Model Akses Dan Pemanfaatan Internet Dalam Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Pendidikan Tinggi Terbuka Dan Jarak Jauh

MODEL AKSES DAN PEMANFAATAN INTERNET DALAM
PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA
PENDIDIKAN TINGGI TERBUKA DAN JARAK JAUH

DJOKO RAHARDJO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul Model Akses
dan Pemanfaatan Internet dalam Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa
Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak ditertibkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Djoko Rahardjo
NIM I36200041

RINGKASAN
DJOKO RAHARDJO. Model Akses dan Pemanfaatan Internet dalam Peningkatan
Kemandirian Belajar Mahasiswa Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh.
Dibimbing oleh SUMARDJO, DJUARA P. LUBIS, dan SRI HARIJATI.
Media internet merupakan media komunikasi yang sedang berkembang
dengan pesat saat ini. Penggunaan internet juga meluas pada berbagai interest
salah satunya pada bidang pendidikan. Pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh
(PTTJJ) menjadi salah satu institusi yang memperoleh keuntungan dari
berkembangnya media ini sebagai media pendidikan. Namun demikian beberapa
kendala muncul manakala pengguna ingin memasuki ke dalam sistem media
internet. Masalah ini kemudian menjadi bagian dari amatan para peneliti masalah
komunikasi media.
Universitas Terbuka sebagai institusi PTTJJ memiliki karakteristik utama
adanya jarak antara mahasiswa dan pengajar serta institusinya. Jarak tersebut
menuntut mahasiswa mampu mengelola kebutuhan belajarnya secara mandiri.

Tingkat kemandirian belajar mahasiswa ini menentukan keberhasilannya dalam
menempuh perkuliahan yang ditempuhnya. Untuk itu berbagai upaya dilakukan
agar mahasiswa dapat meningkatkan kemandirian belajarnya. Salah satu alternatif
adalah dengan menerapkan internet menjadi media bagi mahasiswa untuk
memenuhi berbagai kebutuhan belajarnya. Upaya ini selain bertujuan untuk
mengurangi jarak tersebut, juga bertujuan untuk meningkatkan interaksi agar
mahasiswa mampu belajar secara mandiri.
Dalam mengakses informasi dan sumber belajar yang diperlukan melalui
internet, mahasiswa menghadapi beberapa halangan antara lain, faktor
ketersediaan sistem jaringan internet, faktor ketersediaan fasilitas teknologi
komputer, faktor sosial yang di dalamnya dukungan dan hambatan berperan, dan
faktor pengetahuan dan kemampuan. Dalam proses ini, perilaku mahasiswa dalam
mengakses internet turut dalam menentukan sejauh mana mahasiswa memeroleh
apa yang dibutuhkan.
Perilaku pengaksesan internet terdiri dari tiga aspek yang saling terkait yaitu
aspek kognitif, afektif, dan konatif.
Sejauh mana mahasiswa memiliki
pengetahuan tentang teknologi internet, apa yang dirasakan mahasiswa tentang
penggunaan internet, dan tindakan apa yang dilakukan mahasiswa yang berkenaan
dengan internet, ketiganya merupakan aspek utama dalam penelitian ini.

Pada dasarnya kegiatan mahasiswa dalam mengakses internet merupakan
proses komunikasi, oleh karena itu komponen-komponen dalam proses
komunikasi turut memengaruhi perilaku mahasiswa. Komponen-komponen proses
komunikasi yang diamati antara lain, persepsi mahasiswa terhadap sumber dan
pesan. Persepsi-persepsi ini menjadi faktor yang memperkuat atau memperlemah.
Dalam hubungannya dengan kebutuhan belajar, mahasiswa memanfaatkan
internet sebagai sumber belajarnya. Pemanfatan internet dalam hal ini bertujuan
untuk mencari dan memenuhi kebutuhan informasi, belajar dan mengerjakan
tugas-tugas serta berdiskusi dengan teman-teman dan tutornya, berkomunikasi
dengan berbagai pihak, serta bersosialisasi dengan teman-teman mahasiswa
sejawatnya.

Bertolak dari hal-hal yang dibicarakan di atas, permasalahan yang ingin
dipecahkan adalah (1) bagaimanakah faktor-faktor perilaku akses internet dan
pemanfaatan internet dapat meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa, (2)
bagaimanakah strategi dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa
PTTJJ.
Penelitian ini secara empiris dilaksanakan di wilayah Surakarta, yang
mencakup wilayah kotamadya Surakarta, dan kabupaten-kabupaten Sukoharjo,
Karanganyar, Sragen, Boyolali, Klaten, dan Wonogiri. Penelitian ini bertujuan

untuk, (1) menganalisis bagaimana faktor-faktor yang memengaruhi perilaku
akses internet, pemanfaatan internet, dan kemandirian belajar mahasiswa; (2)
merumuskan strategi untuk meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) faktor lingkungan yang terdiri atas
indikator-indikator ketersediaan internet, dukungan keluarga terhadap penggunaan
internet, dan hambatan dalam mengakses internet, berhubungan nyata dengan
perilaku akses internet, (2) persepsi-persepsi merupakan variabel antara yang
dapat membantu meningkatkan perilaku akses internet, (3) perilaku akses internet
berkorelasi nyata terhadap pemanfaatan internet, dan (4) perilaku akses dan
pemanfaatan internet berkorelasi nyata dengan kemandirian belajar mahasiswa.
Simpulan akhir dari penelitian ini adalah bahwa model hubungan perilaku
akses internet dan pemanfaatan internet dapat meningkatkan kemandirian belajar
mahasiswa. Strategi yang dapat dirumuskan antara lain: (1) Perlu peningkatan
kemampuan akses dan pemanfaatan internet melalui pelatihan dan sosialisasi
penggunaan internet; (2) Perlu pengembangan program online yang lebih
memperhatikan pada mahasiswa yang memiliki peralatan akses yang terbatas dan;
(3) Agar mengurangi beban akses perlu digunakan media sosial seperti facebook
atau twitter sebagai media alternatif yang dapat digunakan untuk menyampaikan
informasi umum maupun informasi tentang tutorial.
Kata kunci: akses internet, pemanfaatan internet, pendidikan tinggi terbuka dan

jarak jauh, kemandirian belajar

SUMMARY
DJOKO RAHARDJO. The Model of Internet Access and Usage in Improving
Self-Directed Learning Ability of Higher Open and Distance Education Student.
Under guidance and direction of SUMARDJO, DJUARA P. LUBIS, and SRI
HARIJATI.
Media internet is a medium of communication that is growing by leaps and
bounds today. Internet use also extends to various interest one in the field of
education. Distance higher education became one of the institutions that have
benefited from the development of this medium. However, some problems arise
when the user wants to enter into the system of internet media. The problem then
becomes part of the observations researchers media communication problems.
Universitas Terbuka (Indonesian Open University) has the main
characteristics of the gap between students and faculty and the institution. The
distance education requires the student to be able to manage on their own learning
needs. Students' self-directed learning is determining their success of study. To
that end, efforts were made to allow students to improve their self-directed
learning. One alternative is to apply the Internet as a medium for students to meet
various learning needs. These efforts are in order to reduce the distance, also to

improve the interaction so that students are able to learn independently.
In accessing information and learning resources needed through the internet,
students face several impediments among others, the availability of the Internet
network system, the availability of computer technology facilities, social factors
which play a role of support and resistance, and the factor of knowledge and
ability. In this process, the student behavior in accessing the internet helps in
determining the extent to which students obtain what is needed. Internet access
behavior consists of three interrelated aspects, namely cognitive, affective, and
conative. The extent to which students have knowledge of Internet technology,
what students feel about the use of the internet, and what action was taken with
respect to the internet students, three are the main aspects of this research.
Basically the activities of students in accessing the internet is a process of
communication, therefore, the components in the communication process also
influence student behavior. The components of the communication process
observed i.e. students' perceptions of the source and the message. These
perceptions become the factors which can strengthen or weaken.
In relation with learning needs, students use the internet as a source of
learning. In this case, the purpose of internet usage are to meet the needs of
information, tasks, discussions with friends and tutors, communicating with
various parties, as well as socializing with friends student colleagues.

Based on the matters discussed above, the problems that arise are (1)
whether the behavioral factors of internet access and use of the Internet can
improve students’ self-directed learning, (2) how strategies should be carried out
in order to obtain the ideal relationship so as to solve the problem of students’
self-directed learning.
The empirical research conducted in the area of Surakarta residency, which
includes Surakarta City, and districts of Sukoharjo, Karanganyar, Sragen,

Boyolali. Klaten, and Wonogiri. The goals of the study are to (1) analyze how the
factors that influence the internet access, internet usage, and students’ self directed
learning, (2) formulate the strategy in improving the internet access , the internet
usage, and mainly the students’ self-directed learning.
The results showed that (1) the environmental factors which consists of
indicators: the availability of the internet, the social support for internet use, and
the barriers in accessing the internet, affect significantly with the Internet access
behavior, while perceptions are mediating variables, (2) source credibility and
information characteristics are mediating variables contributing in improving self
directed learning, (3) internet accessing is significantly correlated with the internet
usage, (4) internet access and use are significantly correlated with students’ selfdirected learning.
Final conclusion of this study is that the model of relationship between

internet access behavior and internet usage as well as self-directed learning can
increase student learning. The strategies can be formulated as follows: (1) It is
necessary to promote the ability of access and internet usage through training and
socialization; (2) It needs to develop an online program that tend to the students
who have limited device access; (3) In order to reduce overloading, social media
can be used as alternative media for dissimenating information and delivery of
knowledge.
Key words:

internet access, internet usage, open and distance distance
education, self directed learning

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

MODEL AKSES DAN PEMANFAATAN INTERNET DALAM
PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA
PENDIDIKAN TINGGI TERBUKA DAN JARAK JAUH

DJOKO RAHARDJO
Disertasi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji pada Ujian Tertutup:


1. Dr Ir Pudji Muljono, MSi
2. Dr Tri Darmayanti, MA

Penguji pada Ujian Terbuka:

1. Dr Ir. Pudji Muljono, MSi
2. Prof. Daryono, SH, MA, Ph.D

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat berhasil diselesaikan. Penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini bertemakan peran media komunikasi
internet dalam pendidikan jarak jauh, dengan judul Model Akses dan Pemanfaatan
Internet dalam Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Pendidikan Tinggi
Terbuka dan Jarak Jauh.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS, Dr.
Ir. Djuara P. Lubis, MS, dan Dr. Ir. Sri Harijati, MA selaku pembimbing yang
telah banyak memberi bimbingan dan arahan. Penulis juga ingin mengucapkan
terimakasih dan kenangan bersama almarhum Prof. Ir. Darwis S. Gani, MA yang
turut serta membimbing penulis.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr Pudji Muljono
berkenan menjadi penguji pada Ujian Tertutup dan sidang promosi doktor, dan
Dr. Tri Darmayanti, MA yang berkenan menjadi penguji pada ujian tertutup, serta
Dr. Nurul Huda, MA yang telah berkenan menjadi penguji preliminary lisan pada
proposal disertasi saya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Daryono, SH, MA, Ph. D
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Terbuka yang telah
berkenan menjadi penguji luar komisi pembimbing pada saat sidang promosi
doktor.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir. Muhammad Kholis, M.Si
Kepala UPBJJ-UT Surakarta, dan Drs. Edy Ngatmanto, M.Pd Koordinator
Registrasi dan Ujian, serta Drs. Muhammad Dawam, M.M. Koordinator Bidang
Bantuan Belajar dan Layanan Bahan Ajar UPBJJ-UT Surakarta yang telah sangat
membantu hingga terselesaikannya disertasi ini. Terima kasih juga saya
sampaikan kepada Drs. Boedhi Oetoyo, M.A Kepala UPBJJ-UT Bogor yang
memberikan ijin penulis untuk melakukan ujicoba kuesioner kepada mahasiswa
UPBJJ-UT Bogor.
Penghargaan dan ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Rektor
Universitas Terbuka Prof. Ir. Tian Belawati, Ph. D yang telah memberi
kesempatan melaksanakan tugas belajar dan dukungan moril maupun materiil.
Tidak lupa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada istri
tercinta Arifah Bintarti dan anakku tesayang Muhammad Hauzan Arifin yang
telah dengan sabar mendorong hingga terselesaikannya disertasi ini. Semoga hasil
penelitian ini bermanfaat bagi ilmu dan bagi institusi dalam merumuskan
kebijakan dan program pengembangan ke depan
Bogor, Agustus 2015
Djoko Rahardjo

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 PENDAHULUAN
Latar belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kebaruan
Definisi Istilah
2 KERANGKA TEORI
Tinjauan Pustaka
Kerangka Berpikir
Metode Penelitian
Keterbatasan Penelitian
3 KARAKTERISTIK MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI TERBUKA
DAN JARAK JAUH PENGGUNA INTERNET
Abstrak
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
4 PERILAKU MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI TERBUKA DAN
JARAK JAUH DALAM MENGAKSES INTERNET
Abstrak
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
5 PEMANFAANTAN INTERNET OLEH MAHASISWA PENDIDIKAN
TINGGI TERBUKA DAN JARAK JAUH
Abstrak
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
6 KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN
TINGGI TERBUKA DAN JARAK JAUH
Abstrak
Pendahuluan

1
1
3
3
4
4
5
7
21
27
34

37
37
38
38
45

47
47
49
49
54

57
57
59
59
64

67
67

Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
7 PEMBAHASAN UMUM
8 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

68
69
73
75
79
80
82
87

DAFTAR TABEL
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
2.11
2.12
2.13
2.14
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6

Hasil penelitian tentang akses media internet
Fitur-fitur penting pada website UT menurut kategori
Hasil penelitian tentang kemandirian belajar
Tingkat akses internet yang tinggi dan rendah
Tingkat pemanfaatan internet yang tinggi dan rendah
Tingkat kemandirian belajar yang tinggi dan rendah
Jumlah sampel mahasiswa per kabupaten tahun 2013 semester
genap
Definisi operasional dan parameter kelompok variabel
karakteristik individu responden (X1)
Definisi operasional dan parameter kelompok variabel faktor
lingkungan (X2)
Definisi operasional dan parameter kelompok variabel
karakteristik pesan/ informasi (X3)
Definisi operasional dan parameter kelompok variabel
kredibilitas sumber (X4)
Definisi operasional dan parameter kelompok variabel perilaku
akses media internet (Y1)
Definisi operasional dan parameter kelompok variabel
pemanfaatan internet (Y2)
Definisi operasional dan parameter kelompok variabel
kemandirian belajar (Y3)
Jumlah kecamatan dan kelurahan di wilayah Surakarta tahun
2010
Jumlah mahasiswa sampel berdasarkan kategori perdesaanperkotaan
Jumlah mahasiswa menurut status pekerjaan, kelompok tempat
tinggal, dan jenis kelamin
Jumlah mahasiswa menurut kelompok usia, tempat tinggal, dan
jenis kelamin
Jumlah mahasiswa yang memiliki peralatan akses intenet
menurut tempat tinggal
Jumlah mahasiswa yang memiliki alat akses internet dan kondisi
jaringan internet di tempat tinggalnya

11
17
20
23
23
24
28
29
30
30
31
32
33
34
39
40
41
41
42
43

3.7
3.8
3.9
4.1
5.1
5.2
6.1
6.2

Jumlah mahasiswa yang memiliki alat akses dan kondisi warung
internet di tempat tinggalnya
Jumlah mahasiswa yang memiliki akun internet menurut
kategori tempat tinggal
Jumlah mahasiswa yang memiliki akun internet menurut jenis
akun, tempat tinggal dan status pekerjaan
Nilai skor variabel dan indikator faktor lingkungan, kredibilitas
sumber, karaktersitik informasi, dan perilaku akses internet
Jumlah mahasiswa menurut kepemilikan akun dan peralatan
akses
Indeks tingkat pemanfaatan internet
Indeks tingkat kemandirian belajar
Matriks korelasi antara perilaku akses internet, pemanfaatan
internet, kemandirian belajar, dan indeks prestasi

43
44
45
50
59
60
69
72

DAFTAR GAMBAR
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7

3.1
4.1

4.2

5.1

5.2
6.1
6.2
7.1

Sintesa variabel pada proses komunikasi dari sudut pandang
komunikan
Akses linier terhadap makna (Bucy & Newagen 2004)
Sintesa model berdasarkan elemen komunikasi dan teori akses
Model pendidikan terbuka Kember (Moore & Kearsley 2012)
Halaman muka situs web UT (www.ut.ac.id)
Sintesa model penelitian Universitas Terbuka sebagai sumber
Kerangka pemikiran hubungan antar variabel pada model
perilaku akses internet dan pemanfaatan internet dalam
peningkatan kemandirian belajar mahasiswa
Sketsa wilayah Surakarta dan kabupaten-kabupaten sekitarnya
Hasil akhir model hubungan faktor lingkungan, kredibilitas
sumber, karakteritik pesan, dan perilaku akses internet
mahasiswa UT dengan metode bootstrapping
Matriks kepentingan dan performa indikator: faktor lingkungan,
kredibilitas sumber, karakteristik pesan, dan perilaku akses
internet
Hasil akhir model hubungan faktor lingkungan, perilaku akses
internet dan pemanfaatan internet oleh mahasiswa UT dengan
metode bootstrapping
Matriks kepentingan dan performa indikator pemanfaatan
internet
Model hubungan perilaku akses internet, pemanfaatan internet,
dan kemandirian belajar
Matriks kepentingan dan performa indikator kemandirian belajar
Analisis sistem dengan pendekatan kotak hitam pada akses dan
pemanfatan internet oleh mahasiswa UT

7
11
13
14
16
18

26
40

51

51

61
63
70
72
77

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Media komunikasi internet merupakan alat bantu yang cukup penting pada
pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh (PTTJJ), namun demikian tingkat akses
mahasiswa pada teknologi ini di beberapa daerah perdesaan di wilayah Indonesia
masih perlu dipertanyakan. Alasan utama yang mendukung pernyataan tersebut
adalah pertama, infrastruktur yang berhubungan dengan media tersebut tersebar
luas di seluruh Indonesia dengan kebijakan pemerintah yang mendukung tersebar
luasnya penggunaan internet. Kedua, kesesuaian antara karakterisitik PTTJJ yaitu
terpisahnya antara pebelajar dan pengajarnya (Moore & Kearsley 2012) dan
kebutuhan mahasiswa dalam berkomunikasi secara mudah dan murah. Laporan
yang disampaikan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII
2013) menggambarkan bahwa para pengguna internet yang dilaporkan masih
terbatas pada pengguna yang tinggal di daerah kota besar di Indonesia dengan
pemanfaatan akses yang terbatas pada internet untuk bisnis. Penggunaan internet
untuk pendidikan terutama di daerah perdesaan Indonesia masih jarang
dilaporkan.
Internet telah dikenal sebagai media komunikasi utama, terbukti seperti
dilaporkan InternetWorldStat (2012) bahwa jumlah pengguna di Asia 44,8% dari
pengguna internet di seluruh dunia. Peringkat jumlah pengguna di negara-negara
Asia dimulai dari China, India, Jepang, dan peringkat keempat Indonesia dengan
jumlah pengguna diperkirakan 55 juta atau 22,1% dari total penduduk Indonesia.
Peningkatan akses ini mendorong perkembangan berbagai hal seperti masalah
ekonomi, sosial, pendidikan, dan teknologi internet itu sendiri.
Di Indonesia akses internet sekarang ini bukan lagi monopoli masyarakat
perkotaan. Akses komunikasi dengan media internet telah menjangkau masyarakat
pedesaan di Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan telah diterbitkannya Peraturan
Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 48/Per/M.Kominfo/11/2009 tentang
Penyediaan Jasa Akses Internet pada Wilayah Pelayanan Universal
Telekomunikasi Internet Kecamatan dan kemudian disusul dengan
perubahanannya Nomor: 19/Per/M.Kominfo/12/2010. Dengan demikian
dukungan pemerintah terhadap pemerataan akses terhadap informasi melalui
internet cukup nyata.
Komunikasi melalui internet mempunyai peranan penting dalam
perkembangan pendidikan terutama pendidikan tinggi yang menggunakan sistem
jarak jauh. PTTJJ menuntut peserta didiknya untuk belajar secara mandiri.
Kemandirian belajar merupakan syarat akibat dari adanya jarak antara peserta
didik dan pendidiknya. Dengan hadirnya internet maka akses informasi dan akses
terhadap proses belajarnya menjadi lebih mudah dan lebih luas.
PTTJJ mempunyai peranan penting dalam pembangunan di bidang
pendidikan di Indonesia. Sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia
(Keppres) Nomor 41 Tahun 1984 (41/1984) Tentang Pendirian Universitas
Terbuka yang mempertimbangkan bahwa dalam rangka memperbesar daya
tampung perguruan tinggi sehingga sejauh mungkin mampu menjangkau calon
mahasiswa diseluruh pelosok tanah air, perlu dilakukan cara dan pendekatan baru
dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang telah ada. Suparman (1996)

2
menyebutkan alasan mengapa digunakan PTTJJ dari sisi pemerintah adalah
masalah daya tampung perguruan tinggi yang terbatas, sedangkan dari sisi calon
mahasiswa adalah masalah kesempatan menikmati pendidikan yang tertunda.
Secara konseptual, sistem PTTJJ merupakan sistem pendidikan yang dirancang
dan dimaksudkan untuk mengatasi kendala jarak (baik dalam pengertian waktu
maupun tempat), ekonomi, maupun karakteristik demografi, sehingga dapat
memberikan kesempatan kepada semua orang untuk belajar (Belawati dalam
Andriani et al 2009).
Setelah sekian tahun sejak berdirinya Universitas Terbuka (UT), masyarakat
dan pemerintah memberikan kepercayaan melalui dituangkannya pendidikan jarak
jauh ke dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Hal itu terbukti dengan adanya
fakta bahwa UT yang berdiri pada tahun 1984, yang menggunakan sistem
pendidikan jarak jauh tersebut tercatat memiliki jumlah mahasiswa sebanyak
565.264 orang per 30 Nopember 2012 dengan perincian mahasiswa Non
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Non Pendas) 150.741 orang
sedangkan
selebihnya mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Universitas Terbuka,
2013).
Mahasiswa sebanyak itu tidak semua mendaftar sebagai peserta ujian pada
setiap semesternya. Mahasiswa Non Pendas yang tidak mengikuti Ujian Akhir
Semester (UAS) tahun 2013 semester gasal (disebut dengan 2013.1) tercatat
57.945 orang atau 38,45 persen. Jumlah mahasiswa yang tidak mengikuti UAS
ini cukup besar untuk menjadi perhatian para peneliti. Besarnya angka tidak
mendaftar UAS pada satu dan dua semester menurut model yang pernah
disampaikan oleh David Kember (Moore & Kearsley 2012) menunjukkan bahwa
pertimbangan pertama mengapa mahasiswa tidak melanjutkan kuliah ataupun cuti
akademik adalah seberapa tingginya keberhasilan belajar mereka. Keberhasilan
belajar ditunjukkan oleh tingginya indeks prestasi pada semester sebelumnya. Ini
berarti bahwa untuk menekan tingginya angka mahasiswa cuti adalah dengan
meningkatkan indeks prestasi. Sedangkan untuk meningkatkan indeks prestasi
salah satunya adalah dengan memperbaiki bagaimana mahasiswa dapat belajar
secara mandiri.
Dalam hubungannya dengan PTTJJ, istilah belajar selalu dikaitkan dengan
bahan ajar dan media yang digunakan untuk menyampaikannya serta proses
belajar mahasiswa. Jarak fisik antara mahasiswa dan pendidiknya yang
menyebabkan penggunaan media komunikasi merupakan cara untuk mendekatkan
mereka. Interaksi dalam proses transfer pengetahuan antara keduanya dapat
terlaksana dengan baik atas bantuan media komunikasi internet. Namun demikian
interaksi tersebut dapat terlaksana bergantung pada ketersediaan fasilitas
teknologi informasi dan komunikasi di lingkungannya, serta dukungan dari orang
lain di sekelilingnya baik di rumah, di tempat mereka bekerja maupun di
lingkungan tempat tinggalnya. Selain proses belajar, penelusuran informasi
mudah dilakukan melalui media internet ini. Sejauh mana mahasiswa
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi bergantung juga pada
kepercayaan mahasiswa terhadap sumber informasi serta karakteristik informasi
yang dibutuhkan mahasiswa. Oleh karena itu hubungan antara bagaimana

3
mengakses internet dan bagaimana mahasiswa memanfaatkan internet perlu untuk
dicermati.
Berangkat dari masalah di atas, penelitian ini menjadi penting dilakukan
untuk memahami perilaku mahasiswa dalam mengakses dan memanfaatkan media
internet yang tersedia untuk kepentingan proses belajarnya serta diharapkan dapat
menyingkap hubungan antara perilaku mahasiswa dalam mengakses dan
memanfaatkan media internet serta hubungannya dengan kemandirian belajar
mahasiswa.
Perumusan Masalah
Dalam sistem PTTJJ, terdapat jarak antara mahasiswa dan pendidik dan
institusinya. Adanya jarak itu mendorong mahasiswa untuk memiliki kemandirian
belajar. Agar kemandirian belajar meningkat, mahasiswa tersebut perlu memenuhi
kebutuhan informasi, berkomunikasi dengan tutor maupun teman sesama
mahasiswa, dan berinteraksi dalam proses belajar. Dalam proses mencari dan
mengelola informasi serta berkomunikasi, mahasiswa perlu mengakses media
internet yang dapat menghubungkan dia dengan sumber informasi yang relevan
dan dapat diandalkan. Untuk mengakses media internet, mahasiswa PTTJJ harus
memiliki pengetahuan tentang internet, sikap terhadap internet, dan keterampilan
mengoperasikan internet yang memadai. Kegiatan tersebut dapat terlaksana
bergantung pada ketersediaan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi di
lingkungannya, serta dukungan dari orang lain di sekelilingnya baik di rumah, di
tempat mereka bekerja maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Kegiatan
pengaksesan dan pemanfaatan internet bergantung juga pada persepsi mereka
terhadap kredibilitas sumber informasi dan karakteristik informasi itu sendiri.
Dari fenomena di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan dalam
pertanyaan utama sebagai berikut:
(1)

(2)
(3)
(4)

Bagaimanakah hubungan antara faktor-faktor lingkungan, kredibilitas
sumber, karakteristik informasi dan perilaku mahasiswa dalam mengakses
internet?
Bagaimanakah hubungan antara faktor-faktor lingkungan, perilaku akses
dan pemanfaatan internet dalam konteks belajar mereka?
Bagaimana model hubungan perilaku akses, pemanfaatan internet, dan
kemandirian belajar mahasiswa?
Bagaimana strategi yang tepat untuk meningkatkan kemandirian belajar
mahasiswa?
Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi
tentang karakteristik individu mahasiswa, faktor-faktor lingkungan, serta
kredibiilitas sumber dan karakteristik informasi, dan ada tidaknya hubungan
dengan perilaku akses internet, serta ada tidaknya dampak terhadap pemanfaatan
internet dan kemandirian belajar mahasiswa. Adapun tujuan khusunya adalah
untuk:

4
(1)

(2)
(3)
(4)

Menganalisis hubungan antara faktor-faktor lingkungan, kredibilitas
sumber, karakteristik informasi dan perilaku mahasiswa dalam mengakses
internet.
Menganalisis hubungan antara faktor-faktor lingkungan, perilaku akses dan
pemanfaatan internet dalam konteks belajar mereka.
Mengembangkan model hubungan perilaku akses, pemanfaatan internet, dan
kemandirian belajar mahasiswa.
Merumuskan strategi untuk meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu upaya untuk mendeskripsikan kondisi
mahasiswa dengan demikian diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi UT
sebagai bahan acuan dalam menentukan kebijakan terhadap kepentingan
mahasiswa dalam hal pengaksesan dan pemanfaatan media komunikasi internet
dalam meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa UT.
Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan studi
lanjutan yang relevan dan sebagai bahan kajian ke arah pengembangan model
perilaku akses dan pemanfaatan internet dalam upaya meningkatkan kemandirian
belajar mahasiswa. Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat memiliki
manfaat sebagai berikut:
(1) Masukan bagi mahasiswa UT untuk dijadikan umpan balik dan tolok ukur
bagi dirinya tentang kesiapan dan kemampuan mereka dalam menghadapi
masalah pembelajaran.
(2) Masukan bagi UT untuk dijadikan pertimbangan secara kontekstual dan
konseptual operasional dalam merumuskan pola pengembangan manajemen
informasi dalam menyediakan layanan bantuan belajar agar mahasiswa
dapat meningkatkan kemandirian belajar mereka sehingga akhirnya dapat
meningkatkan indeks prestasi mereka.
Kebaruan
Kebaruan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah penguatan teknologi
informasi dan komunikasi dalam kemandirian belajar. Penelitian ini
mengidentifikasi elemen-elemen dalam proses komunikasi yang terjadi pada
mahasiswa yang mengakses dan memanfaatkan internet untuk pembelajaran pada
pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para akademisi sebagian
besar mengupas masalah bagaimana subjek penelitian memanfaatkan internet
sebagai media komunikasi, baik untuk kepentingan belajar maupun kepentingan
interaksi sosial mereka. Hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan belum
menyentuh elemen-elemen komunikasi secara menyeluruh. Padahal dalam proses
komunikasi melalui media, selalu terjadi proses yang melibatkan berbagai pihak
dan berbagai objek. Pengamatan dengan sudut pandang proses komunikasi yang
menyeluruh dan pengaruhnya terhadap kemandirian belajar ini menghasilkan
kebaruan dalam penelitian ini.

5
Definisi Istilah
Daftar ulang adalah kegiatan meregistrasi kembali yang dilakukan mahasiswa
untuk mengikuti ujian (UT 2013)
Kemandirian belajar adalah proses mencari pengalaman dengan inisiatif sendiri
melalui sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya agar terjadi perubahan pada dirinya (Knowles 1975)
Masa Registrasi 2013.1 adalah suatu periode mahasiswa melakukan proses belajar
di UT angka 2013 menunjukkan tahun dan .1 menunjukkan semester gasal.
Media internet adalah alat penghubung atau saluran komunikasi yang
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan sistem jaringan.
Pendidikan jarak jauh adalah sistem yang menerapkan adanya jarak antara guru
dan siswa, yang ditandai dengan proses pembelajaran di kelas bukan
kewajiban (Suparman 1996).
Pendidikan terbuka adalah sistem yang menerapkan penerimaan mahasiswa tanpa
batas waktu, batas usia mahasiswa, dan syarat jenis lulusan (Suparman
1996).
Pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh (PTTJJ) adalah sistem pendidikan yang
menerapkan pendidikian terbuka dan pendidikan jarak jauh.
Tutorial Online (Tuton) adalah proses pembelajaran melalui internet dengan
menggunakan perangkat lunak tertentu yang diasuh oleh tutor matakuliah.
Tutorial Tatap Muka (TTM) adalah proses pemanduan belajar kepada mahasiswa
UT dengan cara fasilitator bertemu mahasiswa secara langsung di kelas.
Ujian Akhir Semester (UAS) adalah proses evaluasi hasil belajar matakuliah pada
mahasiswa yang dilaksanakan secara serentak dengan jadwal yang telah
ditetapkan UT setiap enam bulan sekali.
Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) adalah kantor perwakilan Universitas
Terbuka yang berada di daerah. Umumnya di ibukota provinsi atau kotakota besar di Indonesia. Jumlah UPBJJ di seluruh Indonesia ada sebanyak
38 upbjj ditambah satu kantor urusan luar negeri.

6

7

2 KERANGKA TEORI
Tinjauan Pustaka
Elemen Komunikasi
Lasswell (Littlejohn & Foss 2009a) mendefinisikan komunikasi sebagai
suatu kegiatan yang melibatkan lima pertanyaan, yaitu who, says what, in which
chanels to whom and with what effect. Dengan demikian menurut Lasswell, ketika
seseorang menyampaikan pesan maka menghasilkan efek, baik positif maupun
negatif pada diri penerima pesan. Menurut Lasswell lima unsur tersebut dapat
dianalisis sebagai berikut,
(1) Who adalah komunikator atau sumber informasi dalam hal ini institusi
ataupun organisasi yang memiliki informasi yang dibutuhkan.
(2) Says What adalah pesan atau informasi. Informasi dalam dunia pendidikan
dapat berupa bahan belajar yang berhubungan dengan proses belajar
mahasiswa.
(3) In Which Channel bermakna saluran atau media yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari komunikator atau sumber kepada komunikan
baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu melalui media cetak atau
elektronik.
(4) To Whom bermakna siapa penerimanya. Dalam proses belajar mahasiswa
berperan sebagai penerima informasi.
(5) With What Effect bermakna apa dampaknya. Dampak yang terjadi pada
komunikan setelah menerima pesan dari sumber, seperti perubahan sikap,
bertambahnya pengetahuan.
Menurut DeVito (1997), komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu
orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh
gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh
tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.
Lingkungan/konteks

Sumber/Komunikator
Komunikan

Efek

Pesan/Informasi

Media

Gambar 2.1

Sintesa variabel pada proses komunikasi dari sudut pandang
komunikan

8
Littlejohn dan Foss (2009b) yang mengkritik model komunikasi Berlo yang
cenderung linier, menjelaskan bahwa komunikasi adalah interaksi simultan terus
menerus dari sejumlah besar variabel, bergerak, berubah, dan dinamis, tidak statis
dan berhenti, tanpa awal atau akhir tetap, yang mana setiap
variabel
memengaruhi setiap variabel yang lain dan pada gilirannya dipengaruhi oleh
variabel lain. Apabila dipandang dari sudut komunikan, maka komunikan dalam
menerima pesan dipengaruhi oleh konteks dan lingkungan terjadinya proses
komunikasi, komunikator sebagai sumber informasinya, pesan yang disampaikan
oleh komunikator, dan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan
tersebut. Sedangkan akibat dari proses tersebut memengaruhi efek atau respon
dari komunikan. Sintesa dari proses komunikasi di atas, dapat digambarkan
sebagai variabel-variabel yang dijelaskan seperti pada Gambar 2.1.
Media Komunikasi
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,
komunikasi elektronik diharapkan dapat melengkapi dan menggantikan
komunikasi tatap muka dengan keunggulan biaya rendah dan meningkatkan
efisiensi dalam banyak situasi. Berbagai pihak menghabiskan banyak usaha,
waktu dan uang untuk memperkenalkan dan memanfaatkan apa yang disebut new
media beberapa di antaranya, surat elektronik (email), videokonferensi, dan
instant messaging.
Media richness theory (MRT) yang diusulkan oleh Richard Daft dan Robert
Lengel di banyak artikel mereka tahun 1986 (Littlejohn & Foss 2009b)
mengajukan hipotesis tentang kapasitas media dalam membawa informasi.
Kapasitas ini meningkat sejauh mana media memenuhi empat kriteria sebagai
berikut,
(1) Kemampuan Umpan balik - kemampuan media memfasilitasi umpan balik
seketika (sinkronisitas) dan klarifikasi masalah selama hubungan itu.
(2) Pemanfaatan Saluran Komunikasi - berbagai isyarat yang difasilitasi oleh
media.
(3) Variasi Bahasa - kemampuan media memfasilitasi keterlibatan angka dan
bahasa alami.
(4) Fokus Pribadi / Sumber - kemampuan media untuk menyampaikan perasaan
dan emosi pribadi dari pihak yang berkomunikasi.
Media Internet
Munculnya teknologi komputer dalam dunia komunikasi merupakan
jawaban dari kriteria kapasitas media yang memenuhi syarat perkembangan
komunikasi dalam MRT yang disebutkan di atas. Computer Mediated
Communication (CMC) atau komunikasi dimediasi komputer menurut Thurlow et
al. (2004) pada dasarnya mengacu pada komunikasi manusia yang dicapai
melalui, atau dengan bantuan teknologi komputer. Teknologi komputer ini
merupakan alat bantu proses komunikasi yang paling lengkap dalam paradigma
media baru (new media).
Dewdney dan Ride (2006) mengungkapkan bahwa media baru terfokus
secara eksklusif pada teknologi komputer sedangkan media lain lebih menekankan
pada bentuk-bentuk budaya dan konteks tempat teknologi digunakan misalnya,

9
seni rupa, film, perdagangan, ilmu pengetahuan. Fokus utama yang dimaksud
adalah internet.
Dalam proses perubahan menjadi media baru ini, komunikasi individu atau
komunikasi sosial terjadi sehingga wawasan baru dan penemuan tentang diri kita
sendiri dan dunia berlangsung. Ini adalah definisi baru yang menekankan sosial
dan budaya serta pentingnya perubahan, sebuah proses yang juga dapat
didefinisikan sebagai pergeseran paradigma dalam cara berpikir.
Menurut Green (2010), istilah internet mencakup, infrastruktur teknologi
saling berhubungan dan jaringan yang mendukung World Wide Web; situs milik
pribadi yang terhubung ke web; sumber dan pembuat perangkat lunak terbuka dan
tertutup (misalnya Firefox, Wikipedia, Internet Explorer, Google); komputer dan
bahasa sehari-hari dalam hal membuat internet diakses orang dari berbagai budaya
dan tingkat kemahiran; email, chatting dan pesan instan; blog dan situs jejaring
sosial (misalnya Facebook); game, komunitas, lingkungan dan dunia (misalnya
World of Warcraft, Second Life); dan banyak hal tentang komunikasi yang
dimediasi secara digital telah masuk menjadi kehidupan sehari-hari.
Dibandingkan dengan teknologi sebelumnya, menurut Cantoni dan Tardini
(2006) internet memiliki kelebihan sebagai berikut:
(1) Internet memungkinkan konvergensi besar dengan media sebelumnya: teks
digital dapat dikombinasikan dengan gambar, suara, film, grafis.
(2) Teks digital dapat diubah dan direproduksi dengan sangat mudah. Namun
dunia elektronik tampaknya sangat rapuh, dukungan fisik tidak kuat,
perangkat keras dan perangkat lunak standar berubah sangat cepat,
membutuhkan peningkatan terus menerus dari setiap koleksi digital.
(3) Internet, seperti banyak teknologi lain, telah diakses oleh kelompok besar
masyarakat, sehingga meningkatkan rasio melek digital yang menjadikan
orang-orang non-profesional pun dapat mengolah dan membuat gambar
digital dan film digital, menulis dan mencetak teks, atau mempublikasikannya melalui internet.
(4) Internet memungkinkan untuk komunikasi dua arah dan multi arah secara
cepat, di tingkat global.
Akses Media Internet
Dimensi penggunaan teknologi baru berangkat dari pemahaman populer
penggunaan teknologi baru dengan mengakui bahwa perbedaan dapat terjadi
antara yang memiliki akses ke internet sebagai teknologi dan mampu mengakses
konten yang berada di dalamnya dan yang tidak. Gagasan bahwa pengaksesan
secara fisik ke komputer sehingga memungkinkan untuk penggunaan internet,
tampaknya mendominasi pemikiran banyak pembuat kebijakan untuk mencari
solusinya. Internet telah mengakar sebagai media komunikasi utama terbukti
seperti dilaporkan Internet World Stats (2012) bahwa jumlah pengguna di Asia
44,8% dari pengguna internet di seluruh dunia. Peringkat jumlah pengguna di
negara-negara Asia dimulai dari China, India, Jepang, dan peringkat keempat
Indonesia dengan jumlah pengguna diperkirakan 55 juta atau 22,1% dari total
penduduk Indonesia. Dibandingkan dengan negara Asia lainnya pengguna internet
di Indonesia 5,1% dari jumlah pengguna di Asia. Peningkatan akses ini
mendorong perkembangan berbagai hal seperti masalah ekonomi, sosial,
pendidikan, dan teknologi internet itu sendiri.

10
Akses memiliki enam pengaruh atau kendala antara lain, pengaruh atau
kendala fisik, kognitif, afektif, ekonomi, sosial dan politik (Rice et al. 2001). (1)
Kendala fisik terutama terdapat pada masalah geografis dan lingkungan, yang
dapat mengarahkan kepada kenyamanan penggunaan dan ketersediaan. Hal ini
dipengaruhi oleh kemampuan fisik, keterbatasan dan letaK georafis suatu tempat.
(2) Kendala kognitif termasuk di dalamnya pemahaman, kesadaran, literasi, dan
keterampilan. Kendala ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, biologis,
dan pengalaman sosial. (3) Kendala afektif adalah sikap, percaya diri,
kenyamanan dan tingkat motivasi. Kendala ini dipengaruhi oleh persepsi
kenyamanan, ketergantungan, dan ketersediaan, serta persepsi terhadap kendali
pada situasi, pengalaman, sumber daya dan kebiasaan. (4) Kendala ekonomi
adalah keuntungan, dan biaya. (5) Kendala sosial terutama masalah norma
budaya, pendidikan, kemampuan dan pengalaman. Kendala ini memengaruhi jenis
informasi yang diakses, yang berhubungan dengan kelas sosioekononomi. (6)
Kendala politik meliputi kekuasaan, kendali, dan partipasi. Kendala ini
memengaruhi kemampuan individu dalam melaksanakan hak politiknya. Hal ini
biasanya dipengaruhi oleh kompetensi berkomunikasi, lingkungan sosial, dan
kesadaran akan haknya. Kendala dan pengaruh di atas cukup lengkap, namun
demikian sesuai dengan perkembangan jaman dan teknologi beberapa kendala
dapat berkurang karena berbagai upaya teknologi dan kebijakan pemerintah yang
berpihak kepada para pengguna internet.
Menurut Bucy dan Newhagen (2004) akses ke media internet dapat dibagi
menjadi empat dimensi. Akses teknologi yang berbicara masalah-masalah
perangkat keras dan infrastruktur serta memiliki dua dimensi, yaitu akses fisik ke
komputer dan akses ke Internet sebagai suatu sistem. Akses konten menyangkut
motivasi untuk menggunakan teknologi informasi dan kemampuan untuk
memproses makna segera setelah pengguna terhubung ke sistem komunikasi.
Akses konten juga memiliki dua dimensi, akses sosial dan kognitif.
(1) Akses sistem merupakan bagian penting di mana Internet berbeda dari
teknologi komunikasi lain, seperti televisi.
(2) Akses fisik memerlukan benar-benar mampu untuk duduk di depan
komputer siap dengan jaringan internet.
(3) Akses sosial adalah terdapatnya kesenjangan, yaitu beberapa kelompok
sosial tertentu atau kelompok yang secara demografis dikecualikan dari
berkembangnya era informasi.
(4) Akses kognitif menggambarkan kemampuan pengguna yang berhadapan
dengan antarmuka komputer dan berbicara tentang bagaimana individu
berorientasi kepada media, proses informasi, dan terlibat dalam pemecahan
masalah ketika menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.
Lebih lanjut Bucy dan Newhagen (2004) menjelaskan bahwa satu arah
aliran informasi dalam sistem media massa mendorong pemodelan akses sebagai
suatu proses linear. Gambar 2.2 menunjukkan bagaimana model ini umumnya
melihat akses teknologi (ditandai dengan cincin terluar) sebagai tahap pertama,
dengan mana pengguna harus mendapatkan koneksi terhadap sistem dan
perangkat keras fisik sebelum maju ke domain akses konten (ditandai dengan
cincin bagian dalam). Dengan media massa seperti koran, pembaca harus
memiliki hard copy untuk mengetahui apa yang wartawan bicarakan, pemirsa
televisi harus memiliki pesawat televisi untuk menonton acara pada waktu

11
tertentu. Dengan internet, pengguna membutuhkan modem atau saluran telepon
dan komputer. Dalam kasus apapun, pada umumnya dapat dikatakan bahwa akses
teknologi adalah linear dalam arti bahwa antarmuka fisik yang dapat dilihat
biasanya komputer pribadi, harus hadir untuk mengakses konten yang berada
dalam sistem informasi yang terhubung.

System

Technological Access

Physical

Content
Access

Social
Cognitive

Access to
Meaning

Cognitive
Social
Physical
System

Gambar 2.2

Akses linier terhadap makna (Bucy & Newhagen 2004)

Pemanfaatan Internet
Dalam konteks pendidikan terutama pada pendidikan tinggi jarak jauh,
tujuan pemanfaatan internet lebih ditekankan pada pemenuhan kebutuhan
informasi, komunikasi yang konvergen antara pendidik dan peserta didik dalam
proses penyampaian ilmu pengetahuan secara formal, wadah bagi para peserta
untuk berdiskusi baik materi ajar maupun administrasi akademik lainnya, serta
komunikasi sosial yang lebih terbuka di antara para mahasiswa yang digunakan
sebagai ajang pengungkapan pribadi maupun kepentingan proses belajar mereka.
Tabel 2.1 Hasil penelitian tentang akses media internet
Masalah
Dampak bervariasinya sosio
ekonomi yang memengaruhi
keputusan rumah tangga
dalam membayar akses
internet (Chaudhuri et al.
2005).
Survei terhadap penggunaan
internet di kalangan
mahasiswa tingkat sarjana
(Omotayo 2006).

Temuan
Penghasilan dan tingkat pendidikan merupakan
prediktor yang paling kuat dalam akses
internet. Memiliki pekerjaan dan masalah
gender tidak berasosiasi dengan akses internet,
dan tarif bulanan internet hanya berdampak
kecil terhadap akses.
Penggunaan internet cukup tinggi terutama di
warung internet. Penggunaan internet tidak
memengaruhi penggunaan perpustakaan.
Masalah umum yang dihadapi mahasiswa

12
Masalah

Perbedaan gender dalam
pengaksesan internet remaja,
motivasi menggunakan, dan
kegiatan online (Lin & Yu
2008)
Hubungan antara penggunaan internet dan prestasi
akademik (Chen & Fu 2009)

Hubungan penggunaan
internet dan sikap terhadap
internet, dan pemanfaatan
akademiknya oleh
mahasiswa Kamboja (Peou
& Lwin 2011).
Pengaksesan teknologi
informasi dan komunikasi
pada petugas penyuluh
pertanian di provinsi Kwara
Nigeria (Omotesho et al.
2012).
Perbandingan keterampilan
penggunaan internet antara
mahasiswa dan instrukturnya
pada Pusat pelatihan guru di
kota Isfahan Iran. (Zamani
2012)

Temuan
adalah lemahnya sinyal penerimaan dari
server dan masalah biaya.
Gap dalam perbedaan gender semakin
menurun. Tidak ada perbedaan gender dalam
motivasi penggunaan internet. Perbedaan
gender nampak pada kegiatan online.
Temuan mengkonfirmasi bahwa penelusuran
informasi melalui online membantu
meningkatkan nilai ujian. Sedangkan internet
yang digunakan sosialisasi dan bermain dan
pengaksesan melalui warung internet
menurunkan performa ujian mereka. Laki-laki
dan perempuan memiliki perbedaan pola dalam
menggunakan internet.
Penggunaan internet untuk tujuan akademik
masih jarang di kalangan mahasiswa. Dugaan
utama biaya adopsi teknologi dan membangun
pendekatan pragmatis untuk menyesuaikan visi
pendidikan menjadi tantangan utama dalam
mengintegrasikan internet ke dalam pendidikan
tinggi di Kamboja.
Penelitian ini menemukan bahwa hambatan
utama dari para penyuluh dalam menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi adalah
biaya tinggi, ketiadaan listrik, kurangnya akses
ke internet, lemahnya ke-mampuan memahami
TIK
Instruktur tidak dapat menyampaikan
pengetahuan komputernya karena antara lain
kurangnya infrastruktur, tidak tersedianya
internet bandwidth yang memadai dan tidak
cukupnya dukungan pada pemecahan masalah
teknis serta tidak cukupnya dukungan finasial
dan dukungan moral.

Bertolak dari pembahasan tentang elemen komunikasi dan teori yang
dipaparkan Bucy dan Newhagen (2004), serta pemanfaatan internet dapat
disintesakan variabel-variabel yang diprediksi terbentuk dari model yang
digunakan dalam penelitian ini. Gambar 2.3 berikut menggambarkan dalam diri
mahasiswa sebagai komunikan terdapat tiga variabel yaitu: perilaku akses
internet, pemanfaatan internet, dan efek dari sikap dan perilaku komunikasi.
Sedangkan bagian luar dari diri komunikan terdiri atas institusi pendidikan
sebagai sumber dan pesan yang diproduksinya, dan lingkungan tempat komunikan
melakukan komunikasi. Lingkungan tempat mahasiswa sebagai komunikan

13
melakukan komunikasi terdiri dari ketersediaan fasilitas yang digunakan sebagai
alat komunikasi.
Institusi Pendidikan

Komunikan/Mahasiswa

Sumber
Informasi

Pesan /
Informasi

Perilaku akses
internet

Efek
komunikasi

Lingkungan
Pemanfaatan
Internet
Faktor Lingkungan

Gambar 2.3 Sintesa berdasarkan elemen komunikasi dan teori akses
Pendidikan Jarak Jauh
Menurut Suparman (1996) pendidikan jarak jauh memiliki pengertian
pendidikan yang ditandai dengan jauhnya jarak antara orang yang belajar baik
dengan pengajar maupun dengan pusat pengelola pendidikan. Dengan adanya
jarak antara mahasiswa dan pengajar serta institusinya itu, sistem ini
mengandalkan kepada media cetak dan audiovisual. Dalam proses belajar,
mahasiswa dituntut untuk dapat belajar mandiri.
Selain kebiasaan membaca, disiplin dan tekun merupakan sikap yang
diperlukan sebagai mahasiswa pendidikan jarak jauh disamping itu juga memiliki
keterampilan mengelola sendiri (Suparman 1996). Apabila diterjemahkan
pengeloaan ini meliputi bagaimana mahasiswa mengelola informasi yang
dibutuhkan, memilih sumber informasi yang representatif serta memilih saluran
komunikasi yang sesuai dengan kondisinya.
Peningkatan jumlah mahasiswa yang meregistrasi juga dibarengi dengan
angka cuti akademik mahasiswa cukup tinggi. Berbagai upaya lembaga
pendidikan jarak jauh untuk meningkatkan efektif dan efisiennya proses
pembelajaran melalui pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi.
Sayangnya pemanfaatan itu belum seiring dengan meningkatnya angka
keberhasilan mahasiswa. Harapan banyak pihak yaitu tingkat keberhasilan yang
baik nampaknya menjadi sorotan berbagai pakar untuk menelitinya. Sebagai
contoh tingkat dropout atau putus kuliah mahasiswa cukup tinggi seperti yang
dilaporkan oleh Pierrakeas et al (2004) yang meneliti mahasiswa Greek Distance
Education University di Yunani. Beberapa faktor penyebab tingginya angka
dropout tersebut adalah karena faktor intrinsik seperti adanya konflik antara
pekerjaan dan kuliah, serta faktor ekstrinsik seperti cara belajar, pendekatan
pendidikan dan pengaruh tutor.

14
Penelitian Yuen et al. (2011) menunjukkan penyebab lain tingginya angk