Mata Manusia Analisis Perbandingan Hasil Antara Metode Certainty Factor dan Metode Dempster Shafer Dalam Sistem Pakar

2.2. Mata Manusia

Mata adalah organ fotosensitif yang sangat berkembang dan rumit, yang memungkinkan analisis cermat dari bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan objek. Mata terletak dalam struktur bertulang yang protektif di tengko rak, yaitu rongga orbita. Setiap mata terdiri atas sebuah bola mata fibrosa yang kuat untuk mempertahankan bentuknya, suatu sistem lensa untuk memfokuskan bayangan, selapis sel fotosensitif, dan suatu sistem sel dan saraf yang berfungsi mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi visual ke otak. Mata menjadi suatu panca indera yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk melihat. Dengan mata manusia dapat menikmati keindahan alam dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar dengan baik. Jika mata mengalami gangguan atau penyakit mata, maka akan berakibat sangat fatal bagi kehidupan manusia. Jadi sudah semestinya mata merupakan anggota tubuh yang perlu dijaga dalam kesehatan sehari-hari Hamdani, 2010. 2.2.1. Penyakit Mata Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva atau lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata yang disebabkan oleh mikro-organisme atau virus, bakteri, jamur, klamidia, alergi, iritasi bahan-bahan kimia Minarni, 2013. Insidensi konjungtivitis di Indonesia berkisar antara 2-75. Data perkiraan jumlah penderita penyakit mata di Indonesia adalah 10 dari seluruh golongan umur penduduk per-tahun dan pernah menderita konjungtivitis. Data lain menunjukkan bahwa dari 10 penyakit mata utama, konjungtivitis menduduki tempat kedua 9,7 setelah kelainan refraksi 25,35. Konjungtivitis dibedakan bentuk akut dan kronis. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, klamidia, alergi atau imunologik, jamur, parasit, kimia atau iritatif, etiologi yang tidak diketahui, bersama penyakit sistemik. Konjungtiva adalah membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata atau kornea. Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian : Universitas Sumatera Utara a. Konjungtiva palpebralis atau menutupi permukaan posterior dari palpebra. b. Konjungtiva bulbaris atau menutupi sebagian permukaan anterior bola mata c. Forniks atau bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan bola mata. Selanjutnya konjungtiva juga bisa mengalami peradangan yang di akibat oleh beberapa virus : a. Infeksi olah virus atau bakteri b. Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang c. Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya : sinar ultraviolet dari las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju 2.2.2. Ulkus Kornea Ulkus kornea merupakan diskontinuitas atau hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea atau katarak Yusi Farida, 2015. Terbentuknya ulkus kornea diakibatkan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri, berair, fotofobia, blefarospasme , dan biasanya disertai riwayat trauma pada mata. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti descementocele, perforasi, endoftal- mitis , bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan jaringan parut kornea dan merupakan penyebab kebutaan. Tujuan penatalaksanaan ulkus kornea adalah eradikasi penyebab dari ulkus kornea, menekan reaksi peradangan sehingga tidak memperberat destruksi pada kornea, mempercepat penyembuhan efek epitel , mengatasi komplikasi, serta memperbaiki tajam penglihatan. Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, aquous humour dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya . Universitas Sumatera Utara 2.2.3. Penyebab Ulkus Kornea Penyebab ulkus kornea dapat diuraikan dalam bentuk infeksi dan non infeksi yang dijelaskan sebagai berikut : 1. Infeksi a. Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella merupakan penyebab paling sering. Sebuah penelitian terbaru menyebutkan bahwa telah ditemukan Acinetobacter juni sebagai salah satu penyebab ulkus kornea . Penyebab ulkus kornea 38,85 disebabkan oleh bakteri. b. Infeksi Jamur: disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium dan spesies mikosis fungoides . Penyebab ulkus kornea 40,65 disebabkan oleh jamur. c. Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus . d. Acanthamoeba Infeksi kornea oleh Acanthamoeba sering terjadi pada pengguna lensa kontak lunak. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air yang tercemar. 2. Noninfeksi a. Bahan kimia, bersifat asam atau basah tergantung PH b. Radiasi atau suhu c. Sindrom Sjorgen d. Defisiensi vitamin A e. Obat-obatan kortikosteroid, idoxiuridine, anestesi topikal, immunosupresif f. Kelainan dari membran basah, misalnya karena trauma g. Pajanan exposur h. Neurotropik Yusi Farida, 2015.

2.3. Pengertian Analisis