Tingkah Laku Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) Terhadap Tirai Gelembung Udara dan Intensitas Cahaya Berbeda
TINGKAH LAKU IKAN KERAPU TIKUS (Cromileptes altivelis)
TERHADAP TIRAI GELEMBUNG UDARA
DAN INTENSITAS CAHAYA BERBEDA
OLEH
FIS PURWANGKA
#
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK
FIS PURWANGKA. Tingkah Laku lkan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis)
Terhadap Tirai Gelembung Udara dan Intensitas Cahaya Berbeda. Dibimbing oleh
MULYONO S. BASKORO dan JOHN HALUAN.
Penggunaan cahaya sebagai alat bantu penangkapan ikan umumnya dilakukan
nelayan dengan intensitas cahaya yang sangat bervariasi. Selain penggunaan cahaya
dalam penangkapan, dalam perkembangan teknologi guna mencapai penangkapan
ikan yang lebih efektif telah diterapkan pula penggunaan tirai gelembung dam,
khususnya dalam perilcanan trap,
Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui tingkah laku ikan kerapu
terhadap tirai gelembung udara dan intensitas cahaya yang berbeda dan menganalisa
efektifitasjarak antar gelembung udara untuk merintangi ikan.
Langkah pertama permbaan yang dilakukan adalah penelitian awal, berupa
pengambilan data fluktuasi cahaya di habitat &an kerapu se1ama 24 jam, dengan
pencatatan pengarnatan pada tiap 1 jam. Kemudian mengamati pengaruh dari suara
gelembung tersebut terhadap tingkah laku ikan kerapu dengan mengamati jumlah
gerakan dari tutup insang selarna 15 menit, dibandingkan dengan kondisi tanpa suara
seIama I5 menit.
Langkah yang ke dua adalah memilih jarak antar gelembung yang paling
optimal, dengan variasi berdasarkan lebar tubuh ikan yang diamati, yaitu tiga kali,
dua kali dan satu kali lebar tubuh ikan pada 3 iluminasi cahaya yang berbeda. DaIarn
setiap perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 20 kali, masing-masing selama 1 jam.
Agar ikan mau untuk melewati tirai tersebut, maka saat diberi perlakuan ikan tersebut
diberi umpanlpenarik berupa makanan. Pengamatan yang dilakukan ialah dengan
mencatat jumlah ikan yang melewati tirai gelembung udara tersebut pada setiap
perlakukan.
Data yang didapat akan diuji kenormalannya dianalisis dengan menggunakan
ANOVA Single factor (Analysis of Variance). Bila hasil yang didapat dari ANOVA
Single Factor menunjukkan bahwa data tersebut berbeda nyata, maka diiakukan uji
lanjutan, yaitu Uji Tukey dan Uji Beda Nyata Terkecil untuk melihat tingkat
perbedaannya.
Berdasarkan hasil pengamatan pendahuluan yang dilakukan di perairan Pantai
Carita yang mempunyai kecerahan 6 meter, dimma detektor lux meter di masukkan
pada kedalaman 3 meter, dengan cuaca cerah tidak krawan, pada jam 04.57 WIB
dan 18.10 WIB iluminasi cahaya bernilai 1 lux. Nilai ilumiaasi cahaya terbesar
didapat pada jam 12-00sebesar 27.000 lux.
Data pengaruh suztra gelembung diolah menggunakan Uji Tanda, dengan
rrielihat jumlah bukaan tutup insang dm waktu adaptasi ikan,didapatkan nilai sebesar
9,8 dan 0,8. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berbeda
nyata dengan nilai x2 sebesar 95%.
Pada iluminasi 0 lux rata-rata jumlah ikan yang melewati gelembung udara,
masing-masing berjarak 1 cm; 2 cm; dan 3 crn adalah O,I5 ekor; 0,05 ekor; dm 0,1
ekor. Selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan ANOVA (Analysis
of Variance) didapatkan nilai Fhit,dimana nilai Fhit tersebut lebih kecil dari ndai Ftab.
Hal ini menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan yang diberikan tidak
berbeda nyatalperlakuan yang di berikan tidak berpengaruh nyata.
Pada iluminasi 1500 lux rata-rata jurnlah ikan yang melewati gelernbung
udara, rnasing-masing berjarak 1 cm; 2 cm;dan 3 cm adalah 0,05 ekor; 16,95 ekor;
dan 83,6 ekor, kemudian didapatkan nilai F h a dimana nilai Fhittersebut lebih besar
dari nilai Ftab. Hal ini menunjukkan bahwa pada rnasing-masing p e r l a k w yang
dibecikrtn berbda nyatalperlakuan yang dikrikan berpengaruh nyata, sehingga perlu
dilakukan uji lanjutan menggunakan Uji Tukey dan Uji Beda Nyata Terkecil. Dari
hasil Uji Tukey dan Uji Beda Nyata Terkecil anatara perlakuan 1 cm terhadap
perlakuan 2 cm dan 3 cm menunjukkan bahwa tingkat pelolosan ikan yang paling
kecil yaitu -1 6,9000 dan -83,5500 , selanjutnya untuk perlakuan 2 cm terhadap
perlakuan 1 cm dan 3 cm menunjukkan bahwa tingkat pelolosan ikan yang cukup
besar, yaitu 16,9000 dm 46,6500 , sedangkan untuk perlakuan 3 cm terhadap
perlakuan 1 cm dan 2 crn menunjukkan bahwa tingkat pelolosan ikan yang paling
besar yaitu 83,5500 dan 66,6500. Masing-masing pengujim ini dilakukan pada
tingkat selang kepercayaan 95%.
Pada iluminasi 4500 lux rata-rata jumlah ikan yang melewati gelembung
udara, masing-masing bejarak 1 cm;2 cm;dan 3 cm adalah 16,85 ekor; 16,95 ekor;
dan 17,05 ekor, kemudian didapatkan nilai Fhit9dimana nilai Fhit tersebut lebih kecil
d29-i nilai Fbb. Hal ini menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan yang
diberikan tidak berbeda nyatalperlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata.
Pada kondisi iluminasi cahaya sebesar 0 lux, pergerakan i h , terlihat
cenderung pasif, berada di dasar dan pinggir aquarium walaupun telah diberi
rangsangan berupa makanan. Pada perlakuan iluminasi cahaya sebesar 1500 lux,
umumnya ikan-ikan tersebut terlihat lebih aktif, dan apabila diberi rangsangan berupa
makanan, ikan-ikan tersebyt langsung bergerak untuk memakannya, tetapi pa& jarak
antar gelembung udara sebesar 1 kali ukuran tubuhnya (1 cm) ikan-ikan tersebut tidak
berani melewati tirai gelembung udara. Pada perlakuan terakhir, yaitu iluminasi
cahaya sebesar 4.500 lux, pergerakan ikan-ikan ini terlihat tidak terkendali
menghindari cahaya yang terang, dan terlihat tidak merespon rangsang yang
diberikan.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, menunjukkan bahwa j arak
gelembung yang paling efektif adalah 1 kali ukuran lebar tubuh ikan, yaitu sebesar 1
cm pada ilurninasi cahaya sebesar 1500 lux.
Perlu diiakukan peneIitian lanjutan untuk melakukan penerapan di lapangan
sehingga dapat dilihat peluang penggunaan tirai gelembung udara untuk menghadang
atau menggiring ikan.
Judul Tesis
: Tingkah Laku Ikan Kerapu Tikus (Cromilepfes altivelis)
Terhadap Tirai Gelembung Udara dan Intensitas Cahaya Berbeda
Nama
: Fis Puwangka
NRP
: TKL 99602
Program Studi : Teknologi Kelautan
Disetujui,
1. Komisi Pembimbing
c 9Dr. Ir. M yono S. Bas oro, M.Sc.
Ketua
Anggota
2. Ketua Program Studi
3. Direktur Program Pasca Sarjana
Prof. Dr.Ir. Daniel R. Monintia. M.Sc.
Tanggal Ldus : 30 Desember 2002
SULTRAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
Tingkah La ku I h n Kerapu Tikus (Crom0Ieptesarltivelis)
Terhadap Tirai Gelembung Udara dan Intensitas Cahaya Berbeda
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasi. Semua
sumber data dan informasi yang dig&
diperiksa kebenarannya.
Bogor, Desember 2002
Fis ~ w a n g k a
NRP. 99602
telah dinyatakan dengan jelas dan dapat
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 2 Mei 1972, sebagai anak ke lima
dari lima bersaudara, dari pasangan Bambang Djatmiko dan Hertami. Pendidikan
yang pendis lalui ialah di SDN Pengadilan 11, Bogor (1979-19851, SMPN 4, Bogor
(1985-1988), SMAN 2, Bogor (1988-1991), dan Pendidikan Sarjana di Jurusan
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut
Pertanian Bogor (1992-1998).
Pada tahun 1999 penulis melanjutkan Program
pendidikan S2 pada Program Studi Teknologi Kelautan Program Pascasarjana
FakuItas Perikman dan Kelautan, M t u t Pertmian Bogor.
PenuIis sampai saat ini di kontrak sebagai Staf di Juman Pemmhatan
Sumkrdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, M t u t Pertanian Bogor.
Saat ini penulis dianugerahi satu orang putri dengan nama Qonita Sinatrya dari istri
tercinta Lusy Miftakhidyah S.Pi.
Selma mengikuti Program S2, penulis menjadi anggota F o m Mahasiswa
Teknologi Kelautan (FORMULA). Dan selama mengikuti perkuliahan dan kegiatan
pendidikan, penulis sering mengikuti simposium clan seminar yang diselenggarakan
oleh peneliti dalarn negeri maupun luar negeri.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa penulis panjatkan,
karena atas segala limpahan &at
diselesaikan.
dan hidayah-Nya penelitian ini berhasil
Judul pada penelitian ini adalah &Tingkah Laku Ikan Kera pu
(Cromilcptes aUivelis) terhadap Tirai Gelembung Udara dan Intensitas Cahstya
Berbeda".
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang setulusnya
kepada Bapak Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. selaku ketua komisis pembimbing
serta kepada Bapak Prof.
Dr. Ir. John Haluan, M.Sc. selaku anggota komisi
pembimbing atas saran dm arahannya sehingga terselesaikannya penelitian ini.
Bapak HAU Ayodhyoa, M.Sc., selaku dosen penguji yang telah memberi penilaian,
saran dan kritik untuk perbaikm thesis ini. Ungkapan terima kasih j uga disamkepada selunih keluarga Ibu, Bapak Mertua, Isteri dan Anak tercinta, serta seluruh
keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.
Terima kasih pula penulis sampaikan kepada rekan-rekan, baik di TKL
maupun di luar TKL atas masukkan yang cukup berarti bagi penulis.
Semoga
penelitian ini dapat men.adi masukan yang berarti dalam perkembangan perikanan
dan kelautan Indonesia,
Bogor, Desember 2002
Fis Purwangka
DAFTAR ZSI
Kata Pengantar
Daftar Isi
...........................................................................................
....................................................................................................
Daflar Tabel
.............................................................................................
Daftar Gam bar
...................
.
.
...................................................................
Daftm Lampiran
........................................................................................
1 . Pendahuluan
.........................................................................................
1.1 Latar Belakang
..............................................................................
1.2 T u j w Penelitian
..........................................................................
...........................................
1.3 Manfmt Penelitian ......................
.
,
1.4 Perurnusan Masdah .....................................................................
2. Tinjauan Pustaka
...............................................................................
3 . Metodologi ............................................................................................
3 . I Waktu dan Tempat
3.2 Alat dan Bahan
..............................
.............................
3.3 Pengumpulan Data
.......................
.
.
.......................................
.
.
..........................*.,,.,,...*.*.
3.4 Metode Penelitian .............................
3.5 Analisis Data
.
.
.....................................
........................................
.
.
.................................................................................
4 . Hasil dan Pembahasan ...........................................................................
4.1 Data Fluktuasi Cahaya Selarna 1 hari (24 Jam) ..............................
4.2 Pengrtruh Suara Gelembung Terhadap Ikan
...................................
4.3 Jarak antar Lubang dm Intensitas Cahaya yang Berbeda ...............
5 . Kesimpulan dan Saran ...........................................................................
5.1 Kesimpulan .....................................................................................
5.2 Saran ...............................................................................................
Daftar Pustaka .........................................................................................
............................Lampiran
.........................
iii
1. Spesifi kasi Alat yang Digunakan dalarn Penelitian
.............................
2. Data Fluktuasi Cahaya Selama 1 hari (24 Jam) .....................
.
.
.........
3, Data Pengamatan Pengaruh Suara Gelembung Terhadap Tingkah
Laku Ikan ...............................................................................................
4. Hasil Perhitungan dengan Perlakuan 0 Lux dengan Menggunakan
Anova Single Factor..............................................................................
5. Jurnlah Pelolosan Tkan pada Iluminasi Cahaya 0 lux terhadap
Jarak antar Gelembung Udara .....................................
........................
.
,
6 . Hasil Perhitungan dengan Perlakuan 1 500 Lux dengan Menggunakan
Anova Single Factor............................................................................
7. Jumlah Pelolosan kan pada lluminasi Cahaya 1 500 lux terhdap
Jarak antar Gelembung Udara ............................................................
8. Hasil Perhitungan dengan Perlakum 4500 LUXdengan Menggunakan
Anova Single Factor............................................................................
9. Jumlah Pelolosan Ikan pada Iluminasi Cahaya 4500 lux terhadap
Jarak antar Gelembung Udara .................... .
.
..............tar.....+.................
15
19
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1 . Pemasangan pipa tirai gelembung udara
.....................................
2. Diagram Alir Kegiatan Penelitian dan Pengolahan Data
3 . Fluktuasi Cahaya Selama 1 hari (24 Jam)
.
.
.
........................
...............................................
15
18
20
4. Hasil Rekaman Frekuensi Suara dengan Perlakuan Menggunakan
Gelembung dengan Alat Dolphin Ears ....................................................
22
5. Hasil Rekaman Frekuensi Suara dengan Perlakuan Tanpa Menggunakan
Gelembung dengan Alat Dolphin Ears...................................................
22
6. Grafik Jumlah Pelolosan Ikm pada Iluminasi Cahaya 0 lux terhadap
Jarak antar Gelembung Udara
.................................................................
25 .
7. Grafik Jumlah Pelolosan Ikan pada Eluminasi Cahaya 1500 lux terhadap
Jarak antar Gelembung Udara
....................
...........................
.
.
.
...
.
28
8. Grafik Jumlah PeloIosan k a n pada Iluminasi Cahaya 0 lux terhadap
Jar& antar Gelembung Udara
........................................................
30
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Hdarnan
1. Hasil Rekarnan Frekuensi Suara Dianalisis dengan Spectrogram ...........
37
...........................................
.
.
.
38
.........................................
39
2. Kondisi llrsln Kerapu Tikus
...................
3. Peralatan yang Digunakan dalam Penelitian
4. Data Pengarnatan Pengaruh Suara Gelembung Terhadap
Tingkah Laku Ikan ......................................~..........................................
42
5. Jumlah Pelolosan Ikan pada Iluminasi Cahaya 0 lux terhadap Jarak
antar Gelembung Udara .................................... .,..................................... 43
6 . Jumlah Pelolosan Ikan pada Ilurninasi Cahaya 1500 lux terhadap Jarak
antar Gelembung Udara ...........................................................................
44
7. Jumlah Pelolosan Ikan pada Iluminasi Cahaya 45 00 lux terhadap Jarak
antar Gelembung Udara ..........................................................................
45
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan sudah lama
dilakukan oleh nelayan. Larnpu digunakan sebagai sarana untuk mengumpulkan
ikan. Setelah lampu dinyalakan selama beberapa waktu, ikan terkumpul dalam
jangkauan penetrasi cahaya tersebut dan kemudian dengan menggunakan alat tangkap
yang telah disiapkan nelayan menangkap ikan-ikan tersebut.
Sasaran dari penangkapan ikan dengan bantuan lampu ini addah ikan-ikan
pelagis dan utamanya ikan-i kan yang mempunyai fototaxis positif. Penggunaan
larnpu sabagai alat bantu penangkapan telah dilakukan oleh nelayan hampir di seluruh
dunia, misalnya dalam perikanan gillnet, lampara, purse seine, lifr net, pump fishing,
dan lain sebagainya.
Di Indonesia, lampu smgat populer digunakan sebagai alat
bantu pada perikanan bagan, yang menangkap ikaxl-ikan seperti ternbang, teri,
kernbung, selar, layang, tongkol, cumi-cumi dan lain sebagainya.
Penggunaan cahaya sebagai alat bantu pemngkapan ikan umurnnya dilakukan
neIayan dengan intensitas cahaya yang sangat bervariasi.
Umurnnya mereka
menggunakan intensitas cahaya yang tinggi dalam operasi penangkapan ikan.
Mereka beranggapan bahwa sernakin terang cahaya maka sernakin tinggi hasil yang
akan mereka dapat. Anggapan tersebut tidak seIamanya benar, karena baik secara
morfologis dan ekologis ikan rnempunyai kesanggupan dm respon yang berbeda-
beda terhadap cahaya (Smith, 1972).
Cahaya yang efektif adalah cahaya yang
mempunyai sifat daya rangsang, daya pikat dan mengumpulkan ikan.
1
Selain penggunaan cahaya dalam penangkapan, dalam perkembangan
teknologi guna rnencapai penangkapan ikan yang lebih efektif telah diterapkan
penggunaan tirai gelembung udara, khususnya dalam perikanan trap. Mengendalikan
tingkah laku ikan menggunakan tirai gelembung udara pertama kaIi dilaporkan oleh
Smith (1 95 7, 196 1). Pada tiga dekade terakhir, dampak rintangan tirai gelembung
udara diuji dari berrnacam-macam perrnasalahan untuk tujuan penangkapan dan
pengendalian ikan (e.g., Imarnura dm Ogura, 1959; Igarashi, 1963; Kunetsov, 197 I ;
Liebeman dan Muessig, 1978; Stewart, 1981; Patrick et. al., 1985 dan Sager el. al.,
1987).
1.2 Tujurmn Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
-
Mengetahui tingkah laku ikan kerstpu terhadap tirai gelembung udara clan
intensitas cahaya yang berbeda.
-
Menganalisa efektifitas jarak rtntara gelembung udara untuk merintangi ikan.
1.3 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
mendesain alat penangkapan i kan sehingga mempermudah dalam proses
penangkapan ikan dan dapat meningkatkan hasil tangkapan.
1.4 Perurnusan Masalah
Sejauh ini telah banyak diketahui bahwa proses tertangkapnya ikan oleh suatu
j enis alat penangkap temyata menyangkut sejumlah interaksi yang cukup kompleks.
Hal tersebut menyangkut berbagai ha1 yang bertalian dengan rnekanisme alat
penangkap ikan tersebut, dan berbagai ha1 yang bertalian dengan tingkah laku ikan.
Dalam usaha peningkatan efisiensi hasil tangkspan, pada umumnya perhatian lebih
banyak diberikan pada rnekanisme alat tangkap, sebaliknya kurang sekali perhatian
untuk ha1 yang menyangkut tingkah laku ikan yang menjadi tujuan usaha
penangkapan tersebut (Gunarso, 1 985).
Ben Yami (1976) mengemukakan bahwa ada dua pola reaksi ikan terhadap
cahaya, yai tu fototaksis dan fotokenesis. Fototaksis merupakan gerakan spontan dari
ikan yang mendekati cahaya atau menjauhi cahaya. Gerakan spontan yang mendekati
cahaya dinamakan fototaksis positif dan yang menjahui cahaya disebut fototaksis
negatif. Selanjutnya dikatakan aktivitas ikan a h meningkat dengan meningkatnya
intensitas cahaya. Fotokinesis menrpakan respon yang ditimbulkan oleh hewan
dalam kebiasaan hidupnya.
Laevastu dan Hayes (1984) mengemukakan bahwa ikan telah menunjukkan
gejala terangsang oleh cahaya pada intensits cahaya 0,001-0,O 1 lux. Selanjutnya
Woodhead ( I 966) menyatakan bahwa tiap spesies ikan mempunyai intensitas cahaya
optimum yang berbeda-beda tergantung swunan .organ-organtubuhnya.
Indera penglihat pada sebagian besar jenis ikan ekonomis penting adalah
merupakan indera yang utarna yang memungkinkan mereka berpola tingkah laku
terhadap keadaan lingkungannya. lndera penglihat ikan akan mempunyai sifat khas
tertentu oleh adanya berbagai faktor seperti misaInya jarak penglihatan yang jelas,
kisaran dari cakupan penglihatan, warna yang jelas, kekontrasan, kemampuan
membedakan objek yang becgerak dan lain sebagainya.
Persentase tingkat adaptasi retina mata ikan kerapu &us
pergerakan cone pada tingkat iluminasi 0
yang dilihat dari
- 10 lux; 300 - 500 lux; 1200 - 1500 lux;
dan 2500 - 3000 lux yaitu 56,84%, 58,85%; 65,70% dan 83,89%. Iluminasi cahaya
1200 - 1500 lux pada skala laboratorium adalah yang paling optimum terhadap
respon rnakan ikan (Suryansyah Y ., 200 1).
Dengan dilakukannya penelitian mengenai tingkah laku ikan terhadap
gelembung udara dan intensitas cahaya yang berbeda diharapkan dapat diaplikasikan
pada alat penangkapan ikan yang Iebih selektif dan efisien. Penggunaan gelembung
udara dengan intensitas cahaya yang berbeda terhadap tingkah laku ikan tertentu
dimaksudkan agar tujuan penangkapan ikan dapat lebih optimal.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Keberlanjutan perikanan tangkap mengharuskan perbaikan teknologi
penangkapan ikan yang bersifat ramah lingkungan. Teknologi penangkapan ikan
yang dimaksud hendaknya memiliki selektivitas yang baik sehingga dapat
memberikan peluang yang tinggi bagi ikm target muda dan i kan non-target atau hasil
tangkap sarnpingan untuk meloloskan diri dari alat tangkap. Selanjutnya ikan-ikan
yang telah melakukan pelolosan melalui proses selektivitas mekanis diharapkan dapat
terus hidup tanpa gangguan fisiologis sehingga dapat melanjukan rekruitmen dan
menjadi bagian stok ikan yang dapat dimanfaatkan di rnasa mendatang (Purbayanto,
1999).
Tingkah laku ikan adalah suatu proses adaptasi terhadap lingkungan internal
dm eksternd, sedangkan reaksi ikan merupakan respon yang berhubungan dengan
tingkah laku ikan karena adanya rangsangan eksternd. Taxis merupakan salah satu
tingkah laku yaitu yang berhubungan dengan arah gerakan terhadap rangsangan
sscara eksternal. Ada berbagai tipe dari taxis ini, diantamnya phototaxis yaitu bila
arah pergerakan ikan terhadap rangsangan cahaya dan acoustitaxis y aitu bila arah
pergerakan ikan terhadap rangsangan suara (He, 1 989).
Sistematika studi tingkah laku ikan termasuk ke dalam beberapa aspek, yaitu:
(1) Ragam tingkah laku ikan; adalah tingkah laku ikan dari krbagai tingkah laku
ikan yang umurn terjadi
(2) Evolusi tingkah laku ikan; adalah perubahan tingkah laku ikan dalam
hubungannya dengan adaptasi terhadap lingkungan tertentu dalam jangka waktu
yang p m j w
(3) Sejarah (history) tingkah Iaku ikan; adalah untuk rnempelajari bagaimana pola
tingkah Iaku tertentu dari generasi yang larnpau sampai generasi yang akadatang dan bagaimana variasi yang akan muncul hubungannya dengan perubahan
lingkungan (He vide Reiliza, 1997).
Perancangan alat dm metode penangkapan ikan diawali dengan mengetahui tingkah
laku ikan.
Operasi penangkapan ikan ecat hubungannya dengan segala sesuatu yang
menyangkut bentuk tingkah laku ikm &am
keadaan tertentu dari suatu kerangka
pengetahuan tingkah laku ikan secara m u m . Pengetahuan tentang tingkah laku ikan
alarni tersebut dapat memperbaiki serta merubah alat maupun metode penangkapan
yang memungkinkan untuk meningkatkan efisiensi, selain itu dapat digunakan juga
untuk (a) menentukan fishing power yang baik, (b) mencegah terjadinya kerusakan
dari suatu sumber alam (resource), (c) memprbaiki dm meningkatkan h i 1 surnber
alam (Gunarso, 1985).
lkan menerirna berbagai informasi mengenai keadaan sekelilingnya melalui
beberapa inderanya, seperti melalui indera penglihat, pendengar, pencium, peraba,
linea lateralis dan sebagainya. Alat-dat pengindera pada ikan umurnnya berguna
untuk mengindera jarak jauh, dengan pengertian bahwa brbagai indera tersebut
memunglunkan ikan untuk mampu mendeteksi knda-benda atau sesuatu larutan pada
suatu jarak tertentu (Gunarso, 1985). Menurut Dian et.al. (2002) indera penglihat
6
pada ikan pelagis yang hidup di perairan pemukaan (surface wafer) dengan
pencahayaan yang cukup merupakan salah satu faktor yang penting ddam
mempertahankan hidupnya.
Gunarso (1985) rnenyatakan bahwa pengarnatan tentang tingkah lstku ikan
dapat dilakukan dengan berbagai cara pendekatan, antara lain:
(a) Pengamatan tingkah laku ikan yang dilakukan dalam akuariurn atau tan&-tangki
percobaan, terutamst mengamati respon ikan terhadap krbagai rangsangan yang
ditirnbulkan oleh berbagai benda baik yang diam maupun yang bergerak.
Pengamatan ini dapat dilakukan secara langsung maupun dengan menggunakan
berbagai sarana seperti kamera foto, televisi dan film, juga dengan bantuan sonar.
(b) Pengamatan langsung dengan bantuan para penyelam maupun secara tidak
langsung meialui berbagai sarana sebagaimana dikemukakan di atas yang
dilakukan di lapangan pada perairan dangkal. Pengamatan yang dilakukan dapat
ditujukan pada tingkah laku ikan dalam menghadapi kbagai lat tangkap
maupun bagian-bagian daripadanya dari ukuran sebenarnya.
Pengamatan
biasanya dilakukan pada perairan jernih dengan kedalarnan sekitar 3 0 - 40 meter
dm dilakukan siang hari.
(c) Pengamatan secara tidak langsung tingkah laku ikan dengan hubungannya
dengan dat penangkap yang dioperasikan di laut dalam dengan bantuan berbagai
peridatan seperti kamera foto, televisi dan film, rnaupun sonar yang diatur dengan
pengontrol jarak j auh (remote con~ol).
Berbagai jenis perangkap telah dioperasikan untuk menangkap ikan maupun
crustaceae. Adapun caranya adalah dengan memikat ikan agar masuk ke dalamnya,
7
dimana kemudian mereka sukar ataupun tidak dapat meIarikan diri lagi.
Juga
pemasangan perangkap ini didasari pada pengetahuan tentang lintasan-lintasan y m g
merupakanjalan ikan ataupun ha1 yang erat hubungannya dengan ruaya-ruaya ikan ke
arah panhi yang rnereka lakukan pada waktu-waktu tertentu. Perangkap-perangkap
itu dapat berupa :
-
Tempat-tempat bersembunyi atau berlindung, seperti ddmn-dahm kayu,
tempat yang berbentuk tabung atau pot bagi octopus, bentuk-bentuk tabung
dari bambu ataupun berupa benda-benda terapung .
-
Penghalang-penghdang dalarn bentuk dinding ataupun pagar-pagar drtpat pula
dipakai untuk menangkap ikan pada daerahdaerah genangan ataupun daerah
pasang s u m .
-
Perangkap-permgkap mekanik, yang bekerja dengan berbagai mekanisme
dengan mengynakan umpan ataupun tidak.
-
Keranjang-keranjang terbuat dari bambu, kayu atau kawat, juga dari jaring
atau.plastik yang umum dipakai pada perikanan air tawar maupun pcikanm
Iaut.
-
Trapnet yang berupa bendungan ataupun penghalang terbuat dari kayu,
sedangkan yang terbuat dari bahan jaring dinarnakan pound net (Von Bmdt,
1969).
Ikan kerapu tergolong dalam suku Senanidae. Tubuhnya tertutup oleh sisiksisik kecil. Kebanyakan tinggal di terumbu karang d m sekitarnya rneskipun ada pula
yang hidup di pantai sekitar muara sungai. Umurnnya kerapu tidak senang pada air
dengan salinitas yang rendah. Kerapujuga tergolong ikan buas.
Nama kerapu biasanya digunakan untuk empat marga ikan ydmi Epinephelus,
Veriola, Plectropoma dan Cromileptes. Yang paling besar ukurannya dan yang
paling kaya jenisnya ialah marga Epinephelus. Di Indonesia terdapat 38 jenis, 25
diantaranya sangat umum. Kerapu ada yang berukuran kecil tebpi ada pula yang
sangat besar, misalnya kerapu Lurnpur Epinephelus lanceolatus dan Epinephelus
tauvina.
Kerapu-kerapu besar ini biasanya ditemukan di perairan pantai yang
berlumpur di depan rnuara sungai.
Di perairan tenunbu karang bisa dijurnpai kerapu macan Epinephelus
fuscoguttatus dengan tubuh loreng-loreng dm kerapu balong epinephelus merra
dengan tubuh yang dihiasi totol-tot01 coklat yang bersegi lima atau segi enam.
Ketiga marga lainnya tidak mempunyai j enis banyak. Cromileptes altivelis,
d i k e d dengan nama kerapu bebek atau kerapu tikus. Kepalanya merendah dm
rnelancip ke depan, warn dasarnya abu-abu much disertai bintik-bintik hitam di
selusuh tubuhnya. Kerapu bebek yang masih kecil banyak digemari untuk dijadikan
sebagai ikan hias dalarn akuarium. Tetapi yang dewasa bisa mencapai 50 cm.
Ikan kerapu di dunia internasional dikenal sebagai groupers, rockcod, hinds
dm sea basses, yang dimasukkan ke dalam farnili s m e d a e , sub famili
Epinephelinae yang terdiri atas
15 genus
dm mencakup 159 spesies (Heernstra
dan Randall, 1993). Klasifikasi kerapu Tikus menurut Heemstra dan Randall (1 993) :
Filum : Chordata
Sub film1 : Vertebrata
Kelas : Teleostei
Sub keIas : Osteicanthopterygii (Actinopterygii)
Ordo :Perciforma
Sub ordo : Perciodea
FamiIi :Semidae
Genus : Cromileptes
Spesies : Cromilepfes altivelzs
Menurut Weber and Beofort, (1 940) &am Ahmad (1 99 I), klasifikasi ikan
kerapu tikus adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Sub film : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Sub kelas : Actinopterigi
Ordo : Percamorphi
Sub ordo : Percoidea
Farnili : Serranidae
Genus : Cromileptes
Species . : Cromileptes altivelis
Ikan kerapu tikus juga mernpunyai banyak nama lokal, Ikan ini di Australia
dikenal dengan nama Barramundi cod, dan di Jepang dengan nama Sarasa-hata.
10
Sedangkan di Philipina dikenal dengan narna Lapu-Lapung Senorita (Tagalog), Miromiro(Visayan), serta di Singapura Polka-dotgrouper.
Bagi orang Indonesia dan
Malaysia kerapu tikus dikenal dengan nama kerapu tikus, kerapu belida dm kerapu
sonoh. Istilah ikan hias kerapu tikus dikenal dengan narna "Panther fish".
Ikan kerapu tikus mempunyai ciri-ciri morfologi sirip punggung dengan 10
duri keras dan 18 - 19 duri lunak, sirip pemt dengan 3 duri keras dan 10 duri lunak,
skip ekor dengan 1 duri keras dan 70 duri lunak. Panjang total 3,3 - 3,8 kali
tingginya, panjang kepda seperempat panjang total, leher bagian atas cekung d m
semakin tua semakin cekung, mata seperenam kepala, sirip punggung semakin
kebelakang melebar, wslrna putih kadang kecoklatan dengan tot01 hitam pada badan,
kepda dan sirip. Weber and Beofort (1940) dalam Ahmad ( 1 991). Sedangkan
menurut Heemstra and Randall (1993) seluruh permukaan tubuh kerapu tikus
berwama putih keabuan, krbintik bulat hitam dilengkapi skip renang berbentuk
melebar serta moncong kepala lancip menyerupai bebek atau tikus.
Ikan kerapu tikus tersebar luas di Pasific Barat mulai dari bagian selatan
Jepang sampai Palau, Guam, Kaledonia baru, b e a n slatan kepulauan Ausdia,
serta bagian timur laut India dari Niwbar sampai B m m e (Heemsta and Randall,
1986). Di Indonesia ikan kerapu tikus banyak ditemukan di wilayah perairan Teluk
Banten, Ujung Kulon, Kepulauan Riau , Kepulauan Seribu, Kepulauan Karirnunjawa,
Madura, Kdimantan dan Nusa Tenggara.
Ikan kerapu tergolong ikan buas, hidup rnenyendiri (soliter) dan banyak
terdapat di daerah terurnbu karang serta muara sungai (Kuiter, 1 W2).Menumt Utojo
et. a!. (1999) ikan kerapu hidup secara soliter di daerah terumbu karang yang
berasosiasi dengan jenis Porites sp., Acropora sp., Fdiosa, Sponge, Pinctuda,
Tridac~zadan lainnya. Menurut Heemstra dan Randall (1993) Cromileptes dapat
hidup pada wilayah terumbu karang yang berkembang baik mati maupun ti&.
Dapat d i t e m h pada kolom perairan yang luas dan juga tertangkap pada keddaman
40 m. Menurut Gunarso (1985), sebagian jenis predator (misalnya Serranidae)
rnemiliki puncak aktivitas pencarian makanan pada wddu senja dan pagi.
Dalam siklus hidupnya, pada umumnya kerapu muda hidup di perairan karang
pantai dengan kedalaman 0,5 - 3,O meter. Menginjak masa dewasa berupaya ke
perairan yang lebih dalam antara 7,O - 40,O meter, biasanya perpindahan ini
berlangsung pa& siang dan senja hari. Telur clan larva bersiht pelagis sedangkan
kerapu rnuda hingga dewasa bersifat dernersal (Tampubolon dan Mulyadi, 1989).
Ikan kerapu menyenangi naungan (shelter) sebagai tempat bersembunyi dan
menghindari matahari langsung.
Ikan kerapu tikus banyak dijumpai di perairan batu karang, atau didaerah
karang berlumpur, hidup pada kedalarnan 40 meter mpai kedalaman 60 meter.
Dalarn siklus hidupnya ikan kerapu tikus mu& hidup di perairan karang dengan
kedalaman 0,5 - 3,0 meter, selanjutnya menginjak dewasa menuju ke perairan yang
lebih dalam, dm biasanya perpindahan ini berlangsung pada siang dm senja hari.
Menwut Tampubulon dm Mdyadi (1989), telur dan larva kerapu tikus bersifat
pelagis, sedangkan kerapu muda hingga dewasa bersifat dernersal. Ikan kerapu
termasuk kelompok ikan stenohdine (Breet dan Groves, 1979), oleh karena itu jenis
ikan ikan rnampu beradaptasi pada lingkungan perairan yang berkadar garam rendah.
Menurut Chua d m Teng (1978), parameter-parameter ekologis yang cocok
untuk pertumbuhan ikan kerapu, yaitu Temperatur berkisar 24 - 3 1 'C, salinitas
berkisar 30 - 33 ppt, kandungan oksigen terlarut lebih dari 3,5 pprn dan pH antara 7,8
- 8,O.
Perairan dengan kondisi tersebut pada u m T m y aterdapat pada perairan
tenunbu karang (Nybakken, 1988).
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2002 sampai dengan Juli 2002.
Penelitian ini dilakukan dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan lanjutan.
Penelitian pendahuluan dilakukan di Perairan Panhi Carita, Desa Pasauran, Banten
untuk pengambilan data fluktuasi cahaya pada kedalaman tertentu, dan penelitian
lanjutan dilakukan di Laboratorium Tingkah Laku &an, Fakdtas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor meliputi persiapan peralatan untuk rnelakukan
pengamatan, pengamatan di laboratorium, sampai dengan pengolahan data h a i l
pengamatan.
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan 'danbahan yang digunakrtn dalam penelitian ini adalah:
-
Under Water Ltoc Meter
-
Under WaferCamera
-
Cold light
-
Dolphin ears
-
aerator (high blow) kapasitas 40 titik
-
pipa ukuran diameter 0,5 inchi dengan diameter lubang udara 0,s mm
-
20ekorihkerap4pmjangtotal9- lOcm,lebarbadan 1 - 2 c m
1 buah aquarium ukuran (1 m x 0,4 m x 0,6 m)
Tabel 1. Spesifikasi Alat yang Digunakan dalam Penelitian
No.
Namo Alat
Merk
Spesifikasi
1.
Under Water Lux Meter
OSK
Digital, 30 m
2.
Under Water
Carnera/Handycam
Sony
TRV4 10E
3.
Cold Light
SCHOTT
KL 1500 Electronic
4.
Spectrogram
Dolphin Ear
Analyze Sounds for
Windows 95/98
5.
Akuarium
-
1 m x 0,4 rn x 0,6 m
6.
HiBIow Air Pump
Techno Takastuki,
Co., Ltd.
Type SPP-40GJ-L,
Input 220 - 240 V,
50 Hz,44 Watt
0,6meter
.: :.
j j
. ,
. .--. ..,,
Under Water
Pipa
Gelembung
1 meter
Gambar 1. Pemmangan Pipa Tirai Gelembung Udara
3.3 Pengumpulan Data
Data dikumpulkan pada saat pengamatan yang meliputi jumlah ikan yang
melewati tirai gelembung udara pada masing-masing perlakuan yang diberikan, baik
jarak antar gelembung maupun dengan intensitas cahaya yang berbeda.
3.4 Metode Penelitian
Langkah pertama percobaan yang dilakukan adalah penelitian awal, berupa
pengarnbilan data fluktuasi cahaya di habitat ikan kerapu selama 24 jam, dengan
pencatatan pengamatan pada tiap 1 jam. Kemudian mengamati pengaruh dari suara
gelembung tersebut terhadap tingkah laku ikan kerapu dengan mengamati jumlah
gerakan membuka dan menutupnya tutup insang selma 15 menit, dibandingkan
dengan kondisi tanpa suara selama 15 menit.
Langkah yang ke dua adalah memilih jmak antaf gelembung yang paling
optimal, dengan variasi berdasarkan lebar tubuh ikan yang diamati, yaitu tiga kali,
dua kali dan satu kali lebar tubuh ikan pada 3 iluminasi cahaya yang berbeda. Dalarn
setiap perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 20 kali, masing-masing selama 1 jam.
Agar ikan mau untuk melewati tirai tersebut, maka saat diberi perlakuan ikan tersebut
diberi ~ p a n / p e m d iberupa makanan. Pengsunatan yang dilakukan ialah dengan
mencatat jumlah ikan yang melewati tirai gelembung udara tersebut pada setiap
perlakukan.
3.5 Analisis Data
Data yang didapat akan diuji kenormalannya dianalisis dengan menggunakan
ANOVA SingIe factor (Analysis of Variance), yang pertama adalah data jar& antar
lubang, selmjutnya data intensitas cahaya yang berbeda, dengan model pengarnatan :
Keterangan :
i
= 1 , 2 , 3,....
,....
j
= 1,2,3,4
X..
?I
=
pengamatan ke-j pada perlakuan ke-i
ai
=
pengaruh perlakuan ke-i
&a
= pengaruh sisdgalat lainnya
Hipotesis yang diuji adalah :
a * =a2
a3 = a4 = 0
Ho
=
HI
= sekurang-kurangnyaada satu
=
ai #
0
Bila hasil yang didapat dari ANOVA Single Factor rnenunjukkan bahwa data tersebut
berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjutan, yaitu Uji Tukey dan Uji Beda Nyata
Terkecil untuk melihat tingkat perbedaannya.
Pengambilan data Auktuasi
cahaya selama 1 hari (24 jam)
+
Sebagai data acuan besarnya
variasi intensitas cahaya yang
diberikan (ikan kerapu aktii
mencari makan pada pagi dan
senja hari)
f
Pengarnbilan data jumlah gerakan
membuka dan menutupnya tutup
insang dan lama adaptasi perubahan
warna pada tubuh ikan
v
Pengambilan data jarak antar gelembung
v
dengan variasi berdasarkan iebar tubuh ikan
yang diamati ( 1 , 2 , 3 kali) pada intensitas
cahaya yang berbeda
-
Dianalisis dengan Uji
Beda untuk melihat
apakah perlakuanyang
dikrikan berpenganrh
atau tidak
Dianalisis dengan Uji
Tukey untuk melihat
apakahperlakuanyang
diberikan berpengaruh
atau tidak, bila
berpengaruh dilakukan
,,(i,is
lanjutan dengan
menggunakan Uji Beda
Nyata Terkecil untuk
melihat tingkat
perbedaannya
Gwmbar 2. Dhgmm Alir Kegiatan Penelitian dan Pengotahan Data
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Fluktuasi Cahaya Selama 1 hari (24 Jam)
Berdasarkan hasil pengamatan pendahuluan yang dilakukan di perairan Pantai
Carita yang mempunyai kecerahan 6 meter, dimam detektor lux meter di masukkan
pa& kedalaman 3 meter, dengan curtca cera. ti&
1. Pada jam 04.57 WIB
dan
berawan dapat dilihat pada Tabel
18.10 WIB iluminasi cahaya bernilai 1 lux. Nilai
iluminasi cahaya terbesar didapat pada jam 12.00 sebesar 27.000 l a .
Tabel 2. Data Fluktuasi Cahaya Selama 1 hari (24 Jam)
Menurut Gunarso (1 985), sebagian j enis predator (misalnya Serranidae)
memiliki puncak aktivitas pencarian makanan pada waktu senja dan pagi.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, besarnya intensitas yang diberikan berkisac
antara 0 lux - 9.500 lux (pagi) dan 2.100 Iw - 0 Iux (senja).
r-
.-
Lux j
Gambar 3. Fluktuasi Cabaya Selamsr 1 hati (24 Jam)
4.2 Pengrmruh Suara Gelembung Terhadap Ikan
Pengumpulan data pengaruh suara terhadap tingkah laku ikan kerapu
dilakukan pada iluminasi cahaya sebesar 1.500 lux. Tingkah laku yang diamati ialah
jumlah gerakan membuka dan menutupnya tutup insang dm lama adaptasi perubahan
warna pada tubuh ikan terhadap suara gelembung udara serta hasil perekarnan
menggunakan Dolphin Ears.
B e r h k a n pengalahan data menggunakan Uji Tanda, dengan metihat
jumlah bukaan tutup insang dan waktu adaptasi ikan, didapatkan nilai sebesar 9,s dan
20
0,8. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata
dengan nilai x2 sebesar 95%.
Sedangkan berdasarkan pengamatan rnenggunakan
Dolphin Ears dm dianalisis dengan menggunakan Spectrogram, suara yang terekam
rnempunyai frekuensi 6775 +/- 62 Hz dengan signal level antara 0 dB sampai dengan
-60 dB pada kedua perlakuan tersebut, hasil rekarnan dengan menggunakan Dolphin
Ears dapat dilihat pada Gambar 2., dm Gambar 3.
Tabel 3. Data Pengamatan Pengaruh Suam Gelembung Terhadap Thgkah
Laku Ikan
jmlh +
jmlh
xZ
-
17
3
9.8
12
8
0.8
Gambar 4. Hasil Rekamrn Frekuensi Suara dengan Perlakuan Menggunakan
Gelembung dengan Alat Dolphin Ears
GwmbarS. Hasil Rekaman Frekuensi Suara dengan Perlakuan Tanpa
Menggunakan Gelembung dengan Alat Dolphin Earn
4.3 Jarak antar Lubang dan Intensitas Cahaya yang Berbeda
Pada iluminasi 0 lux rata-rata jumlah ikan yang melewati gelembung udara,
masing-masing berjarak 1 cm; 2 cm;dan 3 crn adalah 0,15 ekor; 0,05 ekor; dan 0,l
ekor. Sdanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan ANOVA (Analysis
of Variance) didapatkan nilai Fhiedimma nilai Fhittersebut lebih kecil dari nilai Fhb.
Hal ini menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan yang diberikan tidak
berbeda nyata/perlakuan yang diberikan tidak berpeugamh nyata.
Tabel 4. Hasil Perhitungan dengan Perlakustn 0 Lux dengan Menggunakan
Anova Single Factor
Anova: Single Factor (0 lux)
SUMMARY
Groups
I cm
2 cm
3 cm
ANOVA Source of Variation
Between Groups
Wihin Groups
Total
Count Sum
2
3
2
1
2
2
SS
0.
5.
5.
Average
Variance
0.15 0.134210526
0.05
0.05
0.1 0.094736842
F
Pvalue
F crit
2
0.05 0.537735849 0.587003 3.158846
57 0.092982456
59
df
MS
Tabel 5. Jumlah Pelolossm Ikan pada Iluminasi Cahaya 0 lux terhadap Jarak
antar Gelem bung Udara
P&
p q g m d H gdmbmg
i h m h s i 15QO lux W-mb jmhh
udara, mas&g-m&ug b j d 1 cm; 2 cm; dm 3 m.addah Q,O5 ∨ l&95 ekm;
dan 83,6 elcar. Selanttnya tiihkdm d i s h data dengan m a g g m d m ANOVA
(Anatyd~d V
m ) W m t k &Ffa
i
W F * , Hd id ~
~
~
~
~
I&* be= dari
Fhit
-
m
~
g
~
~
y
~
h k d a a w p e r f hymg d i B e t i h berpengtmh n p b , d h g g a m u d k h k m
uji lmjti-tanmrn-
Uji Tukcy d8n Uji ~
N
~
T
~
r
t
d
j
b
Tabel 6. Hasil Perhitungan dengan Perlakuan 1500 Lux dengan Menggunakan
Anova Single Factor
Anova: Single Factor (1500 lux)
SUMMARY
Groups
Count Sum
Icm
2 cm
3 cm
20
ANOVA
Source of Variattbn
Between Groups
Wrthin Groups
Total
1
20 339
20 1672
Average
Variance
0.05
0.05
16.95 12.41842105
83.6 j76.1473684
SS
df
MS
F
P-value
F crit
78056
2 39028.11667 624.S44795 1.76E-39 3.158846
3565
57 62.53859649
81621
59
Multiple Comparisons
-
Dependent Variable: JUMIAH
Mean
Difference
(I)J A M { J ) JARAK
1.00
2.00
Tukey HSD
3.00
-
2.00
1.00
3-00
3.00
1.00
2.00
LSD
1.00
2.00
2.00
3.00
1.00
3.00
3.00
1.00
2.00
Std. Error
-16.9000'
2.5008.
-83.5500'
2.5008
16.9MHT
2.5008
-66.EOD'
2.5008
83.5500'
2.5008
66.65W
2.5008
2.5008
-16.9000'
-83.5500*
2 . m
16.9OW
2.5008
-S6.65Oou 2.5008
83.550P
2.5008
66.6500'
2.5008
(14)
Sig.
.OM
.OOO
,000
.OW
.000
.OM
,000
-000
.MKI
-0oO
.OOO
.000
95% Confidence Interval
Upper Bound
-22.9179
-10.8821
-89.5679
-77.5321
10.8827
22.9179
-72.6679
-60.6321
77.5321
89.5679
72.6679
60.6321
-21.9077
-11.8923
-88.5577
-78.5423
1i .8923
21.9077
-71.6577
-61.6423
78.5423
88.5577
616423
71.6577
Lowr Bound
'. The mean diiefence is significant at the .05 level.
Dari hasil Uji Tukey dm Uji Beda Nyata Terkecil anatara perlakuan 1 cm
terhadap perlakuan 2 cm dan 3 crn menunjukkan bahwa tingkat pelolosan ikan yang
paling kecil yaitu -16,9000 dan -83,5500 , selanjutnya untuk perlakuan 2 cm
terhadap perlakuan 1 cm dan 3 cm menunjukkan bahwa tingkat pelolosan ikan yang
cukup besar, yaitu f 6,9000dan -66,6500 ,sedangkan untuk perlakuan 3 cm terhadap
26
perlakuan 1 c m dan 2 cm menunjukkan bahwa tingkat pelolosan ikan yang paling
besar yaitu 83,5 5 00 dan 66,6500. Masing-masing pengujian ini dilakukan pada
tingkat selang kepercayaan 95%.
Twbel7. Jumlah Pelolosan Ikan pada Iluminasi Cahaya 1500 lux terhadap
Jarak antar Gelembung Udara
Tabel 8. Hasil Perhitungan dengan Periakuan 4500 Lux dengan Menggunakan
Anova Single Factor
Anova: Single Factor 4500 lux
SUMMARY
Groups
Column 1
Column 2
Column 3
ANOVA
Source of Variation
Between Groups
Wrthin Groups
Total
Count Sum
20 33
20 33
20 34
SS
0.4
614.5
df
5
Avenge
Variance
16.85 10.1342 1053
16.95 11.41842105
17.05 10.786842j 1
'
MS
F
P- value
F crit
0.2 0.0185531 78 0.981624 3.158846
10.77982456
Tabel 9. Jumlah Pelolosan Ikan pada Iluminasi Cwhaya 4500 lux terhadap
Jarak antar Gelembung Udara
menghindari cahaya yang terang, dan terlihat tidak merespon rangsang yang
diberikan.
Baskoro (I 999) menyatakan bahwa ikan yang berada pada jarak yang lebih
dekat dengan sumber cahaya, akan bereaksi lebih cepat terhadap cahaya dm yang
berada lebih jauh terhadap sumber cahaya akan h a k s i lebih lambat dan
membutuhkan waktu adaptasi yang lebih lama. Sebagai tambahan, pola adaptasi ini
juga dipertimbangkan sebagai penyebab perbedaan dalarn penerimaan intensitas
cahaya oleh ikan terhadap perbedaan jaraknya terhadap surnber cahaya.
5. KESIMPUEAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada kondisi iluminasi cahaya sebesar 0 lux, pergerakan ikan, terlihat
cenderung pasif, be.rada di dasar dan pinggir aquarium walaupun telah diberi
rangsangan berupa makanan. Pada perlakum iluminasi cahaya sebesar 1500 lux,
umumnya ikan-ikantersebut terlihat lebih aktif, dan apabila diberi rangsangan bempa
rnakanan, ikan-ikan tersebut langsung bergerak untuk memakannya, tetapi pada jarak
antar gelembung udara sebesar 1 kali ukuran tubuhnya (1 crn) ikan-ikan tersebut tidak
berani melewati tirai gelembung udara. Pada perlakuan t&,
yaitu iluminasi
cahaya sebesar 4.500 lux, pergerakan ikan-ikan ini terlihat tidak terkenddi
rnenghindari cahaya yang terang, dan terlihat tidak merespon rangsang yang
diberikan.
Berdwkan hasil pengolahan data y m g dilakukan, menunjukkan bahwa jarak
gelernbung yang paling efektif adalah 1 kali ukuran Iebar tubuh ikan,yaitu sebesar 1
cm pada iluminasi cahaya sebesar 1 500 lux.
5.2 Saran
Dalam pengembangan metode penangkapan yang efektif dan efisien
disarankan penggunaan tirai gelembung udara dilakukan dengan rnemperhatikan
intensitas cahaya lingkungan yaitu dibawah 4500 lux atau berada sekitar 1500 lux,
Perlu dilakukan penelitian.lanjutan untuk melakukan penerapan di lapangan sehingga
dapat dilihat peluang penggunaan tirai gelernbung udara untuk menghadang atau
menggiring i kan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 1991. Operasiond Pembesaran Ilcan Kerapu Dalam Keramba Jaring
Apung. Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai Maros . Balitbangtan,
Deptan, Jakarta.
Dian, A., Ari Purbayanto, Mulyono S. Baskoro, dan Takafumi Arimoto. 2002.
Ketajaman Penglihatan Ikan Juwi (Amdontostoma chacunda). Buletin
PSP. Volume XI. No.1. Hal 44.
Gunarso, W. 1985. Tingkah laku &an dalam hubungannya dengan alat, metoda dan
taktik penangkapan. Diktat kuliah (tidak dipublikasikan). Juntsan
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikansn. Institut
Pertanim Bogor. Bogor. 148 hal.
He, P. 1989. Fish Behaviour and Its Application in Fisheries. Newfoundland and
Labrador Institute of Fisheries and Marine Technology. Canada. 157 p
Heemstra, P. C. and Randall, J. E. 1993. FA0 species catalogue. Vol. 16. Grouper
of the world (Family Serranidae, Subfamily Epinepheline). An annotated
& illustrated catalogue of the grouper, rockcod, kind coral grouper an
lyretail species known to date. FA0 fisheries synopsis Rome. 125 (16)
242 p.
Heemstra, P.C. and Randall, J.E., 1993. FA0 Species Catalogue vol. 16 : Groupers of
the World (famili Serranidae, subfamily Epinephelinae). Rome, Food and
Agriculture Organization of the United Nations.
Igarashi, S. 1963. Studies on air screen in water. Application for fishing gear. J.
Tokyo. Univ. Fish. Hokkaido Univ. 14 (1): 23 - 29.
Imamura, Y ., and Ogura, M. 1959. Study on the fish gathering effects of air curtain.
J. Tokyo Univ. Fish. 45 (2): 173 - 177.
Kuiter, R. K. 1992. Tropical reef fishes of the western pacific Indonesia and
adjacent waters. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 314 p.
Kuznetsov, Y. A. 1 97 1. The behaviour of fish in the zone affected by a curtain of air
bubbles. In fishbehaviour and fishing techniques. Pp. 103 - 1 10. Ed. By,
A. P.Alekseev. Israel Progr. Sci. Trans. Jerusalem. 193 pp.
Laevastu, T.,and M.I. Hayes. 1984. Fisheries Oceanography and Ecology. Fishing
News Books Ltd. London. 257 p.
Liebarman, J. T., and Muessig, P. H. 1978. Evaluation of an air bubbler to mitigate
fish impingement at an electric generating plant. Estuaries. 1 (2): 129 132.
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Jakarta. Djembatan. Cet. 3. 35 1 hal
Nybakken, J.W., 1 988. Bioiogi Laut : suatu pendekatan ekologi. Grarnedia, Jakarta
Patrick, P. H.,Christie, A. E., Sager, D.,Hocutt, C., and Stauffer, Jr., J, 1985.
Responses of fish to a strobe lightlbubble curtain combinations as
influenced by water flow rate and flash frequencies. Fish. Res. 5: 383399.
Purbayanto, A. 1999. Behavioral Studies for Improving Survival of Fish in Mesh
Selectivity of Sweeping Trammel Net. Disertasi. Department of Marine
Science and Technology. Tokyo University of Fisheries. Tokyo.
Randall, J.E., 1987. A Preliminary Synopsis on the Groupers (Perciformes :
Serranidae, Epinephelinae) of the Indo-Pacipic Region in J.J. Polovina, S.
Ralston (Editors), Tropical Snappers and Groupers : Biologi and fisheries
management. Westview Press, Inc. Boulder and London.
Reiliza, F. 1997. Studi Tingkah Laku Ikan Hias terhadap Alat Tangkap Bubu Kawat
Tipe Buton di Perairan Karang Pulau Sekepal, Lampung Selatan. Skripsi
(tidak dipublikasikan). Program Studi Umu Kelautan.
Fakultas
- Perikanan. IPB. Bogor.
Smith, K.A. 1957. Driving herring schools with compressed-air curtain. Comm.
Fish. Rev. 23 (3): 1 - 14.
Smith. 1972. Fish Biology. Mc Graw Hill. New York. 569 p.
Stewart, P. A. M. 1981. An investigation into the reactions of fish to electrified
barriers and bubble curtains. Fish. Res. 1: 3 - 22.
Suryansyah, Y. 2001. Pengaruh Tingkat Iluminasi Cahaya terhadap Adaptasi Retina
Juvenil Kerapu Tikus (Cromileptes nltivelis). Karya Iimiah (tidak
dipublikasikan). Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 2001. 44 ha].
Tampubolon, G. H. dm E. Mulyadi. 1989. Synopsis ikan kerapu di perairan
Indonesia. Balitbangkan. Semarang.
Tampubulon, G.H. dm E. Mulyadi. 1989. synopsis Ikan Kerapu di Perairan
Indonesia. Balitbangkan, Semarang.
Utojo, Tonnek, S. Suharyanto dan A. Marsam. 1999. Studi bioekologi ikan kerapu
di perairan pantai barat Sulawesi Selatan. Jurnal penelitian perikanan
Indonesia. Volume V No. 1 : 3 1 - 37.
Von, Brandt, A. 1969. Application of observations on fish behaviour for fishing
methods and gear construction. Proceedings of the F A 0 conference on
fish behaviour in relation to fishing techniques and tactics. F A 0 Fisheries
Report 62 (2): 169 - 191.
Woodhead, A. D. 1966. The behaviour of fish in relation to light in the sea.
Oceanogr. Mar. Biol. Ann. Rev. 4: 334 - 407.
Yami, B. 1976. Fishing with light. Fishing news books Ltd, London. London. 125
P-
LAMPIRAN
LAMPIRAN 4. Data Pengamatan Pengaruh Suara Gelembung Udara terhadap
Tingkah Laku Ikan
UIangan
(15 menit)
Gelembung
Tanpa
gelembung Udara
Dengan
Gelembung Udara
1
586
556
2
554
60 1
3
584
571
4
556
599
5
54 1
5 86
6
584
569
7
556
601
8
57 1
584
9
569
601
10
526
614
11
539
599
12
586
63 1
13
554
601
14
526
584
15
569
646
16
526
599
17
509
616
18
571
629
19
526
599
20
584
614
L
LAMPIRAN 5. dumlah Pelolosan ikan pada Iluminasi Cahaya 0 lux terhadap
Jarak antar Gelembung Udara
TERHADAP TIRAI GELEMBUNG UDARA
DAN INTENSITAS CAHAYA BERBEDA
OLEH
FIS PURWANGKA
#
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK
FIS PURWANGKA. Tingkah Laku lkan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis)
Terhadap Tirai Gelembung Udara dan Intensitas Cahaya Berbeda. Dibimbing oleh
MULYONO S. BASKORO dan JOHN HALUAN.
Penggunaan cahaya sebagai alat bantu penangkapan ikan umumnya dilakukan
nelayan dengan intensitas cahaya yang sangat bervariasi. Selain penggunaan cahaya
dalam penangkapan, dalam perkembangan teknologi guna mencapai penangkapan
ikan yang lebih efektif telah diterapkan pula penggunaan tirai gelembung dam,
khususnya dalam perilcanan trap,
Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui tingkah laku ikan kerapu
terhadap tirai gelembung udara dan intensitas cahaya yang berbeda dan menganalisa
efektifitasjarak antar gelembung udara untuk merintangi ikan.
Langkah pertama permbaan yang dilakukan adalah penelitian awal, berupa
pengambilan data fluktuasi cahaya di habitat &an kerapu se1ama 24 jam, dengan
pencatatan pengarnatan pada tiap 1 jam. Kemudian mengamati pengaruh dari suara
gelembung tersebut terhadap tingkah laku ikan kerapu dengan mengamati jumlah
gerakan dari tutup insang selarna 15 menit, dibandingkan dengan kondisi tanpa suara
seIama I5 menit.
Langkah yang ke dua adalah memilih jarak antar gelembung yang paling
optimal, dengan variasi berdasarkan lebar tubuh ikan yang diamati, yaitu tiga kali,
dua kali dan satu kali lebar tubuh ikan pada 3 iluminasi cahaya yang berbeda. DaIarn
setiap perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 20 kali, masing-masing selama 1 jam.
Agar ikan mau untuk melewati tirai tersebut, maka saat diberi perlakuan ikan tersebut
diberi umpanlpenarik berupa makanan. Pengamatan yang dilakukan ialah dengan
mencatat jumlah ikan yang melewati tirai gelembung udara tersebut pada setiap
perlakukan.
Data yang didapat akan diuji kenormalannya dianalisis dengan menggunakan
ANOVA Single factor (Analysis of Variance). Bila hasil yang didapat dari ANOVA
Single Factor menunjukkan bahwa data tersebut berbeda nyata, maka diiakukan uji
lanjutan, yaitu Uji Tukey dan Uji Beda Nyata Terkecil untuk melihat tingkat
perbedaannya.
Berdasarkan hasil pengamatan pendahuluan yang dilakukan di perairan Pantai
Carita yang mempunyai kecerahan 6 meter, dimma detektor lux meter di masukkan
pada kedalaman 3 meter, dengan cuaca cerah tidak krawan, pada jam 04.57 WIB
dan 18.10 WIB iluminasi cahaya bernilai 1 lux. Nilai ilumiaasi cahaya terbesar
didapat pada jam 12-00sebesar 27.000 lux.
Data pengaruh suztra gelembung diolah menggunakan Uji Tanda, dengan
rrielihat jumlah bukaan tutup insang dm waktu adaptasi ikan,didapatkan nilai sebesar
9,8 dan 0,8. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berbeda
nyata dengan nilai x2 sebesar 95%.
Pada iluminasi 0 lux rata-rata jumlah ikan yang melewati gelembung udara,
masing-masing berjarak 1 cm; 2 cm; dan 3 crn adalah O,I5 ekor; 0,05 ekor; dm 0,1
ekor. Selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan ANOVA (Analysis
of Variance) didapatkan nilai Fhit,dimana nilai Fhit tersebut lebih kecil dari ndai Ftab.
Hal ini menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan yang diberikan tidak
berbeda nyatalperlakuan yang di berikan tidak berpengaruh nyata.
Pada iluminasi 1500 lux rata-rata jurnlah ikan yang melewati gelernbung
udara, rnasing-masing berjarak 1 cm; 2 cm;dan 3 cm adalah 0,05 ekor; 16,95 ekor;
dan 83,6 ekor, kemudian didapatkan nilai F h a dimana nilai Fhittersebut lebih besar
dari nilai Ftab. Hal ini menunjukkan bahwa pada rnasing-masing p e r l a k w yang
dibecikrtn berbda nyatalperlakuan yang dikrikan berpengaruh nyata, sehingga perlu
dilakukan uji lanjutan menggunakan Uji Tukey dan Uji Beda Nyata Terkecil. Dari
hasil Uji Tukey dan Uji Beda Nyata Terkecil anatara perlakuan 1 cm terhadap
perlakuan 2 cm dan 3 cm menunjukkan bahwa tingkat pelolosan ikan yang paling
kecil yaitu -1 6,9000 dan -83,5500 , selanjutnya untuk perlakuan 2 cm terhadap
perlakuan 1 cm dan 3 cm menunjukkan bahwa tingkat pelolosan ikan yang cukup
besar, yaitu 16,9000 dm 46,6500 , sedangkan untuk perlakuan 3 cm terhadap
perlakuan 1 cm dan 2 crn menunjukkan bahwa tingkat pelolosan ikan yang paling
besar yaitu 83,5500 dan 66,6500. Masing-masing pengujim ini dilakukan pada
tingkat selang kepercayaan 95%.
Pada iluminasi 4500 lux rata-rata jumlah ikan yang melewati gelembung
udara, masing-masing bejarak 1 cm;2 cm;dan 3 cm adalah 16,85 ekor; 16,95 ekor;
dan 17,05 ekor, kemudian didapatkan nilai Fhit9dimana nilai Fhit tersebut lebih kecil
d29-i nilai Fbb. Hal ini menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan yang
diberikan tidak berbeda nyatalperlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata.
Pada kondisi iluminasi cahaya sebesar 0 lux, pergerakan i h , terlihat
cenderung pasif, berada di dasar dan pinggir aquarium walaupun telah diberi
rangsangan berupa makanan. Pada perlakuan iluminasi cahaya sebesar 1500 lux,
umumnya ikan-ikan tersebut terlihat lebih aktif, dan apabila diberi rangsangan berupa
makanan, ikan-ikan tersebyt langsung bergerak untuk memakannya, tetapi pa& jarak
antar gelembung udara sebesar 1 kali ukuran tubuhnya (1 cm) ikan-ikan tersebut tidak
berani melewati tirai gelembung udara. Pada perlakuan terakhir, yaitu iluminasi
cahaya sebesar 4.500 lux, pergerakan ikan-ikan ini terlihat tidak terkendali
menghindari cahaya yang terang, dan terlihat tidak merespon rangsang yang
diberikan.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, menunjukkan bahwa j arak
gelembung yang paling efektif adalah 1 kali ukuran lebar tubuh ikan, yaitu sebesar 1
cm pada ilurninasi cahaya sebesar 1500 lux.
Perlu diiakukan peneIitian lanjutan untuk melakukan penerapan di lapangan
sehingga dapat dilihat peluang penggunaan tirai gelembung udara untuk menghadang
atau menggiring ikan.
Judul Tesis
: Tingkah Laku Ikan Kerapu Tikus (Cromilepfes altivelis)
Terhadap Tirai Gelembung Udara dan Intensitas Cahaya Berbeda
Nama
: Fis Puwangka
NRP
: TKL 99602
Program Studi : Teknologi Kelautan
Disetujui,
1. Komisi Pembimbing
c 9Dr. Ir. M yono S. Bas oro, M.Sc.
Ketua
Anggota
2. Ketua Program Studi
3. Direktur Program Pasca Sarjana
Prof. Dr.Ir. Daniel R. Monintia. M.Sc.
Tanggal Ldus : 30 Desember 2002
SULTRAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
Tingkah La ku I h n Kerapu Tikus (Crom0Ieptesarltivelis)
Terhadap Tirai Gelembung Udara dan Intensitas Cahaya Berbeda
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasi. Semua
sumber data dan informasi yang dig&
diperiksa kebenarannya.
Bogor, Desember 2002
Fis ~ w a n g k a
NRP. 99602
telah dinyatakan dengan jelas dan dapat
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 2 Mei 1972, sebagai anak ke lima
dari lima bersaudara, dari pasangan Bambang Djatmiko dan Hertami. Pendidikan
yang pendis lalui ialah di SDN Pengadilan 11, Bogor (1979-19851, SMPN 4, Bogor
(1985-1988), SMAN 2, Bogor (1988-1991), dan Pendidikan Sarjana di Jurusan
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut
Pertanian Bogor (1992-1998).
Pada tahun 1999 penulis melanjutkan Program
pendidikan S2 pada Program Studi Teknologi Kelautan Program Pascasarjana
FakuItas Perikman dan Kelautan, M t u t Pertmian Bogor.
PenuIis sampai saat ini di kontrak sebagai Staf di Juman Pemmhatan
Sumkrdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, M t u t Pertanian Bogor.
Saat ini penulis dianugerahi satu orang putri dengan nama Qonita Sinatrya dari istri
tercinta Lusy Miftakhidyah S.Pi.
Selma mengikuti Program S2, penulis menjadi anggota F o m Mahasiswa
Teknologi Kelautan (FORMULA). Dan selama mengikuti perkuliahan dan kegiatan
pendidikan, penulis sering mengikuti simposium clan seminar yang diselenggarakan
oleh peneliti dalarn negeri maupun luar negeri.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa penulis panjatkan,
karena atas segala limpahan &at
diselesaikan.
dan hidayah-Nya penelitian ini berhasil
Judul pada penelitian ini adalah &Tingkah Laku Ikan Kera pu
(Cromilcptes aUivelis) terhadap Tirai Gelembung Udara dan Intensitas Cahstya
Berbeda".
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang setulusnya
kepada Bapak Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. selaku ketua komisis pembimbing
serta kepada Bapak Prof.
Dr. Ir. John Haluan, M.Sc. selaku anggota komisi
pembimbing atas saran dm arahannya sehingga terselesaikannya penelitian ini.
Bapak HAU Ayodhyoa, M.Sc., selaku dosen penguji yang telah memberi penilaian,
saran dan kritik untuk perbaikm thesis ini. Ungkapan terima kasih j uga disamkepada selunih keluarga Ibu, Bapak Mertua, Isteri dan Anak tercinta, serta seluruh
keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.
Terima kasih pula penulis sampaikan kepada rekan-rekan, baik di TKL
maupun di luar TKL atas masukkan yang cukup berarti bagi penulis.
Semoga
penelitian ini dapat men.adi masukan yang berarti dalam perkembangan perikanan
dan kelautan Indonesia,
Bogor, Desember 2002
Fis Purwangka
DAFTAR ZSI
Kata Pengantar
Daftar Isi
...........................................................................................
....................................................................................................
Daflar Tabel
.............................................................................................
Daftar Gam bar
...................
.
.
...................................................................
Daftm Lampiran
........................................................................................
1 . Pendahuluan
.........................................................................................
1.1 Latar Belakang
..............................................................................
1.2 T u j w Penelitian
..........................................................................
...........................................
1.3 Manfmt Penelitian ......................
.
,
1.4 Perurnusan Masdah .....................................................................
2. Tinjauan Pustaka
...............................................................................
3 . Metodologi ............................................................................................
3 . I Waktu dan Tempat
3.2 Alat dan Bahan
..............................
.............................
3.3 Pengumpulan Data
.......................
.
.
.......................................
.
.
..........................*.,,.,,...*.*.
3.4 Metode Penelitian .............................
3.5 Analisis Data
.
.
.....................................
........................................
.
.
.................................................................................
4 . Hasil dan Pembahasan ...........................................................................
4.1 Data Fluktuasi Cahaya Selarna 1 hari (24 Jam) ..............................
4.2 Pengrtruh Suara Gelembung Terhadap Ikan
...................................
4.3 Jarak antar Lubang dm Intensitas Cahaya yang Berbeda ...............
5 . Kesimpulan dan Saran ...........................................................................
5.1 Kesimpulan .....................................................................................
5.2 Saran ...............................................................................................
Daftar Pustaka .........................................................................................
............................Lampiran
.........................
iii
1. Spesifi kasi Alat yang Digunakan dalarn Penelitian
.............................
2. Data Fluktuasi Cahaya Selama 1 hari (24 Jam) .....................
.
.
.........
3, Data Pengamatan Pengaruh Suara Gelembung Terhadap Tingkah
Laku Ikan ...............................................................................................
4. Hasil Perhitungan dengan Perlakuan 0 Lux dengan Menggunakan
Anova Single Factor..............................................................................
5. Jurnlah Pelolosan Tkan pada Iluminasi Cahaya 0 lux terhadap
Jarak antar Gelembung Udara .....................................
........................
.
,
6 . Hasil Perhitungan dengan Perlakuan 1 500 Lux dengan Menggunakan
Anova Single Factor............................................................................
7. Jumlah Pelolosan kan pada lluminasi Cahaya 1 500 lux terhdap
Jarak antar Gelembung Udara ............................................................
8. Hasil Perhitungan dengan Perlakum 4500 LUXdengan Menggunakan
Anova Single Factor............................................................................
9. Jumlah Pelolosan Ikan pada Iluminasi Cahaya 4500 lux terhadap
Jarak antar Gelembung Udara .................... .
.
..............tar.....+.................
15
19
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1 . Pemasangan pipa tirai gelembung udara
.....................................
2. Diagram Alir Kegiatan Penelitian dan Pengolahan Data
3 . Fluktuasi Cahaya Selama 1 hari (24 Jam)
.
.
.
........................
...............................................
15
18
20
4. Hasil Rekaman Frekuensi Suara dengan Perlakuan Menggunakan
Gelembung dengan Alat Dolphin Ears ....................................................
22
5. Hasil Rekaman Frekuensi Suara dengan Perlakuan Tanpa Menggunakan
Gelembung dengan Alat Dolphin Ears...................................................
22
6. Grafik Jumlah Pelolosan Ikm pada Iluminasi Cahaya 0 lux terhadap
Jarak antar Gelembung Udara
.................................................................
25 .
7. Grafik Jumlah Pelolosan Ikan pada Eluminasi Cahaya 1500 lux terhadap
Jarak antar Gelembung Udara
....................
...........................
.
.
.
...
.
28
8. Grafik Jumlah PeloIosan k a n pada Iluminasi Cahaya 0 lux terhadap
Jar& antar Gelembung Udara
........................................................
30
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Hdarnan
1. Hasil Rekarnan Frekuensi Suara Dianalisis dengan Spectrogram ...........
37
...........................................
.
.
.
38
.........................................
39
2. Kondisi llrsln Kerapu Tikus
...................
3. Peralatan yang Digunakan dalam Penelitian
4. Data Pengarnatan Pengaruh Suara Gelembung Terhadap
Tingkah Laku Ikan ......................................~..........................................
42
5. Jumlah Pelolosan Ikan pada Iluminasi Cahaya 0 lux terhadap Jarak
antar Gelembung Udara .................................... .,..................................... 43
6 . Jumlah Pelolosan Ikan pada Ilurninasi Cahaya 1500 lux terhadap Jarak
antar Gelembung Udara ...........................................................................
44
7. Jumlah Pelolosan Ikan pada Iluminasi Cahaya 45 00 lux terhadap Jarak
antar Gelembung Udara ..........................................................................
45
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan sudah lama
dilakukan oleh nelayan. Larnpu digunakan sebagai sarana untuk mengumpulkan
ikan. Setelah lampu dinyalakan selama beberapa waktu, ikan terkumpul dalam
jangkauan penetrasi cahaya tersebut dan kemudian dengan menggunakan alat tangkap
yang telah disiapkan nelayan menangkap ikan-ikan tersebut.
Sasaran dari penangkapan ikan dengan bantuan lampu ini addah ikan-ikan
pelagis dan utamanya ikan-i kan yang mempunyai fototaxis positif. Penggunaan
larnpu sabagai alat bantu penangkapan telah dilakukan oleh nelayan hampir di seluruh
dunia, misalnya dalam perikanan gillnet, lampara, purse seine, lifr net, pump fishing,
dan lain sebagainya.
Di Indonesia, lampu smgat populer digunakan sebagai alat
bantu pada perikanan bagan, yang menangkap ikaxl-ikan seperti ternbang, teri,
kernbung, selar, layang, tongkol, cumi-cumi dan lain sebagainya.
Penggunaan cahaya sebagai alat bantu pemngkapan ikan umurnnya dilakukan
neIayan dengan intensitas cahaya yang sangat bervariasi.
Umurnnya mereka
menggunakan intensitas cahaya yang tinggi dalam operasi penangkapan ikan.
Mereka beranggapan bahwa sernakin terang cahaya maka sernakin tinggi hasil yang
akan mereka dapat. Anggapan tersebut tidak seIamanya benar, karena baik secara
morfologis dan ekologis ikan rnempunyai kesanggupan dm respon yang berbeda-
beda terhadap cahaya (Smith, 1972).
Cahaya yang efektif adalah cahaya yang
mempunyai sifat daya rangsang, daya pikat dan mengumpulkan ikan.
1
Selain penggunaan cahaya dalam penangkapan, dalam perkembangan
teknologi guna rnencapai penangkapan ikan yang lebih efektif telah diterapkan
penggunaan tirai gelembung udara, khususnya dalam perikanan trap. Mengendalikan
tingkah laku ikan menggunakan tirai gelembung udara pertama kaIi dilaporkan oleh
Smith (1 95 7, 196 1). Pada tiga dekade terakhir, dampak rintangan tirai gelembung
udara diuji dari berrnacam-macam perrnasalahan untuk tujuan penangkapan dan
pengendalian ikan (e.g., Imarnura dm Ogura, 1959; Igarashi, 1963; Kunetsov, 197 I ;
Liebeman dan Muessig, 1978; Stewart, 1981; Patrick et. al., 1985 dan Sager el. al.,
1987).
1.2 Tujurmn Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
-
Mengetahui tingkah laku ikan kerstpu terhadap tirai gelembung udara clan
intensitas cahaya yang berbeda.
-
Menganalisa efektifitas jarak rtntara gelembung udara untuk merintangi ikan.
1.3 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
mendesain alat penangkapan i kan sehingga mempermudah dalam proses
penangkapan ikan dan dapat meningkatkan hasil tangkapan.
1.4 Perurnusan Masalah
Sejauh ini telah banyak diketahui bahwa proses tertangkapnya ikan oleh suatu
j enis alat penangkap temyata menyangkut sejumlah interaksi yang cukup kompleks.
Hal tersebut menyangkut berbagai ha1 yang bertalian dengan rnekanisme alat
penangkap ikan tersebut, dan berbagai ha1 yang bertalian dengan tingkah laku ikan.
Dalam usaha peningkatan efisiensi hasil tangkspan, pada umumnya perhatian lebih
banyak diberikan pada rnekanisme alat tangkap, sebaliknya kurang sekali perhatian
untuk ha1 yang menyangkut tingkah laku ikan yang menjadi tujuan usaha
penangkapan tersebut (Gunarso, 1 985).
Ben Yami (1976) mengemukakan bahwa ada dua pola reaksi ikan terhadap
cahaya, yai tu fototaksis dan fotokenesis. Fototaksis merupakan gerakan spontan dari
ikan yang mendekati cahaya atau menjauhi cahaya. Gerakan spontan yang mendekati
cahaya dinamakan fototaksis positif dan yang menjahui cahaya disebut fototaksis
negatif. Selanjutnya dikatakan aktivitas ikan a h meningkat dengan meningkatnya
intensitas cahaya. Fotokinesis menrpakan respon yang ditimbulkan oleh hewan
dalam kebiasaan hidupnya.
Laevastu dan Hayes (1984) mengemukakan bahwa ikan telah menunjukkan
gejala terangsang oleh cahaya pada intensits cahaya 0,001-0,O 1 lux. Selanjutnya
Woodhead ( I 966) menyatakan bahwa tiap spesies ikan mempunyai intensitas cahaya
optimum yang berbeda-beda tergantung swunan .organ-organtubuhnya.
Indera penglihat pada sebagian besar jenis ikan ekonomis penting adalah
merupakan indera yang utarna yang memungkinkan mereka berpola tingkah laku
terhadap keadaan lingkungannya. lndera penglihat ikan akan mempunyai sifat khas
tertentu oleh adanya berbagai faktor seperti misaInya jarak penglihatan yang jelas,
kisaran dari cakupan penglihatan, warna yang jelas, kekontrasan, kemampuan
membedakan objek yang becgerak dan lain sebagainya.
Persentase tingkat adaptasi retina mata ikan kerapu &us
pergerakan cone pada tingkat iluminasi 0
yang dilihat dari
- 10 lux; 300 - 500 lux; 1200 - 1500 lux;
dan 2500 - 3000 lux yaitu 56,84%, 58,85%; 65,70% dan 83,89%. Iluminasi cahaya
1200 - 1500 lux pada skala laboratorium adalah yang paling optimum terhadap
respon rnakan ikan (Suryansyah Y ., 200 1).
Dengan dilakukannya penelitian mengenai tingkah laku ikan terhadap
gelembung udara dan intensitas cahaya yang berbeda diharapkan dapat diaplikasikan
pada alat penangkapan ikan yang Iebih selektif dan efisien. Penggunaan gelembung
udara dengan intensitas cahaya yang berbeda terhadap tingkah laku ikan tertentu
dimaksudkan agar tujuan penangkapan ikan dapat lebih optimal.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Keberlanjutan perikanan tangkap mengharuskan perbaikan teknologi
penangkapan ikan yang bersifat ramah lingkungan. Teknologi penangkapan ikan
yang dimaksud hendaknya memiliki selektivitas yang baik sehingga dapat
memberikan peluang yang tinggi bagi ikm target muda dan i kan non-target atau hasil
tangkap sarnpingan untuk meloloskan diri dari alat tangkap. Selanjutnya ikan-ikan
yang telah melakukan pelolosan melalui proses selektivitas mekanis diharapkan dapat
terus hidup tanpa gangguan fisiologis sehingga dapat melanjukan rekruitmen dan
menjadi bagian stok ikan yang dapat dimanfaatkan di rnasa mendatang (Purbayanto,
1999).
Tingkah laku ikan adalah suatu proses adaptasi terhadap lingkungan internal
dm eksternd, sedangkan reaksi ikan merupakan respon yang berhubungan dengan
tingkah laku ikan karena adanya rangsangan eksternd. Taxis merupakan salah satu
tingkah laku yaitu yang berhubungan dengan arah gerakan terhadap rangsangan
sscara eksternal. Ada berbagai tipe dari taxis ini, diantamnya phototaxis yaitu bila
arah pergerakan ikan terhadap rangsangan cahaya dan acoustitaxis y aitu bila arah
pergerakan ikan terhadap rangsangan suara (He, 1 989).
Sistematika studi tingkah laku ikan termasuk ke dalam beberapa aspek, yaitu:
(1) Ragam tingkah laku ikan; adalah tingkah laku ikan dari krbagai tingkah laku
ikan yang umurn terjadi
(2) Evolusi tingkah laku ikan; adalah perubahan tingkah laku ikan dalam
hubungannya dengan adaptasi terhadap lingkungan tertentu dalam jangka waktu
yang p m j w
(3) Sejarah (history) tingkah Iaku ikan; adalah untuk rnempelajari bagaimana pola
tingkah Iaku tertentu dari generasi yang larnpau sampai generasi yang akadatang dan bagaimana variasi yang akan muncul hubungannya dengan perubahan
lingkungan (He vide Reiliza, 1997).
Perancangan alat dm metode penangkapan ikan diawali dengan mengetahui tingkah
laku ikan.
Operasi penangkapan ikan ecat hubungannya dengan segala sesuatu yang
menyangkut bentuk tingkah laku ikm &am
keadaan tertentu dari suatu kerangka
pengetahuan tingkah laku ikan secara m u m . Pengetahuan tentang tingkah laku ikan
alarni tersebut dapat memperbaiki serta merubah alat maupun metode penangkapan
yang memungkinkan untuk meningkatkan efisiensi, selain itu dapat digunakan juga
untuk (a) menentukan fishing power yang baik, (b) mencegah terjadinya kerusakan
dari suatu sumber alam (resource), (c) memprbaiki dm meningkatkan h i 1 surnber
alam (Gunarso, 1985).
lkan menerirna berbagai informasi mengenai keadaan sekelilingnya melalui
beberapa inderanya, seperti melalui indera penglihat, pendengar, pencium, peraba,
linea lateralis dan sebagainya. Alat-dat pengindera pada ikan umurnnya berguna
untuk mengindera jarak jauh, dengan pengertian bahwa brbagai indera tersebut
memunglunkan ikan untuk mampu mendeteksi knda-benda atau sesuatu larutan pada
suatu jarak tertentu (Gunarso, 1985). Menurut Dian et.al. (2002) indera penglihat
6
pada ikan pelagis yang hidup di perairan pemukaan (surface wafer) dengan
pencahayaan yang cukup merupakan salah satu faktor yang penting ddam
mempertahankan hidupnya.
Gunarso (1985) rnenyatakan bahwa pengarnatan tentang tingkah lstku ikan
dapat dilakukan dengan berbagai cara pendekatan, antara lain:
(a) Pengamatan tingkah laku ikan yang dilakukan dalam akuariurn atau tan&-tangki
percobaan, terutamst mengamati respon ikan terhadap krbagai rangsangan yang
ditirnbulkan oleh berbagai benda baik yang diam maupun yang bergerak.
Pengamatan ini dapat dilakukan secara langsung maupun dengan menggunakan
berbagai sarana seperti kamera foto, televisi dan film, juga dengan bantuan sonar.
(b) Pengamatan langsung dengan bantuan para penyelam maupun secara tidak
langsung meialui berbagai sarana sebagaimana dikemukakan di atas yang
dilakukan di lapangan pada perairan dangkal. Pengamatan yang dilakukan dapat
ditujukan pada tingkah laku ikan dalam menghadapi kbagai lat tangkap
maupun bagian-bagian daripadanya dari ukuran sebenarnya.
Pengamatan
biasanya dilakukan pada perairan jernih dengan kedalarnan sekitar 3 0 - 40 meter
dm dilakukan siang hari.
(c) Pengamatan secara tidak langsung tingkah laku ikan dengan hubungannya
dengan dat penangkap yang dioperasikan di laut dalam dengan bantuan berbagai
peridatan seperti kamera foto, televisi dan film, rnaupun sonar yang diatur dengan
pengontrol jarak j auh (remote con~ol).
Berbagai jenis perangkap telah dioperasikan untuk menangkap ikan maupun
crustaceae. Adapun caranya adalah dengan memikat ikan agar masuk ke dalamnya,
7
dimana kemudian mereka sukar ataupun tidak dapat meIarikan diri lagi.
Juga
pemasangan perangkap ini didasari pada pengetahuan tentang lintasan-lintasan y m g
merupakanjalan ikan ataupun ha1 yang erat hubungannya dengan ruaya-ruaya ikan ke
arah panhi yang rnereka lakukan pada waktu-waktu tertentu. Perangkap-perangkap
itu dapat berupa :
-
Tempat-tempat bersembunyi atau berlindung, seperti ddmn-dahm kayu,
tempat yang berbentuk tabung atau pot bagi octopus, bentuk-bentuk tabung
dari bambu ataupun berupa benda-benda terapung .
-
Penghalang-penghdang dalarn bentuk dinding ataupun pagar-pagar drtpat pula
dipakai untuk menangkap ikan pada daerahdaerah genangan ataupun daerah
pasang s u m .
-
Perangkap-permgkap mekanik, yang bekerja dengan berbagai mekanisme
dengan mengynakan umpan ataupun tidak.
-
Keranjang-keranjang terbuat dari bambu, kayu atau kawat, juga dari jaring
atau.plastik yang umum dipakai pada perikanan air tawar maupun pcikanm
Iaut.
-
Trapnet yang berupa bendungan ataupun penghalang terbuat dari kayu,
sedangkan yang terbuat dari bahan jaring dinarnakan pound net (Von Bmdt,
1969).
Ikan kerapu tergolong dalam suku Senanidae. Tubuhnya tertutup oleh sisiksisik kecil. Kebanyakan tinggal di terumbu karang d m sekitarnya rneskipun ada pula
yang hidup di pantai sekitar muara sungai. Umurnnya kerapu tidak senang pada air
dengan salinitas yang rendah. Kerapujuga tergolong ikan buas.
Nama kerapu biasanya digunakan untuk empat marga ikan ydmi Epinephelus,
Veriola, Plectropoma dan Cromileptes. Yang paling besar ukurannya dan yang
paling kaya jenisnya ialah marga Epinephelus. Di Indonesia terdapat 38 jenis, 25
diantaranya sangat umum. Kerapu ada yang berukuran kecil tebpi ada pula yang
sangat besar, misalnya kerapu Lurnpur Epinephelus lanceolatus dan Epinephelus
tauvina.
Kerapu-kerapu besar ini biasanya ditemukan di perairan pantai yang
berlumpur di depan rnuara sungai.
Di perairan tenunbu karang bisa dijurnpai kerapu macan Epinephelus
fuscoguttatus dengan tubuh loreng-loreng dm kerapu balong epinephelus merra
dengan tubuh yang dihiasi totol-tot01 coklat yang bersegi lima atau segi enam.
Ketiga marga lainnya tidak mempunyai j enis banyak. Cromileptes altivelis,
d i k e d dengan nama kerapu bebek atau kerapu tikus. Kepalanya merendah dm
rnelancip ke depan, warn dasarnya abu-abu much disertai bintik-bintik hitam di
selusuh tubuhnya. Kerapu bebek yang masih kecil banyak digemari untuk dijadikan
sebagai ikan hias dalarn akuarium. Tetapi yang dewasa bisa mencapai 50 cm.
Ikan kerapu di dunia internasional dikenal sebagai groupers, rockcod, hinds
dm sea basses, yang dimasukkan ke dalam farnili s m e d a e , sub famili
Epinephelinae yang terdiri atas
15 genus
dm mencakup 159 spesies (Heernstra
dan Randall, 1993). Klasifikasi kerapu Tikus menurut Heemstra dan Randall (1 993) :
Filum : Chordata
Sub film1 : Vertebrata
Kelas : Teleostei
Sub keIas : Osteicanthopterygii (Actinopterygii)
Ordo :Perciforma
Sub ordo : Perciodea
FamiIi :Semidae
Genus : Cromileptes
Spesies : Cromilepfes altivelzs
Menurut Weber and Beofort, (1 940) &am Ahmad (1 99 I), klasifikasi ikan
kerapu tikus adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Sub film : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Sub kelas : Actinopterigi
Ordo : Percamorphi
Sub ordo : Percoidea
Farnili : Serranidae
Genus : Cromileptes
Species . : Cromileptes altivelis
Ikan kerapu tikus juga mernpunyai banyak nama lokal, Ikan ini di Australia
dikenal dengan nama Barramundi cod, dan di Jepang dengan nama Sarasa-hata.
10
Sedangkan di Philipina dikenal dengan narna Lapu-Lapung Senorita (Tagalog), Miromiro(Visayan), serta di Singapura Polka-dotgrouper.
Bagi orang Indonesia dan
Malaysia kerapu tikus dikenal dengan nama kerapu tikus, kerapu belida dm kerapu
sonoh. Istilah ikan hias kerapu tikus dikenal dengan narna "Panther fish".
Ikan kerapu tikus mempunyai ciri-ciri morfologi sirip punggung dengan 10
duri keras dan 18 - 19 duri lunak, sirip pemt dengan 3 duri keras dan 10 duri lunak,
skip ekor dengan 1 duri keras dan 70 duri lunak. Panjang total 3,3 - 3,8 kali
tingginya, panjang kepda seperempat panjang total, leher bagian atas cekung d m
semakin tua semakin cekung, mata seperenam kepala, sirip punggung semakin
kebelakang melebar, wslrna putih kadang kecoklatan dengan tot01 hitam pada badan,
kepda dan sirip. Weber and Beofort (1940) dalam Ahmad ( 1 991). Sedangkan
menurut Heemstra and Randall (1993) seluruh permukaan tubuh kerapu tikus
berwama putih keabuan, krbintik bulat hitam dilengkapi skip renang berbentuk
melebar serta moncong kepala lancip menyerupai bebek atau tikus.
Ikan kerapu tikus tersebar luas di Pasific Barat mulai dari bagian selatan
Jepang sampai Palau, Guam, Kaledonia baru, b e a n slatan kepulauan Ausdia,
serta bagian timur laut India dari Niwbar sampai B m m e (Heemsta and Randall,
1986). Di Indonesia ikan kerapu tikus banyak ditemukan di wilayah perairan Teluk
Banten, Ujung Kulon, Kepulauan Riau , Kepulauan Seribu, Kepulauan Karirnunjawa,
Madura, Kdimantan dan Nusa Tenggara.
Ikan kerapu tergolong ikan buas, hidup rnenyendiri (soliter) dan banyak
terdapat di daerah terurnbu karang serta muara sungai (Kuiter, 1 W2).Menumt Utojo
et. a!. (1999) ikan kerapu hidup secara soliter di daerah terumbu karang yang
berasosiasi dengan jenis Porites sp., Acropora sp., Fdiosa, Sponge, Pinctuda,
Tridac~zadan lainnya. Menurut Heemstra dan Randall (1993) Cromileptes dapat
hidup pada wilayah terumbu karang yang berkembang baik mati maupun ti&.
Dapat d i t e m h pada kolom perairan yang luas dan juga tertangkap pada keddaman
40 m. Menurut Gunarso (1985), sebagian jenis predator (misalnya Serranidae)
rnemiliki puncak aktivitas pencarian makanan pada wddu senja dan pagi.
Dalam siklus hidupnya, pada umumnya kerapu muda hidup di perairan karang
pantai dengan kedalaman 0,5 - 3,O meter. Menginjak masa dewasa berupaya ke
perairan yang lebih dalam antara 7,O - 40,O meter, biasanya perpindahan ini
berlangsung pa& siang dan senja hari. Telur clan larva bersiht pelagis sedangkan
kerapu rnuda hingga dewasa bersifat dernersal (Tampubolon dan Mulyadi, 1989).
Ikan kerapu menyenangi naungan (shelter) sebagai tempat bersembunyi dan
menghindari matahari langsung.
Ikan kerapu tikus banyak dijumpai di perairan batu karang, atau didaerah
karang berlumpur, hidup pada kedalarnan 40 meter mpai kedalaman 60 meter.
Dalarn siklus hidupnya ikan kerapu tikus mu& hidup di perairan karang dengan
kedalaman 0,5 - 3,0 meter, selanjutnya menginjak dewasa menuju ke perairan yang
lebih dalam, dm biasanya perpindahan ini berlangsung pada siang dm senja hari.
Menwut Tampubulon dm Mdyadi (1989), telur dan larva kerapu tikus bersifat
pelagis, sedangkan kerapu muda hingga dewasa bersifat dernersal. Ikan kerapu
termasuk kelompok ikan stenohdine (Breet dan Groves, 1979), oleh karena itu jenis
ikan ikan rnampu beradaptasi pada lingkungan perairan yang berkadar garam rendah.
Menurut Chua d m Teng (1978), parameter-parameter ekologis yang cocok
untuk pertumbuhan ikan kerapu, yaitu Temperatur berkisar 24 - 3 1 'C, salinitas
berkisar 30 - 33 ppt, kandungan oksigen terlarut lebih dari 3,5 pprn dan pH antara 7,8
- 8,O.
Perairan dengan kondisi tersebut pada u m T m y aterdapat pada perairan
tenunbu karang (Nybakken, 1988).
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2002 sampai dengan Juli 2002.
Penelitian ini dilakukan dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan lanjutan.
Penelitian pendahuluan dilakukan di Perairan Panhi Carita, Desa Pasauran, Banten
untuk pengambilan data fluktuasi cahaya pada kedalaman tertentu, dan penelitian
lanjutan dilakukan di Laboratorium Tingkah Laku &an, Fakdtas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor meliputi persiapan peralatan untuk rnelakukan
pengamatan, pengamatan di laboratorium, sampai dengan pengolahan data h a i l
pengamatan.
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan 'danbahan yang digunakrtn dalam penelitian ini adalah:
-
Under Water Ltoc Meter
-
Under WaferCamera
-
Cold light
-
Dolphin ears
-
aerator (high blow) kapasitas 40 titik
-
pipa ukuran diameter 0,5 inchi dengan diameter lubang udara 0,s mm
-
20ekorihkerap4pmjangtotal9- lOcm,lebarbadan 1 - 2 c m
1 buah aquarium ukuran (1 m x 0,4 m x 0,6 m)
Tabel 1. Spesifikasi Alat yang Digunakan dalam Penelitian
No.
Namo Alat
Merk
Spesifikasi
1.
Under Water Lux Meter
OSK
Digital, 30 m
2.
Under Water
Carnera/Handycam
Sony
TRV4 10E
3.
Cold Light
SCHOTT
KL 1500 Electronic
4.
Spectrogram
Dolphin Ear
Analyze Sounds for
Windows 95/98
5.
Akuarium
-
1 m x 0,4 rn x 0,6 m
6.
HiBIow Air Pump
Techno Takastuki,
Co., Ltd.
Type SPP-40GJ-L,
Input 220 - 240 V,
50 Hz,44 Watt
0,6meter
.: :.
j j
. ,
. .--. ..,,
Under Water
Pipa
Gelembung
1 meter
Gambar 1. Pemmangan Pipa Tirai Gelembung Udara
3.3 Pengumpulan Data
Data dikumpulkan pada saat pengamatan yang meliputi jumlah ikan yang
melewati tirai gelembung udara pada masing-masing perlakuan yang diberikan, baik
jarak antar gelembung maupun dengan intensitas cahaya yang berbeda.
3.4 Metode Penelitian
Langkah pertama percobaan yang dilakukan adalah penelitian awal, berupa
pengarnbilan data fluktuasi cahaya di habitat ikan kerapu selama 24 jam, dengan
pencatatan pengamatan pada tiap 1 jam. Kemudian mengamati pengaruh dari suara
gelembung tersebut terhadap tingkah laku ikan kerapu dengan mengamati jumlah
gerakan membuka dan menutupnya tutup insang selma 15 menit, dibandingkan
dengan kondisi tanpa suara selama 15 menit.
Langkah yang ke dua adalah memilih jmak antaf gelembung yang paling
optimal, dengan variasi berdasarkan lebar tubuh ikan yang diamati, yaitu tiga kali,
dua kali dan satu kali lebar tubuh ikan pada 3 iluminasi cahaya yang berbeda. Dalarn
setiap perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 20 kali, masing-masing selama 1 jam.
Agar ikan mau untuk melewati tirai tersebut, maka saat diberi perlakuan ikan tersebut
diberi ~ p a n / p e m d iberupa makanan. Pengsunatan yang dilakukan ialah dengan
mencatat jumlah ikan yang melewati tirai gelembung udara tersebut pada setiap
perlakukan.
3.5 Analisis Data
Data yang didapat akan diuji kenormalannya dianalisis dengan menggunakan
ANOVA SingIe factor (Analysis of Variance), yang pertama adalah data jar& antar
lubang, selmjutnya data intensitas cahaya yang berbeda, dengan model pengarnatan :
Keterangan :
i
= 1 , 2 , 3,....
,....
j
= 1,2,3,4
X..
?I
=
pengamatan ke-j pada perlakuan ke-i
ai
=
pengaruh perlakuan ke-i
&a
= pengaruh sisdgalat lainnya
Hipotesis yang diuji adalah :
a * =a2
a3 = a4 = 0
Ho
=
HI
= sekurang-kurangnyaada satu
=
ai #
0
Bila hasil yang didapat dari ANOVA Single Factor rnenunjukkan bahwa data tersebut
berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjutan, yaitu Uji Tukey dan Uji Beda Nyata
Terkecil untuk melihat tingkat perbedaannya.
Pengambilan data Auktuasi
cahaya selama 1 hari (24 jam)
+
Sebagai data acuan besarnya
variasi intensitas cahaya yang
diberikan (ikan kerapu aktii
mencari makan pada pagi dan
senja hari)
f
Pengarnbilan data jumlah gerakan
membuka dan menutupnya tutup
insang dan lama adaptasi perubahan
warna pada tubuh ikan
v
Pengambilan data jarak antar gelembung
v
dengan variasi berdasarkan iebar tubuh ikan
yang diamati ( 1 , 2 , 3 kali) pada intensitas
cahaya yang berbeda
-
Dianalisis dengan Uji
Beda untuk melihat
apakah perlakuanyang
dikrikan berpenganrh
atau tidak
Dianalisis dengan Uji
Tukey untuk melihat
apakahperlakuanyang
diberikan berpengaruh
atau tidak, bila
berpengaruh dilakukan
,,(i,is
lanjutan dengan
menggunakan Uji Beda
Nyata Terkecil untuk
melihat tingkat
perbedaannya
Gwmbar 2. Dhgmm Alir Kegiatan Penelitian dan Pengotahan Data
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Fluktuasi Cahaya Selama 1 hari (24 Jam)
Berdasarkan hasil pengamatan pendahuluan yang dilakukan di perairan Pantai
Carita yang mempunyai kecerahan 6 meter, dimam detektor lux meter di masukkan
pa& kedalaman 3 meter, dengan curtca cera. ti&
1. Pada jam 04.57 WIB
dan
berawan dapat dilihat pada Tabel
18.10 WIB iluminasi cahaya bernilai 1 lux. Nilai
iluminasi cahaya terbesar didapat pada jam 12.00 sebesar 27.000 l a .
Tabel 2. Data Fluktuasi Cahaya Selama 1 hari (24 Jam)
Menurut Gunarso (1 985), sebagian j enis predator (misalnya Serranidae)
memiliki puncak aktivitas pencarian makanan pada waktu senja dan pagi.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, besarnya intensitas yang diberikan berkisac
antara 0 lux - 9.500 lux (pagi) dan 2.100 Iw - 0 Iux (senja).
r-
.-
Lux j
Gambar 3. Fluktuasi Cabaya Selamsr 1 hati (24 Jam)
4.2 Pengrmruh Suara Gelembung Terhadap Ikan
Pengumpulan data pengaruh suara terhadap tingkah laku ikan kerapu
dilakukan pada iluminasi cahaya sebesar 1.500 lux. Tingkah laku yang diamati ialah
jumlah gerakan membuka dan menutupnya tutup insang dm lama adaptasi perubahan
warna pada tubuh ikan terhadap suara gelembung udara serta hasil perekarnan
menggunakan Dolphin Ears.
B e r h k a n pengalahan data menggunakan Uji Tanda, dengan metihat
jumlah bukaan tutup insang dan waktu adaptasi ikan, didapatkan nilai sebesar 9,s dan
20
0,8. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata
dengan nilai x2 sebesar 95%.
Sedangkan berdasarkan pengamatan rnenggunakan
Dolphin Ears dm dianalisis dengan menggunakan Spectrogram, suara yang terekam
rnempunyai frekuensi 6775 +/- 62 Hz dengan signal level antara 0 dB sampai dengan
-60 dB pada kedua perlakuan tersebut, hasil rekarnan dengan menggunakan Dolphin
Ears dapat dilihat pada Gambar 2., dm Gambar 3.
Tabel 3. Data Pengamatan Pengaruh Suam Gelembung Terhadap Thgkah
Laku Ikan
jmlh +
jmlh
xZ
-
17
3
9.8
12
8
0.8
Gambar 4. Hasil Rekamrn Frekuensi Suara dengan Perlakuan Menggunakan
Gelembung dengan Alat Dolphin Ears
GwmbarS. Hasil Rekaman Frekuensi Suara dengan Perlakuan Tanpa
Menggunakan Gelembung dengan Alat Dolphin Earn
4.3 Jarak antar Lubang dan Intensitas Cahaya yang Berbeda
Pada iluminasi 0 lux rata-rata jumlah ikan yang melewati gelembung udara,
masing-masing berjarak 1 cm; 2 cm;dan 3 crn adalah 0,15 ekor; 0,05 ekor; dan 0,l
ekor. Sdanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan ANOVA (Analysis
of Variance) didapatkan nilai Fhiedimma nilai Fhittersebut lebih kecil dari nilai Fhb.
Hal ini menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan yang diberikan tidak
berbeda nyata/perlakuan yang diberikan tidak berpeugamh nyata.
Tabel 4. Hasil Perhitungan dengan Perlakustn 0 Lux dengan Menggunakan
Anova Single Factor
Anova: Single Factor (0 lux)
SUMMARY
Groups
I cm
2 cm
3 cm
ANOVA Source of Variation
Between Groups
Wihin Groups
Total
Count Sum
2
3
2
1
2
2
SS
0.
5.
5.
Average
Variance
0.15 0.134210526
0.05
0.05
0.1 0.094736842
F
Pvalue
F crit
2
0.05 0.537735849 0.587003 3.158846
57 0.092982456
59
df
MS
Tabel 5. Jumlah Pelolossm Ikan pada Iluminasi Cahaya 0 lux terhadap Jarak
antar Gelem bung Udara
P&
p q g m d H gdmbmg
i h m h s i 15QO lux W-mb jmhh
udara, mas&g-m&ug b j d 1 cm; 2 cm; dm 3 m.addah Q,O5 ∨ l&95 ekm;
dan 83,6 elcar. Selanttnya tiihkdm d i s h data dengan m a g g m d m ANOVA
(Anatyd~d V
m ) W m t k &Ffa
i
W F * , Hd id ~
~
~
~
~
I&* be= dari
Fhit
-
m
~
g
~
~
y
~
h k d a a w p e r f hymg d i B e t i h berpengtmh n p b , d h g g a m u d k h k m
uji lmjti-tanmrn-
Uji Tukcy d8n Uji ~
N
~
T
~
r
t
d
j
b
Tabel 6. Hasil Perhitungan dengan Perlakuan 1500 Lux dengan Menggunakan
Anova Single Factor
Anova: Single Factor (1500 lux)
SUMMARY
Groups
Count Sum
Icm
2 cm
3 cm
20
ANOVA
Source of Variattbn
Between Groups
Wrthin Groups
Total
1
20 339
20 1672
Average
Variance
0.05
0.05
16.95 12.41842105
83.6 j76.1473684
SS
df
MS
F
P-value
F crit
78056
2 39028.11667 624.S44795 1.76E-39 3.158846
3565
57 62.53859649
81621
59
Multiple Comparisons
-
Dependent Variable: JUMIAH
Mean
Difference
(I)J A M { J ) JARAK
1.00
2.00
Tukey HSD
3.00
-
2.00
1.00
3-00
3.00
1.00
2.00
LSD
1.00
2.00
2.00
3.00
1.00
3.00
3.00
1.00
2.00
Std. Error
-16.9000'
2.5008.
-83.5500'
2.5008
16.9MHT
2.5008
-66.EOD'
2.5008
83.5500'
2.5008
66.65W
2.5008
2.5008
-16.9000'
-83.5500*
2 . m
16.9OW
2.5008
-S6.65Oou 2.5008
83.550P
2.5008
66.6500'
2.5008
(14)
Sig.
.OM
.OOO
,000
.OW
.000
.OM
,000
-000
.MKI
-0oO
.OOO
.000
95% Confidence Interval
Upper Bound
-22.9179
-10.8821
-89.5679
-77.5321
10.8827
22.9179
-72.6679
-60.6321
77.5321
89.5679
72.6679
60.6321
-21.9077
-11.8923
-88.5577
-78.5423
1i .8923
21.9077
-71.6577
-61.6423
78.5423
88.5577
616423
71.6577
Lowr Bound
'. The mean diiefence is significant at the .05 level.
Dari hasil Uji Tukey dm Uji Beda Nyata Terkecil anatara perlakuan 1 cm
terhadap perlakuan 2 cm dan 3 crn menunjukkan bahwa tingkat pelolosan ikan yang
paling kecil yaitu -16,9000 dan -83,5500 , selanjutnya untuk perlakuan 2 cm
terhadap perlakuan 1 cm dan 3 cm menunjukkan bahwa tingkat pelolosan ikan yang
cukup besar, yaitu f 6,9000dan -66,6500 ,sedangkan untuk perlakuan 3 cm terhadap
26
perlakuan 1 c m dan 2 cm menunjukkan bahwa tingkat pelolosan ikan yang paling
besar yaitu 83,5 5 00 dan 66,6500. Masing-masing pengujian ini dilakukan pada
tingkat selang kepercayaan 95%.
Twbel7. Jumlah Pelolosan Ikan pada Iluminasi Cahaya 1500 lux terhadap
Jarak antar Gelembung Udara
Tabel 8. Hasil Perhitungan dengan Periakuan 4500 Lux dengan Menggunakan
Anova Single Factor
Anova: Single Factor 4500 lux
SUMMARY
Groups
Column 1
Column 2
Column 3
ANOVA
Source of Variation
Between Groups
Wrthin Groups
Total
Count Sum
20 33
20 33
20 34
SS
0.4
614.5
df
5
Avenge
Variance
16.85 10.1342 1053
16.95 11.41842105
17.05 10.786842j 1
'
MS
F
P- value
F crit
0.2 0.0185531 78 0.981624 3.158846
10.77982456
Tabel 9. Jumlah Pelolosan Ikan pada Iluminasi Cwhaya 4500 lux terhadap
Jarak antar Gelembung Udara
menghindari cahaya yang terang, dan terlihat tidak merespon rangsang yang
diberikan.
Baskoro (I 999) menyatakan bahwa ikan yang berada pada jarak yang lebih
dekat dengan sumber cahaya, akan bereaksi lebih cepat terhadap cahaya dm yang
berada lebih jauh terhadap sumber cahaya akan h a k s i lebih lambat dan
membutuhkan waktu adaptasi yang lebih lama. Sebagai tambahan, pola adaptasi ini
juga dipertimbangkan sebagai penyebab perbedaan dalarn penerimaan intensitas
cahaya oleh ikan terhadap perbedaan jaraknya terhadap surnber cahaya.
5. KESIMPUEAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada kondisi iluminasi cahaya sebesar 0 lux, pergerakan ikan, terlihat
cenderung pasif, be.rada di dasar dan pinggir aquarium walaupun telah diberi
rangsangan berupa makanan. Pada perlakum iluminasi cahaya sebesar 1500 lux,
umumnya ikan-ikantersebut terlihat lebih aktif, dan apabila diberi rangsangan bempa
rnakanan, ikan-ikan tersebut langsung bergerak untuk memakannya, tetapi pada jarak
antar gelembung udara sebesar 1 kali ukuran tubuhnya (1 crn) ikan-ikan tersebut tidak
berani melewati tirai gelembung udara. Pada perlakuan t&,
yaitu iluminasi
cahaya sebesar 4.500 lux, pergerakan ikan-ikan ini terlihat tidak terkenddi
rnenghindari cahaya yang terang, dan terlihat tidak merespon rangsang yang
diberikan.
Berdwkan hasil pengolahan data y m g dilakukan, menunjukkan bahwa jarak
gelernbung yang paling efektif adalah 1 kali ukuran Iebar tubuh ikan,yaitu sebesar 1
cm pada iluminasi cahaya sebesar 1 500 lux.
5.2 Saran
Dalam pengembangan metode penangkapan yang efektif dan efisien
disarankan penggunaan tirai gelembung udara dilakukan dengan rnemperhatikan
intensitas cahaya lingkungan yaitu dibawah 4500 lux atau berada sekitar 1500 lux,
Perlu dilakukan penelitian.lanjutan untuk melakukan penerapan di lapangan sehingga
dapat dilihat peluang penggunaan tirai gelernbung udara untuk menghadang atau
menggiring i kan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 1991. Operasiond Pembesaran Ilcan Kerapu Dalam Keramba Jaring
Apung. Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai Maros . Balitbangtan,
Deptan, Jakarta.
Dian, A., Ari Purbayanto, Mulyono S. Baskoro, dan Takafumi Arimoto. 2002.
Ketajaman Penglihatan Ikan Juwi (Amdontostoma chacunda). Buletin
PSP. Volume XI. No.1. Hal 44.
Gunarso, W. 1985. Tingkah laku &an dalam hubungannya dengan alat, metoda dan
taktik penangkapan. Diktat kuliah (tidak dipublikasikan). Juntsan
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikansn. Institut
Pertanim Bogor. Bogor. 148 hal.
He, P. 1989. Fish Behaviour and Its Application in Fisheries. Newfoundland and
Labrador Institute of Fisheries and Marine Technology. Canada. 157 p
Heemstra, P. C. and Randall, J. E. 1993. FA0 species catalogue. Vol. 16. Grouper
of the world (Family Serranidae, Subfamily Epinepheline). An annotated
& illustrated catalogue of the grouper, rockcod, kind coral grouper an
lyretail species known to date. FA0 fisheries synopsis Rome. 125 (16)
242 p.
Heemstra, P.C. and Randall, J.E., 1993. FA0 Species Catalogue vol. 16 : Groupers of
the World (famili Serranidae, subfamily Epinephelinae). Rome, Food and
Agriculture Organization of the United Nations.
Igarashi, S. 1963. Studies on air screen in water. Application for fishing gear. J.
Tokyo. Univ. Fish. Hokkaido Univ. 14 (1): 23 - 29.
Imamura, Y ., and Ogura, M. 1959. Study on the fish gathering effects of air curtain.
J. Tokyo Univ. Fish. 45 (2): 173 - 177.
Kuiter, R. K. 1992. Tropical reef fishes of the western pacific Indonesia and
adjacent waters. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 314 p.
Kuznetsov, Y. A. 1 97 1. The behaviour of fish in the zone affected by a curtain of air
bubbles. In fishbehaviour and fishing techniques. Pp. 103 - 1 10. Ed. By,
A. P.Alekseev. Israel Progr. Sci. Trans. Jerusalem. 193 pp.
Laevastu, T.,and M.I. Hayes. 1984. Fisheries Oceanography and Ecology. Fishing
News Books Ltd. London. 257 p.
Liebarman, J. T., and Muessig, P. H. 1978. Evaluation of an air bubbler to mitigate
fish impingement at an electric generating plant. Estuaries. 1 (2): 129 132.
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Jakarta. Djembatan. Cet. 3. 35 1 hal
Nybakken, J.W., 1 988. Bioiogi Laut : suatu pendekatan ekologi. Grarnedia, Jakarta
Patrick, P. H.,Christie, A. E., Sager, D.,Hocutt, C., and Stauffer, Jr., J, 1985.
Responses of fish to a strobe lightlbubble curtain combinations as
influenced by water flow rate and flash frequencies. Fish. Res. 5: 383399.
Purbayanto, A. 1999. Behavioral Studies for Improving Survival of Fish in Mesh
Selectivity of Sweeping Trammel Net. Disertasi. Department of Marine
Science and Technology. Tokyo University of Fisheries. Tokyo.
Randall, J.E., 1987. A Preliminary Synopsis on the Groupers (Perciformes :
Serranidae, Epinephelinae) of the Indo-Pacipic Region in J.J. Polovina, S.
Ralston (Editors), Tropical Snappers and Groupers : Biologi and fisheries
management. Westview Press, Inc. Boulder and London.
Reiliza, F. 1997. Studi Tingkah Laku Ikan Hias terhadap Alat Tangkap Bubu Kawat
Tipe Buton di Perairan Karang Pulau Sekepal, Lampung Selatan. Skripsi
(tidak dipublikasikan). Program Studi Umu Kelautan.
Fakultas
- Perikanan. IPB. Bogor.
Smith, K.A. 1957. Driving herring schools with compressed-air curtain. Comm.
Fish. Rev. 23 (3): 1 - 14.
Smith. 1972. Fish Biology. Mc Graw Hill. New York. 569 p.
Stewart, P. A. M. 1981. An investigation into the reactions of fish to electrified
barriers and bubble curtains. Fish. Res. 1: 3 - 22.
Suryansyah, Y. 2001. Pengaruh Tingkat Iluminasi Cahaya terhadap Adaptasi Retina
Juvenil Kerapu Tikus (Cromileptes nltivelis). Karya Iimiah (tidak
dipublikasikan). Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 2001. 44 ha].
Tampubolon, G. H. dm E. Mulyadi. 1989. Synopsis ikan kerapu di perairan
Indonesia. Balitbangkan. Semarang.
Tampubulon, G.H. dm E. Mulyadi. 1989. synopsis Ikan Kerapu di Perairan
Indonesia. Balitbangkan, Semarang.
Utojo, Tonnek, S. Suharyanto dan A. Marsam. 1999. Studi bioekologi ikan kerapu
di perairan pantai barat Sulawesi Selatan. Jurnal penelitian perikanan
Indonesia. Volume V No. 1 : 3 1 - 37.
Von, Brandt, A. 1969. Application of observations on fish behaviour for fishing
methods and gear construction. Proceedings of the F A 0 conference on
fish behaviour in relation to fishing techniques and tactics. F A 0 Fisheries
Report 62 (2): 169 - 191.
Woodhead, A. D. 1966. The behaviour of fish in relation to light in the sea.
Oceanogr. Mar. Biol. Ann. Rev. 4: 334 - 407.
Yami, B. 1976. Fishing with light. Fishing news books Ltd, London. London. 125
P-
LAMPIRAN
LAMPIRAN 4. Data Pengamatan Pengaruh Suara Gelembung Udara terhadap
Tingkah Laku Ikan
UIangan
(15 menit)
Gelembung
Tanpa
gelembung Udara
Dengan
Gelembung Udara
1
586
556
2
554
60 1
3
584
571
4
556
599
5
54 1
5 86
6
584
569
7
556
601
8
57 1
584
9
569
601
10
526
614
11
539
599
12
586
63 1
13
554
601
14
526
584
15
569
646
16
526
599
17
509
616
18
571
629
19
526
599
20
584
614
L
LAMPIRAN 5. dumlah Pelolosan ikan pada Iluminasi Cahaya 0 lux terhadap
Jarak antar Gelembung Udara