NH4OH (aq) + CH3COOH (aq) → CH3COONH4 (aq) + H2O (l)

Reaksi Pembentukan Kompleks

Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitif banyak digunakan reaksi reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks.Suatu in on (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang trikat erat oleh atom pusat. Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti stokiometri yang sangat tertentu, meskipun ini tak dapat ditafsirkan dalam lingkup konsep valensi yang klasik. Atom pusat ini yang ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang menujukan jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat. Pada percobaan kali ini merupakan pembentukan kompleks dengan ligan EDTA dengan perlakuan awal dengan atom pusat Fe dengan mereaksikan FeCl3 dengan NH4OH akan membentuk Fe(OH)3 dan ketika di campurkan dengan Mg EDTA tidak terjadi reaksi karena besi(III)hidroksi tidak akan membentuk reaksi jika langsung dicampurkan dengan unsur yang mengandung ligan sedangkan sebaliknya unsur yang mengandung ligan dapat membentuk senyawa Fe(OH)3 akan membentuk kompleks [Fe(EDTA)] karena satu atom pusat membentuk ikatan kovalen koordinasi dengan ligannya. Tidak terjadinya reaksi diakibatkan karena ikatan kovalen koordinasi tidak bisa mengikat ligan EDTA dan ligan Hidroksi,disini atom pusat Fe hanya bisa mengikat satu ligan saja. Berikut adalah persamaan reaksinya :

FeCl3 (aq) + 3 NH4OH (aq) → Fe(OH)3 (s) + 3 NH4Cl

Fe(OH)3 (s) + Mg. EDTA

FeCl3 (aq) + Mg. EDTA → [Fe(EDTA)] (aq) + MgCl2 (aq)

Fe EDTA (aq) + NH4OH (aq) → Fe(OH)3 (s) + 2 NH4Cl

Pembentukan kompleks yang kedua adalah dengan ligan EDTA dan atom pusat Ca Atau kalsium. CaCl2 di larutkan dengan aquades dan ditambahkan NH4OH dan Mg.EDTA dan tidak akan membentuk kompleks dengan atom pusat karena tidak terjadi ikatan kovalen koodinasi antara ligan dan atom pusat. Sedangkan sebaliknya jika Mg.EDTA terlebih dahulu yang ditambahkan lalu NH4OH akan terbentuk ikatan kovalen koordinasi antara atom pusat dan ligan, berikut adalah persamaan reaksi :

CaCl2 (aq) + 2 NH4OH (aq) → Ca (OH)2 (aq) + 2 NH4Cl

Ca (OH)2 (aq) + Mg. EDTA

CaCl2 (aq) + Mg. EDTA → MgCl2 (aq) + [Ca(EDTA)] (aq)

[Ca(EDTA)] (aq) + NH4OH (aq) → Ca (OH)2 (aq) + NH4+ + EDTA2-

Reaksi Katalisis

Pada uji katalisis yaitu suatu penambahan katalis akan mempengaruhi laju reaksi, biasanya katalis mempercepat laju reaksi dilihat dali 3 katalis yang dipakai oleh percobaan kali ini dan katalis yang pertama FeCl3.6H2O, pengaruh penambahan katalis FeCl3.6H2O pada campuran Natrium tiosulfat yaitu mempercepat laju reaksi dibandingkan yang tidak memakai katalis, campuran yang tidak memakai katalis membuktikan laju reaksi selam 9,17 detik sedangkan yang memakai katalis FeCl3.6H2O laju reaksi selama 7,80 detik terlihat lebih cepat. Sedangkan katalis yang kedua adalah FeSO4 dan laju reaksi yang tempuh oleh penambahan katalis tersebut 8,70 detik dan katalis yang terakhir yaitu CuSO4 yaitu laju reaksi yang ditempuh oleh katalis tersebut yaitu 2,16 detik. Pengaruh penambahan katalis pada campuran natrium tiosulfat yaitu berbeda beda tapi sama fungsinyanya mempercepat laju reaksi dengan ditandai munculnya tanda x yang cepat terlihat tergantung katalis. Berikut persamaan reaksi yang terbentuk dari uji reaksi katalis :

Na2S2O3 (aq) + FeCl3 (aq) → 6 NaCl (aq) + Fe(S2O3) (aq)

FeSO4 (aq) + Na2S2O3 (aq) → Na2SO4 (aq) + Fe(S2O3) (aq)

CuSO4 (aq) + Na2S2O3 (aq) → CuS2O3 (aq) + Na2S2O3 (aq)

FeCl3(aq) + CuSO4 (aq) → FeSO4 (aq) + CuCl2 (Aq) + Fe+

Khairilla Aulia R

Pada judul praktik kali ini yaitu mengenai Reaksi-reaksi Dasar Anorganik dengan Kendali Termokimia dan Kinetika dimana faktor termokimia dapat diketahui melalui adanya stabilitas relatif dari produk dan nilai energi bebasnya negatif sedangkan faktor kinetik dapat diketahui dari kecepatan pembentukan produk dan energi bebasnya bernilai positif. Praktikan melalukan beberapa reaksi reaksi dasar yakni reaksi asam basa dan metatesis, reaksi redoks, reaksi pembentukan kompleks dan substitusi ligan, serta reaksi katalisis.

Reaksi asam-basa pada dasarnya ialah reaksi antara asam dan basa dan menghasilkan garam, sementara metatesis ialah terjadinya pertukaran dari dua huah elektrolit pembentuk garam. Dilakukan 4 perlakuan dalam reaksi ini, yaitu :

1. 1ml HCl 6N direaksikan dengan 1ml NaOH 6N

Pada perlakuan ini, yang pertama yaitu dimasukkannya larutan HCl 6M sebanyak 1 mL kedalam tabung reaksi 1 yang mana larutan tersebut tidak berwarna kemudian ditambahkan larutan NaOH 6M sebanyak 1 mL kedalamnya tidak terjadi perubahan. Kemudian campuran dipanaskan hingga larutan kering dan timbulendapan berwarna putih di dasar dan di dinding tabung reaksi. Suhu tertinggi yang dicapai saat pemanasan yaitu pada 83⁰C dengan suhu ruang sebesar 27⁰C. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi penetralan yang menghasilkan garam NaCl, NaCl mudah sekali terionisasi dalam air menjadi Na+ dan Cl- . Pemanasan menyebabkan kenaikan suhu sehingga terjadi reaksi eksoterm yakni pembebasan energi atau kalor dan entalpi sistem akan berkurang. Reaksi yang terjadi dan perubahan entalpi yang menyertainya berdasarkan literatur, yaitu

NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl (aq) + H2O (l) ∆H= - 252 kj/mol

Pada nilai entalpinya dapat dilihat bahwa untuk menguraikan 1 mol NaOH dan HCl menjadi unsur-unsurnya dilepaskan kalor sebesar 252 kj/mol. Di dalam larutan, HCl dan NaOH akan terurai menjadi ion-ionnya, sehingga reaksi ion yang terjadi adalah sebagai berikut:

H+ (aq) + Cl(aq) + Na+ (aq) + OH(aq) → Na+ (aq) + Cl(aq) + H2O (aq)

Dari reaksi di atas dapat disederhanakan menjadi reaksi ion bersih sebagai berikut :

H+(aq) + OH(aq) → H2O(aq)

2. Na2CO3 0.01 mol 2 tetes ditambahkan larutan HCl 0.005 mol 1 tetes

Pada perlakuan kedua, larutan Na2CO3(aq) 0,01 M sebanyak 2 tetes ditambahkan satu tetes larutan HCl 6M terbentuk larutan bening tidak berwarna, setelah dipanaskan larutan hilang menguap dengan suhu yang dihasilkan yaitu 57⁰C. Hal tersebut terjadi karena terdapat H2CO3 dimana zat volatil menguap sehingga reaksi yang terjadi ;

2HCl(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl(aq) + H2CO3(aq) ∆H=287 kj.mol-1

3. NH4OH dan CH3COOH

Pada tabung reaksi yang ke-3 yaitu larutan NH4OH 0,1 mol sebanyak 10mL ditambahkan larutan CH3COOH 0,5 mol sebanyak 1 mL menghasilkan campuran tidak berwarna dan berbau menyengat dari larutan NH4OH kemudian dipanaskan terbentuk uap dengan suhu tetinggi yaitu 32⁰C dan dengan suhu ruang 27⁰C. Reaksi ini mengalami reaksi eksoterm (melepaskan energi atau kalor). Antara asam asetat dengan amonia membentuk amonium asetat merupakan contoh reaksi netralisasi asam lemah dan basa lemah adalah. Reaksinya adalah sebgai berikut:

CH3COOH(aq) + NH4OH(aq) CH3COONH4(aq)+H2O(l)

4. Na2CO3 dengan CaCl2

Senyawa karbonat jika direaksikan dengan asam kuat encer akan menghasilkan gas karbon dioksida (CO2), air dan garam lain. Pada percobaan selanjutnya yaitu mereaksikan Na2CO3 dengan CaCl2 dengan persamaan reaksi sebagai berikut :

Na2CO3(aq) + CaCl2(aq) --> CaCO3(s) + 2NaCl (aq)

Dari hasil pengamatan, pada saat mencampurkan kedua larutan, terbentuk endapan putih. Endapan putih tersebut terbentuk karena anion dari Na2CO3(CO32-) bereaksi dengan kation dari CaCl2 (Ca2+) membentuk senyawa yang tidak mudah larut dalam larutannya, yaitu CaCO3. CaCO3 merupakan garam karbonat yang tidak dapat larut dalam air.

Percobaan kedua yaitu tentang reaksi reduksi oksidasi (redoks). Reaksi reduksi oksidasi (redoks) adalah reaksi-reaksi kimia yang melibatkan terjadinya perubahan bilangan oksidasi suatu zat. Pada percobaan reaksi redoks ini dilakukan 2 percobaan yaitu kedalam larutan tersebut, sehingga terdapat gelembung di sekitar paku yang dimana semakin lama gelembung tersebut semakin banyak. Hal tersebut menunjukkan terjadinya reaksi elektrolisis dimana larutan H2SO4 mengandung air, dan oksigen (O2) di udara dapat masuk kedalam tabung reaksi yang menyebabkan adanya oksigen terlarut pada larutan H2SO4. Adanya oksigen dan air juga dapat menyebabkan terjadinya korosi pada paku di tabung tersebut. Larutan H2SO4 merupakan larutan elektrolit, salah satu faktor yang dapat mempercepat reaksi korosi. Sehingga reaksinya:

Katoda: 2 H+(aq) + 2 e- → H2(g)

Anoda: 2 H2O(l) → 4H+(aq) + O2(g) + 4 e-

Reaksi sel : 2 H2O(l) → 2 H2(g) + O2(g)

Reaksi yang terjadi pada paku dan larutan H2SO4 yaitu

Fe(s) + H2SO4 → FeSO4(aq) + CO2(g) + H2O

larutan H2SO4 akan mengalami reaksi elektrolisis. Berikut proses dalam suasana asam :
Anoda : Fe2+ (aq) → Fe3+ (aq)+ 1e- (x2) Eº = +0,44 volt

Katoda : 2e- + 2H+ (aq) + SO42-(aq) → SO32- (aq) + H2O (l) (x1) Eº = -0,77 volt

2 Fe2+ (aq) + 2H+ (aq) + SO42-(aq) → 2 Fe3+ (aq) SO22- (aq) + H2O (l) Eº = -0,33 volt

2 FeSO4 (aq) + 2 H2SO4 (aq) → Fe2(SO4)3 (aq) + H2SO3 (aq) + H2O (l)

2. Reaksi AgNO3 dengan NaCl

Pada perlakuan ini larutan AgNO3 0,1 M sebanyak 2 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan larutan NaCl 0,1 M sebanyak 5 mL menghasilkan larutan berwarna putih susu namun sedikit bening dan terdapat endapan berwarna putih Endapan ini ada karena larutan yang digunakan merupakan ion logam yang sukar larut dalam air sehingga terbentuk endapan.

Endapan yang dihasilkan adalah AgCl. Larutan kemudian disaring dan didapatkan endapan pada kertas saring, kemudian padatan dibagi menjadi dua kemudian dilakukan pengamatan pada dua perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama dimana kertas saring yang berisi endapannya disimpan dibawah sinar matahari langsung sedangkan kertas saring dan endapan yang lainnya disimpan ditempat yang gelap. Hasilnya dari endapan yang disimpan ditempat gelap adalah endapan berwarna putih, tidak berubah dari endapan awal karena tidak terjadi reaksi redoks sedangkan pada kertas saring yang ditempatkan dibawah sinar matahari endapan berubah warna menjadi abu kebiruan dikarenakan adanya reaksi redoks oleh sinar matahari (UV). Reaksi yang terjadi, yaitu

AgNO3(aq) + NaCl(aq) → AgCl(aq) + NaNO3(aq)

Endapan warna abu kebiruan timbul karena terjadinya proses penguraian oleh cahaya matahari. Berikut persamaan reaksinya :

2AgCl --> 2Ag + Cl-

Percobaan yang ketiga adalah reaksi pembentukan kompleks dan substitusi ligan. Reaksi kompleksometri adalah terjadinya ikatan kovalen koordinasi antara ion pusat berupa logam dengan lisannya. Percobaan ini dilakukan dengan 2 ion pusat yang berbeda, pertama dengan logam Fe3+ sebagai ion pusatnya dan kedua menggunakan Ca2+ sebagai ion logam pusatnya.

Pada ion pusat Fe dilakukan dengan dimasukkannya larutan FeCl3 0,01 mol sebanyak 5 tetes ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan aquades larutan berwarna kekuningan namun lebih pudar dari warna larutan FeCl3 kemudian ditambahkan larutan NH4OH sebanyak 5 tetes menghasilkan endapan berwarna merah bata dan larutan tidak berwarna kemudian ditambahkan larutan Mg-EDTA tidak mengalami perubahan. Kedua, larutan FeCl3 0,01 mol sebanyak 5 tetes dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan aquades menghasilkan larutan berwarna kuning pudar kemudian ditambahkan larutan Mg-EDTA sebanyak 5 tetes tidak terjadi perubahan warna, kemudian ditambahkan larutan NH4OH sebanyak 5 tetes menghasilakan larutan berubah warna menjadi warna jingga dan terdapat endapan berwarna merah. Adanya perubahan warna menandakan Reaksi pembentukan kompleks berjalan dengan baik. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

1. FeCl3 (aq) + 3 NH4OH (aq) → Fe(OH)3 (s) + 3 NH4Cl (aq)

Fe(OH)3 (s) + Mg.EDTA (aq) → [ Fe(EDTA)] (aq) + Mg (OH)3 (s)

2. FeCl3 (aq) + Mg.EDTA (aq) → [ Fe(EDTA)] (aq) + MgCl2 (aq)

[Fe(EDTA)] (aq) + NH4OH (aq) → Fe(OH)3 (aq) + [NH4(EDTA)] (aq)

Untuk perlakuan dengan ion Ca2+ sebagai ion logam pusat dimasukkan larutan CaCl2 sebanyak 5 tetes kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan aquades, larutan tetap tidak berwarna kemudian ditambahkan larutan NH4OH sebanyak 5 tetes tidak mengalami perubahan kemudian ditambahkannya larutan Mg-EDTA tetap tidak terjadi perubahan warna dimana larutan tetap tidak berwarna. Keempat, dimasukkan larutan CaCl2 sebanyak 5 tetes larutan yang tidak berwarna kemudian ditambahkannya aquades larutan tidak berubah warna kemudian ditambahkannya larutan Mg-EDTA sebanyak 5 tetes tidak terjadinya perubahan apapun kemudian ditambahkan larutan NH4OH sebanyak 5 tetes tidak terjadi perubahan apapun. Reaksi yang terjadi, yaitu

3. CaCl2 (aq) + 2 NH4OH (aq) → Ca(OH)2 (aq) + 2 NH4Cl (aq)

Ca(OH)3 (aq) + Mg.EDTA (aq) → [ Ca(EDTA)] (aq) + Mg (OH)2 (aq)

4. CaCl2 (aq) + Mg.EDTA (aq) → [ Ca(EDTA)] (aq) + MgCl2 (aq)

[Ca(EDTA)] (aq) + NH4OH (aq) → Ca(OH)2 (aq) + [NH4(EDTA)] (aq)

Percobaan keempat yang dilakukan ialah reaksi katalisis. Fungsi katalis adalah menurunkan energi aktivasi, sehingga jika ke dalam suatu reaksi ditambahkan katalis, maka reaksi akan lebih mudah terjadi atau berlangsung lebih cepat. Hal ini disebabkan karena zat-zat yang bereaksi akan lebih mudah melampaui energi aktivasi.

Pada reaksi katalisis ini dilakukan 4 perlakuan dengan katalisator yang berbeda beda dan juga yang tanpa menggunakan katalisator. Berikut hasil pengamatannya:

1. Tanpa Katalisator

Percobaan tabung reaksi pertama, larutan Na2S2O3 ditambahkan dengan larutan FeCl2 sehingga terjadi perubahan warna pada saat pencampuran larutan Na2S2O3 dimana larutan atas berwarna hitam keunguan dan larutan bawah tidak berwarna. Tanda lingkaran X dikertas yang disimpan dibawah labu takar terlihat pada detik ke 9.17.

Na2SO4∙5H2O(aq) + FeCl3∙6H2O(aq) → FeCl2(aq) + Na2SO4O6

2. Dengan katalisator FeCl3.6H2O

Pada percobaan tabung reaksi kedua, larutan FeCl3 10 ml larutan kuning bening kemudian ditambahkan dengan larutan Na2S2O3 10 ml terbentuk larutan berwarna hitam keunguan kemudian coklat bening dan larutan kembali menjadi kuning bening. Tanda lingkaran X dikertas yang disimpan dibawah labu takar terlihat pada waktu 7.80 sekon.

Na2S2O3 (aq) + FeCl3 (aq) → Fe2(S2O3) (aq) + 6 NaCl (aq)

3. Dengan katalisator FeSO4

Percobaan tabung reaksi ketiga, larutan FeCl3 1 tetes larutan berwarna kuning bening kemudian ditambahkan dengan larutan Na2S2O3 sebanyak 10 ml terbentuk larutan berwarna ungu kehitaman kemudian coklat bening dan kembali kuning keruh dan terbentuk emulsi. Tanda lingkaran X dikertas yang disimpan dibawah labu takar terlihat pada waktu 8.70 sekon.

FeSO4 (aq) + Na2S2O3 (aq) → Na2SO4 (aq) + FeS2O3 (aq)

4. Dengan katalisator CuSO4

Pada tabung terakhir digunakan, larutan FeCl3 larutan kuning bening kemudian ditambah dengan 1 tetes larutan CuSO4 larutan menjadi berwarna hitam, kemudian menjadi tidak berwarna. Tanda lingkaran X dikertas yang disimpan didawah labu takar terlihat pada waktu 2.16 sekon

CuSO4 (aq) + Na2S2O3 (aq) → CuS2O3 (aq) + NaSO4 (aq)

Dapat dilihat dari waktu berjalannya reaksi, tanpa menggunakan katalisator reaksi berjalan lebih lambat dibandingkan dengan yang menggunakan katalisator. Katalisator yang paling efektif ialah yang dapat mempercepat waktu berjalannya reaksi secara signifikan terjadi pada saat penambahan katalis CuSO4, sehingga dapat dikatakan bahwa katalisator dari Cu yang paling baik karena memiliki waktu jalannya reaksi yang paling singkat.

M Guswanda P

Termokimia adalah yang mempelajari hubungan antara energi panas dan energi kimia sedangkan kinetika kimia adalah bidang ilmu kimia yang mempelajari kecepatan berlangsungnya suatu reaksi kimia. reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan antar bahan kimia yang biasanya yang dikarakterisasikan ndengan perubahan kimia dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari reaktan. Pada percobaan yang telah dilakukan, ada beberapa reaksi yaitu : reaksi asam basa dan metatesis, reaksi redoks, reaksi pembentukan kompleks san substitusi ligan, serta reaksi katalisis.

Reaksi asam basa secara luas merupakan reaksi antara asam dengan basa sedangkan reaksi metatesis (reaksi penggantian ganda) yang mana dua senyawa saling berganti ion atau ikatan untuk membentuk senyawa yang berbeda. Pada percobaan ini kita menyediakan 4 tabung reaksi dimana pada tabung reaksi yang pertama kita isi dengan larutan ml HCl kemudian ditambahkan dengan NaOH setelah itu kita ukur suhunya sebelum dipanaskan dan suhunya mencapai 83oC dan diuapkan diatas penangas spirtus sampai larutan tersebut habis dan kering. Ketika pemanasan berlangsung terjadu gelambung dan uap pada larutan, dan larutan tersebut terbentuk endapan berwarna putih disekitar tabung reaksi itu hal ini dikarenakan larutan HCl bersifat asam sedangkan NaOH bersifat basa jadi ketika larutan tersebut bereaksi maka akan menghasilkan garam, dan suhu tertingginya mencapai 83oC. Air yang dihasilkan pada reaksi ini merupakan elektrolit yang sangat lemah sehingga sangat kecil untuk terionisasi dalam air menjadi Na+ dan Cl-. Reaksi ini merupaka reaksi penetralan dimana didalamnya terjadi reaksi antara asam kuat dan basa kuat. Asam ini akan memberikan ion hidrogen yang dapat memperbesar konsentrasi dari ion OH- dalam air. Kenaikan suhu yang terjadi ini dikarenakan reaksi dipanaskan sehingga terjadi reaksi eksoterm sehingga entalpi reaksi akan berkurang. Reaksi yang terjadi yaitu:

HCl(aq) + NaOH(aq)  NaCl(s) + H2O(l) (diuapkan)  endapan putih.

Kemudian pada tabung yang ke dua perlakuannya sama seperti pada tabung reaksi yang pertama Na2CO3 ditambahkan dengan larutan HCl kemudian diuapkan pada penangas spirtus yang bertujuan untuk melihat bahwa larutan tersebut akan terbentuk garam atau tidak, akan tetapi sebelum menguapka larutan tersebut kita mengukur suhunya dan suhunya 27oC, lalu kita uapkan dan terbentuk endapan berwatna kuning disekitar dinding tabung reaksi hal ini karena zat yang volatil menguap dan zat yang volatil tetap berada pada tabung, kemudian sambil larutan diuapkan kita sambil melihat suhu tertinggi yang terjadi pada larutan dan suhu tertinggi yang diperoleh adalah oC. Reaksi yang terjadi yaitu:

Na2CO3(aq) + 2HCl(aq)  H2O(l) + 2NaCl(s) (diuapkan) endapan kuning

Pada tabung ketiga kita mengambil larutan NH4OH sebanyak ml kemudian ditambahkan dengan larutan asam asetat sebanyak 1 ml, kemudian kita mengukur suhunya 28oC lalu kita uapkan diatas penangas spirtus, pada larutan ini tidak terbentuk endapan, karena percobaan ini mengalami reaksi eksoterm (melepaskan energi kalor). Reaksi yang terjadi yaitu:

NH3(aq) + CH3COOH(aq)  CH3COO-(aq) + NH3OH(aq) (diuapkan) tidak terjadi endapan

Kemudian pada tabung reaksi yang terakhir kita masukan larutan Na2CO3 sebanyak 2 tetes dan ditambahkan dengan larutan CaCl2 sebanyak 2 ml kemudian dicek suhunya 25oC dan diuapkan diatas penangas spirtus dan hasilnya pada dinding tabung reaksi terdapat endapan berwarna putih itu artinya bahwa reaksi ini mengalami reaksi eksoterm (melepaskan energi kalor) dan suhu tertingginya mencapai 83oC. Reaksi yang terjadi :

Na2CO3(aq) + CaCl2(aq)  2NaCl(s) + CaCO3(aq) (diuapkan) terjadi endapan berwarna putih

Pada percobaan ke-2 yaitu reakdi redoks. Reaksi redoks bisa dipahami sebagai transfer elektron dari salah satu senyawa (disebut reduktor) kesenyawa lainnya (disebut olsidator). Oksidasi dimengerti sebagai kenaikan bilangan oksidasi. Dan reduksi adalah penurunan bilangan oksidasi. Pertama 5 ml larutan AgNO3 ditambahkan 5 ml larutan NaCl sehingga terbentuk larutan yang tidak berwarna saat dicampurkan. Namun setelah dididamlan beberapa lama larutan menjadi tidak berwarna lagi dan ada endapan berwarna putih pada larutan. Endapan ini karena yang digunakan karena ion logam yang sukar larut dama air sehingga terbentuk endapan. Endapan yang dihasilkan adalah endapan AgCl. Larutan kemudian disaring dan didapatkan padatan, padatan kemudian dibagi dua untu dilakukan perbandingan perubahan yang terjadi dimana kertas saring disimpan dibawah sinar matahari, sedangkan kertas saring yg disimpan ditempat gelap. Hasil padatan yang disimpan d tempat gelap adalah endapan yang tidak berubah warna ( tetap berwarna putin) karena tidak terjadi reaksi redoks. Sedangkan pada tempat yang dibawah sinar matahari endapan berubah menjadi warna abu-abu dikarenakan terjadi reaksi redoks oleh sinar matahari (UV).

Selanjutnya kami memasukkan 2 ml H2SO4 kedalam tabung reaksi dan dimasukkan sebuah paku besi kedalamnya, saat beberapa menit paku menjadi berkarat dan terdapat gelembung disekitar paku, hal ini disebabkan karna ion logam yang ada pada paku ter oksidasi oleh zat H2SO4 sehingga hasil oksidasi (gelembung) tersebut mengapung disekitar paku. Reaksi yang terjadi adalah :

2Fe2+  2Fe3+ + 2e- x1

2e- + 2H+ + SO42- SO32- + H2O x2

2Fe2+ + 2H+ + SO42-  2Fe3+ + SO32- + H2O

AgNO3 + NaCl  AgCl + NaNO3

Pada percobaan ke-3 reaksi pembentukan kompleks dan substitusi ligan. Yang pertama kita lakukan adalah 5 tetes larutan FeCl3 ditambahkan dengan larutan NH4OH larutan menjadi warna jingga dan terdapat endapan yang berwarna merah bata, kemudian setelah itu ditambahkan dengan EDTA larutan menjadi warna kuning (+) dan endapan masih berwarna merah bata hal ini disebabkan karena ion kompleks pada logam terbentuk karena adanya penyatuan ion logam pada kedua reaksi. Sedangkan pada perlakuan yang selanjutnya larutan FeCl3 ditambahkan dengan EDTA larutan menjadi warna kuning (++) dan ditambahkan dengan larutan NH3 larutan berubah menjadi keruh dan endapan berwarna merah bata. Pada larutan terbentuk endapan dan itu membuktikan bahwa terjadi reaksi pembentukan kompleks pada larutan. Sedangkan perlakuan yang selanjutnya adalah larutan CaCl2 ditambahkan dengan larutan EDTA larutan ini tidak berwarna kemudian ditambahkan lagi dengan NH3 larutan ini masih tidak berwarna. Sedangkan ketika larutan CaCl2 ditambahkan NH3 terlebih dahulu dan ditambahkan EDTA larutan masih tidak berwarna dan tidak terjadi endapan akan tetapi bau dari larutan menjadi sangat menyengat, hal ini terjadi karena campuran dari ion amoniak dan CaCl2 akan menghasilkn bau amoniak yang menyengat. Reaksi yang terjadi:

FeCl3 + H2O  FeCl2(aq)

FeCl3 + 3NH4OH  NH4Cl + Fe(OH)3

Fe(OH)3 + Mg-EDTA  Fe-EDTA + Mg(OH)3

FeCl3(aq) + Mg-EDTA  Fe-EDTA + MgCl2

MgCl2 + NH4OH  2NH4Cl + Mg(OH)2

CaCl2(s) + (H2O)(s)  CaCl2(aq)

CaCl2(aq) + 2NH4OH  Ca(OH) + Mg(OH)2

Ca(OH) + Mg-EDTA  Ca-EDTA + MgCl2

CaCl2(aq) + Mg-EDTA  Ca-EDTA + MgCl2

MgCl2 + 2NH4OH  Mg(OH)2 + 2NH4Cl

Pada percobaan ke-4 yaitu reaksi katalis. Katalis adalah suatu zat yang berfungsi mempercepat terjadinya reaksi, tetapi pada akhir reaksi diperoleh kembali. Percobaan yang pertama kita menambahkan larutan FeCl3 5 ml ditambahkan larutan tiosulfat larutan ini berwarna hitam pekat, akan tetapi dengan berjalannya waktu larutan memudar warnanya, kemudian larutan diamati ketika pertama kali terlihat tanda X pada 09.17 detik.

Selanjutnya menambahkan larutan FeCl3.6H2O sebanyak 0 ml dan ditambahkan larutan FeCl3 pada proses ini tidak terjadi perubahan warna. Selanjutnya ditambahkan dengan tetes tiosulfat dan terjadi perubahan warna kembali, larutan ini berwarna hitam pekat, akan tetapi dengan berjalannya waktu larutan memudar warnanya, kemudian larutan diamati ketika pertama kali terlihat tanda X pada 07.80 detik.

Kemudian menambahkan larutan FeCl3.6H2O sebanyak 0 ml dan ditambahkan larutan FeSO4 sebanyak 1 tetes, tidak terjadi perubahan apapun pada proses ini, lalu ditamahkan natrium tiosulfat sebanyak 10 ml, larutan ini berwarna hitam pekat, akan tetapi dengan berjalannya waktu larutan memudar warnanya, kemudian larutan diamati ketika pertama kali terlihat tanda X pada 08.07 detik.

Kemudian menambahkan larutan FeCl3.6H2O sebanyak 0 ml dan ditambahkan larutan CuSO4 sebanyak 1 tetes, tidak terjadi perubahan apapun pada proses ini, lalu ditambahkan natrium tiosulfat sebanyak 10 ml, larutan ini berwarna hitam pekat, akan tetapi dengan berjalannya waktu larutan memudar warnanya, kemudian larutan diamati ketika pertama kali terlihat tanda X pada 02.16 detik. Reaksi yang terjadi :

2FeCl3(aq) + 2Na2S2O3(aq)  2FeCl2(aq) + Na2SO4(aq) + 2NaCl(aq)

FeSO4(aq) + Na2S2O3(aq) + FeS2O3(aq) + Na2SO4(aq)

CuSO4(aq) + Na2S2O3(aq) + CuS2O3(aq) + Na2SO4(aq)

Sukma Mahardika

Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan antarubahan senyawa kimia. Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat dalam reaksi disebut sebagai reaktan. Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari reaktan. Secara klasik, reaksi kimia melibatkan perubahan yang melibatkan pergerakan elektron dalam pembentukan dan pemutusan ikatan kimia, walaupun pada dasarnya konsep umum reaksi kimia juga dapat diterapkan pada transformasi partikel-partikel elementer seperti pada reaksi nuklir.

Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan energi kimia sedangkan kinetika kimia adalah bidang ilmu kimia yang mempelajari kecepatan berlangsungnya suatu reaksi kimia. Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan antarbahan kimia yang biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan kimia dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari reaktan. Pada percobaan yang telah dilakukan, ada beberapa reaksi yang terjadi yaitu reaksi asam dan metatesis, reaksi redoks, reaksi pembentukan kompleks dan substitusi ligan, serta reaksi katalisis.

Reaksi yang pertama adalah reaksi asam-basa dan metatesis, yaitu reaksi yang mendonorkan proton dari sebuah molekul asam ke molekul basa. Disini, asam berperan sebagai donor proton dan basa berperan sebagai akseptor proton. Pada tabung ke-1 pertama-tama dimasukkan larutan HCl 6 M yang kemudian ditambahkan dengan larutan NaOH 6 M, kemudian dilakukan pemanasan sehingga terbentuk gelembung dan uap pada larutan, ada endapan putih dan suhu tertinggi yaitu pada 83⁰C. Air yang dihasilkan pada reaksi ini merupakan elektrolit yang sangat lemah sehingga sangat kecil untuk terionisasi sedangkan NaCl mudah sekali terionisasi dalam air menjadi Na+ dan Cl-.Reaksi yang terjadi ini merupakan reaksi penetralan dimana didalamnya terjadi reaksi antara asam kuat dengan basa kuat. Asam ini akan memberikan ion hidrogen (H+) yang dapat memperbesar konsentrasi dari ion OH dalam air. Kenaikan suhu yang terjadi ini dikarenakan reaksi dipanaskan sehingga terjadi reaksi eksoterm ( pembebasan energi/kalor ), sehingga entalpi sistem akan berkurang yang artinya entalpi produk lebih kecil dibandingkan entalpi pereaksinya. Reaksi yang terjadi yaitu : NaOH(aq) + HCl(aq)  NaCl(s) + H2O(aq)

Pada tabung ke-2 larutan Na2CO3 0,01 M ditambahkan dengan larutan HCl 6 M terbentuk larutan berwarna kuning bening yang kemudian dipanaskan sehingga terbentuk uap dan noda setitik berwarna putih dengan suhu yaitu 57⁰C. Noda ini dihasilkan karena zat yang volatil menguap dan zat yang non volatil tetap berada pada tabung reaksi. Reaksi yang terjadi yaitu;

Na2CO3(aq) + 2HCl(aq)  2NaCl(s) + H2O (aq) + CO2(g)

Pada tabung ke-3 yaitu NH3 ditambah dengan CH3COOH dan dihasilkan tidak terbentuk endapan pada tabung lalu suhu diukur mencapai 32C. Percobaan ini mengalami reaksi eksoterm ( melepaskan energi/kalor). Reaksi yang terjadi yaitu :

NH3 (aq) + CH3COOH(aq) CH3COO -(aq) + NH4+ (aq)

Pada tabung ke-4, larutan Na2CO3 ditambah larutan CaCl2 kemudian dipanaskan terbentuk uap dan ada noda putih kering sedikit dengan suhu tertinggi yaitu 83⁰C. Reaksi ini juga merupakan reaksi eksoterm karena adanya pelepasan kalor. Reaksi yang terjadi yaitu:

Na2CO3(aq) + CaCl2(aq)  2NaCl(aq) + CaCO3 (s)

Reaksi redoks dapat dipahami sebagai transfer elektron dari salah satu senyawa (disebut reduktor) ke senyawa lainnya (disebut oksidator). Dalam proses ini, senyawa yang satu akan teroksidasi dan senyawa lainnya akan tereduksi, oleh karena itu disebut redoks. Pertama-tama dimasukkan larutan H2SO4 yang kemudian dimasukkan paku kedalam larutan didalam tabung reaksi, hasil dari pengamatan terlihat ada gelembung dimana semakin lama, gelembung tersebut semakin banyak. Ini menunjukan bahwa pada larutan terjadi reaksi elektrolisis dimana larutan H2SO4 mengandung air, dan oksigen di udara masuk pada tabung yang menyebabkan adanya oksigen terlarut pada larutan H2SO4. Adanya oksigen dan air ini juga dapat menyebabkan terjadinya korosi pada paku. Larutan H2SO4 merupakan larutan elektrolit yang dapat mempercepat reaksi korosi. Reaksi yang terjadi pada paku dan larutan H2SO4 yaitu :

Fe(s) + H2SO4 FeSO4(aq) + CO2(g) + H2O

Selanjutnya larutan AgNO3 ditambahkan larutan NaCl sehingga terbentuk larutan keruh saat dicampurkan, namun setelah didiamkan beberapa lama larutan menjadi tidak berwarna kembali dan ada endapan berwarna putih pada larutan. Endapan ini ada karena larutan yang digunakan merupakan ion logam yang sukar larut dalam air sehingga terbentuk endapan . Endapan yang dihasilkan adalah AgCl . Larutan kemudian disaring dan didapatkan padatan pada kertas saring. Padatan dibagi 2 untuk dilakukan perbandingan perubahan yang terjadi dimana kertas saring 1 disimpan dibawah sinar matahari langsung sedangkan kertas saring 2 disimpan ditempat yang gelap. Hasil dari padatan yang disimpan ditempat gelap adalah endapan yang tidak berubah warna (tetap berwarna putih) karena tidak terjadi reaksi redoks sedangkan pada tempat yang terang warna endapan berubah menjadi abu-abu dikarenakan terjadi reaksi redoks oleh sinar matahari (UV). Reaksi yang terjadi pada larutan yaitu:

AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3

Percobaan selanjutnya adalah reaksi pembentukan kompleks dan substitusi ligan. Reaksi kompleksometri adalah reaksi ion logam, yaitu kation dengan anion atau molekul netral. Terdiri dari atom pusat dan sejumlah ligan yang terikat pada atom pusat. Satu ion atau molekul kompleks terdiri dari atom pusat yang ditandai dengan bilangan koordinasi, yakni suatu angka bulat yang menunjukan jumlah ligan (monodentat) yang membentuk kompleks stabil dengan satu atan (ion) pusat. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan tinggi. Tabung reaksi pertama dimasukkan FeCl3 0,01 mol berupa larutan tak berwarna, ditambahkan NH4OH menjadi berwarna kuning dan ditambahkan Mg EDTA, larutan terdapat endapan merah. Selanjutya didalam tabung reaksi 2 dimasukkan FeCl3 0,01 mol berupa larutan berwarna kuning, ditambahkan dengan Mg EDTA menjadi berwarna kuning seulas, dan ditambahkan dengan NH4OH, larutan menjadi sedikit keruh. Pada tabung reaksi ketiga dimasukkan CaCl2 berupa larutan tak berwarna, ditambahkan NH4OH menghasilkan larutan yang tetap tak berwarna, dan ditambah Mg EDTA menghasilkan larutan dengan bau khas menyengat. Dan pada tabung keempat dimasukkan CaCl 0,01 mol berupa larutan tak berwarna, ditambahkan Mg EDTA menghasilkan larutan yang tetap tak berwarna, dan ditambahkan lagi dengan NH4OH menghasilkan larutan yang tak berwarna juga. Pergantian ligan ini dilakukan untuk mengetahui senyawa kuprisulfat, lebih membentuk kompleks dengan ligan yang mana, dimana pada larutan terjadi perubahan warna dan itu membuktikan bahwa terjadi reaksi pembentukan kompleks pada larutan. Persamaan reaksi yang terjadi :

FeCl3(aq) + Mg-EDTA(aq) Fe- EDTA(aq) + Mg Cl(aq)

FeCl3(aq) + NH4OH(aq) [Fe(NH3)6]Cl(aq)

CaCl2(aq) + Mg-EDTA(aq) Ca- EDTA(aq) + MgCl(aq)

CaCl2(aq) + NH4OH(aq) Ca(NH3)4Cl(aq)

Reaksi katalisis yaitu adanya katalis akan mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi. Hasil akhirnya akan sama dengan reaksi tanpa katalis. Pada katalisis, reaksinya tidak berlangsung secara spontan, tapi melalui substansi ketiga yang disebut dengan katalis. Tidak seperti reagen lainnya yang ikut dalam reaksi kimia, katalis tidak ikut serta dalam reaksi itu sendiri, tapi dapat menghambat, mematikan, atau menghancurkan melalui proses sekunder. Pada prosedur ini dilakukan 4 kali percobaan menggunakan gelas ukur yang berbeda. Pada gelas ukur ke-1 dimasukkan Na2S2O3.5H2O berupa larutan tak berwarna, ditambahkan dengan FeCl3.6H2O dihasilkan larutan yang hitam dan setelah 09,17 detik tanda terlihat berwarna kuning.

Selanjutnya pada gelas ukur ke-2 dimasukkan FeCl3.6H2O berupa larutan berwarna kuning, ditambahkan FeCl3.6H2O dihasilkan larutan yang tetap tak berwarna. Kemudian ditambahkan Na2S2O3 dihasilkan larutan berwarna hitam, setelah detik ke 07,80 tanda terlihat berwarna kuning.

Pada gelas ukur ke-3 dimasukkan FeCl3.6H2O berupa larutan kuning, ditambahkan dengan FeSO4 didapat larutan dengan warna tetap, taka da perubahan. Dimasukkan Na2S2O3 dihasilkan larutan dengan warna hitam pada detik ke 08,07 dan tanda terliat berwarna kuning.

Dan pada gelas ukur ke-4 dimasukkan larutan FeCl3.6H2O berupan larutan berwarna kuning, ditambahkan CuSO4 dihasilkan larutan yang tetap tak ada perubahan warna, kemudian ditambahkan Na2S2O3 dan dihasilkan larutan hitam pada detik ke 02,16 dan tanda terlihat tak berwarna.

Persamaan reaksi :

FeCl3(aq) + Na2S2O3(aq) FeCl2 (aq) + Na2SO4O6 + NaCl

Na2S2O3(aq) + CuSO4(aq) CuS2O3(aq) + Na2SO4

Na2S2O3(aq) + FeSO4(aq) Fe S2O3(aq) + Na2SO4

IX. KESIMPULAN

Dari hasil prakatikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

  • Reaksi-reaksi yang dapat teridentifikasi yang melibatkan bahan anorganik diantaranya reaksi asam basa, metatesis, reaksi redoks, reaksi pembentukan kompleks, dan reaksi ligan, serta reaksi katalisis.

  • Perbedaan pada masing-masing reaksi berdasarkan karakteristiknya dapat terlihat pada:

  1. Reaksi asam basa: adanya reaksi asam basa yang menghasilkan garam dan air seperti HCl dan NaOH sedangkan reaksi metatesis ditandai dengan tidak terbentuknya air setelah setelah direaksikan seperti Na2CO3 + 2HCl.

  2. Reaksi redoks: ditandai dengan teroksidasinya paku oleh larutan H2SO4 sehingga paku mengalami korosi (berkarat).

  3. Reaksi substitusi ligan: ditandai dengan adanya pertukaran ligan seperti pada reaksi FeCl3(aq) + Mg(EDTA)(aq) Fe(EDTA)(aq) + MgCl3(aq)

  4. Reaksi katalisis: ditandai dengan turunnya energy aktivasi yang menyebabkan tanda X jelas terlihat karena adanya katalis yang mempercepat laju reaksi.

  • Factor-faktor yang mempengaruhi reaksi berlangsung yaitu luas permukaan, suhu, katalis, molaritas, konsentrasi, dan kelarutan dari suatu zat tersebut.

X. DAFTAR PUSTAKA

Sukma mahardika

Brady, J. E. 1992. “Kimia Universitas Asas dan Srtuktur”. Binarupa Aksara. Jakarta.

Cotton dan Wilkinson. 1989. “Kimia Anorganik Dasar”. Jakarta : Erlangga Harjadi. 1993. “Ilmu Kimia Analitik Dasar”. Jakarta: Gramedia.

Ramlawati. 2005. “Kimia Anorganik”. Bandung : ITB

Sukardjo. 1989. “Kimia Anorganik”. Rineka Cipta. Yogyakarta.

Underwood, A.L dan Day, R.A. 1999. “Analisis Kimia Kuantitatif”. Jakarta: Erlangga.

Ahmad hanif Fahrudi

Sukardjo. 1989. “Kimia Anorganik”. Rineka Cipta. Yogyakarta.Underwood, A.L dan Day, R.A. 1999. “Analisis Kimia Kuantitatif”. Jakarta: Erlangga.

Cotton, F. Albert. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta; Universitas Indonesia

Keenan. 1980. Kimia untuk universitas. Jakarta: Erlagga

Ranawijaya, J. 1985. Ilmu Kimia 2. Jakarta: Depdikbud

Desanti Sarifufah

Sugiarto,Kristian.2003.Kimia Anorganik II.Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta.

Suhendar,Dede.2013.Buku Panduan Praktikum Kimia Anorganik.Bandung:Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Svehla, G. 1985. "Analisis Kualitatif Makro dan Semi Mikro". Jakarta: Kalman Media Pustaka.

Wahyuningsih, Sayekti. 2015. "Dasar Reaksi Anorganik (Kimia Anorganik II)". Surakarta: DPN FMIPA Universitas Sebelas Maret.

Tobing, L. 1989. Kimia Bahan Alam. Jakarta: Depdikbud.

Ayu Anisa Latifah

Arifin. 2010. Penuntun Kimia Anorganik. Kendari: UH

Chang, raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta; erlangga.

Cotton, F. Albert. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta; Universitas Indonesia

Keenan. 1980. Kimia untuk universitas. Jakarta: Erlagga

Ranawijaya, J. 1985. Ilmu Kimia 2. Jakarta: Depdikbud

Suhendar, dede. 2015. Praktikum Kimia Anorganik. Bandung; Laboratorium Kimia Anorganik UIN SDG

Svehla, G. 1979. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka

Khairilla Aulia R

Suhendar, Dede. 2013.“buku panduan praktikum kimia anorganik”. Jurusan kimia fakultas sains dan teknologi UIN SGD. Bandung

Svehla, G. 1985. "Analisis Kualitatif Makro dan Semi Mikro". Jakarta: Kalman Media Pustaka.

Wahyuningsih, Sayekti. 2015. "Dasar Reaksi Anorganik (Kimia Anorganik II)". Surakarta: DPN FMIPA Universitas Sebelas Maret.

Fitri ayu Novitasari

Syafnil.2015.Penuntun Praktikum Anorganik.Bengkulu: Laboratorium Teknologi Pertanian

Chang,Raymond.2005.Kimia Dasar Konsep Konsep Inti Jili 1 dan 2.Edisi Ketiga.Jakarta : Erlangga

Petrucci,Ralph,H.1987.Kimia Dasar Prinsip Terapan Modern Jilid 3.Edisi Keempat.Jakarta : Erlangga

Suhendar,Dede.2013.Praktikum Kimia Anorganik.Bandung : UIN SGD Bandung

Dini Esa pertiwi

Oxtoby, D.W. Gilis,H. 1999. Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.

Svehla,G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Makro.Jakarta : Kalman Media Pustaka.

Trethewey, K.R. 1991. Korosi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Keenan, K. (1984). Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Ranawijaya, J. (1985). Ilmu Kimia 2. jakarta: depdikbud.

Handoyo,Kristian Suyiyarto.2001.Dasar-dasar kimia Anorganik Nonlogam.Yogyakarta:PMIP Jurusan Kimia UI Yogyakarta

Anisa Budiman

Aris, Tris, dan Antonio Gomes.2009.Bahan Kontruksi Alat Proses Korosi.Malang:ITM.

Sugiarto,Kristian.2003.Kimia Anorganik II.Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta.

Suhendar,Dede.2013.Buku Panduan Praktikum Kimia Anorganik.Bandung:Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Svehla,G.Vogel.1985.Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.Jakarta:PT.Kalman Media Pustaka.

Oxtoby,D.W.Gilis,H.1999.Kimia Modern.Jakarta: Erlangga.

Trethewey,K.R.1991.Korosi.Jakarta:Gramedia Pusaka Utama.

M Guswanda

Hakim. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung: Lampung.

Hardjowigeno. 1985. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Sugiyarto, Kristian H. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Svehla, G. 1985. Analisis Kualitatif Makro dan Semi Mikro. Jakarta: Kalman Media Pustaka.

Tobing, L. 1989. Kimia Bahan Alam. Jakarta: Depdikbud.

Tugas pada pelaporan

1. Bagaimana persamaan reaksi dari setiap perlakuan percobaan diatas?

Jawab:

1. Reaksi asam basa dan metatesis

NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(s) + HCl(l)

Na2CO3(aq) + HCl(aq) 2NaCl(s) + H2O(aq) + CO2(g)

NH4OH(aq) + CH3COOH(aq) CH3COONH4(aq) + H2O(l)

Na2CO3(aq) + CaCl2(aq) 2NaCl(s) +CaCO3(aq)

2. Reaksi redoks

Fe(s) + H2SO4 FeSO4(aq) + CO2(g) + H2O

AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3

3. Reaksi pembentukan kompleks dan substitusi ligan

FeCl3(aq) + Mg(EDTA)(aq) Fe(EDTA) (aq) + MgCl3(aq)

FeCl3(aq) + NH4OH(aq) [Fe(NH3)6]Cl(aq)

CaCl2(l) + Mg(EDTA)(aq) Ca(EDTA) (aq) + MgCl(aq)

CaCl2(l) + NH4OH(aq) Ca(NH4)Cl(aq)

4. Reaksi katalisis

FeCl3(aq) + Na2S2O3(aq) FeCl2(aq) + Na2SO4O6 + NaCl

Na2S2O3(aq) + CuSO4(aq) Cu2SO3(aq) + Na2SO4

Na2S2O3(aq) + FeSO4(aq) Fe2SO3(aq) + Na2SO4

  1. Carilah data entalpi dan entropi semua reaktan produknya, lalu hitung perubahan energi bebasnya. Lalu tentukan jenis kendali (termokimia atau kinetika) yang dominan pada tiap reaksi yang telah dilakukan!

Jawab:

  • Reaksi antara HCl dan NaOH . HCl merupakan asam kuat dan NaOH merupakan basa kuat. Nilai entalpi = (-411,15 + (-285,83))-((-425,61) + (-167,16). Sehingga jika dikalkulasikan nilai entalpi tersebut yaitu -104,21 kj/mol. Sedangkan nilai entropinya = (72,13 + 69,91)-(64,46 + 56,5)=21,08 kj.mol. nilai perubahan energi bebasnya= entalpi-Tentropi= (-140,21 kj/mol) – (311K(21,08 x 103 kj/mol)=-110,7559 kj/mol.

  • Reaksi antara ammonia dan asam asetat, entalpi=(-486,01) + (-132,51)-(-485,76) + (80,29). jika dikalkulasikan nilai entalpi tersebut yaitu -52,47 kj/mol. Entropi=(86,6 +113,4)-(178,7 + 111,3)=-90kj/mol. nilai perubahan energi bebasnya= entalpi-Tentropi=-52kj/mol-(305K(90 x 103 kj/mol)= -25,02 kj/mol.

  • Reaksi antara natrium karbonat dan kalsium klorida, entalpi= (2(-411,15) + (-1207,1))-((-1157,38) + (-709,99) jika dikalkulasikan nilai entalpi tersebut yaitu -162,03 kj/mol. Sedangkan nilai entropinya= (72,13 + 887) – (61,1 + 3,4)= 96,33 kj/mol. nilai perubahan energi bebasnya= entalpi-Tentropi=(-162,03 kj/mol-(351K(96,33 x 103 kj/mol)=-195.8418 kj/mol.

Pada reaksi redoks terjadi peningkatan bilangan oksidasi sehingga jenis kendalinya yaitu kendali termokimia.

Pada pembentukan kompleks dan substitusi ligan terjadi pergantian ligan dan jenis kendalinya yaitu kinetika.

Pada reaksi katalisis, reaksi yang terjadi sangat cepat karena bantuan katalis. Sehingga jenis kendalinya adalah termodinamika.

3. Pada nikel(II) sulfat tidak digunakan karena terbatasnya bahan

Pada tembaga(II)sulfat: larutan natrium tiosulfat ditambahkan dengan larutan tembaga(II)sulfat hasilnya menjadi berwarna hitam, waktu yang diperlukan untuk melihat tanda X 02.16 menit.

penambahan besi(II) sulfat pada larutan natrium tiosulfat membuat larutan berubah warna menjadi warna hitam, dari yang asalnya berwarna kuning. Sedangkan waktu untuk melihat tanda X adalah 8,70 detik.

Pada kobal(II) klorida tidak dilakukan karena terbatasnya bahan.