Kajian Strategi Politik Pencitraan pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara

KAJIAN STRATEGI POLITIK PENCITRAAN PADA
PEMILIHAN KEPALA DAERAH
KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

TAUFIK FEBRI WIDIANTO

DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Strategi Politik
Pencitraan pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Taufik Febri Widianto
NIM G14090018

ABSTRAK
TAUFIK FEBRI WIDIANTO. Kajian Strategi Politik Pencitraan pada Pemilihan
Kepala Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara. Dibimbing oleh MUHAMMAD
NUR AIDI dan I MADE SUMERTAJAYA.
Terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono pada Pemilihan Presiden 2004 dan
Joko Widodo pada Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta yang didukung oleh
partai non-penguasa menunjukkan bahwa masyarakat lebih memilih sosok figur
kandidat dibanding partai pendukung kandidat. Kandidat harus mengetahui di
segmen mana saja dia mendapat dukungan dan citra kepribadian apa yang melekat
pada dirinya. Analisis CHAID menghasilkan 5 segmen dan terbagi atas pekerjaan,
suku, dan pendapatan. Kandidat D sebagai petahana juga memiliki dukungan
terbesar. Kandidat D dipilih karena dinilai memiliki kepribadian perhatian pada
rakyat dan sebagian besar dipilih oleh pemilih yang bekerja sebagai petani dan
lainnya. Masing-masing kandidat harus mempertahankan dukungan dari kalangan

pendukung utamanya dan merebut dukungan dari kalangan pendukung kandidat
lainnya. Kondisi ini adalah modal yang bagus bagi kandidat D dan menjadi
kepribadian indikator bagi kandidat lain untuk merebut dukungan pemilih.
Kata kunci: analisis korespondensi, CHAID, pilkada, politik pencitraan
ABSTRACT
TAUFIK FEBRI WIDIANTO. Study on Imaging Political Strategy in Southeast
Minahasa Elections. Supervised by MUHAMMAD NUR AIDI and I MADE
SUMERTAJAYA.
The election of Susilo Bambang Yudhoyono in the 2004 Presidential Election
and Joko Widodo in Jakarta Local Election, supported by the non-ruling party,
proving that people prefer a figure of candidate than the party supporters.
Candidates should know in which segment he had the support and what image of
the personality is attached to him. CHAID analysis produces 5 segments and
divided by employment, ethnicity, and income variable. Candidate D as the
incumbent also has the greatest support. Candidate D is assessed having the
personality 'attention to people' and largely elected by voters who worked as a
farmer and others. Each candidate have to maintain the support of the main voters
and win the support of the other candidates voters. This condition is a great
condition for candidate D and be a personality indicator for the other candidates to
win electoral support.

Keywords: correspondence analysis, CHAID, election, imaging politics

KAJIAN STRATEGI POLITIK PENCITRAAN PADA
PEMILIHAN KEPALA DAERAH
KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

TAUFIK FEBRI WIDIANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Statistika
pada
Departemen Statistika

DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


Judul Skripsi : Kajian Strategi Politik Pencitraan pada Pemilihan Kepala Daerah
Kabupaten Minahasa Tenggara
Nama
: Taufik Febri Widianto
NIM
: G14090018

Disetujui oleh

Dr Ir Muhammad Nur Aidi, MS
Pembimbing I

Dr Ir I Made Sumertajaya, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Hari Wijayanto, MSi
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini ialah statistika dalam politik, dengan judul Kajian
Strategi Politik Pencitraan pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Minahasa
Tenggara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Muhammad Nur Aidi, MS
dan Bapak Dr Ir I Made Sumertajaya, MSi selaku pembimbing. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Arman Salam dan Bapak Setia
Darma dari Lingkaran Survei Indonesia, yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengumpulkan data di lapangan. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada teman-teman Statistika 46, Gentra Kaheman, dan Jamparing
atas segala dukungannya. Tak lupa, penulis ucapkan terima kasih kepada ayah, ibu,
serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013
Taufik Febri Widianto


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

ABSTRAK

ii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODOLOGI


2

Data

2

Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Karakteristik Demografi Pemilih

7

Kondisi Umum Dukungan Pemilih terhadap Kandidat
Segmentasi Kondisi Dukungan Pemilih terhadap Kandidat dengan

CHAID

10
Analisis
10

Citra Kepribadian Kandidat yang Melekat di Pemilih dengan Menggunakan
Analisis Korespondensi
12
Hubungan antara Dukungan kepada Kandidat dan Pekerjaan Pemilih
SIMPULAN DAN SARAN

13
15

Simpulan

15

Saran


16

RIWAYAT HIDUP

22

DAFTAR TABEL
1 Tabulasi Silang antara Pekerjaan dan Pendapatan Pemilih
2 Tabulasi Silang antara Pekerjaan dan Pendidikan Pemilih
3 Tabulasi Silang antara Pekerjaan dan Jenis Kelamin Pemilih

14
14
15

DAFTAR GAMBAR
Tahapan Multistage Random Sampling
Tahapan Survei
Komposisi Pemilih berdasarkan Jenis Kelamin

Komposisi Pemilih berdasarkan Suku
Komposisi Pemilih berrdasarkan Kelompok Umur
Komposisi Pemilih berdasarkan Agama
Komposisi Pemilih berdasarkan Pendidikan
Komposisi Pemilih berdasarkan Pekerjaan
Komposisi Pemilih berdasarkan Tingkat Pendapatan
Kondisi Umum Dukungan Pemilih
Plot Hasil Analisis Korespondensi Kandidat dan Citra Kepribadian yang
Melekat pada Kandidat
12 Plot Hasil Analisis Korespondensi Kandidat dan Pekerjaan Pemilih
13 Komposisi Pemilih berdasarkan Pekerjaan Lainnya
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

3
3
7
8
8
8
9
9
9
10
13
14
15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Distribusi Respon Pemilih Sebelum Dilakukan Penggabungan
Kategori Respon
2 Karakteristik Kandidat
3 Pohon Klasifikasi Analisis CHAID
4 Karakteristik Segmentasi Hasil Analisis CHAID
5 Nilai Inersia Hasil Analisis Korespondensi antara Kandidat dengan
Kepribadian
6 Nilai Inersia Hasil Analisis Korespondensi antara Kandidat dengan
Pekerjaan Responden

17
19
20
21
21
21

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tahun 2004 adalah tahun yang sangat bersejarah karena pada tahun inilah
pemilu yang dipilih oleh rakyat Indonesia secara langsung pertama kali diadakan.
Seluruh rakyat Indonesia mempunyai hak pilih untuk memilih pemimpin sesuai
pilihan mereka. Pemilihan umum langsung menempatkan rakyat sebagai penilai
utama bagi setiap kandidat yang akan mencalonkan diri menjadi pemimpin.
Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2004 dan 2009 serta Pemilihan Gubernur
(Pilgub) Jakarta 2012 memperlihatkan melemahnya keterkaitan pemilih dengan
partai dan menguatnya personalisasi politik kandidat. Pada Pilpres 2004, pemilih
lebih memandang figur Susilo Bambang Yudhoyono dibandingkan partai
pengusung (Partai Demokrat) yang pada waktu itu hanya memperoleh 57 kursi dari
550 kursi di DPR (10.36%), sedangkan pada Pilpres 2009 walaupun Partai
Demokrat memperoleh kenaikan kursi menjadi 148 kursi dari 560 kursi di DPR
(24.43%) dan berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat
Nasional, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Persatuan Pembangunan tetapi figur
Susilo Bambang Yudhoyono sebagai petahana terlalu kuat di mata pemilih, bahkan
melebihi kekuatan dari koalisi parpol pengusungnya (Pradhanawati, 2011). Pada
Pilgub Jakarta 2012, pasangan Joko Widodo-Basuki Cahaya Purnama yang
didukung hanya dua partai politik, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan
Partai Gerindra (20% dari jumlah kursi DPRD DKI Jakarta) ternyata mampu
mengungguli pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli yang memiliki dukungan dari
beberapa partai besar pemilik 80% kursi DPRD DKI Jakarta. Fenomena ini lekat
hubungannya dengan politik pencitraan. Politik pencitraan fokus kepada upaya
sumber pesan (kandidat) menumbuhkan partisipasi politik pemilih untuk
memberikan pilihan pada dirinya. Umumnya, kandidat mencitrakan dirinya dengan
kepribadian yang mampu menarik hati rakyat. Dukungan partai tidak lagi menjadi
jaminan bagi seorang kandidat untuk memenangkan pemilu jika dia kalah dalam
pertarungan politik pencitraan. Pemilihan strategi politik pencitraan yang sesuai
dengan kondisi masyarakat dapat memperbesar peluang kemenangan kandidat.
Perumusan Masalah
Sistem pemilihan umum langsung menempatkan kepopuleran dan pencitraan
kandidat di masyarakat sebagai salah satu syarat utama memenangkan Pemilihan
Umum Kepala Daerah (pilkada). Kandidat yang populer dan memiliki citra yang
baik cenderung memiliki peluang kemenangan lebih besar.
Kepopuleran dan kondisi citra kandidat di masyarakat dapat diprediksi
dengan analisis CHAID dan analisis korespondensi. Konsep yang digunakan pada
dasarnya sama dengan segmentasi dan citra produk pada bidang riset pemasaran.
Segmentasi dengan analisis CHAID digunakan untuk melihat kepopuleran masingmasing kandidat di masyarakat. Sementara analisis korespondensi digunakan untuk
melihat citra kepribadian yang melekat pada kandidat. Pengetahuan terhadap
kondisi masyarakat berdasarkan kepopuleran dan citra kepribadian membuat

2
kandidat bisa menyusun strategi yang tepat sasaran serta memperbesar peluang
kemenangan di pilkada.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui segmentasi masyarakat terhadap masing-masing kandidat di
Kabupaten Minahasa Tenggara.
2. Mengetahui preferensi masyarakat di Kabupaten Minahasa Tenggara terhadap
kepribadian kandidat.
Manfaat Penelitian
1. Memberikan gambaran kondisi popularitas dan dukungan pemilih terhadap
masing-masing kandidat.
2. Memberikan gambaran kondisi citra kepribadian yang melekat pada kandidat.

METODOLOGI
Data
Kabupaten Minahasa Tenggara ditetapkan sebagai daerah otonomi yang baru
berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2007. Kabupaten Minahasa Tenggara
terdiri dari 12 kecamatan, 9 kelurahan, 135 desa dan memiliki jumlah penduduk
sebanyak 106,315 jiwa (Permendagri Nomor 66 Tahun 2011).
Data yang digunakan merupakan data primer dari hasil Survei Sosial
Kemasyarakatan Kabupaten Minahasa Tenggara Provinsi Sulawesi Utara yang
dilakukan oleh salah satu konsultan politik pada bulan Februari 2013. Survei ini
merupakan survei pendahuluan yang biasanya diikuti lagi oleh beberapa survei
mendekati waktu pemilihan. Responden yang diwawancarai adalah pemilih
berkewarganegaraan Indonesia yang sudah memiliki hak pilih yaitu memenuhi
syarat berusia minimal 17 tahun atau sudah/pernah menikah (Marbun, 2012).
Rumus penentuan jumlah sampel seperti tertera di bawah ini (Scheaffer et al., 1990).

�=
= −
�2
�−

4

+

dengan : n : Jumlah sampel responden.
N : Jumlah populasi.
p : Peluang pemilih yang memilih.
q : Peluang pemilih yang tidak memilih.
B : Bound of error.
Pengumpulan data dilakukan di semua kecamatan di Kabupaten Minahasa
Tenggara dengan survei tatap muka langsung (wawancara). Sampel yang diambil
sebanyak 440 responden dengan bound of error sebesar 4.8%. Asumsinya adalah
peluang p sebesar 0.5 dan bound of error 4.8%. Jumlah sampel sebanyak 440
responden ini juga dinilai sudah ideal dari segi biaya survei.
Survei dilakukan di semua kecamatan dengan harapan keragaman dari tiap
kecamatan dapat ditangkap. Tahap berikutnya adalah pada tingkat desa. Terdapat

3
10 orang responden yang diwawancara pada masing-masing desa sehingga total
desa yang terpilih adalah sebanyak 44 desa. Jumlah desa yang terpilih pada tiap
kecamatan ditentukan berdasarkan proporsi jumlah penduduk di kecamatan
tersebut dengan total jumlah penduduk di Kabupaten Minahasa Tenggara. Setelah
jumlah desa yang harus disurvei diketahui, penentuan desa mana saja yang terpilih
menggunakan teknik systematic random sampling.
DESA /
KELURAHAN
RUKUN
TETANGGA
KELUARGA
RESPONDEN
Gambar 1 Tahapan Multistage Random Sampling
Penentuan Rukun Tetangga dan penentuan Keluarga di desa terpilih
menggunakan metode Simple Random Sampling. Sampling frame Rukun Tetangga
(RT) terdapat di kantor Kepala Desa dan Sampling frame Keluarga terdapat di ketua
RT. Penentuan responden di dalam Keluarga terpilih juga menggunakan metode
Simple Random Sampling yang dipadukan dengan metode Kishgrid dalam
pengacakan. Pada dasarnya, keseluruhan metode ini bisa disebut dengan Multi
Stage Random Sampling.
Workshop
Witness
Verifikasi Data
Spotcheck
Gambar 2 Tahapan Survei
Peneliti terlibat langsung dalam proses pengumpulan data di kabupaten
Minahasa Tenggara sebagai Supervisor Survei. Tugas utama supervisor adalah
mengawasi dan memastikan survei berjalan sesuai dengan prosedur. Supervisor
juga bertanggung jawab terhadap data yang dikumpulkan. Tugas-tugas utama
supervisor terbagi kembali menjadi 4 kegiatan.
Workshop adalah kegiatan perekrutan dan pembekalan materi kepada
surveyor. Supervisor memberikan materi teknis survei, memberikan solusi apabila
terjadi masalah di lapangan, dan menjelaskan berbagai aspek legal dari survei.
Witness dilakukan saat surveyor mengumpulkan data di lapangan. Supervisor
membuat daftar beberapa surveyor yang dipilih secara acak. Surveyor ini akan

4
dicek langsung keberadaan dia di lapangan dan kebenaran dia melakukan
pengumpulan data. Surveyor akan dilihat teknik dia mewawancarai, cara dia
mengacak responden terpilih, dan pengecekan kuesioner hasil wawancara. Apabila
terdapat kejanggalan, surveyor akan langsung ditindak sesuai prosedur.
Verifikasi data dilakukan setelah data masuk ke tim daerah. Semua kuesioner
dicek satu persatu untuk memastikan tidak ada pertanyaan yang terlewat dan tidak
ada kejanggalan. Surveyor yang tidak masuk dalam daftar witness juga akan
ditanyakan mengenai teknik pengacakan. Apabila terdapat kekeliruan, surveyor
harus kembali ke lapangan untuk kembali melakukan pengumpulan data.
Spotcheck adalah kegiatan pengecekan langsung hasil wawancara di
lapangan. Spotcheck dilakukan ketika verifikasi data berlangsung. Tim membawa
beberapa kuesioner dan mendatangi kembali responden untuk menanyakan
beberapa pertanyaan dan mengecek jawaban dari responden. Spotcheck bertujuan
mengecek keabsahan surveyor melakukan pengumpulan data.
Analisis Data
Analisis data dilakukan pada peubah demografi, kepribadian kandidat yang
dijadikan pertimbangan pemilih dalam memilih, dan kandidat. Peubah demografi
terbagi kembali menjadi peubah jenis kelamin, kelompok umur, suku, agama,
tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Kepribadian kandidat terdiri dari
kategori pintar, berwibawa, jujur, perhatian pada rakyat, taat beragama, dan lainnya.
Kandidat yang diprediksi akan maju dalam Pilkada terdiri dari 6 kandidat.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif,
CHAID dan analisis korespondensi. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat
karakteristik demografi responden. Analisis CHAID digunakan untuk melakukan
segmentasi. Sementara analisis korespondensi digunakan untuk melihat citra yang
melekat pada kandidat dan untuk melihat kandidat cenderung dipilih oleh kalangan
pekerjaan mana saja. Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
1. Melakukan eksplorasi data dan melakukan penggabungan kategori respon pada
beberapa peubah apabila persentase respon kurang dari 5% dan atau ada
kemiripan karakteristik respon tersebut dengan respon lain. Distribusi respon
pemilih yang belum dilakukan penggabungan kategori respon dapat dilihat
pada lampiran 1.
2. Melakukan analisis deskriptif untuk melihat profil demografi responden.
3. Melakukan pengklasifikasian dengan analisis CHAID antara peubah-peubah
demografi dengan kandidat. Salah satu kegunaan dari metode klasifikasi
berstruktur pohon seperti CHAID adalah untuk segmentasi. Di antara
kelebihan dari metode berstruktur pohon adalah dapat menghasilkan grafik
pohon yang mudah diinterpretasikan, sifatnya yang fleksibel, non-parametrik
dan nonlinear. Tahapan analisis CHAID adalah (Faridhan et al. 2006) :
a. Penggabungan (merging).
1) Mencari pasangan kategori dari X yang memiliki �2 terkecil
berdasarkan kelas peubah respon Y untuk setiap penduga X. Lalu
membuat tabulasi silang dua arah dengan kategori dari X sebagai baris
dan kategori dari Y sebagai kolom.

5
2) Membandingkan �2 dengan ��2 yang telah ditentukan sebelumnya untuk
setiap penduga X. Jika �2 < ��2, maka pasangan ini akan digabung ke
dalam satu kategori baru. Jika �2 ≥ ��2, maka diteruskan ke langkah 3.
3) Jika kategori gabungan terdiri dari tiga atau lebih kategori asal, maka
dicari pemisah biner yang paling signifikan. Lalu nilai �2 terbesar akan
dibandingkan dengan ��2, apabila �2 > ��2 maka kembali ke tahap 1.
4) Menghitung �2* untuk gugus kategori X dan kategori Y dengan
menggunakan koreksi Bonferroni apabila ada peubah yang tereduksi.
Pengali untuk masing-masing tipe peubah adalah berbeda. Pengali
untuk masing-masing peubah adalah sebagai berikut (Kass, 1979) :
a) Peubah Monotonik
Peubah monotonik adalah peubah yang kategorinya berskala ordinal.
Pengali Bonferroni-nya adalah :

=

b) Peubah Bebas
Peubah bebas adalah peubah yang kategorinya berskala nominal.
Pengali Bonferroni-nya adalah:




=∑ −
=


�! −

!

c) Peubah Mengambang (Floating)
Peubah mengambang adalah peubah yang salah satu kategorinya
belum bisa dipastikan termasuk ke dalam skala apa. Pengali
Bonferroni-nya adalah :


+
� �
� =


dengan : B = Pengali Bonferroni
r = Jumlah baris
c = Jumlah kolom
b. Pemisahan (splitting).
1) Jika �2* ≥ ��2, simpul dipisah berdasarkan gugus kategori X.
2) Jika �2* < ��2, simpul tidak dipisah dan simpul tersebut merupakan
simpul akhir.
c. Penghentian (stopping).
Penghentian dilakukan apabila memenuhi kriteria-kriteria berikut :
1) Jika pohon yang terbentuk telah mencapai batas nilai maksimum dari
spesifikasi, maka proses pertumbuhan akan berhenti.
2) Jika ukuran dari anak simpul kurang dari nilai ukuran anak simpul
minimum spesifikasi, atau berisi pengamatan-pengamatan dengan
banyak yang terlalu sedikit maka simpul tidak akan dipisah.
4. Melakukan analisis korespondensi antara peubah kandidat dengan kepribadian
kandidat dan antara peubah kandidat dengan pekerjaan responden. Analisis
korespondensi pertama kali ditemukan dan dikembangkan pada tahun 1960-an
oleh Jean-Paul Benzecri dan kawan-kawan di Perancis. Analisis korespondensi
adalah teknik untuk menampilkan baris dan kolom dari matriks data (terutama
sebuah tabel kontingensi dua arah) sebagai titik dalam ruang vektor dimensi
rendah ganda (Greenacre, 1984). Analisis ini juga didesain untuk digunakan
dalam pengembangan pengelompokkan yang mewakili data frekuensi

6
(Darmawan, 2009). Selain itu, menurut Mattjik dan Sumertajaya (2011)
analisis korespondensi juga bisa digunakan untuk menentukan kemungkinan
hubungan antara dua gugus peubah. Prosedur pengolahan data dengan analisis
korespondensi adalah sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya, 2011) :
a. Menentukan tabel kontingensi dua arah dengan tabulasi silang baik
kategori baris maupun kategori kolom. Berdasarkan tabulasi silang ini,
bisa diperoleh informasi :
1) Matriks data = � �
2) Matriks korespondensi :

�� =

dengan : nij = Frekuensi pengamatan baris ke-i dan kolom ke-j dari
matriks data
n = jumlah data atau total jumlah frekuensi matriks data
3) Vektor baris:
=� �
Matriks diagonal baris berukuran a x a :
Dr = diagonal (r)
4) Vektor kolom:
= �� �
Matriks diagonal kolom berukuran b x b :
Dc = diagonal (c)
b. Menentukan profil baris dan profil kolom.
Matriks profil baris :
�= − �
Profil baris :
Matriks profil kolom :

=(

.

Profil baris :
=

.

,

.

,

.

=

,

.

,



,…,

.

.

��

,…,

)

.

Untuk menampilkan profil baris dan profil kolom ke dalam ruang dimensi
Euclid yang berdimensi dua digunakan pendekatan jarak Chi-Square, yaitu :

dengan

� = �∑
=

.

=
− � −

c. Menguraikan nilai singular.
Penguraian nilai singular diperlukan untuk mereduksi dimensi data
berdasarkan keragaman data terbesar dengan mempertahankan informasi
optimum. Matriks yang akan diuraikan nilai singularnya adalah :




�=
�− �
Penguraian nilai singular ini akan menghasilkan matriks aAm , matriks bBm ,
dan matriks Λ yang elemen-elemennya adalah nilai singular.

7
d. Menentukan GSVD (Generalized Singular Value Decomposition).
GSVD diperlukan untuk menentukan anak ruang Euclid dan
memproyeksikan semua profil baris ke dalam anak ruang Euclid.
�− � = Λ �
dengan :
� −
� −
=�
dan
=�
e. Menentukan koordinat baris dan kolom.
Koordinat matriks baris adalah k kolom pertama dari matriks :
= − Λ
Koordinat matriks baris adalah k kolom pertama dari matriks :
= − Λ
Plot antara dua kolom pertama matriks d dengan dua kolom pertama
matriks G adalah plot simetrik.
f. Menentukan nilai inersia.
Inersia mempresentasikan semua informasi dalam seluruh ruang. Inersia
total baris :
��

=∑

��

=∑

Inersia total kolom :

.

.

.

(

.











− )

.

(

.


− )

g. Membentuk plot dua dimensi berdasarkan matriks koordinat profil baris
dan koordinat profil kolom.
5. Penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Demografi Pemilih
Pilkada yang diselenggarakan secara langsung menuntut para calon kandidat
mengetahui profil pemilih di daerah pemilihan. Kandidat yang mengenal profil
pemilih akan diuntungkan terutama dalam proses kampanye dan pemetaan
dukungan. Deskripsi demografi dapat menggambarkan garis besar profil pemilih di
Kabupaten Minahasa Tenggara. Karakteristik demografi yang dilihat adalah jenis
kelamin, suku, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Jumlah
pemilih yang terdaftar sebagai responden sebanyak 440 orang.
Perempuan 50%

Laki-laki 50%

Gambar 3 Komposisi Pemilih berdasarkan Jenis Kelamin

8
Berdasarkan Gambar 3, pemilih pada umumnya terdiri dari 50% laki-laki dan
50% perempuan. Kondisi ini menggambarkan jumlah pemilih laki-laki dan
perempuan seimbang.
Lainnya 12.5%

Minahasa
87.5%

Gambar 4 Komposisi Pemilih berdasarkan Suku
Pemilih pada umumnya berasal dari suku Minahasa dengan persentase
sebesar 87.5% karena merupakan suku pribumi di Kabupaten Minahasa Tenggara.
Kemudian diikuti oleh pemilih yang berasal dari suku lainnya dengan persentase
sebesar 12.5%. Suku lainnya terdiri dari Jawa, Melayu, Sanger, Gorontalo, Bugis,
Mongondow, Bolaang, dan lainnya.
17-29 tahun
20.9%

>50 tahun 37.7%

30-39 tahun
20.7%
40-49 tahun 20.7%

Gambar 5 Komposisi Pemilih berdasarkan Kelompok Umur
Berdasarkan Gambar 5, usia pemilih pada umumnya sudah berusia tua (lebih
dari 50 tahun) dengan persentase sebesar 37.7%. Kemudian diikuti oleh kelompok
umur 17-29 tahun sebesar 20.9%. Pemilih dengan kelompok umur 30-39 tahun serta
kelompok umur 40-49 tahun sama-sama memiliki persentase sebesar 20.7%.
Islam 13.6%

Lainnya 3.4%

Kristen Protestan 83.0%

Gambar 6 Komposisi Pemilih berdasarkan Agama
Mayoritas pemilih memeluk agama Kristen Protestan dengan persentase
sebesar 83%. Penduduk provinsi Sulawesi Utara memang mayoritas memeluk
agama Kristen Protestan.

9
Perguruan Tinggi
8.0%
SMA
28.0%

SD
39.3%

SMP 24.8%

Gambar 7 Komposisi Pemilih berdasarkan Pendidikan
Pemilih umumnya masih berpendidikan rendah (tidak sekolah, tidak
menyelesaikan pendidikan SD, atau lulus pendidikan SD) dengan persentase
sebesar 39.3%. Sementara pemilih yang mampu mencapai jenjang perguruan tinggi
masih sangat sedikit (8%).
Lainnya
37.0%

Swasta 16.1%

Petani
39.8%

PNS
7.0%

Gambar 8 Komposisi Pemilih berdasarkan Pekerjaan
Sebagian besar pemilih bekerja sebagai petani (39.8%). Sedangkan pemilih
yang bekerja di bidang lainnya (pelajar, belum bekerja, dan ibu rumah tangga)
sebesar 37%. Pemilih yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS, guru, dan
pensiunan PNS) memiliki persentase paling kecil sebesar 7%.
>= Rp 2 juta
16.1%

< Rp 1 juta
48.6%

Rp 1 juta - Rp 1,99 juta 35.2%

Gambar 9 Komposisi Responden berdasarkan Tingkat Pendapatan
Pemilih umumnya berpendapatan rendah (kurang dari Rp 1.000.000) dengan
persentase sebesar 48.6%. Lalu diikuti pemilih berpendapatan di antara Rp
1.000.000 sampai Rp 2.000.000 dengan persentase sebanyak 35.2%. Pemilih yang
memiliki pendapatan lebih dari Rp 2.000.000 memiliki persentase terkecil yaitu
sebesar 16.1%.

10
Kondisi Umum Dukungan Pemilih terhadap Kandidat
Berdasarkan Gambar 10, kandidat D memiliki dukungan paling besar
(46.4%). Kandidat D memiliki latar belakang sebagai petahana (incumbent) yang
sudah memiliki basis pendukung cukup kuat. Kandidat D juga dikenal memiliki
kebijakan-kebijakan yang mendukung kalangan petani dan nelayan selama
menjabat sebagai bupati. Kebijakan itu di antaranya pemberian beasiswa,
pembagian benih, dan hibah perahu gratis.
Swing Voters 7.5%
Kandidat A 19.1%
Kandidat Lainnya
8.9%
Kandidat B 7.0%

Kandidat D
46.4%

Kandidat C 11.1%

Gambar 10 Kondisi Umum Dukungan Pemilih
Kandidat A memiliki dukungan terbanyak kedua (19.1%). Kandidat A
dikenal sebagai pesaing terkuat bagi kandidat D dan merupakan Ketua Dewan
Perwakilan Cabang salah satu partai oposisi yang berpengaruh kepada masyarakat
di kabupaten Minahasa Tenggara. Dukungan yang mengalir ke kandidat A
diperkirakan berasal dari loyalis partai tersebut.
Kandidat C memiliki dukungan terbanyak ketiga (11.1%). Kandidat C adalah
salah satu tokoh masyarakat di Minahasa Tenggara dan merupakan figur sukses
putra daerah yang berkiprah di pemerintahan tingkat provinsi. Kesuksesan kandidat
C menjadi teladan bagi masyarakat dan diharapkan mampu membawa
kesuksesannya ke daerah.
Dukungan terkecil diperoleh oleh kandidat B padahal dia merupakan wakil
bupati petahana. Popularitas kandidat B sepertinya terkalahkan oleh kandidat D
sebagai bupati petahana selama menjabat.
Kandidat lainnya adalah gabungan kandidat yang dipilih oleh pemilih namun
jumlahnya kurang dari 5%. Kandidat Lainnya bisa dianggap sebagai calon suara
yang hilang (golput) atau swing voters. Kandidat Lainnya memiliki persentase
8.9%. Jumlah ini cukup besar jika dibiarkan tidak memilih akibat calon yang
mereka dukung tidak berhasil lolos. Kandidat yang cerdik akan memanfaatkan ini
dengan mendekati pemilih agar suara berpindah ke kandidat tersebut.
Swing voters adalah pemilih yang belum menentukan pilihan. Kandidat yang
bisa meraih dukungan pada swing voters memiliki peluang yang baik untuk
menambah suara. Swing voters memiliki persentase sebesar 7.5%. Jumlah ini akan
sangat membantu terutama apabila hasil perhitungan suara antar kandidat memiliki
perbedaan yang sangat tipis.
Segmentasi Kondisi Dukungan Pemilih terhadap Kandidat dengan
Analisis CHAID
Melihat kondisi dukungan masyarakat dan popularitas dapat dilakukan
melalui segmentasi menggunakan analisis CHAID. Segmentasi biasanya dilakukan

11
pada bidang pemasaran untuk melihat peta pasar produk di mata konsumen.
Produsen bisa menentukan strategi pemasaran yang tepat agar produk diterima dan
terjual dengan sukses.
Prinsip yang sama digunakan pada penelitian ini. Produk bisa dianalogikan
dengan kandidat yang akan maju pada Pilkada. Kandidat perlu mengetahui di
segmen apa saja dia unggul dan di segmen mana dia kalah sehingga kandidat bisa
membuat strategi yang tepat sasaran.
Terdapat 6 orang yang diprediksi kuat akan maju sebagai kandidat calon
bupati Kabupaten Minahasa Tenggara dengan karakteristik dapat dilihat pada
lampiran 2. Analisis CHAID menghasilkan pohon klasifikasi pada taraf nyata 10%
yang dapat dilihat pada lampiran 3 dan karakteristik masing-masing segmen pada
lampiran 4. Analisis CHAID menghasilkan 5 jenis segmen. Peubah penjelas yang
berpengaruh terhadap peubah respon adalah pekerjaan, suku, dan pendapatan.
Peubah utama yang menjadi penentu pilihan kandidat adalah peubah
pekerjaan. Pemilih dengan pekerjaan sebagai petani, lainnya (76.8%) memilih
kandidat D (50.3%), kandidat A (18.9%), kandidat C (10.1%), kandidat lainnya
(7.4%), kandidat B (7.1%), dan swing voters (6.2%). Kandidat D cukup populer dan
banyak dipilih oleh kalangan petani dan lainnya. Sementara pemilih dengan
pekerjaan sebagai wiraswasta (16.1%) memilih kandidat D (33.8%), kandidat A
(23.9%), kandidat lainnya (16.9%), kandidat C (14.1%), swing voters (8,5%), dan
kandidat B (2.8%). Kemudian pemilih yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai
negeri sipil (7%) memilih kandidat D (32.3%), swing voters (19.4%), kandidat B
(16.1%), kandidat C (16.1%), kandidat A (9.7%), dan kandidat lainnya (6.5%).
Posisi peringkat dukungan kandidat pada segmen ini berbeda dibanding 2 segmen
sebelumnya. Jika sebelumnya peringkat kedua selalu ditempati kandidat A, pada
segmen ini kandidat A berada pada peringkat ketiga (lainnya dan swing voters tidak
dilibatkan) di bawah kandidat B dan C. Masing-masing kandidat masih memiliki
peluang yang cukup besar untuk menguasai dukungan dari pemilih yang bekerja
sebagai pegawai negeri sipil karena pemilih dengan kategori swing voters pada
segmen ini sangat besar (19.4%).
Peubah yang menjadi penentu pilihan kandidat selanjutnya adalah peubah
suku tapi hanya untuk kategori pekerjaan sebagai petani, lainnya. Posisi kandidat
pada segmen pemilih yang berasal dari suku Minahasa dan bekerja sebagai petani,
lainnya (67.3%) adalah kandidat D (51.4%), kandidat A (16.9%), kandidat C
(10.8%), kandidat B (7.8%), swing voters (6.8%), dan kandidat lainnya (6.4%).
Sementara posisi kandidat pada segmen pemilih yang berasal dari suku lainnya dan
bekerja sebagai petani, lainnya (9.5%) adalah kandidat D (42.9%), kandidat A
(33.3%), kandidat lainnya (14.3%), kandidat C (4.8%), kandidat B (2.4%), dan
swing voters (2.4%).
Pada kelompok pemilih yang berasal dari suku lainnya dan bekerja sebagai
petani, lainnya terjadi pemisahan pemilih menjadi 2 segmen berdasarkan peubah
pendapatan. Segmen pertama adalah pendapatan antara 1 juta-1.99 juta, lebih dari
2 juta dan segmen kedua adalah pendapatan kurang dari 1 juta.
Posisi kandidat pada segmen pemilih yang berasal dari suku lainnya, bekerja
sebagai petani, lainnya, dan pendapatan antara Rp 1 juta-1.99 juta, lebih dari Rp 2
juta (5.5%) adalah kandidat A (45.8%), kandidat D (20.8%), kandidat lainnya
(20.8%), kandidat B (4.2%), kandidat C (4.2%), dan swing voters (4.2%).
Sementara posisi kandidat pada segmen pemilih yang berasal dari suku lainnya,

12
bekerja sebagai petani, lainnya, dan pendapatan kurang dari Rp 1 juta (4.1%)
adalah kandidat D (72.2%), kandidat A (16.7%), kandidat C (5.6%), kandidat
lainnya (5.6%), kandidat B (0%), dan swing voters (0%). Kandidat A unggul di
segmen pemilih berpendapatan menengah ke atas sementara kandidat D unggul di
segmen pemilih berpendapatan rendah.
Kandidat D sudah memiliki basis dukungan dan kepopuleran yang cukup kuat
karena unggul di semua segmen kecuali di segmen 2 yang dikuasai kandidat A.
Kandidat D unggul di masyarakat kecil sementara kandidat A cukup unggul di
segmen pemilih berpenghasilan menengah ke atas. Kandidat selain A dan D akan
cukup kesulitan untuk meraih dukungan dari pemilih. Tapi kondisi ini belum
menjadi jaminan kemenangan bagi kandidat manapun karena perubahan kondisi
sosial politik pemilih sangat mungkin terjadi.
Citra Kepribadian Kandidat yang Melekat di Pemilih dengan Menggunakan
Analisis Korespondensi
Politik pencitraan fokus kepada upaya sumber pesan (kandidat)
menumbuhkan partisipasi politik pemilih untuk memberikan pilihan pada dirinya.
Menurut Anwar Arifin (2003), strategi pencitraan adalah keputusan keseluruhan
keputusan kondisional pada saat ini tentang tindakan yang akan dijalankan guna
mencapai tujuan pada masa depan. Merawat ketokohan dan memantapkan
kelembagaan dalam melakukan komunikasi politik merupakan keputusan yang
tepat bagi sumber pesan untuk mencapai tujuan ke depan, yaitu citra yang baik,opini
publik yang positif, dan memenangkan pemilihan umum. Para politikus harus
berusaha menciptakan dan mempertahankan tindakan politik yang membangkitkan
citra yang memuaskan, supaya dukungan opini publik dapat diperoleh dari rakyat
sebagai khalayak komunikasi politik. Salah satu cara menumbuhkan citra yang
tepat adalah dengan menampilkan kepribadian yang diinginkan masyarakat.
Analisis korespondensi dapat digunakan untuk melihat citra kepribadian
kandidat di mata pemilih. Dengan melihat kepribadiannya di mata pemilih,
kandidat dapat mengetahui posisi dan langkah apa yang bisa dilakukan untuk
memperbesar peluang kemenangan.
Nilai inersia pada komponen 1 sebesar 0.054 dan pada komponen 2 sebesar
0.020. Komponen 1 dapat menjelaskan 57.2% keragaman data sedangkan
komponen 2 dapat menjelaskan keragaman data sebesar 21.2%. Sehingga secara
total kedua komponen dapat menjelaskan 78.5% keragaman data.
Berdasarkan Gambar 11, pemilih memilih kandidat A karena kandidat A
dinilai berkeperibadian jujur dan berwibawa. Kepribadian ini sesuai dengan latar
belakang kandidat A yang dipercaya sebagai ketua Dewan Perwakilan Cabang
salah satu partai. Pemilih memilih kandidat C karena dinilai pintar dan jujur. Latar
belakang kandidat C adalah Kepala Dinas Kesehatan sehingga wajar jika dinilai
sebagai orang pintar. Sementara kandidat D sama seperti kandidat B yang dipilih
karena dinilai perhatian pada rakyat. Posisi keduanya sebagai pasangan bupatiwakil bupati petahana menguatkan alasan terpilihnya citra kepribadian ini. Citra
kepribadian yang melekat pada pasangan ini dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan
pro rakyat selama mereka menjabat. Namun kandidat D lebih unggul (pada plot
terlihat sangat dekat dengan kepribadian perhatian pada rakyat) disinyalir karena
efek hierarki jabatan sebagai bupati sehingga lebih populer dibanding wakil bupati.

13

Gambar 11 Plot Hasil Analisis Korespondensi Kandidat dan Citra Kepribadian
yang Melekat pada Kandidat
Kandidat D adalah kandidat yang menurut pemilih memiliki citra kepribadian
perhatian pada masyarakat yang sangat kuat. Berdasarkan Gambar 10, kandidat D
juga memiliki dukungan paling besar dari pemilih. Kondisi ini menjadi indikator
bagi kandidat selain kandidat D untuk meniru pencitraan yang sama sebagai
kandidat yang perhatian pada rakyat sehingga bisa memberikan perlawanan pada
kandidat D dan merebut dukungan dari pemilih.
Hubungan antara Dukungan kepada Kandidat dan Pekerjaan Pemilih
Peubah pekerjaan merupakan salah satu peubah yang berpengaruh terhadap
skor keterpilihan kandidat. Pekerjaan juga merupakan salah satu peubah yang
paling mudah terlihat dibandingkan peubah-peubah lain. Analisis korespondensi
hanya dilakukan pada peubah pekerjaan karena terjadi penggabungan respon
menjadi 2 kategori pekerjaan. Kandidat harus mengetahui secara spesifik di bidang
pekerjaan mana yang memiliki dukungan kuat dan pekerjaan mana yang penetrasi
kampanyenya harus diperkuat.
Nilai inersia pada komponen 1 sebesar 0.033 dan pada komponen 2 sebesar
0.030. Komponen 1 dapat menjelaskan 49.9% keragaman data sedangkan
komponen 2 dapat menjelaskan keragaman data sebesar 45.1%. Sehingga secara
total kedua komponen dapat menjelaskan 95% keragaman data.
Berdasarkan Gambar 12, Kandidat A dipilih oleh kalangan wiraswasta.
Kandidat B dipilih oleh Petani dan kandidat C dipilih oleh PNS. Sementara kandidat
D dipilih oleh petani dan lainnya. Berdasarkan Gambar 8, mayoritas pemilih di
Kabupaten Minahasa Tenggara memiliki pekerjaan sebagai petani. Kandidat D
yang dipilih oleh petani sudah diuntungkan oleh kuantitas yang besar. Namun

14
petani juga rentan oleh perubahan dukungan karena sebagian besar dari mereka
rendah secara ekonomi dan pendidikan (Tabel 2 dan Tabel 3).

Gambar 12 Plot Hasil Analisis Korespondensi Kandidat dan Pekerjaan Pemilih
Tabel 2 Tabulasi Silang antara Pekerjaan dan Pendapatan Pemilih
Pendapatan
Di bawah 1 juta
1 juta-1.99 juta
Lebih dari 2 juta
Petani
107
57
11
PNS
0
9
22
Wiraswasta
25
28
18
Lainnya
82
61
20
Pekerjaan lainnya cenderung mendukung kandidat yang sama dengan
pekerjaan petani (Gambar 12). Pekerjaan lainnya didominasi oleh ibu rumah
tangga (Gambar 13). Wanita biasanya lebih tunduk kepada laki-laki di daerah
pedesaan. Sehingga ada kecenderungan apabila ingin meraup dukungan dari
pekerjaan petani dan lainnya, kandidat cukup memaksimalkan pendekatan kepada
petani sebagai kepala keluarga.
Tabel 3 Tabulasi Silang antara Pekerjaan dan Pendidikan Pemilih
Pekerjaan

Pekerjaan
Petani
PNS
Wiraswasta
Lainnya

SD
111
1
9
52

SMP
43
0
21
45

Pendidikan
SMA
17
9
35
62

Pendidikan Tinggi
4
21
6
4

15
Tabel 4 Tabulasi Silang antara Pekerjaan dan Jenis Kelamin Pemilih
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Petani
129
46
PNS
13
18
Wiraswasta
41
30
Lainnya
37
126
Kandidat B dan D cenderung tidak dipilih oleh pemilih PNS padahal mereka
adalah bupati-wakil bupati petahana. Kalangan PNS biasanya dekat dengan
pemimpin mereka di institusi.
Pekerjaan

Belum Bekerja 23.3%

Pelajar
4.3%
Ibu Rumah
Tangga 72.4%

Gambar 13 Komposisi Pemilih berdasarkan Pekerjaan Lainnya
Pemilih dengan pekerjaan lainnya yang didominasi perempuan (Tabel 4 dan
Gambar 13) cenderung memilih kandidat D. Kandidat D juga adalah perempuan.
Pemilih wanita merasa adanya kesamaan sehingga mereka memilih kandidat D.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Analisis CHAID menghasilkan 5 segmen berdasarkan pekerjaan, suku, dan
pendapatan. Kandidat D unggul di 4 segmen pemilih, yaitu segmen pemilih yang
bekerja sebagai Petani, Lainnya, dan berasal dari suku Minahasa. Kemudian
segmen pemilih yang bekerja sebagai Petani, Lainnya, berasal dari suku Lainnya,
dan memiliki penghasilan kurang dari Rp 1,000,000. Dua segmen selanjutnya
adalah segmen pemilih yang bekerja sebagai Wiraswasta dan segmen pemilih yang
bekerja sebagai Pegawai negeri Sipil. Satu segmen yang tidak berhasil dikuasai oleh
kandidat D tapi dikuasai oleh kandidat A adalah segmen pemilih yang bekerja
sebagai Petani, Lainnya, berasal dari suku Lainnya dan berpenghasilan antara Rp
1,000,000-Rp1,999,999 dan di atas Rp 2,000,000.
Kandidat D secara umum mengungguli semua kandidat dengan persentase
dukungan sebesar 46.4%. Analisis korespondensi memperlihatkan kandidat A
didukung oleh Wiraswasta, kandidat B dipilih oleh kalangan Petani, kandidat C
dipilih oleh Pegawai Negeri Sipil, dan Kandidat D dipilih oleh kalangan Petani dan
Lainnya. Hasil analisis korespondensi juga menempatkan kandidat D sebagai
kandidat yang dipilih karena kepribadian Perhatian pada Rakyat.
Strategi yang tepat bagi kandidat lain untuk merebut dukungan pemilih
terhadap kandidat D adalah mendekati kalangan Petani dan mencitrakan sebagai

16
pribadi yang Perhatian pada Rakyat. Kandidat juga bisa merebut dukungan dari
kandidat Lainnya dan swing voters untuk memperbesar peluang kemenangan.
Saran
Keadaan calon pemilih tidak selalu sama setiap waktu. Kandidat yang unggul
sekarang belum tentu akan memenangkan pilkada. Kondisi sosial politik akan
semakin dinamis mendekati waktu pilkada. Survei diharapkan dilaksanakan
kembali secara periodik menjelang pilkada untuk menangkap perubahan kondisi
pemilih.

DAFTAR PUSTAKA
[Kemendagri] Kementerian Dalam Negeri. 2011. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2011 tentang Kode dan Data Wilayah
Administrasi Pemerintahan. Jakarta (ID): Kemendagri.
Arifin A. 2011. Komunikasi Politik. Filsafat, Paradigma, Teori, Tujuan, Strategi,
dan Komunikasi Politik Indonesia. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
Darmawan G. 2009. Aplikasi Analisis Korespondensi untuk Melihat Perkembangan
Pembangunan di Wilayah Sumedang. Seminar Nasional Matematika; 2009 Apr
04; Yogyakarta (ID), Indonesia.
Faridhan YE, Susetyo B, Alamudi A. 2006. Metode Klasifikasi Berstruktur Pohon
dengan Algoritma CRUISE, QUEST, dan CHAID. Forum Statistika dan
Komputasi [Internet]. [diunduh 2013 Juni 2]; 11(1) : 20-28. Tersedia pada :
http://repository.ipb.ac.id
Greenacre M. 1984. Theory and Applications of Correspondence Analysis. London
(GB):Academic Pr.
Kass GV. 1980. An Exploratory Technique for Investigating Large Quantities of
Categorical Data. Applied Statistics [Internet]. [diunduh 2013 September 19];
29(2) : 119-127. Tersedia pada : http://links.jstor.org/sici?sici=00359254%281980%2929%3A2%3C119%3AAETFIL%3E2.0.CO%3B2-N
Marbun BN. 2012. Bagaimana Memenangkan Pemilu. Jakarta (ID): PT Pustapa
Sinar Harapan.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2011. Sidik Peubah Ganda dengan Menggunakan
SAS. Bogor (ID): Departemen Statistika FMIPA IPB.
Pradhanawati A. Februari 2011. Perilaku Pemilih di Era Politik Pencitraan dan
Pemasaran Politik. Forum. Topik Utama:8.
Scheaffer RL, Mendenhall W, Ott L. 1990. Elementari Survey Sampling Fourth
Edition. Boston (US): PWS-KENT.

17
Lampiran 1 Distribusi Respon Pemilih Sebelum Dilakukan Penggabungan
Kategori Respon.
Peubah
Jenis Kelamin
Suku

Umur

Agama

Pendidikan

Pekerjaan

Pendapatan

Respon
Laki-laki
Perempuan
Jawa
Minahasa
Melayu
Sanger
Gorontalo
Bugis
Mongondow
Bolaang
lainnya
50
Islam
Protestan
Katolik
Budha
Lain-lain

Dokumen yang terkait

Partisipasi Politik Masyarakat Karo Pada Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010 (Studi Kasus: Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan)

2 71 90

Konflik Elit Politik Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Aceh Tenggara Secara Langsung Tahun 2006

1 119 95

Model Kampanye Politik Kandidat Kepala Daerah Kabupaten Malang pada Pemilihan Umum Kepala Daerah 2015

0 4 34

STRATEGI PENCITRAAN KANDIDAT EDDY RUMPOKO STRATEGI PENCITRAAN KANDIDAT EDDY RUMPOKO PADA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH KOTA BATU ( Penelitian Deskriptif Kualitatif Strategi Pencitraan Kandidat Eddy Rumpoko Pasca Isu Ijazah Palsu Pada Pemilihan Umum Kepala

0 3 15

STRATEGI PUBLIC RELATIONS POLITIK DALAMPENCITRAAN BUPATI STRATEGI PUBLIC RELATIONS POLITIK DALAM PENCITRAAN BUPATI (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Pencitraan Bupati Cilacap untuk Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat Menjelang Pemilihan Kepala Daerah

0 3 13

PENDAHULUAN STRATEGI PUBLIC RELATIONS POLITIK DALAM PENCITRAAN BUPATI (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Pencitraan Bupati Cilacap untuk Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat Menjelang Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Cilacap Periode 2012-2017).

1 3 34

PENUTUP STRATEGI PUBLIC RELATIONS POLITIK DALAM PENCITRAAN BUPATI (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Pencitraan Bupati Cilacap untuk Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat Menjelang Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Cilacap Periode 2012-2017).

0 4 22

Evaluasi Kebijakan Pemilihan Kepala Daerah Langsung Di Kabupaten Minahasa Tenggara Provinsi Sulawesi Utara.

0 0 1

EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG DI KABUPATEN MINAHASA TENGGARA PROVINSI SULAWESI UTARA.

0 0 1

PARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA) | Umboh | JURNAL EKSEKUTIF 2983 5550 1 SM

0 0 13