12
Namun   ada   beberapa   hal   yang   harus   diperhatikan   dalam   memanfaatkan   biogas, seperti minyalnya sifat biogas yang tidak berwarna, tidak berbau dan sangat cepat
menyala.  Karenanya kalau lampu atau kompor mempunyai  kebocoran, akan sulit diketahui secepatnya. Berbeda dengan sifat gas lainnya, seperti elpiji, maka karena
berbau akan cepat dapat diketahui kalau terjadi kebocoran pada alat yang digunakan. Sifat cepat menyala biogas, juga merupakan masalah tersendiri.
3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembuatan Biogas
Laju   proses   anaerob   yang   tinggi   sangat   ditentukan   oleh   faktor-faktor   yang mempengaruhi   microorganisme,   diantaranya   temperatur,   pH,   salinitas   dan   ion   kuat,
nutrisi, inhibisi dan kadar keracunan pada proses, dan konsentrasi padatan. Beriukut ini adalah pembahasan tentang faktor-faktor tersebut.
1. Temperatur
Gabungan   bakteri   anaerob   bekerja   dibawah   tiga   kelompok   temperatur   utama. Temperatur kriofilik yakni kurang dari 20 C, mesofilik berlangsung pada temperatur 20-
45 C optimum pada 30-45 dan termofilik terjadi pada temperatur 40-80 C optimum pada 55-75C.
2. Derajat Keasaman pH
Pada dekomposisi anaerob faktor pH sangat berperan, karena pada rentang pH yang tidak   sesuai,   microba   tidak   dapat   tumbuh   dengan   maksimum   dan   bahkan   dapat
menyebabkan kematian  yang padaa akhirnya dapat menghabat perolehan gas metana. Bakteri-bakteri anaerob membutuhkan pH optimal antara 6,2-7,6, tetapi yang baik adalah
6,6-7,5. Pada awalnya media mempunyai pH  ±  6 selanjutnya naik sampai 7,5. Tangki pencerna dapat di katakan stabil apabila larutannya mempunyai pH 7,5-8,5. Batas bawah
pH adalah 6,2, dibawah pH tersebut larutan sudah toxic, maksudnya bakteri pembentuk biogas tidak aktif. Pengontolan pH secara alamiah dilakukan oleh ion NH
4 +
dan HCO
3 -
.
13
Ion ion ini akan menentukan besarnya pH Yunus, 1991.
3. Nutrisi
Microorganisme   membutuhkan   beberapa   vitamin   esensial   dan   asam   amino.   Zat tersebut   dapat   disuplai   ke   media   kultur   dengan   membersihkan   nutrisi   tertentu   untuk
pertumbuhan   dan   metabolismenya.   Selain   itu   juga   dibutuhkan   micronutrien   untuk meningkatkan aktivitas microorganisme, misalnya besi, magnesium, kalsium, natrium,
barium, selinium, kobalt dan lain-lain Malina, 1992. Bakteri anaerobik membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi yang mengandung nitrogen, fosfor, magnesium, sodium,
mangan, kalsium dan kobalt Space and McCarthy di dalam Gurnerson and Stuckey, 1986.   Level   nutrisi   harus   sekurangnya   lebih   dari   konsentrasi   maksimum   yang
dibutuhkan   oleh   bakteri   metanogenik,   karena   apabila   terjadi   kekurangan   nutrisi   akan menjadi penghambat bagi pertumbuhan bakteri. Penambahan nutrisi dengan bahan yang
sederhana seperti glukosa, buangan industri, dan sisa-sisa tanaman terkadang diberikan dengan tujuan menambah pertumbuhan di dalam digester Gunerson and Stuckey, 1986.
4. Keracunan dan Hambatan