Percepatan pematahan dormansi subang gladiol (Gladiolus hybridus) dengan aplikasi zat pengatur tumbuh

PERCEPATAN PEMATAHAN DORMANSI SUBANG
GLADIOL (Gladiolus hybridus) DENGAN APLIKASI
ZAT PENGATUR TUMBUH

EVI DWI SULISTYA NUGROHO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Percepatan Pematahan
Dormansi Subang Gladiol (Gladiolus hybridus) dengan Aplikasi Zat Pengatur
Tumbuh adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Pebruari 2013

Evi Dwi Sulistya Nugroho
A251100081

ABSTRACT
EVI DWI SULISTYA NUGROHO. Acceleration Dormancy Breaking of
Gladiolus Corms (Gladiolus hybridus) using Plant Growth Regulators. Supervised
by ENDAH RETNO PALUPI and ENY WIDAJATI.
The main constraint of gladiolus cut flower production is the limited
planting material. The availability of ready to plant corms is hindered by the long
period of dormancy. The objective of the research was to ivestigate the effect of
plant growth regulators (PGR) in breaking the dormancy of gladiolus corms cv.
Nabila. The first experiment was carried out in two steps. In the first step NAA
was combined with BAP. The concentration of NAA were 0, 50, 100, 150 ppm
whereas BAP were 0, 50 100, 150 ppm. In the second step GA3 was combined
with BAP. The concentration of GA3 were 0, 50, 100, 150 ppm whereas BAP
were 0, 50 100, 150 ppm. The Randomized Complete Block Design with one
factor was used in the first experiment with five replication. In the second
experiment the best combination of PGR from the first experiment were selected

and applied to corms with different storage periode (0, 2, 4, 6, 8 weeks). The
Randomized Complete Block Design with two factor and five replication was
used. The results of the first experiment showed that all treatment using NAA,
GA3, BAP hastened the rooting and sprouting of the corms therefore breaking the
dormancy. Considering the efficiency of dormancy breaking techniques, the
treatment NAA 100 ppm and GA3 50 ppm were selected for the second
experiment. The results of the second experiment showed that NAA 100 ppm and
GA 50 ppm were similarly effective for breaking dormancy of the corms. The
newly harvested and two weeks old corms rooted and sprouted earlier than the
corms that had been longer in storage.
Key words: NAA, GA3, BAP, storage

RINGKASAN
EVI DWI SULISTYA NUGROHO. Percepatan Pematahan Dormansi Subang Gladiol
(Gladiolus hybridus) dengan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh. Dibimbing oleh
ENDAH RETNO PALUPI dan ENY WIDAJATI.
Subang gladiol mengalami masa dormansi. Masa dormansi yang lama
merupakan salah satu kendala dalam penyediaan benih tanaman gladiol. Subang siap
tanam yang tidak selalu tersedia dapat menyebabkan tidak terjaminnya ketersediaan
bunga tepat waktu. Perlakuan pematahan dormansi subang gladiol yang efektif perlu

dikembangkan agar penyediaan subang yang bermutu dapat terpenuhi secara
kontinyu. Penelitian bertujuan: 1) mematahkan dormansi subang gladiol dengan
perlakuan perendaman dalam berbagai kombinasi konsentrasi NAA, GA3 dan BAP 2)
mempercepat pematahan dormansi subang gladiol dengan aplikasi ZPT terpilih pada
berbagai umur simpan subang.
Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Cianjur dari
bulan Maret 2012 sampai dengan November 2012. Penelitian terdiri atas dua tahap.
Tahap pertama terdiri atas dua percobaan. Percobaan 1a. mempelajari pengaruh NAA
dan BAP terhadap pematahan dormansi subang gladiol. Konsentrasi NAA yang
digunakan adalah 0, 50, 100, 150 ppm sedangkan BAP adalah 0, 50, 100, 150 ppm.
Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) satu faktor dengan 16
taraf kombinasi NAA dan BAP dengan lima ulangan. Percobaan 1b. mempelajari
pengaruh GA3 dan BAP terhadap pematahan dormansi subang gladiol. Konsentrasi
GA3 yang digunakan adalah 0, 50, 100, 150 ppm sedangkan BAP adalah 0, 50 100,
150 ppm. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor dengan 16
taraf kombinasi GA3 dan BAP dengan lima ulangan.
Tahap kedua adalah percepatan pematahan dormansi subang gladiol dengan
aplikasi ZPT terpilih pada berbagai umur simpan subang. Percobaan menggunakan
rancangan acak kelompok (RAK) dua faktor dengan lima ulangan. Faktor pertama
adalah kombinasi ZPT yang terpilih masing-masing dari percobaan 1a yaitu NAA

100 ppm dan dari percobaan 1b yaitu GA3 50 ppm. Faktor kedua adalah periode
simpan subang 0, 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah panen dalam ruang simpan.
Hasil tahap pertama menunjukkan bahwa semua perlakuan NAA, GA3 dan
BAP mempercepat pembentukan akar dan pertumbuhan tunas sehingga subang lebih
cepat patah dormansi. Perlakuan pematahan dormansi dengan ZPT tidak
mempengaruhi kualitas bunga di lahan. Dengan mempertimbangkan efisiensi teknik
pematahan dormansi, perlakuan NAA 100 ppm dan GA3 50 ppm dipilih untuk
penelitian tahap kedua.
Hasil penelitian tahap kedua menunjukkan bahwa perlakuan NAA 100 ppm
dan GA3 50 ppm mempunyai efektivitas yang sama untuk pematahan dormansi
subang pada berbagai umur simpan. Perlakuan NAA 100 ppm atau GA3 50 ppm pada
subang yang baru dipanen dan dua minggu penyimpanan menyebabkan muncul
primordia akar dan tunas lebih awal dibandingkan dengan subang yang disimpan
lebih dari dua minggu.
Perlakuan ZPT tunggal NAA, GA3, BAP pada konsentrasi 50, 100 dan 150
ppm dan kombinasi NAA+BAP serta GA3+BAP mempercepat waktu muncul
primordia akar lebih dari 20 hari dan mempercepat waktu bertunas 0.5 cm lebih dari
16 hari dibanding kontrol.
Kata kunci: NAA, GA3, BAP, penyimpanan


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERCEPATAN PEMATAHAN DORMANSI SUBANG
GLADIOL (Gladiolus hybridus) DENGAN APLIKASI
ZAT PENGATUR TUMBUH

EVI DWI SULISTYA NUGROHO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Tesis: Dr. Dra. Tatiek Kartika Suharsi, M.S.

Judul Tesis : Percepatan Pematahan Dormansi Subang Gladiol (Gladiolus
hybridus) dengan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh
Nama
: Evi Dwi Sulistya Nugroho
NIM
: A251100081

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Endah Retno Palupi, M.Sc.
Ketua


Dr. Ir. Eny Widajati, M.S.
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu dan Teknologi Benih

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Satriyas Ilyas, M.S.

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

Tanggal Ujian: 08 Februari 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA


Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan
judul Percepatan Pematahan Dormansi Subang Gladiol (Gladiolus hybridus)
dengan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Endah Retno Palupi, M.Sc.
sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Eny Widajati, M.S. sebagai anggota
komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
penulisan tugas akhir, Dr. Dra. Tatiek Kartika Suharsi, M.S. sebagai penguji luar
komisi, Prof. Dr. Ir. Satriyas Ilyas, M.S. sebagai Ketua Program Studi Ilmu dan
Teknologi Benih. Disamping itu terimakasih dan penghargaan penulis sampaikan
kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang telah memberikan
beasiswa pendidikan, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura,
Kepala Balai Penelitian Tanaman Hias, Rektor IPB, Pimpinan Sekolah
Pasacasarjana IPB yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti
pendidikan di Pascasarjana IPB, Bapak dan Ibu Dosen pengajar yang telah
memberikan ilmu dengan tulus mudah-mudahan bermanfaat untuk menambah
bekal ilmu yang dapat kami terapkan di tempat kerja selanjutnya, serta karyawan
IPB dan Balithi. Ungkapan terimakasih penulis sampaikan kepada orang tua,
saudara, keluarga tercinta istriku Miftach Winarti, anak-anakku Shafa Acmerosa

Nugroho dan Naysa Anindita Nugroho atas doa, nasehat, motivasi dan kasih
sayangnya serta semua teman-teman yang memberi dukungan dan akhirnya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis, semoga Allah SWT
membalasnya dengan kebaikan yang berlipatganda.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Pebruari 2013
Evi Dwi Sulistya Nugroho

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bantul, Yogyakarta pada tanggal 18 September 1974
dari pasangan ayah Suwondo dan ibu Martini. Penulis merupakan anak kedua dari
dua bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Produksi Tanaman
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, lulus
pada tahun 1998.
Penulis pernah bekerja di PT Sevana Dhikara Samjaya dari tahun 1998
sampai 2000. Bekerja di marketing PT Deltagro dari tahun 2000 sampai 2001.
Bekerja di PT Benih Inti Subur Intani dari tahun 2001 sampai 2003. Penulis
bekerja sebagai staf peneliti di Balai Penelitian Tanaman Hias, Puslitbang
Hortikultura, Badan Litbang Pertanian dari tahun 2003 sampai sekarang. Pada

tahun 2010, penulis mendapat kesempatan pendidikan dan diterima di Program
Studi Ilmu dan Teknologi Benih pada Program Pascasarjana IPB. Beasiswa
pendidikan pascasarjana diperoleh dari Badan Litbang Pertanian, Kementrian
Pertanian Republik Indonesia.

i

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL..........................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................

xii


PENDAHULUAN .......................................................................................
Latar belakang.......................................................................................
Tujuan penelitian..................................................................................
Hipotesis...............................................................................................

1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
Perbanyakan tanaman gladiol ..............................................................
Budidaya gladiol...................................................................................
Dormansi subang dan pematahannya...................................................

5
7
8

METODOLOGI PENELITIAN ................................................................
Waktu dan Tempat Pelaksanaan ..........................................................
Bahan dan alat.......................................................................................
Percobaan 1 Pematahan dormansi subang gladiol dengan
zat pengatur tumbuh.............................................................................
1.a. Pengaruh NAA dan BAP terhadap pematahan dormansi
subang gladiol................................................................................
Metode....................................................................................... ...
Pelaksanaan penelitian...................................................................
1.b. Pengaruh GA3 dan BAP terhadap pematahan dormansi
subang gladiol................................................................................
Metode....................................................................................... ...
Pelaksanaan penelitian...................................................................
Pengamatan....................................................................................
Percobaan 2 Percepatan pematahan dormansi subang gladiol dengan
aplikasi ZPT terpilih pada berbagai umur simpan subang....................
Metode....................................................................................... ...
Pelaksanaan penelitian...................................................................
Pengamatan................................................................... ................

11
11
13
13
13
14
15
15
15
16
17
17
18
18

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................
Kondisi umum......................................................................................
Percobaan 1 Pematahan dormansi subang gladiol dengan
zat pengatur tumbuh.........................................................
Percobaan 2 Percepatan pematahan dormansi subang gladiol
dengan aplikasi ZPT terpilih pada berbagai umur
simpan subang...................................................................

34

SIMPULAN DAN SARAN...........................................................................

39

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

41

LAMPIRAN....................................................................................................

45

19
21

DAFTAR TABEL
Halaman
1
2
3
4

5
6

7
8
9
10
11
12

13

Kelas subang gladiol yang dikembangkan oleh
North American Gladiolus Council.........................................................
Perlakuan kombinasi NAA dan BAP......................................................
Perlakuan kombinasi GA3 dan BAP........................................................
Rekapitulasi analisis ragam pengaruh kombinasi NAA dan BAP
terhadap waktu muncul primordia akar, waktu bertunas 0.5 cm,
waktu bertunas 1.0 cm, jumlah mata tunas potensial dan jumlah
mata tunas yang tumbuh………………………………………………...
Pengaruh kombinasi NAA dan BAP terhadap waktu muncul
primordia akar, waktu bertunas 0.5 cm, waktu bertunas 1.0 cm,
jumlah mata tunas potensial dan jumlah tunas yang tumbuh...................
Rekapitulasi analisis ragam pengaruh kombinasi GA3 dan BAP
terhadap waktu muncul primordia akar, waktu bertunas 0.5 cm,
waktu bertunas 1.0 cm, jumlah mata tunas potensial dan jumlah
mata tunas yang tumbuh…………………………………………………
Pengaruh kombinasi GA3 dan BAP terhadap waktu muncul
primordia akar, waktu bertunas 0.5 cm, waktu bertunas 1.0 cm,
jumlah mata tunas potensial dan jumlah tunas yang tumbuh....................
Rekapitulasi analisis ragam pengaruh kombinasi NAA dan BAP
terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah kuntum bunga
per tangkai dan diameter bunga.................................................................
Rekapitulasi analisis ragam pengaruh kombinasi GA3 dan BAP
terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah kuntum bunga
per tangkai dan diameter bunga................................................................
Pengaruh kombinasi NAA dan BAP terhadap tinggi tanaman,
jumlah daun, jumlah kuntum bunga per tangkai dan diameter bunga......
Pengaruh kombinasi GA3 dan BAP terhadap tinggi tanaman,
jumlah daun, jumlah kuntum bunga per tangkai dan diameter bunga......
Rekapitulasi analisis ragam pengaruh ZPT dan umur simpan
terhadap waktu muncul primordia akar, waktu bertunas 0.5 cm,
waktu bertunas 1.0 cm, jumlah mata tunas potensial dan jumlah
mata tunas yang tumbuh...........................................................................
Pengaruh ZPT dan umur simpan terhadap waktu muncul primordia
akar, waktu bertunas 0.5 cm, waktu bertunas 1.0 cm, jumlah mata
tunas potensial dan jumlah mata tunas yang tumbuh...............................

7
14
15

21
22

25
26
30
30
31
32

34
35

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
2
3

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Subang gladiol : a) subang baru; b) subang lama;
dan c) anak subang...................................................................................
Perbanyakan bahan penelitian : a) tanaman gladiol varietas Nabila
pada 30 HST; b) pada saat tanaman berbunga umur 85 HST..................
Persiapan bahan penelitian : a) panen subang ketika tanaman
sudah mulai menguning; b) subang dikering anginkan; c) subang
dipilah berdasarkan ukuran; d) subang berukuran 2.5-4 cm dihitung
untuk bahan penelitian.............................................................................
Subang tidak normal, bentuk tidak beraturan..........................................
Perlakuan perendaman subang dengan ZPT............................................
Mata tunas potensial pada subang...........................................................
Subang baru dan anak subang yang tumbuh diatas subang lama
selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman..................................
Suhu udara pada ruang simpan................................................................
Kelembaban udara ruang simpan.............................................................
Subang terserang hama kutu putih (Pseudococcus sp.)...........................
Subang tanpa perlakuan ZPT belum muncul primordia akar (a)
dan subang dengan perlakuan ZPT lebih dahulu muncul primordia
akar melingkar di bagian bawah subang (b)............................................
Subang tanpa perlakuan ZPT belum muncul tunas (a) dan subang
dengan perlakuan ZPT lebih dahulu muncul tunas (b)............................
Hubungan antara waktu muncul primordia akar dan waktu
bertunas 0.5 cm pada perlakuan kombinasi NAA+BAP (a)
dan perlakuan kombinasi GA3+BAP (b).................................................
Pertumbuhan akar dan tunas satu minggu setelah tanam dari
subang yang muncul primordia akar.......................................................
Curah hujan, kelembaban udara dan penyinaran matahari Tahun 2012
Sumber: Stasiun klimatologi Pacet, Cianjur, Jawa Barat.......................
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dilahan dengan perlakuan
Kontrol (P1), NAA, BAP dan kombinasi NAA + BAP (a),
kontrol (Z1), GA3, BAP dan kombinasi GA3 + BAP (b)......................
Pengaruh perlakuan NAA (100 ppm) dan GA3 (50 ppm) pada
berbagai umur simpan subang terhadap waktu yang dibutuhkan
untuk muncul primordia akar................................................................
Pengaruh perlakuan NAA (100 ppm) dan GA3 (50 ppm) pada
berbagai umur simpan subang terhadap waktu yang dibutuhkan
untuk bertunas 0.5 cm............................................................................
Pengaruh perlakuan NAA (100 ppm) dan GA3 (50 ppm) pada
berbagai umur simpan subang terhadap waktu yang dibutuhkan
untuk bertunas 1.0 cm............................................................................

6
11

12
13
14
16
19
19
20
20
23
24
28
29
32
33
35
36
37

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Deskripsi tanaman gladiol varietas Nabila...........................................

2

Analisis ragam pengaruh NAA dan BAP terhadap waktu muncul
primordia akar......................................................................................
Analisis ragam pengaruh NAA dan BAP terhadap waktu
bertunas 0.5 cm....................................................................................
Analisis ragam pengaruh NAA dan BAP terhadap waktu
bertunas 1.0 cm...................................................................................
Analisis ragam pengaruh NAA dan BAP terhadap jumlah
mata tunas potensial...........................................................................
Analisis ragam pengaruh NAA dan BAP terhadap jumlah
tunas yang tumbuh..............................................................................
Analisis ragam pengaruh NAA dan BAP terhadap tinggi
tanaman...............................................................................................
Analisis ragam pengaruh NAA dan BAP terhadap jumlah
daun.....................................................................................................
Analisis ragam pengaruh NAA dan BAP terhadap jumlah
bunga...................................................................................................
Analisis ragam pengaruh NAA dan BAP terhadap diameter
bunga. ..................................................................................................
Analisis ragam pengaruh GA3 dan BAP terhadap waktu
muncul primordia akar.........................................................................
Analisis ragam pengaruh GA3 dan BAP terhadap waktu
bertunas 0.5 cm....................................................................................
Analisis ragam pengaruh GA3 dan BAP terhadap waktu
bertunas 1.0 cm....................................................................................
Analisis ragam pengaruh GA3 dan BAP terhadap jumlah
mata tunas potensial...........................................................................
Analisis ragam pengaruh GA3 dan BAP terhadap jumlah
tunas yang tumbuh..............................................................................
Analisis ragam pengaruh GA3 dan BAP terhadap tinggi
tanaman...............................................................................................
Analisis ragam pengaruh GA3 dan BAP terhadap jumlah
daun.....................................................................................................
Analisis ragam pengaruh GA3 dan BAP terhadap jumlah
bunga...................................................................................................
Analisis ragam pengaruh GA3 dan BAP terhadap diameter
bunga...................................................................................................
Analisis ragam pengaruh ZPT dan umur simpan subang
terhadap waktu muncul primordia akar (hari setelah panen)..............
Analisis ragam pengaruh ZPT dan umur simpan subang
terhadap waktu bertunas 0.5 cm (hari setelah panen).........................
Analisis ragam pengaruh ZPT dan umur simpan subang
terhadap waktu bertunas 1.0 cm (hari setelah panen).........................
Analisis ragam pengaruh ZPT dan umur simpan subang
terhadap jumlah mata tunas potensial.................................................
Analisis ragam pengaruh ZPT dan umur simpan subang
terhadap jumlah tunas yang tumbuh....................................................

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

45
46
46
46
46
47
47
47
47
48
48
48
48
49
49
49
49
50
50
50
51
51
51
52

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bunga gladiol merupakan salah satu bunga potong yang sudah lama
dikenal dalam industri florikultura. Gladiol mempunyai warna bunga yang
beraneka ragam yang banyak digunakan dalam rangkaian dekorasi dengan lama
kesegaran 3-4 hari. Produksi bunga gladiol Indonesia mengalami fluktuasi dari
9.7 juta tangkai pada tahun 2009 menjadi 10,0 juta tangkai pada tahun 2010. Pada
tahun 2011 menurun 5.4 juta tangkai (BPS 2012).
Penurunan produksi bunga bunga potong gladiol kemungkinan disebabkan
oleh ketersediaan benih yang kurang baik dalam jumlah maupun varietas yang
adaptif. Salah satu masalah dalam pengembangan gladiol di Indonesia adalah
terbatasnya kultivar yang digunakan oleh petani, antara lain hanya kultivar Queen
Occer, Salem, White Friendship, Priscilla, Holand merah, Batik, Kupu-kupu dan
Nova lux (Badriah et al. 2000). Varietas tersebut kurang berkembang karena tidak
mampu beradaptasi dengan baik pada lingkungan tropis dan tidak tahan terhadap
penyakit layu fusarium yang merupakan penyakit utama gladiol di Indonesia
(Badriah et al. 2007).
Gladiol termasuk bunga potong yang menempati urutan kelima setelah
krisan, mawar, gerbera dan sedap malam. Sentra produksi bunga ini di Pulau Jawa
tersebar di beberapa daerah, antara lain Parongpong (Bandung), Selabintana
(Sukabumi), Cipanas (Cianjur), Bandungan (Semarang) dan Batu ( Malang)
(Komar dan Effendie, 1995). Sentra produksi di Sumatera terletak di Brastagi dan
di Sulawesi di daerah Tomohon. Petani gladiol pada umumnya memproduksi
benih subang sendiri dari hasil pertanaman yang dibudidayakan (Badriah, 2007).
Varietas unggul dengan warna menarik, umur kesegaran yang lebih baik,
adaptif dan tahan terhadap penyakit layu fusarium memegang peranan penting
dalam upaya pengembangan produksi bunga gladiol

(Wuryaningsih 2004).

Beberapa varietas unggul gladiol yang sudah dilepas antara lain Kaifa, Clara, dan
Nabila (Badriah 2007). Produksi bunga harus didukung oleh ketersediaan benih
(subang) yang tepat varietas, tepat mutu, tepat waktu, tepat jumlah, tepat tempat
dan tepat harga. Pada umumnya varietas Kaifa, Clara, dan Fatimah banyak
diminati karena bunganya berwarna merah. Warna bunga merah banyak

2

digunakan untuk rangkaian bunga pada perayaan kemerdekaan, acara resmi
maupun upacara adat.
Tanaman gladiol dapat diperbanyak secara vegetatif dan generatif. Untuk
produksi bunga pada umumnya gladiol diperbanyak dengan menggunakan
umbi/subang dan anak subang, sedangkan cara lain dengan biji dilakukan untuk
memperoleh varian baru (Ziv et al. 1970).
Subang gladiol mempunyai masa dormansi (Cohat 1993). Masa dormansi
subang gladiol berkisar 2,5 – 3 bulan. Subang gladiol telah siap ditanam apabila
sudah patah dormansinya, yang dicirikan oleh munculnya calon akar berupa
tonjolan kecil berwarna putih melingkar di bagian bawah subang, dan munculnya
tunas mencapai 1 cm (Herlina 1995). Kebutuhan subang yang siap tanam untuk
produksi bunga sepanjang tahun cukup tinggi. Masa dormansi yang lama
merupakan salah satu kendala dalam penyediaan subang gladiol siap tanam. Benih
yang tidak selalu tersedia menyebabkan produksi bunga tidak mencukupi
permintaan secara kontinyu.
Pada perbanyakan secara in vitro asam naftalene asetat (NAA) dapat
dipergunakan untuk menstimulir pembentukan akar Gladiolus grandiflorus.
Pemberian NAA 2 ppm menghasilkan jumlah akar rata-rata 20.8 per eksplan yang
lebih banyak dibandingkan dengan NAA 1.0 ppm (15.6 per eksplan), 0.5 ppm
(14.4 per eksplan) dan kontrol (12.2 per eksplan) (Giglou & Hajieghrari 2008).
Asam giberelat (GA3) mempunyai potensi untuk mempercepat pertunasan
subang gladiol. Hasil penelitian Kumar et al. (2009) menunjukkan bahwa
perlakuan perendaman subang gladiol kultivar American Beauty dan White
Prosperity dengan GA3 125 ppm selama 10 jam sebelum tanam menghasilkan
subang bertunas 100%, lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (85.5%), dengan
kecepatan bertunas di lahan lebih cepat sembilan hari dibanding kontrol. Rahman
et al. (2006) menyatakan bahwa perlakuan GA3 juga dapat mematahkan dormansi
dan mempercepat pertumbuhan tunas bawang putih (Allium sativum L).
Perendaman selama 24 jam dengan GA3 125 ppm pada bawang putih lokal India
menghasilkan 20.0% umbi bertunas, yang lebih banyak dibandingkan dengan
kontrol (0.0%), 250 ppm (13.3%) dan 500 ppm (13.3%) pada 15 hari setelah
tanam.

3

Pada umbi sedap malam (Polianthes tuberosa L.) penggunaan
benzylaminopurin (BAP) mempercepat pematahan dormansi yang ditunjukkan
oleh munculnya tunas samping. BAP 100 ppm menghasilkan umbi bertunas
71.7%, dua kali lebih tinggi daripada tanpa perlakuan sebesar 33.3% pada 1
minggu setelah perlakuan (Sugiartini 2012). Perlakuan BAP 2 ppm + NAA 4 ppm
menghasilkan jumlah tunas 28 buah, lebih tinggi dibandingkan dengan BAP 1
ppm+NAA 4 ppm (21 buah) dan BAP 0.5 ppm+NAA 4 ppm (17 buah) pada anak
subang kultivar Golden Wave dalam media MS secara in vitro (Sinha & Roy
2002).
Perlakuan pematahan dormansi subang gladiol yang efektif dan efisien
perlu dikembangkan agar penyediaan subang yang bermutu dapat terpenuhi secara
kontinyu untuk mendukung peningkatan produksi bunga gladiol. Perlakuan ini
diharapkan dapat digunakan juga untuk mematahkan dormansi subang pada
berbagai umur simpan.

Tujuan Penelitian
1. Mematahkan dormansi subang gladiol dengan perlakuan perendaman dalam
berbagai kombinasi konsentrasi NAA, GA3 dan BAP.
2. Mempercepat pematahan dormansi subang gladiol dengan aplikasi ZPT
terpilih pada berbagai umur simpan subang.

Hipotesis
1. Perlakuan perendaman subang dalam berbagai kombinasi konsentrasi NAA,
GA3 dan BAP dapat mematahkan dormansi subang gladiol.
2. Umur simpan berpengaruh terhadap pematahan dormansi subang gladiol.

TINJAUAN PUSTAKA
Gladiol merupakan tanaman tahunan, termasuk dalam famili Iridaceae.
Gladiol dalam bahasa latin berarti pedang, karena mempunyai daun seperti pedang.
Gladiol berasal dari Afrika Selatan menyebar ke Mediterania dan Asia (Cantor &
Tolety 2011). Genus gladiol mencapai 180 spesies, sekitar 20 telah dimanfaatkan,
dan lebih dari 10.000 kultivar sudah dikembangkan untuk komersial (Sinha &
Roy 2002).
Tanaman gladiol berakar serabut, namun demikian tanaman gladiol
membentuk pula akar kontraktil dengan diameter ± 0,7 cm berwarna putih yang
berfungsi menyangga dan menempatkan subang baru pada lapisan tanah yang
tepat (Pfeifer 1931). Selama fase pertumbuhan hingga fase pembungaan akan
terjadi pembesaran pada ruas terbawah dari tanaman yang kemudian berkembang
menjadi subang baru (Badriah 1995).
Subang adalah batang yang mengalami modifikasi menjadi bulat pipih dan
mengandung buku, ruas dan mata tunas. Subang terjadi dari ruas tunas terbawah
yang membengkak dan menghasilkan organ persediaan makanan yang mampu
berfungsi sebagai bahan perbanyakan tanaman. Bagian yang membengkak
tersebut dalam pembentukannya tertutup oleh bagian bawah dari daun yang
mengering dan mengeras, serta bertindak sebagai

penutup organ cadangan

makanan. Selama fase vegetatif hingga fase generatif subang lama akan
mengkerut, selanjutnya akan terjadi pembesaran pada ruas terbawah dari tanaman
yang kemudian berkembang menjadi subang baru (Badriah 2007).
Tanaman gladiol memiliki tinggi batang antara 80-150 cm. Bunga gladiol
tumbuh pada bagian tengah tangkai bunga, berbaris ke atas sampai ke ujung.
Letak bunga ada yang rapat dan ada pula yang jarang. Setiap bunga memiliki
kepala sari dan kepala putik, serta bakal buah duduk di bawahnya. Setiap bakal
buah memiliki 50-100 bakal biji yang akan matang sekitar 30 hari setelah
mengalami penyerbukan (Suardi 1999).

Perbanyakan Tanaman Gladiol
Tanaman gladiol dapat diperbanyak secara generatif dengan biji. Dalam
skala komersial produksi bunga gladiol umumnya diperbanyak secara vegetatif

6

dengan menanam subang (corm) dan anak subang (cormel) (Rao et al. 1983).
Subang baru terbentuk diatas subang lama yang telah tua (Gambar 1). Diantara
subang tua dan subang baru terdapat tunas-tunas yang disebut anak subang (Smith
1993).

a
b

c

Gambar 1 Subang gladiol : a) subang baru; b) subang lama; dan c) anak subang
Perbanyakan vegetatif menggunakan subang yang telah melewati masa
dormansi, umumnya selama 2.5 – 3 bulan setelah panen. Selama masa dormansi
subang disimpan dalam kondisi ruang yang beraerasi baik. Tanaman gladiol yang
berasal dari subang tersebut berbunga 60-80 hari setelah tanam. Setelah panen
bunga, tanaman tetap dibiarkan dilahan untuk menunggu pertumbuhan dan
perkembangan subang baru dan anak subang. Panen subang baru dilakukan lebih
kurang 80 hari setelah panen bunga, subang baru akan mengalami masa dormansi.
Setelah patah dormansi subang siap ditanam kembali untuk menghasilkan bunga,
subang dan anak subang. Tenggang waktu dari subang ditanam sampai
menghasilkan subang baru yang siap untuk ditanam

lebih kurang 8-9 bulan

(Badriah 2007).
Perbanyakan dengan menggunakan anak subang yang berukuran kecil
membutuhkan waktu yang lama. Anak subang yang dipanen harus ditanam dan
dipanen beberapa kali periode penanaman untuk menghasilkan subang sedang
atau subang besar sebagai bahan pertanaman untuk produksi bunga. Waktu untuk
mengasilkan subang produksi bunga bisa mencapai 18 bulan (Suardi 1999).
Perbanyakan dengan biji biasa digunakan untuk mendapatkan kultivar
baru, bukan untuk tujuan produksi bunga. Biji gladiol dapat langsung disemai,

7

tanpa mengalami masa dormansi. Biji akan berkecambah setelah 7-12 hari.
Tanaman dari biji tumbuh sampai lebih kurang 5 bulan untuk menghasilkan
subang yang berdiameter kurang dari 1 cm. Subang ini kemudian memasuki masa
dormansi. Perbanyakan dengan menggunakan subang berdiameter sekitar 1 cm
memerlukan dua kali penanaman untuk mencapai ukuran subang yang dapat
digunakan untuk bahan tanam produksi bunga (Herlina dan Haryanto 1995).
Subang gladiol dikelompokkan dalam beberapa kelas menurut ukuran
diameter yaitu subang besar, sedang dan kecil (Tabel 1). Subang gladiol untuk
bahan tanam produksi bunga menggunakan subang berukuran besar dan sedang,
sedangkan subang berukuran kecil digunakan sebagai bahan persediaan tanam.
Subang kecil ditanam terlebih dahulu beberapa kali untuk pembesaran subang,
sehingga menghasilkan subang dengan ukuran sedang atau besar yang siap
ditanam untuk produksi bunga (Wilfret 1980).
Tabel 1 Kelas subang gladiol yang dikembangkan oleh North American Gladiolus
Council (Wilfret 1980)
Deskripsi

Diameter (cm)

Besar (Persediaan produksi bunga)
Jumbo
No. 1
Sedang (Persediaan produksi bunga)
No. 2
No. 3
Kecil (Persediaan penanaman)
No. 4
No. 5
No. 6

> 5.08
> 3.81 - ≤ 5.08
> 3.17 - ≤ 3.81
> 2.54 - ≤ 3.17
> 1.90 - ≤ 2.54
> 1.27 - ≤ 1.90
> 1.02 - ≤ 1.27

Budidaya Gladiol
Gladiol dapat tumbuh dengan baik di daerah pada ketinggian tempat antara
600 sampai 1400 m dpl, pH berkisar antara 5.8-6.5, suhu 10-25oC (Badriah 1995).
Suhu rata-rata kurang dari 10

o

C akan menyebabkan pertumbuhan dan

perkembangan tanaman terhambat. Tempat penanaman tidak boleh ternaungi
(Badriah 2007).
Tanaman gladiol toleran pada berbagai struktur tanah (Herlina 1995).
Tanaman gladiol akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur, gembur,

8

mengandung banyak bahan organik, mempunyai aerasi dan drainase yang baik.
(Suardi 1999). Tanah berdrainase buruk menyebabkan akar gladiol rusak (Wilfret
1980; Badriah 2007).
Gladiol dapat ditanam dengan guludan atau tanpa guludan. Jika pengairan
dengan leb, maka penanaman sebaiknya dengan guludan agar air irigasi tidak
merusak struktur tanah, akar tumbuh dengan baik . Tinggi guludan disesuaikan
dengan kedalaman tanam subang gladiol, umumnya dibuat ≥ 15 cm. Jarak tanam
untuk subang berdiameter ≥ 4 cm adalah 20 x 20 cm, sedangkan untuk subang
yang berdiameter lebih kecil ditanam lebih rapat. Kedalaman tanam dianjurkan
10-15 cm untuk subang yang berdiameter ≥ 2.5 cm (Herlina 1995).
Pemupukan diberikan bersamaan dengan penanaman subang yang terdiri
atas pupuk fosfat (P2O5) 150 kg/ha, K2O 200 kg/ha dan tanpa pemberian pupuk
kandang. Pupuk nitrogen dengan dosis 100 kg/ha diberikan tiga kali. Pemupukan
nitrogen pertama diberikan pada saat tanaman berdaun dua helai, kedua setelah
tanaman berdaun enam helai atau pada saat terjadi inisiasi bunga. Pemupukan
terakhir dilakukan setelah panen bunga. Penyiangan, pengendalian hama dan
penyakit disesuaikan kondisi lahan dan tanaman (Herlina 1995).
Tanaman gladiol dapat ditanam sepanjang tahun. Hasil dari tanaman
gladiol adalah bunga, sedangkan hasil panen lainnya adalah subang dan anak
subang yang digunakan sebagai benih. Tanaman gladiol akan berbunga sekitar 6080 hari setelah tanam (Herlina 1995). Bunga gladiol dipanen setelah 1 atau 2
kuntum bunga terbawah mekar dan warna kelihatan dengan jelas. Pemanenan
dilakukan pada bagian pangkal batang dengan menyisakan 4 daun terbawah
(Suardi 1999). Setelah dipanen bunganya tanaman gladiol dibiarkan di lahan,
apabila sudah ada tanda-tanda daun mulai menguning subang dipanen (Herlina
1995).

Dormansi Subang dan Pematahannya
Subang gladiol yang baru dipanen umumnya dorman, apabila ditanam
tidak menunjukkan adanya pertumbuhan tunas. Periode dormansi berbeda
menurut kultivar dan waktu panen yang lamanya antara 3 sampai 5 bulan. Anak
subang lebih lama masa dormansinya dibanding subang. Dormansi subang dan

9

anak subang diduga disebabkan oleh akumulasi zat penghambat pertumbuhan,
terutama asam absisik (ABA) (Ginzburg 1973; Kumar dan Raju 2007).
Kriteria subang yang sudah patah dormansi belum ditetapkan dengan pasti,
apakah hanya ditandai dengan muncul primordia akar saja atau sampai muncul
tunas. Herlina (1995) menyatakan bahwa gladiol siap tanam apabila sudah
melewati masa dormansinya, dengan dicirikan munculnya calon akar berupa
tonjolan kecil berwarna putih melingkar di bagian bawah subang, dan munculnya
tunas sepanjang lebih kurang 1 cm.
Penelitian Hoesen dan Priyono (2000) menunjukkan bahwa perlakuan
perendaman umbi amarilis yang dibelah menjadi empat bagian secara vertikal
selama 24 jam sebelum ditanam dengan IAA, IBA dan NAA pada konsentrasi
masing-masing 10, 20 dan 30 ppm menyebabkan umbi membentuk akar berkisar
40-50 buah, lebih banyak dibandingkan dengan kontrol hanya ber kisar 10-15
buah. Kumar et al. (2009) melaporkan bahwa perlakuan perendaman dengan
NAA 125 ppm selama 10 jam sebelum tanam pada subang gladiol American
Beauty dan White Prosperity, mempercepat pertunasan 3-4 hari di lahan
dibandingkan dengan kontrol.
Tanaman merespons terhadap pemberian GA dengan perpanjangan ruas
yang disebabkan oleh bertambahnya jumlah dan ukuran sel-sel pada ruas-ruas
tersebut. Dormansi dari beberapa biji dan mata tunas dapat dihilangkan dengan
pemberian GA. Pada biji-biji tanaman tersebut dormansi disebabkan oleh
rendahnya kadar GA endogen, sehingga dormansi dapat diatasi dengan pemberian
GA eksogen (Wattimena 1988).
Hasil penelitian Piya et al. (2012) menunjukkan bahwa perlakuan
perendaman subang gladiol kultivar Jester umur 2 bulan setelah panen dalam GA3
100 ppm selama satu jam mengakibatkan 16.51% subang membentuk akar selama
16 hari setelah perlakuan. Subang yang disimpan dalam baki di atas rak yang
gelap tersebut dikategorikan telah patah dormansi. Persentase subang yang sudah
patah dormansi oleh perlakuan GA3 100 ppm tersebut paling tinggi dibandingkan
dengan perlakuan perendaman dalam air, pengasapan dan tanpa perlakuan yang
belum membentuk akar pada hari ke enam belas. Dharmasena et al. (2011)
melaporkan bahwa anak subang Gladiolus hybridus varietas Princess Lee yang
diberi perlakuan perendaman GA3 100 ppm selama 24 jam sebelum aklimatisasi,

10

menghasilkan percepatan bertunas (13 hari) dibandingkan dengan tanpa perlakuan
GA3 (28 hari).
Hasil penelitian Kumar et al. (2009) menunjukkan bahwa perlakuan
perendaman subang gladiol kultivar American Beauty dan White Prosperity
dengan GA3 125 ppm selama 10 jam sebelum tanam menghasilkan subang
bertunas 100%, lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (85.5%), dengan
kecepatan bertunas di lahan lebih cepat sembilan hari dibanding kontrol.
Padmalatha et al. (2013) menambahkan bahwa perlakuan perendaman subang
gladiol kultivar Darshan dan Dhiraj dengan GA3 150 ppm menghasilkan subang
bertunas di lahan rata-rata 86.5%, lebih tinggi dibanding kontrol 67.7%.
Aktivitas sitokinin yang terutama adalah mendorong pembelahan sel dan
mempengaruhi berbagai proses fisiologi di dalam tanaman (Wattimena 1988).
Hasil penelitian Rao et al. (1983) menunjukkan bahwa kandungan dan konsentrasi
sitokinin dalam subang yang tidak dorman lebih tinggi dibandingkan dengan
subang yang dorman.
Benzylaminopurin (BAP) termasuk sitokinin sintetis dapat memacu
pertumbuhan tunas. Hasil penelititia Priadi et al. (2000) menunjukkan perlakuan
perendaman stek rimpang tanaman garut (Maranta arundinacea L.) dengan BAP
4 ppm selama 15 menit meningkatkan laju pemunculan tunas (4.6 tunas/minggu)
dibandingkan dengan BAP 2 ppm (1 tunas/minggu). Sugiartini (2012) melaporkan
bahwa penggunaan benzylaminopurin (BAP) mempercepat pematahan dormansi
pada umbi sedap malam (Polianthes tuberosa L.) yang ditunjukkan oleh
munculnya tunas samping. BAP 100 ppm menghasilkan umbi bertunas 71.7%,
dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa perlakuan sebesar 33.3% pada 1
minggu setelah perlakuan.
Ukuran subang mempengaruhi masa dormansi. Pada subang gladiol
kultivar Queen Occer, subang berdiameter ≥ 3.5 cm lebih cepat berakhir masa
dormansinya dibandingkan dengan subang berdiameter 2.5 cm < Ø < 3.5 cm dan
1.5 cm < Ø < 2.5 cm (Sanjaya 1995).

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret 2012 sampai dengan Nopember
2012 di Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Cianjur. Lokasi penelitian
mempunyai ketinggian tempat 1100 m dpl, dengan curah hujan 9.95 mm/tahun,
kelembaban rata-rata 81.08% dan suhu berkisar 19-27 oC. Bulan kering terjadi
pada bulan Juni sampai September dengan 2-10 hari hujan/bulan.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah subang gladiol varietas Nabila dengan
diameter 2,5-4 cm. Benih sumber berasal dari Unit Pengelola Benih Sumber
(UPBS) Balithi Cipanas Cianjur untuk diperbanyak dan hasil perbanyakannya
digunakan sebagai bahan penelitian.
Subang gladiol untuk bahan penelitian pematahan dormansi diperoleh dari
pertanaman di kebun percobaan Balithi Cipanas yang ditanam pada bulan Oktober
2011. Tanaman gladiol ditanam dengan sistem bedengan dengan jarak tanam
20x20 cm (Gambar 2a). Tanaman memproduksi bunga sekitar 85 hari setelah
tanam (HST) (Gambar 2b).

a
Gambar 2

b

Perbanyakan bahan penelitian : a) tanaman gladiol varietas Nabila
pada 30 HST; b) pada saat tanaman berbunga umur 85 HST

Panen subang dilaksanakan ketika daun tanaman sudah mengering
(Gambar 3a) dan anak subang mudah terlepas dari tanaman. Panen subang gladiol
Nabila dilakukan 20 minggu setelah tanam, kemudian subang dipisahkan dari
daun dan anak subang, selanjutnya dikering anginkan (Gambar 3b).

12

Subang yang akan dipergunakan dibersihkan dari tanah dan kotoran
lainnya. Selanjutnya subang dipilah berdasarkan diameter dan dipisahkan dari
subang yang tidak normal (Gambar 3c). Subang dengan ukuran sedang (2.5-4 cm)
kemudian dihitung untuk digunakan dalam penelitian (Gambar 3d).

a

b

c

d

Gambar 3 Persiapan bahan penelitian : a) panen subang ketika tanaman sudah
mulai menguning; b) subang dikering anginkan; c) subang dipilah
berdasarkan ukuran; d) subang berukuran 2.5-4 cm dihitung untuk
bahan penelitian
Subang yang ditanam sebanyak 2090 buah, pada saat panen diperoleh
1830 subang. Setelah pemilahan berdasarkan diameter diperoleh 850 subang
berukuran sedang untuk bahan penelitian, sehingga jumlah sampel dalam
perlakuan disesuaikan dengan jumlah subang yang tersedia. Subang yang lain
tidak bisa digunakan karena berukuran besar berjumlah 500 subang, subang
ukuran kecil 337 subang dan subang busuk, bentuk tidak normal berjumlah 143
subang (Gambar 4).

13

Gambar 4 Subang tidak normal, bentuk tidak beraturan
Zat pengatur tumbuh yang digunakan untuk perlakuan yaitu NAA (Asam
naftalene asetat), GA3 (Asam giberelat) dan BAP (Benzilaminopurin). NaOH
digunakan untuk pelarut NAA dan BAP serta alkohol untuk pelarut GA3. Alat
yang digunakan adalah timbangan analitik, glass ware, plastik untuk perendaman
subang, thermohygrometer, penggaris, label, rak umbi dan alat-alat pertanian.
Percobaan 1 Pematahan dormansi subang gladiol dengan zat pengatur
tumbuh
1. a. Pengaruh NAA dan BAP terhadap pematahan dormansi subang gladiol
Metode
Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) satu faktor
dengan lima ulangan yang terdiri atas 16 perlakuan kombinasi NAA dan BAP.
Konsentrasi NAA adalah 0, 50, 100 dan 150 ppm, sedangkan BAP adalah 0, 50,
100 dan 150 ppm dan kombinasi keduanya (Tabel 2). Masing-masing satuan
percobaan terdiri atas 5 subang, sehingga total benih yang digunakan adalah 400
subang. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, data dianalisis ragam pada taraf
kepercayaan 5 %. Apabila ada pengaruh yang nyata, maka dilakukan uji lanjut
dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 5%.
Model linear aditif dari rancangan perlakuan ini adalah sebagai berikut :

Yij

= µ + τi + βj + εij

Keterangan :
i
= 1,2,3,.....,16
j
= 1,2,3,4,5
Yij
= Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, dan kelompok ke-j
µ
= Rataan umum
αi
= Pengaruh perlakuan ZPT
βj
= Pengaruh kelompok ke-j
εij
= Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

14

Tabel 2 Perlakuan kombinasi NAA dan BAP
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Perlakuan
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16

Konsentrasi NAA (ppm)
0
50
100
150
0
0
0
50
50
50
100
100
100
150
150
150

Konsentrasi BAP (ppm)
0
0
0
0
50
100
150
50
100
150
50
100
150
50
100
150

Pelaksanaan Penelitian
Subang gladiol yang telah dipanen dibersihkan dan dikeringanginkan
selama dua minggu. Perlakuan ZPT dilakukan dengan merendam subang dalam
larutan NAA selama 24 jam, kemudian dianginkan selama 24 jam, selanjutnya
direndam dalam larutan BAP selama 24 jam (Gambar 5). Perlakuan 0 ppm
dilakukan dengan cara subang direndam dalam air selama 24 jam kemudian
dianginkan selama 24 jam, selanjutnya direndam kembali dalam air selama 24 jam.
Setelah perlakuan perendaman, kemudian subang dikering anginkan dan disimpan
di atas rak dalam ruang penyimpanan dengan kondisi ruang. Pengamatan
dilakukan setiap hari terhadap munculnya primordia akar dan tunas. Subang yang
sudah patah dormansi dengan primordia akar yang sudah terbentuk dan tinggi
tunas 1.0 cm selanjutnya ditanam di lahan kebun percobaan Balithi dengan teknik
budidaya sesuai rekomendasi.

Gambar 5 Perlakuan perendaman subang dengan ZPT

15

1. b. Pengaruh GA3 dan BAP terhadap pematahan dormansi subang gladiol
Metode
Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) satu faktor
dengan lima ulangan terdiri atas 16 perlakuan kombinasi GA3 dan BAP.
Konsentrasi GA3 adalah 0, 50, 100 dan 150 ppm, sedangkan BAP adalah 0, 50,
100 dan 150 ppm dan kombinasi keduanya (Tabel 3). Masing-masing satuan
percobaan menggunakan 5 subang. Model linear aditif dari rancangan dan analisis
data sama dengan percobaan 1a.
Tabel 3 Perlakuan kombinasi GA3 dan BAP
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Perlakuan
Z1
Z2
Z3
Z4
Z5
Z6
Z7
Z8
Z9
Z10
Z11
Z12
Z13
Z14
Z15
Z16

Konsentrasi GA3 (ppm)
0
50
100
150
0
0
0
50
50
50
100
100
100
150
150
150

Konsentrasi BAP (ppm)
0
0
0
0
50
100
150
50
100
150
50
100
150
50
100
150

Pelaksanaan Penelitian
Subang gladiol dibersihkan dan dikering anginkan selama dua minggu.
Perlakuan ZPT dilakukan dengan merendam subang dalam larutan GA3 selama 24
jam, kemudian dianginkan selama 24 jam, selanjutnya direndam dalam larutan
BAP selama 24 jam. Perlakuan 0 ppm dilakukan dengan cara subang direndam
dalam air selama 24 jam kemudian dianginkan selama 24 jam, selanjutnya
direndam kembali dalam air selama 24 jam. Setelah perlakuan perendaman,
kemudian subang dikering anginkan dan disimpan di atas rak. Pengamatan
dilakukan setiap hari terhadap munculnya primordia akar dan tunas. Subang yang
sudah patah dormansi dengan primordia akar yang sudah terbentuk dan tinggi

16

tunas 1.0 cm selanjutnya ditanam di lahan kebun percobaan Balithi dengan teknik
budidaya sesuai rekomendasi.
Pengamatan
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah :
1. Jumlah mata tunas potensial pada subang, berupa titik tumbuh yang tersusun
segaris pada bagian atas subang diamati sebelum perlakuan (Gambar 6).

Gambar 6 Mata tunas potensial pada subang
2. Waktu muncul primordia akar berupa tonjolan kecil berwarna putih di bagian
bawah subang.
3. Waktu tunas mencapai 0.5 cm dan 1.0 cm pada subang.
4. Jumlah tunas yang tumbuh pada setiap subang.
5. Tinggi tanaman yang diukur dari permukaan tanah sampai dengan ujung
kuncup bunga terakhir, diamati saat pertumbuhan generatif.
6. Jumlah daun per tanaman.
7. Jumlah bunga dalam satu tangkai diamati saat pertumbuhan generatif.
8. Diameter bunga diukur pada kuntum bunga terbawah saat mekar penuh.
9. Pengamatan secara kaulitatif terhadap peubah bentuk daun, bentuk bunga dan
warna bunga.
Percobaan penanaman juga dilakukan dengan menggunakan subang yang patah
dormansi hanya ditandai dengan munculnya primordia akar saja. Pengamatan secara
kualitatif dilakukan dengan melihat pertumbuhan akar di lahan satu minggu setelah
subang tersebut ditanam.

17

Percobaan 2

Percepatan pematahan dormansi subang gladiol dengan
aplikasi ZPT terpilih pada berbagai umur simpan subang.
Metode

Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dua faktor
dengan lima ulangan. Faktor pertama adalah kombinasi ZPT yang terpilih masingmasing pada percobaan 1a (NAA 100 ppm) dan 1b (GA3 50 ppm). Faktor kedua
adalah periode simpan subang 0, 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah panen (MSP).
Masing-masing satuan percobaan terdiri atas 5 subang, sehingga total benih yang
digunakan adalah 250 subang. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, data
dianalisis ragam pada taraf kepercayaan 5 %. Apabila terdapat pengaruh nyata,
maka dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada
taraf kepercayaan 5%.
Faktor I adalah satu perlakuan ZPT terpilih masing-masing pada percobaan 1a dan
1b, yaitu:
F1
F2

= NAA 100 ppm
= GA3 50 ppm

Faktor II adalah umur simpan subang dari panen, yaitu:
U1
= 0 MSP
U2
= 2 MSP
U3
= 4 MSP
U4
= 6 MSP
U5
= 8 MSP
Subang disimpan pada kondisi ruang sejak panen
Model linear aditif dari rancangan perlakuan ini adalah sebagai berikut :

Yijk

= µ + αi + βj + (αβ)ij + ρk + εijk

Keterangan :
i
= 1,2
j
= 1,2,3,4,5
Yijk
= Nilai pengamatan pada faktor I taraf ke-i faktor II taraf ke-j dan
kelompok ke-k
µ
= Rataan umum
αi
= Pengaruh utama perlakuan ZPT ke-i
βj
= Pengaruh utama umur subang ke-j
(αβ)ij = Komponen interaksi dari faktor I dan faktor II
ρk
= Pengaruh aditif dari kelompok
εijk
= Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

18

Pelaksanaan Penelitian
Percobaan menggunakan subang gladiol yang sudah dipanen dan
dibersihkan. Perlakuan zat pengatur tumbuh dilakukan dengan cara subang
direndam dalam larutan ZPT yang dipilih dari percobaan 1a dan 1b terhadap
subang berbagai umur simpan 0, 2, 4, 6 dan 8 MSP. Subang kemudian disimpan
dalam rak dan diamati.
Pengamatan
Peubah yang diamati pada percobaan ini adalah :
1. Jumlah mata tunas potensial yang terdapat pada setiap subang.
2. Waktu muncul primordia akar.
3. Waktu muncul tunas mencapai 0.5 cm dan 1.0 cm pada subang.
4. Jumlah tunas yang tumbuh pada setiap subang.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Subang baru gladiol terbentuk seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Subang baru tumbuh diatas sub