Populasi dan Penyebaran Biawak Air Asia (Varanus salvator) di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Jakarta

Judul : Populasi dan Penyebaran Biawak Air Asia (Varanus salvator) di Suaka Margasatwa
Pnlau

Rambut,

Jakarta.

Nama

Mahasiswa

: Robi Gnmilang.

NRP

: E03497010.

Pembimbing : 1 ) Ir. Agus Priyono, MS, 2) Dr. Ir. Ani Mardiastuti, MSc. Jurusan Konservasi
Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Biawak air Asia ( V a ~ a ~ l usnh~ator)
s

yang di Indonesia lebih dikenal dengan biawak air
merupkan salah satu kekayaan fauna Indonesia adalah salah satu jenis kadal terbesar dengan panjang
tuhuh 1,98-2,21 m dan merupakan kerabat dari komodo (Varatnrs kot~~odoet~sis)
yang merupakan kadal
terbesar di dunid (Wildlife Associates 1999). Habitat biawak air biasanya dekat dengan sumber-sumber
air seperti tepi sungai, tepi danau, rawa atau butan mangrove (Byers 1999). Kondisi lingiungan habitat
biawak air umumnya panas atau lembab dengan suhu lingkungan pada siang hari 29-3Z°C dan 26-28°C
pada malam hari (Wildlife Associates 1999).
Dalam dafiar The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna
and Flora (CITES), biawak air termasuk kategori Appendiks I1 (Bennett 1995). Biawak air dapat
dimanfaatkan daging dan kulitnya. Indonesia merupakan pengekspor kulit terbesar yaitu 83% dari
kebutuhan pasar dunia dimana 75% produksi kulit tersebut berasal dari Kalimantan dan Sumatera
(Erdelen 1998).
Penelitian ini bertujuan untuk rnengetahui &=ran populasi serta penyebaran dari biawak air
(IJararttrs mlvator) di Suaka Margasatwa Pulau Rambut dan basil penelitian ini diharapkan manfaat
berupa data dasar bagi penelitian-penelitian selanjutnya, baik itu penelitian di kawasan yang sama atau
daerah yang lain, data yang berguna bagi pengelolan biawak air di SM Pulau Rambut baik itu
pengelolaan populasi ataupun pengelolaan habitatnya serta data untuk mengetahui kondisi umum yang
mempengamhi populasi dan penyebaran biawak air di SM Pulau Rambut.
Penelitian ini dilakukan di Suaka Margasatwa (SM) Pulau Rambut yang terletak di Kabupaten

Kepulauan Seribu Jakarta dari bulan Februari hingga April 2001. SM Pulau Rambut merupakan salah
satu habitat alami biawak air di Indonesia. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah peta kondisi
SM Pulau Rambut dan literatur mengenai biawak air. Sedangkan alat-alat yang digunakan yaitu alat
tulis, binoAuler, kamera, meteran, mopwatch/arloji, golok dan tali.
Pendugaan ukuran populasi dilakukan dengan cara inventarisasi pada unit contoh
inventarisasi yang berbentuk jalur sehanyak 4 jalur dengan panjang 500 m dan lebar 20 m. Data yang
dikumpulkan dianalisa dengan menggunakan rumus King (KittgMetltd).
Untuk mengetahui penyebaran biawak air di SM Pulau Rambut dilakukan survei ke seluruh
pelosok kawasan kemudian pos~sipenjumpaan dengan biawak dipetakan. Penjumpaan bisa dengan
penjumpaan langsung atau tak langsung herupa jejak yang ditinggalkan seperti tap& kaki, feses,

bagian tubuh yang ditinggalkan, tanda-tanda pada habitat yang berupa bekas gigitan, cakaran, alur
lintasan dan sarang. Pola penyebaran dapat diketahui dengan menggunakan rumus 111deks qf
Dispersion (Ludwig dan Reynolds 1988) dari data inventarisasi biawak air pada tiap jalur
inventarisasi. Kemerataan penyebaran pcpulasi pada tiap jalur dianalisis dengan menggunakan uji
statistik X2 (Chi-kuadrat).
Potensi vegetasi diinventarisasi dengan menggunakan jalur berpetak dan dilakukan di seluruh
tipe hutan 3-ang ada di SM Pulau Rambut yaitu hutan campuran, hutan mangrove dan hutan pantai
kemudian data tersebut dianalisis untuk mendapatkan lndeks Nilai Penting (INP) dari setiap jellis dan
tingkat permmbuhan vegetasi. Penelitian komponen habitat lainnya serta pzrilaku pada biawak air

dilakukan bersamaan dengan kegiatan invelitarisasi biawak air dalr vegetasi kecuali untuk penelitian
perilah bejemur dilakukan di menara pengawas.
Berdasarkan kondisi fisik dan biotik, SM Pulau ramhut dibagi menjadi tiga tipe hutan yaitu
hutan campuran, hutan mangrove dan hutan pantai. Hutan campuran merupakan hutan tanah kering
dengan lantai hutan tersusun dari tanah pasir, koral dan tanah gembur. Dari tumbuhan yang dijumpai,
tingkat pemmbuhan pohon didominasi kedoya (Dysoxylrnl amoroides; INI' = 179,616%), tingkat
tiang didominasi mengkudu (Morinda cilrifolia; INP = 101,008%), tingkat pancang didominasi
mengkudu (Morinda cilrifolia;

I W = 85,776%) dan tinzkat semai didominasi kedoya (Dysoxyllmr

amooroides; INF'= 188,261%).
Hutan mangrove didominasi oleh hakau-bakauan. Sada tingkat peltumbuhan pohon, jenis
tumbuhan yang mendominasi yaitu bakau (Rhizophora n~rrcrorrala;INF'= 105,421%), tingkat pancang
didominasi kunyitan (Ceriops lagal; INP = 117,955%) dan tingkat semai didominasi bakau
(Rhizophora mrrcro~~ala;
INP = 63,552%). Pohon-pohon yang tumbuh memiliki bentuk perakaran yang
khas yang merupakan hasil adapatasi untuk tanah berlumpur.
Pada hutan pantai, lantai hutan berupa tanah kering yang terdiri dari pasir dan koral. Dari
tumbuhan yang dijumpai, tingkat pertumbuhan pohon didominasi cemara laut (Casuarbra

eq~riseir;fo/ia;INF' = 100,304%), tingkat tiang didominasi waru laut (Hibiscrrs liliacer~.~;INP =
121,112%), tingkat pancang didominasi ketapang (Terminalia calappa; INS = 86,607%) dan tingkat
semai didominasi waru laut (Hibisc~rslilricer~s;INP = 93,407%).
Beberapa jenis satwa yang dapat ditemukan yaitu ular cincin emas (Boiga dendrophila), ular
h c i n g (Felis sp.)
sanca (Pyrh011rerinrlar~~s),
kadal (Masin sp.), cecak pohon (Hen~idaclylNs.fie~~atr~s),
serta berbagai jenis bumng seperti kowak maling (Nycricorax nyclicorax), cangak abu (Ardea cinerea),
cangak merah (Ardea prrrl)trrea), pecuk ular (A~rhi~tga
n~elo~~ogasler),
bluwok (Mycleria citrerea),
kucica (Copsychr~ssp.), kepodang (Oriollrs chb,e~rsis), jalak (SI~I~IIZIS
sp.), gagak (Con1rr.s sp.),
peregarn laut (Drmc~rlabicolor) dan elang laut (Haliaetrrs lnrcoga.sler), pecuk (Phalacrocorax sp.),
kuntul (Eperta sp.), pelatuk besi (Threskiornis mela~~ocephahrs),
roko-roko (I'legadis folci~relltts),
bondol (Lo~rch~rra
sp.), trinil (Tringa sp.).

Kepadatan populasi biawak air berkisar antara 1.90-5,60 ekorlha dengan kcpadatan populasi

rata-rata 3,75 ekorha. Sedangkan kelimpahan populasinya berkisar antara 85.50-251,99 ekor dengall
kelimpahan populasi rata-rata 168, 75 ekor. Kepadatan populasi biawak air di SM Pulau Rambut
termasuk sangat tinggi jika mengacu pada hasil penelitian Khan (1988) yang menyatakan bahwa
ukuran populasi biawak air yang cukup baik adalah 0.07 ekorlha (7 ekorikm2). Kepadatan populasi
biawak air yang t i n g i tersebit dapat disebabkan kurangnya faktor pengendali populasi sepeni adanya
satwa lain yang menjadi predator biawak air, produhTifitas reproduksi yang ringgi, n~elimpahnya
sumber makanan, tingkat persaingan yatig rendah, pengamh manusia sangat minim karena kawasarl ini
ketika inventarisasi. Dari segi komposisi kelas umur, biawak air
terisolir dan adanya dolrble co~ir?ting
dewasa lebih dominan dibanding biawak air muda dengan perbandingan junilah biawak muda dan
dewasa 1 : 1,57.
Pola penyebaran biawak air di SM Pulau Ranlbut termasuk acak dengan penyebaran anlar
jalur pengamatan yang tergolong merata secara keseluruhan populasi dan untuk kelas umur dewasa
namun tidak merata bagi penyebaran kelas umur muda. Pola penyebaran acak biawak air di SM Pulau
Rambut dipengaruhi oleh: homogenitas kondisi lin&ungan, pola perilaku satwa, luas wilayah jelajah
dan homogenitas fungsi habitat.
Berdasarkan frekensi penjumpaan dan jejak yang ditemukan, hutan mangrove memiliki
ukuran populasi biawak air paling besar dibanding hutan campuran dan hutan pantai. Di hutan
campuran frekuensi penjumpaan langsunz hampir sama dengan hutan mangrove, tetapi jejak yang
ditemukan lebih sedikit. Untuk hutan pantai baik fiuekuensi penjumpaan langsung atau jejak yang

ditemukan jarang. Penyebaran populasi biawak muda yang tidak merata disebabkan adanya
ketersediaan tempat untuk perlindungan diri dan mkanan.
SM Pulau Rambut sebagai habitat b q i biawak air mempunyai fungsi sebagai tempat mencari
m a k a ~tempat berjemur dan beristirahat, tempat bereproduksi yang meliputi tempat percumbua~
perkawinan dan bersarang. Biawak air merupakan konsumen utama dan makanannya dapat bempa
mangsa hidup atau mati (bangkai). Fauna yang dikonsumsi yaitu burung, ikan, kerang, uda~lg,kepiting,
serangga dan telur. Bangkai yang dimakan selain dari jenis fauna yang hidup di Pulau rambut, juga
bangkai yang merupakan hanyutan dari daerab-daerin lain.
Aktifitas berjemur dilakukan p a g hari sekitar pukul 07.30-10.00 WE3 dan menjelang sore
hari pada pukul 15.30-17.30 WLB dengan lama waktu berjemur rata-rata 87 menit. Karakteristik
tempat-tempat yang sering diynakan untuk berjemur yiatu terbuka (terkena sinar matahari), relatif
datar dan bebas dari g a n m a n . Tempat-tempat yang sering dipnakan bianrak air untuk berjemur
sesuai jumlah frekuensi penjumpaan yaitu : di atas semak belukar, pesisir pantai, di atas batang-batang
pohon baik yang masih hidup atau yang mati serta di lantai hutan yang kering dan terbuka sepefli di
atas bebatuan atau karang.

Aktifitas beristirahat (tidur) pada wajau siang hari bisa dilakukan bersamaan ketika berjemur.
Pada malam hari. tempat-tempat yang digunakan untuk beristirahat yang teramati adalah di hawah
batang pohon besar yang lapuk dan sarang yang berupa lubang galian yang digunakan juga untuk
menyimpan telur. Sebagian besar sarang ditemukan di hutan campuran dan dibuat di bawah perakaran

pohon-pohon besar, haik pobon yang masih hidup ataupun yang sudah mati atau di lahan berpasir
yang temaungi dengan kemiringan sarang berkisar antara 20°45' dan suhu sarang 26-29'C.
Kedalaman sar2ng berkisar antara 0.5-1,5 m atau sesuai dengan panjang tubuh biawak yang
membuatnya. Lokasi untuk saiang memiliki karakteristik: tanah berupa pssir, temaungi

oleh

perakaran pohon atau vegetasi lainnya dan dekat dengan sumher makanan dan air. Dari 5 cangkang
telur yans ?emah ditzmukan memiliki bentuk lonjong simetris dengan panjang 2 76 mm dan lebar 2
40 mm. Berat telur yang pernah ditimbang 2 61 gram.

Ekosinem SM Pulau rambut pada beberapa tahun terakhir mengalami kerusakan yang cukup
serius diantaranya kematian beberapa jenis tumbuhan terutama di hutan pantai dan mangrove karena
introduksi sampah. Kematian dari tumbuhan ini dapat mengganggu kestabilan ekosistem SM Pulau
Rambut dan akan mempengaruhi keberadaan biawak air sebagai salah satu komponen ekosistemnya.
Masalah yang dihadapi dalam pengelolaan kawasan adalah minimnya peralatan bagi petugas penjaga
kawasan.
Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa kepadatan populasi biawak air di SM
Pulau Rambut berkisar antara 1.90-5.60 ekorha (rata-rata 3,75 ekorha) dan kelimpahan populasinya
berkisar antara 85-252 ekor (rata-rata 169 ekor). Kepadatan populasi biawak air termasuk sangat

tinggi. Populasi biawak air dewasa lebih besar dari biawak muda dengan perbandingan jumlah biawak
muda dan dewasa 1 : 1,57. Pola penyebaran biawak air di SM Pulau Rambut termasuk acak yang
dipengaruhi oleh homogenitas kondisi lingkungan, pola perilaku, luas wilayah jelajah dan homogenitas
fungsi habitat biawak air. Fungsi habitat dari SM Pulau Rambut yang berhubungan dengan perilaku
hiawak air yaitu ternpat mencari makan, tempat berjemur dan beristirahat dan tempat bererproduksi
bagi biawak air.
Untuk penyebaran populasi biawak air secara keseluruhan terutama kelas umur dewasa
merata di selumh tipe habitat yaitu hutan mangrove, hutan pantai dan hutan campuran. Sedan&an
penyebaran populasi hiawak air muda berbeda pada setiap tipe habitat. Faktor yang mempengaruhi
penyebaran populasi biawak air muda yaitu ketersediaan tempat untuk perlindungan diii dan makanan.