Sejarah dan Botani Mentimun

10 terdapat pada permukaan daun yang mempengaruhi ciri spesifikasi dalam penyerapan Marschner, 1986. Bahan kutin dan pektin yang terkandung di dalam kutikula yang merupakan polimeriasasi dan polikondensasi asam -asam lemak. Struktur kutin yang membentuk spons dengan ruang antar molekul yang memungkinkan ion -ion melaluinya yang bersifat lipofilik, sedangkan pektin memiliki struktur yang lebih longgar dan bersifat hidrofilik. Bahan hemiselulosa pada dinding primer dan selulosa pada dinding sekunder yang terdapat pada dinding sel keduanya bersifat hidrofilik sehingga dinding sel sangat permeabel dalam penyerapan ion -ion yang masuk Franke, 1962 yang dikutip Hameimi, 1987. Penyarapan hara alternatif melalui plasmosdesmata yang merupakan bagian dari protoplasma, adalah penembusan dengan banyak lipatan -lipatan kecil berbentuk rongga. Fenomena penyerapan melalui daun berhubungan erat dengan lokasi dan jumlah ektodesmata. Ciri larutan hara, jenis unsur, ukuran molekul, dan pH merupakan faktor yang mempengaruhi penyerapan Franke, 1962 yang dikutip McVicker, et al., 1963. 2.4 Deskripsi Pupuk Organik Cair Pupuk organik cair dapat diklasifikasikan atas pupuk kandang cair, biogas, pupukcair dari limbah organik, pupuk cair dari limbah kotoran manusia, danmikroorganisme efektif Parnata, 2005. Pupuk organik cair yang merupakan keluaran effluent dari instalasi biogas baik digunakan untuk tanaman darat maupun tanaman air Capah, 2006. Pupuk organik yang baik memiliki beberapa 11 ciri yaitu N harus berada dalam bentuk persenyawaan organik, tidak meninggalkan sisa asam organik di dalam tanah, dan mempunyai persenyawaan C yang tinggi Sutedjo, 1995. Pupuk dalam bentuk cair ada yang bersifat organik. Kelebihan pupuk organik cair dibanding pupuk anorganik cair yaitu dapat secara cepat mengatasi defisiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat Mulyani, 1994. Pupuk organik cair mengandung hara makro dan mikro esensial N, P, K, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik. Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit, merangsang pertumbuhan cabang produksi, serta meningkatkan pembentukan bungadan bakal buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah. kelebihan dari pupuk daun, yaitu penyerapan hara berjalan lebih cepat dibandingkan pupuk yang diberikan lewat akar karena pupuk daun langsung diberikan pada tanaman. Hal tersebut membuat tanaman cepat menumbuhkan tunas dan dapat mengurangi kerusakan pada daerah perakaran akibat pemberian pupuk melalui tanah. Pada permukaan daun terdapat lapisan kutikula yang berperan dalam mengontrol kehilangan air dan penyerapan hara yang diberikan melalui daun. Lingga dan Marsono, 2004. Hasil penelitian Parman 2007, pemberian pupuk organik cair pada tanaman Solanum tuberosum diduga dapat mempercepat sintesis asam amino dan protein, 12 sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat dibanding tanpa dilakukan pemupukan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Rao 1994 dan Purwowidodo 1992 yang mengatakan bahwa kandungan unsur kalium dalam pupuk organik cair berperan penting dalam proses metabolisme tanaman, yaitu dalam sintesis asam amino dan protein dari ion-ion ammonium, serta berperan dalam memelihara tekanan turgor sehingga proses-proses metabolism berjalan baik dan menjamin kesinambungan pemanjangan sel. Menurut Harjadi 1996, adapun kelemahan dari pupuk daun atau pupuk organik cair ini adalah efek residu kurang sehingga pemberian harus lebih sering dilakukan. Menurut Lingga dan Marsono 2004, menyatakan bahwa pupuk daun memiliki kekurangan diantaranya adalah jumlah unsur yang diberikan terbatas, terutama pada daun dengan kutikula tebal, larutan pupuk daun yang disemprotkan cepat kering, pupuk daun juga mudah tercuci oleh air. Oleh karena itu diperlukan selang waktu yang tepat dalam pemberian pupuk organik cair agar ketersedian unsur hara bagi tanaman mentimun tersedia dalam jumlah yang optimum sehingga dapat memancu peningkatan pertumbuhan dan produksinya. 2.5 Peranan Selang Waktu Pupuk Organik Cair Lingga 2003 mengemukakan bahwa dalam penyemprotan pupuk daun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selain jenis pupuk daun yang digunakan, kandungan hara pupuk daun, konsentasi larutan yang diberikan, dan waktu penyemprotan. 13 Menurut Palimbungan et al. 2006 menyebutkan bahwa waktu aplikasi juga menentukan pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk melalui daun dengan selang waktu yang terlalu sering dapat menyebabkan konsumsi mewah, sehingga menyebabkan pemborosan pupuk. Sebaliknya, bila selang waktu pemupukan terlalu jarang tidak memberikan pengaruh. Tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan tanaman, dapat menyebabkan proses pembelahan, pembesaran dan pemanjang sel akan berlangsung dengan cepat mengakibatkan beberapa organ tanaman tumbuh dengan cepat. Sutedjo dan Kartasapoetra 1995 menambahkan pendapatnya bahwa kebutuhan tanaman terhadap unsur hara selama pertumbuhan dan perkembangan itu tidak sama dan membutuhkan waktu yang berbeda dan juga tidak sama banyaknya. Sehingga dalam pemupukan sebaiknya diberikan pada waktu atau pada saat tanaman memerlukan hara secara intensif agar pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan baik. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2014 sampai dengan Februari 2014, bertempat di lahan sawah milik warga di Desa Suka Banjar, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan.

3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah bibit mentimun hibrida F1 Harmony, pupuk

organik cair Mastofol Tristar 0,29 nitrogen, 225 ppm P 2 O 5 , 4,68 K 2 O 1,42 Na + Mg, Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo, Vitamin A, B1, B2, Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E, Vitamin K, Riboflaovin, Choline, Niacin, dan Carotein, pupuk kandang, tissue, batang bambu, dan air. Alat yang digunakan adalah bajakcangkul, sabit, timbangan, alat ukur dan alat tulis, kamera digital, piring, rol meter, tali rapiah, oven, jangka sorong, dan sprayer.

3.3 Metode Penelitian Penelitian disusun dengan rancangan acak kelompok RAK yang terdiri dari lima

taraf frekuensi pemupukan. Setiap taraf frekuensi pemupukan diulang sebanyak tiga kali sehingga mendapatkan 15 satuan percobaan, setiap satuan percobaan ada 15 empat tanaman. Homogenitas ragam diuji dengan uji Barlett dan aditivitas data di uji dengan uji Tukey jika asumsi anara terpenuhi dilanjutkan pemisahan nilai tengah faktor yang di uji dengan Polinomial Ortogonal pada taraf 5. Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan terhadap selang waktu pemupukan lanjutan dengan menggunakan pupuk cair Mastofol Trisrar dengan jadwal pemupukan sebagai berikut: F0 = Tidak diberikan POC; F4 = 4 hari sekali; F8 = 8 hari sekali; F12 = 12 hari sekali; F16 = 16 hari sekali. Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Keterangan : 1 = Tanaman ke satu 2 = Tanaman ke dua 3 = Tanaman ke tiga 4 = Tanaman ke empat 1 2 F8 3 4 1 2 F4 3 4 1 2 F12 3 4 1 2 F0 3 4 1 2 F16 3 4 1 2 F0 3 4 1 2 F8 3 4 1 2 F16 3 4 1 2 F12 3 4 1 2 F4 3 4 1 2 F4 3 4 1 2 F16 3 4 1 2 F0 3 4 1 2 F8 3 4 1 2 F12 3 4 Gambar 1. Tata Letak Percobaan 16 3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Persiapan Lahan Pengolahan Tanah Lahan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan sisa-tanaman untuk menekan serangan penyakit yang terbawa tanah. Kemudian tanah dicangkul hingga gembur, lalu olah tanah untuk kedua kalinya, yakni membentuk guludan-guludan dengan jarak antarguludan 100 cm, lalu pada guludan diberi pupuk dengan pupuk kandang 1 kglubang tanam, pupuk kandang tersebut dicampurkan merata dengan tanah. Kemudian, guludan-guludan diratakan kembali untuk ditanami benih mentimun. 3.4.2 Penanaman Bibit yang akan ditanam dipilih yang baik, yaitu tidak terserang hama dan penyakit, serta pertumbuhan tanaman seragam. Sebelum benih ditanam di lahan, benih terlebih dahulu dilakukan penyemaian mengunakan tisu yang diletakan di piring lalu di tutup dengan plastik hitam. Hal ini bertujuan untuk melihat daya kecambah dari benih tersebut selama tiga hari kemudian benih tersebut ditanam di lahan. Cara penanaman: a. lubang tanam dibuat dengan pada jarak 50 cm antarbarisan dan 50 cm dalam barisan; b. benih mentimun ditanam sebanyak satu-dua butir lubang tanam, kemudian ditutup dengan tanah tipis; c. lalu benih yang telah di tanam disiram. 17 3.4.3 Pemupukan Pemupukan menggunakan pupuk organik cair yang disemprotkan secara langsung ke tanaman yaitu tiga minggu setelah tanam. Penyemprotan dilakukan pukul 08.00 –09.00 wib, konsentrasi pupuk yang digunakan adalah 2 ml yang dicampurkan satuliter air. Penyemprotan atau spray dilakukan dengan selang waktu yang berbeda yaitu 4, 8, 12, dan 16 hari sekali, penyemprotan pupuk cair organik disesuaikan dengan usia tanaman tinggi tanaman banyak daun, semakin banyak daun pada tanaman timun maka semakin banyak juga volume pupuk cair yang disemprotkan. Dalam pengaplikasiannya untuk mencegah terjadi kontaminasi pemupukan dilakukannya penghalang seperti kardus agar pupuk tepat sasaran pada tanaman yang diinginkan dan dosis pemupukan per tanaman yang digunakan sesuai dengan usia tanaman. 3.4.4 Pemeliharaan Pada penelitian ini kondisi di lahan yaitu musim hujan sehingga tidak dilakukan penyiraman secara rutin. Setelah tanaman berumur 12 hari dilakukan pengajiran, agar tidak menganggu atau merusak perakaran tanaman mentimun. Fungsi ajir adalah merambatkan tanaman, memudahkan pemeliharaan, dan tempat menopang buah yang letaknya bergelantungan. Setiap tanaman dipasangi satu ajir yang posisinya tegak, atau menggabungkan empat buah turus yang diikat menjadi satu pada bagian ujung-ujung atasnya. Pengendalian gulma, rumput liar yang tumbuh disekitar tanaman disiang dengan kored dan juga dicabut menggunakan tangan. Hal ini bertujuan agar tidak ada 18 kompetisi atau perebutan hara oleh gulma terhadap tanaman. Setelah mentimun berumur dua bulan setelah tanam, buah mentimun sudah dapat di panen. Panen berikutnya dilakukan setiap dua hari sekali, pemanenan dilakukan dengan cara memotong tangkai buah dengan menggunakan alat bantu pisau tajam agar tidak merusak tanaman.

3.5 Variabel Pengamatan Variabel pengamatan yang dilakukan adalah:

a. Panjang Batang Pengukuran panjang batang utama, diukur mulai dari buku pertama pada tanaman sampai dengan titik tumbuh, pengukuran menggunakan meteran penjahit pakaian. b. Jumlah Daun Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun pada setiap tanaman sampel. c. Jumlah Bunga Betina Menghitung jumlah bunga betina dalam satu tanaman mentimun. Bunga betina dicirikan dengan adanya bakal buah pada pangkal bunga. Tujuan dari variabel pengamatan jumlah bunga betina yaitu untuk memprediksi hasil produksi buah per tanaman.