BAB II PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERSYARAFAN
Berikut ini petunjuk dalam melakukan pemeriksaan fisik system persyarafan.
A. ANAMNESA
Perlu ditanyakan keluhan utama pasien. Pada setiap keluhan ditanyakan :
1. Sejak kapan timbul
2. Sifat serta beratnya
3. Lokasi serta penjalarannya
4. Hubungannya dengan waktu pagi, siang, malam, sedang tidur, waktu haid, habis
makan, dsb.
5. Keluhan lain yang ada kaitannya
6. Pengobatan sebelumnya dan bagaimana hasilnya
7. Faktor yang memperberat atau memperingan keluhan
8. Perjalanan keluhan, apakah menetap, bertambah beratringan, datang dalam bentuk
serangan, dsb. Pada setiap pasien dengan penyakit syaraf, harus dijajaki kemungkinan adanya keluhan
atau kelainan di bawah ini, dengan mengajukan pertanyaan.
9. Nyeri kepala 10. Muntah
11. Vertigo 12. Gangguan penglihatan
13. Gangguan pendengaran 14. Gangguan syraf otak lainnya
15. Gangguan fungsi luhur 16. Gangguan kesadaran
17. Gangguan motorik 18. Gangguan sensibilitas
19. Gangguan syaraf otonom
1
B. PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN
Prinsip :
Untuk Mengikuti perkembangan tingkat kesadaran dapat digunakan skala koma glasgow yang memperhatikan tanggapan respon pasien terhadap rangsang dan memberikan nilai
pada respon tersebut. Tanggapan atau respon pasien yang perlu diperhatikan ialah : Respon Membuka mata Eye, Respon verbal V, dan respon motorik M.
Skala Glasgow Area Pengkajian
Nilai Membuka mata
Spontan 4
Terhadap bicara suruh pasien membuka mata 3
Dengan rangsang nyeri tekan pada syaraf supra orbita atau kuku jari 2
Tidak ada reaksi dengan rangsang nyeri pasien tidak membuka mata 1
Respon verbal bicara
Baik dan tidak ada disorientasi 5
Kacau Confused, dapat berbicara dalam kalimat, namun ada disorientasi waktu dan tempat 4
Tidak tepat dapat mengucapkan kata-kata, Namun tidak berupa kalimat atau tidak tepat
3 Mengerang tidak mengucapkan kata,
hanya mengeluarkan suara erangan 2
Tidak ada respon 1
Motor Response
Menurut perintah misalnya suruh pasien angkat tangan 6
Mengetahui lokasi nyeri 5
Berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan dengan jari pada supra orbita. Bila pasien mengangkat tangannya sampai melewati dagu untuk maksud
menepis rangsangan tersebut, berarti ia dapat mengetahui lokasi nyeri
Reaksi menghindar Withdraws 4
2
Reaksi fleksi dekortikasi Abnormal Flexion 3
Berikan rangsangan nyeri misalnya menekan dengan objek keras seperti ballpoint pada kuku jari, Bila sebagai jawaban siku memfleksi,
terdapat reaksi fleksi terhadap nyeri Reaksi ekstensi abnormal Abnormal extention desebrasi 2
Dengan rangsangan nyeri tersebut diatas, terjadi ekstensi pada siku. Ini selalu disertai fleksi spastic pada pergelangan tangan.
Tidak ada reaksi 1
harus dipastikan terlebih dahulu, bahwa rangsangan nyeri telah adekuat
C. PEMERIKSAAN RANGSANGAN MENINGEAL