Model Kampanye Politik Kandidat Kepala Daerah Kabupaten Malang pada Pemilihan Umum Kepala Daerah 2015

(1)

MODEL KAMPANYE POLITIK KANDIDAT KEPALA DAERAH KABUPATEN MALANG PADA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH

2015

SKRIPSI

Oleh :

DIYAH EKA PRASETYA RINI 20121005031008

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

MODEL KAMPANYE POLITIK KANDIDAT KEPALA DAERAH KABUPATEN MALANG PADA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH

2015

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) Ilmu Pemerintahan

Oleh :

DIYAH EKA PRASETYA RINI 201210050311008

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Nama : Diyah Eka Prasetya Rini

NIM : 201210050311008

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Judul : Model Kampanye Politik Kandidat Kepala Daerah Kabupaten Malang Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah 2015

Disetujui Untuk Diuji Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing I

Dr. Asep Nurjaman, M.Si Dra. Juli Astutik, M.Si

Mengetahui, Kajur Ilmu Pemerintahan


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Dipertahankan Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang pada:

Hari :

Tanggal :

Jam :

Tempat :

Dewan Penguji

1. :

2. :

3. :

4. :

Mengesahkan Dekan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “MODEL KAMPANYE POLITIK KANDIDAT KEPALA DAERAH KABUPATEN MALANG PADA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH 2015”. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal tersebut karena masih terbatasnya pengetahuan penulis. Proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan- bimbingan, nasehat- nasehat, bantuan- bantuan fasilitas dan juga dorongan moril dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang mendalam serta rasa hormat kepada:

1. Dr. Asep Nurjaman, M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang dan juga selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran dan masukan serta didikan yang amat berarti bagi penulis pribadi dan bagi kelancaran penulisan skripsi ini.

2. Dra. Juli Astutik, M.Si selaku Dosen Pembimbing II Skripsi yang juga telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran, serta dorongan moril bagi penulis sebagai motivasi untuk kelanacaran penyusunan skrispi ini. 3. Yana S Hijri, S.IP, M.IP selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

kritik, saran, masukan dan sanggahan guna menyempurnakan skripsi ini. 4. Hevi Kurnia Hardini, S.IP, MA.Gov selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pemerintahan dan juga selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran, masukan serta bimbingan akademik selama penulis menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Sosial Universitas Muhammadiyah Malang.


(6)

5. Segenap Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal hidup penulis di masa depan.

6. Bapak Arief Subagyo selaku Humas KPUD Kabupaten Malang yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian, dan kerap kali memberikan informasi yang berarti bagi penulis untuk kelancaran penyusunan skrispsi ini.

7. Bapak Wahyudi selaku Ketua Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten Malang yang banyak membantu memberikan informasi selama penulis tengah melakukan penelitian untuk melengkapi penyusunan skrispsi ini, 8. Semua jajaran tim pemenangan masing- masing akndidat kepala daerah

Kabupaten Malang yang telah memberikan keleluasaan bagi penulis terkait dengan pengumpulan informasi mengenai kegiatan kampanye yang telah dilakukan oleh masing- masing kandidat yang diusungnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat cacat dan celanya. Oleh karena itu, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan dan kekurangan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Dengan segala keterbatasan ini, penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Malang, 21 Januari 2015 Penulis


(7)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN ORISIANLITAS ABSTRACT

ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1Manfaat Akademis ... 10

1.4.2Manfaat Praktis ... 10

1.5 Definisi Konsep Dan Operasional ... 10

1.5.1Definisi Konsep ... 10

1.5.2Definisi Operasional ... 14

1.6 Metode Penelitian ... 15

1.6.1Jenis Penelitian ... 16

1.6.2Lokasi Penelitian ... 16

1.6.3Subjek Penelitian ... 17

1.6.4Teknik Pengumpulan Data ... 17

1.6.5Analisis Data ... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kampanye Politik ... 22


(8)

2.3 Pemilihan Kepala Daerah ... 28

2.4 Pemasaran Politik ... 31

BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Malang ... 38

3.1.1 Geografis, administratif dan kondisi fisik ... 38

3.1.2 Jumlah Kependudukan ... 42

3.2 Kondisi Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Kabupaten Malang ... 46

3.3 Visi Misi Kandidat Kepala Daerah Kabupaten Malang ... 48

3.3.1 Visi Misi pasangan calon nomor urut 1 Rendra Kresna dan Sanusi ... 48

3.3.2 Visi Misi pasangan calon nomor urut 2 Dewanti Rumpoko dan Masrifah Hadi ... 49

3.3.3 Visi Misi pasangan calon nomor urut 3 Nurcholis dan Mufidz ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Profil Kandidat Kepala Daerah dan Tim Pemenangan ... 55

4.1.1 Profil Pasangan Rendra Kresna- M. Sanusi dan Tim Pemenangan ... 55

4.1.2 Profil Pasangan Dewanti Rumpoko- Masrifah Hadi dan Tim Pemenangan ... 60

4.1.3 Profil Pasangan Nurcholis- Mufidz dan Tim Pemenangan ... 64

4.2 Model Kampanye Politik Kandidat Kepala Daerah Kabupaten Malang ... 67

4.2.1 Model Kampanye Politik Tim Rendra- Sanusi ... 67

4.2.2 Model Kampanye Politik Tim Dewanti- Masrifah ... 75

4.2.3 Model Kampanye Politik Tim Nurcholis Mufidz ... 84

4.3 Perbandingan Model Kampanye Politik Kandidat Kepala Daerah Kabupaten Malang ... 86


(9)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 89 5.2 Saran ... 92


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data tentang Luas Wilayah per-Kecamatan dan Jumlah

Kelurahan/Desa ... 40 Tabel 3.2 Data tentang Jumlah dan Kepadatan Penduduk Proyeksi 5

tahun ... 44 Tabel 3.3 Data tentang Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Kepala

Daerah Kabupaten Malang 2015 45 Malang ... 46 Tabel 3.4 Data tentang Kondisi Analisis Lingkungan Internal

Kabupaten Visi Misi Kandidat Kepala Daerah Kabupaten

Malang. ... 48 Tabel 3.5 Data tentang Kondisi Analisis Lingkungan Eksternal

Kabupaten Malang ... 47 Tabel 4.1 Data tentang Organisasi Pendukung Pasangan Rendra-

Sanusi ... 71 Tabel 4.2 Data tentang Kegiatan Konsolidasi Internal dan Eksternal

Rendra- Sanusi ... 72 Tabel 4.3 Data tentang Organisasi Pendukung Pasangan Dewanti-

Masrifah ... 79 Tabel 4.4 Data tentang Kegiatan Pendekatan Interpersonal Pasangan

Dewanti- Masrifah ... 81 Tabel 4.5 Data tentang Perbandingan Model Kampanye Politik


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Model Kampanye Politik ... 6

Gambar 2.1 Tahapan Marketing Politik ... 35

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Malang ... 41

Gambar 4.1 Pasangan Rendra- Sanusi ... 58

Gambar 4.2 Pasangan Dewanti Masrifah ... 62

Gambar 4.3 Pasangan Nurcholis- Mufidz ... 65

Gambar 4.4 Deklarasi Dukungan Kelompok Purna Tugas Kabupaten Malang untuk Pasangan Rendra- Sanusi ... 70

Gambar 4.5 Bingkisan Sarung Berstiker Rendra- Sanusi ... 74

Gambar 4.6 Deklarasi Forum Guru Kabupaten Malang yang menyatakan Dukungan Terhadap Pasangan Dewanti- Masrifah ... 78


(12)

Daftar Pustaka

Ali, Novel. 1999. Peradaban Komunikasi Politik: Potret Manusia Indonesia. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Alfianida. 2015. Strategi Pembentukan Brand Awareness dalam Political Branding ( Studi Evaluatif: Totok Daryanto, Calon Legislatif DPR RI Dapil Jatim V Tahun 2014). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana: Universitas Indonesia

Amal, Ichlasul. 1998. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik, Yogyakarta: PT Tiara Wacana, Edisi Revisi.

Amirudin 2006, Pilkada Langsung Problem dan Prospek, Sketsa Singkat Perjalanan Pilkada 2005. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anwari WMK, editor. 2003. Politik Editorial Media Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Arifin, Anwar, 2003. Komunikasi Politik: Paradigma- Teori- Aplikasi Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Asep, N. 2013. Ketidakstabilan Elektoral dan Kehancuran Politik Aliran. Malang: UMM Press

Asshiddiqie jimly. 2013 Menegakkan Etika Penyelenggara Pemilu. Jakarta: RajaGrafindo.

Cangara, H. 2009. Komunikasi Politik, Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Firmanzah. 2008. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Gaffar Afan. 1999, Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nimmo, D. 1993. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Nursal, Adman. 2004. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Prihatmoko J 2005, Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Salamah. U. 2015, Brand Pemimpin Politik, Jakarta: PT Makna Informasi Indonesia.

Satori Djam’an Dkk. 2011 dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.


(13)

Sugiyono. 2011 Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Moleong, Lexy J. 2007 Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset.

Yustian, Yudi. 2008. Strategi Kampanye Politik Calon Incumbent dan Pendatag Baru dalam Pemilihan Kepala Daerah ( Studi Kasus: Tim Kampanye Pasangan Danny Setiawan- Iwan Sulanja dan Ahmad Heryawan- Dede Yusuf di Kota Bogor, Jawa Barat) Skripsi. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Zuhro Siti. 2015, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, Jakarta Timur: LP2AB.

Undang-Undang:

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemilihan Kepala Daerah

Internet

Agus Muhammad. “Temuan sarung berlabel rendrasanusi relawan malang anyar siaga”. m.malangtimes.com/baca/7206/20151205/132207/ . Diakses pada tanggal 11 Desember 2015

Ridwan Hisjam. “Forum guru deklarasi dukungan malang anyar”. m.malangtimes.com/baca/7170/20151204/183119/ /. Diakses Pada tanggal 11 Desember 2015

Agus Salim. “Pkb: Warga NU solid siap memenangkan rendra-sanusi”. m.malangtimes.com/baca/7011/20151130/224018/ //. Diakses pada tanggal 13 Desember 2015

Faisal Hilmy. “Program sekolah gratis malang anyar diapresiasi buruh pabrik rokok”. m.malangtimes.com/baca/6999/20151130/160932/ /. Diakses pada tanggal 19 Januari 2016

Agus Salim. “Abah dur rendra-sanusi representatif kader NU”. m.malangtimes.com/baca/6973/20151130/003358- /. Diakses pada tanggal 19 Januari 2016.


(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG.

Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.1 Dalam kajian ilmu politik, sistem pemilu diartikan sebagai suatu kumpulan metode atau suatu pendekatan dengan mekanisme prosedural bagi warga masyarakat dalam menggunakan hak pilih meraka.2

Pemilihan umum menjadi tolak ukur berjalannya proses demokratisasi. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan maka penyelengaraan pemerintahan di daerah pun diterapkan dengan prinsip demokrasi. Sesuai dengan pasal 18 ayat 4 UUD 1945, kepala daerah di pilih secara demokratis.3 Dalam UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, diatur mengenai pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang di pilih langsung oleh rakyat, yang di ajukan oleh partai politik atau gabungan parpol. Sedangkan di dalam perubahan UU No.32 Tahun

1

Pasal 1 ayat (1) Undang- undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

2

Jimly Asshiddiqie, Menegakkan Etika Penyelenggaraan Pemilu, Raja Grafindo, Jakarta, 2013. H. 1.

3

Naskah Komperhensif Perubahan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Latar Belakang, Proses, dan Hasil Pembahasan 1999- 2002, buku edisi Revisi, Sekertariat Jenderal dan Kepanitraan Mahkamah Konstitusi, 2010, h. 616.


(15)

2 2004, yakni UU No.12 Tahun 2008 Pasal 59 ayat (1) b, calon kepala daerah dapat juga diajukan dari calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang.

Pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah periode pertama berlangsung sepanjang tahun 2005-2008, sedangkan periode kedua pemilukada berlangsung sepanjang tahun 2010-2013. Dari periode pertama tersebut banyak pembelajaran yang bisa dipetik untuk perbaikan sistem pemilukada. Sedangkan dalam perkembangannya pada periode kedua pelaksaaan pemilukada banyak diwarnai adanya konflik yang mencerminkan bahwa sistem pemilukada membutuhkan sebuah regulasi yang tepat agar pelaksanaannya bisa lebih efektif dan efisien dalam hal anggaran maupun kesiapan lembaga-lembaga penyelenggara pemilihan umum ditingkat daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota.4

Penelitian ini fokus kepada pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Malang tahun 2015. Pemilihan umum ini memperebutkan kursi Bupati yang diikuti oleh tiga pasangan calon. Pasangan calon pertama merupakan calon incumbent. Kekuatan calon incumbent tentu sudah tidak diragukan lagi karena mereka pasti telah mengetahui persis peta daerah, basis masa dan program yang telah dilaksanakan selama menjabat. Disamping itu calon incumbent ini diusung oleh koalisi partai yang meliputi partai Golkar, PKB, Nasdem, Demokrat,

4

Internasional Crisis Group (ICG) mencatat sekitar 10% dari 200 pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang digelar sepanjang tahun 2010 diwarnai aksi kekerasan seperti misalnya di Mojokerto Jawa Timur, Tana Toraja Sulawesi Selatan dan Toli-Toli Sulawesi Tengah. ICG menyebutkan bahwa kekerasan dalam Pilkada antara lain dipicu oleh lemahnya posisi penyelenggara pemilu seperti KPUD dan Panwaslu, selain itu besarnya perkara perselisihan hasil Pemilukada yang masuk ke MK tercatat setidaknya selama 2010 saja ada 170 daerah yang penetapan hasil Pemilukadanya diperkarakan ke MK oleh pasangan calon yang kalah. (www.mahkamahkonstitusi.go.id) diakses pada tanggal 20 November 2015.


(16)

3 Gerindra, PKS dan PPP. Calon potensial lainnya adalah pasangan calon nomor urut dua yang ditempati oleh Dewanti, yang kebetulan adalah seorang istri dari Walikota Batu yang tengah menjabat. Dewanti memilih wakil seorang perempuan juga sehingga pasangan ini diberi julukan pasangan dewi sri. Pasangan dewi sri diusung oleh PDIP sebagai partai yang memiliki basis suara terbanyak untuk kawasan Malang Raya. Terakhir adalah pasangan nomor urut tiga yang ditempati oleh pasangan independen, namun pasangan ini juga memiliki basis masa yang cukup kuat dari beberapa kecamatan karna pasangan ini merupakan putra daerah yang lahir dan berdomisili di Kabupaten Malang.

Pertimbangan yang telah dipaparkan di atas menjadi alasan kuat mengapa penelitian ini menarik untuk di teliti, dimana kemenangan dari kandidat merupakan tujuan utama dalam suatu pemilihan umum. Dalam buku dasar-dasar ilmu politik mengungkapkan bahwa dalam negara bersistem demokrasi seperti Indonesia, keberadaan partai politik adalah suatu hal yang dibutuhkan. Partai politik harus mampu memuaskan keinginan dan kebutuhan masyarakat agar mereka dipilih pada waktu pemilihan umum. Kebutuhan pemilih adalah sebuah aspirasi dari masyarakat yang diibaratkan sebagai sebuah permintaan (demand) yang akan membutuhkan sebuah instrumen dalam usaha untuk memenuhinya. Usaha dalam merespon kecenderungan pemilih tersebut oleh para pakar dirumuskan kedalam sebuah strategi komersial, yang disebut sebagai konsep pemasaran politik. Dengan pertimbangan bahwa masyarakat sebagai pemilih masih cenderung skeptis atau apabila tidak menyangkut dengan kepentingan dirinya maka akan acuh dan juga cenderung pragmatis atau yang penting ada


(17)

4 uang. Hal tersebut bisa dilihat dari hasil Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada Desember 2014 yang mendapati bahwa 41% tidak tertarik pada politik.5

Penerapan pemasaran politik menjadi sebuah keharusan, dimana pada era ini persaingan menjadi lebih kompetitif diantara banyak partai politik dan kandidat pada sebuah pemilihan umum.6 Konsep pemasaran kemudian semakin mendominasi dan banyak mencuri perhatian berbagai macam kalangan. Kemudian muncul pula sistem penilaian publik terhadap para calon pemimpin yang dikonsepkan sebagai Political Branding atau Brand pemimpin politik. Konsep baru ini di gunakan untuk menganalisis opini publik dalam hal penilaian brand atau simbol atau merek yang melekat pada diri calon pemimpin, apakah calon tersebut memiliki brand yang kuat, berani, cerdas, ataupun suka blusukan.

Brand pemimpin politik menjelaskan tentang bagaimana pemilih

memahami dan menanggapi partai politik dan kandidatnya. Dalam perkembangnnya merek dipandang sebagai identitas atau simbol yang melekat pada partai politik dan kandidat. Strategi itu digunakan untuk mengurangi kerumitan pemilih dalam mengahadapi banyaknya pilihan dan informasi yang berkembang. Seperti halnya dengan merek produk, manusia membeli suatu merek produk untuk mengekspresikan dirinya kedalam merek tersebut. Sehingga pemilih akan melakukan pemilihan terhadap suatu partai atau kandidat sebagai bentuk

5

Lembaga Survei Indonesia Desember 2014 melakukan survei terhadap ketertarikan publik pada politik , dimana survei tersebut didapatkan hasil bahwa 6% sangat tertarik pada politik, 36% tertarik, 41% tidak tertarik, 14% tidak tertarik sama sekali, 4% tidak tahu.

6

Firmanzah, 2008. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia h. 4


(18)

5 ekspresi atas dirinya.7 Pada dasarnya masyarakat akan cenderung menjatuhkan pilihan mereka pada pada merek yang terkenal, karena merek yang terkenal akan cenderung di ingat oleh masyarakat. Keterkenalan tersebut menjadi potensi paling menguntungkan untuk partai politik dan kandidatnya. Oleh karena itu keterkenalan sangat diperlukan agar produk tersebut bisa bertahan ditengah persaingan yang kompetitif, termasuk pula dalam konteksnya di dunia politik. Maka perlu kita ketahui bahwa partai dan kandidat membangun keterkenalan merek tersebut melalui kegiatan kampanye.

Kegiatan kampanye diklasifikasikan menjadi dua yaitu kampanye pemilu dan kampanye politik. Kampanye pemilu adalah semua aktivitas politik yang bertujuan untuk menggiring pemilih ketempat pencoblosan.8 Kegiatan kampanye ini dicirikan dengan jangka waktu yang lebih pendek, tingginya biaya yang harus dikeluarkan, serta ketidakpastian hasil dalam mendorong masyarakat untuk memberikan suaranya kepada mereka.9 Sedangkan kampanye politik adalah proses komunikasi politik antara partai politik dan kandidat dengan masyarakat.10 Kampanye politik dapat memanfaatkan berbagai macam model, yakni model kampanye politik pendekatan organisasi, model kampanye politik pendekatan interpersonal serta model kampanye politik transaksional. Model- model tersebut digunakan untuk mencapai tujuan yang berbeda-beda. Model transaksional dapat dilakukan dengan memberikan sebuah barang atau suatu hal yang berupa materil

7

Bartle and Grffiths 2002, dalam Brand Pemimpin Politik, h. 28-29 8

Firmanzah 2008, Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas,Jakarta: Yayasan Obor Indonesia h. 20

9

Khan & Kenney 1999 dalam Komunikasi Pemasaran Politik. h. 50 10

Firmanzah 2008, Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. h. 21


(19)

6 untuk mempengaruhi pemilih. Model pendekatan interpersonal dilakukan secara interpersonal seperti mengunjungi rumah-rumah calon pemilih. Sedangkan pendekatan organisasi dilakukan dengan mendirikan atau menggerakkan organisasi tertentu untuk memperluas sasaran pemilihnya.

Gambar 1.1 Model Kampanye Politik

Sumber: Diolah dari Nimmo, D. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media, 1993.

Kegiatan kampanye merupakan sebuah kerjasama tim, dengan demikian akan banyak personil dan lembaga yang terlibat di dalamnya. Penentuan bagi siapa saja yang akan terlibat menjadi pelaksana kampanye merupakan langkah awal dalam melaksanakan kegiatan kampanye. Orang-orang yang akan menjadi personil atau tim pemenangan atau tim sukses haruslah memiliki kemampuan bekerjasama, komitmen serta harus disesuaikan dengan karekter masyarakat yang bersangkutan. Hal tersebut akan perpengaruh pada optimalisasi pendekatan yang dilakukan pada masyarakat.

Pemberian barang dan jasa atau hadiah lainnya yang berupa materil

Model Kampanye Politik Transaksional

a. kampanye door to door b. pertemuan- pertemuan terbatas Model Kampanye Politik Pendekatan Interpersonal a. konsolidasi internal b. konsolidasi eksternal Model Kampanye Politik Pendekatan Organisasi


(20)

7 Menurut peraturan terbaru yang dituangkan kedalam PKPU Nomor 7 Tahun 2015. Tim pemenangan dibagi atas dua bagian yakni tim kampanye dan tim penghubung. Tim kampanye dan juga tim penghubung pasangan calon didaftarkan bersamaan dengan pendaftaran pasangan calon. Tim kampanye ini bertugas untuk menyusun seluruh kegiatan tahapan kampanye dan bertanggung jawab atas teknis pelaksanaan penyelenggaraan kampanye. Sedangkan, tim penghubung bertugas untuk menghubungkan antara pasangan calon dan tim kampanye dengan lembaga penyelenggara kampanye tingkat Kabupaten/Kota. Pembagian tim tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa kegiatan kampanye pada pemilihan umum kepala daerah 2015 yang dilaksanakan secara serentak, kini tidak hanya dilakukan oleh masing- masing kandidat dan tim pemenangannya. Namun dilaksanakan juga oleh KPUD Provinsi atau Kabupaten/ Kota sesuai dengan tingkatannya.

Penyelenggaraan kampanye pemilihan umum kepala daerah 2015 yang dilaksanakan secara serentak yang kini dilakukan oleh KPU dan juga masing-masing calon direalisasikan oleh seluruh peserta Peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah yang diikuti oleh 260 Kabupaten/Kota serta 9 Provinsi di Indonesia. Demikian halnya dengan Kabupeten Malang, kampanye diselenggarakan oleh KPU dan masing-masing pasangan calon kepala daerah. Kampanye yang dilakukan oleh KPU diantaranya adalah: Debat publik atau debat terbuka antar pasangan calon yang diselenggarakan pada tanggal 12 November 2015 untuk Kabupaten Malang, kegiatan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan pasangan calon serta penyampaian visi misi dari masing-masing pasangan calon. Kegiatan debat ini seharusnya dilaksanakan sebanyak tiga kali, namun di Kabupaten


(21)

8 Malang hanya dilakukan sekali pada tanggal tersebut dengan pertimbangan minimnya anggaran. Kegiatan kampanye kedua yang dilakukan oleh KPU adalah penyebaran alat peraga kampanye yang desainnya ditentukan oleh masing-masing pasangan calon. Alat peraga tersebut berupa Baliho sebesar 4m x 7m setiap pasangan calon untuk seluruh wilayah Kabupaten, serta umbul-umbul ukuran 5m x 1,5 m setiap pasangan calon untuk setiap kecamatan, terakhir adalah spanduk besar berukuran 1,5m x 7m untuk setiap desa.

Selain dari kegiatan kampanye yang telah diselenggarakan oleh KPU Kabuapten Malang yang telah dipaparkan di atas, selanjutnya perlu dipaparkan juga kegiatan kampanye yang dilakukan oleh masing-masing kandidat kepala daerah yang diantaranya adalah: kampanye akbar, kegiatan kampanye tatap muka dan/ atau pertemuan terbatas dan kegiatan kampanye lainnya yang bertujuan untuk mengoptimalkan suara kandidat yang diusunngnya.

Pemaparan di atas adalah kegiatan kampanye yang secara umum pasti akan dilakukan oleh masing-masing kandidat kepala daerah. Namun selain daripada itu tentunya ada perbedaan mendasar mengenai mekanisme kerja dari masing- masing tim pemenangan pasangan calon. Perbedaan mekanisme cara kerja tersebut tentu akan menimbulkan perbedaan pula pada sasaran dan target yang akan dituju untuk mengoptimalkan suara kandidat yang diusunngnya. Dengan pertimbangan- pertimbangan tersebut maka akan penting bagi peneliti untuk mengamati tentang perbedaan- perbedaan sasaran dan mekanisme kerja dari masing- masing tim pemenangan tersebut karena dengan adanya perbedaan tersebut maka pendekatan- pendekatan yang digunakan dalam model kampanye politiknya tentu akan berbeda antara kandidat satu dengan yang lainnya. Hal


(22)

9 tersebut akan menentukan pula model kampanye politik yang paling efektif untuk menjaring perolehan suara dari masyarakat Kabupaten Malang.

1.2RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

a. Bagaimana model kampanye politik kandidat kepala daerah Kabupaten Malang pada pemilihan umum kepala daerah 2015?

b. Apa sajakah masalah yang dihadapi dalam kegiatan kampanye politik kandidat kepala daerah Kabupaten Malang pada pemilihan umum kepala daerah 2015?

1.3TUJUAN PENELITIAN

a. Untuk mengetahui model kampanye politik kandidat kepala daerah Kabupaten Malang pada pemilihan umum 2015.

b. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam kegiatan kampanye politik kandidat kepala daerah Kabupaten Malang pada pemilihan umum kepala daerah 2015.

1.4MANFAAT PENELITIAN

Terdapat dua manfaat yang akan diperoleh dalam proses penelitian ini, yang di antaranya adalah:


(23)

10

1.4.1 Manfaat Akademis

Mengembangkan pengetahuan mengenai Model Kampanye Politik Kandidat Kepala Daerah Kabupaten Malang pada Pemilihan Umum Kepala Daerah 2015.

1.4.2 Manfaat Praktis

Sebagai bahan referensi di perpustakaan jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang, agar dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya.

1.5DEFINISI KONSEP DAN OPERASIONAL

1.5.1 Definisi Konsep

a. Pemilihan Umum

Pemilihan umum adalah suatu kumpulan metode atau cara warga masyarakat dalam memilih para wakil mereka. Manakala sebuah lembaga perwakilan rakyat apakah itu Dewan Perwakilan Rakyat ataupun Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dipilih, maka sistem pemilihan mentransfer jumlah suara kedalam jumlah kursi. Sementara itu, pemilihan presiden, gubernur, bupati dan walikota yang merupakan representasi tunggal dalam sistem pemilihan, dasar jumlah suara yang diperoleh menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah.11 Dengan melihat kenyataan seperti itu, maka betapa pentingnya sistem pemilihan umum dalam sebuah negara demokrasi. 12

11

Lijphart: 1995 dalam Pilkada Langsung Problem dan Prospek, Sketsa Singkat Perjalanan Pilkada 2005. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

12

Afan Gaffar, Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 1999, h. 225


(24)

11 Secara lebih lanjut dalam kajian ilmu politik Jimly Asshiddiqie memaparkan definisi pemilihan umum sebagai suatu kumpulan metode atau suatu pendekatan dengan mekanisme prosedural bagi warga masyarakat dalam menggunakan hak pilih mereka.13 Oleh sebab itu pemilihan umum dijadikan tolak ukur dalam berjalannya sistem demokrasi, karena itu pemilihan umum harus dilaksanakan secara jujur, adil, langsung, umum, bebas dan rahasia sesuai dengan kaidah-kaidah universal penyelenggaraan pemilu yang demokratis.14

b. Pemilihan Kepala Daerah

Pemilihan kepala daerah merupakan sebuah metode untuk mendapatkan kepala daerah yang memiliki kualitas dan akuntabilitas. Pelaksanaan pemilihan kepala daerah adalah untuk menciptakan stabilitas politik dan efektivitas pemerintah ditingkat lokal, serta dimungkinkan untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan nasional karena makin terbuka peluang bagi munculnya pemimpin-pemimpin nasional yang berasal dari bawah/ atau daerah. 15

Pemilihan kepala daerah merupakan penjabaran dari ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen keempat yang meyatakan bahwa Gubernur, Bupati dan Walikota, masing-masing sebagai Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan

13

Jimly Asshiddiqie, Menegakkan Etika Penyelenggara Pemilu, RajaGrafindo, Jakarta, 2013. h. 1

Jimly Asshiddiqie juga menyatakan bahwa sistem pemilu dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan sesuai dengan rezim pemerintah yang memimpin. Sehingga peraturan perundang-undangan mengenai pemilu pun juga ikut berubah sesuai dengan kebutuhan pada masa itu.

14

Naskah komperhensif Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Latar belakang, Proses, dan Hasil Pembahasan 1999-2002, buku V, Edisi Revisi, Sekertariat Jendral dan Kepaniteraan Mahmakah Konstitusi, 2010, h. 616

15

Prof. Dr. R. Siti Zuhro, MA, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, Jakarta Timur: LP2AB, 2015, h. 113


(25)

12 Kota dipilih secara demokratis. Metode pemilihan ini memberikan ruang gerak bagi rakyat sebagai pemilih untuk menjadi penentu kandidat yang akan memimpin

daerahnya. “ Kepala Daerah mesti dipilih langsung dengan rakyatlah yang menjadi pemegang dan pemberi mandat”. (Rozali Abdullah: 21)

Tip O’Neill menyebutkan bahwa pilkada adalah sarana membangun

kesadaran politik masyarakat, sebab apabila masyarakat belum memiliki kesadaran dalam politik maka mereka tidak akan mampu menentukan masa depan mereka ditangan pemimpin yang tengah berkuasa. Tanpa adanya kesadaran politik tersebut maka posisi mereka hanyalah menjadi supporters yang bisa saja diperalat oleh kelompok elit tertentu padahal seharusnya masyarakat berdiri sebagai voters.

c. Kampanye Politik

Kampanye politik merupakan usaha terorganisasi yang berusaha untuk mempengaruhi proses-proses pembuatan keputusan di dalam kelompok spesifik. Di dalam kehidupan demokrasi, kampanye politik juga disebut dengan kampanye pemilihan umum.16 Tujuan kampanye politik pun bergantung dengan jenis pemilihan umumnya. Apabila kampanye politik dilaksanakan ketika menjelang pemilihan umum presiden maka sudah jelas bahwa kampanye tersebut ditujukan untuk mempengaruhi calon pemilih untuk memilih calon presiden tertentu. Begitu juga dengan kampanye politik yang dilaksanakan sebelum pemilihan umum kepala daerah, tentu akan ditujukan untuk mempengaruhi calon pemilih agar menjatuhkan pilihan pada calon kepala daerah tertentu.

16


(26)

13 Prof. Deddy Mulyana M. A. Ph. D melihat kampanye politik dalam sistem politik demokrasi yang di definisikan sebagai sebuah usaha yang terorganisasi dalam bentuk serangkaian tindakan politik yang ditujukan untuk mengubah kebijakan di dalam suatu institusi melalui tahapan pengumpulan dukungan terbanyak dari khalayak. Sedangkan secara sederhana kampanye oleh Dr. Gun Heryanto digambarkan sebagai usaha mempengaruhi khalayak sedemikian rupa sehingga khalayak akan membuat pertimbangan mengenai hasrat, kebutuhan, serta selera politik mereka untuk dijadikan dasar memilih atau mengubah pilihan atas kandidat atau partai politik kontestan suatu pemilihan umum yang mereka sukai dengan cara mencoblos di dalam sesi pemungutan suara pemilihan umum tersebut.17

d. Pemasaran Politik (Marketing Politik)

Pemasaran politik adalah sebuah usaha yang meliputi kegiatan pengalokasian sejumlah perangkat dan serangkaian strategi di dalam kerangka

menjajal, menguji, dan mengukur opini publik sebelum dan semasa “kampanye pemilihan umum”. Tujuan dari pemasaran politik itu sendiri adalah untuk

memperoleh pijakan bagi langkah-langkah pemilihan strategi dan pengembangan teknik informasi kampanye pemilihan umum tersebut dalam kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai melalui kampanye yaitu memenangi pemilihan umum.18

Harrop dalam hal ini memberikan pandangan bahwa pemasaran politik mencakup seluruh segi dari setiap usaha untuk menjadikan seorang kandidat atau

17

Dr. Gun Heryanto Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute 18

Scamell 1995 dalam Komunikasi Pemasaran Politik. Bandung: PT Rosda Karya. h 21


(27)

14 partai politik yang dipasarkannya terpilih dalam suatu pemilhan umum. Sehingga pemasaran politik dianggap bukan sebatas pengiklanan politik, penyiaran dan pidato-pidato politik baik langsung maupun melalui media penyiaran.19

Pada level konseptual disebutkan bahwa pemasaran politik adalah suatu proses yang rumit, tetapi juga merupakan suatu hasil dari suatu usaha yang bersifat global dan berimplikasi terhadap seluruh faktor dari komunikasi politik yang dilakukan oleh para politisi. Pemasaran politik juga merupakan suatu metode umum sekaligus sebagai salah satu dari cara-cara berkomunikasi di dalam arena politik. Pemasaran politik merupakan kelanjutan dari elaborasi atas suatu kebijakan komunikasi politik yang dapat mencakup strategi yang lebih global dari rancangan, rasionalisasi dan penyaluran komunikasi politik modern.

1.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian ini dapat di rumuskan dengan beberapa indikator di antaranya sebagai berikut:

Model kampanye adalah cara atau metode yang digunakan oleh para kandidat dalam mempengaruhi masyarakat sebagai pemilih, hal tersebut dapat dilihat dari:

1. Model pendekatan organisasi yang dilakukan dengan mendirikan atau menggerakkan organisasi tertentu untuk memperluas sasaran pemilihnya.

a. Konsolidasi internal b. Konsolidasi eksternal

19

Kavanagh: 1995, 1996 dalam Komunikasi Pemasaran Politik. Bandung: PT Rosda Karya. h. 13


(28)

15 2. Model pendekatan interpersonal yang dilakukan secara interpersonal (berhadapan langsung dengan pribadi lain) seperti mengunjungi rumah-rumah pemilih.

a. Kampanye door to door b. Kampanye pertemuan terbatas

3. Model politik transaksional yang dilakukan dengan cara memberikan suatu hal berupa materil dengan timbal balik berupa dukungan atau suara untuk kandidat kepala daerah tertentu.

a. Pemberian barang atau jasa dan/ atau hadiah lainnya yang berupa materil.

1.6 METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Sebab masalah yang diteliti merupakan suatu fenomena sosial yang sifatnya deskriptif. Menurut

Djam’an Satori dan Aan Komariah, penelitian kualitatif merupakan penelitian

yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan cara mendeskripsikannya secara benar, di bentuk berdasarkan kata- kata serta berdasarkan teknik pengumpulan data analisis yang relevan dan di peroleh dari situasi yang alamiah.20

Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini di dasarkan pada alasan bahwa permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini yaitu bagaimana Model Kampanye Politik Kandidat Kepala Daerah Kabupaten Malang pada Pemilihan Umum Kepala Daerah 2015. Disamping itu, pendekatan kualitatif lebih tepat

20Djam’an Satori dan Aan Komariah,

Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. 2011, Hal.25


(29)

16 dalam penyesuaian ketika terjadi perubahan situasi yang di hadapi selama proses penelitian berlangsung.21

1.6.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah peneltian deskriptif. Bogda dan taylor mendefinisikan penelitian deskriptif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang orang dan perilaku yang dapat diamati.22 Sehingga peneliti dapat memperoleh informasi yang mendalam terkait permasalahan yang di teliti. Dalam hal ini peneliti berusaha mendapatkan informasi sedetail-detailnya tentang Model Kampanye Politik Kndidat Kepala Daerah Kabupaten Malang pada Pemilihan Umum Kepala Daerah 2015.

1.6.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Kabupaten Malang dengan pertimbangan bahwa fokus penelitian ini mengacu pada kegiatan kampanye yang telah dilaksanakan sejak tanggal 10 Agustus 2015 s/d tanggal 05 Desember 2015.

21

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007, Hal.10

22

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta. 2011. Hal. 213


(30)

17

1.6.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau narasumber dalam penelitian ini adalah:

a. Ketua tim pemenangan pasangan Rendra- Sanusi b. Sekertaris tim pemenangan pasangan Rendra- Sanusi c. Anggota tim pemenangan pasangan Rendra- Sanusi d. Wakil ketua tim pemenangan pasangan Dewanti- Masifah e. Anggota tim pemenangan pasangan Dewanti- Masrifah f. Wakil ketua tim pemenangan pasangan Nurcholis- Mufidz g. Katua Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten Malang h. Humas KPUD Kabupaten Malang

i. Kasubag Umum KPUD Kabupaten Malang

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini bertujuan untuk mengumpulkan atau memperoleh data yang ada di lapangan yang akurat dan faktual, guna memecahkan permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Observasi: Kegiatan pengamatan secara langsung di lapangan dalam upaya memahami apa yang diketahui oleh subjek penelitian yang berkaitan dengan tema yang di angkat dalam penelitian. Istilah observasi di arahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat dan mencatat fenomena yang muncul. Observasi bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah


(31)

18 sehingga memperoleh pemahaman dan juga sebagai alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi yang diperoleh sebelumnya.23

b. Wawancara Tak Terstuktur: Wawancara tak terstruktur adalah sebuah kegiatan wawancara yang biasanya pertanyaannya tidak disusun terlebih dahulu, sebab pertanyaan akan disesuaikan dengan respon dari narasumber. Pelaksanaan tanya-jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari. Wawancara semacam ini digunakan untuk menemukan informasi yang bukan tunggal karena masih memerlukan penafsiran kembali. Narasumber biasanya adalah mereka yang memiliki pengetahuan dan mendalami situasi yang tengah diteliti. 24

c. Dokumen: Dokumen adalah sebuah kumpulan catatan, karangan, laporan, aturan, maupun sejenis informasi yang dihasilkan oleh lembaga sosial tertentu. Dokumen digunakan sebagai sumber data yang dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan suatu fenomena sosial yang berkaitan dengan penelitian. 25

23

Rahayu, I., Observasi dan Wawancara, Malang, Banyuwangi, 2004, Hal. 1 24

Prof. DR. Lexy Moleong, M. A metodologi penelitian kualitatif, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007, Hal.190

25

Prof. DR. Lexy Moleong, M. A metodologi penelitian kualitatif, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007, Hal. 219.


(32)

19

1.6.5 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif,26 yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan- catatan lapangan.27 Langkah- langkah yang digunakan adalah menajamkan analisis, menggolongkan atau mengkategorisasikan kedalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan sehingga dapat ditarik dan di verifikasi. Data yang di reduksi antara lain seluruh data mengenai permasalahan penelitian.

Data yang di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari data tambahan jika di perlukan. Semakin lama peneliti berada di lapangan maka jmlah adata akan semakin banyak, semakin kompleks dan rumit. Oleh karena itu, reduksi data perlu dilakukan sehingga data tidak bertumpuk agar tidak mempersulit analisis selanjutnya.

26

(Miles dan Huberman (1948) dalam metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D)

27

Miles, Matthew B dan Huberman, A Michel, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1992, Hal. 16


(33)

20

b. Display Data/ Penyajian Data

Setelah data di reduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersususun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan atau pengambilan tindakan.28

Penyajian data di arahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan tersususun dalam pola hubungan sehingga makin mudah di pahami, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori serta diagram alur. Penyajian data dalam bentuk tersebut mempermudah peneliti dalam memahami apa yang terjadi. Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga informasi yang di dapat di simpulkan dan memiliki makna tertentu untuk menjawab masalah penelitian.

Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting menuju tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal. Dalam melakukan penyajian data tidak semata- mata mendeskripsikan secara naratif, akan tetapi di sertai proses analisis yang terus menerus sampai proses penarkan kesimpulan. Langkah berikutnya dalam proses analisis data kualitatif adalah menarik kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data.

c. Menarik Kesimpulan

Tahap ini merupakan tahap penarika kesimpulan dari semua data yang telah di peroleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/ arti keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab akibat atau proposisi. Sebelum melakukan penerikan

28


(34)

21 kesimpulan lebih dahulu dilakukan reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan- kegiatan sebelumnya.

Sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman, proses analistik tidak sekali jadi, melainkan interaktif, secara bolak-balik di antara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan atau verifikasi selama waktu penelitian. Setelah melakukan verifikasi maka dapat di tarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk narasi. Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data, juga merupakan tahap akhir dari pengolahan data.


(1)

16 dalam penyesuaian ketika terjadi perubahan situasi yang di hadapi selama proses penelitian berlangsung.21

1.6.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah peneltian deskriptif. Bogda dan taylor mendefinisikan penelitian deskriptif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang orang dan perilaku yang dapat diamati.22 Sehingga peneliti dapat memperoleh informasi yang mendalam terkait permasalahan yang di teliti. Dalam hal ini peneliti berusaha mendapatkan informasi sedetail-detailnya tentang Model Kampanye Politik Kndidat Kepala Daerah Kabupaten Malang pada Pemilihan Umum Kepala Daerah 2015.

1.6.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Kabupaten Malang dengan pertimbangan bahwa fokus penelitian ini mengacu pada kegiatan kampanye yang telah dilaksanakan sejak tanggal 10 Agustus 2015 s/d tanggal 05 Desember 2015.

21

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007, Hal.10

22

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta. 2011. Hal. 213


(2)

17 1.6.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau narasumber dalam penelitian ini adalah:

a. Ketua tim pemenangan pasangan Rendra- Sanusi b. Sekertaris tim pemenangan pasangan Rendra- Sanusi c. Anggota tim pemenangan pasangan Rendra- Sanusi d. Wakil ketua tim pemenangan pasangan Dewanti- Masifah e. Anggota tim pemenangan pasangan Dewanti- Masrifah f. Wakil ketua tim pemenangan pasangan Nurcholis- Mufidz g. Katua Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten Malang h. Humas KPUD Kabupaten Malang

i. Kasubag Umum KPUD Kabupaten Malang

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini bertujuan untuk mengumpulkan atau memperoleh data yang ada di lapangan yang akurat dan faktual, guna memecahkan permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Observasi: Kegiatan pengamatan secara langsung di lapangan dalam upaya memahami apa yang diketahui oleh subjek penelitian yang berkaitan dengan tema yang di angkat dalam penelitian. Istilah observasi di arahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat dan mencatat fenomena yang muncul. Observasi bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah


(3)

18 sehingga memperoleh pemahaman dan juga sebagai alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi yang diperoleh sebelumnya.23

b. Wawancara Tak Terstuktur: Wawancara tak terstruktur adalah sebuah kegiatan wawancara yang biasanya pertanyaannya tidak disusun terlebih dahulu, sebab pertanyaan akan disesuaikan dengan respon dari narasumber. Pelaksanaan tanya-jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari. Wawancara semacam ini digunakan untuk menemukan informasi yang bukan tunggal karena masih memerlukan penafsiran kembali. Narasumber biasanya adalah mereka yang memiliki pengetahuan dan mendalami situasi yang tengah diteliti. 24

c. Dokumen: Dokumen adalah sebuah kumpulan catatan, karangan, laporan, aturan, maupun sejenis informasi yang dihasilkan oleh lembaga sosial tertentu. Dokumen digunakan sebagai sumber data yang dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan suatu fenomena sosial yang berkaitan dengan penelitian. 25

23

Rahayu, I., Observasi dan Wawancara, Malang, Banyuwangi, 2004, Hal. 1 24

Prof. DR. Lexy Moleong, M. A metodologi penelitian kualitatif, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007, Hal.190

25

Prof. DR. Lexy Moleong, M. A metodologi penelitian kualitatif, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007, Hal. 219.


(4)

19 1.6.5 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif,26 yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan- catatan lapangan.27 Langkah- langkah yang digunakan adalah menajamkan analisis, menggolongkan atau mengkategorisasikan kedalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan sehingga dapat ditarik dan di verifikasi. Data yang di reduksi antara lain seluruh data mengenai permasalahan penelitian.

Data yang di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari data tambahan jika di perlukan. Semakin lama peneliti berada di lapangan maka jmlah adata akan semakin banyak, semakin kompleks dan rumit. Oleh karena itu, reduksi data perlu dilakukan sehingga data tidak bertumpuk agar tidak mempersulit analisis selanjutnya.

26

(Miles dan Huberman (1948) dalam metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D)

27

Miles, Matthew B dan Huberman, A Michel, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1992, Hal. 16


(5)

20 b. Display Data/ Penyajian Data

Setelah data di reduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersususun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan atau pengambilan tindakan.28

Penyajian data di arahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan tersususun dalam pola hubungan sehingga makin mudah di pahami, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori serta diagram alur. Penyajian data dalam bentuk tersebut mempermudah peneliti dalam memahami apa yang terjadi. Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga informasi yang di dapat di simpulkan dan memiliki makna tertentu untuk menjawab masalah penelitian.

Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting menuju tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal. Dalam melakukan penyajian data tidak semata- mata mendeskripsikan secara naratif, akan tetapi di sertai proses analisis yang terus menerus sampai proses penarkan kesimpulan. Langkah berikutnya dalam proses analisis data kualitatif adalah menarik kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data.

c. Menarik Kesimpulan

Tahap ini merupakan tahap penarika kesimpulan dari semua data yang telah di peroleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/ arti keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab akibat atau proposisi. Sebelum melakukan penerikan

28


(6)

21 kesimpulan lebih dahulu dilakukan reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan- kegiatan sebelumnya.

Sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman, proses analistik tidak sekali jadi, melainkan interaktif, secara bolak-balik di antara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan atau verifikasi selama waktu penelitian. Setelah melakukan verifikasi maka dapat di tarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk narasi. Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data, juga merupakan tahap akhir dari pengolahan data.