Sejarah Munculnya Acara “Islam Itu Indah” di TRANS TV

Berdasarkan tabel diatas, maka sebagian besar sajian dakwah agama Islam di televisi menggunakan metode hikmah. Metode ini digunakan dengan mempertimbangkan kemampuan mad’u dengan menggunakan bahasa yang ringan sehingga para audiens sebagai penonton tidak merasa berat dalam menerima ajaran agama Islam. Sedangkan acara dakwah yang lainnya menggunakan metode bil-al-maw’izah al- hasanah yang bertujuan untuk menyentuh hati para jamaah yang hadir maupun yang menonton di rumah.

2.2. Sejarah Munculnya Acara “Islam Itu Indah” di TRANS TV

Ustad Nur Maulana merupakan anak ke empat dari 7 bersaudara pasangan Maulana dan Masyita yang lahir di Makasar, 20 September 1974. Ustad Maulana merupakan guru agama Islam di SD Mangkura, SD Islam Athirah, dan Pesantren An Nahdah di Makassar, Sulawesi Selatan. Selain sebagai pengajar, Ustad juga memberikan ceramah dari rumah ke rumah hingga ke kota-kota lain di Sulawesi. Ustad Maulana sudah mulai ceramah sejak umur 14 tahun saat masih duduk di bangku SMP. Sejak kecil ia sudah bercita-cita menjadi ustad sehingga pendidikan yang ditempuhnya di pondok pesantren. Setelah pendidikannya di pondok pesantren selesai, Maulana mengabdikan diri sebagai guru agama di sekolah dasar dan di pesantren almamaternya. Ustad mengawali dakwahnya dengan berkeliling kampung di Makasar. Kemudian karena gaya dakwahnya yang khas, Ustad sering di undang untuk beberapa acara. Gaya ceramah Ustad Maulana yang khas menarik minat salah seorang jamaah untuk merekam Ustad Maulana saat berceramah dan rekaman tersebut di upload ke situs www.youtube.com. Hingga saat ini Ustad Maulana tidak mengetahui siapa yang mengupload video ceramahnya. Trans TV menemukan Ustad Maulana secara kebetulan ketika Wisnutama Direktur Utama TRANS TV secara tidak sengaja menonton video Ustad Maulana dari rumah ke rumah yang di upload di situs youtube. Kemudian Ustad Maulana diundang ke Jakarta dan diminta mengisi acara yang sudah disiapkan oleh TRANS, yakni “Islam Itu Indah”. Wisnutama tertarik pada penampilan Ustad Maulana yang mampu menyampaikan topik-topik berat namun dengan gaya yang sangat ringan, kocak dan akrab. Meski cara membawakan ceramahnya jenaka, namun tidak mengurangi isi ceramahnya, mudah dipahami dan terkadang pula memunculkan pengetahuan baru. Saat kemunculannya, acara “Islam Itu Indah” hanya ditayangkan seminggu sekali. Karena respon yang diperoleh positif di mana gaya berceramah Ustad Maulana memikat hati banyak pemirsa maka tayangan tersebut diperbanyak menjadi dua kali setiap 1 minggu yaitu pada hari Sabtu dan Minggu. Karena respon yang ditunjukan masyarakat semakin positif kemudian acara “Islam Itu Indah” tayang sebanyak menjadi 4 kali seminggu dan selama Ramadan, Ustad Maulana tampil setiap hari dalam acara Saatnya Kita Sahur bersama komedian dan artis-artis lainnya. Ustad juga tampil di Tabligh Akbar setiap Jumat. Selama ini penceramah di Indonesia terkesan kaku, monoton, dan menggurui. TRANS TV ingin memberikan sesuatu yang berbeda dalam dakwah. Melalui acara “Islam Itu Indah” TRANS TV menyuguhkan sesuatu yang baru, ringan, dan segar di dalam dunia dakwah. Bertahun-tahun mengajar anak TK, SD, dan SMP telah membentuk karakter Ustad Nur Maulana seperti yang nampak saat ini. Dalam menyapa jamaahnya, Ustad Maulana tidak hanya membekali diri dengan ilmu dari pesantren namun ia juga banyak belajar tentang Islam melalui buku-buku, media massa, dan beragam literatur lainnya. Sedangkan humor-humor yang dia selipkan di sela-sela dakwahnya, diperolehnya dengan membaca koran, majalah, dan melihat tayangan televisi. Dakwah yang diselingi humor itu hanya metode dakwah saja karena tujuan utamanya adalah bagaimana jamaah mendapatkan pengetahuan Islam, namun jamaah dan penonton tidak bosan mendengarkannya. Yel khas Ustad Maulan yaitu kata ’’iye’’ merupakan bahasa Makassar yang bermakna ’’iya’’, kata jawaban yang sangat sopan dan santun. Tresnawati, 2011, http:suaramerdeka.comv1 index.phpreadcetak 20110801154601, Ustad Gaul di Layar Kaca Ustad Nur Maulana Memang ’’Iye’’, 21 November 2012.

2.3. Analisis Acara “Islam Itu Indah” di TRANS TV