = Resultan medan magnet rotor dan medan magnet stator

= Sudut kopel

Pada beban nol, sumbu kutub medan berimpit dengan sumbu kutub

kumparan medan ( = 0). Setiap penambahan beban membuat motor rotor


(29)

berputar dengan kecepatan sama lagi (sinkron). Beban maksimum tercapai ketika

sudut kopel ( ) = 900

. Penambahan beban lebih lanjut mengakibatkan hilangnya kekuatan kopel dan motor disebut kehilangan sinkronisasi.

II.5. Metode Menjalankan Motor Sinkron

Sesuai dengan prinsip kerjanya, motor sinkron tidak dapat melakukan start sendiri (self starting). Motor sinkron harus diputar terlebih dahulu sampai pada putaran sinkronnya. Hal ini dilakukan oleh penggerak mula (prime mover). Biasanya, motor induksi atau motor DC mengambil peranan sebagai penggerak mula tersebut. Tetapi penggunaan penggerak mula dalam start motor sinkron sangat tidak praktis. Maka untuk start motor sinkron dilakukan dengan cara lain.

Saat ini ada tiga pendekatan utama yang dapat dilakukan untuk men-start motor sinkron dengan aman, yaitu :

1. Menggunakan penggerak mula (prime mover) untuk memutar motor

sinkron sampai pada kecepatan sinkronnya.

2. Mereduksi putaran dengan mengatur medan stator ke harga yang cukup rendah sampai rotor berputar


(30)

II.5.1. Starting Motor Sinkron Dengan Penggerak Mula

Pada metode start motor sinkron dengan penggerak mula, motor sinkron dikopel dengan penggerak mula (prime mover), selanjutnya penggerak mula akan memutar rotor motor sinkron sampai mencapai putaran sinkronnya. Selanjutnya motor sinkron tersebut diparalelkan dengan jala-jala dan bekerja sebagai generator. Setelah hal ini dicapai, penggerak mula dilepas dari poros motor. Ketika penggerak mula dilepas dari poros motor, poros motor akan berputar perlahan (putarannya menurun) sehingga medan magnet BR akan tertinggal

dibelakang Bnet dan mesin akan start beraksi sebagai motor. Saat paralelnya sudah

komplit, maka motor sudah dapat dibebani.

II.5.2. Staring Motor Sinkron Dengan Mereduksi Frekwensi

Cepatnya perputaran medan putar stator juga turut menyebabkan motor sinkron tidak dapat melakukan start sendiri (self starting). Perputaran medan magnet stator setiap menitnya adalah :

ns = 120f/p

dengan f adalah frekwensi tegangan terminal motor dan p adalah jumlah kutub motor. Cepatnya perputaran medan magnet stator ini membuat tidak mungkinnya terjadi interaksi tarik-menarik dan tolak menolak antara kutub medan magnet stator dengan kutub medan magnet rotor yang diam.

Pada metode start dengan mereduksi frekwensi ini, pada saat start, motor disuplai dengan frekwensi yang rendah sehingga kecepatan putaran medan putar stator juga rendah. Hal ini akan membuat terjadinya interaksi tarik-menarik dan


(31)

tolak-menolak antara kutub medan magnet stator dan kutub medan magnet rotor. Setelah terjadi interaksi antara kedua kutub medan magnet tersebut, maka frekwensi sistem pun dinaikkan secara perlahan sampai pada frekwensi dan kecepatan sinkron yang diinginkan. Saat ini, pengaturan besar frekwensi yang disuplai dapat dilakukan dengan menggunakan rectifier-inverter dan cycloconverter.

II.5.3. Starting Motor Dengan Kumparan Peredam

Pada metode start dengan kumparan peredam, rotor dilengkapi dengan kumparan peredam atau kumparan sangkar bajing yang ditempatkan pada permukaan rotor yang dihubung singkat pada kedua ujungnya.

Saat kumparan stator dihubungkan dengan tegangan tiga phasa maka akan timbul medan putar pada stator. Kemudian medan putar ini akan menginduksikan ggl kedalam kumparan peredam yang telah terhubung singkat, maka dalam kumparan peredam akan mengalir arus. Arus ini akan menimbulkan kopel antara rotor dan stator secara magnetis sehingga rotor pun berputar. Namun kecepatan putar rotor tidak sama dengan kecepatan sinkronnya. Pada saat ini, motor sinkron bertindak sebagai motor induksi.

Setelah putaran rotor hampir mencapai kecepatan sinkronnya, maka kumparan medan penguat yang berada pada rotor dieksitasi dengan sumber DC. Selanjutnya motor akan menuju ke keadaan sinkron. Namun dalam pelaksanaan


(32)

metode start ini dibutuhkan alat pengaturan sinkronisasi untuk menghindarkan efek yang dapat merusak motor tersebut.

II.6. Pengaruh Kenaikan Beban Dengan Eksitasi Konstan

Bila beban pada poros motor sinkron bertambah besar maka putaran rotor akan berkurang (slow down) untuk sesaat. Penambahan beban yang akan menyebabkan sudut kopel ( ) akan semakin besar pula dan torsi induksi motor sinkron juga akan bertambah besar. Bertambah besarnya torsi induks i motor sinkron akan diikuti menurunnya putaran rotor untuk sesaat dan putaran rotor akan kembali kepada kecepatan sinkronnya setelah beberapa saat tetapi dengan sudut kopel ( ) yang lebih besar.

Jika diandaikan motor sinkron beroperasi dengan faktor daya leading sebelum penambahan beban pada porosnya, maka diagram fasornya dapat dilihat seperti yang ditunjukkan oleh gambar (2.11). Perubahan tegangan jangkar (EA)

hanya dipengaruhi oleh perubahan arus medan (If) motor sinkron. Jika arus medan

(If) bertambah besar maka tegangan jangkar (EA) pun bertambah besar dan

sebaliknya. Pada kondisi ini, arus medan motor sinkron tidak mengalami perubahan (konstan). Maka tegangan jangkar juga akan konstan (tetap). Selain arus medan, tegangan terminal motor (Vph) juga dijaga konstan.


(33)

A

E

A A

R

I .

A S

I

jX .

ph

V

Gambar 2.11. Diagram Fasor Operasi Motor Dengan Faktor Daya Leading

Dengan eksitasi konstan yang menyebabkan tegangan jangkar (EA) juga

konstan, penambahan beban pada poros motor akan menyebabkan daya (EA.Sin

dan IA.Cos ) akan bertambah besar. Dengan adanya penambahan beban pada

poros motor dengan eksitasi yang konstan menyebabkan EA akan mengalami

swing down seperti yang ditunjukkan pada gambar (2.12). Akibat EA mengalami

swing down secara bertahap maka kuantitas j.XS.IA juga akan bertambah secara bertahap. Oleh karena itu, arus jangkar juga akan semakin bertambah besar. Perubahan ini akan menyebabakan faktor daya (Cos ) akan menjadi lagging.


(34)

II.7. Pengaruh Perubahan Eksitasi Pada Faktor Daya

Pada saat motor sinkron memikul beban mekanis yang konstan, penambahan arus medan akan menyebabkan bertambah besarnya tegangan jangkar EA motor (ggl lawan). Tapi kenaikan arus medan (If) dan tegangan

jangkar (EA) tidak mempengaruhi besar daya nyata yang disuplai oleh motor

sinkron dan kecepatan putaran motor. Karena daya yang disuplai motor sinkron hanya akan berubah bila torsi beban yang dipikul motor berubah.

Bertambahnya nilai tegangan jangkar (EA) akan menyebabkan arus

jangkar (IA) akan semakin kecil sampai arus minimumnya dan selanjutnya akan

bertambah besar. Pada saat sebelum EA bertambah besar, arus jangkar (IA) adalah

lagging dan motor merupakan beban induktif. Saat arus medan yang diberikan pada motor semakin besar yang menyebabkan tegangan jangkar juga semakin besar, arus jangkar akan menjadi leading. Pada kondisi ini motor merupakan beban kapasitif yang dapat menyuplai daya reaktif (Q) ke sistem. Hubungan arus medan (If) dan arus jangkar (IA) pada kondisi ini diperlihatkan pada plot If vs IA


(35)

Gambar 2.13. Kurva V motor sinkron

Untuk masing-masing kurva pada gambar (2.13), arus jangkar minimum terjadi saat faktor daya sama dengan 1, yakni ketika hanya daya nyata yang disuplai ke motor. Pada kurva yang sama dititk yang lain, ada daya reaktif yang disuplai oleh motor. Untuk arus medan yang lebih kecil dari harga minimum IA

yang diberikan, arus jangkar akan lagging dan mengkomsumsi daya reaktif (Q). Untuk arus medan lebih besar dari arus minimum IA yang diberikan, arus jangkar

akan leading dan mensuplai daya reaktif ke sistem seperti halnya kapasitor.

Perubahan arus medan pada motor sinkron akan mempengaruhi faktor daya motor sinkron. Perubahan ini membuat motor sinkron dapat berada pada 3 kondisi operasi berdasarkan faktor dayanya, yaitu :

1. Saat motor sinkron mengalami pengurangan arus medan maka motor akan beroperasi dengan faktor daya lagging. Diagram fasor untuk kondisi ini diperlihatkan pada gambar (2.14.a)


(36)

E

V

r

t

V

I

θ

α

Gambar 2.14.a. Diagram fasor motor sinkron dengan faktor daya lagging

2. Saat motor sinkron mengalami pengaturan arus medan yang menyebabkan arus jangkar bernilai minimum maka motor beroperasi dengan faktor daya sama dengan 1. Diagram fasor untuk kondisi ini diperlihatkan pada gambar (2.14.b).

E

V

r

t

V

I

α

Gambar 2.14.b. Diagram fasor motor sinkron dengan faktor daya satu

3. Saat motor sinkron mengalami penambahan arus medan maka motor akan beroperasi dengan faktor daya leading. Diagram fasor untuk kondisi ini diperlihatkan pada gambar (2.14.c)

E

V

r

t

V

I

θ

α


(37)

BAB III

KARAKTERISTIK TORSI-PUTARAN PADA MOTOR SINKRON TIGA PHASA

III.1. Umum

Karakteristik yang umum dari suatu motor sinkron adalah karakteristik torsi. Karakteristik dari suatu motor layak diketahui, karena karakteristik dari suatu motor akan mencerminkan performansi (unjuk kerja) dari motor listrik tersebut selam kondisi operasinya. Dalam tugas akhir ini akan dibahas karakteristik berbeban dari motor sinkron tiga phasa yaitu karakteristik torsi-putaran. Untuk mengetahui karakteristik motor sinkron tiga phasa dilakukan pengujian pembebanan terhadap motor sinkron tiga phasa di Laboratorium. Dan data hasil hasil pengujian yang didapat akan dianalisis untuk mengetahui karakteristik dan mendapatkan grafik karakteristik berbeban motor sinkron tiga phasa.

III.2. Pengaruh Perubahan Beban Pada Motor Sinkron

Pada motor induksi dan DC, penambahan beban akan menyebabkan kecepatan motor berkurang. Pada motor sinkron, hal ini tidak terjadi. Karena rotor terikat secara magnetik dengan medan putar dan harus terus berputar pada kecepatan sinkron untuk semua beban.

Pada keadaan tanpa beban, posisi relatif kutub stator dan kutub medan DC motor sinkron selalu segaris (mempunnyai sudut kopel sebesar 00). Tetapi jika


(38)

beban ditambahkan pada motor sinkron maka akan terjadi pergeseran posisi relatif antara kutub stator dengan kutub rotor dan membentuk sudut kopel ( ). Saat ini nilai tidak lagi sebesar 00. Namun tidak terjadi perubahan kecepatan motor. Yang ada hanyalah pergeseran posisi relatif kutub stator dan kutub medan DC dan motor tetap berputar pada kecepatan sinkronnya.

o

180

A

E

V

ph

Gambar (3.1)

A

E

ph

V

o

90

r

V

I

θ

δ

Gambar (3.2) A

E

ph

V

o

90

r

V

I

θ

δ

Gambar (3.3)


(39)

Diagram fasor dalam gambar (3.1) menyatakan kondisi motor sinkron tanpa beban, ggl lawan EA besarnya sama dengan dan berlawanan arah dengan

tegangan Vph. Dalam gambar (3.2), penambahan beban menyebabkan EA

tertinggal dibelakang posisi EA tanpa beban sebesar . Tegangan yang dikenakan

dan tegangan lawan tidak lagi tepat berlawanan arah. Resultannya adalah tegangan Vr seperti yang ditunjukkan oleh gambar (3.2). Tegangan resultan Vr

menyebabkan arus I mengalir dalam lilitan stator. Arus I tertinggal Vr dengan

sudut hampir 900 disebabkan indukt ansi lilitan stator yang tinggi. Jadi masukan daya pada motor adalah 3Vph.I.Cos , adalah sudut antara tegangan Vph dan arus

stator I.

Penambahan beban lebih lanjut menyebabkan sudut kopel semakin besar dan selanjutnya memperbesar nilai Vr dan I seperti yang ditunnjukkan pada

gambar (3.3). Jadi motor sinkron dapat mencatu bertambahnya beban mekanis, bukan dengan menurunkan kecepatan sinkronnya tetapi dengan pergeseran relatif rotor dan medan magnet putar. Pada gambar (3.2) dan gambar (3.3), bahwa untuk beban yang bertambah dengan nilai EA konstan, sudut fasa bertambah dan

arahnya tertinggal.

Namun jika beban motor sinkron yang ditambahkan terlalu besar dan melebihi batas kekuatan kopel motor sinkron tersebut, rotor tidak sinkron lagi dan setelah itu motor akan berhenti berputar.


(40)

III.3. Kurva Karakteristik Torsi-Putaran Pada Motor Sinkron

Motor sinkron biasanya dihubungkan dengan suatu sistem daya yang besar. Hal ini dimaksudkan agar tegangan terminal dan frekwensi sistem akan selalu konstan. Kecepatan putaran motor terkunci pada frekwensi elektrik yang disuplai, maka kecepatan motor juga akan tetap konstan. Karakteristik Kurva Torsi-Putaran diperlihatkan pada gambar (3.4). Kecepatan steadystate motor adalah konstan dari beban nol sampai torsi maksimum motor.

ind

T

pullout

T

rated

T

sync

n

n

m

Gambar 3.4. Karakteristik Torsi-Putaran Motor Sinkron

Seiring dengan bertambahnya beban mekanis pada motor sinkron maka torsi beban pun akan semakin bertambah pula. Untuk mempertahankan kondisi putaran motor yang tetap, maka kenaikan torsi beban harus diimbangi oleh kenaikan torsi induksi motor sinkron itu sendiri.


(41)

Persamaan torsi pada motor sinkron adalah :

Tind = k.BR.Bnet.Sin Newton-meter

Atau S mek ind

P

T

ω

=

…....………pers.(3.1)

Dengan mensubstitusikan persamaan (2.3) ke persamaan (3.1), maka didapat :

S S A ph ind

X

Sin

E

V

T

ω

δ

.

.

.

3

=

atau

meter

Newton

X

Sin

E

V

T

S S A ph

ind

=

.

.

.

.

3

ω

δ

…..…pers.(3.2)

Setiap penambahan beban, torsi beban motor akan bertambah karena dipengaruhi oleh bertambahnya nilai Sin . Namun kecepatan sinkron motor tetap. Jadi setiap terjadi penambahan beban sampai dibawah batas kekuatan kopel tertinggi rotor dan medan putar stator, kecepatan akan tetap. Sehingga kurva karakteristik Torsi-Putaran pada motor sinkron tiga phasa dapat dilihat seperti pada gambar (3.4)

Torsi maksimum atau pull out torque terjadi saat = 900. Dan torsi normalnya akan lebih kecil dari harga tersebut. Kenyataannya, torsi maksimum dapat mencapai tiga kali dari pull out torque pada mesin. Ketika torsi pada poros motor sinkron lebih besar dari torsi maksimumnya, rotor dapat menjaga


(42)

kesinkronannya terhadap medan magnet stator. Akibatnya rotor akan start dengan slip dibelakangnya. Sebagai akibatnya, rotor akan berputar perlahan dan medan magnet stator akan semakin naik dan ini terus berulang sampai dicapai arah dari torsi induksi pada rotor berbalik. Rugi-rugi sinkronisasi setelah terjadinya torsi lebih besar dari torsi maksimum dikenal sebagai slipping pole. Torsi maksimum atau pull out torque dinyatakan oleh persamaan :

Nm

X

E

V

T

atau

B

B

k

T

S S A ph ind net R ind

ω

.

.

.

3

.

.

=

=

Persamaan ini mengindikasikan bahwa arus medan terbesar (dalam hal ini EA, menghasilkan torsi maksimum motor). Oleh karena itu, keuntungan stabilitas


(43)

BAB IV

ANALISIS KARAKTERISTIK TORSI-PUTARAN PADA MOTOR SINKRON TIGA PHASA

IV.1. Umum

Percobaan pengukuran karakteristik berbeban motor sinkron tiga phasa dilakukan dengan menggunakan pengereman phony brake untuk mendapatkan karakteristik beban yang diinginkan. Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan nilai torsi motor dari sinkron tiga phasa. Kemudian data hasil pengukuran dianalisis untuk mendapatkan grafik karakteristik berbeban dari motor sinkron tiga phasa.

Untuk mendapatkan nilai rugi-rugi inti, rugi-rugi gesek dan angin dilakukan pengujian beban nol terhadap motor sinkron tiga phasa. Dalam hal ini, rugi-rugi gesek dan angin dianggap kecil sehingga rugi-rugi inti dan rugi-rugi gesek dan angin dapat dianggap sebagai rugi-rugi yang diperoleh pada pengujian beban nol dari motor sinkron tiga phasa.

IV.2. Peralatan Yang Digunakan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Motor sinkron tiga phasa

Tipe : 72SA

P = 5 KW

Cos = 0,8


(44)

Belitan = Y (wye) Tegangan terminal = 400 Volt

Arus = 9 Amp

Kelas Isolasi

• Stator = E

• Rotor = E

Tegangan Eksitasi = 44 Volt DC

Arus eksitasi = 5,7 Amp

Frekwensi = 50 Hz

N = 1500 rpm

2. Motor Induksi Tiga Phasa (sebagai penggerak mula saat start) Tipe : VZ 132M4

P = 7,5 KW

Cos = 0,82

Jumlah Kutub = 4

IP = 44

Kelas rotor = D (rotor sangkar)

Belitan = Y / ∆

Tegangan = 380 / 220 Volt

Arus = 16,5 / 28,5 Amp

3. Multimeter LCR

4. Amperemeter Tipe 4539-A

5. Portable Polyphase Wattmeter Tipe 2042 6. Portable Power Factor Meter Tipe 2039


(45)

7. 2 Unit Power Suplai AC 8. 1 Unit Power Suplai DC 9. 1 Unit Phony Brake

IV.3. Pengujian Motor Sinkron Tiga Phasa

Untuk mendapatkan rugi-rugi pada motor sinkron dan mendapatkan karakteristik berbeban dari motor sinkron tiga phasa dilakukan pengujian berikut :

IV.3.1. Pengujian Beban Nol IV.3.1.1. Rangkaian Pengujian

P

T

D

C

M

1

A A

1

V V2

S1 U

v

w

P

T

A

C

S2

K L R S T

WATTMETER

n


(46)

IV.3.1.2. Prosedur Pengujian

1. Susun dan rangkailah peralatan sesuai dengan gambar 4.1 di atas

2. Switch S1 dan S2 dalam posisi terbuka dan sumber tegangan dalam

keadaan minimum

3. Putar rotor dengan penggerak mula sampai kecepatan sinkronnya

4. Nyalakan PTDC dengan menutup S1 untuk kumparan medan dan atur

PTDC

5. Atur V2 dengan mengatur autotrafo sehingga diperoleh V1 = V2

6. Tutup switch S2 dan matikan penggerak mula

7. Catatlah penunjukan A, A1, V2, n dan Wattmeter (P0)

8. Pengujian selesai.

IV.3.1.3. Hasil Pengujian

V1 (volt) VL (volt) Ia (amp) If (amp) Putaran (rpm) P0 (watt)

100 105 1,67 0,5 1400 15

IV.3.1.4. Analisa Hasil Pengujian

Rugi-rugi inti dan rugi-rugi gesek dan angin rotor motor sinkron dalam pengujian motor sinkron tiga phasa ini dianggap rugi-rugi pada pengujian beban nol dari motor sinkron tiga phasa. Pada pengujian beban nol motor sinkron tiga phasa ini diperoleh rugi-rugi beban nol sebesar : P0 = 15 watt


(47)

IV.3.2. Pengujian Berbeban

Pada pengujian berbeban dari motor sinkron tiga phasa, alat pengereman Phony Brake digunakan sebagai beban motor sinkron tiga phasa yang diuji dalam pengujian ini.

IV.3.2.1. Rangkaian Pengujian

P

T

D

C

M

1 A A 1

V V2

S1 U v w

P

T

A

C

S2

K L R S T

WATTMETER

n

T

Rf

Gambar 4.2. Rangakaian Pengujian Berbeban

IV.3.2.2. Prosedur Pengujian

1. Susun dan rangkailah peralatan sesuai dengan gambar 4.2 di atas

2. Switch S1 dan S2 dalam posisi terbuka dan sumber tegangan dalam

keadaan minimum

3. Putar rotor dengan penggerak mula damapi pada kecepatan sinkronnya 4. Nyalakan PTDC denga menutup S1


(48)

6. Tutup switch S2 dan matikan penggerak mula

7. Bebani motor sinkron dengan pengereman Phony Brake 8. Tambah panjang lengan rem Phony Brake secara bertahap 9. Catat penunjukan A, A1, V2, n, T dan Wattmeter (P0).

10.Ulangi prosedur 8 dan 9 sebanyak 4 kali 11.Pngujian selesai.

IV.3.2.3. Data Hasil Pengujian

Dalam pengujian pembeban ini, percobaan pembebanan dilakukan sebanyak 4 kali dan dilakukan pengambilan data untuk setiap pengujian.

Data Hasil Pengujian I

N0 Pertambahan Panjang Lengan Rem (cm)

Ia

(Amp)

Tsh

(N.m)

Putaran (rpm)

1 0,5 1,88 0,129 1400

2 1,0 1,94 0,132 1400

3 1,5 2,20 0,134 1400

4 2,0 2,40 0,137 1400

5 2,5 2,52 0,140 1400


(49)

Data Hasil Pengujian II

N0 Pertambahan Panjang Lengan Rem (cm)

Ia

(Amp)

Tsh

(N.m)

Putaran (rpm)

1 0,5 1,88 0,129 1400

2 1,0 1,95 0,132 1400

3 1,5 2,20 0,134 1400

4 2,0 2,40 0,137 1400

5 2,5 2,52 0,140 1400

6 3,0 3,92 0,143 Lepas sinkron

Data Hasil Pengujian III

N0 Pertambahan Panjang Lengan Rem (cm)

Ia

(Amp)

Tsh

(N.m)

Putaran (rpm)

1 0,5 1,90 0,129 1400

2 1,0 1,95 0,132 1400

3 1,5 2,21 0,134 1400

4 2,0 2,40 0,137 1400

5 2,5 2,52 0,140 1400


(50)

Data Hasil Pengujian IV

N0 Pertambahan Panjang Lengan Rem (cm)

Ia

(Amp)

Tsh

(N.m)

Putaran (rpm)

1 0,5 1,88 0,129 1400

2 1,0 1,94 0,132 1400

3 1,5 2,20 0,134 1400

4 2,0 2,40 0,137 1400

5 2,5 2,53 0,140 1400

6 3,0 3,90 0,143 Lepas sinkron

Dari keempat kali pengambilan data pengujian diperoleh data rata-rata hasil pengujian sebagai berikut :

N0 Pertambahan Panjang Lengan Rem (cm)

Ia

(Amp)

Tsh

(N.m)

Putaran (rpm)

1 0,5 1,885 0,129 1400

2 1,0 1,945 0,132 1400

3 1,5 2,2025 0,134 1400

4 2,0 2,40 0,137 1400

5 2,5 2,5225 0,140 1400


(51)

IV.3.2.4. Analisa Hasil Pengujian Dan Grafik

Dari data hasil pengujian pembebanan motor sinkron, nilai Torsi induksi (Tind ) setiap terjadi penambahan beban pada motor sinkron tiga phasa dapat dicari

dengan rumus :

S mekanik ind P T ω = S sh out out

mekanik P P P T

P = + 0 → = ×ω

Maka s

(

)

S S sh ind P T T

ωω + 0

× =

Hasil perhitungan Tind dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

No. Penambahan Panjang

Lengan Rem (cm)

Tind (N.m) Putaran (rpm)

1 0,5 0,2313 1400

2 1,0 0,2343 1400

3 1,5 0,236 1400

4 2,0 0,239 1400

5 2,5 0,2423 1400


(52)

Dari hasil pengujian diatas dapat dibuat kedalam kurva karakteristik berbeban seperti pada gambar dibawah ini :

Karakteristik Torsi-Putaran

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25

0 500 1000 1500

Putaran (rpm)

T

o

rs

i I

n

d

u

k

s

i (

N

.m

)


(53)

BAB V PENUTUP

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Setiap penambahan beban pada motor sinkron tiga phasa akan

menyebabkan bertambahnya besar nilai Torsi Induksi pada motor sinkron tiga phasa.

2. Dari grafik karakteristik Torsi-Putaran motor sinkron tiga phasa dapat dilihat bahwa untuk setiap penambahan beban sampai pada batas kekuatan kopel motor sinkron, motor akan tetap berputar pada kecepatan konstan. 3. Pada motor sinkron yang diujikan dalam pengujian ini, motor sinkron akan


(54)

DAFTAR PUSTAKA

1. Chapman S J, Electric Machinery Fundamental, Mc Graw-Hill Book Company, 1985

2. Cogdell J. R, Foundation of Electrical Engineering, Pretience Hall, New Jersey, 1990

3. Eugene C. Lister, Mesin dan Rangkaian Listrik, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1993

4. Firgerald Charles Kingslay JR, Mesin-Mesin Listrik, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1993

5. Guru, Bhag S & Huseyin R. Hiziroglu, Electric Machinery And

Transformers, Hartcourt Brace Jovanovich, 1988

6. Langsdorf, Alexander S, Theory of Alternatinf Current Machinery, TATA Mc Graw-Hill Publishing Company, New Delhi, 1974

7. Richardson, V. Donal & Arthur Caisse, Rotating Electric Machinery And

Transformers Technology, Fourt Edition, Prentice Hall, New Jersey, 1997

8. Thearaja B. L, A Teks-Book of Electrical Technology, Nurja Construction & Development, New Delhi, 1989

9. Wijaya, Mochtar, Dasar-Dasar Mesin Listrik, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2001

10.Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik Dan Elektronika Daya, Edisi Ke-5, Gramedia, jakarta, 1995


(1)

Data Hasil Pengujian II

N0 Pertambahan Panjang Lengan Rem (cm)

Ia

(Amp)

Tsh

(N.m)

Putaran (rpm)

1 0,5 1,88 0,129 1400

2 1,0 1,95 0,132 1400

3 1,5 2,20 0,134 1400

4 2,0 2,40 0,137 1400

5 2,5 2,52 0,140 1400

6 3,0 3,92 0,143 Lepas sinkron

Data Hasil Pengujian III

N0 Pertambahan Panjang Lengan Rem (cm)

Ia

(Amp)

Tsh

(N.m)

Putaran (rpm)

1 0,5 1,90 0,129 1400

2 1,0 1,95 0,132 1400

3 1,5 2,21 0,134 1400

4 2,0 2,40 0,137 1400

5 2,5 2,52 0,140 1400


(2)

Data Hasil Pengujian IV

N0 Pertambahan Panjang Lengan Rem (cm)

Ia

(Amp)

Tsh

(N.m)

Putaran (rpm)

1 0,5 1,88 0,129 1400

2 1,0 1,94 0,132 1400

3 1,5 2,20 0,134 1400

4 2,0 2,40 0,137 1400

5 2,5 2,53 0,140 1400

6 3,0 3,90 0,143 Lepas sinkron

Dari keempat kali pengambilan data pengujian diperoleh data rata-rata hasil pengujian sebagai berikut :

N0 Pertambahan Panjang Lengan Rem (cm)

Ia

(Amp)

Tsh

(N.m)

Putaran (rpm)

1 0,5 1,885 0,129 1400

2 1,0 1,945 0,132 1400

3 1,5 2,2025 0,134 1400

4 2,0 2,40 0,137 1400

5 2,5 2,5225 0,140 1400


(3)

IV.3.2.4. Analisa Hasil Pengujian Dan Grafik

Dari data hasil pengujian pembebanan motor sinkron, nilai Torsi induksi (Tind ) setiap terjadi penambahan beban pada motor sinkron tiga phasa dapat dicari

dengan rumus :

S mekanik ind

P T

ω =

S sh out out

mekanik P P P T

P = + 0 → = ×ω

Maka s

(

)

S S sh ind

P T

T

ωω + 0 ×

=

Hasil perhitungan Tind dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

No. Penambahan Panjang

Lengan Rem (cm)

Tind (N.m) Putaran (rpm)

1 0,5 0,2313 1400

2 1,0 0,2343 1400

3 1,5 0,236 1400

4 2,0 0,239 1400

5 2,5 0,2423 1400


(4)

Dari hasil pengujian diatas dapat dibuat kedalam kurva karakteristik berbeban seperti pada gambar dibawah ini :

Karakteristik Torsi-Putaran

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25

0 500 1000 1500

Putaran (rpm)

T

o

rs

i I

n

d

u

k

s

i (

N

.m

)


(5)

BAB V PENUTUP

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Setiap penambahan beban pada motor sinkron tiga phasa akan

menyebabkan bertambahnya besar nilai Torsi Induksi pada motor sinkron tiga phasa.

2. Dari grafik karakteristik Torsi-Putaran motor sinkron tiga phasa dapat dilihat bahwa untuk setiap penambahan beban sampai pada batas kekuatan kopel motor sinkron, motor akan tetap berputar pada kecepatan konstan. 3. Pada motor sinkron yang diujikan dalam pengujian ini, motor sinkron akan


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Chapman S J, Electric Machinery Fundamental, Mc Graw-Hill Book Company, 1985

2. Cogdell J. R, Foundation of Electrical Engineering, Pretience Hall, New Jersey, 1990

3. Eugene C. Lister, Mesin dan Rangkaian Listrik, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1993

4. Firgerald Charles Kingslay JR, Mesin-Mesin Listrik, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1993

5. Guru, Bhag S & Huseyin R. Hiziroglu, Electric Machinery And

Transformers, Hartcourt Brace Jovanovich, 1988

6. Langsdorf, Alexander S, Theory of Alternatinf Current Machinery, TATA Mc Graw-Hill Publishing Company, New Delhi, 1974

7. Richardson, V. Donal & Arthur Caisse, Rotating Electric Machinery And

Transformers Technology, Fourt Edition, Prentice Hall, New Jersey, 1997

8. Thearaja B. L, A Teks-Book of Electrical Technology, Nurja Construction & Development, New Delhi, 1989

9. Wijaya, Mochtar, Dasar-Dasar Mesin Listrik, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2001

10.Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik Dan Elektronika Daya, Edisi Ke-5, Gramedia, jakarta, 1995