Pendapat Pertama Pendapat Kedua

c. Menurut ukuran surat

Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada didalam Al- Qur’an terbagi menjadi empat bagian, yaitu: 1. As Sab’uththiwaal tujuh surat yang panjang. Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al-Maidah, dan Yunus. 2. Al Miuun seratus ayat lebih, seperti Hud, Yusuf, Mu’min, dan sebagainya. 3. Al Matsaani kurang sedikit dari seratus ayat, seperti Al-Anfaal, Al-Hijr, dan sebagainya. Al Mufashshal surat-surat pendek, seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al- Falaq, An-Nas, dan sebagainya.

2.2.4 Adab Terhadap Al-Quran

Ada dua pendapat mengenai hukum menyentuh Al-Quran terhadap seseorang yang sedang junub, perempuan haid dan nifas. Pendapat pertama mengatakan bahwa jika seseorang sedang mengalami kondisi tersebut tidak boleh menyentuh Al-Quran sebelum bersuci. Sedangkan pendapat kedua mengatakan boleh dan sah saja untuk menyentuh Al-Quran, karena tidak ada dalil yang menguatkannya.

2.2.4.1 Pendapat Pertama

Sebelum menyentuh sebuah mushaf Al-Quran, seorang Muslim dianjurkan untuk menyucikan dirinya terlebih dahulu dengan berwudhu. Hal ini berdasarkan tradisi dan interpretasi secara literal dari surat Al Waqi’ah ayat 77 hingga 79. Terjemahannya antara lain:56-77. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, 56-78. pada kitab yang terpelihara Lauhul Mahfuzh, 56-79. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.56:77-79. Penghormatan terhadap teks tertulis Al-Quran adalah salah satu unsur penting kepercayaan bagi sebagian besar Muslim. Mereka memercayai bahwa penghinaan secara sengaja terhadap Al-Quran adalah sebuah bentuk penghinaan serius terhadap sesuatu yang suci. Berdasarkan hukum pada beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim, hukuman untuk hal ini dapat berupa penjara kurungan dalam waktu yang lama dan bahkan ada yang menerapkan hukuman mati.

2.2.4.2 Pendapat Kedua

Pendapat kedua mengatakan bahwa yang dimaksud oleh surat Al Waaqiah di atas ialah: Tidak ada yang dapat menyentuh Al-Qur’an yang ada di Lauhul Mahfudz sebagaimana ditegaskan oleh ayat yang sebelumnya ayat 78 kecuali para Malaikat yang telah disucikan oleh Allah SWT. Pendapat ini adalah tafsir dari Ibnu Abbas dan lain-lain sebagaimana telah diterangkan oleh Al-Hafidzh Ibnu Katsir di tafsirnya. Bukanlah yang dimaksud bahwa tidak boleh menyentuh atau memegang Al-Qur’an kecuali orang yang bersih dari hadats besar dan hadats kecil. Pendapat kedua ini menyatakan bahwa jika memang benar maksud tentang firman Allah di atas, maka artinya akan menjadi: Tidak ada yang menyentuh Al- Qur’an kecuali mereka yang sucibersih, yakni dengan bentuk faa’il subyekpelaku bukan maf’ul obyek. Kenyataannya Allah berfirman : Tidak ada yang menyentuhnya Al-Qur’an kecuali mereka yang telah disucikan, yakni dengan bentuk maf’ul obyek bukan sebagai faa’il subyek. “Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci”. Yang dimaksud oleh hadits di atas ialah : Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali orang mu’min, karena orang mu’min itu suci tidak najis sebagaimana sabda Muhammad. “Sesungguhnya orang mu’min itu tidak najis”.

2.3 Al-Hadits