Inventarisasi Jenis Tanaman MPTS (Multy Purpose Tree Species) Di Daerah Tangkapan Air Danau Toba Provinsi Sumatera Utara

INVENTARISASI JENIS TANAMAN MPTS (Multy Purpose Tree Species) DI DAERAH TANGKAPAN AIR
DANAU TOBA PROVINSI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
OLEH: SAMUEL RAYA MARPAUNG 111201121/BUDIDAYA HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

INVENTARISASI JENIS TANAMAN MPTS (Multy Purpose Tree Species) DI DAERAH TANGKAPAN AIR
DANAU TOBA PROVINSI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
OLEH: SAMUEL RAYA MARPAUNG 111201121/BUDIDAYA HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian
Nama NIM Program studi

: Inventarisasi Jenis Tanaman MPTS (Multy Purpose Tree Species) Di Daerah Tangkapan Air Danau Toba Provinsi Sumatera Utara : Samuel Raya Marpaung

: 111201121 : Kehutanan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Afifuddin Dalimunthe, SP, MP Ketua

Dr. Ir. Budi Utomo, SP, MP Anggota

Mengetahui

Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D Ketua Program Studi Kehutanan
Tanggal Lulus : 25 April 2015

ABSTRAK
SAMUEL RAYA MARPAUNG. Inventarisasi Tanaman MPTS (Multy Purpose Tree Species) Di Daerah Tangkapan Air Danau Toba. Dibawah bimbingan akademik AFIFUDDIN DALIMUNTHE dan BUDI UTOMO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tanaman MPTS, teknik silvilkltur, manfaat tanaman, peranan tanaman MPTSdan persepsi masyarakat jika tanaman MPTS dijadikan tanaman rehabilitasi. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Haranggaol Horison dan Kecamatan Merek Provinsi Sumatera Utara, selama 4 bulan dimulai bulan September sampai dengan bulan Desember 2014. Objek penelitian adalah jenis-jenis tanaman MPTS yang terdapat di DTA Danau Toba. Pengumpulan data sekunder, data primer, identifikasi tanaman MPTS, dan studi pustaka, wawancara serta pengamatan langsung dilapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 10 jenis tanaman MPTS yang tumbuh di DTA Danau Toba. Keberadaan tanaman MPTS sangat bermanfaat bagi masyarakat yang tinggal di DTA Danau Toba baik secara ekologi maupun ekonomi. Masyarakat menyetujui jika tanaman MPTS dijadikan sebagai tanaman rehabilitasi. Kata Kunci : Jenis, Penyebaran, Potensi, Manfaat, dan Tanaman Rehabilitasi
i

ABSTRACT
SAMUEL RAYA MARPAUNG. Plant Inventory of Multy Purpose Tree Species (MPTS) in catchment area of Toba Lake. Under academic supervision of AFIFUDDIN DALIMUNTHE and BUDI UTOMO.

This research aims to determine the types of MPTS, silvicultural techniques, plant benefit, the role of plant MPTS and peoples perception if the plant MPTS used as plant rehabilitation. This research was conducted in Haranggaol Subdistric and Merek Subdistric at North Sumatera Province during four month from September until December. The objective of research is MPTS plant species be found in the catchment area Toba Lake. The data collection of secondary data, primary data, MPTS plant identification, literature reviews, interviews and direct observation in the field. The results research that be found 10 species of MPTS plant in the catchment area Toba Lake. MPTS is very beneficial for the people living in the Toba Lake catchment area both ecologically and economically. Peoples approved if the plant MPTS used as plant rehabilitation. Key word : Variaty, Deployment, Potential, Benefit, Plant Rehabilitation.
ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
SAMUEL RAYA MARPAUNG Dilahirkan di Porsea tanggal 10 Sebtember 1993 dari ayah Alamat Marpaung dan ibu Sartina Sinurat. Penulis merupakan anak ke lima dari lima bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus dari SDN 176373 Porsea, tahun 2008 dari SMP Negeri 1 porsea selanjutnya pada tahun 2011 penulis lulus dari SMK Negeri 1 Lumban Julu dan pada tahun 2011 penulis diterima di Universitas Sumatera Utara melaluijalur UMB. Penulis memilih Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian USU.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kampus. Pada tahun 2011 hingga 2014 penulis bergabung dengan Himpunan Mahasisa Sylva (Himas) sebagai anggota tetap di Universitas Sumatera Utara. Selain itu penulis juga melaksanakan kegiatan akademik diluar lingkungan kampus, antara lain melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di Taman Hutan Raya (TAHURA) Tongkoh, Brastagi pada tahun 2013, melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di HTI PT. Adindo Hutani Lestari di Kalimantan Utara pada tahun 2015. Pada tahun 2014 penulis melaksanakan penelitian di Kabupaten Simalungun Kecamatan Haranggaol dan Kabupaten Karo Kecamatan Merek Provinsi Sumatera Utara.
iii

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis meneliti tentang “Inventarisasi Jenis Tanaman MPTS (Multy Purpose Tree Species) di Daerah Tangkapan Air Danau Toba Provinsi Sumatera Utara”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tanaman MPTS yang terdapat disekitar DTA Danau Toba. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada banyak pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini :
1. Komisi pembimbing menulis yaitu Afifuddin Dalimunthe, SP, MP. Sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr. Budi Utomo Sp, MP. Sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan selama penelitian hingga penulisan hasil penelitian ini selesai.
2. Ayah Alamat Marpaung dan ibu Sartina Sinurat dan keluarga yaitu: Mery Novelina Marpaung, Lodewik Marpaung, Verawati Marpaung, dan Novia Marpaung yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Posma Agustinus, Frits Melky, Frans Sipayung, Ricky Gea, Candra p, Gideon Purba, Julianto Hadi, Daud Situmorang, Adelina Sitompul, Purnama Sagala, Melia Sinaga dan seluruh teman-teman di Program Studi Kehutanan yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis berharap sikripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Akhir
kata penulis mengucapkan terimakasih.
iv

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ……………………………………………………………….…….…… i ABSTRACT …………………………………………………………….……….…..ii RIWAYAT HIDUP……………………………………………….………….……. iii KATA PENGANTAR…………………………………….…………………..…… iv DAFTAR ISI…………………………………………….……………….….………v DAFTAR TABEL………………………………………………………….……... vii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….…….. viii

PENDAHULUAN Latar Belakang …………………………………………………….………... 1 Tujuan penelitian……………………………………………………..……... 2 Manfaat Penelitian………………………………………………….……….. 2
TINJAUAN PUSTAKA Inventarisasi………………………………………………………….…….... 3 MPTS (Multy Purpose Tree Species)…………………………….....………. 4 Jenis-Jenis Tanaman MPTS………………………………………….……… 4 Keadaaan Umum Danau Toba……………………………………………….11
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu…………………………………………………………... 15 Bahan dan Alat……………………………………………………………... 15 Metode penelitian……………………………………………………………16 Pengumpulan Data………………………………………………………….. 16 Analisis Data………………………………………………………………... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN Peta Penyebaran Tanaman MPTS………………………………………….. 19 Jenis Tanaman MPTS Yang Ditemukan……………………………………. 21 Teknik Silvikultur Tanaman MPTS………………………………………... 22 Kendala Yang Menghambat Pertumbuhan Tanaman MPTS…………….…. 23 Potensi Produktivitas Tanaman MPTS……………………………….…….. 26 Manfaat Tanaman MPTS……………………………………………….…... 27 Peran Tanaman MPTS Terhadapa Ekonomi Masyarakyat………….……… 29 Tanaman MPTS Dijadikan Tanaman Rehabilitasi………………….…….... 30
v

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan…………………………………………………… …………… 32 Saran……………………………………………………… ……………….. 32
DAFTAR PUSTAKA
vi

DAFTAR TABEL
No Halaman 1 Jumlah Jenis Keragaman MPTS …………………………………….……. 16 2 Pengambilan Jumlah Sampel dari Suatu Populasi………….……….….…. 17 3 Jumlah Jenis Tanaman MPTS yang Ditemukan di DTA Danau Toba...….. 21 4 Persentase Teknik Silvikultur Tanaman MPTS di DTA Danau Toba…..... 22 5 Persentase Kendala Yang Menghambat Pertumbuhan Tanaman MPTSdi
DTA Danau Toba……………………….………………………………… 24 6. Potensi Produksi Tanaman MPTS Berdasarkan Jenis di DTA Danau
Toba..………………………………………………………….…………... 26 7. Persentase Manfaat Tanaman MPTS di DTA Danau Toba…….……….… 28 8. Peran Tanaman MPTS Terhadap Ekonomi Masyarakyat di DTA Danau
Toba……………………….………………………………………………. 29 9. Tanaman MPTS Dijadikan Tanaman Rehabilitasi di DTA Danau Toba…. 30
vii

DAFTAR GAMBAR
No Halaman 1 Peta Lokasi penelitian……………………...……………………………… 15 2 Peta Sebaran MPTS di DTA Danau Toba Kecamatan. Haranggaol.……... 19 3 Peta Sebaran MPTS di DTA Danau Toba Kecamatan. Merek…….…....... 20 4. Tanaman Mangga yang Rusak Akibat Pengaruh Angin Kencang ……….. 24 5. Penanggulangan Hama dengan Zat Kimia………………………………... 25 6. Tanaman MPTS yang Terserang Penyakit………………..…………….… 26
viii


ABSTRAK
SAMUEL RAYA MARPAUNG. Inventarisasi Tanaman MPTS (Multy Purpose Tree Species) Di Daerah Tangkapan Air Danau Toba. Dibawah bimbingan akademik AFIFUDDIN DALIMUNTHE dan BUDI UTOMO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tanaman MPTS, teknik silvilkltur, manfaat tanaman, peranan tanaman MPTSdan persepsi masyarakat jika tanaman MPTS dijadikan tanaman rehabilitasi. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Haranggaol Horison dan Kecamatan Merek Provinsi Sumatera Utara, selama 4 bulan dimulai bulan September sampai dengan bulan Desember 2014. Objek penelitian adalah jenis-jenis tanaman MPTS yang terdapat di DTA Danau Toba. Pengumpulan data sekunder, data primer, identifikasi tanaman MPTS, dan studi pustaka, wawancara serta pengamatan langsung dilapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 10 jenis tanaman MPTS yang tumbuh di DTA Danau Toba. Keberadaan tanaman MPTS sangat bermanfaat bagi masyarakat yang tinggal di DTA Danau Toba baik secara ekologi maupun ekonomi. Masyarakat menyetujui jika tanaman MPTS dijadikan sebagai tanaman rehabilitasi. Kata Kunci : Jenis, Penyebaran, Potensi, Manfaat, dan Tanaman Rehabilitasi
i

ABSTRACT
SAMUEL RAYA MARPAUNG. Plant Inventory of Multy Purpose Tree Species (MPTS) in catchment area of Toba Lake. Under academic supervision of AFIFUDDIN DALIMUNTHE and BUDI UTOMO.
This research aims to determine the types of MPTS, silvicultural techniques, plant benefit, the role of plant MPTS and peoples perception if the plant MPTS used as plant rehabilitation. This research was conducted in Haranggaol Subdistric and Merek Subdistric at North Sumatera Province during four month from September until December. The objective of research is MPTS plant species be found in the catchment area Toba Lake. The data collection of secondary data, primary data, MPTS plant identification, literature reviews, interviews and direct observation in the field. The results research that be found 10 species of MPTS plant in the catchment area Toba Lake. MPTS is very beneficial for the people living in the Toba Lake catchment area both ecologically and economically. Peoples approved if the plant MPTS used as plant rehabilitation. Key word : Variaty, Deployment, Potential, Benefit, Plant Rehabilitation.
ii

PENDAHULUAN

Latar Belakang Kawasan Danau Toba beserta sumber daya alam dan ekosistemnya
merupakan kekayaan alam yang perlu dilestarikan untuk menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup bagi kepentingan Nasional dan Daerah. Pada kenyataannya saat ini, mutu lingkungan kawasan danau toba semakin menurun sebagai akibat dari pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup serta akibat kegiatan yang kurang mengindahkan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan (LTEMP, 2006).

Saat ini kawasan DTA Danau Toba mengalami kerusakan lingkungan yang

cukup besar terutama sebagai akibat dari berbagai aktivitas masyarakat sekitarnya.


Diperkirakan DTA Danau Toba telah kehilangan lebih dari 16.000 ha kawasan hutan.

Penyebab utamanya adalah konversi hutan secara ilegal menjadi lahan pertanian.

Degradasi lingkungan DTA Danau Toba tidak saja mengancam kelestarian Danau

Toba tetapi juga penghidupan masyarakat, baik masyarakat sekitar Danau Toba

maupun seluruh Provinsi Sumatera Utara

(Sanudin dan Sundawati 2009).

Masyarakat sekitar kawasan danau toba pada umumnya memiliki pekerjaaan

sebagai petani dan nelayan, tetapi seiring berkurangnya hasil nelayan sebagian

masyarakat mulai beralih dengan bertani,halini yang menyebabkan rusaknya

lingkungan karena masnyarakat tidak memiliki keahlian/kemampuan khusus dalam


bertani hanya menggunakan cara tradisional, meskipun demikian tak sedikit

masyarakat yang memiliki lahan yang ditanami tanaman serba guna (MPTS/Multy

1

Purpose Tree Species) di DTA Danau Toba, karena ditanam secara turun-temurun dimulai dari nenek moyang mereka sejak jaman dahulu.
Jenis-jenis tanaman MPTS di suatu daerah biasanya lebih unggul dalam beberapa hal dibanding jenis tanaman berkayu dengan manfaat tunggal baik jenis endemik maupun eksotis. Keunggulan tersebut antara lain berasal dari habitat aslinya, telah teruji dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya, bernilai melestarikan keanekaragaman hayati, dan secara finansial bernilai ekonomis yang tinggi serta disukai oleh masyarakat. Sehingga jenis-jenis pohon ini akan lebih prospektif memberikan peluang bagi keberhasilan kegiatan rehabilitasi lahan kritis jika ditawarkan sebagai jenis-jenis pohon yang digunakan untuk rehabilitasi. Untuk itulah perlu dilakukan kegiatan inventarisasi kekayaan jenis-jenis pohon bermanfaat ganda (Jenis-Jenis MPTS / Multy Purpose Tree species ) Di DTA Danau Toba. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui jenis-jenis tanaman MPTS (MultyPurpose Tree Species)yang tumbuh dilingkungan Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Provinsi Sumatera Utara. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang jenis-jenis tanaman MPTS (Multy Purpose Tree Species) yang berada di daerah tangkapan air Danau Toba, sehingga tanaman serba guna ini dapatdirekomendasikan dalam rehabilitasi lahan di sekitar DTA Danau Toba, Provinsi Sumatera Utara.
2

TINJAUAN PUSTAKA
Inventarisasi Inventarisasi hutan dilaksanakan guna mengetahui modal kekayaan alam yang
berupa hutan di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk keperluan perencanaan pembangunan proyek-proyek kehutanan secara nasional dan menyeluruh. Penetapan fungsi hutan dibagi menjadi empat fungsi hutan, yaitu Hutan Lindung, Hutan Produksi, Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata (Pamulardi, 1995).
Secara umum, inventarisasi hutan didefinisikan sebagai pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumberdaya hutan untuk perencanaan pengelolaan sumberdaya tersebut bagi kesejahteraan masyarakat secara lestari dan serbaguna. Secara umum inventarisasi hutan dilakukan untuk mengetahui kondisi biofisik lapangan serta kondisi sosial ekonomi dari areal kawasan hutan yang diinventarisasi (Arief, 2001).
Daerah DTA Danau Toba yang dekat dengan danau sebagian besar tanahnya berbatu-batu dan dulunya merupakan penghasil bawang merah yang berkualitas baik, tetapi sejak dua tahun belakangan ini tanaman bawang merah tidak dapat diusahakan lagi karena adanya serangan penyakit yang belum dapat ditanggulangi sampai saat ini. Sebagai penggantinya masyarakat mulai mengusahakan tanaman buah-buahan seperti mangga, alpukat dan kemiri. Yang menjadi masalah adalah adanya angin kencang pada bulan Mei dan Juni akan menggugurkan bunga tanaman yang berbunga pada saat itu, sehingga tidak akan terjadi buah sama sekali. Atas pertimbangan itu
3

maka masyarakat mengharapkan agar para peneliti mencarikan cara merubah musim berbunga tanaman buah-buahan ke bulan-bulan yang tidak ada angin kencangnya (Ginting dan Simanihuruk, 2004). MPTS ( Multy Purpose Tree Species)

Multipurpose Tree Species (MPTS) adalah sistem pengelolaan lahan dimana berbagai jenis kayu ditanam dan dikelola, tidak saja untuk menghasilkan kayu, akan tetapi juga daun-daunan dan buah-buahan yang dapat digunakan sebagai bahan makanan ataupun pakan ternak (Suyanto at all, 2009).
Jenis tanaman serbaguna (multi purpose tree species/MPTS) adalah jenis tanaman yang menghasilkan kayu dan bukan kayu (getah, buah, daun, bunga, serat, pakan ternak, dan sebagainya) (Permenhut, 2012). Jenis Jenis Tanaman MPTS ( Multy Purpose Tree Species)
Nawirat all (2008) menyatakan bahwa jenis-jenis tanaman serba guna (MPTS) yang paling umum ditanam oleh masyarakyat adalah durian (Durio zibethinus), rambutan (Nephelium lappaceum), alpukat (Persea americana), nangka (Artocarpus heterophyllus), mangga (Mangifera indica),kemiri (Aleurites moluccana), sirsak(Annona muricata), Petai (Parkia Speciosa), cengkeh (Syzygium aromaticum), jambu air (Eugenia Jambos), jambu biji (Psidium guajava) dan lain sebagainya. 1. Durian (Durio zibethinus)
Buah berbau menyengat ini memiliki peluang pasar yang sangat bagus dibanding buah-buahan lainnya. Pemasaran buah bertampang sangar ini dari tahun
4

ke-tahunnya tidak pernah jenuh bahkan cenderung naik. Manfaat buah durian, antara lain pohonnya dapat dimanfaatkan sebagai pencegah erosi dilahan miring. batangnya, baik untuk kayu perkakas, bahan bangunan dan bahan kayu lapis. Bijinya, memiliki kandungan pati sangattinggi, sehingga berpotensi sebagai alternatif pengganti bahan pangan. Sementara kulitnya, dapat dipakai untuk bahan abu gosok dan campuran media tanaman dalam pot, baik tanaman indoor maupun bunga-bungaan.
Tanaman durian paling menyukai tempat subur, tanahnya gembur dan tidak bercadas, kedalamam air tanah tidak lebih dari 1 m, pH tanah antara 6–7 dengan pH 6,5 sebagai pH optimum. Hal ini karena pH 6,5 tersebut dapat mudah sekali menetralkan kandungan N, P dan K. Pohon durian dapat tumbuh bagus pada tempat berketinggian 200–600 mdpl dengan suhu rata-rata 20–30 derajat celcius. Proses fisiologis tanaman, membutuhkan energi yang diambil dari sinar matahari berintensitas 45%–50%. Sementara curah hujan maksimal 3.000–5.000 mm/tahun dan minimal 1.500–3.000 mm/tahun ( Jumali, 2010). 2. Rambutan (Nephelium lappaceum)
Di Indonesia, tanaman rambutan tumbuh menyebar di dataran rendah sampai ketinggian 600 mdpl. Namun demikian hasil yang baik akan diperoleh pada lahanlahan berketinggian 0–250 mdpl, bercurah hujan antar 1.500–2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Semakin basah suatu daerah, semakin baik pula kualitas pertumbuhan dan pembuahannya.
Pada prinsipnya, rambutan dapat tumbuh di segala tipe tanah. Namun agar pertumbuhannya maksimal, tanamlah rambutan di tanah yang subur, gembur serta mengandung sedikit pasir. Salah satu syarat yang lain, yaitu rambutan tidak tahan
5

pada keadaan air tanah yang dangkal dan menggenang. Kedalamam air tanah yang ideal untuk tanaman ini adalah 100–150 cm dari permukaan tanah (Baga,1994). 3. Alpukat (Persea americana)
Varietas alpukat yang dikehendaki adalah yang mempunyai sifat-sifat : pohonnya pendek, kekar dengan percabangan mendatar dan tahan terhadap perubahan keadaan lingkungan, tahan terhadap penyakit busuk akar yang disebabkan oleh pytophora sp dan antraknosa, daya hasil tinggi dan stabil serta tahan penyimpanan dan pengangkutan. Alpukat, dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi (sampai 2.000 mdpl) dengan ketinggian optimum 200–1.000 mdpl. Suhu yang diperlukannya 15 sampai 30 derajat celcius dengan curah hujan rata-rata setiap tahunnya 1.500–3.000 mm berkelembaban udara 50%–80%. Tipe iklim yang cocok adalah iklim basah sampai dengan agak kering.Tanaman alpukat, toleran terhadap naungan, sehingga cocok ditanam di lahan pekarangan rumah yang teduh. Aplukat tidak cocok untuk tanah yang tandus. Tanah yang baik untuk pertumbuhannya yaitu yang banyak mengandung bahan organik, airase dan drainase baik, pH 5,5–6,5, berjenis alluvial, latosol, podzolik merah kuning, grumusol, andosol, dan mediteran merah kuning (Karina, 2012). 4. Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Nangka merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari India dan menyebar ke daerah tropis termasuk Indonesia.Hampir semua bagian tanaman ini sangat bermanfaat. Akarnya sebagai obat diare, kayunya bagus untuk perkakas, daunnya sebagai pakan ternak dan getahnya untuk obat bisul dan abses. Buah nangka
6

matang, selain dapat langsung dikonsumsi dengan rasanya yang manis dan baunya yang wangi, juga bisa diolah menjadi aneka makanan, dari mulai dodol hingga kripik.
Tanaman nangka dapat tumbuh subur dan berproduksi dengan baik di daerah beriklim tropik/panas pada areal 700 mdpl. Tanaman ini membutuhkan temperatur minimal antara 16 hingga 21 derajat celcius dan maksimum 31 hingga 32 derajat celcius. Curah hujan yang dibutuhkannya 1.500 hingga 2.400 mm/tahun dengan kelembaban udara (RH) 50%–80 %. Untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi yang optimal, pohon nangka membutuhkan tanah liat berpasir, subur, gembur banyak bahan organik, airase dan drainase baik, pH 5 hingga 7,5, serta kedalaman air tanah antara 1–200 cm dari permukaan tanah. Jenis tanah andosol, latosol dan podsolik merah kuning sangat cocok untuk tanam bergetah lengket ini. Tanaman ini bisa diperbanyak dengan cara generatif maupun vegetatif(Rukmana, 2007). 5. Mangga (Mangifera indica)
Mangga bukan tanaman asli dari indonesia. Walaupun begitu masyarakatsudah menganggap mangga sebagai salah satu tanaman buah-buahan asli Indonesia. Di Indonesia mangga tumbuh baik didaerah dataran rendah yang beriklim panas, tapi juga ditanam sampai dataran tinggi yang beriklim sedang.

Mangga tumbuh berupa pohon berbatang tegak,bercabang banyak dan bertajuk rindang dan hijau sepanjang tahun. Tinggi pohon dewasa bisa mencapai 10– 40 meter. Umur pohon bisa mencapai 100 tahun lebih.Morfologi pohon mangga terdiri atas akar,batang, daun dan bunga.Bunga menghasilkan buah dan biji (pelok), yang secara generatif dapat tumbuh menjadi tanaman baru.
7

Mangga dapat tumbuh dengan baik didataran rendah ataupun dataran tinggi, daerah panasatau dingin, daerah yang sedikit hujan atau banyak hujan. Temperatur dan curah hujan tertentu sangat berpengaruh terhadap produktivitas mangga.Mangga masih dapat hidup dengan sehat pada temperatur 4–10 ºC. Namun kondisi ini bukan temperatur yang baik untuk pertumbuhan dan produksi.Temperatur pertumbuhan optimum untuk mangga berkisar antara 24–27 ºC. Pada kondisi ini pertumbuhan mangga sangat baik untuk produktivitasnya. Didaerah tropis mangga dapat tumbuh sampai daerah pegunungan sekitar 1.3000 m dpl. Hasil terbaik, mangga ditanam didataran rendah samapai pada ketinggian 500 m dpl. Pembungaan mangga dipengaruhi ketinggian tanah dari permukaan laut. Setiap naik 130 m, waktu pembungaan mangga akan tertunda 4 hari. Hal ini seperti letak pohon pada lintang utara atau selatan didaerah tropis. Setiap tambah satu derajat ke selatan atau ke utara waktu pembungaan manga akan di tunda 4 hari (Pracaya, 2004). 6. Kemiri (Aleurites molucana)
Tanaman kemiri termasuk suku Euphorbiaceae. Pohon kemiri yangtumbuh secara alami atau di budidayakan pada ketinggian 150–1000 meter diatas permukaan laut dapat mencapai ketinggian 40 meter.Tanaman kemiri merupakan tanaman industri, sebab produk yang dihasilkan dapat dipakai untuk bahan berbagai barang industri.kayunya dapat dipakai untuk bahan berbagai barang industri. Kayunya yang ringan dapat digunakan untuk bahan pembuat perabot (peralatan) rumah tangga atau bahan industri lain seperti batang korek api dan kotak korek api. Batang kemiri juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bahan pulp (bahan pembuat kertas).
8

Pohon kemiri dapat tumbuh dengan baik pada tanah-tanah kapur, tanah-tanah berpasir di pantai. Tetapi tanaman kemiri dapat juga tumbuh pada tanah-tanah podsolik yang kurang subur sampai yang subur pada tanah-tanah latosol. Pohon kemiri dapat tumbuh dan berproduksi baik pada ketinggian 0–800 meter diatas permukaan laut walaupun dibeberapa tempat dapat juga tumbuh pada ketinggian sampai 1.200 meter diatas permukaan laut. Tanaman kemiri dapat tumbuh pada lahan yang berkonfigurasi datar, bergelombang dan bertebing-tebing yang curam.Ditinjau dari kondisi iklimnya, tanaman kemiri daapat tumbuh di daerah-daerah yang beriklim kering dan daerah-daerah yang beriklim basah. Dengan demikian tanaman kemiri dapat tumbuh di daerah-daerah yang memiliki curah hujan 1.500–2.400 mm pertahundan pada suhu 20–27 ºC.(Sunanto, 1994). 7. Sirsak(Annona muricata)
Tanaman sirsak termasuk tanaman tahunan yang dapat tumbuh danberbuah sepanjang tahun, apabila air tanah mencukupi selamapertumbuhannya. Di Indonesia tanaman sirsak menyebar dan tumbuh baikmulai dari daratan rendah beriklim kering sampai daerah basah denganketinggian 1.000 meter dari permukaan laut (Muaris, 2008). 8. Petai (Parkia Speciosa)
Tanaman petai berupa pohon dengan ketinggian antara 5–25 m dan membentuk percabangan yang banyak. Daun menyirip ganda. Karangan bunga berbentuk bongkol yang terkulai dengan tangkai yang panjang, bunga yang masih muda dan belum mekar bewarna hijau. Setelah dewasa dan terlihat benang sari dan putiknya, bunga petai berubah menjadi warna kuning. Ukurannya pun menjadi lebih
9

besar, buah berbentuk polong panjang dan pipih. Biji tesusun rapi dalam polong yang menggantung di pohon dan pada setiap polong terdapat 10–18 biji . Setiap biji diselaputi kulit tipis bewarna putih pada saat biji masih muda dan selaput tersebut akan menjadi bewarna kuning pada saat biji sudah tua. Biji petai yang masih muda agak lunak dan setelah tua menjadi lebih keras. Tanaman ini banyak tumbuh di daerahdaerah yang mempunyai musim kemarau yang tidak terlalu ekstrem (Sunanto,1992). 9. Cengkeh (Syzygium aromaticum)
Cengkeh adalah tanaman perkebunan yang dapat mencapai ketinggian hingga 20 meter. Yang diambil dari tanaman cengkeh adalah bunganya, dan bunga cengkeh berkelompok mulai tiga hingga sepuluh tangkai, di mana setiap tangkai berisi tiga kuntum bunga
Tanaman cengkeh dapat tumbuh dan berproduksi optimal memerlukan persyaratan lingkungan tumbuh yang spesifik. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tanaman cengkeh antara lain iklim, tinggi tempat dan jenis tanah. Curah hujan yang optimal untuk perkembangan tanaman cengkeh adalah 1500–2500 mm/tahun atau 2.500–3.500 mm/tahun dengan bulan kering kurang dari 2 bulan. Intensitas penyinaran matahari 61–60 % dan suhu udara 22–28 °C serta tidak ada angin kencang sepanjang tahun yang dapat menyebabkan cabang-cabang tanaman patah. Tanaman cengkeh dapat ditanam pada ketinggian 0-900m diatas permukaan laut (dpl). Makin tinggi tempat, produksi bunga makin rendah, namun pertumbuhan makin subur. Ketinggian tempat yang optimal untuk pembungaan tanaman cengkeh berkisar 200-600 mdpl (Agraris, 1993).
10

10. Jambu air (Eugenia aquea) Jambu air berasal dari daerah Indo Cina dan Indonesia, tersebar ke Malaysia
dan pulau-pulau di Pasifik. Selama ini masih terkonsentrasi sebagai tanaman pekarangan untuk konsumsi keluarga. Buah Jambu air tidak hanya sekedar manis menyegarkan, tetapi memiliki keragaman dalam penampilan Tanaman jambu air mempunyai daya adaptasi yang cukupbesar di lingkungan tropis dari dataran rendah sampai tinggi yangmencapai 1.000 m dpl (Cahyono 2009). 11. Jambu biji (Psidium guajava)
Jambu biji atau bahasa latinnya merupakan jenis tanaman perdu dengan cabang yang banyak. Tinggi pohon ini rata-rata sekitar 10–12 meter. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah yang dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman ini sekitar 1.200 meter dari permukaan laut. Daunnya berbentuk bulat telur, kasar, dan kusam. Bunganya relatif kecil dan berwarna putih. Besar buahnya sangat bervariasi, berisi banyak biji kecilkecil dan ada juga yang tidak mempunyai biji yang biasa disebut dengan jambu sukun (Waluyo, 2008). Keadaan Umum Danau Toba

LIPI (2010) menyatakan profil Danau Toba adalah sebagai berikut: Danau Toba terbentuk sebagai akibat terjadinya runtuhan (depresi) tektonik vulkanis yang dasysat pada zaman Pleiopleistosen. Kaldera raksasa ini mempunyai ukuran:
11

Panjang 87 km, lebar 27–31 km Luas 1.100 km² Ketinggian permukaan air Danau Toba yang pernah diamati dan dicatat adalah sekitar ± 906 meter dpl (diatas permukaan laut) . Luas daerah aliran sungai Asahan (DAS Asahan) adalah ± 4000 km² dan 90% dari luas DAS ini adalah kawasan Danau Toba sendiri sebagai daerah tangkapan air (catchment area) yang dibatasi oleh pegunungan terjal, kecuali di daerah antara Porsea dan Balige terdapat daerah dataran. Di tengah-tengah danau terdaapt pulau Samosir dengan panjang 45 km, lebar 19 km dan luas 640 km². Kedalaman air Danau Toba berkisar 400–600 meter dan bagian terdapat di depan teluk Haranggaol (± 460 meter) dan disamping Tao Silalahi yang relatif memiliki area yang luas (± 445 meter). Letak Geografi Secara geografis Kawasan Danau Toba terletak di pegunungan Bukit. Danau Toba terletak di Pulau Sumatera 176 Km arah Selatan Kota Medan, merupakan danau terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara. Permukaan danau berada pada ketinggian 903 meter dpl, dan Daerah Tangkapan Air (DTA) 1.981 meter dpl. Luas Perairan Danau Toba yaitu 1.130 Km² dengan kedalaman maksimal danau 529 meter. Total luas Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba lebih kurang 4.311,58 Km². Iklim DTA Danau Toba termasuk ke dalam tipe iklim B1, C1, C2, D2, dan  E2. Dengan demikian bulan basah (Curah Hujan 200 mm/bulan) berturut-turut pada kawasan ini bervariasi antara dari 3 bulan sampai dengan 7–9 bulan, sedangkan bulan kering (Curah Hujan 100 mm/bulan) berturut-turut antara 2–3 bulan. Berdasarkan
12

klasifikasi iklim menurut Scmidt dan Ferguson maka DTA Danau Toba ini termasuk ke dalam tipe iklim A,B dan C. Curah Hujan
Curah hujan tahunan yang terdapat di kawasan Daerah Tangkapan Air Danau Toba berkisar antara 1.700 sampai dengan 2.400 mm/tahun. Sedangkan puncak musim hujan terjadi pada bulan Nopember hingga Desember dengan curah hujan antara 190–320 mm/bulan dan puncak musim kemarau terjadi selama bulanJuni-Juli dengan curah hujan berkisar 54–151 mm/bulan. Suhu dan Kelembaban Udara
Suhu udara selama musim kemarau cenderung agak lebih tinggi dibandingkan dengan selama musim hujan. Sedangkan angka kelembaban tahunannya berkisar antara 79%–95%. Pada bulan-bulan musim kemarau kelembaban udara cenderung agak rendah dibandingkan pada bulan-bulan musim hujan. Evaporasi bulanan di daerah tangkapan air Danau Toba ini berkisar antara 74 - 88 mm/bulan. Topografi dan Tata Guna Lahan
Kondisi topografi DTA Danau Toba didominasi oleh perbukitan dan pegunungan, dengan kelerengan lapangan terdiri dari datar dengan kemiringan(0%– 8%) seluas 703,39 Km², landai (8%–15%) seluas 791,32 Km², agak curam (15–25%) seluas 620,64 Km², curam (25–45%)seluas 426,69 Km², sangat curam sampai dengan terjal (>45%) seluas 43,96 Km².Eksisting penggunaan dan penutupan lahan di DTA Danau Toba terdiri dari hutan alam, hutan rapat, hutan tanaman, hutan jarang dan kebun campuran, semak belukar, resam, tanaman semusim, persawahan dan lahan terbuka.
13

Kecamatan Haranggaol Kecamatan Haranggaol memiliki luas areal wilayah 371,70 Km².Kecamatan
Haranggaol dulunya merupakan sebuah desa yang bernama tingga langgiung namun karena pertumbuhan masyarakat yang terus meningkat maka desa ini dimekarkan menjadi sebuah kecamatan. adapun batas-batas wilayah Haranggaol adalah Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Dolok Pardamean Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Purba Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Siimakuta Sebelah Selatan berbatasan dengan Danau Toba
Kecamatan Haranggaol mempunyai 11 desa dan jumlah rumah tangga sebanyak 3.096 rumah tangga dan mata pencaharian masyarakatnya adalah Tambak ikan dan berkebun (BPS, 2012). Kecamatan Merek
Kecamatan Merek mempunyai areal seluas 125,51 Km² dan berada pada 1.192 meter di atas permukaan laut. Wilayah Kecamatan Merek berbatasan dengan: Tiga Panah di sebelah Utara, Kabupaten Dairi di sebelah Selatan, Kecamatan Juhar di sebelah Barat, dan Kabupaten Simalungun di sebelah Timur.
Kecamatan Merek mempunyai 19 desa dan jumlah rumah tangga sebanyakn 4.660 rumah tangga. Mata pencaharian masyarakatnya adalah menanampalawija dan tanaman keras(BPS, 2012).
14

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Simalungun dan
Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Di Kabupaten Simalungun berlokasi di Kecamatan Haranggaol Horison dan Kabupaten Karo berlokasi di Kecamatan Merek selama empat bulan pada bulan September – Desember 2014.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman MPTS (Multy Purpose Tree Species), lokasi ditemukan tanaman MPTS pada masing–masing daerah yang terdapat di Kecamatan Haranggaol dan Kecamatan Merek. Alat yang digunakan
15

adalah peralatan survei seperti GPS. Peralatan lain yang digunakan adalah kamera digital dan peralatan tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode bel transect, hanya objek diamati dan

diambil datanya.Soegianto dalam Rani (2005) menyatakanMetode belt transect biasa

digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui

keadaan sebelumnya. Teknik ini juga paling efektif untuk mempelajari perubahan

keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi, dan elevasi. Transek dibuat


memotong garis-garis topografi, dari tepi laut ke pedalaman, memotong sungai atau

menaiki dan menuruni lereng pegunungan. Penelitian ini akan menginventarisasi

jenis-jenis tanaman MPTS (Multy Purpose Tree Species). Jumlah jenis-jenis MPTS di

Kecamatan Haranggaol Horison, Kecamatan Merek dihitung dan ditabulasikan dalam

bentuk tabel.

Tabel 1. Jumlah Jenis Tanaman MPTS No Wilayah/ Kecamatan

Jumlah Jenis

1 Kecamatan Haranggaol Horison (Kabupaten Simalungun)

…..

2 Kecamatan Merek (Kabupaten Karo)

…..

Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Sekunder a. Identifikasi Tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) b. Studi Pustaka

16

2. Data Primer a. Kuisioner Merupakan suatu daftar pertanyaan yang ditujukan kepada para petani pemilik tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebaran kuisioner ini dilakukan untuk memperoleh data-data primer yang dibutuhkan dalam penelitian. b. Wawancara Wawancara ditujukan untuk melengkapi data lainnya yang berkaitan dengan penelitian untuk memperoleh data-data yang lebih akurat. c. Pengamatan Survei langsung dengan melihat jenis-jenis tanaman MPTS yang terdapat di Kecamatan Haranggaol Horison dan Kecamatan Merek.
Analisis Data 1. Data analisis jumlah dan jenis tanaman MPTS di Kecamatan Haranggaol Horison dan Kecamatan Merek disajikan dalambentuk tabulasi. 2. Data hasil perhitungan jumlah tegakan tanaman MPTS dalam bentuk tabulasi berdasarkan wilayah Kecamatan Haranggaol Horison dan Kecamatan Merek. 3. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yakni pengambilan sampel dengan sengaja dipilih. Untuk menentukan ukuran sampel maka digunakan metode kuantitatif, Krecjek dan Morgan dalam Dantes(2012) menyarankan pengambilan sampel dari suatu populasi seperti tabel berikut.
17

Tabel 2. Pengambilan Jumlah Sampel Dari Suatu Populasi
N SNSN 10 10 220 140 1200 15 14 230 144 1300 20 19 240 148 1400 25 24 250 152 1500 30 28 260 155 1600 35 32 270 159 1700 40 36 280 162 1800 45 40 290 165 1900 50 44 300 169 2000 55 48 320 175 2200 60 52 340 181 2400 65 56 360 186 2600 70 59 380 191 2800 75 63 400 196 3000 80 66 420 201 3500 85 70 440 205 4000 90 73 460 210 4500 95 76 480 214 5000 100 80 500 217 6000 110 86 550 226 7000 120 92 600 234 8000 130 97 650 242 9000 140 103 700 248 10000 150 108 750 254 15000

S 291 297 302 306 310 313 317 320 322 327 331 335 338 341 346 351 354 357 361 364 367 368 370 375

18

160 113 800 170 118 850 180 123 900 190 127 950 200 123 1000 210 136 1100
Keterangan N = Jumlah Populasi S = Sampel

260 265 269 274 278 285

20000 30000 40000 50000 75000 100000

377 379 380 381 382 384

Berdasarkan data BPS (2012) jumlah rumah tanggakecamatan yang diuji

adalah kecamatan Haranggaol berjumlah 3.096 rumah tangga dankecamatan Merek

berjumlah 4.660 rumah tangga. Jika ditotal maka jumlah seluruh populasi yang akan

diuji adalah 7.756rumah tangga.jumlah sampel yang akan dijadikan sebagai

responden adalah 367 rumah tangga responden.

4. Potensi Produktivitas Tanaman MPTS

Untuk mengetahui potensi dari tanaman MPTS, terlebih dahulu dihitung

jumlah tanaman per hektar. Untuk memperkirakan jumlah batang perhektarnya, cara

yang umum dilakukan dalam bidang kehutanan adalah dengan membagi luas 1 Ha

dengan jarak tanam. Berdasarkan produksi dari masing-masing individu pohon, maka

dapat dihitung konversi produktivitas satu hektar dalam setahun (produksi/ha/tahun).

Jika diketahui harga setempat untuk setiap satuan produksinya, maka produksivitas

dapat dihitung dalam nilai rupiah (Rp/ha/tahun) dan rata-ratanya.

19

HASIL DAN PEMBAHASAN
Peta Sebaran Tanaman MPTS Berdasarkan survei lapangan yang dilakukan pada DTA Danau Toba
ditemukan tegakan tanaman MPTS. Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilokasi penelitian tanaman MPTS ini sudah ditanam oleh masyarakat secara turun temurun. Gambar 2 merupakan peta sebaran MPTS yang tumbuh di Kecamatan Haranggaol.
Gambar 2. Peta Sebaran MPTS di DTA Danau Toba Kecamatan Haranggaol Salah satu sumber utama perekonomian masyarakat di Kecamatan Haranggaol
adalah sektor pertanian. Sehingga tidak heran jika ditemukan jumlah tegakan MPTS yang tinggi dilokasi ini. Namun dewasa ini masyarakat yang tinggal di Kecamatan Haranggaol mulai beralih pada usaha tambak ikan. Sehingga dilapangan banyak ditemukan tanaman yang tidak terawat atau ditumbuhi gulma.
20

Hasil survei lapangan yang dilakukan di DTA Danau Tobapada lokasi Kecamatan Merek juga menemukan tanaman MPTS dengan jumlah tegakan yang tinggi. Jika dibandingkan dengan Kecamatan Haranggaol, jumlah tegakan tanaman MPTS yang terdapat di Kecamatan Merek lebih tinggi dengan jumlah tegakan MPTS yang terdapat di Kacamatan Haranggaol. Secara umum hal ini dikarenakan jumlah penduduk di Kecamatan Merek lebih banyak dari jumlah penduduk di Kecamatan Harangaol. Peta sebaran MPTS di Kecamatan Merek seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta penyebaran MPTS di DTA Danau Toba Kecamatan Merek Berdasarkan survei lapangan di Kecamatan Merek diperoleh jumlah dari
tanaman MPTS sangat banyak, hal ini karena secara umum penduduk yang tinggal di kecamatan ini memiliki profesi sebagai petani. Jumlah tanaman MPTS paling banyak ditemukan di desa Tongging.
21

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Harangaol dan Kecamatan Merek, diperoleh bahwa masyarakat yang

tinggal di DTA Danau Toba sangat meyukai tanaman MPTS, karena selain dapat memanfaatkan hasil buah masyarakat juga dapat memanfaatkan hasil kayu dari tanaman ini. Jumlah tegakan tanaman MPTS yang paling tinggi terdapat pada Kecamatan Merek, hal ini disebabkan sebagian besarmasyarakat yang tinggal di Kecamatan Merek adalah petani dan hanya sebagian kecil yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan atau usaha tambak ikan sedangkan pada Kecamatan Haranggaol masyarakatnya sebagain besar sudah beralih pada pekerjaan utama uasha tambak ikan dan menjadikan pertanian sebagai pekerjaan sampingan.

Jenis Tanaman MPTS Yang Ditemukan

Berdasarkan hasil survei lapangan, berikut merupakan tabel jenis jenis

tanaman MPTS yang terdapat di DTA Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison

dan Kecamatan Merek.

Tabel 3. Jumlah dan Jenis Tanaman MPTS Yang Ditemukan di DTA Danau Toba

Kecamatan

Nama Lokal

Nama Latin

Jumlah

Haranggaol Horison

1. Mangga 2. Kemiri 3. Durian 4. Alpukat 5. Sirsak 6. Cengkeh 7. Nangka 8. Jambu Klutuk 9. Jambu Air 10. Petai

Mangifera indica Aleurites molucana Durio zibetinus Persea americana Annonna muricata Syzygium aromaticum Artocarpus heterophyllus Psidium guajava Syzygium aqueum Parkia speciosa

427 108
42 54 3 26 8 11 8 1

22

Merek

1. Mangga 2. Kemiri 3. Durian 4. Alpukat 5. Sirsak 6. Cengkeh 7. Nangka 8. Jambu klutuk 9. Jambu Air

Mangifera indica Aleurites molucana Durio zibetinus Persea americana Annonna muricata Syzygium aromaticum Artocarpus heterophyllus Psidium guajava Sizygium aqueum

733 38 2 23 1 2 5 2 3

Hasil pengamatan dan survei lapangan yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat 10 jenis tanaman MPTS yang tumbuh di Kecamatan Haranggaol Horison dan ada 9 jenis tanaman MPTS yang tumbuh di Kecamatan Merek. Di dua kecamatan tersebut jenis tanaman MPTS paling banyak adalah Mangga dan jenis terbanyak kedua adalah jenis tanaman Kemiri, hal ini dikarenakan kedua tanaman ini tidak membutuhkan tempat tumbuh yang khusus, hal ini sesuai dengan pendapat Pracaya (2004) yang menyatakan bahwa mangga dapat tumbuh dengan baik didataran rendah ataupun dataran tinggi, daerah panasatau dingin, daerah yang sedikit hujan atau banyak hujan.Sunanto (1994) menyatakan tanaman kemiri dapat juga tumbuh pada tanah-tanah podsolik yang kurang subur sampai yang subur pada tanah-tanah latosol. Teknik Silvikultur Tanaman MPTS
Hasil pengamatan dilapangan dan analisa data kuisioner yang disebar pada masyarakat tentang teknik silvikultur yang dilakukan pada tanaman MPTS oleh masyarakat seperti Tabel 4.

23

Tabel 4. Persentase Teknik Silvikultur Tanaman MPTS di DTA Danau Toba

No Budidaya yang dipilih

Jumlah Responden

Persentase (%)

1 Stek akar

00

2 Stek pucuk

00

3 Pemindahan Anakan

315 85, 83

4 Cangkok

52 14, 17

Total

367 100

Berdasarkan data pada Tabel 4. Teknik silvikultur yang paling banyak digunakan oleh manyarakat adalah dengan cara pemindahan anakan. Hal ini disebabkan karena teknik ini merupakan cara yang sangat sederhana atau tidak membutuhkan keahlian khusus dan teknik ini tidak membutuhkan dana. Namun teknik ini memiliki kelemahan yaitu menghasilkan tanaman yang kurang baik, baik dalam menghasilkan buah, maupun kualitas buah yang dihasilkan oleh tanaman tersebut.
Wawancara terhadap responden, menunjukkan sebagian besar masyarakat yang tinggal di DTA Danau Toba belum mengetahui atau mengenal budidaya tanaman dengan teknik silvikultur stek akar dan stek pucuk.Adapun masyakat yang melakukan teknik cangkok pada tanaman MPTS pada umumnya adalah masyarakat pendatang. Tanaman cangkok hanya ditanam di pekarangan rumah sebagai tanaman hias.
Sebagian besar tanaman MPTS yang ada di lokasi penelitian adalah tanaman yang sudah berumur 30–50 tahun bahkan ada yang berumur lebih dari 100. Tanaman tersebut sudah diwariskan dari orang tua atau nenek moyang mereka. Oleh karena itu

24

banyak dari masyarakat yang tidak mengetahui teknik silvikultur yang dilakukan pada tanaman mereka sebelumnya. Pada umumnya tanaman MPTS memang memiliki masa produktif yang panjang, tetapi jika umur dari suatu tanaman semakin tua akan menghasilkan buah yang lebih kecil dan jumlah yang sedikit.

Kendala Yang Menghambat pertumbuhan Tanaman MPTS

Pertumbuhan tanaman MPTS di DTA Danau Toba bisa dikategorikan baik,

karena dapat dibuktikan dengan jumlahnya yang sangat banyak dan kondisi

pertumbuhan tanaman yang baik. Tetapi berdasarkan hasil survei dan pengamatan

dilapangan serta wawancara yang telah dilakukan kepada masyarakatmenunjukkan

adanya beberapa kendala yang sering menghambat pertumbuhan tanaman MPTS.

Tabel 4 memuat data persentasi kendala yang menghambat pertumbuhan tanaman

MPTS yang paling sering dialamai oleh masyarakat di DTA Danau Toba

Tabel 5. Persentase Kendala Yang Menghambat Pertumbuhan Tanaman MPTS

di DTA Danau Toba

No Kendala Pertumbuhan

Jumlah Responden

Persentase (%)

1 Kesuburan Tanah 2 Iklim/Angin 3 Ketinggian 4 Hama Penyakit
Total

36 9,81 189 51,50
00 142 38,69 367 100

Iklim saat ini yang sulit ditebak menjadi kendala yang paling sering dialami oleh masyarakat, karena iklim memiliki peranan penting dalam membantu pertumbuhan hingga prosespembungaan pada tanaman. Salah satu faktor iklim yang

25

paling sering menjadi kendala adalah angin kencang.Pada umumnya dampak yang paling sering merugikan terjadi pada tanaman mangga, adalah mulai dari menurunnya produksi buah ataupun gagalnya proses pembungaan tanaman mangga, hal ini sesuai dengan pendapat Pracaya (2004) yang menyatakan bahwa temperatur dan curah hujan tertentu sangat berpengaruh terhadap produktivitas mangga.
Gambar 4. Tanaman mangga yang rusak akibat pengaruh angin kencang Selain iklim kendala yang paling sering dialami oleh masyarakat adalah hama penyakit. Hama yang paling sering menyerang tanaman MPTS yang terdapat di lokasi penelitian adalah serangga/lalat buah (Bactoreca, sp). Serangga ini dapat menyebabkan buah dari tanaman MPTS menjadi busuk, atau jatuh meskipun masih muda. Pada umumnya masyarakat menggunakan zat kimia metil euganol yang dicampur dengan lem, zat kimia ini di lengketkan pada botol bekas, maka serangga akan menghinggapi botol karena zat kimia ini menimbulkan aroma buah matang.
26

Gambar 5. Penanggulangan Hama dengan Zat Kimia Berdasarkan hasil survei lapangan, penyakit yang paling sering menyerang tanaman MPTS yang terdapat di lokasi penelitian adalah busuk batang.Penyakit ini mengakibatkan batangdari tanaman jadi membusuk dan mudah patah jika diterpa angin. Masyarakat pemilik tanaman MPTS tidak melakukan penanggulangan jika tanaman MPTS mereka sudah terserang penyakit, karena pada umumnya masyarakat pada lokasi penelitian tidak mengetahui cara penanggulangan dan cara pencegahan penyakit tersebut.
27

Gambar 6. Tanaman MPTS yang Terserang Penyakit Potensi Produktivitas Tanaman MPTS
Tanaman jenis MPTS (Multi Purpose Tres Species) adalah jenis-jenis tanaman yang dapat diambil manfaatnya, baik secara ekologi, ekonomi. Secara ekonomi tanaman ini dapat menghasilkan kayu atau non kayu. Potensi ekonomi yang diperoleh dari tanaman MPTS sangat menjanjikan jika ditanam dan dirawat dengan baik.Produksinya tanaman ini tidak terbatas dan tidak hanya satu jenis hasil yang bisa di produksi contonhya: selain buah, kayu atau daun juga dapat dirproduksi dari tanaman MPTS ini. Hasil perhitungan potensi produksi tanaman MPTS di DTA Danau Tobapada Tabel 6.
28

Tabel 6. Potensi Produksi Tanaman MPTSBerdasarkan Jenis Tanaman di DTA

Danau Toba

Produksi

No Nama Lokal

Nama Latin

(Rp/Ha/Th)

1 Mangga

Kemiri 2 Durian

3

Alpukat Sirsak

4 Cengkeh Nangka

5 Jambu biji

Jambu Air 6 Petai

7

Mangifera indica Aleurites molucana Durio zibetinus Persea americana Annonna muricata Syzygium aromaticum Artocarpus heterophyllus Psidium guajava Syzygium aqueum Parkia speciosa

187.200.000 123.000.000
68.000.000 56.160.000 72.800.000 455.000.000 55.965.000 75.000.000 70.200.000 29.700.000

8

9

10

Berdasarkan data Tabel 6. Potensi tanaman MPTS paling tinggi adalah

cengkeh dikuti oleh mangga, kemiri, jambu biji dan jambu air. Tanaman cengkeh

merupakan tanaman MPTS yang memiliki potensi tinggi, tetapi dilokasi penelitian

hanya beberapa tegakan saja yang ditemukan. Hal ini disebabkan tanaman cengkeh

sangat mudah terserang penyakit, tanaman ini membutuhkan tempat tumbuh yang

khusus atau memiliki kriteria tertentu dan tanaman ini juga tidak dianjurkan di areal

yang sering diterpa angin.

Setelah tanaman cengkeh tanaman MPTS yang paling memiliki potensi

tertinggi adalah mangga dan kemiri. Hal ini menyebakan kedua tanaman menjadi

kesukaan masyarakat di lokasi penelitian, baik di Kecamatan Haranggaol maupun di

29

Kecamatan Merek. Karena selain tanaman ini mudah tumbuh dan membutuhkan syarat tumbuh tidak yang rumit, tanaman ini memiliki potensi produksi yang tinggi.

Manfaat Tanaman MPTS

Jenis-jenis bermanfaat ganda (Multi Purpose) adalah jenis-jenis yang dapat

diambil manfaatnya bagi manusia, baik berupa hasil kayu maupun non kayu. Selain

hasil non kayu seperti: getah, buah, kulit, dan daun. Tetapi juga setelah jenis tersebut

mencapai tua dan hasil non kayunya sudah berkurang atau terhenti, maka pohonnya

dapat ditebang untuk diambil manfaat kayunya yang laku di pasaran.

Analisa kuisioner dan wawancara terhadap para responden menunjukkan

sebagian besar masyarakat masih terfokus terhadap pemanfaatan buah saja.

Sementara dari tanaman MPTS ini masih banyak yang bisa dimanfaatkan seperti

getah, daun dan lain sebagainya. Tabel 7 merupakan persentasi manfaat tanaman

MPTS.

Tabel 7.Persentase Manfaat Tanaman MPTS di DTA Danau Toba

No

Manfaat Tanaman MPTS

Jumlah Responden

Persentase (%)

1 Pemanfaatan Buah 2 Obat-obatan 3 Pemanfaatan kayu 4 Tanaman naungan
Total