Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol

TRANSFORMASI UNSUR P DARI SP-36 DAN FOSFAT ALAM
PADA TANAH ULTISOL, ANDISOL DAN ENTISOL

SKRIPSI

Oleh :
YENNI PASARIBU
030303026 / ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

TRANSFORMASI UNSUR P DARI SP-36 DAN FOSFAT ALAM
PADA TANAH ULTISOL, ANDISOL DAN ENTISOL


SKRIPSI

Oleh :
YENNI PASARIBU
030303026 / ILMU TANAH

Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat
Melaksanakan Penelitian Di fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Komisi Pembimbing :

( Ir. Mukhlis, MSi )
Ketua

( Ir. Bintang Sitorus, MP )
Anggota

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

ABSTRACT

This research was coducted at soil fertilizer and chemical laboratory of
Agricultural Faculty of North Sumatera, Medan. This research aims to study when
P available in maxsimum content, before and after the availability of P in what
form of the application of SP-36 fertilizer and Rock Fosfat on Ultisol, Andisol and
Entisol soils based on the duration of incubation. This research applies Complete
Random Sampling with 3 treatment factor that consists of 2 types of fertilizer,
SP-36, Rock Fosfat and 3 types soils, Ultisol, Andisol, Entisol and 10 duration of
incubation 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45 days, with 3 repetition to obtain 180
experiment units. The measured parameters : P availability , pH H2O, Retention of
P, Al-P, Fe-P and Ca-P.
The results of research indicates that the maxsimum availability of P found

on 10 days after aplication at Ultisol, Andisol and Entisol soils. Before the
maximum availability of P, P was found in the form Fe-P, Ca-P, Retention P and
after the maximum availablity of P , P was found in the form of Al-P on Ultisol
soil. In Andisol soil , before the maximum availability of P, P was found in the
form of Al-P, Ca-P, Retention P and after the availability was found in the form of
Fe-P. While in Entisol soil, before the maximum availability of P, was found in
the form of Ca-P, Retention P, Al-P and after the availability was found in the
form of Fe-P.

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,Medan. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui kapan P-tersedia maksimum, sebelum dan sesudah tersedia P berada
dalam bentuk apa dari pemberian pupuk SP-36 dan Fosfat Alam pada tanah
Ultisol, Andisol dan Entisol menurut lamanya masa inkubasi. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 faktor perlakuan yang terdiri

dari 2 jenis pupuk yaitu SP-36 , Fosfat Alam dan 3 jenis tanah Ultisol, Andisol,
Entisol dan 10 masa inkubasi 0, 5, 10,15, 20, 25, 30, 35, 40, 45 hari dengan
3 ulangan sehingga diperoleh 180 unit percobaan. Parameter yang diukur adalah :
P-tersedia, pH H2O, Retensi-P, Al-P, Fe-P dan Ca-P.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa P-tersedia maksimum pada 10 hari
setelah aplikasi pada tanah Ultisol, Andisol dan Entisol. Bentuk P dari yang
terbesar hingga terkecil pada tanah Ultisol sebelum P-tersedia maksimum adalah
bentuk Fe-P, Ca-P, Retensi-P dan setelah tersedia P berada dalam bentuk Al-P .
Pada tanah Andisol sebelum P-tersedia secara maksimum, P berada dalam bentuk
Al-P, Ca-P, Retensi-P dan setelah tersedia berada dalam bentuk Fe-P. Pada tanah
Entisol sebelum P-tersedia maksimum, P berada dalam bentuk Ca-P, Retensi-P,
Al-P dan setelah tersedia berada dalam bentuk Fe-P.

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkat dan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

skripsi ini.
Skripsi berjudul “Transformasi Unsur P dari SP-36 dan Fosfat Alam
Pada Tanah Ultisol , Andisol dan Entisol” merupakan hasil penelitian tentang
unsur hara P dari pemberian pupuk SP-36 dan Fosfat Alam pada tanah Ultisol,
Andisol dan Entisol.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Mukhlis, MSi dan Ibu
Ir. Bintang Sitorus, MP selaku komisi pembimbing yang telah begitu banyak
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada bapak Ir. Fauzi, MP selaku moderator. Ungkapan terbesar
juga disampaikan kepada kedua orang tua Ayahanda Ridwan Pasaribu dan Ibunda
Lisdawati Pane, serta seluruh keluarga dan teman–teman atas segala do,a dan
perhatiannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
kelengkapannya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2008

Penulis


Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kisaran pada tanggal 30 Januari 1985 dari ayah
Ridwan Pasaribu dan Ibu Lisdawati Pane. Penulis merupakan putri kedua dari
delapan bersaudara.
Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 12 Medan dan pada tahun
2003 lulus seleksi masuk USU melalui jalur SPMB. Penulis memilih minat studi
Kimia dan Nutrisi Tanaman, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan pernah menjadi asisten Laboratorium
Analisis Tanah dan Tanaman, Anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA),
mengikuti pengajian Al-Bayan Departemen Ilmu Tanah FP USU.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Kebun Laras,
PTPN IV, Siantar.

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008


DAFTAR ISI

Hal
ABSTRACT..................................................................................................... i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................
Tujuan Penelitian ..............................................................................
Hipotesa Penelitian ...........................................................................
Kegunaan Penelitian .........................................................................

1
3
3

4

TINJAUAN PUSTAKA
Sifat dan Ciri Tanah
Ultisol.......................................................................................
Andisol .....................................................................................
Entisol ......................................................................................
Pupuk SP-36 dan Fosfat Alam ..........................................................
Kelarutan Fosfat Dalam Tanah .........................................................

5
7
9
11
13

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 17
Bahan dan Alat.................................................................................. 17
Metode Penelitian ............................................................................. 18

Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... 21
Parameter Yang Diamati ................................................................... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil .................................................................................................. 22
Pembahasan....................................................................................... 43

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ....................................................................................... 48
Saran.................................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

DAFTAR TABEL


No.

Teks

Hal

1. Interaksi Jenis Tanah Dengan Pupuk Terhadap P-Tersedia Tanah..............21
2. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap P-Tersedia Tanah ........22
3. Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap P-Tersedia Tanah 24
4. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap pH H2O Tanah..............25
5. Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap pH H2O Tanah.....27
6. Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Retensi-P Tanah ..................... .................28
7. Interaksi Pupuk Dengan Jenis Tanah Terhadap Al-P Tanah ..... .................29
8. Interaksi Pupuk Dengan Jenis Tanah Terhadap Fe-P Tanah ...... ................31
9. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap Fe-P Tanah . .................32
10. Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap Fe-P Tanah ..........34
11. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap Ca-P Tanah. .................35
12. Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Trhadap Ca-P Tanah............37
13. Perubahan bentuk P tanah Ultisol dari 0 sampai 15 hari masa inkubasi dari
tertinggi sampai terendah ........................................................... .................44

14. Perubahan bentuk P tanah Andisol dari 0 sampai 15 hari masa inkubasi
dari tertinggi sampai terendah.................................................... .................45
15. Perubahan bentuk P tanah Entisol dari 0 sampai 15 hari masa inkubasi dari
tertinggi sampai terendah ............................................................. ...............46

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

DAFTAR GAMBAR

No.

Teks

Hal

1. Fiksasi P dengan variasi pH TanaH ................................................ ......... .......14
2. Interaksi Jenis Tanah Dengan Pupuk Terhadap P-Tersedia Tanah... ................22
3. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap P-Tersedia Tanah ...............23
4. Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap P-Tersedia Tanah ......25
5. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap pH H2O ............ .................26
6. Interaksi Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap pH H2O.......27
7. Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Retensi-P Tanah ........................... .................28
8. Interaksi Pupuk Dengan Jenis Tanah Terhadap Al-P Tanah ........... .................30
9. Interaksi Pupuk Dengan Jenis Tanah Terhadap Fe-P Tanah ............. ...............32
10. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap Fe-P Tanah ......... ...............33
11. Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap Fe-P Tanah ................34
12. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap Ca-P Tanah......... ...............36
13. Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap Ca-P Tanah................37
14. Perubahan Bentuk P Pada Tanah Ultisol ........................................... ...............38
15. Perubahan Bentuk P Pada Tanah Andisol.......................................... ...............39
16. Perubahan Bentuk P Pada Tanah Entisol .......................................… ..............40

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Lampiran

Hal

1. ..Data Analisa Awal Tanah ...............................................................… ..............49
2. Hasil Pengukuran P-Tersedia Tanah................................................ .................50
3. Daftar Sidik Ragam P-Tersedia ....................................................... .................51
4. Hasil Pengukuran pH H2O Tanah .................................................... .................52
5. Daftar Sidik Ragam pH H2O Tanah................................................. .................52
6. Hasil Pengukuran Retensi-P Tanah................................................. ..................53
7. Daftar Sidik Ragam Retensi-P Tanah ............................................ …...............53
8. Hasil Pengukuran Al-P Tanah............................................................ ...............54
9. Daftar Sidik Ragam Al-P Tanah ...................................................... ................54
10. Hasil Pengukuran Fe-P Tanah.........................................................… ..............55
11. Daftar Sidik Ragam Fe-P Tanah .....................................................… ..............55
12. Hasil Pengukuran Ca-P Tanah ........................................................… ..............56
13. Daftar Sidik Ragam Ca-P Tanah.....................................................… ..............56

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Fosfor (P) merupakan unsur hara yang esensial bagi tanaman. Tanaman
membutuhkan unsur P untuk merangsang pertumbuhan akar, mempercepat serta
memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tua, membantu asimilasi dan
pernafasan serta mempercepat pembungaan (Blogpusri, 2007)

Jumlah unsur P dalam tanah relatif sedikit umumnya kurang dari 0,3 ppm
dan pergerakannya sangat lambat (Tisdale,et al,1985). Faktor yang mempengaruhi
unsur P antara lain : tipe mineral liat, pH tanah, waktu reaksi, ion Fe, Al dan Mn
larut . Ketersediaan P dalam tanah tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri.
Pada tanah masam bersenyawa dalam bentuk Al-P, Fe-P dan Occluded P.
Sedangkan pada tanah bereaksi basa , pada umumnya P bersenyawa sebagai Ca-P
(Foth, 1985).

Pemupukan P merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan P dalam
tanah. Sumber pupuk P yang umum dipakai di perkebunan adalah pupuk Fosfat
Alam dan pupuk TSP. Efektifitas Pupuk Fosfat Alam ternyata lebih tinggi pada
tanah–tanah masam dibandingkan dengan TSP. Setelah pupuk TSP tidak
dipasarkan maka sebagai penggantinya digunakan SP-36 dengan takaran yang
sama, meskipun tanggungan P2O5 pupuk SP-36 12% lebih rendah dibanding TSP
(Anonim, 2007)

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

Tanah Ultisol, Andisol dan Histosol merupakan tiga jenis tanah yang
mempunyai ciri dan sifat berbeda. Ketiga jenis tanah ini tersebar luas di Sumatera
Utara dan di usahakan dalam bidang pertanian. Tanah Ultisol merupakan tanah
dengan ciri kadar bahan organik rendah dan muatan variabel rendah, muatan
listrik rendah, KTK rendah. Pada umumnya tanah Ultisol sangat tercuci sehingga
kandungan basa-basa menjadi sangat rendah. Hal ini menyebabkan pH menjadi
sangat rendah sekali yang mengikat kadar Al bebas, sehingga memperbesar
bahaya toksisitas dan fiksasi fosfat. Tanah Andisol merupakan tanah bermuatan
variabel, muatan variabel Andisol di sebabkan liat amorf alofan dan liat
parakristalin imogilit yang dikenal memiliki muatan listrik dan KTK tinggi. Pada
tanah Andisol terjadi proses akumulasi bahan organik yang tinggi yang
disebabkan proses khelasi antara asam humik dan alofan (Tan, 2007). Menurut
Munir (1996) tanah Entisol memiliki sifat kimia antara lain KB bervariasi, pH
asam , netral sampai alkalin, KTK juga bervariasi baik untuk horizon
A maupun C, mempunyai nisbah C/N 60 % dengan kandungan
unsur hara rendah karena pencucian basa yang berlangsung intensif, sedangakan
kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat dan
sebahagian terbawa erosi.

Menurut Munir (1996) faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah
Ultisol adalah :

-

Bahan induk, Ultisol berkembang dari bahan induk tua ( terutama bahan
induk batuan liat).

-

Iklim, berkembang dengan curah hujan rata – rata 2500 – 3500 mm per
tahun, dan terdapat tiga bulan kering.

-

Tofografi pada daerah bergelombang sampai berbukit dengan ketinggian
3 m dpl.

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

-

Vegetasi, berupa hutan tropika basah , padang alang – alang dan
paku – pakuan.

Proses yang mempengaruhi pembentukan Ultisol adalah proses hancuran
iklim (pelapukan) kimia yang sangat intensif. Penghancuran yang sangat intensif
pada tanah Ultisol menyebabkan Ultisol mempunyai kejenuhan basa rendah.
Selain itu Ultisol mempunyai kendala pada kemasaman tanah, KTK yang rendah
yaitu kurang dari 24 me/100 g tanah, kandungan nitrogen rendah, fosfor dan
kalium rendah serta tingginya kelarutan Al, Fe dan Mn. Tingginya kelarutan Al,
Fe dan Mn menyebabkan P pada tanah terfiksasi, akibat terjadinya fiksasi maka P
pada tanah menjadi tidak tersedia (Munir, 1996; Buckman dan Brady, 1982).

Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan P dalam tanah adalah dengan
cara pemupukan. Karena Ultisol bersifat masam maka umumnya pupuk P yang
ditambahkan akan diubah menjadi bentuk besi fosfat dan aluminium fosfat.
Ultisol lebih banyak menambat fosfor dalam setiap satuan kandungan besi
(Sanchez,1992). Pada tanah masam, kelarutan Al dan Fe menjadi tinggi. Dengan
demikian, ion fosfat (H2PO4-, HPO42-, PO43-) akan segera terikat membentuk
senyawa P yang kurang tersedia bagi tanaman. Mula-mula senyawa ini bersifat
koloidal,

lambat

laun

menjadi

kristal

Varisit

(Al

PO4.

2H2O)

dan

Strengit (Fe PO4. 2H2O) . Dengan reaksi sebagai berikut :
Al3+

+ H2PO4- + 2H2O

Al PO4. 2H2O + 2 H+
( Varisit)

Fe3+

+ H2PO4- + 2H2O

Fe PO4. 2H2O + 2 H+
( Strengite)

(Nyakpa, dkk, 1988; Tisdale,et al, 1985).

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

Ultisol di Indonesi memiliki sebaran yang luas. Luas Ultisol di Indonesia
mencapai 24,3 % atau sekitar 45,794 juta ha. Di Sumatera Utara luas Ultisol yaitu
lebih kurang 1,549 juta ha, Ultisol termasuk tanah yang luas di Sumatera Utara
selain Inseptisol dan Andisol (Subagyo, dkk, 2000).

Andisol

Andisol berasal dari kata ando yang artinya tanah hitam. Andisol
merupakan tanah yang gembur, ringan dan porous, tanah bagian atasnya berwarna
hitam atau gelap, bertekstur sedang ( lempung, lempung berdebu), terasa licin
seperti sabun (smeary) apabila diraba dan dipilin, secara khusus terbentuk dari
bahan piroklastik yang kaya gelas volkan (Subagyo, dkk, 2000). Menurut
taksonomi tanah Andisol merupakan tanah yang memiliki sifat andik, yaitu
dengan kadar bahan organik kurang dari 25 % dan kandungan bahan amorf
(alofan dan imogolit, ferindrit atau senyawa kompleks Al-cukup tinggi).

Andisol adalah tanah yang berkembang dari bahan volkanik, tanah
Andisol yang berkembang dari abu vulkan, dirajai bahan-bahan amorf (alofan,
imigolit dan fraksi humus). Persoalan utama yang dihadapi adalah tingginya
kapasitas jerapan P, bahkan melebihi jerapan P oksida hidrat Al dan Fe. Hal ini
disebabkan karena bahan amorf mempunyai permukaan spesifik yang luas,
sehingga jerapan P lebih tinggi. Untuk dapat disebut tanah Andisol harus memiliki
sifat andik sekurang – kurangnya setebal 35 cm pada kedalaman 60 cm teratas
( Hardjowigeno,1993).

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

Andisol di Indonesia terletak pada daerah yang mempunyai ketinggian
0 – 3500 mdpl, dengan bentuk wilayah datar sampai bergunung serta dibawah
kondisi iklim tropika dan pada landscape volkanik muda. Andisol di Sumatera
Utara terbentuk dari andesito desit tuf dari lahar Gunung Sibayak dan
didepositkan pada daerah yang lebih rendah (Munir,1996).

Menurut Darmawijaya (1997) Horizon A1 pada Andisol berwarna kelam,
sangat poreus, sangat gembur, mengandung bahan organik antara 8% - 30%
dengan pH 4,5 -6. Pada horizon B2 berwarna kuning sampai coklat, tekstur
sedang, struktur gumpal dengan granulasi yang tak pulih, kandungan bahan
organik antara 2% - 8% dengan kapasitas pengikat air tinggi, terasa seperti sabun
jika diremas.Pada horizon C terbentuk gibsit dan oksida Al dan Fe dengan bahan
amorf terdiri dari atas plasma poreus isotropik. Dalam keluarga alofan,
penambatan terjadi dalam bentuk Aluminium fosfat karena tingginya kandungan
oksida aluminium dan rendahnya kandungan oksida besi pada andep yang asam
(Sanchez, 1992).

Luas tanah Andisol seluruhnya di Indonesia di perkirakan 5,39 juta ha,
atau sekitar 2,9 % wilayah daratan Indonesia. Berdasarkan urutan luasnya,
penyebaran Andisol yang cukup luas terdapat di Sumatera Utara yaitu
1,06 juta ha (Subagyo, dkk, 2000).

Entisol

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

Entisol ( recent – holosin berarti tanah mineral yang masih muda ). Tanah
baru diendapkan atau masih sedikit mengalami pelapukan, atau berasal dari tanah
sisa erosi. Tanah ini dibentuk dari sedimen vulkanik, batuan kapur dan
metamorfik (Subagyo, 2000; Anonim, 2006). Menurut Taksonomi Tanah, entisol
didefinisikan sebagai tanah yang memenuhi syarat bila regim suhu adalah mesi,
isomesik atau lebih panas dan pada waktu kering ditemukan retakan – retakan
sampai selebar 1 cm pada kedalaman 50 cm tapi pada kadar liat < 39 %, di
beberapa sub horison pada kedalaman < 50 cm dan salah satu syarat dari kriteria
berikut ini yaitu bahan sulfidik pada kedalaman < 50 cm dari permukaan tanah
mineral atau mempunyai horison penciri epipedon okhrik, albik, anthropik, histik
atau spodik pada kedalaman lebih dari 2 meter

Proses pembentukan Entisol menurut Hardjowigeno (1993) dipengaruhi
oleh iklim yang sangat kering sehingga proses pelapukan berjalan lambat, erosi
yang kuat sehingga mampu membawa bahan endapan lebih banyak dari yang
dibentuk melalui proses pedogenik, pengendapan terus – menerus, bahan induk
yang sukar melapuk dan tidak subur, selalu jenuh air atau tergenang dan waktu
pedogenik yang singkat.

Menurut Subagyo,dkk (2000) Entisol terdiri dari 5 sub ordo dan 4
diantaranya termasuk dalam tanah pertanian utama yaitu Aquent yaitu entisol
basah yang selalu jenuh air sehingga drainase terhambat, Fluvent terbentuk dari
bahan endapan di dataran banjir sungai, Psamment, entisol bertekstur pasir atau
berlempung dan Orthent yaitu entisol berpenampang dangkal atau tipis dan
berbatu di lereng – lereng curam.

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

Fluent dan dan aquent (tanah aluvial) terdapat di dataran – dataran banjir
pada lembah – lembah sungai dan didataran pantai yang menerima
endapan – endapn baru dari sungai dan didataran pantai. Tanah aquent jenuh air
dalam satu periode yang panjang dan dalam satu tahun dengan ciri khas dalam ,
berwarna abu – abu dan warna lainnya, tingkat kesuburannya bergantung pada
kandungan mineral dan bahan organik endapan aluvial asalnya (Nordin, 2006).

Kesuburan tanahnya bervariasi bergantung pada bahan induk dan
topografi. Bahan organik tanah ini juga bervariasi seperti pada aquent
kandungannya rendah sampai tinggi di semua lapisan , pada Psamments
kandungannya sangat rendah sampai rendah dan kandungan lapisan atas lebih
tinggi dari lapisan bawah. Reaksi tanah aquent biasanya masam sampai agak
masam (4,7 – 6,6), Fluvents dan Orthens, cenderung masam sampai agak masam
(5,0 – 6,5). Sedangkan Psamments, sangat masam sampai masam (pH 4,0 – 4,8).
Lapisan bawah umumnya lebih masam dari lapisan atas (Subagyo,dkk , 2000).

Aceh Tamiang memang kaya akan bahan-bahan mineral, antara lain
minyak dan gas bumi, batu gamping, dolomit, dan andesit. Bahan-bahan tambang
ini tersebar di kecamatan-kecamatan Aceh Tamiang. Bahan tambang yang sudah
diolah hanya minyak bumi dan dolomit (Retno, 2002).

Jenis tanah ini Entisol kebanyakan di temukan di Irian Jaya (5,6 juta ha),
Kalimantan Tengah (1,54 juta ha), Sumatera Selatan (1,27 juta ha) dan
Nusa Tenggara Timur (0,91 juta ha). Total jumlah Entisol di Indonesia

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

diperkirakan sekitar 18,0 juta ha atau sekitar 9,6% dari keseluruhan jenis tanah di
Indonesia (Anonim, 2006; Subagyo,dkk, 2000).

Pupuk SP-36 Dan Fosfat Alam

Pupuk P dikelompokkan dalam tiga kelompok berdasarkan kelarutannya
yaitu : (a) Pupuk P yang melarut kedalam asam keras (mengandung P2O5,
merupakan pupuk P yang lambat tersedia bagi keperluan tanaman) (b) Pupuk P
yang melarut dengan ammonium nitrat netral atau asam sitrun (mengandung P2O5,
merupakan pupuk yang mudah tersedia bagi keperluan tanaman) (c) Pupuk P yang
melarut dalam air (mengandung P2O5, juga merupakan pupuk P yang mudah
tersedia bagi tanaman) (Sutedjo, 2002).

Menurut Anonim (2002) pupuk SP-36 merupakan pupuk pilihan terbaik
untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara P karena keunggulan yang
dimilikinya :


Kandungan hara P dalam bentuk P2O5 tinggi yaitu sebesar 36%



Unsur hara P yang terdapat dalam pupuk SP-36 hampir seluruhnya larut
dalam air



Bersifat netral sehingga tidak mempengaruhi kemasaman tanah



Tidak mudah menghisap air, sehingga dapat disimpan cukup lama dalam
kondisi penyimpanan yang baik



Dapat dicampur dengan Pupuk Urea atau pupuk ZA pada saat penggunaan

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

Bahan pembentuk pupuk SP-36 tidak berbeda dengan yang dipergunakan
dalam pembentukan engkel fosfat, hanya kandungan gips dan kadar P2O5 lebih
rendah yaitu sekitar 36 – 38 % (Sutedjo, 2002).

Beberapa sifat Pupuk Fosfat Alam adalah:


Kadar P dalam bentuk P2O5 berkisar antara 27 – 41% .



Tidak larut dalam air atau asam sitrat dan hanya larut dalam asam keras.



Tidak higroskopis



Reaksi fisiologisnya netral



Dapat bereaksi hanya dalam kondisi yang asam

(Setyamidjaja,1986).

Pupuk fosfat alam tersebar di wilayah Indonesia. Akan tetapi pupuk fosfat
alam mempunyai banyak kekurangan yaitu kelarutan yang rendah dibanding
pupuk buatan lainnya, sehingga tidak dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman.
Untuk meningkatkan kelarutan fosfat alam digunakan dengan aplikasi
bioteknologi sehingga pemupukan fosfat

akan menjadi lebih efisien

(Anonim, 1987).

Meskipun hampir semua pupuk P dihasilkan dari fosfat alam, tetapi
penggunaan fosfat alam secara langsung sebagai pupuk masih sangat terbatas.
Bahkan pada beberapa negara fosfat alam belum dimasukkan dalam daftar pupuk
baik dalam perundang–undangan maupun dalam statistik penggunaan pupuk
(Sediyarso, 1999).

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

Menurut Eliza (2004) Fosfat Alam China lebih baik digunakan untuk
peningkatan P- tersedia pada tanah Ultisol dan Histosol, sedangkan fofat alam
Crismast Island pada tanah Andisol.

Kelarutan P Dalam Tanah

Di dalam tanah P berbentuk organik dan anorganik. P organik dan P
anorganik merupakan sumber utama P bagi pertumbuhan tanaman. Tetapi,
ketersediaannya diatur oleh sifat tanah dan kondisi lingkungan. Kandungan P
organik sangat berbeda – beda yaitu antara 20 – 80 %, tergantung pada bahan
organik tanah dan perbandingan C/Pnya. P organik dapat ditemukan pada humus
atau materi organik lainnya (Indranada, 1985; Schulte dan Kelling, 1996).

Menurut Datta, et al (1990) P anorganik tanah dapat di klasifikasikan
menjadi 4 bagian :


Besi fosfat (Fe-P)



Aluminium fosfat (Al-P)



Kalsium fosfat (Ca-P)



Reductant- soluble atau Fe-P dan Al-P occluded

Semua bentuk P tersebut ada dalam semua jenis tanah, tetapi Al-P dan Fe-P lebih
dominan pada tanah masam.

Bentuk P anorganik yang ada dalam tanah bergantung pada tingkat
pelapukan kimianya. Jika bagian kalsium fosfat berkurang karena pelapukan
kimia maka bagian besi fosfat akan bertambah (Sanchez, 1992).

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

Perubahan suatu bentuk P kebentuk yang lain terutama diatur oleh pH.
Bila tanah asam, aktivitas besi dan aluminium meningkat dan kalsium fosfat yang
dapat larut diubah menjadi aluminium fosfat dan besi fosfat yang tidak dapat larut.
Proses ini cukup lambat untuk memungkinkan terdapat jumlah kalsium fosfat
yang banyak dalam tanah asam dengan nilai dibawah pH 5,5 (Sanchez, 1992).
Penelitian Toisuta (1999) menyatakan bahwa bila pupuk fosfat diberikan kedalam
tanah dan dilakukan inkubasi maka akan dapat menurunkan pH secara kuadratik
mencapai pH 4,7 pada masa 10 minggu inkubasi.

Ion fosfat yang diperuntukkan bagi tanaman tingkat tinggi sebagian besar
ditentukan pH tanah . Jika pH tinggi P yang mudah larut ialah dalam bentuk
H2PO4-. Kalau pH menurun menjadi sedikit atau cukup asam , bentuk ion ialah
HPO4= dan H2PO4-. Sedangkan jika keberadaan dalam bentuk sangat asam
sebagian besar fosfor dalam bentuk H2PO4-. P organik terlebih dahulu mengalami

Distribusi

(%)

mineralisasi agar bisa dimanfaatkan tanaman (Sarief,1984).

Fiksasi P oleh
Aluminium dan
Besi

Fiksasi P
oleh
Kalsium

P- Tersedia
pH Tanah

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

Gambar 1. Gambar Fiksasi P dengan variasi pH (Anonim, 2003).
Pada tanah masam (pH 7,2 ) fosfor difiksasi terutama oleh kasium. P
tersedia maksimum dapat dilihat pada gambar di atas. Tanah Indonesia cenderung
masam, jadi fiksasi oleh Al dan Fe lebih dominan. Pada tanah yang lebih masam
fiksasi oleh Al dan Fe, dan derajat fiksasi P menjadi lebih besar. Diperkirakan
lebih dari 90% pupuk yang ditambahkan terfiksasi pada tanah massam. Kisaran
pH tanah dimana P tersedia maksimum yaitu berada diantara 6 dan 7
(Anonim, 2003).

Menurut Nyakpa, dkk (1988), semakin lama P bersentuhan dengan tanah
maka semakin banyak P terfiksasi sehingga terbentuk Al-P atau Fe-P yang sukar
larut dan bersifat occluded (P yang terkepung).

Pada tanah–tanah tropika umumnya mengalami intensitas pelapukan
tinggi, bentuk–bentuk

P–terfiksasi

dapat terselubung (occluded) oleh

oksida – oksida Fe dan Al membentuk P-terselubung yang kelarutannya sangat
rendah. Hal ini kemudian menyebabkan pada tanah – tanah tua ( seperti Oksisol
dan Ultisol ) ketersediaan P menjadi sangat rendah , meskipun kadangkala total
kandungan P-nya tinggi (Hanafiah, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh
Sinuhaji (2003) menunjukkan hubungan antara P-tersedia dengan retensi P adalah
dengan meningkatnya P tersedia maka Retensi P semakin menurun. Hal ini
disebabkan karena semakin berkurangnya fosfat yang terikat oleh Al dan Fe di
dalam tanah.

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

BAHAN DAN METODE

Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian di lakukan di Laboratorium Kimia Kesuburan Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dimulai pada Maret 2007 hingga
Selesai.

Bahan Dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008



Bahan Tanah Ultisol (Hapludult) (Tanah Abang, Galang), Andisol
(Melanudand)

(Kuta

Gadung,

Brastagi),

Entisol

(Thapto-histic

Fluvaquent) (Pulo Tiga, Aceh Tamiang) sebagai objek yang akan diteliti.


Pupuk Fosfat Alam China (32,33% P2O5) , Pupuk SP-36 (36% P2O5)
dosis 300 ppm sebagai sumber pupuk P.



Bahan–bahan kimia untuk keperluan analisis.



Aquades untuk menyiram tanah dalam keadaan kapasitas lapang.

Alat yang digunakan dalam penelitian :


Pot plastik sebagai wadah tanah.



Cangkul untuk mengambil tanah



Timbangan untuk menimbang bahan



Ayakan 10 mesh untuk mengayak tanah



Alat–alat laboratorium lainnya untuk keperluan analisis

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap ( RAL) faktorial
dengan menggunakan 3 faktor perlakuan dan 3 ulangan sebagai berikut
• Faktor I Pupuk terdiri dari dua jenis :

S

= SP-36

P = Fosfat Alam
• Faktor II tanah terdiri dari tiga jenis

: U = Ultisol
A = Andisol
E = Entisol

• Faktor III lamanya waktu inkubasi yaitu :

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

W0 = 0 hari masa inkubasi
W1 = 5 hari masa inkubasi
W2 = 10 hari masa inkubasi
W3 = 15 hari masa inkubasi
W4 = 20 hari masa inkubasi
W5 = 25 hari masa inkubasi
W6 = 30 hari masa inkubasi
W7 = 35 hari masa inkubasi
W8 = 40 hari masa inkubasi
W9 = 45 hari masa inkubasi

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuannya sebagai berikut :
SUW0

SAW0

SEW0

PUW0

PAW0

PEW0

SUW1

SAW1

SEW1

PUW1

PAW1

PEW1

SUW2

SAW2

SEW2

PUW2

PAW2

PEW2

SUW3

SAW3

SEW3

PUW3

PAW3

PEW3

SUW4

SAW4

SEW4

PUW4

PAW4

PEW4

SUW5

SAW5

SEW5

PUW5

PAW5

PEW5

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

SUW6

SAW6

SEW6

PUW6

PAW6

PEW6

SUW7

SAW7

SEW7

PUW7

PAW7

PEW7

SUW8

SAW8

SEW8

PUW8

PAW8

PEW8

SUW9

SAW9

SEW9

PUW9

PAW9

PEW9

Model Linier Rancangan Acak Lengkap :
Yijkl

=

+ i+

j

+ k+(

)ij + (

)jk + (

)ik + (

)ijk + ijkl

Dimana :
Yijkl

= Nilai pengamatan pada suatu percobaan yang memperoleh perlakuan
jenis tanah taraf ke-i, pupuk posfat taraf ke-j, waktu inkubasi taraf
ke-k, ulangan taraf ke-l
= Nilai tengah umum

i

= Pengaruh jenis tanah taraf ke-i

j

= Pengaruh pupuk fosfat taraf ke-j

k

= Pengaruh waktu inkubasi taraf ke-k

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

(

)ij

= Pengaruh interaksi penggunaan jenis tanah taraf ke-i dan pupuk fosfat
taraf ke-j

(

)jk

= Pengaruh Interaksi pupuk pada taraf ke-j dan waktu inkubasi taraf
ke-k

(

)ik

= Pengaruh interaksi penggunaan jenis tanah taraf ke-i dan waktu
inkubasi taraf ke-k

(

)ijk = Pengaruh interaksi antara jenis tanah taraf ke-i, pupuk fosfat taraf
ke-j dan waktu inkubasi taraf ke-k
ijkl

= Pengaruh galat percobaan yang mendapat prlakuan jenis penggunaan
tanah taraf ke-i, penggunaan pupuk fosfat taraf ke-j dan waktu
inkubasi taraf ke-k.

Pelaksanaan Penelitian

a.

Pengambilan Dan Penanganan Contoh Tanah
Contoh tanah diambil secara komposit pada kedalaman 0-20 cm, kemudian

dikering udarakan dan dihaluskan dengan menggunakan ayakan 10 mesh
selanjutnya dilakukan analisis awal yang meliputi kadar air (%KA), Kapasitas
Lapang (%KL), tekstur , pH , Aldd, KTK dan P- tersedia.
b.

Persiapan media inkubasi
Tanah yang telah diayak dimasukkan kedalam pot setara dengan

150 g BTKO
c.

Pemberian Perlakuan

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

Setelah tanah dimasukkan kedalam pot, lalu di beri pupuk SP-36 dan fosfat
alam dengan dosis masing – masing 300 ppm untuk semua perlakuan.

Parameter yang diamati

Adapun parameter yang diamati :
- P tersedia tanah metode Bray II pada 0 sampai 45 hari setelah aplikasi pupuk
- Retensi P metode Blackmore pada 0 sampai 15 hari setelah aplikasi pupuk
- Fraksionasi Fosfat (Al-P, Fe-P, Ca-P) pada 0 sampai 15 hari setelah aplikasi
pupuk
- Pengukuran pH metode Elektromerti 0 sampai 15 hari

setelah aplikasi

pupuk

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
P- Tersedia Tanah
Dari hasil uji statistik pada tabel lampiran 3 diperoleh bahwa perlakuan jenis
tanah, jenis pupuk dan waktu inkubasi berpengaruh sangat nyata pada P tersedia
tanah. Interaksi jenis tanah dengan pupuk, interaksi pupuk dengan waktu inkubasi
dan interaksi jenis tanah denga waktu inkubasi juga berpengaruh sangat nyata
terhadap P tersedia tanah.
Tabel 1. Interaksi Jenis Tanah Dengan Pupuk Terhadap P-Tersedia
Pupuk

Ultisol

Andisol

Entisol

……………………….…….ppm………………………….
SP-36
Fosfat Alam

8,52 a AB

6,22 de CD

8,19 ab AB

5,76 e D

6,93 cd CD

7,40 bc BC

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada = 0,05 dan = 0,01 menurut DMRT
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa P-tersedia tanah Ultisol tertinggi pada
perlakuan Ultisol dengan SP-36 sebesar 8,52 ppm dan terendah pada perlakuan
Ultisol dengan Fosfat Alam sebesar 5,76 ppm. Pada tanah Andisol P-tersedia
tertinggi pada perlakuan Andisol dengan Fosfat Alam sebesar 6,93 ppm dan
terendah pada perlakuan Andisol dengan SP-36 sebesar 6,22 ppm. Pada tanah
Entisol P-tersedia tertinggi yaitu pada perlakuan Entisol dengan SP-36 sebesar
8,19 ppm dan yang terendah pada perlakuan Entisol dengan Fosfat Alam sebesar
7,40 ppm. Interaksi jenis tanah dengan pupuk terhadap P-tersedia dapat dilihat
pada gambar berikut :

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

P-Tersedia (ppm)

9
8
7
6
5
4
3

SP-36
Fosfat Alam

2
1
0
Ultisol

Andisol

Entisol

Jenis Tanah

Gambar 2. Interaksi Jenis Tanah Dengan Pupuk Terhadap P-Tersedia Tanah
Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa P-Tersedia tanah tertinggi pada tanah
Ultisol dibanding Andisol dan Entisol. Pada tanah Ultisol pupuk SP-36 lebih
mudah menyediakan P dibandingkan dengan Fosfat Alam. Sedangkan pada tanah
Andisol dan Entisol antara pupuk SP-36 dan Fosfat Alam tidak berbeda nyata
dalam penyediaan unsur P.
Tabel 2. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap P-Tersedia
Masa Inkubasi (hari)

SP-36

Fosfat Alam

……………………..….ppm…………………..….
0

5,59 efg D

6,09 efg C

5

7,73 cde C

8,17 bcd BC

10

13,80 a

A

9,77 b

B

15

6,46 ef

C

5,96 efg

D

20

9,29 bc

B

7,74 cde

BC

25

7,35 e

C

6,05 efg

C

30

5,01 fg

D

4,63 g

D

35

7,67 e

BC

7,68 cde

BC

40

6,29 efg C

6,09 efg

D

45

6,31 efg C

4,77 fg

D

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada = 0,05 dan = 0,01 menurut DMRT

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa P-tersedia tertinggi pada perlakuan SP-36
dengan 10 hari masa inkubasi sebesar 13,80 ppm dan terendah pada 30 hari masa
inkubasi sebesar 5,01 ppm. Sedangkan pada perlakuan Fosfat Alam P-tersedia
tertinggi yaitu pada 10 hari masa inkubasi sebesar 9,77 ppm dan yang terendah
pada 30 hari masa inkubasi sebesar 4,63 ppm. Interaksi pupuk dengan waktu
inkubasi terhadap P-tersedia dapat dilihat pada gambar berikut :
16
P-Tersedia (ppm)

14
12
10

SP-36

8

Fosfat Alam

6
4
2
0
0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Masa Inkubasi (hari)

Gambar 3. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap P-Tersedia Tanah
Dari gambar 3 dapat dilihat pada 0 hari inkubasi, P-tersedia tanah pada
pemberian Fosfat Alam lebih tinggi dibandingkan dengan SP-36. Sedangkan pada
hari ke-10 masa inkubasi P-tersedia tanah Fosfat Alam menjadi lebih rendah
dibandingkan SP-36. Pemberian SP-36 pada 10 hari masa inkubasi menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Dari grafik dapat dilihat pada setiap hari masa
inkubasi menunjukakan nilai P-tersedia yang menurun dan meningkat.

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

Tabel 3. Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap P-Tersedia
Masa Inkubasi (hari)

Ultisol

Andisol

Entisol

……………..……….…ppm……..…….……………..…
0

4,92 f

5

5,39 ef E

7,77 d D

10,69 bc BC

10

12,59 b AB

8,22 d CD

14,53 a

A

15

6,41 e

6,34 e

5,88

e

D

20

8,85 cd C

8,2

8,51

d

C

25

8,04 d D

6,31 e

D

5,76

e

DE

30

5,08

4,52 f

E

4,86

f

E

35

7,29 de D

7,58 d D

8,15

d

D

40

6,35 e

D

6,62 e

D

5,53

e

D

45

6,46

D

4,33 f

E

6,31

e

D

f

e

E

D

E

5,87 e

D

D

d CD

6,72

e

D

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada = 0,05 dan = 0,01 menurut DMRT
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa P-tersedia tanah Ultisol tertinggi pada 10
hari masa inkubasi waktu inkubasi sebesar 12,59 ppm dan yang terendah pada 0
hari masa inkubasi sebesar 4,92 ppm. P-tersedia tanah Andisol tertinggi pada 10
hari masa inkubasi sebesar 8,22 ppm dan yang terendah pada 45 hari masa
inkubasi sebesar

4,33 ppm. Sedangkan pada tanah Entisol P-tersedia tertinggi

pada 10 hari masa inkubasi sebesar 14,53 ppm dan yang terendah pada 30 hari
masa inkubasi sebesar 4,86 ppm. Interaksi jenis tanah dengan masa inkubasi
terhadap P-tersedia dapat dilihat pada gambar berikut :

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

16
P-Tersedia (ppm)

14
12
10

Ultisol

8

Andisol

6

Entisol

4
2
0
0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Waktu Inkubasi (hari)

Gambar 4. Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap P-Tersedia
Dari gambar 4 dapat dilihat pada ketiga jenis tanah masing-masing Ultisol,
Andisol, dan Entisol, P-tersedia maksimum pada hari ke-10 masa inkubasi. Tetapi
pada tanah Andisol P-tersedia tertingi terjadi 2 kali, yaitu pada hari ke-10 dan 20
masa inkubasi.

pH H2O
Pada parameter pH H2O, Retensi- P, Al-P, Fe-P dan Ca-P dilakukan hanya
pada 0 hari sampai hari ke 15. Hal ini di karenkan pada hari ke 10 nilai P tersedia
sudah pada kondisi yang maksimum (dapat dilihat pada gambar 4).Dari hasil uji
statistik pada tabel lampiran 5 diperoleh jenis tanah dan masa inkubasi
berpengaruh sangat nyata dan perlakuan pupuk berpengaruh tidak nyata terhadap
pH tanah. Interaksi pupuk dengan masa inkubasi serta interaksi jenis tanah dengan
masa inkubasi berpengaruh sangat nyata meningkatkan pH tanah.

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

Tabel 4. Interaksi Pupuk Dengan Masa Inkubasi Terhadap pH Tanah
Masa Inkubasi (hari)

SP-36

Fosfat Alam

0

4,79 a

A

4,68 a B

5

4,29 c

D

4,51 b BC

10

4,35 bc CD

4,31 c CD

15

4,31 c CD

4,30 c D

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada = 0,05 dan = 0,01 menurut DMRT
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pH H2O pupuk SP-36 tertinggi pada 0 hari
masa inkubasi yaitu 4,79 dan terendah pada 5 hari masa inkubasi yaitu 4,29. pH
H2O pupuk Fosfat Alam tertinggi pada 0 hari masa inkubasi yaitu 4,68 dan
terendah pada 15 hari masa inkubasi yaitu 4,30. Interaksi jenis pupuk masa waktu
inkubasi terhadap pH H2O dapat dilihat pada gambar berikut :
4,9

pH H2O Tanah

4,8
4,7
4,6

SP-36

4,5

Fosfat Alam

4,4
4,3
4,2
0

5

10

15

Masa Inkubasi (hari)

Gambar 5. Interaksi Pupuk Dengan Waktu Inkubasi Terhadap pH H2O
Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa pada masa inkubasi 0 hari pH pupuk
SP-36 dan Fosfat Alam lebih tinggi dari hari berikutnya. pH H2O pada pupuk
SP-36 mengalami penurunan dan peningkatan pada tiap hari inkubasi, dan yang
terendah pada 5 hari masa inkubasi. Sedangkan pada Fosfat Alam pH H2O

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

mengalami penurunan pada tiap hari masa inkubasi sampai yang terendah yaitu
pada hari ke- 15 masa inkubasi.
Tabel 5. Tabel Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap pH H2O
Masa Inkubasi (hari)

Ultisol

0

4,49 c

5

Andisol
C

Entisol

5,48 a

A

4,24 de CD

4,32 cd CD

5,06

b

B

3,82 fg

EF

10

4,08 e

5,21

b

B

3,70 fg

F

15

4,05 ef F

DE

5,23 b B

3,63 g G

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada = 0,05 dan = 0,01 menurut DMRT
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa pada tanah Ultisol pH H2O yang tertinggi
pada masa inkubasi 0 hari yaitu 4,49 dan yang terendah pada 15 hari masa
inkubasi yaitu 4,05. Pada tanah Andisol pH H20 tertinggi pada 0 hari masa
inkubasi yaitu 5,48 sedangkan yang terendah pada 5 hari masa inkubasi yaitu
5,06. Pada tanah Entisol pH H2O yang tertinggi pada 0 hari masa inkubasi yaitu
4,24 dan yang terendah pada hari ke-15 masa inkubasi yaitu 3,63. Dari tabel 5
dapat dilihat bahwa pH H2O tanah yang tertinggi pada secara berurutan yaitu
Andisol, Ultisol dan

Entisol. Interaksi jenis Tanah Dengan Waktu Inkubasi

Terhadap pH H2O dapat dilihat pada gambar berikut :

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam Pada Tanah Ultisol, Andisol dan Entisol, 2008
USU Repository © 2008

6

pH H2O Tanah

5
4

Ultisol

3

Andisol
Entisol

2
1
0
0

5

10

15

Masa Inkubasi (hari)

Gambar 6. Gambar Interaksi Jenis Tanah Dengan Masa Inkubasi Terhadap pH
H2O
Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa pH H2O tanah Andisol lebih tinggi dari
pada tanah Ultisol dan Entisol dari 0 sampai 15 hari masa inkubasi.

Retensi-P
Dari hasil uji statistik pada tabel lampiran 7 diperoleh hanya perlakuan
jenis tanah berpengaruh sangat nyata terhadap retensi- P tanah.
Tabel 6. Tabel Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Retensi-P Tanah
Jenis Tanah

Retensi-P Tanah
………………...…%...................................

Ultisol

19,41

c

C

Andisol

67,51

a

B

Entisol

55,50

b

A

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada =0,05 dan = 0,01 menurut DMRT
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa retensi-P tertinggi terdapat pada tanah
Andisol sebesar 67,51 %, sedangkan retensi-P terendah pada tanah Ultisol sebesar
19,41 %. Pada tanah Entisol retensi-P sebesar 55,50%. Pengaruh jenis tanah
terhadap retensi-P tanah dapat dilihat pada gambar berikut :

Yenni Pasaribu : Transformasi Unsur P Dari SP-36 Dan Fosfat Alam