Keanekaragaman udang air tawar di danau Kerinci Provinsi Jambi

KEANEKARAGAMAN UDANG AIR TAWAR DI DANAU
KERINCI PROVINSI JAMBI

TAUFIK

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Keanekaragaman
Udang Air Tawar Di Danau Kerinci Provinsi Jambi” adalah karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
Perguruan Tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Maret 2011


Taufik
NIM G352080021

ABSTRACT
TAUFIK. Biodiversity of Freshwater Prawns in Lake Kerinci Jambi Province.
Supervised by ACHMAD FARAJALLAH and DAISY WOWOR.
Freshwater prawn is a crustacean member which has an important role in
maintaining the balance of freshwater ecosystem. The study of freshwater prawn
was conducted in Lake Kerinci, Jambi Province. The aim of this research was to
study the diversity of the freshwater prawn in the Lake Kerinci. The sampling was
conducted at 10 stations around the lake. Each station was sampled for 60
minutes, with a length of 10 meter along the edge of the lake. There were 3
species of freshwater prawn found in the Lake Kerinci, i.e., Macrobrachium
lanchesteri (289 specimen), M. pilimanus (39 specimens), and M. sintangense (10
specimens). The highest diversity index from the 10 observed stations was 0.96
and the lowest was 0. The highest diversity index was found in varied habitat,
while the lowest diversity index was found in one type habitat. Macrobrachium
lanchesteri, the dominant species, was mainly found in slow water current, open
area, and area occupied with water plants. Macrobracium pilimanus was found in
rocky habitat with fast water current, while M. sintangense was found in shallow

muddy water with slow water current and sandy substrate.
Keywords: diversity, freshwater prawn, Macrobrachium, Lake Kerinci, Jambi

RINGKASAN
TAUFIK. Keanekaragaman Udang Air Tawar di Danau Kerinci Provinsi Jambi.
Dibimbing oleh ACHMAD FARAJALLAH dan DAISY WOWOR.
Udang air tawar merupakan anggota Crustacea yang memiliki peranan
penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan tawar. Informasi
mengenai udang tawar yang menempati ekosistem danau di Indonesia belum
banyak dilaporkan. Penelitian mengenai keanekaragaman udang air tawar di
Danau Kerinci Provinsi Jambi sampai saat ini belum dilakukan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mempelajari keanekaragaman udang air tawar di
Danau Kerinci Provinsi Jambi.
Pengambilan sampel udang air tawar dilakukan di 10 stasiun sekeliling
Danau Kerinci. Pengambilan sampel menggunakan jaring tangan “pesat”
berukuran panjang 1 meter dan lebar 0,5 meter, dengan ukuran mata jaring 0,3 x
0,3 cm. Pada setiap stasiun, penangkapan udang dilakukan selama 60 menit
dengan panjang wilayah sampling 10 meter mengikuti garis pantai.
Penelitian telah berhasil menemukan tiga spesies udang air tawar, yaitu
Macrobrachium lanchesteri (289 spesimen), M. pilimanus (39 spesimen), dan M.

sintangense (10 spesimen). Indek keanekaragaman udang air tawar tertinggi
(0.96) diperoleh pada stasiun VIII, yang dicirikan dengan habitat air yang tidak
mengalir dengan substrat berlumpur, air yang mengalir lambat, air yang mengalir
deras dan substrat berbatu; sedangkan yang terendah (0) diperoleh pada stasiun I,
III, IV, V, dan VI, dicirikan dengan tipe habitat air yang tidak mengalir.
Indeks kemerataan berkisar antara 0 sampai dengan 0,95. Indeks kemerataan
tertinggi terdapat di stasiun VII yaitu 0,95. Indeks kemerataan terendah terdapat di
stasiun I, III, IV, V dan VI. Rendahnya Indeks kemerataan ini menunjukkan
bahwa ada spesies tertentu yang mendominasi stasiun-stasiun penelitian tersebut,
yaitu M. lanchesteri.
Indeks dominansi berkisar antara 0,43 sampai dengan 1. Indeks dominansi
tertinggi terdapat pada stasiun I, III, IV, V dan VI yaitu 1. Hal ini disebabkan
hanya spesies yang ditemukan stasiun-stasiun tersebut yaitu M. lanchesteri.
Indeks dominansi terendah terdapat pada stasiun VIII yaitu 0,43.
Spesies dominan M. lanchesteri banyak diperoleh pada air yang tidak
mengalir, tempat terbuka, persawahan dan pada tumbuhan air. Macrobrachium
pilimanus diperoleh pada habitat berbatu dan air yang mengalir deras atau habitat
berbatu di air yang tidak mengalir, sedangkan M. sintangense diperoleh pada
habitat berlumpur yang airnya mengalir lambat.
Data ini merupakan data awal keanekaragaman udang air tawar di Danau

Kerinci Provinsi Jambi. Data ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi
pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan dalam pengelolaan Danau Kerinci
dengan baik, untuk menjaga keseimbangan ekosistem di Danau Kerinci Provinsi
Jambi agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Kata kunci: keanekaragaman, udang air tawar, Macrobrachium, Danau Kerinci,
Jambi

Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

KEANEKARAGAMAN UDANG AIR TAWAR DI DANAU
KERINCI PROVINSI JAMBI


TAUFIK

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Biosains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si

Judul Tesis : Keanekaragaman Udang Air Tawar di Danau Kerinci Provinsi Jambi
Nama
: Taufik
NIM
: G352080021


Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Achmad Farajallah, M.Si.
Ketua

Dr. Ir. Daisy Wowor, M.Sc.
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Biosains Hewan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Bambang Suryobroto

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr


Tanggal Ujian : 22 Maret 2011

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah dalam bentuk Tesis ini dapat
diselesaikan. Tesis ini berjudul “Keanekaragaman Udang Air Tawar di Danau
Kerinci Provinsi Jambi”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan
yang tinggi kepada Dr. Ir. Achmad Farajallah, M.Si dan Dr. Ir. Daisy Wowor,
M.Sc selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan
demi terwujudnya tesis ini, serta Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si yang telah memberikan
komentar dan saran untuk kesempurnaan tesis ini.
Terima kasih disampaikan kepada staf pengajar Departemen Biologi IPB
atas diskusi dan dukungannya, kepada Rektor Universitas Jambi, Dekan FKIP
UNJA dan seluruh jajarannya atas kesempatan yang telah diberikan kepada
penulis selama melaksanakan studi S2, kepada DIKTI yang telah memberikan
beasiswa BPPS selama 2 tahun.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada laboran bagian Fungsi dan

Perilaku Hewan Biologi FMIPA IPB, staf peneliti LIPI, dan seluruh teman-teman.
Secara khusus terima kasih disampaikan kepada ibunda Yusnidar, ayahanda
Zainal, kakak dan adik-adikku serta seluruh keluarga atas do’a dan kasih sayang
kepada penulis. Terima kasih kepada istri tercinta Futri Dwi Utami dan anak
tersayang Khairunnisa Salsabila atas do’a dan dorongan semangat demi
kesuksesan penulis.
Semoga Tesis ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
Biologi.

Bogor, Maret 2011

Taufik

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pulau Tengah Kerinci pada tanggal 30 Juli 1978 dari
pasangan Bapak Zainal dan Ibu Yusnidar. Penulis merupakan anak ketiga dari
delapan bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Biologi, Fakultas
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang,
lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2008 penulis mendapat kesempatan
melanjutkan studi S2 di Program Studi Biologi, Sekolah Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor, dengan beasiswa dari Direktorat Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia melalui beasiswa BPPS.
Penulis bertugas menjadi staf pengajar di Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan PMIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi
sejak tahun 2006 sampai sekarang. Penulis menikah pada bulan Desember 2008
dengan Futri Dwi Utami dan telah dikaruniai satu orang putri Khairunnisa
Salsabilla.

x

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan penelitian ................................................................................................. 2

Manfaat Penelitian .............................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
Klasifikasi Udang Air Tawar .............................................................................. 3
Peranan Udang Air Tawar dalam Ekosistem ...................................................... 3
Morfologi Udang Air Tawar ............................................................................... 4
Siklus Hidup Udang Air Tawar........................................................................... 4
Penyebaran Udang Air Tawar ............................................................................. 5
Geografi Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi ..................................................... 6
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 9
Waktu dan Tempat .............................................................................................. 9
Metode................................................................................................................. 9
Analisis Data ..................................................................................................... 10
HASIL ................................................................................................................... 12
Identifikasi udang air tawar ............................................................................... 12
Keragaman spesies antar stasiun ....................................................................... 15
Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Kemerataan (E) dan Dominansi (D) .... 15
Karakteristik Habitat ......................................................................................... 16
Kondisi Fisika dan Kimia Perairan ................................................................... 21
PEMBAHASAN ................................................................................................... 24
Spesies yang diperoleh pada saat penelitian ..................................................... 24

Zoogeografi Udang Air Tawar .......................................................................... 25

xi
Spesies invasive udang air tawar di Danau Kerinci .......................................... 25
Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Kemerataan (E) dan Dominansi (D) .... 27
Karakteristik Habitat ......................................................................................... 28
Kondisi Fisika dan Kimia Perairan ................................................................... 29
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 32
Simpulan ........................................................................................................... 32
Saran .................................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33
LAMPIRAN .......................................................................................................... 36

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Spesies udang air tawar yang ditemukan pada tiap stasiun pada saat
penelitian………………………………………………………………..15
Tabel 2 Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Kemerataan (E) dan Dominansi (D)
udang air tawar pada tiap stasiun penelitian. .......................................... 16
Tabel 3 Karakteristik Habitat setiap stasiun penelitian. ....................................... 23
Tabel 4 Kondisi Fisika dan Kimia Perairan. ........................................................ 22
Tabel 5 Hasil uji korelasi indeks keanekaragaman (H’) dan kondisi fisika-kimia
perairan………………………………………………………………….31

xiii

DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1 Salah satu morfologi udang air tawar.. .................................................. 4
Gambar 2 Siklus hidup udang air tawar ................................................................. 5
Gambar 3 Peta Kabupaten Kerinci . ....................................................................... 8
Gambar 4 Peta Danau Kerinci Provinsi Jambi .................................................... 10
Gambar 5 Macrobrachim lanchesteri. ................................................................. 13
Gambar 6 Macrobrachim pilimanus. ................................................................... 13
Gambar 7 Macrobrachim sintangense. ................................................................ 13
Gambar 8 Rostrum M. lanchesteri………………………………………………14
Gambar 9 Karpus periopoda kedua M. lanchesteri. ............................................ 14
Gambar 10 Rostrum M. pilimanus……………………………………………....14
Gambar 11 Karpus periopoda kedua M. pilimanus. ............................................. 14
Gambar 12 Rostrum dan Karpus periopoda kedua M. sintangense. .................... 14
Gambar 13 Habitat stasiun I. ................................................................................ 16
Gambar 14 Habitat stasiun II. .............................................................................. 17
Gambar 15 Habitat stasiun III. ............................................................................. 17
Gambar 16 Habitat stasiun IV. ............................................................................. 18
Gambar 17 Habitat stasiun V. .............................................................................. 18
Gambar 18 Habitat stasiun VI. ............................................................................. 19
Gambar 19 Habitat stasiun VII. ........................................................................... 19
Gambar 20 Habitat stasiun VIII. .......................................................................... 20
Gambar 21 Habitat stasiun IX. ............................................................................. 20
Gambar 22 Habitat stasiun X. .............................................................................. 21

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1 Kunci identifikasi spesies udang air tawar Macrobrachium di Danau
Kerinci……………………………………………………………...37
Lampiran 2 Danau Kerinci. .................................................................................. 37
Lampiran 3 Jaring tangan “pesat”. ....................................................................... 37
Lampiran 4 Penyebaran udang air tawar di Danau Kerinci. ................................ 38
Lampiran 5 Plot korelasi indeks keanekaragaman (H’) dengan faktor fisika dan
kimia perairan……………………………………………………...39

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Udang air tawar dikelompokkan dalam subfilum Crustacea, kelas
Malacostraca, ordo Decapoda, yang terdiri dari famili Palaemonidae, Atyidae dan
Alpheidae (Holthuis 1980). Udang air tawar di Indonesia didominasi oleh dua
famili, yaitu Palaemonidae dan Atyidae. Anggota famili Palaemonidae yang
paling banyak ditemukan di Indonesia adalah dari genus Macrobrachium
(Holthuis 1980).
Sebagai bagian dari ekosistem perairan tawar, udang air tawar berperanan
dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Udang air tawar berfungsi sebagai salah
satu rantai makanan (Wowor et al. 2009). Selain itu, udang air tawar merupakan
mangsa dari hewan akuatik yang lebih besar, seperti ikan. Wowor (29 November
2010, komunikasi pribadi), juga menjelaskan bahwa jika udang air tawar tidak
terdapat di perairan, perairan akan mengalami pembusukan yang dapat
meningkatkan zat amoniak dan bersifat racun, yang secara langsung dapat
mempengaruhi kehidupan hewan perairan lainnya .
Dahuri (2004), menyatakan bahwa pencemaran dapat berasal dari limbah
yang dibuang oleh berbagai kegiatan pembangunan pemukiman. Abdullah (1992),
melaporkan bahwa pencemaran di perairan disebabkan oleh kegiatan industri dan
rumah tangga yang membuang limbahnya secara tidak terkontrol ke perairan. Hal
ini dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan ekosistem
danau dan terhadap spesies udang air tawar.
Kelangsungan hidup suatu populasi jenis udang air tawar, tergantung pada
karakteristik habitat dan kondisi lingkungan. Menurut Supriharyono (2000),
kondisi lingkungan yang bervariasi menyebabkan organisme yang hidup di
perairan tersebut memiliki kekhasan pula.
Sebagai bagian dari habitat perairan tawar di Sumatera, Danau Kerinci
merupakan danau vulkanik, yang terdapat dalam kawasan Taman Nasional
Kerinci Seblat (TNKS) (Giesen dan Sukotjo 1991).

UI (1979), melaporkan

bahwa Danau Kerinci memiliki keanekaragaman fauna yaitu ditemukan 18
spesies ikan air tawar. Di Danau Kerinci bagian utara ditemukan 13

2
spesies Molusca (Hamidah 2000). Namun sampai saat ini belum ada penelitian
tentang keanekaragaman udang air tawar di Danau Kerinci. Untuk itu perlu
dilakukan penelitian tentang keanekaragaman udang air tawar di Danau Kerinci
Provinsi Jambi.

Tujuan penelitian
Penelitian ini adalah untuk mempelajari keanekaragaman spesies udang air
tawar yang ada di Danau Kerinci Provinsi Jambi.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini merupakan data awal keanekaragaman udang air tawar
di Danau Kerinci Provinsi Jambi. Data ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi
pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan dalam pengelolaan Danau Kerinci
dengan baik, untuk menjaga keseimbangan ekosistem agar dapat dimanfaatkan
secara berkelanjutan.

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Udang Air Tawar
Secara garis besar Crustacea dibagi menjadi enam kelas, yaitu
Branchiopoda, Cephalocarida, Malacostraca, Maxillopoda, Ostracoda dan
Remipedia (Martin 2001). Crustacea mempunyai ciri-ciri rangka luar yang keras
(eksoskeleton) dan anggota tubuh yang beruas-ruas. Crustacea pada umumnya
hidup di air, sebagian besar hidup di laut dan sebagian lagi hidup di air tawar
(Holthuis 1980).
Klasifikasi Udang Udang Air Tawar (Holthuis 1980)
Filum

: Arthropoda

Sub filum

: Crustacea

Kelas

: Malacostraca

Ordo

: Decapoda

Famili

: Palaemonidae, Atyidae dan Alpheidae

Crustacea yang mempunyai anggota spesies terbanyak dan sudah banyak
dikenal adalah kelas Malacostraca (Richter dan Scholtz 2001). Salah satu ordo
dari Malacostraca adalah Decapoda, yang mempunyai 10 pasang kaki yang terdiri
dari lima pasang periopoda pada bagian dada dan lima pasang pleoipoda pada
bagian abdomen, contohnya udang dan kepiting (Martin 2001). Decapoda air
tawar yang terdapat di Indonesia terdiri dari tiga famili yaitu Palaemonidae,
Atyidae dan Alpheidae . Udang air tawar dari famili Palaemonidae terdiri atas
beberapa genus, yaitu Palaemon, Exopalaemon Leptocarpus dan Macrobrachium
(Holtuis 1980).

Peranan Udang Air Tawar dalam Ekosistem
Udang air tawar mempunyai peranan yang penting dalam menjaga
keseimbangan ekosistem. Udang air tawar berfungsi sebagai makanan bagi hewan
akuatik yang lebih besar, seperti ikan. Udang air tawar juga berfungsi sebagai
pemakan bangkai dan detritus di sungai, kolam dan danau (Wowor et al. 2009).
Udang air tawar juga memiliki nilai ekonomi yang penting dalam
meningkatkan taraf hidup nelayan. Udang air tawar yang paling dikenal memiliki

4
nilai ekonomi tinggi adalah udang galah (M. rosenbergii) dan udang ini telah
dapat dibudidayakan di tambak-tambak (Sandifer et al. 1975).
Pelestarian keanekaragaman udang air tawar adalah sangat penting agar
keseimbangan ekosistem dapat dipertahankan dan dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan. Keberadaan berbagai jenis udang air tawar dalam suatu perairan
umum menunjukkan kualitas kondisi lingkungan perairan tersebut.

Morfologi Udang Air Tawar
Udang air tawar memiliki tubuh yang tertutup oleh kerangka luar yang keras
disebut eksoskeleton. Udang air tawar mempunyai ciri-ciri badan bersegmen,
kepala dan dada bersatu; kepala ditutupi oleh cangkang kepala yang ujungnya
meruncing disebut rostrum; di bagian kepala dan dada terdapat anggota tubuh
lainnya yang berpasang-pasangan yaitu mata, antennule, scaphocerite, antenna,
tiga pasang maksilliped dan lima pasang periopoda; bagian abdomen terdapat
lima pasang pleoipoda dan satu pasang uropoda, serta bagian belakang telson
(Martin 2001) (Gambar 1).

Gambar 1 Salah satu morfologi udang air tawar (Cai & Ng 2004).

Siklus Hidup Udang Air Tawar
Berdasarkan siklus hidupnya udang air tawar dapat dibedakan menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama adalah udang air tawar yang dapat menyelesaikan
seluruh siklus hidupnya di air tawar. Udang kelompok pertama ini umumnya
memiliki ukuran telur yang relatif besar dan pada saat menetas larvanya sudah

6
Udang air

tawar

yang memiliki

penyebaran

luas

adalah

genus

Macrobrachium yang terdiri atas 240 spesies yang sudah dideskripsikan (Grave et
al. 2008). Sekitar 100 spesies anggota Macrobrachium diperoleh di Asia
Tenggara dan Asia Timur. Udang ini menghuni habitat air tawar yang bervariasi,
yaitu kolam, danau, rawa dan sungai (Wowor et al. 2004).
Diantara genus Macrobrachium yang memiliki penyebaran luas adalah M.
lanchesteri, M. pilimanus dan M. sintangense. Menurut Chong dan Khoo (1988),
M. lanchesteri tersebar di Thailand dan Malaysia, M. pilimanus ditemukan di
Malaysia, Sumatera, Jawa dan Borneo sedangkan M. sintangense ditemukan di
Thailand, Sumatera, Jawa dan Borneo. Menurut Wowor et al. (2009), M.
lanchesteri telah tersebar di Myanmar, Singapura, Sumatera, Borneo dan Jawa,
sedangkan M. pilimanus ditemukan di Sumatera, semenanjung Malaysia, dan M.
sintangense diperoleh di Thailand, Jawa dan Borneo.

Geografi Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi
Kabupaten Kerinci beriklim tropis dengan luas 4.200 Km2. Secara geografi
Kabupaten Kerinci terletak antara antara 1°40’ LS - 2°26’ LS dan 101°08’ BT 101°50’ BT, dan secara administratif Kabupaten Kerinci merupakan salah satu
Kabupaten dalam Provinsi Jambi. Batas wilayah Kabupaten Kerinci adalah
sebagai berikut:
Sebelah Utara

:Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat

Sebelah Selatan :Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi
Sebelah Timur :Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi
Sebelah Barat

:Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu dan
Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat.

Danau Kerinci merupakan danau vulkanik yang terdapat di dalam kawasan
Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Secara geografis Danau Kerinci terletak
di antara 2°07’ LS - 2°11’ LS dan 101°26’ BT - 101°31’ BT. Danau Kerinci
mempunyai luas 4.600 ha, berada pada ketinggian 783 m di atas permukaan laut.
Danau Kerinci memiliki inlet Sungai Batang Merao dan outlet Sungai Batang
Merangin (Gambar 3) dan merupakan danau terbesar kedua yang terdapat di

7
Sumatera setelah Danau Toba (Giesen & Sukotjo 1991).

Mereka juga

menyebutkan bahwa Danau Kerinci merupakan sumber perikanan bagi
masyarakat Kerinci, yaitu sebagai tempat pemeliharaan ikan di keramba,
pengendali banjir dan irigasi untuk pertanian.
Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) ditetapkan sebagai calon Taman
Nasional pada tanggal 4 Oktober 1982 dalam kongres Taman Nasional sedunia
dan diperkuat oleh surat keputusan Menteri Pertanian No.786/Mentan/1982.
Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) merupakan penggabungan dari kawasankawasan cagar alam Inderapura dan Bukit Tapan, Suaka Marga Satwa Rawasa
Huku Lakitan, Bukit Kayu Embun dan Gedeang Seblat, DAS Batang Hari, DAS
Sungai Musi dan DAS wilayah Pesisir Barat. Secara resmi TNKS ditetapkan
menjadi Taman Nasional berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan No.
1049/KPTS-II/1992 pada tanggal 12 November 1992. Berdasarkan Undangundang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam hayati dan
Ekosistem, TNKS sebagai Kawasan Konservasi mempunyai tiga fungsi pokok,
yaitu Perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan sumber plasma
nutfah dan menunjang pemanfaatan sumber daya alam yang lestari dan
berkesinambungan (Novra 2007).
Danau ini berjarak 25 km dari ibu kota Kabupaten Kerinci, sedangkan
dengan ibu kota Provinsi Jambi sekitar 456 km dan jauh dari perairan laut. Pada
saat ini di sekitar Danau Kerinci sudah dikembangkan sebagai tempat wisata,
pemukiman penduduk serta lahan pertanian. Berbagai perkembangan tersebut di
atas dapat menyebabkan perubahan keseimbangan ekosistem perairan Danau
Kerinci (Dinas Pariwisata kabupaten kerinci 2001).

8

Gambar 3 Peta Kabupaten Kerinci (http//maps.google.co.id/maps?hl=id&ab=wt).
Keterangan : A Lokasi penelitian Danau Kerinci

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Oktober 2010.
Penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Februari 2010, pengambilan sampel
penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2010. Pengambilan sampel
dilakukan di Danau Kerinci Provinsi Jambi. Identifikasi sampel dilakukan pada
bulan September sampai Oktober 2010 di Laboratorium Zoologi, Departemen
Biologi, FMIPA Institut Pertanian Bogor dan Bidang Zoologi, Pusat Penelitian
Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Cibinong.

Metode
Berdasarkan penelitian pendahuluan pada bulan Februari 2010 di Danau
Kerinci Provinsi Jambi, ditetapkan 10 stasiun untuk pengambilan sampel. Stasiun
I (dekat daerah berpasir dengan eceng gondok, Eichornia crassipes), stasiun II
(eceng gondok, E. crassipes), stasiun III (Bakung air, Hanguana malayana) dan
(eceng gondok, E. crassipes), stasiun IV (daerah perikanan dengan eceng gondok,
E. crassipes), stasiun V (dekat dengan persawahan), stasiun VI (dekat dengan
perumahan), stasiun VII (dekat perumahan dan di pinggirnya terdapat batu besar),
stasiun VIII (Batang Merangin, outlet), stasiun IX (tempat wisata dan di
pinggirnya terdapat batu besar) dan stasiun X (Batang Merao, inlet) (Gambar 4).
Sampel dikumpulkan dengan jaring tangan, yang secara lokal disebut
"pesat". Jaring berukuran panjang 1 m, lebar 0,5 m, dan mata jaring 0,3 x 0,3 cm.
Pada setiap stasiun, sampel dikumpulkan selama 60 menit dengan panjang daerah
sampling 10 m di sepanjang pinggir danau. Pengambilan sampel pada setiap
stasiun dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pagi, siang dan sore. Sampel yang
diperoleh dimasukkan ke dalam botol sampel dan kemudian diawetkan dalam
alkohol 70% serta diberi label. Selanjutnya sampel diidentifikasi menggunakan
kunci identifikasi Wowor (2004). Pengamatan struktur morfologi sampel
dilakukan dengan mikroskop stereo.
Pada setiap lokasi pengambilan sampel dilakukan pengukuran kondisi fisika
dan kimia perairan. Kondisi fisika yang diukur adalah kedalaman dan kecerahan.

10
Kedalaman diukur dengan tali berskala dan kecerahan diukur dengan secchi
disk. Kondisi kimia yang diukur adalah pH, pH diukur dengan pH meter.
Pengukuran kondisi fisika kimia dilakukan tiga kali setiap stasiun yaitu pagi,
siang dan sore.

S. Batang Merao (inlet)

S.Batang Merang
(outlet)

Gambar 4 Peta Danau Kerinci Provinsi Jambi (Pemda Kabupaten Kerinci 2010).
I – X Stasiun penelitian, I Semerap , II Koto Tuo, III Koto Dian, IV Telago, V
Jujun, VI Keluru,VII Tanjung batu, VIII Batang Merangin (outlet), IX
Sanggarang agung, X Batang Merao (inlet).

Analisis Data
Ukuran-ukuran

keragaman

per

stasiun

dianalisis

dengan

indeks

keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks kemerataan (Evenness) dan indeks
dominansi Simpson (Magurran 1987). Data hasil rata-rata tiga pengukuran
kondisi fisika dan kimia perairan dianalisis dengan menggunakan program R
(Everitt & Hothorn 2006). Indeks keanekaragaman, indeks kemerataan dan indeks
dominansi dihitung dengan rumus:

11

a. Indeks Keanekaragaman
s
H’ = - ∑pi ln pi
i=1

Keterangan :
H’= Indeks keanekaragaman
s = Jumlah spesies
pi = ni/N
ni = Jumlah individu ke-i
N = Jumlah total individu

b. Indeks kemerataan (Evenness)
H’
E=
Ln S

Keterangan :
H’=Indeks keanekaragaman
S = Jumlah spesies

c. Indeks Dominansi

Keterangan :
D = Indeks dominansi
s = Jumlah spesies
pi = ni/N
ni = Jumlah individu ke-i
N = Jumlah total individu

s

D = ∑ (pi)2
i=1

HASIL
Identifikasi udang air tawar
Semua udang air tawar yang diperoleh di Danau Kerinci bisa
dikelompokkan dalam genus Macrobrachium. Ada tiga spesies yang diperoleh
yaitu M. lanchesteri, M. pilimanus, dan M. sintangense (Gambar 5-7). Panjang
maksimal udang air tawar yang diperoleh adalah 5 cm.
Perbedaan morfologi pada ketiga spesies ini terdapat pada bentuk rostrum
dan karpus pada periopoda kedua. Rostrum pada M. lanchesteri giginya tidak
tersebar merata dan pada ujung rostrum ada bagian yang tidak bergigi (Gambar 8),
M. pilimanus gigi rostrum tersebar merata dan tidak ada bagian yang tidak bergigi
(Gambar 9) dan M. sintangense gigi rostrum tersebar merata dan tidak ada bagian
yang tidak bergigi (Gambar 10). Karpus periopoda kedua M. sintangense
berbentuk panjang langsing dan karpusnya lebih pendek dari chela (Gambar 10).
M. lanchesteri berbentuk panjang langsing, dan karpusnya lebih panjang dari
chela (Gambar 11) dan pada M. pilimanus berbentuk seperti cangkir (Gambar 12).

13

Gambar 5 Macrobrachium lanchesteri.

Gambar 6 Macrobrachium pilimanus.

Gambar 7 Macrobrachium sintangense.

14

Rostrum

Chela
Karpus

Gambar 8 Rostrum M. lanchesteri.

Gambar 11 Karpus periopoda
kedua M. lanchesteri.

Karpus

Rostrum

Gambar 9 Rostrum M. pilimanus.

Gambar 12 Karpus periopoda kedua
M. pilimanus.

Rostrum

Karpus

Chela

Gambar 10 Rostrum dan Karpus periopoda kedua M. sintangense.

15
Keragaman spesies antar stasiun
Jumlah spesies tertinggi terdapat di stasiun VIII dan X, yaitu tiga spesies;
sedangkan jumlah spesies yang terendah terdapat di stasiun I, III, IV, V dan VI
yaitu satu spesies. Jumlah individu tertinggi terdapat di stasiun IV, yaitu 75
individu; sedangkan yang terendah terdapat di stasiun VII, yaitu 14 individu
(Tabel 1).
Ketiga spesies udang air tawar Macrobrachium bisa diperoleh di stasiun
VIII dan X. Macrobrachium

lanchesteri bisa diperoleh pada semua stasiun,

sedangkan M. pilimanus diperoleh di stasiun VII, VIII, IX dan X. Macrobrachium
sintangense diperoleh di stasiun II, VIII dan X (Tabel 1) (Lampiran 4).

Tabel 1 Spesies udang air tawar yang ditemukan pada tiap stasiun pada saat
penelitian
Spesies

Jumlah Tiap Stasiun

Jum

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

X

lah

Macrobrachium lanchesteri

36

46

36

75

29

17

5

20

6

19

289

Macrobrachium pilimanus

0

0

0

0

0

0

9

8

12

10

39

Macrobrachium sintangense

0

3

0

0

0

0

0

6

0

1

10

Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Kemerataan (E) dan Dominansi (D)
Indeks keanekaragaman berkisar antara 0 sampai dengan 0,96. Indeks
keanekaragaman tertinggi terdapat di stasiun VIII yaitu 0,96, sedangkan yang
indeks keanekaragaman terendah terdapat di stasiun I, III, IV, V dan VI yaitu 0
(Tabel 2).
Indeks kemerataan berkisar antara

0 sampai dengan 0,95. Indeks

kemerataan tertinggi terdapat di stasiun VII yaitu 0,95. Indeks kemerataan
terendah terdapat di stasiun I, III, IV, V dan VI (Tabel 2).
Indeks dominansi berkisar antara 0,43 sampai dengan 1. Indeks dominansi
tertinggi terdapat pada stasiun I, III, IV, V dan VI yaitu 1. Indeks dominansi
terendah terdapat pada stasiun VIII yaitu 0,43, pada stasiun ini tidak ada spesies
yang dominan (Tabel 2).

16
Tabel 2 Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Kemerataan (E) dan Dominansi (D)
udang air tawar pada tiap stasiun penelitian.
Parameter

Stasiun penelitian

Indeks
danau

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

X

H’

0

0,23

0

0

0

0

0,65

0,96

0,64

0,77

0.49

E

0

0,33

0

0

0

0

0,94

0,87

0,92

0,69

0.44

D

1

0,89

1

1

1

1

0,54

0,43

0,56

0,51

0.75

Karakteristik Habitat
Pada penelitian ini M. lanchesteri diperoleh pada air yang tidak mengalir,
perairan terbuka dan pada tumbuhan air di pinggir danau. Macrobrachium
pilimanus diperoleh pada air yang mengalir deras dan substrat berbatu atau air
tidak mengalir dengan substrat berbatu, sedangkan M. sintangense diperoleh pada
habitat air yang mengalir lambat (Tabel 3). Karakteristik habitat antar stasiun pada
lokasi penelitian di Danau Kerinci adalah:

Stasiun I
Pada stasiun ini airnya tidak mengalir. Di pinggirnya terdapat eceng gondok
(Eichornia crassipes) dengan substrat berlumpur (Gambar 13).

Gambar 13 Habitat stasiun I.

17
Stasiun II
Stasiun ini airnya tidak mengalir dan mengalir lambat, terdapat sungai kecil.
Di pinggir danau terdapat eceng gondok (E. crassipes) dan tumbuhan air lainnya
dengan substrat berlumpur (Gambar 14).

Gambar 14 Habitat stasiun II.
Stasiun III
Stasiun ini airnya tidak mengalir, dekat dengan daerah persawahan. Di
pinggirnya banyak terdapat bakung air (Hanguana malayana) dan eceng gondok
(E. crassipes) dengan substrat berlumpur (Gambar 15).

Gambar 15 Habitat stasiun III.

18
Stasiun IV
Stasiun ini airnya tidak mengalir, daerah ini terdapat keramba apung,
sebagai sumber perikanan bagi penduduk. Di pinggirnya terdapat eceng gondok
(E. crassipes) dengan substrat berlumpur (Gambar 16).

Gambar 16 Habitat stasiun IV.
Stasiun V
Stasiun ini airnya tidak mengalir, dekat dengan daerah persawahan
penduduk. Di pinggirnya banyak terdapat eceng gondok (E. crassipes) dengan
substrat berlumpur (Gambar 17).

Gambar 17 Habitat stasiun V.

19
Stasiun VI
Pada stasiun ini, airnya tidak mengalir, dekat dengan perumahan penduduk,
banyak terdapat sampah dari limbah rumah tangga. Di pinggirnya terdapat eceng
gondok (E. crassipes) dengan substrat berlumpur (Gambar 18).

Gambar 18 Habitat stasiun VI.
Stasiun VII
Pada stasiun ini airnya tidak mengalir, banyak terdapat batu-batu besar. Di
pinggirnya terdapat sedikit eceng gondok

(E. crassipes) dan tumbuhan air.

Stasiun ini dekat dengan perumahan penduduk (Gambar 19).

Gambar 19 Habitat stasiun VII.

20
Stasiun VIII
Stasiun ini merupakan outlet dari Danau Kerinci yang memiliki tipe habitat
bervariasi, air tidak mengalir dan air mengalir lambat dengan substrat berlumpur
serta air mengalir deras dengan batu besar, dipinggirnya banyak terdapat eceng
gondok (E. crassipes) (Gambar 20).

Gambar 20 Habitat stasiun VIII.
Stasiun IX
Stasiun ini airnya tidak mengalir dan berbatu besar, dipinggirnya terdapat
eceng gondok (E. crassipes). Stasiun ini sekarang dikembangkan sebagai tempat
wisata (Gambar 21).

Gambar 21 Habitat stasiun IX.

21
Stasiun X
Stasiun ini merupakan inlet dari Danau Kerinci. Stasiun ini memiliki tipe
habitat yang bervariasi, terdapat air yang tidak mengalir dan air mengalir lambat
dengan substrat berlumpur, serta air mengalir deras dengan batu besar,
dipinggirnya banyak terdapat eceng gondok dan berbatu (E. crassipes) (Gambar
22).

Gambar 22 Habitat stasiun X.

Kondisi Fisika dan Kimia Perairan
Data kondisi fisika dan kimia perairan merupakan data rata-rata untuk tiga
kali pengukuran. Kedalaman perairan berkisar 20 – 130 cm. Kedalaman tertinggi
terdapat di stasiun IV yaitu 130 cm, sedangkan yang terendah terdapat di stasiun
VII yaitu 20 cm. Nilai kecerahan di tiap stasiun berkisar antara 20 – 120 cm.
Kecerahan tertinggi terdapat di stasiun IV yaitu 120 cm, sedangkan yang terendah
di stasiun VII yaitu 20 cm. Derajat keasaman (pH) berkisar 7,2 – 7,9, pH tertinggi
terdapat di stasiun VI dan VII yaitu 7,9, sedangkan yang terendah di stasiun II dan
III yaitu 7,2 (Tabel 4).

22

Tabel 3 Kondisi Fisika dan Kimia Perairan.
Parameter

Stasiun penelitian
I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

X

Kedalaman (cm)

80

100

35

130

110

90

20

120

75

40

Kecerahan (cm)

80

100

35

120

100

80

20

105

65

35

pH

7,3

7,2

7,2

7,3

7,6

7,9

7,9

7,3

7,8

7,8

23
Tabel 4 Karakteristik Habitat setiap stasiun penelitian.

PEMBAHASAN
Spesies yang diperoleh pada saat penelitian
Dari hasil identifikasi sampel yang diperoleh pada saat penelitian,
ditemukan tiga spesies dari genus Macrobrachium yaitu M. lanchesteri, M.
pilimanus dan M. sintangense. Jumlah spesies tertinggi terdapat pada stasiun VIII
dan X yaitu tiga spesies. Stasiun VIII dan X memiliki habitat yang bervariasi dan
sesuai untuk kehidupan ketiga spesies udang air tawar tersebut (Tabel 3).
Sedangkan spesies yang terendah terdapat di stasiun I, III, IV, V dan VI yaitu satu
spesies. Stasiun I, III, IV,V dan VI tidak memiliki variasi habitat, yaitu kondisi
air, tumbuhan air dan substrat (Tabel 3).
Jumlah individu tertinggi terdapat di stasiun IV, yaitu 75 individu (Tabel 1).
Stasiun IV ini digunakan oleh penduduk untuk kegiatan perikanan berupa
keramba apung. Sisa-sisa makanan ikan yang tidak habis termakan oleh ikan jatuh
di dasar perairan dan menjadi sumber makanan bagi udang air tawar, di stasiun
ini airnya tidak mengalir dengan tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes) di
pinggir danau (Tabel 3). Kondisi lingkungan dan unsur hara di stasiun ini
mendukung kehidupan udang air tawar terutama

M. lanchesteri. Banyaknya

individu dari spesies M. lanchesteri di stasiun IV, karena tidak adanya persaingan
dengan spesies udang air tawar lain dalam mendapatkan unsur hara, M.
lanchesteri cepat dalam berkembangbiak. Menurut Johnson (1967) M. lanchesteri
juga tahan dengan kondisi suhu yang tinggi pada kisaran 25,5-33,5oC. Menurut
Santoso (1993), banyaknya jumlah spesies dan individu yang diperoleh pada suatu
habitat, menunjukkan bahwa kondisi lingkungan dan unsur hara mendukung
untuk kehidupan spesies.
Jumlah individu terendah terdapat di stasiun VII yaitu 14 individu (Tabel 1).
Sedikitnya jumlah individu yang diperoleh di stasiun VII disebabkan stasiun
tersebut dekat dengan perumahan, di pinggir danau terdapat batu-batu dan sedikit
tumbuhan air. Adanya perumahan menyebabkan limbah rumah tangga masuk ke
perairan dan bersifat racun bagi organisme perairan. Selain itu habitat pada stasiun
VII mendukung untuk kehidupan udang air tawar M. lanchesteri dan M.
pilimanus, sehingga pada stasiun ini terjadi persaingan kedua spesies tersebut

25
dalam mendapatkan unsur hara (Tabel 3).

Mason (1991) menyatakan

bahwa peningkatan racun di perairan dapat menyebabkan penurunan konsentrasi
oksigen terlarut di dalam air, sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan
ekosistem. Oksigen merupakan komponen utama dan sangat penting bagi hewan
di perairan seperti udang air tawar dan ikan.
Ukuran udang air tawar yang diperoleh > 0,3 cm, beberapa spesies dari
famili Atyidae dengan ukuran < 0,3 cm tidak tertangkap. Hal ini disebabkan
ukuran mata jaring yang digunakan agak besar, yaitu 0,3 x 0,3 cm. Selain itu, ada
kemungkinan ketidakmampuan spesies ini bersaing dengan spesies lain contohnya
spesies dari genus Macrobrachium.

Zoogeografi Udang Air Tawar
Di Danau Kerinci diperoleh tiga spesies udang air tawar yang ketiganya
memiliki penyebaran luas, yaitu M. lanchesteri, M. pilimanus dan M. sintangense.
Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian Chong & Khoo (1988), yang
menyatakan bahwa, M. lanchesteri tersebar di Thailand dan Malaysia, M.
pilimanus diperoleh di Malaysia, Sumatera, Jawa dan Borneo sedangkan M.
sintangense diperoleh di Thailand, Sumatera, Jawa dan Borneo. Wowor et al.
(2009), juga menjelaskan bahwa M. lanchesteri telah tersebar di Myanmar,
Singapura, Sumatera, Borneo dan Jawa, sedangkan M. pilimanus tersebar di
Sumatera, semenanjung Malaysia, dan M. sintangense diperoleh di Thailand,
Jawa dan Borneo.
Dari tiga spesies yang diperoleh di Danau Kerinci, satu diantaranya
merupakan spesies invasive, yaitu M. lanchesteri. Macrobrachium lanchesteri
merupakan spesies asli dari Thailand, yang penyebarannya telah diperoleh di
Danau Kerinci. Spesies ini diperoleh di semua stasiun penelitian. M. lanchesteri
memiliki jumlah total individu yang lebih banyak dari M. pilimanus dan M.
sintangense.

Spesies invasive udang air tawar di Danau Kerinci
Spesies udang air tawar di Danau Kerinci didominasi oleh M. lanchesteri
yaitu 289 individu. Udang ini merupakan spesies invasive yang dapat bersaing

26
dengan spesies asli dalam mendapatkan sumber makanan. Masuknya M.
lanchesteri di Danau Kerinci diduga disebabkan oleh kegiatan perikanan yang
mengintroduksi spesies ikan budidaya, diantaranya adalah ikan mas (Cyprinus
carpio) dan ikan mujahir (Tilapia mossambica). Akibat introduksi tersebut, larva
udang air tawar M. lanchesteri ikut terbawa bersama media ikan yang
diintroduksikan.
Menurut Wowor et al. (2004), di Malaysia terdapat dua spesies invasive,
yaitu M. lanchesteri dan M. nipponense. Namun di Danau Kerinci hanya
diperoleh satu spesies invasive yaitu M. lanchesteri. Menurut Johnson (1961), di
Singapura M. lanchesteri merupakan spesies invasive yang masuk secara tidak
sengaja melalui perdangangan aquarium.
Macrobrachium lanchesteri memiliki tingkat adaptasi yang tinggi dengan
lingkungan perairan di Danau Kerinci yaitu air yang tidak mengalir, perairan
terbuka dan tumbuhan air. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian
Johnson (1961, 1963), menyatakan bahwa M. lanchesteri banyak diperoleh pada
air yang tidak mengalir seperti pada danau, kolam dan sawah di daerah Malaysia.
Adanya

M. lanchesteri di Danau Kerinci dikhawatirkan dapat menyebabkan

kepunahan terhadap spesies asli.
Pada saat penelitian ditemukan bahwa M. lanchesteri ditangkap dan dijual
untuk sumber makanan bagi komsumsi masyarakat lokal, serta untuk makanan
ikan hias di aquarium. Hal ini dapat dinyatakan bahwa M. lanchesteri sebagai
invasive spesies, juga memiliki potensi ekonomi yang dapat meningkatkan
pendapatan bagi masyarakat.
Chong & Khoo (1988), melaporkan bahwa di Malaysia dan Singapura M.
lanchesteri juga digunakan sebagai makanan untuk ikan Arwana (Scleropagus
formosus), dan ikan betutu (Oxyeleotris marmorata). Ikan Arwana (S. formosus)
merupakan ikan hias yang dipelihara di aquarium dan memiliki nilai ekonomi
yang tinggi, sedangkan ikan betutu (O. marmorata) merupakan ikan budidaya
yang terdapat di tambak-tambak, ikan ini juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Macrobrachium lanchesteri di Myanmar digunakan oleh masyarakat lokal untuk
makanan (Suzuki & Ohtomi 2005). Macrobrachium lanchesteri juga dapat

27
dimanfaatkan sebagai makanan untuk ikan hias di aquarium (Wowor 24 Februari
2011, komunikasi pribadi).
Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Kemerataan (E) dan Dominansi (D)
Indeks keanekaragaman berkisar antara 0 – 0,96. Indeks keanekaragaman
tertinggi terdapat di stasiun VIII yaitu 0,96, sedangkan yang terendah terdapat di
stasiun I, III, IV, V dan VI yaitu 0 (Tabel 2). Rendahnya nilai indeks
keanekaragaman di stasiun ini ditunjukkan dari hanya diperoleh satu spesies saja,
karena tipe habitatnya hanya air yang tidak mengalir, perairan terbuka, dengan
tumbuhan air di pinggir danau. Tingginya indeks keanekaragaman di stasiun VIII,
karena diperoleh tiga spesies. Walaupun di stasiun X juga diperoleh tiga spesies,
tetapi jumlah individu di stasiun VIII lebih banyak dari pada stasiun X (Tabel 2).
Stasiun VIII memiliki tipe habitat yang bervariasi yaitu air yang tidak mengalir,
perairan terbuka, dengan tumbuhan air di pinggir danau; air mengalir lambat; air
mengalir deras dan berbatu. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan di
stasiun VIII, mendukung untuk kehidupan berbagai spesies udang di perairan
tersebut. Menurut Gray (1981), tinggi rendahnya indeks keanekaragaman,
tergantung pada banyaknya spesies dan jumlah individu pada masing-masing
tempat. Rendahnya nilai indeks keanekaragaman udang air tawar di Danau
Kerinci karena sedikitnya jumlah spesies yang diperoleh yaitu tiga spesies dan
jumlah individu masing-masing spesies tidak merata, serta ada spesies yang
mendominasi

yaitu

M.

lanchesteri.

Menurut

Krebs

(1978),

kriteria

keanekaragaman adalah: H’ = 0 – 2,302 keanekaragaman rendah, H’ = 2,302 –
6,907 keanekaragaman sedang dan H’ > 6,907 keanekaragaman tinggi.
Indeks kemerataan tertinggi terdapat di stasiun VII yaitu 0,95. Hal ini
disebabkan karena jumlah individu dari masing-masing spesies yang terdapat di
stasiun ini hampir merata, tipe habitatnya mendukung untuk kehidupan spesies
M. lanchesteri dan M. pilimanus. Habitat di stasiun ini airnya tidak mengalir,
perairan terbuka, terdapat tumbuhan air di pinggirnya dan banyak terdapat batu.
Indeks kemerataan terendah terdapat di stasiun I, III, IV, V dan VI. Rendahnya
indeks kemerataan ini menunjukkan bahwa, di stasiun ini spesiesnya tidak
tersebar merata dan terdapat spesies yang mendominasi yaitu M. lanchesteri

28
(Tabel 2). Habitat di stasiun ini hanya mendukung untuk spesies M. lanchesteri
yaitu airnya tidak mengalir, perairan terbuka,

di pinggirnya terdapat eceng

gondok (Eichornia crassipes) dan tumbuhan air. Indeks kemerataan antar stasiun
ditentukan oleh selisih jumlah individu setiap spesies yang diperoleh pada stasiun
tersebut. Menurut Krebs (1985), nilai indeks kemerataan berkisar antara 0 – 1.
Jika indeks kemerataan mendekati 0, berarti kemerataan suatu populasi rendah
dan penyebaran spesies tidak merata serta ada spesies yang dominan pada
populasi tersebut. Apabila indeks kemerataan mendekati 1, berarti kemerataannya
tinggi dan menunjukkan bahwa tidak ada spesies yang mendominasi.
Indeks dominansi tertinggi terdapat pada stasiun I, III, IV, V dan VI yaitu 1
(Tabel 2). Stasiun ini didominasi oleh M. lanchesteri. Tingginya indeks dominansi
di stasiun ini, karena tipe habitat mendukung untuk kehidupan M. lanchesteri
yaitu air yang tidak mengalir, perairan terbuka dengan eceng gondok (E.
crassipes) dan tumbuhan air di pinggir danau. Indeks dominansi terendah terdapat
pada stasiun VIII, yaitu 0,43 (Tabel 2). Pada stasiun ini tidak ada spesies yang
dominan karena jumlah individu ketiga spesies yang diperoleh hampir sama.
Wowor et al (2009), menyatakan bahwa dominansi terjadi karena adanya
kesesuaian kondisi lingkungan untuk kehidupan spesies tersebut dan kemampuan
bersaing dengan spesies lain dalam mendapatkan sumber makanan.
Secara umum udang air tawar di Danau Kerinci di dominasi oleh M.
lanchesteri, karena tipe habitatnya mendukung untuk kehidupan spesies tersebut.
Di pinggir Danau umumnya perairan terbuka, tidak ada naungan, airnya tidak
mengalir dan terdapat eceng gondok (E. crassipes). Spesies M. lanchesteri ini
tahan pada suhu perairan yang tinggi di tempat terbuka, oleh karena itu M.
lanchesteri dapat mendominasi M. pilimanus dan M. sintangense.

Karakteristik Habitat
Pada penelitian ini M. lanchesteri diperoleh pada semua stasiun dan
mendominasi M. pilimanus dan M. sintangense. Macrobrachium lanchesteri
diperoleh pada air yang tidak mengalir, perairan terbuka dan tumbuhan air di
pinggir danau. Wowor (2004), menyatakan bahwa M. lanchesteri merupakan
invasive spesies yang dapat bersaing dengan spesies udang air tawar lainnya

29
dalam memperebutkan sumber makanan. Johnson (1961, 1963), menyatakan
bahwa M. lanchesteri banyak diperoleh pada air yang tidak mengalir seperti pada
danau, kolam dan sawah di daerah Malaysia.
Macrobrachium pilimanus diperoleh pada air yang berarus deras dan
berbatu atau air tidak mengalir dan berbatu (stasiun VII, VIII, IX dan X) (Tabel
1). Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian Iwata (2003), yang
melaporkan bahwa M. pilimanus dapat diperoleh pada substrat yang berbatu dan
pada air mengalir. Iwata (2003), juga melaporkan bahwa M. pilimanus lebih
banyak diperoleh di hutan primer dibandingkan pada hutan sekunder, karena di
hutan primer lebih banyak terdapat perairan dengan substrat berbatu. Johnson
(1963), melaporkan bahwa M. pilimanus diperoleh pada air mengalir seperti
sungai. Johnson (1961), juga melaporkan bahwa M. pilimanus tidak diperoleh di
rawa dan di daerah payau.
Macrobrachium sintangense diperoleh pada habitat air yang berarus lambat
dengan bersubstrat lumpur (stasiun II, VIII dan X) (Tabel 1). Penelitian ini
memperkuat hasil penelitian Johnson (1963) yang melaporkan bahwa M.
sintangense dapat diperoleh pada air yang mengalir lambat dan sungai-sungai
kecil. Sabar (1979) juga melaporkan bahwa M. sintangense dapat diperoleh pada
perairan yang mengalir lambat.
Danau Kerinci termasuk dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat
(TNKS), pada saat penelitian ditemukan di sekitar danau (beberapa stasiun
penelitian),terdapat pemukiman penduduk, lahan pertanian, perikanan dan tempat
wisata. Hal ini disebabkan bahwa sebelum penetapan sebagai kawasan TNKS di
sekitar danau telah terdapat tempat-tempat tersebut.

Kondisi Fisika dan Kimia Perairan
Kedalaman perairan yang diperiksa kualitas airnya berkisar antara 20 dan
130 cm. Kedalaman tertinggi yang diperiksa terdapat di stasiun IV yaitu 130 cm,
sedangkan yang terendah terdapat di stasiun VII yaitu 20 cm. Rendahnya
kedalaman di stasiun VII, disebabkan karena dekat dengan perumahan penduduk.
Adanya perumahan menyebabkan limbah rumah tangga masuk ke perairan
tersebut dan mengakibatkan pendangkalan. Nilai kecerahan di tiap stasiun

30
berkisar antara 20 dan 120 cm. Kecerahan tert