Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Akar Dan Media Tanam Terhadap Keberhasilan Dan Pertumbuhan Setek Kamboja Jepang (Adenium Obesum)

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH AKAR DAN MEDIA TANAM
TERHADAP KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN
SETEK KAMBOJA JEPANG (Adenium obesum)

SKRIPSI
OLEH :
ANI MEGAWATI SIMBOLON**
040301035
BDP-AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH AKAR DAN MEDIA TANAM
TERHADAP KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN
SETEK KAMBOJA JEPANG (Adenium obesum)

SKRIPSI

Oleh :

ANI MEGAWATI SIMBOLON
040301035
BDP AGRONOMI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana
di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi
Nama
NIM
Departemen
Program Studi

: Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Akar dan Media
Tanam Terhadap Keberhasilan dan Pertumbuhan
Setek Kamboja Jepang (Adenium obesum)
: Ani Megawati Simbolon
: 04031035
: Budidaya Pertanian
: Agronomi

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

(Ir. Jasmani Ginting, MP)
Ketua

(Ir. Asil Barus, MS)
Anggota

Mengetahui

Ir. Edison Purba, Ph.D.
Ketua Jurusan

Tanggal Lulus

:

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT


The research was aimed to gain the information about the effect of the root
growth regulator and the media of plantation of the succeed ang the growth of
Adenium sp. The research was conducted at the green house at Faculty of
Agriculture, North Sumatera University, Medan with altitude + 25 above the sea
level, from June to October 2008. The research was used the Completely
Randomized Design with 2 factors. The first factor was the root growth regulator
(Rootone F) with 4 degree e.g R0 (0 ppm),R1 (100 ppm), R 2 (200 ppm),
R 3 (300 ppm), and the second factor was the media of plantation with 3 kinds of
the media of plantation e.g M1 (sand + top soil with the ratio 2 |: 1),
M 2 (sand + kascing with the ratio 2 : 1), M 3 (sand + husk with the ratio 2 : 1).
The results show that the inundation with the root growth regulator has the
significant effect on the amount of bud, bud s length at 12 and 14 weeks after the
plantation, the amount of leaf, root s length, the wet weight of root, the wet
weight of bud, and the dry weight. The media of plantation treatment has no
significant effect on all parameters. The interaction of both factors has the
significant effect on the amount of primary root.
Keyword : the root regulator, the media of plantation, Adenium sp.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh
akar dan media tanam terhadap keberhasilan dan pertumbuhan setek kamboja
jepang. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 m dpl pada
bulan Juni sampai Oktober 2008. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap Faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah zat
pengatur tumbuh akar (Rootone F) dengan empat taraf yaitu :
R0 (0 ppm/ kontrol); R1 (100 ppm); R2 (200 ppm); R3 (300 ppm) dan faktor
kedua adalah media tanam dengan tiga jenis yaitu : M1 ( Pasir + top soil /2:1 );
M2 (Pasir + kascing /2:1); M3 (Pasir + arang sekam /2:1). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan perendaman zat pengatur tumbuh akar
berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, panjang tunas 12 dan 14 MST, jumlah
daun, panjang akar, bobot basah akar, bobot basah tunas, bobot kering akar dan
bobot kering tunas. Perlakuan media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap
semua parameter. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap
jumlah akar primer.
Kata kunci : zat pengatur tumbuh akar, media tanam, setek kamboja jepang


Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Ani Megawati Simbolon lahir di Medan pada tanggal 18 Oktober 1985
anak pertama dari lima bersaudara, putri dari pasangan Bapak L.Simbolon dan
Ibu R Br. Sitompul.
Pendidikan yang ditempuh adalah SD Percobaan Negeri Medan lulus
tahun 1998, SLTP Putri Cahaya Medan lulus tahun 2001, SMUN 4 Medan lulus
tahun 2004. Terdaftar sebagai mahasiswa Agronomi Departemen Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2004
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Bridgestone
Sumatra Rubber Estate pada bulan Juni-Juli 2007.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun

judul dari skripsi ini adalah

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Akar dan

Media Tanam Terhadap Keberhasilan dan Pertumbuhan Setek Kamboja
Jepang (Adenium obesum)

yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Pada

kesempatan

ini,

penulis

mengucapkan


terima

kasih

kepada Bapak Ir. Jasmani Ginting, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan
Bapak Ir. Asil Barus, MS sebagai anggota komisi pembimbing yang telah
memberikan bimbingan selama persiapan penelitian sampai penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada
Ayahanda L. Simbolon dan Ibunda R. Br Sitompul yang telah membesarkan
penulis dengan segenap cinta dan kasih sayang, juga adik- adikku tercinta (Henry,
Lena, Anes dan Yaya) yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama
melakukan studi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua rekan
rekan stambuk 04 dan sahabatku (Rina, Ati, Gez, Dyna, Icha, Lidia, Rinda, Eko,
Bosco dan Rimember) atas doa dan motivasinya. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada abang/kakak senior dan adik-adik junior yang turut
membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


Penulismenyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih
dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi puhak yang membutuhkan.
Medan, Desember 2008
Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Hal

ABSTRACT ................................................................................................. i

ABSTRAK ................................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi


DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

PENDAHULUAN........................................................................................... 1
Latar Belakang .................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
Hipotesis Penelitian............................................................................. 5
Kegunan Penelitian ............................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 6
Botani Tanaman .................................................................................. 6
Syarat Tumbuh .................................................................................... 8
Iklim ........................................................................................... 8
Tanah.......................................................................................... 8
Zat Pengatur Tumbuh Akar................................................................. 9
Media Tanam ..................................................................................... 10
BAHAN DAN METODE............................................................................... 12
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 12
Bahan dan Alat Penelitian................................................................... 12
Metode Penelitian................................................................................ 12

PELAKSANAAN PENELITIAN ................................................................. 15
Persiapan Media Tanam....................................................................... 15
Persiapan Bahan Tanaman .................................................................. 15
Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Akar ................................................... 16
Penanaman Setek Kamboja Jepang ..................................................... 16
Pemeliharaan ........................................................................................ 16
Penyiraman .............................................................................. 16
Penyisipan ............................................................................... 16
Penyiangan .............................................................................. 16

Universitas Sumatera Utara

Pengamatan Parameter ........................................................................... 17
Persentase Setek Bertunas (%)................................................... 17
Jumlah Tunas ............................................................................. 17
Panjang Tunas (cm) ................................................................... 17
Jumlah Daun (helai) ................................................................... 17
Jumlah Akar Primer .................................................................. 17
Panjang Akar Primer (cm) ......................................................... 18
Bobot Basah Akar (g) ................................................................ 18
Bobot Basah Tunas (g) .............................................................. 18
Bobot Kering Akar (g) .............................................................. 18
Bobot Kering Tunas (g) ............................................................. 18
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 19
Hasil ............................................................................................... 19
Pembahasan.................................................................................... 38
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 39
Kesimpulan .................................................................................... 39
Saran............................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No

Hal.

1. Perbedaan kamboja jepang dan kamboja ................................................ 3

2. Rataan persentase setek bertunas pada berbagai konsentrasi Rootone
F dan komposisi media tanam.................................................................... 20
3. Rataan jumlah tunas pada berbagai konsentrasi Rootone F dan
komposisi media tanam .......................................................................... 20

4. Rataan panjang tunas 12 sampai 16 MST pada berbagai konsentrasi
Rootone F dan komposisi media tanam .................................................. 22

5. Rataan panjang tunas 16 MST pada berbagai konsentrasi Rootone F
dan komposisi media tanam .................................................................... 23
6. Rataan jumlah daun pada berbagai konsentrasi Rootone F dan
komposisi media tanam........................................................................... 24

7. Rataan jumlah akar primer pada berbagai konsentrasi Rootone F dan
komposisi media tanam.............................................................................. 25
8. Rataan panjang akar pada berbagai konsentrasi Rootone F dan
komposisi media tanam.............................................................................. 27
9. Rataan bobot basah akar pada berbagai konsentrasi Rootone F dan
komposisi media tanam.............................................................................. 28
10. Rataan bobot basah tunas pada berbagai konsentrasi Rootone F dan
komposisi media tanam ............................................................................. 29

11. Rataan bobot kering akar pada berbagai konsentrasi Rootone F dan
media tanam ............................................................................................... 31
12. Rataan bobot kering tunas pada berbagai konsentrasi Rootone F dan
media tanam ............................................................................................... 33

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No

1. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan jumlah tunas bibit

Hal.

tanaman kamboja jepang ...................................................................... 21

2. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan jumlah daun bibit

tanaman kamboja jepang...................................................................... 24

3. Hubungan konsentrasi Rootone F pada berbagai media tanam
terhadap jumlah akar primer bibit tanaman kamboja jepang ............... 26

4. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan panjang akar bibit

tanaman kamboja jepang...................................................................... 27

5. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan bobot basah akar bibit

tanaman kamboja jepang...................................................................... 29

6. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan bobot basah tunas bibit

tanaman kamboja jepang...................................................................... 30

7. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan bobot kering akar bibit

tanaman kamboja jepang...................................................................... 32

8. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan bobot kering tunas

bibit tanaman kamboja jepang ............................................................. 33

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No

Hal.

1. Data Pengamatan persentase setek bertunas ........................................... 42
2. Daftar sidik ragam persentase setek bertunas............... .......................... 42
3. Data persentase setek bertunas (Transformasi arcsin) ............................ 43
4. Daftar sidik ragam persentase setek bertunas (Transformasi arcsin)...... 43
5. Data jumlah tunas.................................................................................... 44
6. Daftar sidik ragam jumlah tunas ............................................................. 44
7. Data panjang tunas 12 MST ................................................................... 45
8. Daftar sidik ragam panjang tunas 12 MST............... .............................. 45
9. Data panjang tunas 14 MST.................................................................... 46
10. Daftar sidik ragam panjang tunas 14 MST............... .............................. 46
11. Data panjang tunas 16 MST................................................................... 47
12. Daftar sidik ragam panjang tunas 16 MST ............................................. 47
13. Data jumlah daun............... ..................................................................... 48
14. Daftar sidik ragam jumlah daun.............................................................. 48

15. Data jumlah daun (Transformasi akar kuadrat) ...................................... 49
16. Daftar sidik ragam jumlah daun (Transformasi akar kuadrat)............... . 49
17. Data jumlah akar primer.......................................................................... 50
18. Daftar sidik ragam jumlah akar primer............... .................................... 50

Universitas Sumatera Utara

19. Data jumlah akar primer (Transformasi akar kuadrat)............................ 51
20. Daftar sidik ragam jumlah akar primer (Transformasi akar kuadrat)...... 51
21. Data panjang akar.................................................................................... 52
22. Daftar sidik ragam panjang akar............... .............................................. 52
23. Data panjang akar (Transformasi akar kuadrat)...................................... 53
24. Daftar sidik ragam panjang akar (Transformasi akar kuadrat)............... 53
25. Data bobot basah akar ............................................................................. 54
26. Daftar sidik ragam bobot basah akar....................................................... 54
27. Data bobot basah akar (Transformasi akar kuadrat) ............................... 55
28. Daftar sidik ragam bobot basah akar (Transformasi akar kuadrat)......... 55
29. Data bobot basah tunas............................................................................ 56
30. Data sidik ragam bobot basah tunas........................................................ 56
31. Data bobot kering akar ............................................................................ 57
32. Data sidik ragam bobot kering akar ........................................................ 57
33. Data bobot kering akar (Transformasi akar kuadrat) .............................. 58
34. Data sidik ragam bobot kering akar (Transformasi akar kuadrat) .......... 58
35. Data bobot kering tunas .......................................................................... 59
36. Data sidik ragam bobot kering tunas....................................................... 59
37. Data bobot basah tunas (Transformasi akar kuadrat).............................. 60
38. Data sidik ragam bobot kering tunas (Transformasi akar kuadrat)......... 60
39. Rangkuman uji beda rataan..................................................................... 61
40. Pembuatan larutan zpt akar (Rootone F)................................................. 62
41. Bagan tanaman per plot........................................................................... 63
42. Bagan lahan percobaan ........................................................................... 64
43. Jadwal pelaksanaan penelitian ................................................................ 65

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

The research was aimed to gain the information about the effect of the root
growth regulator and the media of plantation of the succeed ang the growth of
Adenium sp. The research was conducted at the green house at Faculty of
Agriculture, North Sumatera University, Medan with altitude + 25 above the sea
level, from June to October 2008. The research was used the Completely
Randomized Design with 2 factors. The first factor was the root growth regulator
(Rootone F) with 4 degree e.g R0 (0 ppm),R1 (100 ppm), R 2 (200 ppm),
R 3 (300 ppm), and the second factor was the media of plantation with 3 kinds of
the media of plantation e.g M1 (sand + top soil with the ratio 2 |: 1),
M 2 (sand + kascing with the ratio 2 : 1), M 3 (sand + husk with the ratio 2 : 1).
The results show that the inundation with the root growth regulator has the
significant effect on the amount of bud, bud s length at 12 and 14 weeks after the
plantation, the amount of leaf, root s length, the wet weight of root, the wet
weight of bud, and the dry weight. The media of plantation treatment has no
significant effect on all parameters. The interaction of both factors has the
significant effect on the amount of primary root.
Keyword : the root regulator, the media of plantation, Adenium sp.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh
akar dan media tanam terhadap keberhasilan dan pertumbuhan setek kamboja
jepang. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 m dpl pada
bulan Juni sampai Oktober 2008. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap Faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah zat
pengatur tumbuh akar (Rootone F) dengan empat taraf yaitu :
R0 (0 ppm/ kontrol); R1 (100 ppm); R2 (200 ppm); R3 (300 ppm) dan faktor
kedua adalah media tanam dengan tiga jenis yaitu : M1 ( Pasir + top soil /2:1 );
M2 (Pasir + kascing /2:1); M3 (Pasir + arang sekam /2:1). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan perendaman zat pengatur tumbuh akar
berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, panjang tunas 12 dan 14 MST, jumlah
daun, panjang akar, bobot basah akar, bobot basah tunas, bobot kering akar dan
bobot kering tunas. Perlakuan media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap
semua parameter. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap
jumlah akar primer.
Kata kunci : zat pengatur tumbuh akar, media tanam, setek kamboja jepang

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kamboja jepang (adenium) berasal dari daerah gurun pasir di daratan
Afrika, seperti di Senegal sampai Sudan, Kenya, Mozambique, Namibia dan
sekitarnya. Karena berasal dari gurun pasir maka adenium juga mempunyai
julukan

"The

Dessert

Rose",

yang

artinya

mawar

padang

pasir

(http://www.dyahayuirawati.net/, 2006).
Tanaman kamboja ini sudah lama dikembangkan di Indonesia. Tanaman
ini sering ditanam di halaman-halaman rumah, perkantoran, serta di taman-taman
rekreasi, terutama di daerah perkotaan sebagai tanaman hias (Suryowinoto, 1997).
Tanaman kamboja (Adenium obesum), di kalangan awam disebut kamboja
jepang dan merupakan tanaman hias yang bernilai ekonomi tinggi, karena
keindahan bunga (kurang lebih terdapat 100 jenis) serta keunikan bentuk bonggol
batang di pangkal akar. Penampilan kamboja ini selalu sebagai tanaman kerdil
(bonsai) dan umumnya dibudidayakan dalam pot, sehingga tanaman ini
mempunyai

masa

depan

menjanjikan

dalam

agrobisnis

tanaman

hias

(Hardjanti, 2005).
Dewasa ini tanaman kamboja selalu memiliki terobosan baru. Pada tahun
2000, tanaman ini merajai pasaran. Banyak kolektor bunga yang tertarik karena
keelokan bentuk bunganya seperti terompet yang bergerombol di ujung tangkai.
Bunganya yang tahan lama juga menjadi alasan tersendiri bagi kolektor
(Merta dan Octavianty, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Perbanyakan tanaman kamboja dapat dilakukan melalui biji dan vegetatif.
Cara stek banyak dipilih orang, apalagi bagi pengebun buah-buahan dan tanaman
hias. Alasannya, tanaman yang dihasilkan dari setek biasanya mempunyai
persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat-sifat
lainnya. Selain itu diperoleh tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang telah
mempunyai akar, batang, dan daun dalam waktu yang relatif singkat. Alasan lain
tidak memerlukan teknik yang rumit, sehingga dapat dilakukan siapa saja
(Wudianto, 1998).
Pada tahun 1935, Went dan Kenneth V Thimann menunjukkan bahwa
IAA memacu pertumbuhan awal akar pada setek batang, dan dan dari situlah
berkembang pertama kali penggunaan auksin dalam praktek. Auksin tiruan NAA
biasanya lebih efektif daripada IAA, tampaknya karena NAA tidak dirusak oleh
IAA

oksidase

atau

enzim

lain,

sehingga

bisa

bertahan

lebih

lama

(Salisbury dan Ross, 1992).
Dari semua jenis zat pengatur tumbuh, yang sangat efektif mengatur
pertumbuhan akar adalah golongan auksin. Asam indol-3 asetat (IAA)
diidentifikasi tahun 1934 sebagai senyawa alami yang menunjukkan aktivitas
auksin yang mendorong pembentukan akar adventif. IAA sintetik juga telah
terbukti mendorong pertumbuhan akar adventif. Pada era yang sama juga
ditemukan asam indol butirat (IBA) dan asam naptalen asetat (NAA) yang
mempunyai efek sama dengan IAA. Pada saat sekarang masyarakat sudah
mengetahui peran auksin sebagai zat tumbuh perangsang perakaran yang dijual
dengan nama dagang Bioroton atau Rootone F (Ashari,1995).ttg

Universitas Sumatera Utara

Kamboja jepang yang diperbanyak dengan setek lebih baik ditumbuhkan
pada media tumbuh campuran kompos, tanah, dan pasir yang berdrainase baik
dalam rumah kaca. Jenis dan sifat media tanam berperan dalam ketersediaan unsur
hara dan air sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
(Astuti, 2003 dalam Hardjanti, 2005).
Kascing adalah kotoran atau feses cacing atanah. Istilah lain dari kascing
adalah casting atau kasting dan vermicast atau vermicompost. Kascing
mengandung unsur hara lengkap baik unsur makro maupun mikro, yang berguna
bagi pertumbuhan tanaman (Mulat, 2003).
Pekebun adenium di Indonesia jarang menggunakan cara setek untuk
memperbanyak tanaman karena resiko gagal yang cukup tinggi dan membutuhkan
waktu lama untuk mendapatkan bonggol. Resiko gagal yang sering terjadi adalah
busuk pada pangkal batang pada saat tanaman disetek sebelum muncul akar.
Untuk itu perlu diberikan zat yang dapat merangsang pembentukan akar dan
media yang sesuai untuk pertumbuhan akar.
Berdasarkan uraian diatas diharapkan diperoleh konsentrasi Rootone F
yang paling optimum dalam menumbuhkan akar tanaman Adenium obesum serta
media tanam yang sesuai dengan campuran media yang minim.
Tujuan Penelitianf
eses /taTujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh Zat pengatur tumbuh
akar (Rootone F) dan media tanam terhadap keberhasilan dan pertumbuhan setek
kamboja jepang.

Universitas Sumatera Utara

Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh akar (Rootone F) terhadap
keberhasilan dan pertumbuhan setek tanaman kamboja jepang
2. Ada pengaruh media tanam terhadap keberhasilan dan pertumbuhan setek
kamboja jepang
3. Ada pengaruh interaksi pemberian zat pengatur tumbuh akar (Rootone F)
dan media tanam terhadap keberhasilan dan pertumbuhan setek tanaman
kamboja jepang
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat unutk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Sistematika Tanaman Kamboja Jepang adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Super divisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio

: Magnoliophyta (berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua/ dikotil)

Sub Kelas

: Asteridae

Ordo

: Gentianales

Familia

: Apocynaceae

Genus

: Adenium

Spesies

: Adenium obesum (Forssk.) Roem.& Schult

(http://www.plantamor.com., 2008).
Akar kamboja jepang mampu membesar seperti umbi. Bagian ini
menyimpan air, yaitu akar bagian atas atau pangkal batang. Akar yang membesar
itu diselimuti rambut-rambut akar (akar-akar kecil) yang sangat banyak terutama
di bagian bawah, samping, maupun atas, menyatu dengan akar yang membesar
(Soenanto, 2005).
Tanaman kamboja jepang berbatang lunak, tidak berkayu. Bagian dalam
batang atau daging batang berwarna putih dan basah. Kulit batang berwarna hijau

Universitas Sumatera Utara

keputih-putihan, halus, setiap 2-3 cm terdapat mata tunas, dan bergetah
(Soenanto, 2005).
Daunnya mengelompok pada ujung-ujung ranting; berupa helaian daun,
bertangkai 0,5-1 cm, berwarna hijau, memanjang berbentuk lanset, ujungnya
berbentu bulat telur ampai bentuk spatel atau solet, panjangnya 9-13 cm, lebar 2-3
cm. warna dan bentuk daunnya mirip sekali dengan Kamboja tetapi proporsinya
lebih kecil (Suryowinoto, 1997).
Bunganya berupa malai, menggerombol pada ujung rantai dan berbentuk
terompet. Mahkota bunga berbentuk corong, diameter 1-,5 cm, sisi dalam
berambut, sisi luar berwarna merah, tajuk bunga menutup ke kiri, panjangnya
1,5-2 cm, sisi dalam berwarna merah, bentuk tumpul, lebar 1-1,5 cm. Benang sari
berjumlah 5 dan berambut halus (Suryowinoto, 1997).
Buah kamboja jepang tumbuh secara berpasangan (dua buah), terletak di
ujung tunas. Buah berbentuk pipih panjang, berwarna hijau waktu masih muda
dan kemudian berangsur-angsur berubah warna menjadi cokelat. Buah yang sudah
dewasa bisa mencapai panjang 15-30 cm (Soenanto, 2005).
Biji kamboja jepang berada di dalam buah. Satu buah tanaman ini dapat
berisi antara 20-40 biji, tergantung dari besar kecilnya. Biji berukuran kecil mirip
biji pada (gabah) dan berwarna cokelat muda. Jika dikupas, akan tampak isinya
yang berwarna putih seperti nasi. Biji yang masih berkulit diselimuti bulu-bulu
halus (Soenanto, 2005).
Di Indonesia tanaman ini dikenal dengan nama tanaman kamboja.
Tanaman kamboja merupakan dua tanaman yang berbeda namun masih dalam

Universitas Sumatera Utara

satu

Famili,

yaitu

Apocynaceae,

tetapi

dengan

genus

yang

berbeda.

(http://www.dyahayuirawati.net., 2006). Perbedaannya sebagai berikut :
Tabel 1.Perbedaan Kamboja jepang dan Kamboja
Kamboja jepang
Sebutan di Indonesia Kamboja jepang
Genus
Adenium
Daun
Panjang dan kecil
Akara
Dapat membesar, seperti
umbi-sebagai
tempat
penyimpan air
Perawakan
Kecil-kebanyakan pendek
Kegunaan
Tanaman hias

(http://tamanjogja.wordpress.com., 2008).

Kamboja
Kamboja kuburan
Plumeria
Panjang dan besar
Biasa
Tinggi dan besar
Tanaman
hias
dan
pelindung-karena
sosoknya yang besar dan
tinggi

Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman kamboja jepang tumbuh bila ditanam di tempat terbuka dan
mendapat sinar matahari yang cukup. Kebutuhan matahari yang diperlukan mulai
6-9 jam/ hari. Sinar matahari berguna untuk pertumbuhan batang dan cabang lebih
besar, membuat kokoh serta memunculkan bunga (Anonimous, 2007).
Pada dasarnya, tanaman ini dapat hidup pada suhu antara 150-450 C. Suhu
dibawah 150 C tampak kurang baik bagi pertumbuhan adenium. Meskipun tahan
hidup pada suhu relatif panas, pada suhu diatas 450 C daun-daun akan kering dan
rontok (Soenanto, 2005).
Suhu perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 210C sampai
270C pada pagi dan siang hari dan 150C pada malam hari. Suhu yang terlampau

Universitas Sumatera Utara

tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui perkembangan perakaran
dan meningkatkan laju transpirasi (Hartman, 1983 dalam Elisabeth, 2004).
Tanah
Berkat kemampuan adaptasinya yang baik, kamboja jepang dapat tumbuh
di segala tempat. Tanaman ini bisa tumbuh baik di dataran rendah yang suhunya
hangat hingga di dataran tinggi yang suhunya dingin, bahkan sampai ketinggian
1000 meter dpl. Namun, tanaman ini bisa tumbuh baik jika di pelihara di daerah
tropis dengan ketinggian tempat di bawah 50 meter diatas permukaan laut
(Chuhairy, 2006).
Pada dasarnya, semua campuran media tanam bagus bila cocok dengan
lingkungan dan cara pembudidayaannya. Hanya saja, media tanam yang baik bagi
adenium yaitu mampu mengikat air dan udara sekaligus (porous tapi dapat
menyerap air), mensuplai unsur hara, dan derajat keasaman (pH) berkisar 5,6-6,5
(Anonimous, 2007).
ZPT Akar (Rootone F)
Rootone F sebagai salah satu hormon tumbuh akar yang banyak
dipergunakan akhir-akhir ini, dijumpai dalam bentuk tepung putih dan berguna
untuk mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar-akar baru, karena
mengandung bahan aktif dari hasil formulasi beberapa hormon tumbuh akar yaitu
IBA, IAA, dan NAA (Anonim, 1987). Penggunaan Rootone F sebagai hasil
kombinasi dari ketiga jenis hormon tumbuh di atas lebih efektif merangsang
perakaran dari pada penggunaan hanya satu jenis hormon secara tunggal pada
konsentrasi sama (Elisabeth, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila
seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas
berfungsi sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin
yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin
(Hartman, 1983 dalam Elisabeth, 2004).
Rootone F adalah salah satu ZPT yang berbentuk tepung. Cara
pemakaiannya yaitu dengan membasahi lebih dulu pangkal setek kurang lebih 2
cm, lalu dicelupkan kedalam ZPT. Kelebihan ZPT yang menempel pada pangkal
stek

dapat

dihilangkan

dengan

cara

mengetuk-ngetukkan

bahan

stek

(Wudianto, 1998).
Hormon tumbuh akar Rootone F mengandung bahan aktif sebagai berikut :
a. 1

Naphthaleneacematide (0,06 %)

b. 2 Methyl

1

Naphthaleneacetic Acid (0,033 %)

c. 3

1

Naphthaleneacematide (0,013 %)

Methyl

d. Indole

3

Butiryc Acid (0,057 %)

e. Thiram (Tetramethyl thiuram disulfida) (4,000 %)
(Anonim, 1987 dalam Elisabeth, 2004).
Auksin adalah hormon tanaman seperti indolasetat yang berfungsi untuk
merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis
longitudinal tanaman, gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada setek
atau cangkokan (http:///www.rootonef.com, 2008).
Pembentukan tunas dan akar tergantung pada perbandingan antara auksin
dan sitokinin dalam tubuh tanaman. Apabila kandungan auksin lebih tinggi dari

Universitas Sumatera Utara

sitokinin akan terjadi induksi akar dan pemanjangan tunas. Sebaliknya kandungan
auksin lebih rendah dari sitokinin akan terjadi induksi tunas dan pemanjangan
akar (Skoog, 1957 dan Haryadi, 1979 dalam Wuryaningsih, dkk., 2000).
Jika dianggap bahwa awalnya perbandingan sitokinin dan auksin endogen
pada tubuh tanaman dalam keadaan seimbang, maka dengan penambahan auksin
eksogen, maka akan diperoleh perbandingan auksin yang dikandung menjadi
lebih tinggi dari sitokinin sehingga terjadi induksi akar dan pemanjangan tunas
(Wuryaningsih, dkk., 2000).
Media Tanam
Fungsi media perakaran yang digunakan menanam stek adalah memegang
stek agar tidak mudah goyah, memberikan kelembaban yang cukup dan mengatur
peredaran udara (aerasi). Oleh karenanya, media yang ideal haruslah mampu
memberikan aerasi yang cukup, mempunyai daya pegang air dan drainase yang
baik serta bebas dari jamur dan bakteri patogen (Ashari, 1995).
Top soil adalah lapisan tanah yang paling atas yang paling sering dan
paling mudah dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktor biologi. Pada lapisan ini,
sebagian besar bahan organik terkumpul dan mengalami pembusukan, ini
menjadikan top soil berwarna lebih gelap dibandingkan lapisan di bawahnya
(California Fertilizer Association, 1998).
Kompos merupakan semua bahan organik yang telah mengalami
degradasi/ penguraian/ pengomposan sehingga berubah bentuk dan tidak dikenali
bentuk aslinya, berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau. Bahan organik ini
berasal dari tanaman maupun dari hewan (Indriani, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Proses pengomposan juga dapat melibatkan organisme makro seperti
cacing tanah. Kerja sama antara cacing tanah dengan mikroorganisme memberi
dampak

proses

penguraian

yang

berjalan

dengan

baik.

Hasil

dari

vermikomposting berupa casting. Casting ini mengandung partikel-partikel kecil
dari bahan organik yang dimakan cacing dan kemudian dikeluarkan lagi.
Kandungan casting tergantung dari bahan organik dan jenis cacingnya
(Indriani, 2004).
Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak perlu disterilisasi lagi
karena mikroba patogen telah mati selama prosese pembakaran. Selain itu, sekam
bakar juga memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media
tanam menjadi gembur (Anonimous, 2007).
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan
fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan
sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan
perakaran stek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan
proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk
dipindahkan ke media lain. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah
kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan aerasi serta drainase
media tanam (Anonimous, 2007).

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas
permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan
Oktober 2008 (empat bulan).
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah setek batang
tanaman kamboja jepang, zat pengatur tumbuh akar (Rootone F), top soil, kascing,
pasir, sekam bakar, air, alkohol 70%,

kertas label, polibag dengan ukuran

diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung
pelaksanaan penelitian ini.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gembor, meteran,
pisau tajam, handsprayer, kalkulator, timbangan analitik, dan alat-alat lain yang
mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
dengan 2 faktor perlakuan, yaitu :
Faktor I : Zat pengatur tumbuh akar (Rootone-F), dengan 3 taraf, yaitu :
R0 = kontrol
R1 = konsentrasi 100 ppm

Universitas Sumatera Utara

R2 = konsentrasi 200 ppm
R3 = konsentrasi 300 ppm
Faktor II : Media tanam dengan 3 taraf, yaitu :
M1 = Pasir + top soil (2:1)
M2 = Pasir + kascing (2:1)
M3 = Pasir + arang sekam (2:1)
Sehingga diperoleh 12 kombinasi :
R0M1

R1M1

R2M1

R3M1

R0M2

R1M2

R2M2

R3M2

R0M3

R1M3

R2M3

R3M3

Jumlah Ulangan

:3

Jumlah Kombinasi

: 12

Jumlah Plot

: 36

Jumlah Tanaman/ Plot

:4

Jumlah Sampel/ Plot

:2

Jumlah Tanaman Seluruhnya : 144
Jumlah Sampel Seluruhnya

: 72

Jarak antar Blok

: 30 cm

Jarak antar Plot

: 30 cm

Dari data penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier
sebagai berikut :
Yijk =

+ i+ j+(

)ij + ijk

Universitas Sumatera Utara

Dimana :
Yijk

= Hasil pengamatan perlakuan Rootone F pada taraf ke-i dan media tanam
pada taraf ke-j
= Nilai tengah

(

i

= Pengaruh Rootone F pada taraf ke-i

j

= Pengaruh media tanam pada taraf ke-j
)ij = Pengaruh interaksi Rootone F pada taraf ke-i dan media tanam pada taraf
ke-j

ijk

= Pengaruh galat yang disebabkan perlakuan Rootone F pada taraf ke-i
dan media tanam pada taraf ke-j pada ulangan ke-k
Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan

dengan uji DMRT dengan taraf 5% (Bangun, 1991).

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Media Tanam
Media tanam terdiri dari top soil, kascing, pasir, dan sekam bakar. Pasir
terlebih dahulu disterilisasi dengan cara digongseng. Sedangkan sekam bakar, top
soil dan kascing tidak disterilisasi, karena top soil, sekam bakar dan kascing yang
digunakan sudah siap pakai. Kemudian media tanam tersebut dicampur hingga
merata sesuai dengan perbandingan pada komposisi perlakuan dan dimasukkan ke
dalam polibag berdiameter 12 cm dengan panjang 28 cm. Media tanam diisikan ke
polibag hingga setinggi 24 cm.
Persiapan Bahan Tanaman
Bahan tanaman diambil dari utama tanaman yang sudah berkayu (minimal
berumur 1 tahun), dengan pertumbuhan sehat dan normal. Bahan tanaman diambil
dengan cara memotong batang menggunakan pisau tajam dengan kriteria batang
berwarna hijau ke-abu-abuan, sudah berkayu, tetapi tidak terlalu tua, batang lurus
dan sehat, panjang batang 20-22 cm, diameter batang 1

1,5 cm. Semua bahan

tanaman yang digunakan memiliki kriteria yang sama. Lalu potongan batang
diletakan pada posisi horizontal agar getah mengalir ke bawah. Potongan batang
dikeringanginkan selama 1 minggu di tempat teduh. Pengambilan bahan tanaman
dilakukan pada pagi hari.

Universitas Sumatera Utara

Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Akar (Rootone F)
Rootone F diaplikasikan dengan cara menambahkan sedikit alkohol untuk
melarutkan kemudian ditambahkan air sehingga menjadi larutan. Kemudian bahan
tanaman direndam pada larutan setinggi 5 cm selama + 2 jam.
Penanaman Setek Kamboja Jepang
Jumlah setek per polibag sebanyak 1 batang, penanaman setek dilakukan
dengan memasukkan setek secara tegak tepat di bagian tengah polibag. Setek
yang terbenam media adalah sedalam 5 cm. Setelah setek ditanam, kemudian
media tanam di siram dengan air hingga kapasitas lapang.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan tiga hari sekali yaitu pagi atau sore hari secara
merata pada seluruh tanaman dengan menggunakan gembor dan air bersih.
Penyisipan
Penyisipan dilakukan guna mengganti tanaman yang rusak akibat hama,
penyakit ataupun kerusakan mekanis lainnya. Batas waktu penyisipan adalah
12 minggu setelah tanam.
Penyiangan
Penyiangan di lakukan secara manual, untuk gulma yang terdapat dalam
polibag.

Universitas Sumatera Utara

Pengamatan Parameter
Persentase Setek Bertunas (%)
Dihitung pada 4 minggu setelah tanam yaitu dengan menghitung setek
yang bertunas dibagi jumlah tanaman pada masing-masing plot dikali 100%.
Persentase setek bertunas dihitung pada akhir penelitian
Rumus % setek bertunas = jumlah setek yang bertunas x 100%
jumlah setek tiap plot
Jumlah Tunas
Jumlah tunas dihitung satu kali pada setiap tanaman sampel yang
dilakukan pada akhir penelitian.
Panjang Tunas (cm)
Panjang tunas diukur dari pangkal tumbuhnya tunas sampai titik tumbuh
tertinggi. Tunas yang diukur adalah tunas yang terpanjang dan dilakukan sejak
12 minggu setelah tanam dengan interval 2 minggu sekali.
Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang sudah membuka sempurna.
Jumlah daun dihitung pada akhir penelitian.
Jumlah Akar Primer
Jumlah akar primer dihitung pada akhir penelitian dengan menghitung
jumlah akar terdekat yang keluar pada pangkal setek.

Universitas Sumatera Utara

Panjang Akar Primer (cm)
Panjang akar diukur pada akhir penelitian dimulai dari pangkal stek
sampai ujung akar dengan menggunakan dengan menggunakan penggaris.
Pengukuran dilakukan pada akar terpanjang.
Bobot Basah Akar (g)
Bobot basah akar diukur dengan cara menimbang akar yang telah dipotong
dan dibersihkan. Penimbangan dilakukan pada akhir penelitian dengan
menggunakan timbangan analitik.
Bobot Basah Tunas (g)
Bobot basah tunas yang ditimbang adalah dengan memotong tunas yang
keluar selama penelitian dan dibersihkan. Penimbangan dilakukan pada akhir
penelitian dengan menggunakan timbangan analitik.
Bobot Kering Akar (g)
Akar yang telah ditimbang bobot basahnya, selanjutnya dimasukkan dalam
amplop. Kemudian amplop yang berisi akar tadi diovenkan dengan suhu 700 C
selama 2 x 24 jam. Setelah itu akar dikeluarkan dari amplop dan dihitung bobot
kering akar dengan menggunakan timbangan analitik.
Bobot Kering Tunas (g)
Bagian atas tanaman yang telah ditimbang bobot basahnya, selanjutnya
dimasukkan dalam amplop. Kemudian amplop yang berisi bagian atas tanaman
tadi diovenkan dengan suhu 700 C selama 2 x 24 jam. Setelah itu dikeluarkan dari
amplop dan dihitung bobot kering akar dengan menggunakan timbangan analitik.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Analisis data secara statistik menunjukkan pemberian berbagai konsentrasi
Rootone F berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, panjang tunas 12 dan 14
MST, jumlah daun, panjang akar bobot basah akar, bobot basah tunas, bobot
kering akar dan bobot kering tunas, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap
persentase setek bertunas dan panjang tunas 16 MST.
Komposisi berbagai media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap
seluruh parameter yang diamati.
Interaksi antara Rootone F dan media tanam berpengaruh nyata terhadap
jumlah akar primer., tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap persentase setek
bertunas, jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun, panjang akar, bobot basah
akar,bobot basah tunas, bobot kering akar dan bobot kering tunas.
Persentase Setek Bertunas (%)
Hasil pengamatan persentase setek bertunas dan daftar sidik ragam
persentase setek bertunas dapat dilihat pada Lampiran 3-4 yang menunjukkan
bahwa perlakuan konsentrasi Rootone F dan media serta interaksi kedua
perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Rataan Persentase Setek Bertunas Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F
dan Komposisi Media Tanam
Konsentrasi Rootone F (ppm)
Media Tanam

R0 (0)

R1 (100)

R2 (200)

R3 (300)

Rataan

M1 (Pasir + Top soil)
M2 (Pasir + Kascing)
M3 (Pasir + Arang sekam)

67.07
67.07
55.00

74.13
74.13
70.40

57.07
74.13
74.13

60.00
62.07
69.13

64.56a
69.35a
67.16a

Rataan

63.04a

72.88a

68.44a

63.73a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.

Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase setek bertunas tertinggi pada
perlakuan konsentrasi Rootone F yaitu pada konsentrasi 100 ppm (72,88 %) dan
yang terendah pada konsentrasi 0 ppm (63,04 %). Persentase setek bertunas
tertinggi pada perlakuan media yaitu pada perlakuan Pasir + kascing (69,35 %)
dan yang terendah Pasir + top soil (64,56 %). Sedangkan interaksi kedua
perlakuan, persentase setek bertunas tertinggi pada perlakuan R1M1, R1M2, R2M2
dan R2M3 (74,13 %) sedangkan paling rendah pada perlakuan R0M3 (55 %).
Jumlah Tunas
Hasil pengamatan jumlah tunas dan daftar sidik ragam jumlah tunas dapat
dilihat pada Lampiran 5-6 yang menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi
Rootone F berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, sedangkan perlakuan media
serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.
Tabel 3. Rataan Jumlah Tunas Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan
Komposisi Media Tanam
Media Tanam
M1 (Pasir + Top soil)
M2 (Pasir + Kascing)
M3 (Pasir + Arang sekam)
Rataan

Konsentrasi Rootone F (ppm)
R0 (0)
R1 (100)
R2 (200)
R3 (300)
1.00
1.33
1.00
1.67
1.67
1.33
1.00
1.50
1.50
1.17
1.00
2.00
1.39ab
1.27bc
1bc
1.72a

Rataan
1.25a
1.37a
1.41a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah tunas tertinggi

pada perlakuan

konsentrasi Rootone F yaitu pada konsentrasi 300 ppm (1,72) dan yang terendah
pada konsentrasi 200 ppm (1). Jumlah tunas tertinggi pada perlakuan media yaitu
pada perlakuan pasir + arang sekam (1,41) dan yang terendah Pasir + top soil
(1,25). Sedangkan interaksi kedua perlakuan, jumlah tunas tertinggi pada
perlakuan R3M3 (2) sedangkan paling rendah pada perlakuan R0M1, R2M1, R2M2
dan R2M3 (1).
Pengaruh konsentrasi Rootone F pada berbagai media terhadap jumlah
tunas, kurva responnya dapat dilihat pada Gambar 1
= 1.4472 - 0.0055x + 2E-05x 2
R2 = 0.7458
ymin = 1.45

Jumlah Tunas

2
1.5
1
0.5
0
0

50

100

150

200

250

Konsentrasi Rootone F (ppm )

300

350

Gambar 1. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan jumlah tunas bibit
tanaman kamboja jepang
Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa hubungan konsentrasi Rootone F
dengan jumlah tunas bibit tanaman kamboja jepang adalah kuadratik dimana
jumlah tunas menurun pada konsentrasi Rootone F 100 ppm (R1) dan meningkat
pada konsentrasi Rootone F 300 ppm (R3) bibit tanaman kamboja jepang yang
digunakan.

Universitas Sumatera Utara

Panjang Tunas
Hasil pengamatan panjang tunas dan daftar sidik ragam panjang tunas
dapat dilihat pada Lampiran 7-10 yang menunjukkan bahwa perlakuan Rootone F
berpengaruh nyata terhadap panjang tunas 12 dan 14 MST, sedangkan perlakuan
Rootone F terhadap panjang tunas 16 MST, media serta interaksi kedua perlakuan
berpengaruh tidak nyata.
Tabel 4. Rataan Panjang Tunas 12 sampai 16 MST Pada Berbagai Konsentrasi
Rootone F dan Komposisi Media Tanam
Perlakuan
Konsentrasi Rootone F (ppm)
R0 (0)
R1 (100)
R2 (200)
R3 (300)
Media Tanam (M)
M1 (Pasir + Top soil)
M2 (Pasir + Kascing)
M3 (Pasir + Arang sekam)
Interaksi (RxM)
R0M1
R0M2
R0M3
R1M1
R1M2
R1M3
R2M1
R2M2
R2M3
R3M1
R3M2
R3M3

12

Panjang Tunas (MST)
14

16

0.21b

0.26b

0.33a

0.20b
0.25ab
0.32a

0.24b
0.28b
0.38a

0.33a
0.37a
0.52a

0.24a
0.26a
0.23a

0.28a
0.32a
0.27a

0.39a
0.44a
0.34a

0.16
0.28
0.19
0.23
0.22
0.16
0.23
0.28
0.23
0.33
0.28
0.34

0.19
0.38
0.21
0.28
0.25
0.21
0.27
0.32
0.24
0.40
0.32
0.41

0.26
0.47
0.26
0.38
0.33
0.28
0.33
0.49
0.29
0.57
0.48
0.52

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5. Rataan Panjang Tunas 16 MST Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F
dan Komposisi Media Tanam
Konsentrasi Rootone F
Media Tanam

R0 (0)

R1 (100)

R2 (200)

R3 (300)

Rataan

M1 (Pasir + Top soil)

0.26

0.38

0.33

0.57

0.39a

M2 (Pasir + Kascing)

0.47

0.33

0.49

0.48

0.44a

M3 (Pasir + Arang sekam)

0.26

0.28

0.29

0.52

0.34a

Rataan

0.33a

0.33a

0.37a

0.52a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.

Tabel 5 menunjukkan bahwa konsentrasi Rootone F berpengaruh tidak
nyata, dimana panjang tunas tertinggi yaitu pada konsentrasi 300 ppm (0,52) dan
yang terendah pada konsentrasi 0 ppm dan 100 ppm (0,33). Perlakuan berbagai
komposisi media berpengaruh tidak nyata, dimana panjang tunas tertinggi pada
perlakuan pasir + top soil (0,39) dan yang terendah pasir + arang sekam (0,34).
Sedangkan kombinasi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata, dimana panjang
tunas tertinggi pada perlakuan R3M1 (0,57) sedangkan paling rendah pada
perlakuan R0M1 dan R0M3 (0,26).
Jumlah Daun
Hasil pengamatan jumlah daun dan daftar sidik ragam jumlah daun dapat
dilihat pada Lampiran 15-16 yang menunjukkan bahwa perlakuan Rootone F
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, sedangkan perlakuan media serta
interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Rataan Jumlah Daun Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan
Komposisi Media Tanam
Media Tanam
M1 (Pasir + Top soil)
M2 (Pasir + Kascing)
M3 (Pasir + Arang sekam)
Rataan

Konsentrasi Rootone F (ppm)
R0 (0)
R1 (100)
R2 (200)
R3 (300)
1.76
2.35
2.41
3.59
3.20
2.61
2.49
3.07
2.26
2.40cd

2.64
2.53b

2.41
2.43bc

3.19
3.28a

Rataan
2.52a
2.84a
2.62a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.

Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan Rootone F berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun, dimana tertinggi pada konsentrasi 300 ppm (3,28) dan
yang terendah pada konsentrasi 0 ppm (2,40). Perlakuan berbagai komposisi
media berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, dimana tertinggi pada
perlakuan media yaitu pada p