Persentase Rentang Usia Pedagang Perempuan di Propinsi Riau

TABEL 7 Persentase Rentang Usia Pedagang Perempuan di Propinsi Riau

NO

RENTANG USIA

PERSENTASE

1 20 - 30 tahun

2 31 - 40 tahun

3 41 - 50 tahun

4 51- ke atas

yang mudah menggambarkan bahwa usia pedagang

Secara umum,

dilakukan, tidak terlalu banyak resiko, tidak perempuan berada pada tingkat usia 41 - 50

harus melalui administrasi yang rumit, yang tahun sekitar 43.75%. Hal ini disebabkan

penting adalah niat yang kuat dan karena

berdagang

bagi

perempuan

bersungguh-sungguh

dalam

Dewi Sri Suryanti dkk , Religiusitas Pedagang Perempuan di Pasar Tradisional Propinsi Riau

berusaha/berdagang. Jenis barang yang dipengaruhi oleh keyakinan mereka terhadap didagangkan juga beragam, mulai dari sayur

aturan-aturan agama. Tapi di sisi lain masih mayur, lauk pauk, beras, dll. Sebagian

ada beberapa pedagang perempuan yang pedagang sudah memiliki kios/lapak, tapi

tidak perhatian dengan alat timbangannya, sebagian yang lain belum memiliki

apakah masih berfungsi dengan baik atau kios/lapak.

tidak (entah disengaja entah tidak), sehingga Selanjutnya dalam hal menjalankan

merugikan pembeli yang mendapatkan ibadah keagamaan, pedagang perempuan

barang tidak sesuai dengan takarannya. yang beragama Islam ditemukan sebagian

Dalam hal penetapan harga, mereka dari mereka menjalankan ibadah Shalat

menyesuaikan dengan kondisi harga di (terutama Shalat Zuhur dan Ashar) tepat di

tidak mengambil awal waktu, sebagian yang lain ada yang

pasaran,

dengan

keuntungan yang terlalu tinggi. Masalah menunda

harga bagi mereka merupakan faktor menggantikan menjaga kios, ada juga yang

penentu dari nilai jual-beli barang setiap tidak melaksanakan shalat dengan alasan

harinya, oleh sebab itu, mereka lebih realistis tertentu. Pelaksanaan

terhadap harga-harga di pasaran. Hal ini laksanakan di mesjid, mushalla dan

Shalat

mereka

mereka lakukan dengan prinsip supaya kios/lapak tempat berjualan . Sedangkan

jualan mereka bisa habis dan dapat ditambah untuk shalat selain Zuhur dan Ashar,

dan bertukar kembali setiap harinya. mereka laksanakan di rumah.

Untuk pedagang perempuan yang Sementara itu dalam aktivitas jual-beli,

beragama Kristen, dalam pelaksanaan ibadah terutama pada aspek pelayanan pembeli,

khususnya pada hari Minggu pagi, sebagian mereka melayani sesuai dengan syariat

pergi beribadah ke gereja dan sebagian yang agama, misalnya dalam hal keramahan

lain tidak pergi dengan alasan-alasan melayani pelanggan, tergambar dari cara

tertentu, diantaranya mereka lebih memilih melayani pembeli dengan sapaan yang baik,

berdagang karena pasar pada hari minggu senyum yang tulus dan diselingi dengan

lebih ramai dikunjungi para pembeli. gurauan yang menarik sehingga terjalin rasa

aspek pelayanan kekeluargaan.

Dilihat

dari

pelanggan, mereka melayani dengan baik Kemudian, dalam aspek penimbangan,

dan sedikit tegas, hal ini disebabkan karena para

kultur budaya mereka (mayoritas dari timbangan di hadapan pembeli secara

Sumatera Utara) dalam berkomunikasi transparan, Hal ini dilakukan agar tidak

cenderung dengan logat yang khas. terjadi kecurangan dan juga menimbulkan

Sedangkan pada aspek penimbangan, para rasa puas terhadap pembeli. Hal ini juga

pedagang juga melakukan timbangan di pedagang juga melakukan timbangan di

hadapan pembeli secara transparan, seperti cukup hanya dari penghasilan kepala halnya yang dilakukan oleh pedagang

keluarga (suami) saja. perempuan yang beragama Islam. Masalah

pendidikan dan standarisasi alat timbang juga patut

2. Ketebatasan

keterampilan yang memadai secara dipertanyakan, sebagian menimbang dengan

formal, sehingga menyulitkan bagi alat timbang yang baik dan sebagian yang

mereka untuk dapat terlibat pada lain menggunakan alat timbang yang tidak

aktivitas selain berdagang. baik (misal, alat timbang yang sudah tidak

3. Adanya perasaan dan pemahaman patut digunakan maupun alat timbang yang

bahwa aktivitas berdagang dirasakan sudah di rekayasa oleh si penjual).

sebagai pekerjaan yang tidak begitu besar Untuk yang beragama Hindu, Budha,

tekanannya, jika dibandingkan dengan dan Konghucu yang mayoritas dianut oleh

pekerjaaan pada sektor formal. Etnis Tionghoa, sebelum aktivitas dagang

4. Adanya anggapan bahwa berdagang dilakukan mayoritas mereka terlebih dahulu

merupakan pekerjaan yang tidak berisiko melakukan persembahyangan sesuai dengan

terlalu tinggi. Selain itu juga berdagang tata cara peribadatan agama mereka.

dirasakan sebagai pekerjaan mudah Dalam hal penimbangan barang Etnis

membutuhkan Tionghoa bersikap jujur, kemudian dalam

dilakukan

tanpa

pendidikan formal.

penetapan harga jarang terjadi tawar- Sedangkan secara eksternal, faktor yang menawar, karena mereka sudah menetapkan

menyebabkan pedagang perempuan terlibat harga yang pas sesuai harga pasaran. Prinsip

dalam aktivitas berdagang adalah sebagai pedagang Tionghoa, mereka tidak perlu

berikut;

mengambil untung sebesar-besarnya yang

industrialisasi dalam penting perputaran barang berjalan dengan

1. Paradigma

yang memicu cepat.

pembangunan

pertumbuhan penduduk dan angka Sedangkan yang

di desa tinggi dan keterlibatan

pendapatan di kota yang lebih tinggi aktivitas berdagang dapat terlihat secara

kaum perempuan

dalam

dari pada di desa, sehingga hal ini internal dan eksternal. Adapun secara

menyebabkan masyarakat lebih memilih internal, faktor yang menyebabkan mereka

berdagang sebagai pekerjaan yang terlibat dalam aktivitas berdagang adalah

mudah.

sebagai berikut:

2. Kondisi alam yang tandus, krisis air, dan

1. Adanya dorongan untuk pemenuhan berbukit-bukit menyebabkan berdagang kebutuhan hidup yang dirasa tidak

adalah pilihan yang mudah untuk

Dewi Sri Suryanti dkk , Religiusitas Pedagang Perempuan di Pasar Tradisional Propinsi Riau

dilakukan sebagai

b. Mengingat berdagang merupakan salah menambah pendapatan.

upaya

untuk

satu usaha yang dimuliakan Tuhan Yang Maha Esa dalam memenuhi kebutuhan

KESIMPULAN

ekonomi, maka sepatutnyalah aktivitas Aktivitas berdagang di pasar

ini dilakukan dengan tujuan yang baik tradisional Propinsi Riau banyak dilakukan

serta mengharapkan ridha-Nya. oleh kaum perempuan, dan didominasi oleh

c. Selanjutnya, penelitian ini diharapkan perempuan dengan rentang usia 41-50 tahun.

dilanjutkan dan Mayoritas pedagang perempuan di wilayah

agar

dapat

dikembangkan pada tingkat yang Riau beragama Islam, dan hampir sebagian

lebih tinggi.

besar bersuku Melayu dan Minang. Religiusitas sebagian pedagang perempuan

Endnotes:

di pasar tradisional dapat dikategorikan baik (taat) dan masih ada sebagian yang

1 Arrie Stephanie, Strategi Nafkah Pedagang

dikategorikan kurang baik (kurang taat), ini

Perempuan di sektor informal perkotaan (studi kasus pedagang perempuan di pasar Anyar

dapat dilihat pada pelaksanaan shalat Zuhur

kota Bogor propinsi Jawa Barat). IPB. 2008. h.

dan Ashar tepat waktu atau tidak bagi yang

beragama Islam, pergi beribadah ke gereja

2 Ibid. h. 36

atau tidak bagi yang beragama Kristen,

3 Astuti

dkk.

Prospek Sektor Informal

begitu juga dengan agama lain apakah

Perdagangan

(Studi

kasus perempuan

mereka melaksanakan ibadahnya atau tidak pedagang Pasar Johar Semarang). Lembaga

Penelitian Universitas Diponegoro. 2004. h. 58

saat mereka berdagang, ramah atau tidak

4 Ensiklopedi Islam. 2001. h. 186

dalam melayani pembeli, jujur atau tidak dalam menimbang barang, dll. Keterlibatan 5 Ed. Siti Hariti Sastriani, Woman in Public Sector,

(Yogyakarta: Pusat Studi Wanita Universitas

kaum perempuan dalam berdagang di pasar

Gajah Mada, 2005), h. 255

tradisional dipengaruhi oleh faktor internal

6 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial,

dan eksternal.

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h.

SARAN

a. Kepada pedagang perempuan dalam

7 R. Bogdan dan Taylor, Introduction Qualitative Research Methods , (New York, 1975), h. 4

setiap aktivitas, khususnya dalam hal berniaga atau jual beli hendaklah tetap

berpedoman pada prinsip atau etika

DAFTAR PUSTAKA

dagang yang sesuai dengan ketentuan Al- Qur’an terjemah, Jakarta : Depag.

dan keyakinan agama masing-masing. Arifin, Bey Al-Muhdhor . Ali , Yunus Ustadz dan Dra. Ummu Maslamah Rayes.

marwah , Vol. XV No. 1 Juni Th. 2016

1993, Tarjamah Sunan An- Nasa’iy, jilid

III, Semarang. CV. Asy- Syifa’. Arifin, Bey Al-Muhdhor . Ali , Yunus Ustadz

dan Dra. Ummu Maslamah Rayes. 1993, Tarjamah Sunan An- Nasa’iy, jilid

IV, Semarang. CV. Asy- Syifa’. Arrie Stephanie, 2008, Strategi Nafkah

Pedagang Perempuan di sektor informal perkotaan

perempuan dipasar Anyar kota Bogor Provinsi Jawa Barat) , Bogor: IPB

Astuti, dkk.,, 2004, Prospek Sektor Informal Perdagangan (Studi kasus perempuan pedagang

Universitas Diponegoro R. Bogdan dan S.J. Tylor, 1975, Introduction

Qualitative Research Methods, New York

Ensiklopedi Islam. 2001

Sanapiah Faisal, 2010. Format-format Penelitian Sosial. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Profil Pariwisata Riau , Pekanbaru: Dinas Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata Provinsi Riau

Riau dalam Angka (Riau in Figures) 2010 , 2010, Pekanbaru: BPS Provinsi Riau

Riau Province (Regional Profile & Investment Opportunities) ,

2006,

Pekanbaru:

Promotion and Investment Board Riau Province

Ed . Siti Hariti Sastriani, 2005, Woman in Public Sector , Yogyakarta: Pusat Studi Wanita Universitas Gajah Mada

DR. Sufian Hamim, M.Si, 2003, Sistem Perencanaan

Strategis

dalam

Pembangunan , Pekanbaru: UIR Press Zuhri, Moh. Dipl. Tafl dkk, 1992. Terjemahan

Sunan At-Tirmidzi. Jilid II. Semarang. CV. Asy- Syifa’.

Dokumen yang terkait

Keyword: eksistensi perempuan, politik, gender, legislatif, Provinsi Riau PENDAHULUAN - EKSISTENSI PEREMPUAN PADA LEMBAGA POLITIK FORMAL DALAM MEWUJUDKAN KESETARAAN GENDER (Studi Terhadap Anggota Legislatif di Provinsi Riau)

0 1 23

IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK USAHA NATA DE COCO DAN SYRUP DI KECAMATAN SUKAMULYA KABUPATEN TANGERANG

0 0 7

STREOTIPE GENDER DAN PILIHAN KAREER DI KALANGAN SISWI MADRASAH ALIYAH (MA) DINIYAH PUTERI PEKANBARU RIAU

0 0 29

Kata Kunci : Tingkat Pendapatan, Tingkat Pendidikan dan Perilaku Konsumtif PENDAHULUAN - PENGARUH TINGKAT PENDAPATAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF WANITA KARIR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI RIAU

0 1 26

KAUM PEDAGANG PEREMPUAN DI PASAR BARU, PELALAWAN, RIAU

0 0 17

PENYULUHAN DAN PELATIHAN INTERNET (SURFING, BROWSING, EMAIL) BAGI GURU-GURU DI SMK PASUNDAN TANGERANG

0 0 7

Key Words: Women's empowerment, Entrepreneurship, Skill Training PENDAHULUAN - PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN USAHA MELALUI PELATIHAN KETRAMPILAN MENYULAM PADA USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA SEJAHTERA (UPPKS) SUMBER REZEKI KE

0 0 21

PELATIHAN DAN INSTALASI JARINGAN LAN (LOCAL AREA NETWORK) UNTUK GURU-GURU DI YAYASAN PERGURUAN BIRRUL WAALIDAIN SEMPLAK BOGOR

0 1 5

POLA EDUKASI DALAM SISTEM KEPERCAYAAN DI KALANGAN WANITA HAMIL MASYARAKAT MELAYU KUANTAN SINGINGI RIAU

0 1 16

PENINGKATAN PENGETAHUAN MENGENAI STIMULUS PADA ANAK USIA “GOLDEN AGE” DI KELAS PARENTING TAMAN PAUD UNIVERSITAS ESA UNGGU

0 0 5