Perencanaan Pengelolaan Lahan Usahatani Menuju Pertanian Berkelanjutan di Daerah Tangkapan Air Danau Barong Kalimantan Timur

PERENCANAAN PENGELOLAAN LAHAN
USAHATANI MENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN
DI DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU BARONG
KALIMANTAN TIMUR

OLEH :
SUTRISNO

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
SUTRISNO. Perencanaan Penggunaan Lahan Berkelanjutan ~ a d aDaerah
Tangkapan Air Danau Barong Kalimantan Timur. Dibimbing oleh NAIK
SINUKABAN sebagai Ketua dan HIDAYAT PAWITAN sebagai Anggota.
Untuk menjaga keberlanjutan usahatani maka diperlukan perencanaan
yang baik, sehingga kegiatan pertanian yang dilakukan tidak berdampak negatif
terhadap lingkungan dan tetap menjaga agar pendapatan petani tetap tinggi. Erosi,
sedimentasi, banjir dan rendahnya pendapatan petani merupakan fenomena yang
disebabkan oleh pengelolaan lahan yang kurang tepat. Perencanaan pengelolaan

lahan dalam lingkup DAS merupakan suatu upaya untuk menekan dampak negatif
tersebut.
Perencanaan pengelolaan lahan dibuat menurut kondisi spesifik wilayah
yang didasarkan atas kajian kondisi biofisik dan sosial ekonomi, meliputi :
kesesuaian penggunaan lahan dengan kelas kemampuannya, pola tanam, erosi
tanah yang ditimbulkan dari kegiatan pertanian serta pendapatan petani.
Penelitian ini dilakukan untuk membuat perencanaan pengelolaan lahan
usahatani, yang berisi alternatif-alternatif pengelolaan lahan yang dapat diterapkan
di wilayah tersebut, sesuai daya dukung lahan (kemampuan lahan), minim erosi
dan dapat meningkatkan pendapatan petani, sehingga usahataninya berkelanjutan.
Penelitian dilaksanakan di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Barong, Sub
DAS Mahakam Kalimantan Timur, melalui interpretasi peta, penelitian lapangan,
penelaahan data skunder, pengambilan contoh tanah dan sosial serta analisis
sampel tanah di laboratorium. Perencanaan pengelolaan lahan dilakukan melalui
empat tahap yaitu : k l a s i f h i kemarnpuan lahan menggunakan kriteria Klingebiel
dan Montgomery (1973) yang d i m o d i f h i oleh Arsyad (1989), prediksi erosi
menggunakan model USLE, analisis biaya dan pendapatan serta pertimbangan
sosial dan pembuatan rekomendasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan dan penutupan lahan di
lokasi penelitian meliputi : semak belukar, ladang (hurna), hutan, kebun karet,

pemukiman dan kebun campuran serta sawah. Selama periode tahun 199 1 - 200 1
terjadi perubahan penggunadpenutupan lahan melalui perluasan tanaman karet
dan menyebabkan penyempitan lahan ladang (huma), semak belukar dan hutan
sebesar 21,36 % dari luas total Daerah Tangkapan Air atau seluas 2.1 19 ha.
Penggunaan lahan pada tahun 2001 masih didominasi oleh semak belukar (3.865
ha atau k 40 % dari luas DTA) yang merupakan lahan yang tidak atau belum
diusahakan.
Kemampuan lahan di lokasi penelitian terutama pada plot I dan plot I1
tergolong kelas I11 sarnpai VII dengan faktor pengharnbat umumnya berupa
kelerengan. Dari 21 titik pengamatan penggunaan lahan yang dijadikan contoh,
menunjukkan bahwa sejumlah 9 satuan penggunaan lahan adalah tidak sesuai
dengan kemampuannya. Hal ini disebabkan karena pengelolaan lahan pertanian
yang kurang tepat dan belum memadahinya penerapan teknik konservasi tanah.
Kegiatan pertanian menurut pengelolaan lahan aktual, tercatat bahwa
sejurnlah 19 satuan lahan contoh berdampak menimbulkan erosi (E) yang lebih
besar dari erosi yang diperbolehkan (TSL). Faktor penyebabnya adalah lereng

(faktor LS), pola tanam yang kurang tepat dan belum diterapkannya teknik
konservasi tanah dan air.
Berdasarkan analisis biaya dan pendapatan usahatani terhadap pola aktual

menunjukkan bahwa pola tanam aktual tersebut tidak dapat direkomendasikan
karena pendapatan yang diperoleh tidak layak untuk memenuhi kebutuhan hidup
petani dan keluarga (tidak sustainable).
Alternatif pengelolaan lahan yang direkomendasikan adalah : (a) lahan
kelas 111 : ladang (tanaman semusim) dengan teras gulud dan mulsa sisa tanaman
2 tonha; (b) lahan kelas IV : tanaman semusim dengan teras gulud dan mulsa
sisa tanaman k 4 tonha menurut pola turnpangsari dan tumpang gilir atau kebun
karet dengan tanaman nenas antar jalur tanarn untuk optimalisasi lahan dan
menekan laju erosi; (c) lahan kelas VI : tanaman tahunan (karet + nenas) atau
kebun campuran disertai penerapan teras individu dengan mulsa sebagai penutup
tanah; dan (d) lahan kelas VII : digunakan sebagai area konservasi atau dapat juga
dengan sistem lembo atau kebun campuran kerapatan tinggi dengan penerapan
teras bangku konstruksi baik dan mulsa sebagai penutup tanah.

+

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan tesis dengan judul :
PERENCANAAN PENGGELOLAAN LAHAN USAHATANI
MENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN DI DAERAH

TANGKAPAN AIR DANAU BARONG KALIMANTAN
TIMUR.
Adalah merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
Sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.

gfi

Bo r, 15 Maret 2002

r

~ R I S *
NRP.99309lDAS

PERENCANAAN PENGELOLAAN LAHAN
USAHATANI MENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN
DI DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU BARONG
KALIMANTAN TIMUR


SUTRISNO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

: Yerencanaan Pengelolaan Lahan Usahatani

Menuju Pertanian Berkelanjutan di Daerah
Tangkapan Air Danau Barong Kalimantan
Timur
Nama


: Sutrisno

NRP

: 99309

Program Studi

: Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Menyetujui,
1. Kornisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, M.Sc.
Ketua

Mengetahui,

Tanggal Lulus : 1 April 2002


Dr. Ir. Hidayat Pawitan
Anggota

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Kutai provinsi Kalimantan Timur pada
tanggal 20 September 1975, merupakan anak kelima dari enam bersaudara
pasangan dari ayah H. Solikhin dan ibu Hj. Rukamah.
Pendidikan Sarjana ditempuh di Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian Universitas Mulawarman, lulus tahun 1998. Setahun kemudian yaitu
pada tahun 1999 melanjutkan studi pada Program Studi Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai, program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Dalam menyelesaikan pendidikan program Strata-1 penulis melaksanakan
Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Sumalindo Lestari Jaya Site I Kecamatan
Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara, melakukan penelitian untuk menulis skripsi
di Divisi Lingkungan PT. Kelian Equatorial Mining (KEM) Site Prampus
Kabupaten Kutai Barat, pernah bekerja sebagai anggota team peneliti bidang
biofisik pada PPLH Unrnul dan pernah bekerja sebagai pemandu lapang pada
Proyek Pengembangan Agribisnis dan Hortikultura (P2AH) Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Kabupaten Kutai Kartanegara hingga bulan Agustus 1999 dan

tergabung sebagai staf dosen Universitas Widyagama Mahakam Samarinda
Kalimantan Timur.

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. 'Penelitian ini
dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Juli 2001 dengan judul "Perencanaan
Pengelolaan Lahan Usahatani Menuju Pertanian Berkelanjutan di Daerah
Tangkapan Air Danau Barong Kalimantan Timur".
Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban,
M.Sc clan bapak Dr. Ir. Hidayat Pawitan selaku komisi pembimbing. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala Cabang Dinas Pertanian dan
Cabang Dinas Kehutanan, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Kepala Desa di
Kecamatan Melak dan Barong Tongkok yang telah banyak membantu dalam
pengumpulan data, serta Kepala Balai Benih Induk (BBI) Palawija Barong
Tongkok dan Kepala Stasiun Meteorologi Ternindung Sarnarinda.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, kakakkakak dan adik Gunanto tersayang, atas segala do'a dan kasih sayangnya. Tak
lupa pula kepada semua fihak yang telah memberikan arahan, masukan dan
bantuan baik moril maupun materiil yang tidak dapat disebutkan nnamanya satu

per satu.
Semoga karya ilmiah bemknfaat.

Bogor, Maret 2002

Sutrisno

DAFTAR IS1
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. ....................
PENDAHULUAN
Latar Belakang .........................................................................................
Tujuan .....................................................................................................
Manfaat ...................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Kemampuan Lahan ...............................................................
Sub Kelas Kemampuan lahan .................................................................
Satuan Kemampuan Lahan .....................................................................
Lahan dan Pengelolaan Lahan ................................................................

Erosi dan Prediksi Erosi ..........................................................................
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai .........................................................

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Luas dan Letak ......................................................................................
Topografi. Tanah clan Bahan Induk ........................................................
Iklim dan Hidrologi ................................................................................
Penduduk dan Matapencaharian .............................................................
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................
Data dan Peralatan ...........................................................i......................
Metode Penelitian....................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan Lahan .................................................................................
Kelas Kemampuan Lahan .......................................................................
Prediksi Erosi ..........................................................................................
Prediksi Erosi (E) dan Erosi Yang Diperbolehkan (TSL) .......................
Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani ..............................................
Perencanaan Pengelolaan Lahan Usahatani ............................................
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan .............................................................................................
Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
LAMPIRAN .
LAMPIRAN

.........................................................................

X

xi
xii

DAFTAR TABEL
Halarnan
Karakteristik Hujan. Nilai E130dan Nilai R Stasiun Melak dan
Barong Tongkok ............................................................
Kriteria Kalsifikasi Kemarnpuan Lahan .................................
Kode Struktur Tanah .......................................................
Kode Penneabilitas Profil Tanah .........................................
Klasifikasi Nilai Kepekaan Erosi ........................................
Perkembangan Luasan Tanarnan Karet Menurut Desa di Lokasi
Penelitian ...................................................................
Luas Setiap Penggunaan dan Penutupan Lahan Serta Perubahannya
di DTA Danau Barong ....................................................
Kelas Kemampuan Lahan di Lokasi Penelitian ........................
Hasil Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan Aktual Pada
Beberapa Titik Pengamatan Penggunaan Lahan ........................
Hasil Prediksi Erosi di Lokasi Penelitian ................................
Luas dan Produksi Tanaman Menurut Desa Tahun 2000 di Lokasi
Penelitian ....................................................................
Pendapatan Rata-rata Petani Menurut Pola Tanam di Lokasi
Penelitian .....................................................................
Hasil Estimasi Pendapatan Petani di Lokasi Penelitian ...............
Alternatif Pengelolaan Lahan Pertanian dengan Perubahan Nilai
Faktor P dan C ...............................................................
Perhitungan Pendapatan Petani dengan Penerapan Alternatif
Pengelolaan Lahan Rekomendasi ..........................................

28
38
40
40
40
44

45
53
54
59

66
67
70
74
79

'.

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
2
3
4

5
6

Skema Hubungan Antara Kelas Kemampuan Lahan Dengan
Intensitas dan Macam Penggunaan ........................................
Grafik Keadaan Neraca Air Stasiun Samarinda dan Balikpapan .....
Peta Lokasi Penelitian ......................................................
Jenis-Jenis Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian ..................
Jenis-Jenis Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian ..................
Pola Usahatani Aktual dan Alternatif serta Rata-rata Curah Hujan
Stasiun Melak dan Abrong Tongkok ....................................

12
29
32
49
50
80

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Nilai C untuk berbagai jenis tanaman dan pengelolaan tanaman
'87
(Abdurachrnan dkk.. 1984) .................................................
Nilai Faktor C Untuk Berbagai Jenis Penggunaan .......................
88
Nilai Faktor C (Hammer. 1981) ...........................................
89
Nilai Faktor P pada Berbagai Aktivitas Konservasi Tanah
90
(Abdurachman dkk.. 1984) .................................................
Nilai Faktor Kedalaman 30 Sub-order Tanah (Hammer. 1981) ......
91
Kedalaman Tanah Minimun yang Dapat Diterima dari Berbagai
Jenis TanamanlPenggunaan Lahan (Wood dan Dent. 1983 dalam
Sinukaban. 1990) ............................................................
92
Hasil Pengukuran Beberapa Parameter Lahan ...........................
93
94
Perhitungan Faktor K Model USLE ......................................
Hasil Perhitungan Faktor LS ........................................
95
Nilai Faktor C dan P di Lokasi Penelitian ................................
96
97
Nilai Erosi Yang Diperbolehkan (TSL) di Lokasi Penelitian .........
Hasil Perhitungan Prediksi Erosi Menurut Pola Tanam Aktual di
98
Lokasi Penelitian .............................................................
Tabel Nilai Erosi yang Diperbolehkan (TSL) Menurut Pola
99
Alternatif ......................................................................
Tabel Nilai Prediksi Erosi dengan Penerapan Alternatif Pengelolaan
100
Lahan ...........................................................................
Daftar Harga InputIOutput Produksi Pertanian di Lokasi Penelitian.. 101
Analisis Finansial Usahatani Pola Tanam Aktual dan Pola Tanam
Alternatif di Lokasi Penelitian .............................................
102
Peta Penggunaan Lahan Lokasi Penelitian ............................... 103
Peta Peta Jaringan Drainase dan Lokasi Penelitian .....................
104
105
Peta Titik Pengamatan Erosi dan Pengarnbilan Sampel Tanah .......
106
Peta Alternatif Pengelolaan Lahan DTA Danau Barong ...............
Hasil Diskripsi Profil Tanah Plot I ..........................................107
Hasil Diskripsi Profil Tanah Plot II ....................................... 108
'

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Permasalahan utama yang sering dihadapi dalam mengelola sumber daya
lahan bagi pembangunan berkelanjutan dan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat khususnya para petani, adalah bagaimana memanfaatkan sumber daya
lahan tersebut secara terencana dan efisien sesuai dengan daya dukung atau
kemampuannya sehingga lahan dapat digunakan secara berkesinambungan untuk
jangka waku yang tidak terbatas.
Sementara di sisi lain sumber daya alam berupa lahan, hutan, dan air yang
lestari pada suatu wilayah merupakan komponen yang sangat penting bagi
pembangunan wilayah dan kelangsungan hidup masyarakat, baik yang berada
pada wilayah tersebut maupun yang berada di sekitarnya. Oleh karena itu surnber
daya alam tersebut hams dimanfaatkan sebaik-baiknya berdasarkan azas
kelestarian, keserasian dan pemanfaatan yang optimal.
Upaya pemanfaatan sumber daya alam yang lestari dapat dilakukan
dengan usaha pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Tujuan pengelolaan DAS
mencakup tiga aspek, yaitu : (1) mencapai produksi maksimum dari penggunaan
sumber daya lahan; (2) menghindarkan kerusakan sumber daya lahan dengan
menekan erosi hingga tingkat yang minimal; dan (3) menghasilkan air (water
yield) yang merata sepanjang tahun (Sinukaban, 2000). Tujuan tersebut menjadi
lebih jelas dan mudah dilaksanakan apabila diwujudkan dalam suatu perencanaan
pengelolaan DAS yang baik, yakni yang mernuat formulasi tujuan dari kriteria
desain dan kemudian menampilkan alternatif pelaksanaan kegiatan. Pengelolaan
DAS yang baik diharapkan dapat meminimalisasi masalah-masalah erosi,

.I

sedimentasi, kekeringan, banjir dan gangguan sumber daya alarn yang lain.
Pengelolaan lahan pada suatu DAS hendaknya memperhatikan tingkat
kemampuannya dalam menghasilkan komoditas tertentu dengan meminimalkan
resiko kemungkinan terjadinya degradasi lahan. Terjadinya erosi di lahan
hendaknya masih di bawah batas yang dapat ditoleransikan. Pilihan penggunaan
lahan yang direkomendasikan dalam perencanaan pengelolaan DAS harus
mempertimbangkan aspek biofisik dan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang
ada di sekitarnya.
Danau Barong merupakan sebuah danau yang terletak di area pemekaran
wilayah Kabupaten Kutai yaitu Kabupaten Kutai Barat, terletak di hulu sungai
Mahakam, Provinsi Kalimantan Timur. Daerah Tangkapan Air (DTA) danau
Barong dengan luas 9.925 ha meliputi sebagian Kecarnatan Barong Tongkok dan
Kecamatan Melak, memiliki dua komponen hidrologi yang sangat penting bagi
wilayah tersebut, yaitu terdapatnya Waduk Mentiwan dan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro (PLTM) yang memanfaatkan air terjun untuk menghasilkan
tenaga listrik. Selain terdapatnya dua komponen hidrologi tersebut, potensi
pemanfaatan danau Barong sebagai area rekreasi cukup menjadikan dasar bagi
Pemerintah Daerah agar memperhatikan pengelolaan dan pemanfaatan sumber
daya lahan yang ada.
Peningkatan laju perturnbuhan penduduk yang sangat cepat yaitu dari 0,93
% (tahun 1990) menjadi 2,89 % (tahun 2000) untuk Kecamatan Barong Tongkok

dan 1,184 % tahun (1 990) menjadi 2,19 % (tahun 2000) untuk Kecarnatan Melak,
pemekaran wilayah yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
menjadikan daya tarik bagi penduduk luar daerah untuk berdatangan ke wilayah

3

tersebut, ha1 ini akan menyebabkan perrnasalahan terhadap luasan lahan pertanian.
Pola pertanian tradisional seperti peladangan berpindah (shifting cultivation) yang
selama ini dikenal merupakan tindakan masyarakat setempat sebagai upayi
pengembalian kesuburan tanah dengan membiarkan terjadinya penutupan kembali
lahan bekas garapan, semula dapat dilakukan dengan selang waktu tidak digarap
(bera) selama 15

-

20 tahun, tetapi pada saat ini karena tekanan penduduk

terhadap sumber daya lahan yang terbatas, hanya dapat dilakukan dalam 3 - 5
tahun dan bahkan sulit dilakukan lagi.

DTA Danau Barong dengan luas lahan semak belukar sekitar 3.865 ha dan
luas pertanian lahan kering berupa ladang (huma) sekitar 2.03 1 ha, pola pertanian
tradisional tanpa disertai pemupukan yang baik dan belum diterapkannya teknik
konservasi tanah, kondisi wilayah yang memiliki curah hujan tahunan yang
tergolong tinggi (2.603 dan 2.884 rnrn), fisiografi berbukit hingga bergunung
dengan lereng antara 30 - 50 % menyebabkan wilayah tersebut peka terhadap
erosi. Untuk pengembangan pertanian wilayah ini perlu mendapat perhatian yang
serius terutama letaknya di daerah hulu karena selain menyangkut keberlanjutan
sistem usahatani di daerah ini, juga dampak hidrologisnya terhadap kawasan hilir
sangat besar.
Selain permasalahan tersebut, tuntutan pengelolaan surnber daya alarn
yang sustainable menghendaki suatu arahan pengelolaan yang berdasarkan
kondisi biofisik dan spesifikasi wilayah tertentu, sehingga untuk menghasilkan
arahan tersebut sangatlah diperlukan kajian aspek biofisik dan sosial ekonomi
suatu daerah.

4

Dari permasalahan tersebut di atas maka sangatlah perlu untuk dilakukan
suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat suatu rencana pengelolaan lahan
yang memperhatikan potensi kemampuan lahan, tingkat erosi, teknik pengelolaan
tanah dan tanaman yang dapat direkomendasikan dengan memperhatikan aspek
sosial ekonomi, sehingga darnpak negatif yang diakibatkan dari kurang tepatnya
penggelolaan sumber daya lahan seperti erosi, sedimentasi serta degradasi lahan
dapat dicegah sedini mungkin, sehingga sumber daya alam yang ada dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan (sustainable) yang pada akhirnya sasaran
pengelolaan DAS dapat dicapai dengan baik.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengevaluasi kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan kelas kemarnpuan
lahan serta pengaruhnya terhadap erosi.

2. Menyusun perencanaan penggunaan lahan untuk mewujudkan pembangunan
pertanian yang berkelanjutan.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
penelitian lebih lanjut di lokasi penelitian dan dapat dijadikan bahan pertimbangan
oleh para petani serta penentu kebijakan baik pusat maupun daerah dalam
merencanakan pengelolaan sumber daya lahan dan air secara berkelanjutan.

TINJAUAN PUSTAKA

.

.

Klasifikasi Kemampuan Lahan

Menurut Arsyad (1989) klasifikasi kemampuan lahan adalah suatu cara
penilaian lahan (yang memuat komponen-komponen lahan) secara sistematis dan
pengelompokkan ke dalam beberapa ketagori berdasarkan pada sifat-sifat yang
merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara lestari. Sistem
klasifikasi kemarnpuan lahan pertama dikembangkan oleh Dinas Konservasi
Tanah Arnerika Serikat. pada tahun 1950-an, yaitu menggunakan sistem
Hockensmith dan Steele.
Di Indonesia, sistem klasifikasi kemarnpuan lahan telah dilakukan oleh
Direktorat Tata Guna Tanah tahun 1955 yang melakukan klasifikasi tanah dengan
modifikasi sistem Hockensmith dan Steele. Tahun 1962 dilakukan usaha yang
sama oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor. Namun sistem yang digunakan tersebut
kurang sesuai untuk survey tanah yang lebih detail. Dudal dan Supraptohardjo
tahun 1957 mengembangkan sistem lain dengan menggunakan pendekatan semi
kuantitatif yang kemudian diperbaiki lagi dengan konsep yang dikemukakan oleh
Requier. Selanjutnya pada tahun 1975 atas kerjasama Pusat Penelitian Tanah
Bogor dengan FAO, disusun sebuah konsep "Land Capability Appraisal System
for Agricultural Uses in Indonesia" (Supraptohardjo dan Robinson, 1975 dalam
Hardjowigeno, 1993). Sistem ini didasarkan atas beberapa tipe penggunaan lahan,
intensitas tenaga kerja, tingkat pengetahuan teknis dan pengelolaan, keadaan
sosial ekonomi, kebutulnan tanarnan, di samping faktor-faktor utama yaitu sifatsifat tanah dan faktor lingkungannya.

6

Klasifikasi kemampuan lahan adalah interpretasi yang didasarkan pada
pengaruh penggabungan unsur-unsur lahan seperti iklim dan sifat-sifat tanah yang
permanen seperti ancaman kerusakan lahan, faktor pembatas penggunaan,
kemampuan produksi dan syarat-syarat pengelolaan tanah. Lereng, tekstur tanah,
kedalarnan tanah, tingkat erosi tanah yang telah terjadi, permeabilitas tanah,
kapasitas menahan air dan jenis mineral liat adalah kualitas dan sifat-sifat lahan
yang permanen. Vegetasi berupa pohon, semak belukar dan rumput bukan sifat
permanen lahan karena dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Kandungan unsur hara adalah bukan merupakan sifat permanen, oleh karena itu
tidak dipergunakan sebagai kriteria klasifikasi pada tingkat kelas dan subkelas,
akan tetapi dikelompokkan dalam sifat satuan kemampuan atau satuan
pengelolaan. Kemasaman tanah selama dalam batas-batas yang masih dapat
ditoleransi tanaman tidak dipergunakan sebagai kriteria klasifikasi tingkat kelas
dan sub kelas (Arsyad, 1989).
Menurut Hardjowigeno (1993) bahwa klasifikasi kemampuan lahan
merupakan upaya untuk mengevaluasi lahan untuk penggunaan tertentu.
Klasifikasi ini didasarkan pada kemampuan lahan untuk berproduksi secara umum
tanpa menimbulkan kerusakan dalam jangka panjang.
Kelas Kemampuan Lahan
Berdasarkan sistem klasifikasi yang dikemukakan oleh Klingebiel dan
Montgomery (1973), bahwa pengelompokan lahan ke dalam tingkat kelas
didasarkan atas intensitas faktor penghambatnya dikelompokkan menurut kelas I
sampai kelas VIII. Ancaman kerusakan atau hambatan meningkat berturut-turut
dari kelas I sampai kelas VIII. Lahan kelas I sampai kelas IV dengan pengelolaan

7

yang baik sesuai untuk berbagai tanaman pertanian (semusim dan tahunan),
rumput untuk makanan ternak, padang rumput dan hutan. Lahan kelas V, VI dan
VII sesuai untuk padang rumput, tanaman pohon-pohonan dan vege6si alami.
Dalam beberapa ha1 lahan kelas V dan VI dapat menghasilkan dan
menguntungkan untuk beberapa tanaman jenis tertentu seperti buah-buahan,
tanaman hias atau bunga-bungaan dan berbagai jenis sayuran bernilai tinggi
dengan pengelolaan dan tindakan konservasi tanah dan air yang baik. Lahan kelas
VIII sebaiknya dibiarkan dalam keadaan alami (cagar alam). Sedangkan
pembagian kelas I sampai kelas VII dijelaskan di bawah ini, sedangkan kriteria
penilaian pada tingkat subkelas dan unit pengelolaan disajikan pada bab
metodologi penelitian dan berdasarkan Tabel 2.

Kelas I. Lahan kelas I sesuai untuk segala jenis penggunaan pertanian
tanpa memerlukan tindakan pengawetan tanah yang khusus. Lahannya datar,
kedalaman efektif tinggi, tekstur tanah agak halus atau sedang, drainase baik,
mudah diolah dan reponsif terhadap pemupukan. Lahan kelas I tidak mempunyai
penghambat atau ancaman kerusakan, sehingga dapat digarap untuk usahatani
tanaman semusim dengan aman. Tindakan pemupukan dan usaha-usaha
pemeliharaan struktur tanah yang baik diperlukan guna menjaga kesuburan dan
mempertinggi produktivitas.

Kelas 11. Lahan kelas I1 memiliki penghambat yang dapat mengurangi
pilihan jenis tanaman yang diusahakan atau memerlukan usaha pengawetan tanah
tingkat sedang, seperti pengolahan menurut kontur, pergiliran tanaman dengan
tanaman penutup tanah atau pupuk hijau, pembuatan guludan di samping
tindakan-tindakan pemupukan. Faktor-faktor penghambat kelas I1 adalah satu atau

8

kombinasi dari sifat-sifat berikut : (1) lereng landai (gentle slope); (2) kepekaan
erosi atau erosi yang sedang; (3) kedalaman tanah agak kurang ideal; (4) struktur
tanah agak kurang baik; (5) sedikit gangguan salinitas atau Na tetapi mudah
diperbaiki; (6) kadang-kadang tergenang atau banjir; (7) drainase buruk; dan (8)
iklim sedikit menghambat.

Kelas 111. Lahan kelas I11 mempunyai penghambat yang agak berat, yang
mengurangi pilihan jenis tanaman yang diusahakan atau memerlukan usaha
pengawetan tanah yang khusus atau keduanya. Tindakan pengawetan yang
diperlukan antara lain adalah penanaman dalam strip, pembuatan teras, pergiliran
tanaman dengan tanaman penutup tanah disamping usaha-usaha untuk
memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah. Faktor penghambat kelas I11
adalah salah satu atau kombinasi sifat-sifat sebagai berikut : (1) lereng agak
curam; (2) kepekaan erosi agak tinggi atau erosi telah mencapai cukup berat; (3)
sering terjadi genangan banjir; (4) permeabilitas untuk tanah sawah agak lambat;
( 5 ) masih sering tergenang meskipun drainase telah diperbaiki; (6) dangkal; (7)
daya menahan air rendah; ( 8 ) kesuburan tanah rendah dan tidak mudah diperbaiki;
(9) salinitas atau Na sedang; dan (10) penghambat iklim sedang.
Tanah yang berdrainase agak buruk dengan permeabilitas lambat perlu
perbaikan drainase. Perlu pemilihan pola tanam yang dapat diperbaiki dan
meningkatkan permeabilitas tanah, perlu dilakukan penambahan bahan organik
disamping tidak mengolah tanah pada saat basah.
. .*

Kelas IV. Lahan kelas IV mempunyai penghambat yang membatasi
pilihan tanaman yang dapat diusahakan, memerlukan pengolahan yang sangat
berhati-hati atau keduanya. Penggunaan lahan kelas IV sangat terbatas karena

9

salah satu atau kombinaasi dari penghambat berikut : (1) lereng curam; (2)
kepekaan erosi besar; (3) erosi yang telah terjadi berat; (4) kedalaman tanah
dangkal; (5) daya menahan air rendah; (6) sering tergenang banjir yang
menimbulkan kerusakan berat pada tanaman; (7) drainase terhambat dan masih
sering tergenang meskipun telah dibuat saluran drainase; (8) dalinitas atau Na
agak tinggi; dan (9) penghambat iklim sedang. Lahan yang berlereng curam, bila
digunakan untuk tanaman semusim diperlukan pembuatan teras atau pergiliran
dengan tanaman penutup tanah atau makanan ternak atau pupuk hijau selama 3
sarnpai 5 tahun. Untuk tanah yang berdrainase buruk diperlukan pembuatan
saluran drainase.

Kelas V. Lahan kelas V mempunyai sedikit atau tanpa bahaya erosi, tetapi
mempunyai penghambat lain yang praktis sukar dihilangkan, sehingga dapat
membatasi penggunaan tanah ini. Akibatnya tanah ini hanya cocok untuk tanaman
rumput temak secara permanen atau dihutankan. Lahan kelas ini relatif datar, akan

tetapi mempunyai salah satu atau kombinasi dari sifat-sifat berikut : (1) drainase
sangat buruk atau terhambat; (2) sering kebanjiran; (3) berbatu-batu; dan (4)
penghambat iklim cukup besar.
Sebagai contoh lahan kelas V ini adalah : (a) tanah di lembah-lembah yang
sering kebanjiran sehingga tanah tidak dapat berproduksi secara normal; (b) lahan
datar atau hampir datar dengan masa tumbuh yang pendek akibat sering dilanda
banjir (c) tanah datar yang berbatu; (d) daerah yang tergenang dan tidak cocok
untuk pertanian tanaman semusim tetapi cocok untuk rumput atau pohonpohonan.

10
Kelas VI. Lahan kelas VI mempunyai penghambat yang sangat berat
sehingga tidak sesuai untuk pertanian dan hanya sesuai untuk tanaman rumput
ternak atau dihutankan. Penggunaan untuk padang rumput hams dijaga agar
rumputnya menutup dengan baik. Bila dihutankan, penebangan kayu harus
selektif. Bila dipaksakan untuk tanaman semusim, hams dibuat teras bangku.
Lahan pada kelas ini mempunyai penghambat yang sulit sekali diperbaiki, yaitu
salah satu atau lebih sifat-sifat berikut : (1) lereng sangat curam; (2) bahaya erosi
atau erosi yang telah terjadi sangat berat; (3) berbatu-batu; (4) kedalaman tanah
dangkal; (5) drainase sangat buruk atau tergenang; (6) daya menahan air rendah;
(7) salinitas atau Na tinggi; dan (8) penghambat iklim besar.
Kelas VII. Lahan kelas VII sama sekali tidak sesuai untuk usahatani
tanaman semusim dan hanya sesuai untuk padang penggembalaan atau
dihutankan. Faktor penghambatnya lebih besar dari kelas VI, yaitu salah satu atau
kombinasi sifat-sifat sebagai berikut : (1) lereng terjal; (2) erosi sangat berat; (3)
kedalaman tanah dangkal; (4) berbatu-batu; (5) drainase terhambat; (6) salinitas
atau Na sangat tinggi; dan (7) iklim sangat menghambat.
Kelas VIII. Lahan kelas VIII tidak sesuai untuk produksi pertanian, atau

harus dibiarkan dalam keadaan alami atau dibawah vegetasi alam. Lahan ini dapat
digunakan untuk daerah rekreasi cagar alam atau hutan lindung. Pengharnbat yang
tidak dapat diperbaiki lagi dari tanah ini adalah salah satu atau lebih dari sifat
berikut : (1) erosi atau bahaya erosi sangat berat; (2) iklim sangat buruk; (3)
kondisi tanah selalu tergenang; (4) berbatu-batu; (5) kapasitas menahan air sangat
rendah; (6) salinitas atau kandungan Na sangat tinggi; dan (7) lereng sangat terjal.

11

Subkelas Kemampuan Lahan
Pengelompokan di dalam sub kelas didasarkan atas jenis faktor
penghambat dan ancaman. Jadi sub kelas adalah unit kemampuan lahan yang
mempunyai jenis hambatan atau ancaman dominan yang sama jika dipergunakan
untuk pertanian sebagai akibat sifat-sifat tanah, relief, hidrologi dan iklim.
Beberapa tanah terancam erosi jika tidak dilindungi, sedangkan lainnya secara
alami selalu tergenang atau kelebihan air yang harus didrainase agar dapat
ditanami. Ada beberapa jenis utama ancarnan atau penghambat yang dikenal
yaitu : ancaman erosi yang ditandai dengan huruf e; keadaan drainase atau
kelebihan air atau ancaman banjir yang ditandai dengan huruf w; hambatan daerah
perakaran yang ditandai dengan huruf s; dan pembatas iklim yang ditandai dengan
huruf c (Arsyad, 1989). Subkelas menunjukkan kepada pemakai peta informasi
tentang derajat atau jenis hambatan. Kelas kemampuan I tidak mempunyai
subkelas.
Subkelas e menunjukkan ancaman erosi atau tingkat erosi yang terjadi
merupakan masalah utama. Ancaman erosi diakibatkan oleh kecuraman lereng
dan kepekaan erosi tanah. Subkelas w menunjukkan bahwa tanah mempunyai
hambatan yang disebabkan oleh drainase buruk, atau kelebihan air dan
terancaman banjir yang merusak tanaman. Subkelas s menunjukkan tanah
mempunyai hambatan daerah perakaran. Termasuk dalam hambatan daerah
perakaran adalah kedalarnan tanah terhadap batu atau lapisan yang menghambat
perkembangan akar, adanya batuan di permukaan lahan, kapasitas menahan air
yang rendah, sifat-sifat kimia yang sulit diperbaiki seperti salinitas atau
kandungan natriurn atau senyawa-senyawa kimia lainnya yang menghambat

12

pertumbuhan dan tidak praktis dihilangkan. Subkelas c menunjukkan adanya
faktor iklim (suhu dan curah hujan) menjadi pembatas penggunaan lahan.
Jika dua jenis penghambat yang dapat dirubah atau diperbaiki bernilai
sama, maka penetapan subkelas dilakukan menurut prioritas berikut : e, w, s.
Artinya jika suatu lahan di daerah beriklim basah memiliki ancaman erosi dan
pembatas kelebihan air, maka tanah tersebut dimasukkan ke dalam subkelas e.
Jika suatu lahan memiliki pembatas drainase dan keterbatasan daerah perakaran
maka tanah tersebut dimasukkan ke dalam subkelas w. Dalarn pengelompokkan
lahan di daerah beriklim agak basah dan agak kering yang kebetulan memiliki
ancaman erosi dan hambatan iklim, maka digolongkan ke dalam subkelas e dan
tanah-tanah yang memiliki hambatan perakaran dan harnbatan iklim maka tanah
tersebut digolongkan ke dalam subkelas s.

Gambar 1. Skema hubungan antara kelas kemampuan lahan dengan intensitas dan
macam penggunaan lahan (Arsyad, 1989)
Jika diperlukan untuk memperlihatkan kedua hambatan yang terdapat pada
suatu lahan, maka hambatan yang dominan ditulis terlebih dahulu. Hambatan
prioritaslah yang dipergunakan dalam menjelaskan subkelas.

13

Satuan Kemampuan Lahan (Land Capability Unit)
Satuan kemampuan memberikan informasi yang lebih spesifik .dan terinci
untuk setiap bidang lahan daripada subkelas. Pengelompokan ke dalam satuan
kemampuan merupakan pengelompokan tanah-tanah yang mempunyai keragaman
dan persyaratan yang sama terhadap sistem pengelolaan yang sama bagi usahatani
tanaman pertanian umumnya atau tanaman rumput makanan ternak. Lahan yang
dikelompokkan ke dalam satuan kemampuan yang sama hams cukup seragam
dalam sifat-sifat tanah dan lingkungan yang mempengaruhi kualitas lahan
sehingga mempunyai potensi dan hambatan yang sama. Dengan demikian maka
lahan di dalam satu satuan kemampuan harus cukup seragam dalam : (1) produksi
di bawah tindakan pengelolaan yang sama; (2) kebutuhan dalam tindakan
konservasi dan pengelolaan yang sama di bawah vegetasi penutup yang sama; dan
(3) mempunyai produktivitas potensial yang setara (perbedaan hasil rata-rata di
bawah sistem pengelolaan yang sama tidak boleh lebih dari 25 persen) (Arsyad,
1989).
Berdasarkan

ha1 ini maka kelas kemampuan lahan dapat digunakan

sebagai dasar untuk menentukan alternatif pengelolaan lahan (Arsyad, 1989 dan
Hardjowigeno, 1993).

Lahan dan Pengelolaan Lahan
Tanah dan lahan merupakan dua istilah yang berbeda. Tanah diartikan
sebagai suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat,
cair dan gas, dan mempunyai sifat dan perilaku yang dinamik. Benda alami ini
terbentuk oleh hasil kerja interaksi antara iklim dan jasad hidup terhadap suatu

14
bahan induk yang dipengaruhi oleh relief tempatnya terbentuk dan waktu (Arsyad,
1989). Ditambahkan oleh Hardjowigeno (1993) bahwa benda alami tersebut
terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik dan udara yang tersusun oleh
horizon-horizon tanah, merupakan media tumbuh tanaman.
Adapun istilah lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda
yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan.
Termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia di masa lalu dan sekarang
seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan
seperti tanah yang tersalinasi, dalarn ha1 ini lahan mengandung perngertian ruang
atau tempat.
Dari batasan tersebut tampak bahwa lahan mempunyai fungsi yang sangat
penting terutarna untuk keperluan berbagai kegiatan pertanian. Mengingat fungsi

lahan yang demikian penting, maka manusia harus membangun hubungan yang
saling menguntungkan antara manusia dan lahan, sehingga lahan dapat
diperlakukan sebaik-baiknya. Agar tercapai hubungan tersebut, harus dilakukan
berbagai upaya agar penggunaan lahan sesuai dengan kemampuannya
(Hardjowigeno, 1993).
Dikemukakan oleh Sitorus (1996) bahwa penggunaan lahan (land use)
merupakan setiap bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap lahan
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual.
Dalam ha1 ini dapat berupa penggunaan utama atau penggunaan pertama dan
penggunaan kedua (apabila merupakan penggunaan berganda) dari sebidang lahan
seperti lahan pertanian, lahan hutan, padang rumput dan sebagainya. Penggunaan

15

lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yaitu : (1) penggunaan
lahan pertanian; dan (2) penggunaan lahan bukan pertanian. Untuk keberhasilan
penggunaan dan pemanfaatan lahan maka diperlukan perencanaan pengembangan
sumber daya lahan dengan baik.
Menurut Soil Survey Staff (1982) dalam Adiningsih (1996), bahwa
perencanaan penggunaan lahan pada dasarnya adalah inventarisasi dan penilaian
keadaan (status), potensi dan pembatas-pembatas dari suatu daerah setempat atau
dengan orang-orang yang menaruh perhatian terhadap daerah tersebut, terutama
dalarn menentukan kebutuhan mereka serta aspirasi dan keinginan pada masa
mendatang. Menurut Hardjowigeno (2000) bahwa perencanaan penggunaan lahan
merupakan rencana pemanfaatan lahan di suatu daerah agar lahan dapat
dipergunakan secara optimal, yaitu memberikan hasil yang tertinggi dan tidak
merusak lahan tersebut dan lingkungannya.
Pola penggunaan lahan mencerminkan jenis kegiatan manusia yang ada di
atasnya. Lah.an pertanian menunjukkan adanya usaha di bidang pertanian dan
lahan perkebunan menunjukkan usaha di bidang perkebunan. Makin tinggi tingkat
kegiatan manusia, makin tinggi pula kebutuhan manusia akan lahan baik dalam
arti peningkatan luas penggunaan maupun dalarn intensitas penggunaannya. Pola
penggunaan lahan suatu daerah dapat memberikan gambaran tentang kehidupan
ekonomi daerah tersebut dan tingkat pencemaran lingkungan hidup (Sandy, 1973
dalam Adiningsih 1996).
Jenis-jenis penggunaan lahan di luar perkotaan secara umum dapat dibagi
atas : (1) hutan, meliputi hutan lebat, hutan satu jenis dan hutan belukar; (2)
perkebunan; (3) kebun, terdiri dari kebun campuran dan kebun sayur; (4) tegalan

16
dan ladang; (5) sawah satu kali setahun; (6) sawah dua kali setahun; dan (7)
perkampungan, terrnasuk kampung, kuburan dan lainnya.
Pengelolaan lahan dapat diartikan sebagai segala tindakan atau perlakuan
yang diberikan pada sebidang lahan untuk menjaga dan meningkatkan
produktivitas lahan (Sitorus, 1996). Sistem pengelolaan lahan yang mencakup
upaya untuk meminimalkan dampak negatif pembangunan terhadap tanahllahan
meliputi lima unsur kegiatan yaitu : (1) perencanaan penggunaan sesuai
kemampuannya; (2) tindakan-tindakan konservasi tanah dan air; (3) penyiapan
tanah dalam keadaan olah yang baik; (4) penggunaan sistem pergiliran tanaman
yang tersusun baik; dan (5) menyediakan unsur hara yang cukup dan seimbang
bagi turnbuhan. Kelima unsur tersebut harus dilihat sebagai suatu deretan unsur
yang satu sama lain saling berkaitan.
Rencana penggunaan lahan haruslah disesuaikan atau tergantung dari
kemampuan sumber daya lahan itu sendiri untuk dapat diusahakan bagi suatu
penggunaan tertentu. Oleh sebab itu terlebih dahulu haruslah diketahui potensi
dari sumber daya lahan itu sendiri untuk dapat mendukung suatu kegiatan
usahatani tertentu serta tindakan-tindakan yang diperlukan agar lahan tersebut
memberikan hasil yang baik secara berkesinambungan.
Tindakan konservasi tanah pada prinsipnya adalah usaha untuk
menempatkan sebidang lahan pada cara penggunaan yang sesuai dengan
kemarnpuan lahan tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat
yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Jadi usaha konservasi tanah
ditujukan untuk dua hal, yaitu : (1) mencegah kerusakan tanah; dan (2)

17

memperbaiki tanah-tanah yang rusak agar tercapai produksi yang setinggitingginya dalam kurun waktu yang tidak terbatas.
Dijelaskan oleh Pawitan dan Mudiyarso (1996), bahwa keberhasilan
pengelolaan lahan dalam arti perluasan kawasan budi daya dalam lahan DAS
dapat dilihat dari hasil monitoring dan evaluasi komponen biofisik berupa (1)
iklim dan hidrologi; (2) tanah, erosi dan sedimentasi; dan (3) vegetasilpenutupan
lahan. Sedangkan kegiatan sosial ekonomi masyarakat tidak terlepas dari semakin
meningkatnya tuntutan manusia atas sumber daya alam (air, tanah, lahan dan
hutan), yang rnembawa akibat pada perubahan pada h g s i hidrologi DAS:

Erosi dan Prediksi Erosi
Erosi
Erosi dalam ensiklopedi Konservasi Sumber daya (Siswomartono, 1989)
diartikan sebagai : (1) pengikisan permukaan tanah oleh air yang mengalir, angin,
es atau proses geologi lainnya seperti rayapan grafitasi; dan (2) pemisahan atau
pemindahan tanah atau fragrnen-fragmen batuan oleh air, es, angin atau gaya
berat.
Arsyad (1989) mengemukakan bahwa erosi adalah peristiwa terangkutnya
tanah atau bagian-bagian tanah dari satu tempat ke tempat lain oleh media alami.
Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan
terangkut yang kemudian diendapkan di tempat lain. Pengangkutan atau
pemindahan tersebut terjadi oleh media alami yaitu oleh air atau angin.
Berdasarkan proses terjadinya, erosi dikelompokkan menjadi dua (Holy,
1989) yaitu : (1) Erosi geologi (geological erosion); dan (2) Erosi yang dipercepat

18

(acclerated erosion). Erosi geologi merupakan bagian dari proses pembentukan
relief permukaan bumi dan biasanya disebut erosi normal. Erosi ini terjadi dengan
lambat dan merupakan bagian dari keseimbangan ekosistem alami. Proses
pemindahan partikel tanah berlangsung dan hampir tidak kelihatan.
Erosi yang dipercepat sering disebut erosi abnormal, terjadi pada saat
keseimbangan ekosistem alami terganggu atau rusak. Erosi ini menyebabkan
perubahan permukaan bumi oleh pencucian partikel tanah dan zat hara dalam
tanah yang tidak dapat lagi disuplai oleh proses pembentukan tanah.
Faktor-faktor penting yang paling berpengaruh terhadap erosi adalah :

Iklirn (suhu dan curah hujan). Suhu tanah berperan dalam menentukan
mudah tidaknya tanah tererosi khususnya melalui pengaruhnya terhadap laju
perombakan bahan organik tanah. Apabila pasokan bahan organik lebih rendah

dari laju penguraiannya maka kemantapan agregat tanah akan rendah dan mudah
hancur oleh gaya tumbuk butir hujan maupun limpasan. Curah hujan merupakan
faktor penting dalarn menciptakan peluang terjadinya erosi. Percikan hujan dan air
limpasan permukaan mempunyai kemampuan untuk memecah dan mengangkut
partikel tanah. Karakteristik hujan yang sangat berperan dalam memacu terjadinya
erosi adalah karakteristik yang mengendalikan kemampuan curah hujan untuk
memecah dan mengangkut agregat tanah yang meliputi kecepatan jatuh butir
hujan, garis tengah butir hujan dan intensitas curah hujan. Disamping energi
tumbuk tetes hujan, peranan curah hujan terhadap proses terjadinya erosi
dipengaruhi pula oleh volume air hujan yang tidak dapat meresap ke dalam tanah
(infiltrasi) dan menjadi air limpasan. Limpasan ini terjadi apabila kapasitas
infiltrasi tanah lebih kecil dari volume air hujan yang jatuh.

19

Faktor morfologi (bentang lahan dan topografi). Bentang lahan dan

topografi merupakan faktor potensial yang menyebabkan terjadinya erosi. Unsur
bentang lahan dan topografi yang berpengaruh terhadap erosi adalah : kemiringan
lahan, panjang lereng, bentuk lereng dan arah lereng.
~ i k t o rgeologi dan tanah. Pengaruh faktor geologi terhadap erosi adalah

pada kondisi batuan dan bahan induk yang terkait dengan ketahanan terhadap
aliran air. Faktor tidak langsung dari kondisi geologi adalah proses pembentukan
tanah yang menyangkut tekstur, struktur, kandungan mineral dan zat kimia yang
tergantung pada bahan induk pembentuk tanah. Sifat fisik tanah yang
mempengaruhi intensitas infiltrasi dan ketahanan tanah terhadap terpaan butir
hujan dan aliran permukaan adalah tekstur, struktur, kelembaban, kandungan
bahan organik dan ketebalan solum.
Faktor penutup tanah. Faktor penutup tanah berupa vegetasi berfungsi

melindungi permukaan tanah dari pengaruh langsung hujan dan angin. Faktor
vegetasi ini juga dapat berfungsi untuk meningkatkan infiltrasi, memperlambat
laju limpasan dan meningkatkan kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah.
Menurut Asdak (1995) pengaruh vegetasi penutup tanah terhadap erosi
adalah : melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan; menurunkan
kecepatan air larian; menahan partikel-partikel tanah pada tempatnya; dan
mempertahankan kemampuan tanah dalam menyerap air.
Vegetasi yang mempunyai struktur tajuk yang berlapis mampu
menurunkan kecepatan akhir air hujan dan memperkecil diameter tetesan air
hujan. Vegetasi yang lebih berperan dalam menurunkan besarnya erosi adalah
vegetasi bawah atau vegetasi yang tumbuh dekat dengan permukaan tanah karena

20

merupakan stratum atau lapisan vegetasi terakhir yang akan menentukan besar
kecilnya erosi percikan. Semakin rendah dan rapat tumbuhan bawah, semakin
efektif pengaruh vegetasi dalam melindungi permukaan tanah terhadap ancaman
erosi karena akan menurunkan kecepatan akhir air hujan dan pada akhirnya akan
menurunkan besarnya energi tumbukan tetes air hujan ke permukaan tanah.
Dijelaskan oleh Arsyad (1989) bahwa vegetasi berpengaruh terhadap erosi
dalam ha1 : (1). Intersepsi hujan oleh tajuk tanaman, dengan adanya tumbuhan
sebagian air hujan akan tertahan oleh tajuk sebagai air intersepsi, sehingga air
hujan tersebut tidak langsung mengenai permukaan. Mekanisme intersepsi tajuk
dalam menekan erosi terjadi melalui proses yang mempengaruhi jumlah air hujan
yang sampai ke permukaan tanah dan proses yang mempengaruhi daya rusak
turnbukan tetes air hujan; (2) Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan
kekuatan perusak air, adanya tanaman bisa mengurangi kecepatan aliran
permukaan terutama jenis tanaman yang merambat; (3) Pengaruh akar turnbuhan
dan kegiatan biologi tanah dalam memperbaiki porositas dan stabilitas agregat.
Pengaruh akar-akar tumbuhan menjadikan agregat lebih stabil secara mekanik dan
kimia, karena akar serabut dapat mengikat butir-butir primer tanah, sedangkan
sekresi dan bagian tanaman yang terurai menyurnbangkan senyawa-senyawa
kimia yang berfungsi sebagai pemantap agregat. Faktor penting dari akar tanaman
adalah kerapatan sistem perakaran dan kedalaman akar dalam tanah.
Faktor Teknis atau Manajemen. Faktor teknis atau manajemen terutama
menyangkut penggunaan dan pengelolaan lahan serta metode pengolahan tanah,
tingkat pengetahuan dan penguasaan teknologi. Faktor teknis ini menyangkut

aktivitas manusia yang bisa berpengaruh negatif maupun positif terhadap tingkat
erosi.
Aktivitas manusia sangat berkaitan dengan darnpak yang ditimbulkan, jika
manusia mengelola lahan dengan baik dan memperhatikan aspek konservasi tanah
dan air, maka dampak negatif terhadap lingkungan seperti erosi, sedimentasi
bahkan degradasi lahan dapat dicegah. Namun jika pengelolaan lahan dilakukan
tidak melalui perencanaan yang baik, maka akan menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan yang lebih besar.
Faktor sosial ekonomi. Penggunaan lahan dan tingkat eksploitasinya

sangat tergantung pada tingkat sosial ekonomi masyarakat dan sistem-sistem yang
berlaku di dalarnnya. Pemanfaatan sumber daya lahan yang paling efektif
mengharuskan bahwa segala campur tangan manusia terhadap lahan hams
seimbang dengan kebutuhan dan kemampuan lahan.
Menurut Arsyad (1989), di daerah beriklim basah seperti di Indonesia,
kerusakan oleh erosi terutama disebabkan hanyutnya tanah yang terbawa oleh air
hujan. Erosi tanah sangat membahayakan tanah-tanah di Indonesia, terutama
untuk lahan-lahan miring. Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi secara
diskriptif dapat dituliskan sebagai berikut : E = f(c,t,v,s,h) ; dimana c = iklim, t =
topografi, v

=

vegetasi, s

=

tanah dan h = manusia. Faktor iklim yang paling

berpengaruh terhadap erosi adalah curah hujan dan ketinggian tempat. Faktor
topografi yang berpengaruh adalah tingkat kemiringan dan panjang lereng,
sedangkan faktor manusia yang menentukan pengaruh terhadap lahan garapannya
adalah : (1) luas usahatani; (2) sistem pengusahaan tanah (land tenure), (3) status

-

penguasaan tanah; (4) tingkat pengetahuan dan penguasaan teknologi; dan (5)
harga hasil usahatani (Arsyad, 1989).

:

,#

Prediksi Erosi

Prediksi erosi dari sebidang tanah adalah metode untuk memperkirakan
laju erosi 'yang akan terjadi dari tanah yang dipergunakan untuk penggunaan dan
pengelolaan tertentu. Jika laju erosi yang akan terjadi telah dapat diperkirakan dan
laju erosi yang dapat ditolelir (premisible erosion) sudah dapat ditetapkan, maka
dapat ditentukan kebijakan penggunaan tanah dan tindakan konservasi yang
diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah, sehingga tanah dapat dipergunakan
secara produktif dan lestari. Tindakan konservasi tanah dan penggunaan lahan
yang ditetapkan adalah suatu tindakan yang dapat menekan laju erosi agar sama
atau lebih kecil dari l