Analisis kebijakan perubahan fungsi cagar alam pulau rambut menjadi suaka margasatwa
ANALISIS KEBIJAKAN PERUBAHAN FUNGSI
CAGAR ALAM PULAU RAMBUT
MENJADI SUAKA MARGASATWA
,
ADE SURYANDA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK
ADE SURYANDA. Analisis Kebijakan Perubahan Fungsi Cagar Alam Pulau
Rambut menjadi Suaka Margasatwa. Dibimbing oleh AKHMAD FAUZI dan JOKO
PURWANTO.
Pulau Rambut saat ini mengalami berbagai tekanan yang dapat mengancam
kelestarian ekosistem dan keanekaragarnannya. Mengingat pentingnya Pulau Rambut
dan krisisnya kondisi kawasan tersebut, maka Menteri Kehutanan dan Perkebunan
mengeluarkan Surat Keputusan Perubahan Fungsi Cagar Alam Pulau Rambut
menjadi Suaka Margasatwa pada tahun 1999.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggali potensi Pulau Rambut.
serta persepsi stakeholders/key persons mengenai Pulau Rambut. Selain itu.
penelitian ini menganalisis alternatif pengelolaan yang optimal dalam pemanfaatan
Pulau Rambut, sebagai wujud analisis kebijakan perubahan fungsi cagar alam Pulau
Rambut men.adi suaka margasatwa.
Berdasarkan data primer dan data sekunder yang diperoleh dari survei,
observasi di lapangan, wawancara dan diskusi dengan stakeholders/key persons serta
studi literaturlpustaka. Pulau Rambut, sebagai salah satu pulau sangat kecil (+ 45 ha)
dengan keanekaragaman hayati yang besar, berupa keanekaragaman genetik,
keanekaragaman jenis dan keanekaragaman ekosistem.
Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam kerangka biaya dan manfaat yang
dilakukan berhasil mendapat persepsi stakeholders/key persons mengenai
pengelolaan Pulau Rambut sebagai tempat kunjungan wisata merupakan alternatif
yang memiliki nilai manfaat dan biaya terbesar. Penelitian ini juga berhasil
menganalisis alternatif pengelolaan optimal dalam pemanfaatan Pulau Rambut.
Berdasarkan analisis tersebut, alternatif pengelolaan Pulau Rambut yang optimal
adalah dengan menjadikan Pulau Rambut sebagai cagar alam atau suaka margasatwa
yang memiliki nilai perbandingan antara manfaat dan biaya lebih besar dari 1 (BIC >
1). Berdasarkan hasil tersebut di atas maka, kebijakan pemerintah merubah fungsi
cagar alam Pulau Rambut menjadi suaka margasatwa suai dengan pendapat dan
keinginan stakeholders/key persons, karena pada kawasan suakamargasatwa dapat
dilakukan kegiatan wisata terbatas. Wisata terbatas yang dikembangkan di Pulau
Rambut adalah wisata yang memperhatikan lingkungan (ekowisata) dengan
inelibatkan masyarakat sekitar kawasan dalam pengelolaannya.
Kata kunci: analisis kebijakan, cagar alam, suaka margasatwa, pulau rambut
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
ANALISIS KEBIJAKAN PERUBAHAN FUNGSI CAGAR ALAM PULAU
RAMBUT MENJADI SUAKA MARGASATWA
Adalah benar merupakan hasil karya Saya sendiri dan belum pernall dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Juni 2002
ANALISIS KEBIJAKAN PERUBAHAN FUNGSI
CAGAR ALAM PULAU RAMBUT
MENJADI SUAKA MARGASATWA
ADE SURYANDA
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
.
-
Judul Tesis
: Analisis Kebijakan Perubahan Fungsi Cagar Alam Pulau
Rambut menjadi Suaka Margasatwa
Nama
: Ade Suryanda
NRP
: 99688
Program Studi : Tlmu Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
c
Dr. r. Akhmad Fauzi, M.Sc.
Ketua
Dr. Ir. ~ o k Purwanto,
o
DEA
Anggota
Mengetahui,
Tanggal lulus: 12 Juni 2002
'ew
.-__
?M1
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tangal 14 September 1972, sebagai anak keempat dari pasangan H.S. Daniel Koto dan Hj. Nurcaya Noorsan. Pendidikan sarjana
ditempuh di Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, IKIP Jakarta (sekarang: Program Studi Pendidikan Biologi,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Jakarta), lulus pada tahun 1997. Pada tahun 1999, penulis diterima di Program
Studi Pengelolaan Suinberdaya Pesisir dan Lautan pada Program Pascasarjana IPB
dan menanlatkannya pada tahun 2002.
Sejak menamatkan pendidikan sarjana penulis bekerja sebagai staf pengajar
Biologi Sekolah Menengah Umum di Jakarta, dosen di Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Jakarta dan dosen di Jurusan Farmasi FMIPA Universitas
Muhammadiyah "Prof. Dr. Harnka." Jakarta.
PRAKATA
Pulau Rambut yang ditetapkan sebagai Cagar Alam pada tanggal 3 Mei
1937, beberapa tahun terakhir telah mengalami berbagai tekanan yang dapat
-
mengancam kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayatinya. Mengingat
pentingnya fungsi Cagar Alam Pulau Rambut dan krisisnya kondisi kawasan
tersebut, maka diperlukan upaya penyelamatan dan pelestarian kawasan.
Pengelolaan dengan perencanaan yang baik merupakan suatu solusi yang
tepat dalarn upaya penyelamatan dan pelestarian Pulau Rambut. Hal ini mengingat
bahwa perencanaan merupakan suatu proses penyiapan seperangkat kep~~tusan
untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang diarahkan pada pencapaian
sasaran tertentu.
Berdasarkan keadaan tersebut, maka diperlukan upaya perencanaan strategis
dalam ~nengelola Pulau Rambut. Kebijakan Departemen Kehutanan dan
Perkebunan adalah mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan
Perkebunan No. 2751Kpts-1111999, tanggal 7 Mei 1999, tentang perubahan fungsi
Cagar Alam Pulau Rambut dan Perairan di sekitarnya seluas f 90 ha.
Perubahan fungsi dari cagar alam menjadi suaka margasatwa ini, tentu akan
memberikan dampak, baik yang bersifat positif maupun negatif. Dalam kaitan
inilah, tesis ini diharapkan dapat nienjadi balian masukkan bagi pembuat
kebijakan atau pihak berwenang dalam pengelolaan kawasan Pulau Rambut,
terutama dalam me~nperkecil konflik, meningkatkan kesejahteraan masyarakat
daerah penyangga dan menjaga kelestarian ekosistem.
Penelitian dan penulisan tesis ini tentunya tidak lepas dari dukungan dan
kerja sama berbagai pihak kepada penulis. Oleh karena itu, terutama sekali penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Dr. Ir.
Akhmad Fauzi, M.Sc. selaku Ketua Ko~iiisi Pembimbing dan Dr. Ir Joko
Purwanto, DEA.
selaku Anggota Komisi Pernbimbing, atas kesediaan dan
dedikasinya dalam memberikan arahan dan bimbingan sejak awal penyusunan
rencana penelitian hingga penyusunan tesis ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Drs. M. Purba, MM. beserta
staf Balai Konservasi Suliiber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta atas bantuan
dan kerjasamanya selarna penulis ~iielakukan penelitian. Rekan-rekan Guru
(Sudarno, Drs. Rosiman,. Jamalullail, S.Pd. dan Drs. Rasino), rekan-rekan LSM,
Eka M. Putri, S.Pd. (PILIIPusat Informasi Lingkungan Indonesia), William (Bird
Life International-Indonesia Program), Ir. M. Khazali, M.Si. dan Ir. Yus R. Noor
(Wetland- International-Indonesia
Program), Ir. Silvianita Timotius, M S .
(Yayasan Terumbu Karang Indonesia) atas kesediaannya meluangkan waktu
untuk berdiskusi dengan penulis. Penghargaan juga disampaikan kepada para
peneliti dan Dosen Perguruan Tinggi, Universitas Negeri Jakarta (Drs. Paskal
Sukandar, M.Si.), Institut Pertanian Bogor (Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc. dan
Imanuddin, S.Hut.) dan Universitas Nasional (Drs. Tatang Mitra Setia, M.Si. dan
Drs. I~iiranS.L. Tobing, M.Si.) atas kesediaannya untuk ~iieliiberikaninformasi
dan masukkan kepada penulis mengenai Pulau Rambut.
Akhirnya penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang tidak
terbalaskan kepada kedua orang tua, kakak dan adik penulis, yang telali
memberikan do'a dan restu serta dukungan moral maupun materiil, sehingga
penulis dapat mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini.
Semoga Allah SWT menempatkan pada tempat tertinggi dan mulia di sisi-Nya
dan diberikan kekuatan untuk menelusuri masa depan.
Bogor, Juni 2002
PENULIS
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL
.......................................................
DAFTAR GAMBAR
....................................................
DAFTAR LAMPIRAN .................................................
PENDAHULUAN ........................................................
Latar Belakang
.......................................................
Perumusan Masalah
.................................................
Tujuan Penelitian
....................................................
Manfaat Penelitian
...................................................
TINJAUAN PUSTAKA ................................................
Kebijakan dan Analisis Kebijakan
Cagar Alam dan Suaka Margasatwa
................................
..............................
METODOLOGI PENELITIAN .......................................
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
......................................
..........................................
Instrumen Penelitian .................................................
Analisis Data ..........................................................
Kerangka Pemikiran .................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................
Potensi Pulau Rarnbut ...............................................
vii
Keadaan Fisik
.....................................................
Topografi ......................................................
Iklim ............................................................
Keadaan Biotik ...................................................
Flora ............................................................
Fauna ...........................................................
Analisis Manfaat dan Biaya Pengelolaan Pulau Rambut ........
Dampak Positifl Manfaat Pengelolaan Pulau Rarnbut .......
BiayaIKerugian (Darnpak Negatif) Pengelolaan Pulau
Rambut .............................................................
Analisis Sensitivitas Alternatif Pengelolaan Pulau
Rambut ...............................................................
Perbandingan Manfaat dan BiayaIKerugian Pengelolaan
Pulau Rambut .......................................................
Pelibatan Masyarakat dalarn Pengelolaan Kegiatan Wisata
Pulau Rambut ...............................
KESIMPULAN DAN SARAN .........................................
Kesimpulan ..........................................................
Saran ...................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................
LAMPIRAN
..............................................................
DAFTAR TABEL
Halaman
.
Tujuan Pelestarian yang Sesuai Menurut Kategori
Internasional Suatu Kawasan Cagar Alam dan Suaka
Margasatwa .........................................................
(.
2. Kegiatan yang Dilarang dalam Cagar Alam dan Suaka
Margasatwa
............................................................
3. Skala Perbandingan BerpasanganIKepentingan'Relatif.. .........
4. Keadaan Angin, Gelombang, Temperatur dan Kelembaban
di Kepulauan Seribu
.................................................
5. Perbandingan Elemen Lansekap Pulau Rambut pada Tahun
1986-1996..............................................................
6. Indeks Nilai Penting (INP) Hutan Pantai di Pulau Rambut
April-Juni 1998 .......................................................
7. Indeks Nilai Penting (INP) Hutan Carnpuran di Pulau
Rambut April-Juni 1998 .............................................
8. Indeks Nilai Penting (INP) Hutan MangroveIPayau di Pulau
Rambut April-Juni 1998 .............................................
9. Jenis-jenis Burung Merandai yang Ditemukan di Pulau
Rambut .................................................................
'lo. Pendapat Kelompok Aktor dalam Penentuan Manfaat (Dampak
Positif) pada Wilayah Dampak .....................................
1 1. Pendapat Kelompok Aktor dalam Penentuan Manfaat (Dainpak
Positif) pada Pihak Penerima Dampak ...........................
12. Pendapat Kelompok Aktor dalam Penentuan Manfaat (Dampak
Positif) pada Kategori Dampak ....................................
13. Pendapat Kelompok Aktor dalain Penentuan Manfaat (Dampak
Positif) pada Komponen Kategori Dampak .....................
14. Pendapat Kelompok Aktor dalam Penentuan Alternatif
Pengelolaan Pulau Rambut dalam Kerangka Manfaat .........
15. Pendapat Gabungan Kelompok Aktor mengenai
ManfaatLDampak Positif Pengelolaan Pulau Rambut
.............
16. Pendapat Gabungan Kelompok Aktor mengenai Biaya/Dampak
Negatif Pengelolaan Pulau Rambut .................................
17. Sensitivitas Pendapat Gabungan Kelompok Aktor mengenai
Manfaaoampak Positif Pengelolaan Pulau Rambut.. .........
18. Sensitivitas Pendapat Gabungan Kelompok Aktor mengenai
BiaydDampak Negatif Pengelolaan Pulau Rambut.. .............
19. Hasil Perhitungan Perbandingan Manfaat dan BiayaIKerugian
Alternatif Pengelolaan Pulau Rambut ...............................
20. Hasil Perhitungan Perbandingan Manfaat dan
BiaydKerugian Kategori Dampak Pengelolaan
Pulau Rambut.. ..........................................................
21. Jurnlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..............
DAFTAR GAMBAR
1. Diagram Latar Belakang Masalah ..................................
3
2. Analisis Kebijakan yang Berorientasi Masalah ...................
9
3. Diagram Alir Kerangka Pemikiran .................................
24
4. Pulau Rarnbut ............................................. ..... ......
27
5. Hirarki Dampak Positif (Manfaat) Pengelolaan Pulau
Rambut. .................................................. ......... .. ... .
36
6. Hirarki Darnpak Negatif (BiayaJKerugian) Pengelolaan Pulau
Rambut. .................................................................
37
7. Hirarki Pendapat Gabungan Dampak Positif (Manfaat)
Pengelolaan Pulau Rambut ...........................................
44
8. Hirarki Pendapat Gabungan Dampak Negatif (Biaya)
Pengelolaan Pulau Rambut ...........................................
47
9. (a) Grafik Prioritas Pengelolaan Pulau Rarnbut Sebelum
Simulasi .............................................................
51
(b) Grafik Prioritas Pengelolaan Pulau Rambut Setelah
Simulasi .............................................................
51
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lokasi Pulau Rambut Di Kelurahan Pulau Untung Jawa.. .......
2. Kuesioner Penelitian Analisis Kebijakan Perubahan
Fungsi Cagar Alam Pulau Rambut Menjadi Suaka
Margasatwa ............................................................
3. Hasil Analisis Pendapat pada Penentuan Dampak Positif
dalam Berbagai Level pada AHP ..................................
4. Hasil Analisis Pendapat pada Penentuan Dampak Negatif
dalam Berbagai Level pada AHP .................................
5. Pendapat Aktor yang Terlibat dalam Penilaian Pengelolaan
Pulau Rambut .........................................................
6. Pendapat Kelompok Aktor mengenai Pengelolaan Pulau
Rambut ..................................................................
7. Pendapat Gabungan Kelompok Aktor mengenai Pengelolaan
Pulau Rambut .........................................................
65
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pulau Rambut, seluas L- 45 ha adalah salah satu pulau di gugusan Kepulauan
Seribu yang terletak di pantai utara Jakarta. Pulau ini merupakan salah satu pulau
yang kaya akan keanekaragaman hayati, berupa ekosistem pantai berpayau dan kering
dengan komposisi tumbuhan yang mendukung kehidupan satwa terutama jenis-jenis
burung merandai. Kekayaan alam yang unik tersebut menyebabkan Pulau Rambut
dipandang perlu untuk dilestarikan sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan, terutama yang berkaitan dengan penelitian, pengeinbangan ilmu
pengetahuan dan pendidikan serta kegiatan lain yang menunjang budidaya tumbuhan
dan satwa.
Kekayaan alarn hayati yang terdapat di Pulau Rambut telah disadari sejak
lama. Oleh karena itu, untuk mendukung terlaksananya kegiatan penelitian botanik
dan faunistik di lokasi yang bersangkutan, Gouverneur General Hindia Belanda di
Jakarta menerbitkan Surat Keputusan Nomor 7, tanggal 3 Mei 1937 tentang
penetapan Pulau Ran~butsebagai salah satu Cagar Alain (Natuurnzonunzenten/Nature
Reserve) di gugusan Kepulauan Seribu. Keputusan ini kemudian dimasukkan ke
dala~nLembaran Negara (Staatblad) Nomor 245 tahun 1939 (Siswanto, et al. 1997;
Pernadhi, M . et al. 1988; PPKK, 1997).
Keanekaragaman hayati yang terkandung di dalam kawasan Cagar Alan1
Pulau Rainbut inerupakan aset nasional sebagai sistem penyangga kehidupan. baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kawasan ini juga telah dinominasikan
sebagai salah satu "Ramsar Site" di Indonesia karena banyaknya jenis burung migran,
baik dari belahan bumi utara (Asia) maupun selatan (Australia) yang singgah sesuai
0
musim (PPKK, 1997).
Namun, dengan semakin lajunya derap pembangunan dan pel-tumbuhan
penduduk di sekitar kawasan Cagar Alam Pulau Rambut, maka terjadi berbagai jenis
tekanan terhadap kawasan tersebut seperti: pencurian sumberdaya hayati maupun
non-hayati, pencemaran minyak,
solar dan sampah,
yang akhirnya dapat
menurunkan kualitas lingkungan ekologisnya. Penurunan kualitas lingkungan
ekologis kawasan akan menurunkan fungsi dan manfaat kawasan sehingga tujuan
penetapan tidak dapat tercapai.
Berdasarkan keadaan tersebut, maka diperlukan upaya strategis dalam
mengelola Cagar Alam Pulau Rambut, sehingga tercapailah optimalisasi fungsi dan
manfaat kawasan serta sumberdaya alarn yang terkandung di dalamnya. Hal ini
sekaligus dapat memecahkan masalah yang dihadapi serta mengantisipasi kondisi
yang akan datang. Kebijakan Departemen Kehutanan dan Perkebunan untuk
memecahkan masalah dan mengantisipasi kondisi yang akan datang adalah dengan
mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 275JKpts1111999, tanggal 7 Mei 1999, tentang perubahan fungsi Cagar Alain Pulau Rambut
+
dan Perairan di sekitarnya seluas +- 90 ha, luas daratan k 45 ha dan luas perairan 45
ha. Dalam kaitan itulah, maka penelitian ini dilakukan.
Gambar 1: Diagram latar belakang masalah
Perurnusan Masalah
Tekanan yang dihadapi Pulau Rambut dapat mengancarn kelestarian kawasan
tersebut. Untuk mengantisipasinya, maka Menteri Kehutanan dan Perkebunan
mengeluarkan Surat Keputusan Perubahan Fungsi Pulau Rambut dari Cagar Alam
menjadi Suaka Margasatwa pada tahun 1999. Berdasarkan ha1 tersebut, maka tiillbul
beberapa perrnasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini yaitu:
Apakah
dampak positif (manfaat) dan dampak negatif (biaydkerugian) dari kebijakan
Pemerintah merubah fungsi Cagar Alam Pulau Rambut menjadi Suaka Margasatwa?
Bagaimana melakukan pengelolaan yang baik terhadap Pulau Rambut dengan
memperhatikan kondisi sekitar? Peran apakah yang dapat dan harus dilakukan oleh
pihak yang mempunyai kepentingan (stakeholders) dalam pengelolaan Pulau
Rambut?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah:
1. Mengetahui dan menggali potensi Pulau Rambut sebagai suatu kawasan suaka
alam.
2. Mengetahui dan menggali persepsi stakeholders mengenai Pulau Rambut sebagai
suatu kawasan suaka alam, sebagai dasar untuk pengembangkan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi untuk
menekan dan
mengendalikan kerusakan ekosistem Pulau Rambut.
3. Menganalisis alternatif pengelolaan yang optimal dalam pemanfaatan Pulau
Rambut.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi pembuat
kebijakan atau pihak berwenang dalam pengelolaan kawasan Pulau Rambut, terutama
dalam memperkecil konflik, meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah
penyangga dan menjaga kelestarian ekosistem.
TINJAUAN PUSTAKA
Kebijakan d a n Analisis Kebijakan
Istilah kebijakan (policy) menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa diartikan
sebagai pedoman untuk bertindak. Kebijakan dalam makna tersebut merupakan suatu
deklarasi mengenai suatu dasar pedoman bertindak, suatu arah tindakan tertentu,
suatu program mengenai aktivitas-aktivitas tertentu atau suatu rencana. Pedoman
tersebut dapat berbentuk sangat sederhana atau kompleks, bersifat umum atau khusus,
luas atau sempit dan sebagainya (Wahab, 1997).
Sementara itu Anderson (dalam Wahab, 1997) merumuskan bahwa kebijakan
merupakan langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seorang aktor atau
sejumlah/sekelompok aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu
yang dihadapi. Aktor dirnaksud adalah pejabat atau instansi pemerintah atau seorang
atau sekelompok orang yang diberi wewenang baik secara hukum maupun
berdasarkan kesepakatan bersama untuk menentukan atau membuat suatu kebijakan,
aktor ini sering disebut sebagai pembuat kebijakan (policy makers). Pengertian ini
memberikan implikasi bahwa: 1) kebijakan selalu mempunyai tujuan tertentu atau
merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan; 2) kebijakan berisi tindakantindakan atau pola-pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah; 3) kebijakan merupakan
apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, bukan apa yang pemerintah
bermaksud akan melakukan sesuatu atau menyatakan akan melakukan sesuatu; 4)
kebijakan dapat bersifat positif dala~narti merupakan beberapa bentuk tindakan
pemerintah mengenai suatu masalah tertentu atau bersifat negatif dalam arti
merupakan keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu; dan 5)
kebijakan didasarkan atau selalu dilandaskan pada peraturan-peraturan perundangundangan dan bersifat memaksa (otoritatif). (Wahab, 1997; Islamy, 2000).
Dengan demikian suatu kebijakan senantiasa dimmuskan oleh orang-orang
yang memiliki wewenang dalam sistem politik, yakni para ketua adat, para ketua
suku, para eksekutif, para legislator, para hakim, para administrator, para monarki
dan lain sebagainya. Mereka ini yang dalam kesehariannya terlibat dalam urusanurusan politik dari suatu sistem politik dan dianggap oleh sebagian besar warga
sistem politik tersebut sebagai pihak yang bertanggung jawab dan berhak mengambil
tindakan-tindakan tertentu sepanjang tindakan-tindakan tersebut masih berada dalam
batas-batas peran dan kewenangan mereka. Peranan kebijakan dalam sebuah program
pembangunan adalah sebagai pedoman atau kerangka acuan yang menjelaskan lebih
rinci mengenai dasar, maksud dan tujuan pelaksanaan program pembangunan tersebut
(Priharyono dan Rahardjo, 1998).
Analisis kebijakan merupakan sebuah disiplin ilmu terapan yang menggunakan
berbagai inetode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan
informasi yang reievan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan ditingkat
politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan (Dunn, 1999). Quade
(dalam Dunn, 1999) memberikan deskripsi mengenai analisis kebijakan sebagai
setiap jenis analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sehingga dapat
menjadi dasar bagi para pengambil kebijakan di dalam menguji pendapat-pendapat
mereka. Dalan~analisis kebijakan, kata analisis digunakan dalam pengertian yang
paling umum; kata tersebut secara tidak langsung menunjukkan pengunaan intuisi
dan pertimbangan dan mencakup, tidak hanya pengujian kebijakan dengan
pemecahan masalah ke dalam komponen-komponennya tetapi juga merencanakan
dan mencari sintesis atas alternatif-alternatif baru.
Ranney dalam Soeharyo (1996) menyatakan bahwa analisis kebijakan perlu
dilakukan berdasarkan tiga alasan, yaitu 1) alasan ilmiah (scientrfic reason), studi
kebijakan dimaksudkan untuk mengetahui asal (origin), dan proses sesuatu kebijakan,
serta konsekuensinya bagi masyarakat; 2) alasan profesional (projjessiotzal reason),
pengetahuan faktual mempakan prasyarat bagi pemberian saran dan penanganan
problem-problem masyarakat; dan 3) alasan politis (political reason), studi kebijakan
diarahkan untuk menjamin bahwa pemerintah mengambil kebijakan yang tepat
(appropriate) untuk mencapai tujuan yang benar (right). Studi kebijakan sangat
diperlukan untuk memperbaiki kualitas kebijakan pemerinah. Analisis kebijakan
dapat menghasilkan informasi dan argumen-argumen yang masuk aka1 mengenai; 1)
Nilai yang pencapaiannya mempakan tolak ukur utama untuk melihat apakah
masalah telah teratasi; 2) fakta yang keberadaannya dapat membatasi atau
,
meningkatkan pencapaian nilai-nilai; dan 3) tindakan yang penerapannya dapat
menghasilkan pencapaian nilai-nilai. Dengan kata lain analisis kebijakan bertujuan
untuk menyediakan kepada para pengambil keputusan, informasi yang dapat
digunakan untuk menguji pertimbangan-pertimbangan yang mendasari
setiap
pemecahan masalah.
Dunn (1999) menjelaskan bahwa analisis kebijakan memiliki suatu prosedur
umum
bempa: 1) pemantauan (deskripsi) memungkinkan dihasilkannya informasi
tentang sebab-sebab masa lalu dan akibat dari kebijakan; 2) peramalan (prediksi)
menghasilkan informasi mengenai konsekuensi yang akan datang dari suatu
kebijakan; 3) evaluasi mencakup produksi informasi tentang nilai atau kegunaan dari
kebijakan yang lalu dan yang akan-
datang; 4) rekomendasi (preskripsi)
memungkinkan untuk menghasilkan informasi tentang kemungkinan bahwa
serangkaian tindakan yang akan datang akan mendatangkan akibat-akibat yang
bemilai; dan 5) perumusan masalah, membantu menemukan asumsi-asumsi,
menentukan tujuan-tujuan yang memungkinkan nlemadukan pandangan-pandangan
yailg bertentangan, dan merancang peluang-peluang kebijakan yang baru. Selain
prosedur m u m tersebut, analisis kebijakan juga menggunakan berbagai metode
pengkajian untuk menghasilkan informasi mengenai masalah-masalah kebijakan,
masa depan kebijakan, tindakan kebijakan, hasil kebijakan dan pelaksanaan
kebijakan.
Masalah-masalah kebijakan (policy problem) merupakan nilai, kebutuhan atau
kesempatan yang belum terpenuhi, yang dapat diidentifikasi, untuk kemudian
diperbaiki atau dicapai melalui tindakan publik. Pengetahuan mengenai inasalah apa
yang memerlukan pemecahan membutuhkan informasi mengenai kondisi yang
mendahului permasalahan maupun mengenai informasi tentang nilai yang
pencapaiannya dapat mendorong pada penyelesaian permasalahan. Masa depan
kebijakan (policy future) adalah konsekuensi dari serangkaian tindakan untuk
pencapaian nilai-nilai dan merupakan penyelesaian terhadap suatu masalah. Informasi
mengenai kondisi yang menimbulkan masalah adalah sangat penting dalain
mengindentifikasikan masa depan kebijakan.
Aksi kebijakan (policy action) mempakan suatu gerakan atau serangkaian
gerakan yang dituntun oleh alternatif kebijakan yang dirancang untuk mencapai hasil
di masa depan yang bernilai. Hasil kebijakan (policy outcome) mempakan
konsekuensi yang teramati dari aksi kebijakan. Sedangkan pelaksanaanfkinerja
kebijakan (policy performance) mempakan derajat di mana hasil kebijakan yang ada,
memberi kontribusi terhadap pencapaian nilai-nilai.
Analisis kebijakan dapat dipandang sebagai proses penelitian yang melibatkan
lima komponen informasi kebijakan yang dipindahan dari satu posisi ke posisi
berikutnya melalui pengunaan pelbagai metode analisis kebijakan, seperti
digambarkan pada kerangka kerja di bawah ini:
Gambar 2. Analisis kebijakan yang berorientasi masalah (Dunn, 1999)
Cagar Alarn dan Suaka Margasatwa
Cagar alanl (Natuurmonumenten/Nature reserve), yaitu sebidang lahan yang
dijaga untuk melindungi fauna dan flora yang ada di dalamnya. Di dalam cagar alain
tidak diperbolehkan adanya segala jenis eksploitasi (Soemanvoto, 1997). Cagar alam
adalah suatu kawasan suaka alam yang mempunyai kekhasan, baik tumbuhan, s a w ,
maupun ekosistemnya, dan mem*yai
fungsi pokok sebagai tempat perlindungan
clan pengawetan proses keanekaan jenis satwa clanlatau tumbuhan dan/atau
ekosistemnya, yang diperuntukkan bagi kepentingan sumber plasma nutfah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, kebudayaan dan kebanggaan nasional. Menurut UU No 5
tahun 1990 yang dimaksud dengan cagar alam adalah ka~vasansuaka alam yang
karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan dan/atau satwa dan
ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu ddindungi dan perkembangannya
berlangsung secara alami (Dephut, 1990). Dengan kata lain di dalam cagar alam
tidak dlperbolehkan adanya campur tangan manusia terhadap kawasan tersebut.
Pengertian cagar menurut Poerwadarminta dalam Soemawoto (1997) adalah
benda atau sesuatu yang dijadikan tanggungan pinjaman atau hutang atau cadangan.
Sedangkan pencagaran adalah (1) pembuatan sesuatu untuk menjadi suatu
tanggungan, jaminan, atau cadangan; (2) usaha atau perbuatan untuk menyisihkan
sebagian flora atau fauna untuk dijadikan cadangan apabila yang lain sudah tidak
mampu lagi untuk didayagunakan (Dewobroto, et al., 1995). Berdasarkan ha1
tersebut, maka cagar alam merupakan suatu pinjaman dari generasi mendatang
kepada generasi sekarang yang suatu saat hams dikembalikan atau mempakan
tanggungan atau penjaminan dari generasi sekarang untuk generasi mendatang.
Pembentukan cagar alam mempunyai tujuan untuk melindungi alam dan
menjaga proses alami dalam kondisi yang tidak terganggu dengan maksud untuk
memperoleh contoh-contoh ekologis yang mewakili lingkungan alami, yang dapat
dimanfaatkan bagi keperluan studi ilmiah, pemantauan lingkungan, pendidikan, dan
pemeliharaan sumberdaya plasma nutfah &lam suatu keadaan dinamis dan berevolusi
(MacKmnon, et al., 1993). Cagar alam dibedakan menjadi: 1) cagar alam yang
khusus ditetapkan untuk kepentingan monitoring gejala alam; 2) cagar alam yang
ditetapkan untuk kepentingan perlindungan ekosistem tertentu; dan 3) cagar alam
yang ditetapkan untuk kepentingan perlindungan flora atau fauna, atau flora dan
fauna (Dephut, 1996). Prinsip dasar dalam pengelolaan cagar alam adalah tidak
diperkenankan adanya kegiatan pendayagunaan potensi dan pembangunan sarana dan
prasarana, kecuali kegiatan danlatau pembangunan sarana dan prasarana yang dapat
mendukung kegiatan monitoring dan perlindungan kawasan. Pendayagunaan potensi
cagar alam diupayakan sedemikian rupa agar tidak mengurangi luas kawasan, tidak
mengganggu fungsi kawasan, dan tidak memasukkan jenis tumbuhan atau satwa yang
tidak asli. Tujuan manajemen suatu cagar alam adalah melindungi kehidupan alamiah
dalam suatu kawasan yang tidak terganggu, dengan harapan didapatnya perwakilan
ekologis dari lingkungan dan perkembangan kondisinya. Untuk tercapainya tujuan
kegiatan tersebut, setiap kegiatan penelitian harus terencana dengan baik dan
dilaksanakan secara hati-hati untuk meminimkan gangguan. Berkaitan dengan
manajemen tersebut, IUCN (1978) dalam Santosa (1999) mengemukakan beberapa
knteria manajemen sebagai berikut: 1) kawasan tertutup bagi masuknya pengunjung,
untuk rekreasi maupun untuk tourisme; 2) proses alamiah yang tejadi bebas dari
pengaruh keikutsertaan manusia secara langsung; dan 3) proses yang terjadi, yang
merubah sistem ekologis clan ciri-ciri fisiologis, pada setiap waktu sebagai akibat
tejadinya keb+arp, qqyysi, serqngan hm%b&,i,
-,-I,,.
_
, / '
,
/ i
I
I
gempa bumi dan lain-lain
hanyalah tejadi secara alamiah bukan karena gangguan manusia. Selain ha1 tersebut
di atas diperlukan penelitian potensi kembali (reevaluasi) suatu cagar alam secara
berkala, sehingga hasil tersebut dapat dlrekomendasikan untuk menentukan bentuk
manajemen yang diperlukan.
Suaka margasatwa merupakan suatu kawasan suaka alam yang ditetapkan
sebagai tempat hidup margasatwa yang mempunyai nilai khas bagi ilmu pengetahuan
dan kebudayaan serta merupakan kekayaan dan kebanggaan nasional. Menurut UU
No. 5 tahun 1990 yang dimaksud dengan suaka margasatwa adalah kawasan suaka
alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman danlatau keunikan jenis
satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap
habitatnya (Dephut, 1990).
Suaka margasatwa dltetapkan untuk menjamin kondisi alami yang perlu bagi
perlindungan spesies, kumpulan spesies, komunitas hayati, atau ciri-ciri fisik
lingkungan yang penting secara
nasional, munglun diperlukan campur tangan
manusia yang spesifik untuk menjaga kelestariannya, pengambilan beberapa
sumberdaya secara terkendali diperkenankan (MacKinnon, et al., 1993). Perbedaan
utama antara cagar alam dengan suaka margasatwa adalah bahwa di suatu kawasan
cagar alam hanya dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian, pendidikan,
pengembangan ilmu pengetahuan dan kegiatan yang menunjang budidaya. Sedangkan
kawasan suaka margasatwa berfungsi untuk melestarikan keanekaragaman atau
keunikan jenis satwa dan dapat dilakukan pembinaan habitatnya, untuk tujuan
penelitian, pendidikan dan wisata terbatas (Primack, R.B., et nl., 1998). Berarti di
kawasan suaka margasatwa masih diperkenankan kegiatan wisata terbatas, selain
bolehnya campur tangan manusia dalam pengelolaan yang intensif Tujuan
pelestarian kawasan cagar alam clan suaka margasatwa serta kegiatan apa saja yang
dilarang di kedua kawasan ini dapat dilihat dalam tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Tujuan Pelestarian yang Sesuai menurut Kategori Internasional Suatu
Catatan:
1. Tujuan utama untuk pengelolaan kawasan dan sumberdaya
2. Tidak perlu utarna tetapi selalu masuk dalam tujuan penting
3. Masuk sebagai tujuan bila dapat dipergunakan serta kapan saja sumberdaya dan
tujuan pengelolaan lainnya memungkinkan.
Sumber: Sumadja, et al., 1984 dalam MacKinnon, et al., 1993
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi d a n W a k t u Penelitian
Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Pulau Rambut. Pengamatan
langsung dilakukan
di Pulau Rambut dan
daerah terdekat yang memberikan
pengaruh terhadap keberadaan Pulau Rambut, yaitu Pulau Untung Jawa dan Tanjung
Pasir. Diskusi dengan key personlresponden dilakukan di masing-masing tempat key
person/responden beraktivitas. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli
sampai November 200 1.
Teknik Pengurnpulan Data
Data penelitian yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer didapat dari survey, observasi di lapangan dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner terhadap sejumlah responden serta diskusi bersama
stakeholders (pihak-pihak yang memiliki kepentingan dan mewakili). Sedangkan
pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan
menggunakan kuesioner terhadap sejumlah lembaga atau pribadi yang memiliki
kepentingan terhadap Pulau Rambut yaitu, Perguruan Tinggi, BKSDA, PEMDA, dan
LSM untuk mengetahui persepsi mereka dan mendapatkan alternatif pengelolaan
yang optimal dalam pemanfaatan Pulau Rambut serta mengetahui permasalahan
mendasar dan kebijakan apa yang perlu diambil untuk mengatasi permasalahan,
dengan kata lain membuat perencanaan yang baik dalam pengelolaan Pulau Rambut
yang lestari.
Data sekunder yang terkait diperoleh melalui studi literatur berupa peraturan
perundangan-undangan dan dokumen atau data pendukung lainnya. Data-data
16
tersebut diperoleh dari instansi-instansi terkait dan lembaga serta pribadi-pribadi
independen yang memiliki akses terhadap Pulau Rambut.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini mengunakan instrumen yang mencakup permasalahan dalam
penelitian, yaitu pengelolaan Pulau Rambut secara optimal dan kebijakan perubahan
fungsi Pulau Rambut dari Cagar Alam menjadi Suaka Margasatwa. Instrumen berupa
kuesioner yang diberikan kepada lima kelompok aktorlstakeholders yang terkait
dengan Pulau Rambut, yaitu: 1) Pemerintah, Balai Konservasi Sumber Daya Alan1
(BKSDA) DKI Jakarta dan Kantor Wilayah Departemen Kehutanan DKI Jakarta; 2)
LSM, Wetlands International-Indonesia Programe (WI-IP), Bird Life Intemational-
Indonesia Programe dan Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI); 3 ) Perguruan
TinggiUPeneliti, Institut Pertanian Bogor, Universitas Negeri Jakarta dan Universitas
Nasional; 4) Masyarakat yang tinggal di sekitar Pulau Rambut; dan 5) Pribadi
Independent, guru-guru yang senantiasa mengajak siswa-siswanya pergi ke Pulau
Rarnbut dalam rangka pengenalan lingkungan atau konservasi kawasan. Validitas
instrumen
menggunakan face validity
(validitas tampaklmuka) dengan jalan
berkonsultasi kepada ahli berkenaan dengan apakah instrumen sudah tepat dalam
mengukur variabel yang dimaksud. Ahli yang ditunjuk dalam penelitian ini adalah
komisi pembimbing penelitian.
Analisis Data
Penelitian menggunakan Program Expert Choice ,for Windows versi 9,O dalam
penganalisisannya. Expert Choice merupakan SofnYare komputer untuk menentukan
pilihan-pilihan dalam pengambilan keputusan dengan multikriteria. Sofrware ini
17
berdasarkan metodologi pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Saaty,
yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP).
Analytical Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik pada
dasamya didisain untuk menangkap persepsi orang yang berhubungan sangat erat
dengan pennasalahan tertentu melalui suatu pmsedur yang didisain untuk sampai
pada suatu skala preferensi di antara berbagai alternatif. Metode ini menyusun
masalah dalam bentuk hirarki dan memasukkan pertimbangan-pertimbangan untuk
menghasilkan skala prioritas relatif. Kekuatan AHP terletak pada rancangannya yang
bersifat holistik yeng menggunakan logika, pertimbangan berdasarkan intuisi, data
kuantitatif dan preferensi kualitatif (Saaty,
1994). Hirarki
adalah suatu
abstraklringkasan struktur suatu sistem untuk mempelajari interaksi fungsional
komponen-komponen dalarn struktur tersebut dan dampaknya ke dalam sistem
(Saaty, 1988).
Mulyono (1998) dalam Patria (1999) menjelaskan bahwa dalam menyelesaikan
persoalan dengan menggunakan AHP ada beberapa prinsip yang hams dipahami, di
antaranya adalah:
a. Decomposition;
setelah persoalan didefinisikan, maka perlu
dilakukan
dekomposisi yaitu memecahkan persoalan yang utuh menjadi unsur-unsur, jika
ingin mendapatkan hasil yang lebih akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap
unsur-unsumya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut,
sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi.
b. Comparative Judgement; prinsip ini berarti membuat penilaian tentang
kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya
18
dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan
berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil penilaian akan lebih baik
jika disajikan dalan bentuk matriks yang dinamakan matriks painvise
comparison.
c. Synthesis of Priority; dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari
eigen vector-nya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise
comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global
priority hams dilakukan sintesis di antara local priority. Prosedur melakukan
sintesis berbeda dengan bentuk hirarki. Pengumtan elemen-elemen menurut
kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakanpriority setting.
d. Logical Consistency; konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah bahwa
obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan
relevansi, kedua adalah tingkat hubungan antara obyek didasarkan pada kriteria
tertentu.
Selanjutnya langkah-langkah yang digunakan dalam Analitycal Hierarchy
Process (AHP) adalah sebagai berikut:
a.
Indentipkasi Sistem; langkah ini dilakukan dengan cara mempelajari beberapa
rujukan untuk memperkaya ide atau diskusi dengan beberapa ahlilpakar untuk
mendapatkan semua konsep yang relevan dengan permasalahan.
b.
Penyusunan Hirarki; penyusunan dilakukan dengan menggambarkan elemen
sistem atau altematif keputusan dalam abstraksi sistem hirarki keputusan.
19
c.
Kornparasi Berpasangan; dilakukan untuk menentukan tingkat kepentingan pada
setiap tingkat hirarki atau penilaian pendapat. Komparasi berpasangan ini
.
menggunakan skala komparasi 1-9, s e ~ r tterlihat
i
pada tabel 3.
d. Matrik Pendapat Individu; formulasi matrik pendapat individu adalah sebagai
berikut:
Dalam ha1 ini CI, C2, ..., C, adalah set elemen pada satu tingkat keputusan
berpasangan dalam hirarki. Kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi
berpasangan membentuk matrik n x n. Nilai a,, merupakan nilai matrik pendapat
hasil komparasi yang mencerminkan nilai kepentingan Ci terhadap C,.
e. Matrik Pendapat Berpasangan; matrik gabungan merupakan matrik baru yang
elemen-elemennya (gi,) berasal dari rata-rata geometrik elemen matrik pendapat
individu yang nilai rasio konsistensinya (CR) memenuku syarat, dengan rumus
sebagai berikut:
g,, = C x a , , (k)
di mana m adalah jumlah responden dan k = 1 .. . .n
... ... ... ... ... ... ... ... ... (2)
Tabel 3. Skala Perbandingan BerpasanganKepentingan Relatif
Intensitas1
Definisi
Penjelasan
Pentingnya
1
Sama penting
Dua aktivitas memberikan
ukan nol, makaj jika
ibandingkan dengan i,
nilai angka untuk melengkapi
I
/ matriks
Sumber: Saaty, 1988;1993; Saaty dan Keams, 1991
f. Pengolahan Horizontal, dilakukan dalam empat tahap, yaitu:
(1) Perkalian baris ( 2 ) dengan menggunakan rumus:
(2) Perhitungan vektor prioritas atau Eigen vector:
(3) Perhitungan nilai Eigen max. dengan menggunakan rumus:
VA
=
aij x VP dengan VA
= (Vai)
VB
=
VANP
= (Vbi)
VA
=
VB
dengan VB
= vektor antara
(4) Perhitungan indeks konsistensi, dengan menggunakan rumus:
CI
=
L,
- n / (n-1)
............................ ...(5)
Nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk mengetahui kekonsistenan
jawaban dari responden yang akan berpengaruh terhadap keabsahan hasil.
g. Pengolahan Vertikal;. langkah ini digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh
terhadap setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran
utama. Jika CV,, didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-i pada
tingkat j terhadap sasaran utama, maka:
di mana: i
j
t
1,2,3..... p
= 1,2,3..... r
= 1,2,3..... s
=
keterangan :
CH,,(t,i-I) = nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap elemen
ke-t pada tingkat di atasnya (i-I), yang diperoleh dari pengolahan
horizontal.
=
nilai
prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke-(i-1) terhadap
V W
sasaran utama yang diperoleh dari hasil pengolahan vertikal. p = jumlah tingkat hirarki keputusan
r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i
s = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-(i-1)
h. Revisi Pendapat; langkah ini dilakukan apabila nilai konsistensi rasio (CR)
pendapat cukup tinggi (lebih besar dari 0,1), dengan mencari deviasi Root Mean
Square dari baris-baris (aij)dan perbandingan nilai bobot baris yang mernpunyai
nilai terbesar, yaitu:
K e r a n g k a Pemikiran
Pulau Rambut yang ditetapkan sebagai Cagar Alam pada tanggal 3 Mei 1937,
beberapa tahun belakangan telah mengalami berbagai tekanan
-
mulai dari
pencemaran berupa sampah an-organik padat dan cair, pencurian biota, abrasi
maupun keberadaan para pengunjung - yang dapat mengancam kelestarian ekosistem
dan keanekaragainan hayatinya. Mengingat pentingnya fungsi Cagar Alam Pulau
Rambut dan krisisnya kondisi kawasan tersebut, maka diperlukan upaya
penyelamatan dan pelestarian kawasan.
Pengelolaan dengan perencanaan yang baik merupakan suatu solusi yang tepat
dalam memecahkan permasalahan yang terdapat di Pulau Rambut. Hal ini mengingat
bahwa perencanaan mempakan suatu proses penyiapan seperangkat keputusan untuk
dilaksanakan pada waktu yang akan datang diarahkan pada pencapaian sasaran.
23
Tujuan pengelolaan Pulau Rambut yang secara urnum adalah menjaga kelestarian
kawasan pulau tersebut sebagai suatu kawasan Suaka Alam, maka perencanaan yang
baik dengan berdasarkan pencapaian tujuan yang dimaksud harus dilakukan dan
mempakan suatu tindakan yang tepat.
Penduduk yang terdapat pada pulau-pulau sekitar Pulau Rambut sebagai suatu
komunitas yang memiliki kepentingan, merupakan komponen dalam pengelolaan
Pulau Rambut yang harus mendapat perhatian. Pelibatan mereka dalam pembuatan
perencanaan pengelolaan Pulau Rambut yang lestari menjadi suatu alternatif yang
penting. Selain
penduduk tersebut, beberapa pihak yang memiliki kepentingan
terhadap kelestarian Pulau Rambut, seperti para peneliti di beberapa pusat penelitian
atau perguruan tinggi, lembaga-lembaga swadaya masyarakat maupun pribadi-pribadi
independen, harus mendapat perhatian dalam perencanaan pengelolaan Pulau
Rambut. Pendapat-pendapat maupun hasil studi mereka mempakan sumberdaya
informasi yang potensial dalam pembuatan suatu perencanaan pengelolaan Pulau
Rarnbut. Perencanaan pengelolaan Pulau Rambut membutuhkan informasi mengenai
potensi yang dimiliki dan faktor-faktor ekstemal serta internal yang mempengaruhi
kondisi Pulau Rambut, maka melalui AHP, diharapkan diperolehnya alternatif
tindakan kebijakan yang tepat yang dapat diambil para penentu kebijakan dalam
pengelolaan Pulau Rambut.
Gambar 3. Diagram Alir Kerangka Pemikiran
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Pulau Rambut
Pulau Rambut, mempakan sebuah pulau tak berpenduduk yang berada pada
lokasi sekitar 25 km dari Tanjung Priok atau 17 km dari Muara Angke, Jakarta atau
2,5 km dm pantai Tanjung Pasir, Tangerang. Secara geografis, kawasan ini berada
pada 106"41'30" Bujur Timur dan 5"57' Lintang Selatan. Menurut administratif
Pemerintahan (Lampiran I), kawasan ini termas.uk ke dalam wilayah kelurahan Pulau
Untung Jawa, kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, kabupaten administratif
Kepulauan Seribu.
Pulau Rambut mempunyai luas
+ 45 ha (Siswanto, W. et al., 1997). Namun,
menurut kompilasi data mengenai wilayah Kepulauan Seribu yang dikeluarkan oleh
Dinas Tata Kota Pemerintahan DKI Jakarta, luas Pulau Rambut adalah 20 ha
(Suwelo, et aL, 1977). Sementara itu Wiriosoepartho (1986) dalam Imanuddin (1999)
mengemukakan bahwa luas Pulau Rambut adalah 25 ha, sedangkan Fitriana (1999)
melalui analisis potret udara tahun 1996 menyatakan luas Pulau Rambut adalah 45,71
ha. Perbedaan luas Pulau Rambut ini tidak mengurangi perlunya pelestarian pulau
tersebut.
Keadaan Fisik
Topografi
Pillau Rambut sebagian besar (f 60%) daratannya terdiri dari tanah rendah
berpayau meliputi pantai timur, pantai barat laut dan pantai barat (Suwelo,
el
al.,
1977; Siswanto, W . el a l . , 1997). Pantai barat dan pantai utara pulau terlindung
26
oleh gugusan karang yang membentuk laguna. Dataran kering dan landai yang
berpasir putih terdapat pada bagian pantai selatan dan tenggara. Titik daratan
tertinggi, yaitu
+ 1,50 m di atas permukaan laut (dpl) terdapat di bagian tenggara dan
tengah pulau. Ke arah utara agak menurun dengan ketinggian sekitar 0,75-1,00 m dpl
(Suwelo, er al., 1977; Siswanto, W. er a [ . , 1997; Imanuddin, 1999).
Tanahnya terdiri dari kapur yang berasal dari karang laut, ditutupi oleh lapisan
lapukan biologis bercampur lumpur dan pasir setebal 10 sampai dengan 20 cm
(Suwelo, et al., 1977).
Iklim
Iklim pulau Rarnbut digolongkan ke dalam iklim "kering tengah tahun"
(Kartawinata, 1973 dalam Suwelo, e l al. 1977). Musim kering terjadi pada bulan Mei
sampai dengan bulan Oktober, dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan
Agustus. Curah hujan rata-rata per tahun 1586 m m dengan hari terbanyaknya hujan
rata-rata per tahun 85,2 hari.
Bulan-bulan basah, dengan rata-rata curah hujan per bulan di atas 100 mm,
dimulai bulan Desember sarnpai bulan April. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Januari (307 m), dengan rata-rata hari hujan per bulan 12,9 hari (Suwelo, et al.,
1977). Suhu maksimum berkisar antara 31,2'-36,g0 C, sedangkan suhu minimum
rata-rata berkisar antara 22,8'-23,7'
C (Imanuddin, 1999).
Selama musim barat (Desember-Februari) dan musim timur (Juni-Agustus)
keadaan laut sekitar Pulau Rambut berbahaya bagi pelayaran karena besarnya angin
dan gelombang. Pada musim tersebut gelombang dapat mencapai 1,s-2 m disertai
hujan dan angin yang bertiup terus selama 24 jam. (Suwelo, et a[., 1977; PPKK,
1997; Imanuddin, 1999).
Tabel 4. Keadaan Angin, Gelombang, Temperatur din Kelembaban di
Sumber: Suwelo et al., 1977.
cwer
Mixed forest
Beach forest
Swamp forest
Degraded swam
Lagoon
Sand
0
02
04
06
Gambar 4. Pulau Rambut (Fitriana, 1999)
08
1 Kllorneters
Tabel 5. Perbandingan Elemen Lansekap Pulau Rambut pada Tahuu 19861996
Tahun 1989
Tahun 1996
Perubahan
No.
Elemen Lansekap
I.
Vegetasi:
2.
3.
4.
a. Hutan Payau
b. Hutan Campuran
c. Hutan Pantai
d. Hutan Payau Rusak
Coral
Pasir
Laguna
19,75
18,97
1,56
3,12
2,94
2,86
0,87
20,08
19,28
1,58
3,17
2,99
2,91
0,89
13,26
19,73
1,82
7,70
0,77
1,60
0.83
13,48
20,05
1,85
733
0,78
1,63
0.84
-6,49
+0,76
+0,26
+4,58
-2,17
-1,26
-0,04
32,86
4,OO
16,67
146,79
73,81
44,06
4,96
Sumber: Fitriana. 1999
Keadaan Biotik
Flora
Secara umum, di dalam kawasan Pulau Rambut tumbuh tidak kurang dari 20
jenis pohon, 7 jenis semak dan 20 jenis tema serta liana (Ramlan dan Iskandar, 19S4
dalam Siswanto, et al., 1997). Vegetasi utama di Pulau Rambut dapat dibagi menjadi
3 bagian, yaitu hutan pantai, hutan campuran dan hutan mangrovelpayau. Hutan
pantai ditemukan di bagian selatan dan timur pulau. Jenis yang umum ditemukan
adalah katang-katangltapak kambinglbarah (Ipomoea pes-caprae), krokot lautlgelang
lautlgelang pantai (Sesuvium portulaca.rtrum), kacang laut (Vigna marina), rumput
lari-lari (Spinjfex littoreus), sruni (Wedelia biflora), rumput tembagan (Ischaemum
sp.), panda11 (Pandanus tectorius), waru laut (Thespesia populnea), cemara laut
29
(Casuarina equisetifolia), akasia (Acacia auricul[formis) dan lamtoro (Leucaena
glauca). Kedua tumbuhan terakhir adalah jenis exotic (Suwelo, et al., 1977; Siswanto,
W. et a[., 1997; PPKK, 1997; Mardiastuti, A,, 1998; Imanuddin; 1999). Selain itu
ditemukan pula, Excoecaria agallocha, Pemphis acidula, Shore sp. Hibiscus
tiliaceus, Eugenia sp dan Triphasia trijolia (Fitriana, 1999). Di daerah perbatasan
antara hutan pantai dengan hutan payaulmangrove didominasi oleh vegetasi peralihan
yaitu peler kambing (Heriliera littoralis) (Imanuddin, 1999).
Tabel 6. Indeks Nilai Penting (INP) Hutan Pantai di Pulau Rambut, April-Juni
1998
Sumber: Fitriana, 1999
Hutan campuran terletak di tengah pulau dan meliputi areal seluas
+ 20 ha
(Mardiastuti; 1998). Lapisan tajuk teratas didominasi oleh kepuh (Sterculia foetida),
sedangkan lapisan tengah didominasi oleh kedoya (Dysoxylum caulostachyum).
kesambi (Schleichera oleosa), saga (Adenanthera pavonina), jati pasir (Guettarada
speciosa), mindi (Melia azedarach), beringin (Ficus timorensis) dan kayu besilkiribut
(Diospyros maritima
CAGAR ALAM PULAU RAMBUT
MENJADI SUAKA MARGASATWA
,
ADE SURYANDA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK
ADE SURYANDA. Analisis Kebijakan Perubahan Fungsi Cagar Alam Pulau
Rambut menjadi Suaka Margasatwa. Dibimbing oleh AKHMAD FAUZI dan JOKO
PURWANTO.
Pulau Rambut saat ini mengalami berbagai tekanan yang dapat mengancam
kelestarian ekosistem dan keanekaragarnannya. Mengingat pentingnya Pulau Rambut
dan krisisnya kondisi kawasan tersebut, maka Menteri Kehutanan dan Perkebunan
mengeluarkan Surat Keputusan Perubahan Fungsi Cagar Alam Pulau Rambut
menjadi Suaka Margasatwa pada tahun 1999.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggali potensi Pulau Rambut.
serta persepsi stakeholders/key persons mengenai Pulau Rambut. Selain itu.
penelitian ini menganalisis alternatif pengelolaan yang optimal dalam pemanfaatan
Pulau Rambut, sebagai wujud analisis kebijakan perubahan fungsi cagar alam Pulau
Rambut men.adi suaka margasatwa.
Berdasarkan data primer dan data sekunder yang diperoleh dari survei,
observasi di lapangan, wawancara dan diskusi dengan stakeholders/key persons serta
studi literaturlpustaka. Pulau Rambut, sebagai salah satu pulau sangat kecil (+ 45 ha)
dengan keanekaragaman hayati yang besar, berupa keanekaragaman genetik,
keanekaragaman jenis dan keanekaragaman ekosistem.
Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam kerangka biaya dan manfaat yang
dilakukan berhasil mendapat persepsi stakeholders/key persons mengenai
pengelolaan Pulau Rambut sebagai tempat kunjungan wisata merupakan alternatif
yang memiliki nilai manfaat dan biaya terbesar. Penelitian ini juga berhasil
menganalisis alternatif pengelolaan optimal dalam pemanfaatan Pulau Rambut.
Berdasarkan analisis tersebut, alternatif pengelolaan Pulau Rambut yang optimal
adalah dengan menjadikan Pulau Rambut sebagai cagar alam atau suaka margasatwa
yang memiliki nilai perbandingan antara manfaat dan biaya lebih besar dari 1 (BIC >
1). Berdasarkan hasil tersebut di atas maka, kebijakan pemerintah merubah fungsi
cagar alam Pulau Rambut menjadi suaka margasatwa suai dengan pendapat dan
keinginan stakeholders/key persons, karena pada kawasan suakamargasatwa dapat
dilakukan kegiatan wisata terbatas. Wisata terbatas yang dikembangkan di Pulau
Rambut adalah wisata yang memperhatikan lingkungan (ekowisata) dengan
inelibatkan masyarakat sekitar kawasan dalam pengelolaannya.
Kata kunci: analisis kebijakan, cagar alam, suaka margasatwa, pulau rambut
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
ANALISIS KEBIJAKAN PERUBAHAN FUNGSI CAGAR ALAM PULAU
RAMBUT MENJADI SUAKA MARGASATWA
Adalah benar merupakan hasil karya Saya sendiri dan belum pernall dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Juni 2002
ANALISIS KEBIJAKAN PERUBAHAN FUNGSI
CAGAR ALAM PULAU RAMBUT
MENJADI SUAKA MARGASATWA
ADE SURYANDA
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
.
-
Judul Tesis
: Analisis Kebijakan Perubahan Fungsi Cagar Alam Pulau
Rambut menjadi Suaka Margasatwa
Nama
: Ade Suryanda
NRP
: 99688
Program Studi : Tlmu Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
c
Dr. r. Akhmad Fauzi, M.Sc.
Ketua
Dr. Ir. ~ o k Purwanto,
o
DEA
Anggota
Mengetahui,
Tanggal lulus: 12 Juni 2002
'ew
.-__
?M1
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tangal 14 September 1972, sebagai anak keempat dari pasangan H.S. Daniel Koto dan Hj. Nurcaya Noorsan. Pendidikan sarjana
ditempuh di Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, IKIP Jakarta (sekarang: Program Studi Pendidikan Biologi,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Jakarta), lulus pada tahun 1997. Pada tahun 1999, penulis diterima di Program
Studi Pengelolaan Suinberdaya Pesisir dan Lautan pada Program Pascasarjana IPB
dan menanlatkannya pada tahun 2002.
Sejak menamatkan pendidikan sarjana penulis bekerja sebagai staf pengajar
Biologi Sekolah Menengah Umum di Jakarta, dosen di Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Jakarta dan dosen di Jurusan Farmasi FMIPA Universitas
Muhammadiyah "Prof. Dr. Harnka." Jakarta.
PRAKATA
Pulau Rambut yang ditetapkan sebagai Cagar Alam pada tanggal 3 Mei
1937, beberapa tahun terakhir telah mengalami berbagai tekanan yang dapat
-
mengancam kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayatinya. Mengingat
pentingnya fungsi Cagar Alam Pulau Rambut dan krisisnya kondisi kawasan
tersebut, maka diperlukan upaya penyelamatan dan pelestarian kawasan.
Pengelolaan dengan perencanaan yang baik merupakan suatu solusi yang
tepat dalarn upaya penyelamatan dan pelestarian Pulau Rambut. Hal ini mengingat
bahwa perencanaan merupakan suatu proses penyiapan seperangkat kep~~tusan
untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang diarahkan pada pencapaian
sasaran tertentu.
Berdasarkan keadaan tersebut, maka diperlukan upaya perencanaan strategis
dalam ~nengelola Pulau Rambut. Kebijakan Departemen Kehutanan dan
Perkebunan adalah mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan
Perkebunan No. 2751Kpts-1111999, tanggal 7 Mei 1999, tentang perubahan fungsi
Cagar Alam Pulau Rambut dan Perairan di sekitarnya seluas f 90 ha.
Perubahan fungsi dari cagar alam menjadi suaka margasatwa ini, tentu akan
memberikan dampak, baik yang bersifat positif maupun negatif. Dalam kaitan
inilah, tesis ini diharapkan dapat nienjadi balian masukkan bagi pembuat
kebijakan atau pihak berwenang dalam pengelolaan kawasan Pulau Rambut,
terutama dalam me~nperkecil konflik, meningkatkan kesejahteraan masyarakat
daerah penyangga dan menjaga kelestarian ekosistem.
Penelitian dan penulisan tesis ini tentunya tidak lepas dari dukungan dan
kerja sama berbagai pihak kepada penulis. Oleh karena itu, terutama sekali penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Dr. Ir.
Akhmad Fauzi, M.Sc. selaku Ketua Ko~iiisi Pembimbing dan Dr. Ir Joko
Purwanto, DEA.
selaku Anggota Komisi Pernbimbing, atas kesediaan dan
dedikasinya dalam memberikan arahan dan bimbingan sejak awal penyusunan
rencana penelitian hingga penyusunan tesis ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Drs. M. Purba, MM. beserta
staf Balai Konservasi Suliiber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta atas bantuan
dan kerjasamanya selarna penulis ~iielakukan penelitian. Rekan-rekan Guru
(Sudarno, Drs. Rosiman,. Jamalullail, S.Pd. dan Drs. Rasino), rekan-rekan LSM,
Eka M. Putri, S.Pd. (PILIIPusat Informasi Lingkungan Indonesia), William (Bird
Life International-Indonesia Program), Ir. M. Khazali, M.Si. dan Ir. Yus R. Noor
(Wetland- International-Indonesia
Program), Ir. Silvianita Timotius, M S .
(Yayasan Terumbu Karang Indonesia) atas kesediaannya meluangkan waktu
untuk berdiskusi dengan penulis. Penghargaan juga disampaikan kepada para
peneliti dan Dosen Perguruan Tinggi, Universitas Negeri Jakarta (Drs. Paskal
Sukandar, M.Si.), Institut Pertanian Bogor (Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc. dan
Imanuddin, S.Hut.) dan Universitas Nasional (Drs. Tatang Mitra Setia, M.Si. dan
Drs. I~iiranS.L. Tobing, M.Si.) atas kesediaannya untuk ~iieliiberikaninformasi
dan masukkan kepada penulis mengenai Pulau Rambut.
Akhirnya penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang tidak
terbalaskan kepada kedua orang tua, kakak dan adik penulis, yang telali
memberikan do'a dan restu serta dukungan moral maupun materiil, sehingga
penulis dapat mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini.
Semoga Allah SWT menempatkan pada tempat tertinggi dan mulia di sisi-Nya
dan diberikan kekuatan untuk menelusuri masa depan.
Bogor, Juni 2002
PENULIS
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL
.......................................................
DAFTAR GAMBAR
....................................................
DAFTAR LAMPIRAN .................................................
PENDAHULUAN ........................................................
Latar Belakang
.......................................................
Perumusan Masalah
.................................................
Tujuan Penelitian
....................................................
Manfaat Penelitian
...................................................
TINJAUAN PUSTAKA ................................................
Kebijakan dan Analisis Kebijakan
Cagar Alam dan Suaka Margasatwa
................................
..............................
METODOLOGI PENELITIAN .......................................
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
......................................
..........................................
Instrumen Penelitian .................................................
Analisis Data ..........................................................
Kerangka Pemikiran .................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................
Potensi Pulau Rarnbut ...............................................
vii
Keadaan Fisik
.....................................................
Topografi ......................................................
Iklim ............................................................
Keadaan Biotik ...................................................
Flora ............................................................
Fauna ...........................................................
Analisis Manfaat dan Biaya Pengelolaan Pulau Rambut ........
Dampak Positifl Manfaat Pengelolaan Pulau Rarnbut .......
BiayaIKerugian (Darnpak Negatif) Pengelolaan Pulau
Rambut .............................................................
Analisis Sensitivitas Alternatif Pengelolaan Pulau
Rambut ...............................................................
Perbandingan Manfaat dan BiayaIKerugian Pengelolaan
Pulau Rambut .......................................................
Pelibatan Masyarakat dalarn Pengelolaan Kegiatan Wisata
Pulau Rambut ...............................
KESIMPULAN DAN SARAN .........................................
Kesimpulan ..........................................................
Saran ...................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................
LAMPIRAN
..............................................................
DAFTAR TABEL
Halaman
.
Tujuan Pelestarian yang Sesuai Menurut Kategori
Internasional Suatu Kawasan Cagar Alam dan Suaka
Margasatwa .........................................................
(.
2. Kegiatan yang Dilarang dalam Cagar Alam dan Suaka
Margasatwa
............................................................
3. Skala Perbandingan BerpasanganIKepentingan'Relatif.. .........
4. Keadaan Angin, Gelombang, Temperatur dan Kelembaban
di Kepulauan Seribu
.................................................
5. Perbandingan Elemen Lansekap Pulau Rambut pada Tahun
1986-1996..............................................................
6. Indeks Nilai Penting (INP) Hutan Pantai di Pulau Rambut
April-Juni 1998 .......................................................
7. Indeks Nilai Penting (INP) Hutan Carnpuran di Pulau
Rambut April-Juni 1998 .............................................
8. Indeks Nilai Penting (INP) Hutan MangroveIPayau di Pulau
Rambut April-Juni 1998 .............................................
9. Jenis-jenis Burung Merandai yang Ditemukan di Pulau
Rambut .................................................................
'lo. Pendapat Kelompok Aktor dalam Penentuan Manfaat (Dampak
Positif) pada Wilayah Dampak .....................................
1 1. Pendapat Kelompok Aktor dalam Penentuan Manfaat (Dainpak
Positif) pada Pihak Penerima Dampak ...........................
12. Pendapat Kelompok Aktor dalam Penentuan Manfaat (Dampak
Positif) pada Kategori Dampak ....................................
13. Pendapat Kelompok Aktor dalain Penentuan Manfaat (Dampak
Positif) pada Komponen Kategori Dampak .....................
14. Pendapat Kelompok Aktor dalam Penentuan Alternatif
Pengelolaan Pulau Rambut dalam Kerangka Manfaat .........
15. Pendapat Gabungan Kelompok Aktor mengenai
ManfaatLDampak Positif Pengelolaan Pulau Rambut
.............
16. Pendapat Gabungan Kelompok Aktor mengenai Biaya/Dampak
Negatif Pengelolaan Pulau Rambut .................................
17. Sensitivitas Pendapat Gabungan Kelompok Aktor mengenai
Manfaaoampak Positif Pengelolaan Pulau Rambut.. .........
18. Sensitivitas Pendapat Gabungan Kelompok Aktor mengenai
BiaydDampak Negatif Pengelolaan Pulau Rambut.. .............
19. Hasil Perhitungan Perbandingan Manfaat dan BiayaIKerugian
Alternatif Pengelolaan Pulau Rambut ...............................
20. Hasil Perhitungan Perbandingan Manfaat dan
BiaydKerugian Kategori Dampak Pengelolaan
Pulau Rambut.. ..........................................................
21. Jurnlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..............
DAFTAR GAMBAR
1. Diagram Latar Belakang Masalah ..................................
3
2. Analisis Kebijakan yang Berorientasi Masalah ...................
9
3. Diagram Alir Kerangka Pemikiran .................................
24
4. Pulau Rarnbut ............................................. ..... ......
27
5. Hirarki Dampak Positif (Manfaat) Pengelolaan Pulau
Rambut. .................................................. ......... .. ... .
36
6. Hirarki Darnpak Negatif (BiayaJKerugian) Pengelolaan Pulau
Rambut. .................................................................
37
7. Hirarki Pendapat Gabungan Dampak Positif (Manfaat)
Pengelolaan Pulau Rambut ...........................................
44
8. Hirarki Pendapat Gabungan Dampak Negatif (Biaya)
Pengelolaan Pulau Rambut ...........................................
47
9. (a) Grafik Prioritas Pengelolaan Pulau Rarnbut Sebelum
Simulasi .............................................................
51
(b) Grafik Prioritas Pengelolaan Pulau Rambut Setelah
Simulasi .............................................................
51
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lokasi Pulau Rambut Di Kelurahan Pulau Untung Jawa.. .......
2. Kuesioner Penelitian Analisis Kebijakan Perubahan
Fungsi Cagar Alam Pulau Rambut Menjadi Suaka
Margasatwa ............................................................
3. Hasil Analisis Pendapat pada Penentuan Dampak Positif
dalam Berbagai Level pada AHP ..................................
4. Hasil Analisis Pendapat pada Penentuan Dampak Negatif
dalam Berbagai Level pada AHP .................................
5. Pendapat Aktor yang Terlibat dalam Penilaian Pengelolaan
Pulau Rambut .........................................................
6. Pendapat Kelompok Aktor mengenai Pengelolaan Pulau
Rambut ..................................................................
7. Pendapat Gabungan Kelompok Aktor mengenai Pengelolaan
Pulau Rambut .........................................................
65
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pulau Rambut, seluas L- 45 ha adalah salah satu pulau di gugusan Kepulauan
Seribu yang terletak di pantai utara Jakarta. Pulau ini merupakan salah satu pulau
yang kaya akan keanekaragaman hayati, berupa ekosistem pantai berpayau dan kering
dengan komposisi tumbuhan yang mendukung kehidupan satwa terutama jenis-jenis
burung merandai. Kekayaan alam yang unik tersebut menyebabkan Pulau Rambut
dipandang perlu untuk dilestarikan sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan, terutama yang berkaitan dengan penelitian, pengeinbangan ilmu
pengetahuan dan pendidikan serta kegiatan lain yang menunjang budidaya tumbuhan
dan satwa.
Kekayaan alarn hayati yang terdapat di Pulau Rambut telah disadari sejak
lama. Oleh karena itu, untuk mendukung terlaksananya kegiatan penelitian botanik
dan faunistik di lokasi yang bersangkutan, Gouverneur General Hindia Belanda di
Jakarta menerbitkan Surat Keputusan Nomor 7, tanggal 3 Mei 1937 tentang
penetapan Pulau Ran~butsebagai salah satu Cagar Alain (Natuurnzonunzenten/Nature
Reserve) di gugusan Kepulauan Seribu. Keputusan ini kemudian dimasukkan ke
dala~nLembaran Negara (Staatblad) Nomor 245 tahun 1939 (Siswanto, et al. 1997;
Pernadhi, M . et al. 1988; PPKK, 1997).
Keanekaragaman hayati yang terkandung di dalam kawasan Cagar Alan1
Pulau Rainbut inerupakan aset nasional sebagai sistem penyangga kehidupan. baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kawasan ini juga telah dinominasikan
sebagai salah satu "Ramsar Site" di Indonesia karena banyaknya jenis burung migran,
baik dari belahan bumi utara (Asia) maupun selatan (Australia) yang singgah sesuai
0
musim (PPKK, 1997).
Namun, dengan semakin lajunya derap pembangunan dan pel-tumbuhan
penduduk di sekitar kawasan Cagar Alam Pulau Rambut, maka terjadi berbagai jenis
tekanan terhadap kawasan tersebut seperti: pencurian sumberdaya hayati maupun
non-hayati, pencemaran minyak,
solar dan sampah,
yang akhirnya dapat
menurunkan kualitas lingkungan ekologisnya. Penurunan kualitas lingkungan
ekologis kawasan akan menurunkan fungsi dan manfaat kawasan sehingga tujuan
penetapan tidak dapat tercapai.
Berdasarkan keadaan tersebut, maka diperlukan upaya strategis dalam
mengelola Cagar Alam Pulau Rambut, sehingga tercapailah optimalisasi fungsi dan
manfaat kawasan serta sumberdaya alarn yang terkandung di dalamnya. Hal ini
sekaligus dapat memecahkan masalah yang dihadapi serta mengantisipasi kondisi
yang akan datang. Kebijakan Departemen Kehutanan dan Perkebunan untuk
memecahkan masalah dan mengantisipasi kondisi yang akan datang adalah dengan
mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 275JKpts1111999, tanggal 7 Mei 1999, tentang perubahan fungsi Cagar Alain Pulau Rambut
+
dan Perairan di sekitarnya seluas +- 90 ha, luas daratan k 45 ha dan luas perairan 45
ha. Dalam kaitan itulah, maka penelitian ini dilakukan.
Gambar 1: Diagram latar belakang masalah
Perurnusan Masalah
Tekanan yang dihadapi Pulau Rambut dapat mengancarn kelestarian kawasan
tersebut. Untuk mengantisipasinya, maka Menteri Kehutanan dan Perkebunan
mengeluarkan Surat Keputusan Perubahan Fungsi Pulau Rambut dari Cagar Alam
menjadi Suaka Margasatwa pada tahun 1999. Berdasarkan ha1 tersebut, maka tiillbul
beberapa perrnasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini yaitu:
Apakah
dampak positif (manfaat) dan dampak negatif (biaydkerugian) dari kebijakan
Pemerintah merubah fungsi Cagar Alam Pulau Rambut menjadi Suaka Margasatwa?
Bagaimana melakukan pengelolaan yang baik terhadap Pulau Rambut dengan
memperhatikan kondisi sekitar? Peran apakah yang dapat dan harus dilakukan oleh
pihak yang mempunyai kepentingan (stakeholders) dalam pengelolaan Pulau
Rambut?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah:
1. Mengetahui dan menggali potensi Pulau Rambut sebagai suatu kawasan suaka
alam.
2. Mengetahui dan menggali persepsi stakeholders mengenai Pulau Rambut sebagai
suatu kawasan suaka alam, sebagai dasar untuk pengembangkan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi untuk
menekan dan
mengendalikan kerusakan ekosistem Pulau Rambut.
3. Menganalisis alternatif pengelolaan yang optimal dalam pemanfaatan Pulau
Rambut.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi pembuat
kebijakan atau pihak berwenang dalam pengelolaan kawasan Pulau Rambut, terutama
dalam memperkecil konflik, meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah
penyangga dan menjaga kelestarian ekosistem.
TINJAUAN PUSTAKA
Kebijakan d a n Analisis Kebijakan
Istilah kebijakan (policy) menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa diartikan
sebagai pedoman untuk bertindak. Kebijakan dalam makna tersebut merupakan suatu
deklarasi mengenai suatu dasar pedoman bertindak, suatu arah tindakan tertentu,
suatu program mengenai aktivitas-aktivitas tertentu atau suatu rencana. Pedoman
tersebut dapat berbentuk sangat sederhana atau kompleks, bersifat umum atau khusus,
luas atau sempit dan sebagainya (Wahab, 1997).
Sementara itu Anderson (dalam Wahab, 1997) merumuskan bahwa kebijakan
merupakan langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seorang aktor atau
sejumlah/sekelompok aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu
yang dihadapi. Aktor dirnaksud adalah pejabat atau instansi pemerintah atau seorang
atau sekelompok orang yang diberi wewenang baik secara hukum maupun
berdasarkan kesepakatan bersama untuk menentukan atau membuat suatu kebijakan,
aktor ini sering disebut sebagai pembuat kebijakan (policy makers). Pengertian ini
memberikan implikasi bahwa: 1) kebijakan selalu mempunyai tujuan tertentu atau
merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan; 2) kebijakan berisi tindakantindakan atau pola-pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah; 3) kebijakan merupakan
apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, bukan apa yang pemerintah
bermaksud akan melakukan sesuatu atau menyatakan akan melakukan sesuatu; 4)
kebijakan dapat bersifat positif dala~narti merupakan beberapa bentuk tindakan
pemerintah mengenai suatu masalah tertentu atau bersifat negatif dalam arti
merupakan keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu; dan 5)
kebijakan didasarkan atau selalu dilandaskan pada peraturan-peraturan perundangundangan dan bersifat memaksa (otoritatif). (Wahab, 1997; Islamy, 2000).
Dengan demikian suatu kebijakan senantiasa dimmuskan oleh orang-orang
yang memiliki wewenang dalam sistem politik, yakni para ketua adat, para ketua
suku, para eksekutif, para legislator, para hakim, para administrator, para monarki
dan lain sebagainya. Mereka ini yang dalam kesehariannya terlibat dalam urusanurusan politik dari suatu sistem politik dan dianggap oleh sebagian besar warga
sistem politik tersebut sebagai pihak yang bertanggung jawab dan berhak mengambil
tindakan-tindakan tertentu sepanjang tindakan-tindakan tersebut masih berada dalam
batas-batas peran dan kewenangan mereka. Peranan kebijakan dalam sebuah program
pembangunan adalah sebagai pedoman atau kerangka acuan yang menjelaskan lebih
rinci mengenai dasar, maksud dan tujuan pelaksanaan program pembangunan tersebut
(Priharyono dan Rahardjo, 1998).
Analisis kebijakan merupakan sebuah disiplin ilmu terapan yang menggunakan
berbagai inetode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan
informasi yang reievan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan ditingkat
politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan (Dunn, 1999). Quade
(dalam Dunn, 1999) memberikan deskripsi mengenai analisis kebijakan sebagai
setiap jenis analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sehingga dapat
menjadi dasar bagi para pengambil kebijakan di dalam menguji pendapat-pendapat
mereka. Dalan~analisis kebijakan, kata analisis digunakan dalam pengertian yang
paling umum; kata tersebut secara tidak langsung menunjukkan pengunaan intuisi
dan pertimbangan dan mencakup, tidak hanya pengujian kebijakan dengan
pemecahan masalah ke dalam komponen-komponennya tetapi juga merencanakan
dan mencari sintesis atas alternatif-alternatif baru.
Ranney dalam Soeharyo (1996) menyatakan bahwa analisis kebijakan perlu
dilakukan berdasarkan tiga alasan, yaitu 1) alasan ilmiah (scientrfic reason), studi
kebijakan dimaksudkan untuk mengetahui asal (origin), dan proses sesuatu kebijakan,
serta konsekuensinya bagi masyarakat; 2) alasan profesional (projjessiotzal reason),
pengetahuan faktual mempakan prasyarat bagi pemberian saran dan penanganan
problem-problem masyarakat; dan 3) alasan politis (political reason), studi kebijakan
diarahkan untuk menjamin bahwa pemerintah mengambil kebijakan yang tepat
(appropriate) untuk mencapai tujuan yang benar (right). Studi kebijakan sangat
diperlukan untuk memperbaiki kualitas kebijakan pemerinah. Analisis kebijakan
dapat menghasilkan informasi dan argumen-argumen yang masuk aka1 mengenai; 1)
Nilai yang pencapaiannya mempakan tolak ukur utama untuk melihat apakah
masalah telah teratasi; 2) fakta yang keberadaannya dapat membatasi atau
,
meningkatkan pencapaian nilai-nilai; dan 3) tindakan yang penerapannya dapat
menghasilkan pencapaian nilai-nilai. Dengan kata lain analisis kebijakan bertujuan
untuk menyediakan kepada para pengambil keputusan, informasi yang dapat
digunakan untuk menguji pertimbangan-pertimbangan yang mendasari
setiap
pemecahan masalah.
Dunn (1999) menjelaskan bahwa analisis kebijakan memiliki suatu prosedur
umum
bempa: 1) pemantauan (deskripsi) memungkinkan dihasilkannya informasi
tentang sebab-sebab masa lalu dan akibat dari kebijakan; 2) peramalan (prediksi)
menghasilkan informasi mengenai konsekuensi yang akan datang dari suatu
kebijakan; 3) evaluasi mencakup produksi informasi tentang nilai atau kegunaan dari
kebijakan yang lalu dan yang akan-
datang; 4) rekomendasi (preskripsi)
memungkinkan untuk menghasilkan informasi tentang kemungkinan bahwa
serangkaian tindakan yang akan datang akan mendatangkan akibat-akibat yang
bemilai; dan 5) perumusan masalah, membantu menemukan asumsi-asumsi,
menentukan tujuan-tujuan yang memungkinkan nlemadukan pandangan-pandangan
yailg bertentangan, dan merancang peluang-peluang kebijakan yang baru. Selain
prosedur m u m tersebut, analisis kebijakan juga menggunakan berbagai metode
pengkajian untuk menghasilkan informasi mengenai masalah-masalah kebijakan,
masa depan kebijakan, tindakan kebijakan, hasil kebijakan dan pelaksanaan
kebijakan.
Masalah-masalah kebijakan (policy problem) merupakan nilai, kebutuhan atau
kesempatan yang belum terpenuhi, yang dapat diidentifikasi, untuk kemudian
diperbaiki atau dicapai melalui tindakan publik. Pengetahuan mengenai inasalah apa
yang memerlukan pemecahan membutuhkan informasi mengenai kondisi yang
mendahului permasalahan maupun mengenai informasi tentang nilai yang
pencapaiannya dapat mendorong pada penyelesaian permasalahan. Masa depan
kebijakan (policy future) adalah konsekuensi dari serangkaian tindakan untuk
pencapaian nilai-nilai dan merupakan penyelesaian terhadap suatu masalah. Informasi
mengenai kondisi yang menimbulkan masalah adalah sangat penting dalain
mengindentifikasikan masa depan kebijakan.
Aksi kebijakan (policy action) mempakan suatu gerakan atau serangkaian
gerakan yang dituntun oleh alternatif kebijakan yang dirancang untuk mencapai hasil
di masa depan yang bernilai. Hasil kebijakan (policy outcome) mempakan
konsekuensi yang teramati dari aksi kebijakan. Sedangkan pelaksanaanfkinerja
kebijakan (policy performance) mempakan derajat di mana hasil kebijakan yang ada,
memberi kontribusi terhadap pencapaian nilai-nilai.
Analisis kebijakan dapat dipandang sebagai proses penelitian yang melibatkan
lima komponen informasi kebijakan yang dipindahan dari satu posisi ke posisi
berikutnya melalui pengunaan pelbagai metode analisis kebijakan, seperti
digambarkan pada kerangka kerja di bawah ini:
Gambar 2. Analisis kebijakan yang berorientasi masalah (Dunn, 1999)
Cagar Alarn dan Suaka Margasatwa
Cagar alanl (Natuurmonumenten/Nature reserve), yaitu sebidang lahan yang
dijaga untuk melindungi fauna dan flora yang ada di dalamnya. Di dalam cagar alain
tidak diperbolehkan adanya segala jenis eksploitasi (Soemanvoto, 1997). Cagar alam
adalah suatu kawasan suaka alam yang mempunyai kekhasan, baik tumbuhan, s a w ,
maupun ekosistemnya, dan mem*yai
fungsi pokok sebagai tempat perlindungan
clan pengawetan proses keanekaan jenis satwa clanlatau tumbuhan dan/atau
ekosistemnya, yang diperuntukkan bagi kepentingan sumber plasma nutfah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, kebudayaan dan kebanggaan nasional. Menurut UU No 5
tahun 1990 yang dimaksud dengan cagar alam adalah ka~vasansuaka alam yang
karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan dan/atau satwa dan
ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu ddindungi dan perkembangannya
berlangsung secara alami (Dephut, 1990). Dengan kata lain di dalam cagar alam
tidak dlperbolehkan adanya campur tangan manusia terhadap kawasan tersebut.
Pengertian cagar menurut Poerwadarminta dalam Soemawoto (1997) adalah
benda atau sesuatu yang dijadikan tanggungan pinjaman atau hutang atau cadangan.
Sedangkan pencagaran adalah (1) pembuatan sesuatu untuk menjadi suatu
tanggungan, jaminan, atau cadangan; (2) usaha atau perbuatan untuk menyisihkan
sebagian flora atau fauna untuk dijadikan cadangan apabila yang lain sudah tidak
mampu lagi untuk didayagunakan (Dewobroto, et al., 1995). Berdasarkan ha1
tersebut, maka cagar alam merupakan suatu pinjaman dari generasi mendatang
kepada generasi sekarang yang suatu saat hams dikembalikan atau mempakan
tanggungan atau penjaminan dari generasi sekarang untuk generasi mendatang.
Pembentukan cagar alam mempunyai tujuan untuk melindungi alam dan
menjaga proses alami dalam kondisi yang tidak terganggu dengan maksud untuk
memperoleh contoh-contoh ekologis yang mewakili lingkungan alami, yang dapat
dimanfaatkan bagi keperluan studi ilmiah, pemantauan lingkungan, pendidikan, dan
pemeliharaan sumberdaya plasma nutfah &lam suatu keadaan dinamis dan berevolusi
(MacKmnon, et al., 1993). Cagar alam dibedakan menjadi: 1) cagar alam yang
khusus ditetapkan untuk kepentingan monitoring gejala alam; 2) cagar alam yang
ditetapkan untuk kepentingan perlindungan ekosistem tertentu; dan 3) cagar alam
yang ditetapkan untuk kepentingan perlindungan flora atau fauna, atau flora dan
fauna (Dephut, 1996). Prinsip dasar dalam pengelolaan cagar alam adalah tidak
diperkenankan adanya kegiatan pendayagunaan potensi dan pembangunan sarana dan
prasarana, kecuali kegiatan danlatau pembangunan sarana dan prasarana yang dapat
mendukung kegiatan monitoring dan perlindungan kawasan. Pendayagunaan potensi
cagar alam diupayakan sedemikian rupa agar tidak mengurangi luas kawasan, tidak
mengganggu fungsi kawasan, dan tidak memasukkan jenis tumbuhan atau satwa yang
tidak asli. Tujuan manajemen suatu cagar alam adalah melindungi kehidupan alamiah
dalam suatu kawasan yang tidak terganggu, dengan harapan didapatnya perwakilan
ekologis dari lingkungan dan perkembangan kondisinya. Untuk tercapainya tujuan
kegiatan tersebut, setiap kegiatan penelitian harus terencana dengan baik dan
dilaksanakan secara hati-hati untuk meminimkan gangguan. Berkaitan dengan
manajemen tersebut, IUCN (1978) dalam Santosa (1999) mengemukakan beberapa
knteria manajemen sebagai berikut: 1) kawasan tertutup bagi masuknya pengunjung,
untuk rekreasi maupun untuk tourisme; 2) proses alamiah yang tejadi bebas dari
pengaruh keikutsertaan manusia secara langsung; dan 3) proses yang terjadi, yang
merubah sistem ekologis clan ciri-ciri fisiologis, pada setiap waktu sebagai akibat
tejadinya keb+arp, qqyysi, serqngan hm%b&,i,
-,-I,,.
_
, / '
,
/ i
I
I
gempa bumi dan lain-lain
hanyalah tejadi secara alamiah bukan karena gangguan manusia. Selain ha1 tersebut
di atas diperlukan penelitian potensi kembali (reevaluasi) suatu cagar alam secara
berkala, sehingga hasil tersebut dapat dlrekomendasikan untuk menentukan bentuk
manajemen yang diperlukan.
Suaka margasatwa merupakan suatu kawasan suaka alam yang ditetapkan
sebagai tempat hidup margasatwa yang mempunyai nilai khas bagi ilmu pengetahuan
dan kebudayaan serta merupakan kekayaan dan kebanggaan nasional. Menurut UU
No. 5 tahun 1990 yang dimaksud dengan suaka margasatwa adalah kawasan suaka
alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman danlatau keunikan jenis
satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap
habitatnya (Dephut, 1990).
Suaka margasatwa dltetapkan untuk menjamin kondisi alami yang perlu bagi
perlindungan spesies, kumpulan spesies, komunitas hayati, atau ciri-ciri fisik
lingkungan yang penting secara
nasional, munglun diperlukan campur tangan
manusia yang spesifik untuk menjaga kelestariannya, pengambilan beberapa
sumberdaya secara terkendali diperkenankan (MacKinnon, et al., 1993). Perbedaan
utama antara cagar alam dengan suaka margasatwa adalah bahwa di suatu kawasan
cagar alam hanya dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian, pendidikan,
pengembangan ilmu pengetahuan dan kegiatan yang menunjang budidaya. Sedangkan
kawasan suaka margasatwa berfungsi untuk melestarikan keanekaragaman atau
keunikan jenis satwa dan dapat dilakukan pembinaan habitatnya, untuk tujuan
penelitian, pendidikan dan wisata terbatas (Primack, R.B., et nl., 1998). Berarti di
kawasan suaka margasatwa masih diperkenankan kegiatan wisata terbatas, selain
bolehnya campur tangan manusia dalam pengelolaan yang intensif Tujuan
pelestarian kawasan cagar alam clan suaka margasatwa serta kegiatan apa saja yang
dilarang di kedua kawasan ini dapat dilihat dalam tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Tujuan Pelestarian yang Sesuai menurut Kategori Internasional Suatu
Catatan:
1. Tujuan utama untuk pengelolaan kawasan dan sumberdaya
2. Tidak perlu utarna tetapi selalu masuk dalam tujuan penting
3. Masuk sebagai tujuan bila dapat dipergunakan serta kapan saja sumberdaya dan
tujuan pengelolaan lainnya memungkinkan.
Sumber: Sumadja, et al., 1984 dalam MacKinnon, et al., 1993
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi d a n W a k t u Penelitian
Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Pulau Rambut. Pengamatan
langsung dilakukan
di Pulau Rambut dan
daerah terdekat yang memberikan
pengaruh terhadap keberadaan Pulau Rambut, yaitu Pulau Untung Jawa dan Tanjung
Pasir. Diskusi dengan key personlresponden dilakukan di masing-masing tempat key
person/responden beraktivitas. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli
sampai November 200 1.
Teknik Pengurnpulan Data
Data penelitian yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer didapat dari survey, observasi di lapangan dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner terhadap sejumlah responden serta diskusi bersama
stakeholders (pihak-pihak yang memiliki kepentingan dan mewakili). Sedangkan
pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan
menggunakan kuesioner terhadap sejumlah lembaga atau pribadi yang memiliki
kepentingan terhadap Pulau Rambut yaitu, Perguruan Tinggi, BKSDA, PEMDA, dan
LSM untuk mengetahui persepsi mereka dan mendapatkan alternatif pengelolaan
yang optimal dalam pemanfaatan Pulau Rambut serta mengetahui permasalahan
mendasar dan kebijakan apa yang perlu diambil untuk mengatasi permasalahan,
dengan kata lain membuat perencanaan yang baik dalam pengelolaan Pulau Rambut
yang lestari.
Data sekunder yang terkait diperoleh melalui studi literatur berupa peraturan
perundangan-undangan dan dokumen atau data pendukung lainnya. Data-data
16
tersebut diperoleh dari instansi-instansi terkait dan lembaga serta pribadi-pribadi
independen yang memiliki akses terhadap Pulau Rambut.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini mengunakan instrumen yang mencakup permasalahan dalam
penelitian, yaitu pengelolaan Pulau Rambut secara optimal dan kebijakan perubahan
fungsi Pulau Rambut dari Cagar Alam menjadi Suaka Margasatwa. Instrumen berupa
kuesioner yang diberikan kepada lima kelompok aktorlstakeholders yang terkait
dengan Pulau Rambut, yaitu: 1) Pemerintah, Balai Konservasi Sumber Daya Alan1
(BKSDA) DKI Jakarta dan Kantor Wilayah Departemen Kehutanan DKI Jakarta; 2)
LSM, Wetlands International-Indonesia Programe (WI-IP), Bird Life Intemational-
Indonesia Programe dan Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI); 3 ) Perguruan
TinggiUPeneliti, Institut Pertanian Bogor, Universitas Negeri Jakarta dan Universitas
Nasional; 4) Masyarakat yang tinggal di sekitar Pulau Rambut; dan 5) Pribadi
Independent, guru-guru yang senantiasa mengajak siswa-siswanya pergi ke Pulau
Rarnbut dalam rangka pengenalan lingkungan atau konservasi kawasan. Validitas
instrumen
menggunakan face validity
(validitas tampaklmuka) dengan jalan
berkonsultasi kepada ahli berkenaan dengan apakah instrumen sudah tepat dalam
mengukur variabel yang dimaksud. Ahli yang ditunjuk dalam penelitian ini adalah
komisi pembimbing penelitian.
Analisis Data
Penelitian menggunakan Program Expert Choice ,for Windows versi 9,O dalam
penganalisisannya. Expert Choice merupakan SofnYare komputer untuk menentukan
pilihan-pilihan dalam pengambilan keputusan dengan multikriteria. Sofrware ini
17
berdasarkan metodologi pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Saaty,
yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP).
Analytical Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik pada
dasamya didisain untuk menangkap persepsi orang yang berhubungan sangat erat
dengan pennasalahan tertentu melalui suatu pmsedur yang didisain untuk sampai
pada suatu skala preferensi di antara berbagai alternatif. Metode ini menyusun
masalah dalam bentuk hirarki dan memasukkan pertimbangan-pertimbangan untuk
menghasilkan skala prioritas relatif. Kekuatan AHP terletak pada rancangannya yang
bersifat holistik yeng menggunakan logika, pertimbangan berdasarkan intuisi, data
kuantitatif dan preferensi kualitatif (Saaty,
1994). Hirarki
adalah suatu
abstraklringkasan struktur suatu sistem untuk mempelajari interaksi fungsional
komponen-komponen dalarn struktur tersebut dan dampaknya ke dalam sistem
(Saaty, 1988).
Mulyono (1998) dalam Patria (1999) menjelaskan bahwa dalam menyelesaikan
persoalan dengan menggunakan AHP ada beberapa prinsip yang hams dipahami, di
antaranya adalah:
a. Decomposition;
setelah persoalan didefinisikan, maka perlu
dilakukan
dekomposisi yaitu memecahkan persoalan yang utuh menjadi unsur-unsur, jika
ingin mendapatkan hasil yang lebih akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap
unsur-unsumya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut,
sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi.
b. Comparative Judgement; prinsip ini berarti membuat penilaian tentang
kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya
18
dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan
berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil penilaian akan lebih baik
jika disajikan dalan bentuk matriks yang dinamakan matriks painvise
comparison.
c. Synthesis of Priority; dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari
eigen vector-nya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise
comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global
priority hams dilakukan sintesis di antara local priority. Prosedur melakukan
sintesis berbeda dengan bentuk hirarki. Pengumtan elemen-elemen menurut
kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakanpriority setting.
d. Logical Consistency; konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah bahwa
obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan
relevansi, kedua adalah tingkat hubungan antara obyek didasarkan pada kriteria
tertentu.
Selanjutnya langkah-langkah yang digunakan dalam Analitycal Hierarchy
Process (AHP) adalah sebagai berikut:
a.
Indentipkasi Sistem; langkah ini dilakukan dengan cara mempelajari beberapa
rujukan untuk memperkaya ide atau diskusi dengan beberapa ahlilpakar untuk
mendapatkan semua konsep yang relevan dengan permasalahan.
b.
Penyusunan Hirarki; penyusunan dilakukan dengan menggambarkan elemen
sistem atau altematif keputusan dalam abstraksi sistem hirarki keputusan.
19
c.
Kornparasi Berpasangan; dilakukan untuk menentukan tingkat kepentingan pada
setiap tingkat hirarki atau penilaian pendapat. Komparasi berpasangan ini
.
menggunakan skala komparasi 1-9, s e ~ r tterlihat
i
pada tabel 3.
d. Matrik Pendapat Individu; formulasi matrik pendapat individu adalah sebagai
berikut:
Dalam ha1 ini CI, C2, ..., C, adalah set elemen pada satu tingkat keputusan
berpasangan dalam hirarki. Kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi
berpasangan membentuk matrik n x n. Nilai a,, merupakan nilai matrik pendapat
hasil komparasi yang mencerminkan nilai kepentingan Ci terhadap C,.
e. Matrik Pendapat Berpasangan; matrik gabungan merupakan matrik baru yang
elemen-elemennya (gi,) berasal dari rata-rata geometrik elemen matrik pendapat
individu yang nilai rasio konsistensinya (CR) memenuku syarat, dengan rumus
sebagai berikut:
g,, = C x a , , (k)
di mana m adalah jumlah responden dan k = 1 .. . .n
... ... ... ... ... ... ... ... ... (2)
Tabel 3. Skala Perbandingan BerpasanganKepentingan Relatif
Intensitas1
Definisi
Penjelasan
Pentingnya
1
Sama penting
Dua aktivitas memberikan
ukan nol, makaj jika
ibandingkan dengan i,
nilai angka untuk melengkapi
I
/ matriks
Sumber: Saaty, 1988;1993; Saaty dan Keams, 1991
f. Pengolahan Horizontal, dilakukan dalam empat tahap, yaitu:
(1) Perkalian baris ( 2 ) dengan menggunakan rumus:
(2) Perhitungan vektor prioritas atau Eigen vector:
(3) Perhitungan nilai Eigen max. dengan menggunakan rumus:
VA
=
aij x VP dengan VA
= (Vai)
VB
=
VANP
= (Vbi)
VA
=
VB
dengan VB
= vektor antara
(4) Perhitungan indeks konsistensi, dengan menggunakan rumus:
CI
=
L,
- n / (n-1)
............................ ...(5)
Nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk mengetahui kekonsistenan
jawaban dari responden yang akan berpengaruh terhadap keabsahan hasil.
g. Pengolahan Vertikal;. langkah ini digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh
terhadap setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran
utama. Jika CV,, didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-i pada
tingkat j terhadap sasaran utama, maka:
di mana: i
j
t
1,2,3..... p
= 1,2,3..... r
= 1,2,3..... s
=
keterangan :
CH,,(t,i-I) = nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap elemen
ke-t pada tingkat di atasnya (i-I), yang diperoleh dari pengolahan
horizontal.
=
nilai
prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke-(i-1) terhadap
V W
sasaran utama yang diperoleh dari hasil pengolahan vertikal. p = jumlah tingkat hirarki keputusan
r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i
s = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-(i-1)
h. Revisi Pendapat; langkah ini dilakukan apabila nilai konsistensi rasio (CR)
pendapat cukup tinggi (lebih besar dari 0,1), dengan mencari deviasi Root Mean
Square dari baris-baris (aij)dan perbandingan nilai bobot baris yang mernpunyai
nilai terbesar, yaitu:
K e r a n g k a Pemikiran
Pulau Rambut yang ditetapkan sebagai Cagar Alam pada tanggal 3 Mei 1937,
beberapa tahun belakangan telah mengalami berbagai tekanan
-
mulai dari
pencemaran berupa sampah an-organik padat dan cair, pencurian biota, abrasi
maupun keberadaan para pengunjung - yang dapat mengancam kelestarian ekosistem
dan keanekaragainan hayatinya. Mengingat pentingnya fungsi Cagar Alam Pulau
Rambut dan krisisnya kondisi kawasan tersebut, maka diperlukan upaya
penyelamatan dan pelestarian kawasan.
Pengelolaan dengan perencanaan yang baik merupakan suatu solusi yang tepat
dalam memecahkan permasalahan yang terdapat di Pulau Rambut. Hal ini mengingat
bahwa perencanaan mempakan suatu proses penyiapan seperangkat keputusan untuk
dilaksanakan pada waktu yang akan datang diarahkan pada pencapaian sasaran.
23
Tujuan pengelolaan Pulau Rambut yang secara urnum adalah menjaga kelestarian
kawasan pulau tersebut sebagai suatu kawasan Suaka Alam, maka perencanaan yang
baik dengan berdasarkan pencapaian tujuan yang dimaksud harus dilakukan dan
mempakan suatu tindakan yang tepat.
Penduduk yang terdapat pada pulau-pulau sekitar Pulau Rambut sebagai suatu
komunitas yang memiliki kepentingan, merupakan komponen dalam pengelolaan
Pulau Rambut yang harus mendapat perhatian. Pelibatan mereka dalam pembuatan
perencanaan pengelolaan Pulau Rambut yang lestari menjadi suatu alternatif yang
penting. Selain
penduduk tersebut, beberapa pihak yang memiliki kepentingan
terhadap kelestarian Pulau Rambut, seperti para peneliti di beberapa pusat penelitian
atau perguruan tinggi, lembaga-lembaga swadaya masyarakat maupun pribadi-pribadi
independen, harus mendapat perhatian dalam perencanaan pengelolaan Pulau
Rambut. Pendapat-pendapat maupun hasil studi mereka mempakan sumberdaya
informasi yang potensial dalam pembuatan suatu perencanaan pengelolaan Pulau
Rarnbut. Perencanaan pengelolaan Pulau Rambut membutuhkan informasi mengenai
potensi yang dimiliki dan faktor-faktor ekstemal serta internal yang mempengaruhi
kondisi Pulau Rambut, maka melalui AHP, diharapkan diperolehnya alternatif
tindakan kebijakan yang tepat yang dapat diambil para penentu kebijakan dalam
pengelolaan Pulau Rambut.
Gambar 3. Diagram Alir Kerangka Pemikiran
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Pulau Rambut
Pulau Rambut, mempakan sebuah pulau tak berpenduduk yang berada pada
lokasi sekitar 25 km dari Tanjung Priok atau 17 km dari Muara Angke, Jakarta atau
2,5 km dm pantai Tanjung Pasir, Tangerang. Secara geografis, kawasan ini berada
pada 106"41'30" Bujur Timur dan 5"57' Lintang Selatan. Menurut administratif
Pemerintahan (Lampiran I), kawasan ini termas.uk ke dalam wilayah kelurahan Pulau
Untung Jawa, kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, kabupaten administratif
Kepulauan Seribu.
Pulau Rambut mempunyai luas
+ 45 ha (Siswanto, W. et al., 1997). Namun,
menurut kompilasi data mengenai wilayah Kepulauan Seribu yang dikeluarkan oleh
Dinas Tata Kota Pemerintahan DKI Jakarta, luas Pulau Rambut adalah 20 ha
(Suwelo, et aL, 1977). Sementara itu Wiriosoepartho (1986) dalam Imanuddin (1999)
mengemukakan bahwa luas Pulau Rambut adalah 25 ha, sedangkan Fitriana (1999)
melalui analisis potret udara tahun 1996 menyatakan luas Pulau Rambut adalah 45,71
ha. Perbedaan luas Pulau Rambut ini tidak mengurangi perlunya pelestarian pulau
tersebut.
Keadaan Fisik
Topografi
Pillau Rambut sebagian besar (f 60%) daratannya terdiri dari tanah rendah
berpayau meliputi pantai timur, pantai barat laut dan pantai barat (Suwelo,
el
al.,
1977; Siswanto, W . el a l . , 1997). Pantai barat dan pantai utara pulau terlindung
26
oleh gugusan karang yang membentuk laguna. Dataran kering dan landai yang
berpasir putih terdapat pada bagian pantai selatan dan tenggara. Titik daratan
tertinggi, yaitu
+ 1,50 m di atas permukaan laut (dpl) terdapat di bagian tenggara dan
tengah pulau. Ke arah utara agak menurun dengan ketinggian sekitar 0,75-1,00 m dpl
(Suwelo, er al., 1977; Siswanto, W. er a [ . , 1997; Imanuddin, 1999).
Tanahnya terdiri dari kapur yang berasal dari karang laut, ditutupi oleh lapisan
lapukan biologis bercampur lumpur dan pasir setebal 10 sampai dengan 20 cm
(Suwelo, et al., 1977).
Iklim
Iklim pulau Rarnbut digolongkan ke dalam iklim "kering tengah tahun"
(Kartawinata, 1973 dalam Suwelo, e l al. 1977). Musim kering terjadi pada bulan Mei
sampai dengan bulan Oktober, dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan
Agustus. Curah hujan rata-rata per tahun 1586 m m dengan hari terbanyaknya hujan
rata-rata per tahun 85,2 hari.
Bulan-bulan basah, dengan rata-rata curah hujan per bulan di atas 100 mm,
dimulai bulan Desember sarnpai bulan April. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Januari (307 m), dengan rata-rata hari hujan per bulan 12,9 hari (Suwelo, et al.,
1977). Suhu maksimum berkisar antara 31,2'-36,g0 C, sedangkan suhu minimum
rata-rata berkisar antara 22,8'-23,7'
C (Imanuddin, 1999).
Selama musim barat (Desember-Februari) dan musim timur (Juni-Agustus)
keadaan laut sekitar Pulau Rambut berbahaya bagi pelayaran karena besarnya angin
dan gelombang. Pada musim tersebut gelombang dapat mencapai 1,s-2 m disertai
hujan dan angin yang bertiup terus selama 24 jam. (Suwelo, et a[., 1977; PPKK,
1997; Imanuddin, 1999).
Tabel 4. Keadaan Angin, Gelombang, Temperatur din Kelembaban di
Sumber: Suwelo et al., 1977.
cwer
Mixed forest
Beach forest
Swamp forest
Degraded swam
Lagoon
Sand
0
02
04
06
Gambar 4. Pulau Rambut (Fitriana, 1999)
08
1 Kllorneters
Tabel 5. Perbandingan Elemen Lansekap Pulau Rambut pada Tahuu 19861996
Tahun 1989
Tahun 1996
Perubahan
No.
Elemen Lansekap
I.
Vegetasi:
2.
3.
4.
a. Hutan Payau
b. Hutan Campuran
c. Hutan Pantai
d. Hutan Payau Rusak
Coral
Pasir
Laguna
19,75
18,97
1,56
3,12
2,94
2,86
0,87
20,08
19,28
1,58
3,17
2,99
2,91
0,89
13,26
19,73
1,82
7,70
0,77
1,60
0.83
13,48
20,05
1,85
733
0,78
1,63
0.84
-6,49
+0,76
+0,26
+4,58
-2,17
-1,26
-0,04
32,86
4,OO
16,67
146,79
73,81
44,06
4,96
Sumber: Fitriana. 1999
Keadaan Biotik
Flora
Secara umum, di dalam kawasan Pulau Rambut tumbuh tidak kurang dari 20
jenis pohon, 7 jenis semak dan 20 jenis tema serta liana (Ramlan dan Iskandar, 19S4
dalam Siswanto, et al., 1997). Vegetasi utama di Pulau Rambut dapat dibagi menjadi
3 bagian, yaitu hutan pantai, hutan campuran dan hutan mangrovelpayau. Hutan
pantai ditemukan di bagian selatan dan timur pulau. Jenis yang umum ditemukan
adalah katang-katangltapak kambinglbarah (Ipomoea pes-caprae), krokot lautlgelang
lautlgelang pantai (Sesuvium portulaca.rtrum), kacang laut (Vigna marina), rumput
lari-lari (Spinjfex littoreus), sruni (Wedelia biflora), rumput tembagan (Ischaemum
sp.), panda11 (Pandanus tectorius), waru laut (Thespesia populnea), cemara laut
29
(Casuarina equisetifolia), akasia (Acacia auricul[formis) dan lamtoro (Leucaena
glauca). Kedua tumbuhan terakhir adalah jenis exotic (Suwelo, et al., 1977; Siswanto,
W. et a[., 1997; PPKK, 1997; Mardiastuti, A,, 1998; Imanuddin; 1999). Selain itu
ditemukan pula, Excoecaria agallocha, Pemphis acidula, Shore sp. Hibiscus
tiliaceus, Eugenia sp dan Triphasia trijolia (Fitriana, 1999). Di daerah perbatasan
antara hutan pantai dengan hutan payaulmangrove didominasi oleh vegetasi peralihan
yaitu peler kambing (Heriliera littoralis) (Imanuddin, 1999).
Tabel 6. Indeks Nilai Penting (INP) Hutan Pantai di Pulau Rambut, April-Juni
1998
Sumber: Fitriana, 1999
Hutan campuran terletak di tengah pulau dan meliputi areal seluas
+ 20 ha
(Mardiastuti; 1998). Lapisan tajuk teratas didominasi oleh kepuh (Sterculia foetida),
sedangkan lapisan tengah didominasi oleh kedoya (Dysoxylum caulostachyum).
kesambi (Schleichera oleosa), saga (Adenanthera pavonina), jati pasir (Guettarada
speciosa), mindi (Melia azedarach), beringin (Ficus timorensis) dan kayu besilkiribut
(Diospyros maritima