Inventarisasi Jenis-Jenis Anggrek di Samosir Utara Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Simanindo)

(1)

INVENTARISASI JENIS-JENIS ANGGREK DI SAMOSIR UTARA KABUPATEN SAMOSIR, PROVINSI SUMATERA UTARA

(Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Simanindo)

Hasil Penelitian

Oleh:

FLORA YOLANDA PANJAITAN 071201042 / MANAJEMEN HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2012


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Inventarisasi Jenis-Jenis Anggrek di Samosir Utara Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara

(Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Simanindo)

Nama : Flora Yolanda Panjaitan

NIM : 071201042

Departemen : Kehutanan

Program Studi : Manajemen Hutan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Pindi Patana, S. Hut, M. Sc

NIP: 19750525 200003 1 001 NIP: 19640505 199403 2 001 Ir. Ma’rifatin Zahra M. Si

Mengetahui :

Ketua Departemen Kehutanan

19710416 200112 2 001 Siti Latifah, S. Hut, M. Si


(3)

ABSTRACT

Flora Yolanda Panjaitan. (071201042). Inventory Types of Orchids in North Samosir, Samosir District, North Sumatra Province (Case Study Sub District Ronggurnihuta and Simanindo).

Guided By Pindi Patana, S. Hut, M. Sc and Ir Ma'rifatin Zahra, M. Si.

The purpose of this study was to identify the type of orchid that exist in North Samosir and to determine the distribution of orchid species in North Samosir. There seach was conducted in the area of North Samosir, Partukoan Village District Ronggurnihuta and the Village Tanjungan, Simanindo District of North Sumatra Province, conducted from June to July 2011. The method used is purposive sampling. Based on the results of research in the field found as many as 10 species of orchids from 8 genera of orchids are found. Of the 10 species of orchids are found, six species of orchids are epiphyt orchid that is Agrostophyllum magi, Bulbophyllum baileyi, Coelogyne Dayana, Coelogyne salmonicolor, Dendrobium setifolium , Eria pilifera and 4 species of orchid is a terrestrial orchid (soil) that is Arundina graminifolia, Phaius tankervilliae, Spathglottis aurea and Spathoglottis plicata. From the patterns of distribution

of species of orchids can be seen that the spread

of orchids in North Samosir spread uniformly although the numbers are not evenly distributed in each location . Factors that lead to unequal number of orchids in each location is the temperature, air humidity, win, rainfall, soil and altitude.


(4)

ABSTRAK

Flora Yolanda Panjaitan (071201042). Inventarisasi Jenis – Jenis Anggrek di Samosir Utara, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Simanindo).

Dibimbing Oleh Pindi Patana, S. Hut, M. Sc dan Ir Ma’rifatin Zahra, M. Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis anggrek yang ada di Samosir Utara dan untuk mengetahui sebaran jenis anggrek yang ada di Samosir Utara. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Samosir Utara, Desa Partukoan Kecamatan Ronggurnihuta dan Desa Tanjungan Kecamatan Simanindo Provinsi Sumatera Utara, dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan Juli 2011. Metode yang digunakan adalah metode purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan ditemukan sebanyak 10 jenis anggrek dari 8 genus anggrek yang ditemukan. Dari 10 jenis anggrek yang ditemukan, 6 jenis anggrek merupakan anggrek epifit yaitu Agrostophyllum majus, Bulbophyllum baileyi, Coelogyne dayana, Coelogyne salmonicolor, Dendrobium setifolium, Eria pilifera dan 4 jenis anggrek merupakan anggrek teresterial (tanah) yaitu Arundina graminifolia, Phaius tankervilliae, Spathoglottis aurea dan Spathoglottis plicata. Dari pola penyebaran jenis anggrek dapat dilihat bahwa penyebaran anggrek di Samosir Utara menyebar secara seragam meskipun jumlahnya tidak merata di masing – masing lokasi. Faktor yang menyebabkan tidak meratanya jumlah anggrek di masing – masing lokasi adalah suhu, kelembaban udara, angin, curah hujan, tanah dan ketinggian tempat.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 25 Januari 1989, merupakan anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Ibunda E. Sinaga dan Ayahanda P. Panjaitan.

Tahun 2001 penulis lulus dari SDN. 060827 Medan, pada tahun 2004 penulis lulus dari SMP Negeri 15 Medan dan tahun 2007 penulis lulus dari SMA Katolik Tri Sakti Medan. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswi di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sumatera Utara, Program Studi Manajemen Hutan Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa Sylva (Himas). Tahun 2009 penulis mengikuti Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di kawasan Aras Napal Kabupaten Langkat Sumatera Utara dan kawasan Pulau Sembilan Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) pada KPH Kuningan, Jawa Barat. Pada tahun 2011 penulis melakukan penelitian Inventarisasi Jenis – Jenis Anggrek di Samosir Utara, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Simanindo).


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena sampai pada saat ini penulis masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah Inventarisasi Jenis – Jenis Anggrek di Samosir Utara, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Simanindo). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Departemen Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Pindi Patana, S.Hut, M.Sc dan Ibu Ir. Ma’rifatin Zahra, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membaca dan membutuhkan informasi.

Medan, Januari 2012 Flora Yolanda Panjaitan


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK. ... ii

RIWAYAT HIDUP. ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Inventarisasi ... 4

Deskripsi Anggrek ... 4

Klasifikasi Anggrek ... 6

Keberadaan Anggrek di Indonesia ... 6

Jenis – Jenis Tanaman Anggrek ... 8

Syarat – Syarat Tumbuh Tanaman Anggrek a. Iklim ... 10

b. Media Tanam Anggrek ... 11

c. Ketinggian Tempat ... 12

GIS (Geographic Information System) ... 13

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Pengambilan Data ... 15

Metode Penelitian... 16

Analisis Data ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis – Jenis Anggrek di Samosir Utara ... 19

Deskripsi Jenis Anggrek ... 19

Analisis Vegetasi ... 39

Analisis Sebaran Jenis ... 44

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 50

Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

1. Jumlah genus, spesies dan individu anggrek di Samosir Utara ... 19

2. a. Deskripsi jenis anggrek di Partukoan ... 20

b. Deskripsi jenis anggrek di Tanjungan ... 20

3. Perbandingan ciri Agrostophyllum majus ... 22

4. Perbandingan ciri Arundina graminifolia ... 24

5. Perbandingan ciri Bulbophyllum baileyi ... 26

6. Perbandingan ciri Coelogyne dayana... 28

7. Perbandingan ciri Coelogyne salmonicolor ... 29

8. Perbandingan ciri Dendrobium setifolium ... 31

9. Perbandingan ciri Eria pilifera... 33

10. Perbandingan ciri Phaius tankervilliae ... 35

11. Perbandingan ciri Spathoglottis aurea ... 37

12. Perbandingan ciri Spathoglottis plicata ... 38

13. a. Nilai Kerapatan dan Kerapatan Relatif anggrek di Partukoan Jalur 1 ... 39

b. Nilai Kerapatan dan Kerapatan Relatif anggrek di Partukoan Jalur 2 .... 39

c. Nilai Kerapatan dan Kerapatan Relatif anggrek di Tanjungan ... 40

14. a. Nilai Frekuensi dan Frekuensi Relatif anggrek di Partukoan Jalur 1 ... 41

b. Nilai Frekuensi dan Frekuensi Relatif anggrek di Partukoan Jalur 2 ... 41

c. Nilai Frekuensi dan Frekuensi Relatif anggrek di Tanjungan ... 42

15. a. Nilai keanekaragaman jenis anggrek epifit di Partukoan ... 43

b. Nilai keanekaragaman jenis anggrek teresterial di Partukoan ... 43

c. Nilai keanekaragaman jenis anggrek epifit di Tanjungan... 43

d. Nilai keanekaragaman jenis anggrek teresterial di Tanjungan ... 43

16. Pola Sebaran Jenis masing – masing anggrek di Partukoan ... 45

17. Pola Sebaran Jenis masing – masing anggrek di Tanjungan ... 46


(9)

DAFTAR GAMBAR

1. Lokasi penelitian ... 14

2. Agrostophyllum majus di lapangan dan UPT Kebun Raya Samosir ... 22

3. Arundina graminifolia di lapangan dan UPT Kebun Raya Samosir ... 24

4. Bulbophyllum baileyi di lapangan dan UPT Kebun Raya Samosir ... 26

5. Coelogyne dayana di lapangan dan UPT Kebun Raya Samosir ... 28

6. Coelogyne salmonicolor di lapangan dan UPT Kebun Raya Samosir... 29

7. Dendrobium setifolium di lapangan dan UPT Kebun Raya Samosir ... 31

8. Eria pilifera di lapangan dan UPT Kebun Raya Samosir... 33

9. Phaius tankervilliae di lapangan dan UPT Kebun Raya Samosir ... 35

10.Spathoglottis aurea di lapangan dan UPT Kebun Raya Samosir ... 37

11.Spathoglottis plicata di lapangan dan UPT Kebun Raya Samosir ... 38


(10)

ABSTRACT

Flora Yolanda Panjaitan. (071201042). Inventory Types of Orchids in North Samosir, Samosir District, North Sumatra Province (Case Study Sub District Ronggurnihuta and Simanindo).

Guided By Pindi Patana, S. Hut, M. Sc and Ir Ma'rifatin Zahra, M. Si.

The purpose of this study was to identify the type of orchid that exist in North Samosir and to determine the distribution of orchid species in North Samosir. There seach was conducted in the area of North Samosir, Partukoan Village District Ronggurnihuta and the Village Tanjungan, Simanindo District of North Sumatra Province, conducted from June to July 2011. The method used is purposive sampling. Based on the results of research in the field found as many as 10 species of orchids from 8 genera of orchids are found. Of the 10 species of orchids are found, six species of orchids are epiphyt orchid that is Agrostophyllum magi, Bulbophyllum baileyi, Coelogyne Dayana, Coelogyne salmonicolor, Dendrobium setifolium , Eria pilifera and 4 species of orchid is a terrestrial orchid (soil) that is Arundina graminifolia, Phaius tankervilliae, Spathglottis aurea and Spathoglottis plicata. From the patterns of distribution

of species of orchids can be seen that the spread

of orchids in North Samosir spread uniformly although the numbers are not evenly distributed in each location . Factors that lead to unequal number of orchids in each location is the temperature, air humidity, win, rainfall, soil and altitude.


(11)

ABSTRAK

Flora Yolanda Panjaitan (071201042). Inventarisasi Jenis – Jenis Anggrek di Samosir Utara, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Simanindo).

Dibimbing Oleh Pindi Patana, S. Hut, M. Sc dan Ir Ma’rifatin Zahra, M. Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis anggrek yang ada di Samosir Utara dan untuk mengetahui sebaran jenis anggrek yang ada di Samosir Utara. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Samosir Utara, Desa Partukoan Kecamatan Ronggurnihuta dan Desa Tanjungan Kecamatan Simanindo Provinsi Sumatera Utara, dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan Juli 2011. Metode yang digunakan adalah metode purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan ditemukan sebanyak 10 jenis anggrek dari 8 genus anggrek yang ditemukan. Dari 10 jenis anggrek yang ditemukan, 6 jenis anggrek merupakan anggrek epifit yaitu Agrostophyllum majus, Bulbophyllum baileyi, Coelogyne dayana, Coelogyne salmonicolor, Dendrobium setifolium, Eria pilifera dan 4 jenis anggrek merupakan anggrek teresterial (tanah) yaitu Arundina graminifolia, Phaius tankervilliae, Spathoglottis aurea dan Spathoglottis plicata. Dari pola penyebaran jenis anggrek dapat dilihat bahwa penyebaran anggrek di Samosir Utara menyebar secara seragam meskipun jumlahnya tidak merata di masing – masing lokasi. Faktor yang menyebabkan tidak meratanya jumlah anggrek di masing – masing lokasi adalah suhu, kelembaban udara, angin, curah hujan, tanah dan ketinggian tempat.


(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang menyimpan kekayaan plasma nutfah anggrek paling besar di dunia. Dari sekitar 26.000 spesies, Indonesia memiliki sekitar 6.000 spesies tanaman anggrek dunia. Bahkan, sekitar 90% induk jenis Dendrobium yang dikembangkan di dunia berasal dari Indonesia. Indonesia merupakan negara tropis dan memiliki kondisi lingkungan yang memenuhi syarat untuk menjamin kehidupan tanaman anggrek. Tanaman anggrek liar di Indonesia diperkirakan ada sekitar 5.000 jenis (Heriswanto, 2009).

Anggrek merupakan tanaman hias yang beraneka ragam jenisnya. Menurut Schuttleworth et al., 1970, terdapat sekitar 25.000 jenis anggrek yang telah dideskripsikan. Tanaman anggrek sangat populer dan banyak digemari karena keindahan bentuk bunga dan baunya yang khas. Keindahan dan keanekaragaman anggrek terutama terlihat pada morfologi dan warna bunga, sedangkan bentuk vegetatif tanaman hampir serupa. Distribusi anggrek sangat luas dengan diversitas yang besar dan sebagian besar tanaman anggrek tumbuh di kawasan tropis dan subtropis (Tieneke, 2010).

Menurut Dressler (1990) anggrek merupakan keluarga tumbuhan yang paling banyak spesiesnya dan terdapat dimana saja. Hal yang paling menarik dari penyebaran anggrek yaitu penyebarannya di daerah yang berbeda, sebagian besar tanaman anggrek berlimpah di hutan hujan yang berkisar 1000-2000 mdpl. Anggrek merupakan keluarga yang menghuni permukaan bumi, kecuali


(13)

tempat-tempat yang beku seperti daerah kutub atau padang pasir yang benar-benar panas dan kering.

Kabupaten Toba Samosir berada pada 2003’ - 2040’ Lintang Utara dan 98056’ - 99040’ Bujur Timur. Kabupaten Toba Samosir memiliki luas wilayah 2.021,8 km2. Kabupaten Toba Samosir berada diantara lima kabupaten yaitu sebelah utara berbatasan dengan kabupaten simalungun, sebelah timur berbatasan dengan labuhan batu dan asahan, sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten tapanuli utara serta sebelah barat berbatasan dengan kabupaten samosir. Kabupaten Toba Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian antara 300-2.200 meter di atas permukaan laut, dengan topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam, yaitu datar, landai, miring dan terjal. Sesuai dengan letaknya yang berada di garis khatulistiwa, Kabupaten Toba Samosir tergolong ke dalam daerah beriklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 17ºC - 29ºC dan rata-rata kelembaban udara 85,04 % (IPDS, 2010).

Kabupaten Toba Samosir dengan segala keberadaannya dapat dijumpai tumbuhan anggrek baik yang epifit (yang hidup menumpang di pohon) maupun teresterial (yang hidup di tanah). Sejauh ini masih sedikit informasi / laporan dokumentasi dan gambar yang mengungkapkan keanekaragaman jenis anggrek di kawasan ini, khususnya di kawasan Samosir Utara. Untuk menggali dan kemudian memanfaatkan jenis anggrek yang ada, usaha eksplorasi dan inventarisasi masih sangat diperlukan dan harus diintensifkan. Kegiatan inventarisasi ini sendiri sangat berguna untuk melihat keanekaragaman jenis anggrek yang terdapat di Samosir Utara. Selain itu, kegiatan inventarisasi ini sendiri sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan masyarakat setempat yang selama ini tidak


(14)

mengetahui bahwa di Samosir Utara juga terdapat berbagai jenis anggrek. Masyarakat setempat tidak mengetahui adanya anggrek di Samosir Utara karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan anggrek. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis – jenis anggrek yang terdapat di Samosir Utara.

.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengidentifikasi jenis anggrek yang ada di Samosir Utara 2. Untuk mengetahui sebaran jenis anggrek yang ada di Samosir Utara

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai jenis-jenis anggrek yang ada di Samosir Utara.


(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Inventarisasi

Inventarisasi hutan dilaksanakan guna mengetahui modal kekayaan alam yang berupa hutan di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk keperluan perencanaan pembangunan proyek-proyek kehutanan secara nasional dan menyeluruh. Penetapan fungsi hutan dibagi menjadi empat fungsi hutan, yaitu Hutan Lindung, Hutan Produksi, Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata (Pamulardi,1995).

Secara umum, inventarisasi hutan didefinisikan sebagai pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumberdaya hutan untuk perencanaan pengelolaan sumberdaya tersebut bagi kesejahteraan masyarakat secara lestari dan serbaguna. Secara umum, inventarisasi hutan dilakukan untuk mengetahui kondisi biofisik lapangan serta kondisi sosial ekonomi dari areal kawasan hutan yang diinventarisasi (Arief, 2001).

Deskripsi Anggrek

Anggrek adalah tumbuhan dengan perawakan yang beraneka ragam, hidup sebagian besar epifit (tumbuh pada pohon inangnya), dan ada pula yang teresterial (tumbuh di tanah atau sering juga disebut anggrek tanah). Anggrek memiliki rimpang, akar yang seperti umbi tetapi bukan umbi lapis atau umbi batang. Batang berdaun atau tidak, pangkalnya seringkali menebal membentuk umbi semu yang mempunyai akar yang mengandung klorofil dan berfungsi sebagai alat untuk asimilasi (Darmono, 2008).


(16)

Anggrek merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai keindahan (estetika) dan daya tarik tertentu. Tanaman anggrek mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, selain karena keindahannya, bunga anggrek dapat dimanfaatkan sebagai bunga potong yang tahan lama (tidak cepat layu) tidak seperti bunga-bunga lain. Perkembangan anggrek dewasa ini mendapat perhatian yang sangat besar dari masyarakat. Prospek pengembangan anggrek di Indonesia sangat cerah (Rahardi, et all. 1993).

Daun anggrek berseling dengan tepi rata, berdaging dan biasanya tersusun dalam dua baris. Bunga Anggrek terdiri dari lima bagian utama, yaitu sepal (daun kelopak), Petal (daun mahkota), Stamen (benang sari), Pistil (putik), dan ovari (bakal buah). Sepal adalah mahkota bunga yang terletak dibelakang sedangkan petal yang di depannya. Pada labelum terdapat gumpalan yang berisi protein, zat wangi dan minyak sebagai penarik serangga. Diatas labelum terdapat alat reproduksi bunga (gynandrium), yang jantan dinamakan androecium dan yang betina dinamakan gynoecium. Sebuk sari pada anggrek membentuk suatu gumpalan yang dinamakan dengan polinia, umumnya berjumlah dua tetapi kadang ada yang berjumlah empat atau enam. Polinia ini dihubungkan oleh seperti benang yang pada ujung benangnya sedikit lengket yang disebut plasenta. Kepala putik anggrek menghadap ke bawah, seperti lubang dangkal ke atas yang terdapat dibawah atau dibalik tugu, apabila dipegang seperti lem yang lengket atau seperti cairan kental berwarna putih (Sihotang, 2010).

Anggrek dalam penggolongan taksonomi, termasuk dalam familia Orchidaceae suatu familia yang sangat besar dan bervariasi. Famili ini terdiri dari 800 genus dan tidak kurang dari 25.000 spesies. Keluarga orchidae ini merupakan


(17)

tanaman yang tersebar luas di pelosok dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia, anggrek banyak ditemukan di hutan, umumnya hutan Kalimantan yang merupakan surga anggrek Indonesia (Sandra, 2001).

Klasifikasi Anggrek

Klasifikasi anggrek menurut Jones dan Laschingar (1997) adalah sebagai berikut :

Divisi : Magnolipyta Kelas : Liliopsida Subklas : Lilidae Bangsa : Orchidales Suku : Orchidaceae

Marga : Dendrobium, Malaxis

Keberadaan Anggrek di Indonesia

Heriswanto (2009) menyatakan bahwa ada 5000 jenis anggrek di alam, dan 29 jenis anggrek spesies Indonesia (termasuk anggrek hitam) telah dilindungi oleh pemerintah. Masalah Anggrek di Indonesia adalah sebagai berikut ini:

 Hilangnya anggrek alam (anggrek spesies) karena rusaknya ekosistem (konversi alam, penebangan hutan, kebakaran hutan) dan pengambilan tanpa batas dari alam (tingginya minat terhadap anggrek asli).

 Ekspor anggrek alam secara illegal.


(18)

 Budidaya anggrek asli Indonesia oleh negeri luar. Benefit sharing bagi masyarakat tidak ada.

 Perlu perbaikan dalam praktek Implementasi CITES (untuk jenis anggrek

yang termasuk dalam appendix II CITES, tapi otoritas melarang seluruh ekspor anggrek non hibrida).

 Walau memiliki plasma nutfah anggrek yang besar, namun penelitian dan pengembangan belum mencukupi mendukung tersedianya bibit baru dan budidaya yang bisa berkompetisi.

Negara kurang waspada dengan apa yang kita miliki, maka kurang menyelamatkan apa yang seharusnya menjadi devisa di negara ini. Kerusakan habitat dan pemanfaatan (termasuk perdagangan) yang tidak terkendali, penyebab utama bahaya kepunahan spesies. Kerusakan habitat disebabkan oleh pembukaan hutan untuk kepentingan konversi bagi pemanfaatan lahan, dengan tidak memperhitungkan Keanekaragaman Hayati (Kartikaningrum, 2010).

Kondisi kerusakan habitat diperparah dengan maraknya illegal logging yang telah merambah ke dalam kawasan-kawasan konservasi, dan kejadian kebakaran hutan yang berlangsung setiap tahun dengan luasan yang sangat besar, mengancam keanekaragaman hayati Indonesia sangat terancam. Illegal logging dapat menyangkut harkat hidup orang banyak, termasuk dalam kaidah / hukum Pembangunan Berkelanjutan. Lingkungan sebagai dasar titik tolak dan merupakan pondasi dari semua pembangunan lain (Soeryowinoto, 1984).

Menurut Rahmat Witoelar, dalam menyelamatkan spesies ini perlu dilibatkan Menteri Pariwisata dan Menteri Kehutanan. Menteri Lingkungan hidup sebagai vokal point, yaitu sebagai jembatan karena secara optimal


(19)

menteri-menteri tersebut yang dapat melakukan kegiatan ini. Departemen Kehutanan telah melakukan konservasi pada Insitu (termasuk Taman Nasional, Suaka Alam, Taman Wisata Alam) dan Eksitu (termasuk penangkaran dan perbanyakan), menurut Kris Heriyanto, dari Konservasi Keanekaragaman Hayati, Ditjen PHKA, Departemen Kehutanan. Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Kehutanan beserta aparat terkait harus memperhatikan habitat anggrek, supaya anggrek bisa lestari. Himbauan untuk menteri Kehutanan, tolong dijaga anggrek ini demi biodiversity bukan demi illegal loggingnya karena Indonesia sebagai Champion of Biodiversity (Nurcahyo, 2010).

Jenis-Jenis Tanaman Anggrek

Sihotang (2010) menyatakan bahwa dilihat dari tempat tumbuh dan habitatnya tanaman anggrek dapat dibedakan menjadi lima pengelompokan jenis, yaitu: 1) Anggrek epifit (ephytis), adalah jenis anggrek yang menumpang pada batang /

pohon lain tetapi tidak merusak / merugikan tanaman yang ditumpangi (tanaman inang). Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara. Anggrek epifit membutuhkan naungan dari cahaya matahari. Di habitat aslinya, anggrek ini kerap menempel dipohon-pohon besar dan rindang. Contoh anggrek epifit antara lain : Dendrobium, Cattleya, Ondocidium, dan Phalaenopsis.

2) Anggrek semi epifit, adalah jenis anggrek yang juga menempel pada pohon / tanaman lain yang tidak merusak yang ditumpangi. Pada anggrek semi epifit, selain untuk menempel pada media, akar lekatnya juga berfungsi seperti akar


(20)

udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang. Contoh anggrek semi epifit antara lain : Epidendrum, Leila, dan Brassavola.

3) Anggrek tanah (anggrek terrestris), adalah jenis anggrek yang hidup di atas permukaan tanah. Anggrek jenis ini membutuhkan cahaya matahari penuh atau cahaya matahari langsung. Contoh anggrek teresterial antara lain : Vanda, Renanthera, Arachnis dan Aranthera.

4) Anggrek saprofit, adalah anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering. Anggrek saprofit ini dalam pertumbuhannya membutuhkan sedikit saja cahaya matahari. Contoh jenis ini antara lain: Goodyera sp.

5) Anggrek litofit, adalah jenis anggrek yang tumbuh pada batu-batuan. Anggrek jenis ini biasanya tumbuh dibawah sengatan cahaya matahari penuh. Contoh jenis ini antara lain : Dendrobium dan Phalaenopsis.

Menurut Veloso (2010) tanaman anggrek berdasarkan pola pertumbuhannya, dibedakan menjadi dua tipe yaitu, simpodial dan monopodial.

 Anggrek tipe simpodial, adalah anggrek yang tidak memiliki batang utama,

bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak tanaman yang tumbuh. Contoh dari jenis anggrek tipe simpodial ini antara lain : Dendrobium sp, Cattleya s, Oncidium sp, dan Cymbidium sp. Anggrek tipe simpodial pada umumnya bersifat epifit

 Anggrek tipe monopodial, adalah anggrek yang dicirikan oleh titik tumbuh

yang terdapat di ujung batang. Bunga ke luar dari sisi batang di antara dua ketiak daun. Contoh dari jenis anggrek tipe monopodial antara lain : Vanda sp, Arachnis sp, Renanthera sp, Phalaenopsis sp, dan Aranthera sp.


(21)

Syarat - Syarat Tumbuh Tanaman Anggrek a. Iklim

Tanaman anggrek dapat tumbuh baik dengan keadaan iklim yang mendukung untuk pertumbuhannya. Yudi (2007) menyatakan bahwa iklim ini sendiri terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :

1) Angin dan curah hujan tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman anggrek.

2) Sinar matahari sangat dibutuhkan sekali bagi tanaman ini. Kebutuhan cahaya berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman anggrek. Ada yang memerlukan intensitas penyinaran penuh, ada juga yang tidak penuh alias memerlukan naungan. Kebutuhan cahaya berdasarkan jenis anggrek, yakni antara lain: Arachnis Maggie Oei butuh 100% intensitas penyinaran, Arachnis Apple Blossom butuh 100% intensitas penyinaran, Renanthera Hybrid butuh 100% intensitas penyinaran, Vanda pensil dan vanda quarter butuh 100% intensitas penyinaran, Dendrobium butuh 50 - 65% intensitas penyinaran, Aranda Hybrid butuh 50 - 65% intensitas penyinaran, Oncidium Hybrid butuh 60 - 75% intensitas penyinaran, Vanda berdaun lebar butuh 20 - 30% intensitas penyinaran, Phalaenopsis Hybrid butuh 10 - 15% intensitas penyinaran, dan Cattleya Hybrid butuh 20 - 30% intensitas penyinaran.

3) Suhu / temperatur minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 15 0C dan suhu maksiumnya adalah 28 0C. Jika suhu udara pada malam berada di bawah 13 0C, maka daerah tersebut tidak dianjurkan untuk ditanam anggrek (di dataran tinggi Dieng). Temperatur yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi


(22)

yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Berdasarkan kebutuhan suhu, tanaman anggrek dibedakan menjadi tiga tipe, yakni:

 Anggrek tipe dingin, membutuhkan suhu siang sekitar 18 - 21 0C. Anggrek

yang termasuk dalam tipe ini adalah Cymbidium sp dan Miltona sp.

 Anggrek tipe sedang, membutuhkan suhu siang sekitar 21 - 24 0C, dan suhu malam sekitar 18 - 21 0C. Anggrek yang termasuk tipe ini adalah Dendrobium sp dan Oncidium sp.

 Anggrek tipe hangat, membutuhkan suhu siang sekitar 24 - 29 0C dan suhu

malam 21 - 24 0C. Anggrek yang termasuk ke dalam tipe ini adalah anggrek Vanda sp, Arachnis sp, dan Renanthera sp.

4) Kelembaban nisbi (RH) yang diperlukan untuk anggrek berkisar antara 60 – 85%. Fungsi kelembaban yang tinggi bagi tanaman antara lain untuk menghindari penguapan yang terlalu tinggi. Pada malam hari kelembaban dijaga agar tidak terlalu tinggi, karena dapat mengakibatkan busuk akar pada tunas-tunas muda.

b. Media Tanam Anggrek

Darmono (2008) menyatakan bahwa terdapat 3 jenis media untuk tanaman anggrek, yaitu:

1) Media untuk anggrek epifit dan semi epifit terdiri dari : serat pakis yang telah digodok, kulit kayu yang dibuang getahnya, serabut kelapa yang telah direndam air selama 2 minggu, ijuk, potongan batang pohon enau, arang kayu, pecahan genting/batu bata, bahan-bahan dipotong menurut ukuran besar tanaman dan akarnya. Untuk anggrek semi epifit yang akarnya menempel


(23)

pada media untuk mencari makanan, perlu diberi makanan tambahan seperti kompos, pupuk kandang / daun - daunan.

2) Media untuk anggrek terrestrial : jenis anggrek ini hidup di tanah maka perlu ditambah pupuk kompos, sekam, pupuk kandang, darah binatang, serat pakis dan lainnya. pH tanah yang ideal untuk anggrek tanah adalah 6,5 dan nilai kisaran pH optimumnya adalah 4,0 - 5,0.

3) Media untuk anggrek semi terrestrial : Bahan untuk media anggrek ini perlu pecahan genteng yang agak besar, ditambah pupuk kandang sekam / serutan kayu. Dipakai media pecahan genting, serabut kayu, serat pakis dan lainnya.

c. Ketinggian Tempat

Tanaman anggrek dapat tumbuh pada berbagai ketinggian yang berbeda – beda. Sihotang (2010) menyatakan bahwa ketinggian tempat yang cocok bagi budidaya tanaman ini dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

1. Anggrek panas (ketinggian 0 - 650 m dpl) : anggrek panas memerlukan suhu udara 26 - 30 0C pada siang hari, 21 0C pada malam hari, dengan daerah ketinggian 0 - 650 meter dpl. Contoh jenis anggrek ini adalah: Dendrobium phalaenopsis, Onchidium papillo, dan Phaphilopedillum bellatum.

2. Anggrek sedang (ketinggian 150 - 1500 m dpl) : anggrek sedang pada suhu udara siang hari 21 0C dan 15 –21 0C sedangkan pada malam hari dengan ketinggian 150 -1500 m dpl.

3. Anggrek dingin (lebih dari 1500 m dpl) : anggrek dingin jarang tumbuh di Indonesia, tumbuh baik pada suhu udara 15 - 21 0C di siang hari dan 9 – 15 0C


(24)

pada malam hari, dengan ketinggian = 1500 m dpl. Contoh: anggrek jenis Cymbidium.

GIS (Geographic Information System)

GIS atau sering disebut dengan SIG merupakan system yang berbasiskan computer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem computer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografi yaitu : (a) masukan, (b) manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (c) analisis dan manipulasi data, (d) keluaran (Aronoff, 1989 dalam Prahasta, 2001).


(25)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2011 di Samosir Utara (Kecamatan Ronggurnihuta, Kecamatan Pangururan dan Kecamatan Simanindo), Kabupaten Samosir, Propinsi Sumatera Utara.

Gambar 1. Lokasi Penelitian dengan skala 1: 100.000

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buku identifikasi anggrek, pH universal dan tally sheet. Alat-alat yang digunakan adalah peta lokasi, kompas, GPS, termometer, kamera digital, tali raffia, dan alat tulis.


(26)

Pengambilan Data

Data-data yang diambil adalah :

1. Jenis-jenis anggrek : jenis anggrek yang ditemukan dikawasan penelitian

2. Ketinggian tempat :pengukuran ketinggian tempat diukur dengan menggunakan GPS

3. Suhu udara : pengukuran suhu udara diukur dengan thermometer udara

4. Kelembaban : pengukuran kelembaban udara dengan Menggunakan thermometer basah dan kering 5. pH tanah : pengukuran pH tanah dengan pH universal

Untuk anggrek yang bersifat epifit (menempel pada tumbuhan inangnya), dilakukan pencatatan terhadap jenis tumbuhan inang dimana anggrek itu menempel dan lokasi penempelannya yang dibagi menjadi tiga stratifikasi yaitu sebagai berikut :

Bawah : Jika anggrek menempel pada tumbuhan inang mulai dari permukaan tanah sampai tingginya 1,3 m

Tengah : Jika anggrek menempel pada tumbuhan inang mulai dari 1,3 m sampai percabangan utama

Atas : Jika anggrek menempel pada tumbuhan inang mulai dari percabangan utama sampai tajuk


(27)

Metode Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan “metode purposive sampling” berdasarkan keberadaan tumbuhan anggrek yang dianggap mewakili tempat tersebut. Pengamatan dan pengoleksian anggrek dilakukan dengan menggunakan “metode sampling plot” yaitu dengan membuat sampling plot di dalam transek. Di dalam setiap jalur akan dibuat sampling plot berukuran 20m x 20m dengan jarak antar sampling plot ditentukan di lapangan. Sampling plot dibuat berukuran 20m x 20m karena populasi yang ingin diidentifikasi bersifat homogen yaitu hanya mengidentifikasi anggrek (Simon, 2007).

Analisis Data

1. Analisis Sebaran Jenis Anggrek

Untuk mengetahui pola sebaran jenis anggrek, data yang sudah diperoleh dari lapangan dianalisis dengan menggunakan rumus Indeks sebaran morisita (Id) (Elliott, 1977). Rumus untuk mencari sebaran jenis anggrek yang digunakan adalah :

Id = n .

€x (€x-1) x (x-1)

Dimana : Id = Indeks sebaran morisita

n = jumlah petak pengambilan contoh x = jumlah individu


(28)

Elliott (1977) menyatakan bahwa setelah nilai Indeks sebaran morisita diperoleh, maka kita dapat melihat pola sabaran jenis anggrek yang diperoleh, dimana :

Id < 1 berarti penyebarannya seragam Id = 1 berarti penyebarannya acak

Id > 1 berarti penyebarannya berkelompok

2. Identifikasi Jenis

Kegiatan identifikasi jenis anggrek dilakukan dilapangan dibantu oleh pemandu dengan menggunakan buku Identifikasi Anggrek. Jenis anggrek yang belum dapat diidentifikasi di lapangan akan didokumentasikan dengan cara difoto dan akan dibawa ke kantor Kebun Raya Samosir untuk diidentifikasi jenis anggrek tersebut.

3. Analisis Vegetasi

a. Kerapatan suatu jenis (K) K =

Luas petak contoh ∑ individu suatu jenis

b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR) KR = K suatu jenis

K seluruh jenis

x 100%

c. Frekuensi suatu jenis (F) F =

∑ seluruh plot

∑ plot ditemukan suatu jenis d. Frekuensi relatif (FR)

FR = F suatu jenis F seluruh jenis


(29)

e. Keanekaragaman Jenis menurut Shannon & Winner (Ludwig & Reynold, 1988).

H’ = - ∑ (pi ln pi) dengan pi = (ni / n) Dimana : H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon

ni = Jumlah individu suatu jenis ke-I dalam petak ukur n = Total jumlah individu dalam petak ukur

H’ berkisar antara 0-7 dengan kriteria : (Barbour, et all. 1987). (a) 0- < 2 tergolong rendah

(b) 2- < 3 tergolong sedang (c) ≥ 3 tergolong tinggi


(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis-Jenis Anggrek di Samosir Utara

Berdasarkan hasil penelitian, anggrek yang terdapat di Samosir Utara antara lain adalah Agostrophyllum, Arundina, Bulbophyllum, Coelogyne, Dendrobium, Eria, Phaius dan Spathoglothis. Data tentang jenis dari masing – masing anggrek di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 1. Jumlah genus, spesies dan jumlah individu anggrek di Samosir Utara N

o

Genus Spesies Jumlah

individu

Ketinggian (mdpl)

Temperatur(C) Pagi Siang Malam

pH tanah 1 2 3 4 5 6 7 8 Agrostophyllum Arundina Bulbophyllum Coelogyne Dendrobium Eria Phaius Spathoglottis Agrostophyllum majus Arundina graminifolia Bulbophyllum baileyi Coelogyne dayana Coelogyne salmonicolor Dendrobium setifolium Eria pilifera Phaius tankervilliae Spathoglottis aurea Spathoglottis plicata 12 99 38 8 6 24 22 90 71 26 1557 1604 1558 1553 1466 1557 1557 1610 1630 1632

15 21 19

13 17 18.5

15 21 19

15 21 19 15 21 19

15 21 19

15 21 19

13 17 18.5

13 17 18.5 13 17 18.5

5 4.5 5 5 5 5 5 4.5 4.5 4.5

Deskripsi jenis anggrek

Jenis – jenis anggrek yang terdapat di Samosir Utara terdiri dari 10 jenis dan masing – masing jenis memiliki kriteria yang berbeda – beda antara jenis yang satu dengan jenis yang lain. Deskripsi mengenai masing – masing jenis anggrek yang ditemukan di lokasi penelitian di Samosir Utara (Partukoan dan Tanjungan) akan dijabarkan pada tabel 2a dan 2b.


(31)

Tabel 2a. Deskripsi jenis anggrek di Partukoan N

o

Nama Jenis Lokasi Ciri Penting Kondisi di

lapangan 1 2 3 4 5 Arundina graminifolia Eria pilifera Phaius tankervilliae Spathoglottis aurea Spathoglottis plicata Teresterial Epifit Teresterial Teresterial Teresterial

Panjang tangkai daun : 25-89 cm Lebar daun : 0.6-1.3 cm Bunga berwarna putih

Panjang batang 5-7 cm Bunga berwarna putih

Panjang daun : 26 -51cm Panjang tangkai bunga : 101 cm Lebar daun 5.5-8 cm

Bunga berwarna ungu

Panjang daun : 13-36 cm Lebar daun : 1.7-2.9 cm

Panjang daun : 7-65 cm Lebar daun : 1-5.2 cm Bunga berwarna ungu

Berbunga

Berbunga

Berbunga

Tidak Berbunga

Berbunga

Tabel 2b. Deskripsi jenis anggrek di Tanjungan

No Nama Jenis Lokasi Ciri Penting Kondisi di

lapangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Agrostophyllum majus Arundina graminifolia Bulbophyllum baileyi Coelogyne dayana Coelogyne salmonicolor Dendrobium setifolium Eria pilifera Phaius tankervilliae Spathoglottis aurea Spathoglottis plicata Epifit Teresterial Epifit Epifit Epifit Epifit Epifit Teresterial Teresterial Teresterial

Panjang tangkai 9-11 cm

Panjang tangkai daun : 25-89 cm Lebar daun : 0.6-1.3 cm Bunga berwarna putih

Panjang bulb 3-5 cm Lebar daun 3-5 cm Panjang daun 10-12 cm

Panjang bulb : 13-19 cm Lebar daun : 4-8 cm Panjang daun : 46-77 cm

Panjang bulb : 8-13 cm Lebar daun : 4.7-6 cm Panjang daun : 20-25 cm

Panjang bulb : 1-7 cm

Panjang tangkai daun : 8-50 cm Bunga berwarna putih

Panjang batang 5-7 cm Bunga berwarna putih

Panjang daun : 26 - 51cm Panjang tangkai bunga : 101cm Lebar daun 5.5-8 cm

Bunga berwarna ungu

Panjang daun : 13-36 cm Lebar daun : 1.7-2.9 cm

Panjang daun : 7-65 cm Lebar daun : 1-5.2 cm Bunga berwarna ungu

Tidak Berbunga Berbunga Tidak Berbunga Tidak Berbunga Tidak Berbunga Berbunga Berbunga Berbunga Tidak Berbunga Berbunga


(32)

1. Agrostophyllum majus

Agrostophyllum merupakan tumbuhan berbunga (magnoliophyta), warna daun hijau, daun berbentuk sisik (Agrostophyllum), warna bunga kuning muda (Agrostophyllum majus). Di Samosir Utara jenis ini dijumpai pada ketinggian 1557 mdpl dengan suhu udara dilokasi penelitian berkisar antara 15-19 ºC dan dengan nilai pH tanah dilokasi bernilai 5. Jenis ini dapat tumbuh pada lokasi dengan temperatur dingin dan jumlahnya tidak banyak yaitu 12 dan tumbuh secara merata.

Di lokasi penelitian, jenis ini memiliki panjang tangkai 9 – 11 cm dan hidup secara epifit (menempel pada tumbuhan inangnya). Anggrek ini belum memiliki bunga dan daunnya juga belum tumbuh secara sempurna membentuk sisik. Jenis ini masih berbentuk batang dengan warna batangnya sendiri berwarna kuning. Dilapangan anggrek jenis ini dapat tumbuh di pohon yang sudah mati dan kering.

Tieneke (2010) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman anggrek yaitu faktor lingkungan antara lain sinar matahari, kelembaban dan temperatur serta pemeliharaannya. Anggrek ini dapat tumbuh di daerah yang beriklim dingin. Jenis ini juga tidak terlalu banyak dijumpai pada 1 titik dan lebih cenderung hidup secara berkoloni atau berkelompok. Anggrek jenis ini biasa tumbuh secara epifit (menempel pada inangnya). Jenis ini juga memiliki panjang tangkai yang tidak begitu panjang yaitu berkisar antara 8 – 12 cm. Anggrek ini memiliki bunga berwarna kuning muda dan ukuran bunganya berkisar antara 0,5 – 0,7 cm.


(33)

(a) (b)

Gambar 2. Agrostophyllum majus dilapangan (a) dan di UPT Kebun Raya Samosir (b) Anggrek jenis Agrostophyllum majus ini memiliki ciri – ciri tersendiri dilapangan dan memiliki ciri yang lain juga menurut Latief. Perbandingan ciri Agrostophyllum majus dilapangan dengan literatur menurut (Latief, 1960) dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan ciri Agrostophyllum majus

No Jenis Ciri Data

Dilapangan Latief (1960) 1 Agrostophyllum

majus

Panjang tangkai Bunga

Diameter bunga Warna bunga

Habitat

9 - 11 cm -

- - Epifit

10 - 20 cm Berukuran sekitar

0,5 - 0,7 cm 3 - 4 cm Kuning muda


(34)

2. Arundina graminifolia

Arundina merupakan tumbuhan berbunga (magnoliophyta), warna daun hijau, daun panjang melanset, bunga berwarna putih (Arundina), warna bunga putih dengan warna jingga sedikit diujung bunga (Arundina graminifolia). Di Samosir Utara, jenis ini dijumpai di ketinggian 1604 mdpl dengan suhu udara di lokasi penelitian berkisar antara 13-18,5 ºC dan dengan nilai pH tanah dilokasi penelitian yaitu 4,5. Arundina ini tumbuh di daerah dingin dengan jumlah yang banyak yaitu 99, jenis ini tumbuh merata dan sering membentuk kelompok.

Di lokasi penelitian, jenis ini sering dijumpai dilokasi yang dekat dengan air dan jenis ini sering dijumpai tumbuh secara berumpun pada satu titik. Anggrek ini memiliki panjang tangkai berkisar antara 25 – 89 cm, lebar daunnya berkisar antara 0,6 – 1,3 cm, dan bunga dari jenis ini berwarna putih dengan sedikit warna jingga di bagian ujung bibir bunganya. Jenis ini dilokasi penelitian ditemukan tumbuh secara teresterial (tumbuh di tanah atau sering juga disebut dengan sebutan anggrek tanah). Anggrek ini sendiri daunnya berbentuk lanset dan panjang. Dalam 1 tangkai, daunnya ditemukan banyak dan tumbuh secara berseling. Jenis ini dilapangan memeiliki batang yang membentuk rumpun yang besar.

Latief (1960) menyatakan bahwa Arundina ini umumnya tumbuh dimana saja, daerah terbuka / di tebing, daerah panas atau dingin mulai dari tempat yang rendah sampai tanah pegunungan yang tingginya berkisar lebih dari 1500 mdpl. Jenis ini biasanya hidup secara teresterial (tumbuh di tanah) dan jenis ini biasanya tumbuh secara berumpun di satu titik. Jenis ini lebih sering dijumpai didaerah yang dekat dengan air. Jenis ini memiliki batang yang panjang dan batang ini


(35)

sendiri dapat tumbuh sepanjang 70 cm. Lebar dari bunganya sendiri berkisar antara 5 – 8 cm dan warna dari bunganya ini sendiri adalah putih dengan sedikit warna ungu atau jingga diujung bibir bunga. Jenis ini sendiri daunnya berbentuk lanset dengan panjang daun berkisar antara 9 – 19 cm dan lebar daunnya berkisar antara 0,8 – 1,5 cm.

(a)

Gambar 3. Arundina graminifolia dilapangan (a) dan di UPT Kebun Raya Samosir (b) Anggrek jenis Arundina graminifolia ini memiliki ciri – ciri dilapangan dan memiliki ciri yang lain menurut Latief. Perbandingan ciri Arundina graminifolia dilapangan dengan literature menurut (Latief, 1960) dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Perbandingan ciri Arundina graminifolia

No Jenis Ciri Data

Dilapangan Latief (1960) 1 Arundina

graminifolia

Panjang tangkai daun Lebar daun Warna bunga

Habitat

25 - 89 cm 0,6 – 1,3 cm

Putih Teresterial

50 - 200 cm ± 0,8 cm

Putih Teresterial


(36)

3. Bulbophyllum baileyi

Bulbophyllum merupakan tumbuhan berbunga (magnoliophyta), warna daun hijau, batang membesar membentuk pseudobulb, tangkai bunga muncul dari akar rimpang ( Bulbophyllum), dalam 1 bulb terdapat 2 tangkai daun (Bulbophyllum baileyi). Di Samosir Utara, jenis ini dijumpai pada ketinggian 1558 mdpl dengan suhu udara di lokasi penelitian berkisar antara 15-19 ºC dan dengan nilai pH tanah dilokasi penelitian 5. Jenis ini tumbuh pada areal terbuka di daerah yang beriklim dingin dan jumlahnya juga cukup banyak yaitu 38 dan penyebarannya membentuk suatu koloni (kelompok).

Di lokasi penelitian, jenis ini memiliki batang yang simpodial, daunnya muncul dari pseudobulb dan jenis ini dilapangan pseudobulbnya tunggal. Anggrek ini memiliki ukuran pseudobulb yang beragam. Di lapangan, jenis ini memiliki panjang pseudobulb berkisar antara 3 – 5 cm, lebar daunnya berkisar antara 3 – 5 cm, panjang daunnya sendiri berkisar antara 10 – 12 cm, warna daunnya dilapangan berwarna hijau dan jenis ini dilapangan biasanya memiliki 2 helai daun dalam 1 pseudobulb. Di lapangan, anggrek jenis ini tumbuh secara epifit (menumpang pada tumbuhan inangnya).

Latief (1960) menyatakan bahwa jenis ini merupakan tumbuhan yang kuat, dapat tumbuh di daerah dingin dan panas, sering tumbuh di tempat terbuka. Jenis ini memiliki pseudobulb yang kecil dengan ukuran berkisar antara 2 – 6 cm dan daun dari jenis ini juga tergolong daun dengan lebar yang kecil yaitu berkisar antara 3 – 6 cm lebar daunnya. Jenis ini biasa tumbuh secara berkoloni atau berkelompok.


(37)

(a) (b)

Gambar 4. Bulbophyllum baileyi dilapangan (a) dan di UPT Kebun Raya Samosir (b) Anggrek jenis Bulbophyllum baileyi ini memiliki ciri – ciri dilapangan dan memiliki ciri yang lain menurut Latief. Perbandingan ciri Bulbophyllum baileyi dilapangan dengan literature menurut (Latief, 1960) dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Perbandingan ciri Bulbophyllum baileyi

No Jenis Ciri Data

Dilapangan Latief (1960) 1 Bulbophyllum

baileyi

Panjang bulb Lebar daun

Panjang daun Warna daun Jumlah daun dalam 1

bulb Habitat

3 – 5 cm 3 – 5 cm 10 - 12 cm

Hijau 2 helai

Epifit

3 - 7 cm 3 – 6 cm ± 15 cm

Hijau 2 helai


(38)

4. Coelogyne dayana dan Coelogyne salmonicolor

Coelogyne merupakan tumbuhan berbunga (magnoliophyta), warna daun hijau, pseudobulb bulat telur, letak pseudobulb jarang satu sama lain (Coelogyne), pseudobulb memanjang (Coelogyne dayana), pseudobulb tidak memanjang dan daun lebar (Coelogyne salmonicolor). Di Samosir Utara, jenis ini dijumpai pada ketinggian 1553 mdpl dengan suhu udara di lokasi penelitian ini berkisar antara 15-19 ºC dan dengan nilai pH tanahnya 5.

Di lokasi penelitian, Coelogyne ini dijumpai ada 2 jenis. Yang membedakan dari kedua jenis ini adalah bentuk pseudobulb nya. Untuk spesies Coelogyne dayana, bentuk pseudobulb nya lebih panjang bila dibandingkan dengan jenis Coelogyne salmonicolor. Dilapangan, masing – masing jenis ini memiliki banyak perbedaan selain dari bentuk pseudobulbnya. Untuk spesies Coelogyne dayana, panjang bulbnya berkisar antara 13 – 19 cm, lebar daunnya sendiri berkisar antara 4 – 8 cm, panjang daun dari jenis ini sendiri berkisar antara 46 - 77 cm, warna daunnya berwarna hijau, untuk spesies Coelogyne salmonicolor panjang bulbnya berkisar antara 8 – 13 cm, sedangkan lebar daunnya sendiri berkisar antara 4 – 7,6 cm dan panjang daun dari jenis ini sendiri berkisar antara 20 - 25 cm. Kedua spesies ini tumbuh secara epifit.

Dari perbedaan masing – masing spesies, kita dapat melihat bahwa spesies Coelogyne dayana merupakan spesies yang memiliki daun yang sangat lebar dibandingkan dengan spesies Coelogyne salmonicolor. Di lokasi penelitian, jenis ini dijumpai di daerah yang beriklim dingin dan jumlahnya pun tidak begitu banyak yaitu 14 dan tumbuh secara berkelompok. Hashim dan Alia, (2011)


(39)

menyatakan bahwa spesies-spesies ini simpodial, mudah ditemukan di berbagai tempat dengan iklim dan temperatur yang beragam.

(a) (b)

Gambar 5. Coelogyne dayana dilapangan (a) dan di UPT Kebun Raya Samosir (b) Anggrek jenis Coelogyne dayana ini memiliki ciri – ciri dilapangan dan memiliki ciri yang lain menurut Latief. Perbandingan ciri Coelogyne dayana dilapangan dengan literatur menurut (Latief, 1960) dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Perbandingan ciri Coelogyne dayana

No Jenis Ciri Data

Dilapangan Latief (1960) 1 Coelogyne dayana Panjang bulb

Lebar daun

Panjang daun Warna daun

Habitat

13 – 19 cm 4 – 8 cm 46 - 77 cm

Hijau Epifit

± 14 cm 2 – 10 cm 15 - 40 cm

Hijau Epifit


(40)

(a) (b)

Gambar 6. Coelogyne salmonicolor dilapangan (a) dan di UPT Kebun Raya Samosir (b) Anggrek jenis Coelogyne salmonicolor ini memiliki ciri – ciri dilapangan dan memiliki ciri yang lain menurut Latief. Perbandingan ciri Coelogyne salmonicolor dilapangan dengan literature menurut (Latief, 1960) dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Perbandingan ciri Coelogyne salmonicolor

No Jenis Ciri Data

Dilapangan Latief (1960) 1 Coelogyne salmonicolor Panjang bulb

Lebar daun

Panjang daun Warna daun

Habitat

8 – 13 cm 4 – 7,6 cm 20 - 25 cm

Hijau Epifit

± 8 cm 4 – 5 cm 24 - 26 cm

Hijau Epifit


(41)

5. Dendrobium setifolium

Dendrobium merupakan tumbuhan berbunga (magnoliophyta), warna daun hijau, daun panjang melanset, batang sympodial (Dendrobium), warna bunga putih (Dendrobium setifolium). Di Samosir Utara, jenis ini dijumpai pada ketinggian 1557 mdpl dengan suhu udara di lokasi penelitian berkisar antara 15-19 ºC dan dengan nilai pH tanah di lokasi penelitian 5.

Di lokasi penelitian, jenis ini sendiri memiliki panjang pseudobulb berkisar antara 1 – 7 cm, panjang tangkainya berkisar antara 8 – 50 cm dan warna bunga dari spesies ini sendiri berwarna putih. Anggrek jenis ini sendiri sering tumbuh secara berumpun di 1 inang (pohon tempat jenis ini menempel). Di lapangan, jenis ini tumbuh epifit di pohon, dapat hidup didaerah dingin dan jumlahnya tidak begitu banyak yaitu 24 dan jenis ini tumbuh secara berkelompok.

Latief (1960) menyatakan bahwa jenis ini umumnya jenis ini menyukai daerah panas, daerah dekat laut sampai daerah pegunungan berkisar lebih dari 1000 mdpl. Jenis ini biasa dijumpai di daerah yang curah hujannya tinggi dan jenis ini biasanya ditemukan tumbuh secara berkelompok atau biasa disebut dengan berkoloni. Anggrek ini hidup secara epifit (menempel pada inangnya) namun jenis ini ada juga yang tumbuh di bebatuan dan tanah (anggrek tanah). Anggrek jenis ini biasanya menghasilkan biji dimana bijinya ini sendiri mengandung cadangan makanan. Anggrek jenis ini biasanya memiliki ukuran pseudobulb yang lumayan besar berkisar antara 1 – 9 cm. Warna bunga dari anggrek ini sendiri berwarna putih dan anggrek ini biasanya memiliki tangkai yang panjang yang berkisar antara 7 – 49 cm.


(42)

(a) (b)

Gambar 7. Dendrobium setifolium dilapangan (a) dan di UPT Kebun Raya Samosir (b) Anggrek jenis Dendrobium setifolium ini memiliki ciri – ciri dilapangan dan memiliki ciri yang lain menurut Latief Perbandingan ciri Dendrobium setifolium dilapangan dengan literature menurut (Latief, 1960) dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Perbandingan ciri Dendrobium setifolium

No Jenis Ciri Data

Dilapangan Latief (1960) 1 Dendrobium setifolium Panjang bulb

Panjang tangkai daun Warna bunga

Habitat

1 – 7 cm 8 – 50 cm

Putih Epifit

± 8 cm 7 – 55 cm

Putih Epifit


(43)

6. Eria pilifera

Eria merupakan tumbuhan berbunga (magnoliophyta), warna daun hijau, tangkai bunga muncul dari pseudobulb, pseudobulb bulat memanjang (Eria), warna bunga putih dengan sedikit warna hijau diujung bunga (Eria pilifera). Di Samosir Utara, jenis ini dijumpai pada ketinggian 1557 mdpl dengan suhu udara di lokasi penelitian berkisar antara 15-19 ºC dan dengan nilai pH tanah 5.

Eria ini dapat tumbuh pada lokasi dengan temperatur dingin dan jumlahnya ada sebanyak 22 dan jenis ini tumbuh secara berkoloni (kelompok). Jenis ini dilokasi penelitian memiliki panjang batang berkisar antara 5 – 7 cm dan warna bunganya sendiri berwarna putih. Di lokasi penelitian, anggrek jenis ini belum tumbuh secara sempurna dan batangnya masih kecil – kecil.

Tieneke (2010) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman anggrek yaitu faktor lingkungan antara lain sinar matahari, kelembaban dan temperatur serta pemeliharaannya. Anggrek jenis ini biasanya tumbuh di pohon secara epifit dan biasanya tumbuh secara berkelompok di satu inangnya. Anggrek ini biasanya tumbuh pada daerah dingin. Jenis ini biasanya memiliki bunga berwarna putih.

Jenis ini biasa tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan biasa dijumpai di derah dengan temperatur dingin. Anggrek jenis ini memiliki batang yang tidak begitu panjang karena panjang batangnya hanya berkisar antara 4 – 8 cm beda dari jenis anggrek yang lain yang batangnya bias mencapai 101 cm. Anggrek jenis ini memiliki bunga yang berwarna putih dan anggrek jenis ini juga tidak begitu banyak jumlahnya dalam 1 titik.


(44)

(a) (b)

Gambar 8. Eria pilifera dilapangan (a) dan di UPT Kebun Raya Samosir (b) Anggrek jenis Eria pilifera ini memiliki ciri – ciri dilapangan dan memiliki ciri yang lain menurut Latief. Perbandingan ciri Eria pilifera dilapangan dengan literatur menurut (Latief, 1960) dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Perbandingan ciri Eria pilifera

No Jenis Ciri Data

Dilapangan Latief (1960) 1 Eria pilifera Panjang batang

Warna batang Warna bunga

Habitat

5 – 7 cm Hijau Putih

Epifit

± 8 cm Hijau

Putih dengan sedikit warna hijau diujung


(45)

7. Phaius tankervilliae

Phaius merupakan tumbuhan berbunga (magnoliophyta), warna daun hijau, batang sympodial, warna bunga kuning (Phaius), warna bunga ungu digolongkan (Phaius thankervilliae). Di Samosir Utara, jenis ini dijumpai pada ketinggian 1610 mdpl dengan suhu udara di lokasi penelitian berkisar antara 13-18,5 ºC dan dengan nilai pH tanah 4,5. Jenis ini tumbuh liar di hutan yang beriklim lembab dengan jumlah yang banyak yaitu 90 dan tumbuh secara berkoloni (kelompok).

Di lokasi penelitian, jenis ini memiliki panjang tangkai bunga 101 cm dan ini termasuk spesies yang paling besar yang dijumpai apabila dilihat dar panjang tangkai bunganya. Jenis ini juga memiliki panjang daun berkisar antara 26 – 51 cm, lebar daunnya berkisar antara 5,5 – 8 cm dan warna dari bunganya sendiri berwarna ungu. Di lapangan, kita dapat melihat daun dari jenis ini sendiri panjang dan berbentuk ovale.

(Rosdiana, 2011) menyatakan bahwa jenis ini merupakan tumbuhan liar di hutan-hutan yang lembab atau kadang dibudidayakan sebagai tanaman hias. Tumbuh ditanah yang gembur dan banyak mengandung humus pada ketinggian 800-1800 mdpl. Anggrek jenis ini biasa hidup secara teresterial (tumbuh di tanah dan biasa disebut dengan anggrek tanah). Jenis ini memiliki daun yang kuat dan panjang dan bentuk dari daunnya sendiri berbentuk ovale. Anggrek ini merupakan jenis anggrek terbesar apabila dilihat dari panjang batangnya. Anggrek jenis ini juga memiliki bunga dimana warna bunga dari anggrek jenis ini sendiri berwarna putih dengan warna coklat diujung bunganya dan anggrek ini memiliki warna bunga yang indah.


(46)

(a) (b)

Gambar 9. Phaius tankervilliae dilapangan (a) dan di UPT Kebun Raya Samosir (b) Anggrek jenis Phaius tankervilliae ini memiliki ciri – ciri dilapangan dan memiliki ciri yang lain menurut Latief. Perbandingan ciri Phaius tankervilliae dilapangan dengan literature menurut (Latief, 1960) dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Perbandingan ciri Phaius tankervilliae

No Jenis Ciri Data

Dilapangan Latief (1960) 1 Phaius tankervilliae Panjang tangkai

bunga Panjang daun

Lebar daun Warna bunga

Habitat

101 cm

26 – 51 cm 5,5 – 8

Ungu Teresterial

50 - 100 cm

30 – 70 cm 10 – 15 cm

Hijau Teresterial


(47)

8. Spathoglottis aurea dan Spathoglottis plicata

Spathoglothis merupakan tumbuhan berbunga (magnoliophyta), warna daun hijau, daun panjang melanset ( Spathoglottis ), warna bunga kuning (Spathoglottis aurea), warna bunga ungu (Spathoglottis plicata). Di Samosir Utara, jenis ini dijumpai di ketinggian 1630 mdpl dengan suhu udara di lokasi penelitian berkisar antara 13-18,5 ºC dan dengan pH tanah 4,5. Jenis ini tumbuh pada areal terbuka di daerah yang beriklim dingin dan jumlahnya banyak yaitu 97 dan jenis ini tumbuh secara merata dan sering berkelompok.

Di lokasi penelitian, yang membedakan dari kedua spesies ini adalah spesies Spathoglottis aurea tidak berbunga namun spesies Spathoglottis plicata memiliki bunga berwarna ungu. Yang membedakan kedua jenis ini adalah warna bunganya. Spathoglottis aurea memiliki bunga berwarna kuning dan spesies Spathoglottis plicata memiliki bunga berwarna ungu. Di lapangan, spesies Spathoglottis aurea memiliki panjang daun berkisar antara 13 – 36 cm dan lebar daunnya sendiri berkisar antara 1,7 – 2, 9 cm, sedangkan spesies Spathoglottis plicata memiliki panjang daun berkisar antara 7 – 65 cm dan lebar daunnya sendiri berkisar antara 1 – 5,2 cm. Anggrek jenis ini sendiri sering dijumpai tumbuh secara berumpun membentuk suatu koloni. Batang dari jenis ini bersifat sympodial dan bunganya berbentuk bundar.

Latief (1960) menyatakan bahwa Spathoglothis berarti anggrek yang berbentuk sendok bibirnya. Spathoglothis ini sendiri merupakan tumbuhan yang kuat, dapat tumbuh di daerah dingin dan panas, sering tumbuh di tempat terbuka. Jenis ini sendiri memiliki perbedaan pada warna bunganya. Spesies Spathoglottis


(48)

aurea memiliki bunga warna kuning dan spesies Spathoglottis plicata memiliki bunga berwarna ungu.

(a) (b)

Gambar 10. Spathoglottis aurea dilapangan (a) dan di UPT Kebun Raya Samosir (b) Anggrek jenis Spathoglottis aurea ini memiliki ciri – ciri dilapangan dan memiliki ciri yang lain menurut Latief. Perbandingan ciri Spathoglottis aurea dilapangan dengan literatur menurut (Latief, 1960)dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Perbandingan ciri Spathoglottis aurea

No Jenis Ciri Data

Dilapangan Latief (1960) 1 Spathoglottis aurea Panjang daun

Lebar daun Warna bunga

Habitat

13 – 36 cm 1,7 – 2,9 cm

- Teresterial

30 – 50 cm 2,5 – 4 cm

Kuning Teresterial


(49)

Di lapangan, Spathoglottis plicata ini memiliki bunga berwarna ungu dan hidup di dekat air ataupun genangan. Deskripsi ini dapat dilihat pada gambar di bawah.

(a) (b)

Gambar 11. Spathoglottis plicata dilapangan (a) dan di UPT Kebun Raya Samosir (b) Anggrek jenis Spathoglottis plicata ini memiliki ciri – ciri dilapangan dan memiliki ciri yang lain menurut Latief. Perbandingan ciri Spathoglottis plicata dilapangan dengan literature menurut (Latief, 1960) dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Perbandingan ciri Spathoglottis plicata

No Jenis Ciri Data

Dilapangan Latief (1960) 1 Spathoglottis plicata Panjang daun

Lebar daun Warna bunga

Habitat

7 – 65 cm 1 – 5,2 cm

Ungu Teresterial

± 80 cm ± 15 cm Ungu Teresterial


(50)

Analisis Vegetasi

Dari hasil yang diperoleh dilapangan, maka akan dapat dihitung nilai dari analisis vegetasi yaitu nilai Kerapatan (K), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR) dan nilai dari Keanekaragaman Jenis dari anggrek tersebut dengan luas petak ukur 20 m x 20 m dan jumlah petak ukur 15. Nilai dari kerapatan dan kerapatan relatif di Partukoan dapat dilihat pada tabel 13a dan 13b, dan nilai dari kerapatan dan kerapatan relatif di Tanjungan dapat dilihat pada tabel 13c.

Tabel 13a. Nilai Kerapatan dan Kerapatan Relatif Jenis Anggrek di Partukoan pada jalur 1

No Spesies Jumlah Kerapatan (K) Kerapatan Relatif

(%KR) 1 2 3 4 5 Arundina graminifolia Eria pilifera Phaius tankervilliae Spathoglottis aurea Spathoglottis plicata Total 35 7 34 18 9 175 35 170 90 45 515 33.98 6.79 33.01 17.48 8.74

Tabel 13b. Nilai Kerapatan dan Kerapatan Relatif Jenis Anggrek di Partukoan pada jalur 2

No Spesies Jumlah Kerapatan (K) Kerapatan Relatif

(%KR) 1 2 3 4 5 Arundina graminifolia Eria pilifera Phaius tankervilliae Spathoglottis aurea Spathoglottis plicata Total 25 6 24 24 7 125 30 120 120 35 430 29.07 6.98 27.91 27.91 8.14


(51)

Tabel 13c. Nilai Kerapatan dan Kerapatan Relatif Jenis Anggrek di Tanjungan

No Spesies Jumlah Kerapatan (K) Kerapatan Relatif

(%KR) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Agostrophyllum majus Arundina graminifolia Bulbophyllum baileyi Coelogyne dayana Coelogyne salmonicolor Dendrobium setifolim Eria pilifera Phaius tankervilliae Spathoglottis aurea Spathoglottis plicata Total 12 39 38 8 6 24 9 32 29 10 60 195 190 40 30 120 45 160 145 50 1035 5.79 18.84 18.36 3.86 2.89 11.59 4.35 15.46 14.01 4.83

Nilai kerapatan relatif (KR) jenis anggrek yang terdapat di Partukoan baik pada jalur 1 dengan jalur 2 dan yang tertinggi terdapat pada spesies Arundina graminifolia yaitu 33.98 % dan 29.07 % sedangkan nilai terendah terdapat pada spesies Eria pilifera yaitu 6.79 % dan 6.98 %. Tingginya nilai kerapatan relatif pada spesies Arundina graminifolia disebabkan karena pada jalur ini jenis Arundina graminifolia banyak dijumpai.

Nilai kerapatan relatif (KR) jenis anggrek yang terdapat di Tanjungan yang tertinggi terdapat pada spesies Arundina graminifolia yaitu 18.84 % dan nilai yang terendah terdapat pada spesies Coelogyne salmonicolor yaitu 2.89 %. Tingginya nilai kerapatan relatif pada spesies Arundina graminifolia disebabkan karena di Tanjungan sendiri jenis ini banyak dijumpai pada lokasi yang ditentukan.


(52)

Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan, nilai frekuensi dan frekuensi relatif jenis anggrek yang terdapat di Partukoan baik yang berada pada jalur 1 dan jalur 2 dapat dilihat pada tabel 14a dan 14b sedangkan untuk nilai frekuensi relatif jenis anggrek yang terdapat di Tanjungan dapat dilihat pada tabel 14c.

Tabel 14a. Nilai Frekuensi dan Frekuensi Relatif Jenis Anggrek di Partukoan pada jalur 1.

N o

Spesies Jumlah ∑ plot ditemukan suatu jenis

∑ seluruh

plot

Frekuensi Frekuensi Relatif (%FR) 1 2 3 4 5 Arundina graminifolia Eria pilifera Phaius tankervilliae Spathoglottis aurea Spathoglottis plicata Total 35 7 34 18 9 4 2 3 3 2 5 5 5 5 5 0.8 0.4 0.6 0.6 0.4 2.8 28.57 14.28 21.43 21.43 14.28

Tabel 14b. Nilai Frekuensi dan Frekuensi Relatif Jenis Anggrek di Partukoan pada jalur 2.

N o

Spesies Jumlah ∑ plot ditemukan suatu jenis

∑ seluruh

plot

Frekuensi Frekuensi Relatif (%FR) 1 2 3 4 5 Arundina graminifolia Eria pilifera Phaius tankervilliae Spathoglottis aurea Spathoglottis plicata Total 25 6 24 24 7 3 2 3 2 2 5 5 5 5 5 0.6 0.4 0.6 0.4 0.4 2.4 25 16.67 25 16.67 16.67


(53)

Tabel 14c. Nilai Frekuensi dan Frekuensi Relatif Jenis Anggrek di Tanjungan

No Spesies Jumlah ∑ plot

ditemukan suatu jenis

∑ seluruh plot

Frekuensi Frekuensi Relatif (%FR) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Agostrophyllum majus Arundina graminifolia Bulbophyllum baileyi Coelogyne dayana Coelogyne salmonicolor Dendrobium setifolium Eria pilifera Phaius tankervilliae Spathoglottis aurea Spathoglottis plicata Total 12 39 38 8 6 24 9 32 29 10 2 3 3 2 2 3 2 4 3 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0.4 0.6 0.6 0.4 0.4 0.6 0.4 0.8 0.6 0.4 5.2 7.69 11.54 11.54 7.69 7.69 11.54 7.69 15.38 11.54 7.69

Nilai frekuensi relatif (FR) jenis anggrek yang terdapat di Partukoan pada jalur 1 yang tertinggi terdapat pada spesies Arundina graminifolia yaitu 28.57 % dan nilai terendah terdapat pada spesies Eria pilifera dan Spathoglottis plicata yaitu 14.28%. Tingginya nilai frekuensi relatif pada spesies Arundina graminifolia disebabkan karena pada jalur ini jenis Arundina graminifolia hampir di semua petak ukur sering dijumpai.

Nilai frekuensi relatif (FR) jenis anggrek yang terdapat di Tanjungan yang tertinggi terdapat pada spesies Phaius tankervilliae yaitu sebesar 15.38 % dan nilai yang terendah terdapat pada spesies Agostrophyllum majus, Coelogyne dayana, Coelogyne salmonicolor, Eria pilifera dan Spathoglottis plicata yaitu sebesar 7.69 %. Tingginya nilai frekuensi relatif pada spesies Phaius tankervilliae disebabkan karena jenis ini sering dijumpai pada petak ukur yang ada di dalam jalur yang telah dibuat.


(54)

Dari nilai frekuensi jenis anggrek yang diperoleh baik yang terdapat di Partukoan maupun di Tanjungan dapat dilihat bahwa jenis anggrek yang dijumpai di Samosir Utara ini merupakan jenis anggrek yang sangat jarang untuk dijumpai. Hal ini dapat dilihat dari nilai frekuensi yang tidak ada mencapai nilai 1. Anggrek yang dijumpai di Samosir Utara ini juga tergolong anggrek dingin karena dapat hidup di ketinggian lebih dari 1500 mdpl. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sihotang (2010) yang menyatakan bahwa anggrek dingin (lebih dari 1500 m dpl), jarang tumbuh di Indonesia.

Nilai keanekaragaman jenis antara anggrek epifit dan anggrek teresterial yang terdapat di Partukoan dapat dilihat pada tabel 15a dan 15b.

Tabel 15a. Nilai Keanekaragaman Jenis anggrek epifit yang dijumpai di Partukoan

No Spesies Jumlah pi ln pi pi ln pi H’

1 Eria pilifera

Total

13

13

1 0 0

0 0

Tabel 15b. Nilai Keanekaragaman Jenis anggrek teresterial yang dijumpai di Partukoan

No Spesies Jumlah pi ln pi pi ln pi H’

1 2 3 4 Arundina graminifolia Phaius tankervilliae Spathoglottis aurea Spathoglottis plicata Total 60 58 42 16 176 0.3409 0.3295 0.2386 0.0909 -1.0762 -1.1102 -1.4329 -2.3979 -0.3669 -0.3658 -0.3419 -0.2179

-1.2925 1.2925

Nilai keanekaragaman jenis antara anggrek epifit dan anggrek teresterial yang terdapat di Tanjungan dapat dilihat pada tabel 15c dan 15d.

Tabel 15c. Nilai Keanekaragaman Jenis anggrek epifit yang dijumpai di Tanjungan

No Spesies Jumlah pi ln pi pi ln pi H’

1 2 3 4 5 Agostrophyllum majus Bulbophyllum baileyi Coelogyne dayana Coelogyne salmonicolor Dendrobium setifolium 12 38 8 6 24 0.1237 0.3917 0.0825 0.0618 0.2474 -2.0899 -0.9373 -2.4949 -2.7838 -1.3967 -0.2585 -0.3671 -0.2058 -0.1720 -0.3455


(55)

6 Eria pilifera

Total

9

97

0.0928 -2.3773 -0.2206

-1.5695 1.5695

Tabel 15d. Nilai Keanekaragaman Jenis anggrek teresterial yang dijumpai di Tanjungan

No Spesies Jumlah pi ln pi pi ln pi H’

1 2 3 4 Arundina graminifolia Phaius tankervilliae Spathoglottis aurea Spathoglottis plicata Total 39 32 29 10 110 0.3545 0.2909 0.2636 0.0909 -1.0370 -1.2348 -1.3333 -2.3979 -0.3676 -0.3592 -0.3515 -0.2179

-1.2962 1.2962

Dari tabel keanekaragaman jenis anggrek baik yang epifit dan teresterial di Partukoan dan di Tanjungan, dapat dilihat bahwa nilai keanekaragaman jenis anggrek epifit dan teresterial yang dijumpai masih tergolong rendah yaitu 0 dan 1.2925 di Partukoan dan di Tanjungan yaitu 1.5695 dan 1.2962. Digolongkan kedalam kriteria rendah karena nilai dari keanekaragaman jenis nya berada pada kisaran 0 - < 2. Barbour (1987) menyatakan bahwa H’ berkisar antara 0 - 7 dengan kriteria 0 - < 2 tergolong rendah, 2 - < 3 tergolong sedang dan ≥ 3 tergolong tinggi. Rendahnya nilai keanekaragaman jenis anggrek di Samosir Utara ini sendiri disebabkan karena jumlah spesies baik yang epifit dan teresterial sedikit dijumpai di daerah penelitian.

Analisis Sebaran Jenis

Dari data yang diperoleh dilapangan, kita dapat mengetahui pola sebaran jenis dari masing – masing jenis anggrek dengan menggunakan rumus Indeks Sebaran Morisita dengan jumlah petak pengambilan contoh sebanyak 10 di


(56)

Partukoan dan 5 di Tanjungan. Rumus untuk mencari nilai Indeks Sebaran Morisita adalah sebagai berikut :

Id = n .

€x (€x-1) x (x-1)

Dimana : Id = Indeks Sebaran Morisita

n = Jumlah petak pengambilan contoh x = Jumlah individu per jenis

€x = Jumlah total individu seluruh jenis yang diperoleh

Elliott (1977) menyatakan bahwa setelah nilai Indeks Sebaran Morisita diperoleh, maka kita dapat melihat pola sabaran jenis anggrek yang diperoleh, dimana :

Id < 1 berarti penyebarannya seragam Id = 1 berarti penyebarannya acak

Id > 1 berarti penyebarannya berkelompok

Tabel 16. Pola sebaran jenis masing – masing anggrek di Partukoan dengan n = 10

No Spesies Jumlah

(x)

x (x-1) €x (€x-1) Id Pola Sebaran 1 2 3 4 5 Arundina graminifolia Eria pilifera Phaius tankervilliae Spathoglottis aurea Spathoglottis plicata Total 60 13 58 42 16 189 3540 156 3306 1722 240 35532 35532 35532 35532 35532 0.99 0.04 0.93 0.48 0.06 Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam


(57)

Tabel 17. Pola sebaran jenis masing – masing anggrek di Tanjungan dengan n = 5

No Spesies Jumlah

(x)

x (x-1) €x (€x-1) Id Pola Sebaran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Agostrophyllum majus Arundina graminifolia Bulbophyllum baileyi Coelogyne dayana Coelogyne salmonicolor Dendrobium setifolium Eria pilifera Phaius tankervilliae Spathoglottis aurea Spathoglottis plicata Total 12 39 38 8 6 24 9 32 29 10 207 132 1482 1406 56 30 552 72 992 812 90 42642 42642 42642 42642 42642 42642 42642 42642 42642 42642 0.01 0.17 0.16 0.01 0.003 0.06 0.01 0.11 0.09 0.01 Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam

Dari pola sebaran jenis yang telah diperoleh, kita dapat melihat bahwa pola penyebaran dari jenis anggrek itu adalah seragam. Indriyanto (2005) menyatakan bahwa penyebaran seperti ini dapat terjadi karena adanya persaingan yang keras antar individu (jenis tumbuhan) untuk memperoleh komponen pemenuh kebutuhan tumbuhan seperti cahaya, nutrisi, air dan sebagainya, serta adanya antagonisme positif yang mendorong pembagian ruang yang sama.

Dari pola penyebaran yang seragam ini, kegiatan konservasi pun akan mudah dilakukan karena jenis tanaman yang diperoleh cenderung seragam. Kegiatan konservasi yang dapat dilakukan untuk tanaman yang diperoleh terdiri dari 2 aspek yaitu konservasi dari segi ekonomi dan dari segi ekologi. Konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, perlu dilakukan strategi dalam pelaksananya. Di Indonesia, kegiatan


(58)

konservasi seharusnya dilaksanakan secara bersama oleh pemerintah dan masyarakat, mencakup masyarakat umum, swasta, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, serta pihak-pihak lainnya.

Jenis anggrek yang ditemukan di lokasi penelitian sudah ada dipelihara di kantor UPT Kebun Raya Samosir. Hal ini dilakukan untuk memelihara jenis anggrek yang ditemukan sebelum ditanam di kebun Raya Samosir yang sedang dalam tahap pembangunan. Anggrek yang ditemukan di lokasi penelitian dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan di UPT Kebun Raya Samosir. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan di UPT Kebun Raya Samosir ini sendiri sama dengan kondisi lingkungan asli dari anggrek yang diperoleh karena lokasi UPT Kebun Raya Samosir ini sendiri masih merupakan bagian dari Samosir Utara.

Di Sicikeh – Cikeh, ada jenis anggrek yang sama dengan anggrek yang ada di Samosir Utara yaitu jenis Arundina, Coelogyne, Eria dan Phaius. Hal ini disebabkan karena jenis anggrek ini sering dijumpai di tempat yang teduh dan lembab sesuai dengan kondisi lingkungan di Sicikeh – Cikeh dan Samosir Utara Selain itu ada juga jenis anggrek yang ditemukan di Sicikeh – Cikeh namun tidak dijumpai di Samosir Utara yaitu jenis Apostasia, Calanthe, Corybas. Hal ini disebabkan karena anggrek jenis ini dijumpai pada tanah dengan pH bernilai 4 (Hanafiah, 2005) sementara nilai dari pH tanah di Samosir Utara berkisar antara 4.5 – 5. Penyebaran anggrek di Sicikeh – Cikeh dan Samosir Utara ini tidak merata di masing – masing lokasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran anggrek ini sehingga di masing – masing lokasi penyebaran dan jumlahnya tidak sama. Faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah :


(59)

1. Faktor Klimatik

Kondisi iklim merupakan salah satu faktor dominan yang mempengaruhi pola persebaran tumbuhan (flora). Gusmaylina (1983) menyatakan bahwa faktor-faktor iklim yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di permukaan bumi ini, antara lain suhu, kelembapan udara ,angin, dan tingkat curah hujan. a. Suhu

Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan, karena berbagai jenis spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan hidup ideal atau optimal, serta tingkat toleransi yang berbeda-beda di antara satu dan lainnya. Khusus dalam dunia tumbuhan, kondisi suhu udara adalah salah satu faktor pengontrol persebaran vegetasi sesuai dengan posisi lintang, ketinggian tempat, dan kondisi topografinya.

b. Kelembapan Udara

Selain suhu, faktor lain yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di muka bumi adalah kelembapan. Kelembapan udara yaitu banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara. Tingkat kelembapan udara berpengaruh langsung terhadap pola persebaran tumbuhan di muka bumi. Beberapa jenis tumbuhan sangat cocok hidup di wilayah yang kering, sebaliknya terdapat jenis tumbuhan yang hanya dapat bertahan hidup di atas lahan dengan kadar air yang tinggi.

c. Angin

Di dalam siklus hidrologi, angin berfungsi sebagai alat transportasi yang dapat memindahkan uap air atau awan dari suatu tempat ke tempat lain. Gerakan


(60)

angin juga membantu memindahkan benih dan membantu proses penyerbukan beberapa jenis tanaman tertentu.

d. Curah Hujan

Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi makhluk hidup. Tanpa sumber daya air, tidak mungkin akan terdapat bentuk-bentuk kehidupan di muka bumi. Melalui curah hujan, proses pendistribusian air di muka bumi akan berlangsung secara berkelanjutan. Wilayah-wilayah yang memiliki curah hujan tinggi pada umumnya merupakan kawasan yang dihuni oleh aneka spesies dengan jumlah dan jenis jauh lebih banyak dibandingkan dengan wilayah yang relatif lebih kering.

2. Faktor Edafik

Faktor kedua yang memengaruhi persebaran bentuk-bentuk kehidupan di muka bumi terutama tumbuhan adalah kondisi tanah atau faktor edafik. Tanah merupakan media tumbuh dan berkembangnya tanaman. Kondisi tanah yang secara langsung berpengaruh terhadap tanaman adalah kesuburan (Sarief, 1985). Adapun yang menjadi parameter kesuburan tanah antara lain kandungan humus atau bahan organik, unsur hara, tekstur dan struktur tanah, serta ketersediaan air dalam pori-pori tanah. Tanah-tanah yang subur, seperti jenis tanah vulkanis dan andosol merupakan media optimal bagi pertumbuhan tanaman.

3. Faktor Fisiografi

Faktor fisiografi yang berkaitan dengan persebaran makhluk hidup adalah ketinggian tempat dan bentuk wilayah (Pranata, 2005). Adanya gejala gradien


(61)

thermometrik, di mana suhu udara akan mengalami penurunan sekitar 0,5 ºC–0,6 ºC setiap wilayah naik 100 meter dari permukaan laut. Adanya penurunan suhu ini sangat berpengaruh terhadap pola persebaran jenis tumbuhan dan hewan, sebab organisme memiliki keterbatasan daya adaptasi terhadap suhu lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, jenis tumbuhan yang hidup di wilayah pantai akan berbeda dengan yang hidup pada wilayah dataran tinggi atau pegunungan.

Dari beberapa faktor diatas dapat kita melihat bahwa persebaran anggrek tidak merata di masing – masing lokasi. Arundina graminifolia, Bulbophyllum baileyi, Phaius tankervilliae, Spathoglottis aurea dan Spathoglottis plicata merupakan spesies yang jumlahnya sangat banyak dijumpai dilokasi penelitian. Masing – masing spesies ini tumbuh secara merata dan sering membentuk suatu koloni. Untuk jenis Agrostophyllum majus, Coelogyne dayana, Coelogyne salmonicolor, Dendrobium setifolium dan Eria pilifera, penyebarannya tidak merata dilokasi penelitian diakibatkan beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran diatas. Namun untuk jenis ini, pertumbuhannya di lokasi penelitian juga secara berkoloni walaupun penyebarannya tidak merata. Ini disebabkan karena faktor – faktor diatas merupakan faktor – faktor yang sangat mendukung untuk melihat pertumbuhan anggrek, apakah secara merata atau tidak disuatu lokasi pertumbuhan anggrek.


(1)

1. Faktor Klimatik

Kondisi iklim merupakan salah satu faktor dominan yang mempengaruhi pola persebaran tumbuhan (flora). Gusmaylina (1983) menyatakan bahwa faktor-faktor iklim yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di permukaan bumi ini, antara lain suhu, kelembapan udara ,angin, dan tingkat curah hujan. a. Suhu

Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan, karena berbagai jenis spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan hidup ideal atau optimal, serta tingkat toleransi yang berbeda-beda di antara satu dan lainnya. Khusus dalam dunia tumbuhan, kondisi suhu udara adalah salah satu faktor pengontrol persebaran vegetasi sesuai dengan posisi lintang, ketinggian tempat, dan kondisi topografinya.

b. Kelembapan Udara

Selain suhu, faktor lain yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di muka bumi adalah kelembapan. Kelembapan udara yaitu banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara. Tingkat kelembapan udara berpengaruh langsung terhadap pola persebaran tumbuhan di muka bumi. Beberapa jenis tumbuhan sangat cocok hidup di wilayah yang kering, sebaliknya terdapat jenis tumbuhan yang hanya dapat bertahan hidup di atas lahan dengan kadar air yang tinggi.

c. Angin

Di dalam siklus hidrologi, angin berfungsi sebagai alat transportasi yang dapat memindahkan uap air atau awan dari suatu tempat ke tempat lain. Gerakan


(2)

angin juga membantu memindahkan benih dan membantu proses penyerbukan beberapa jenis tanaman tertentu.

d. Curah Hujan

Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi makhluk hidup. Tanpa sumber daya air, tidak mungkin akan terdapat bentuk-bentuk kehidupan di muka bumi. Melalui curah hujan, proses pendistribusian air di muka bumi akan berlangsung secara berkelanjutan. Wilayah-wilayah yang memiliki curah hujan tinggi pada umumnya merupakan kawasan yang dihuni oleh aneka spesies dengan jumlah dan jenis jauh lebih banyak dibandingkan dengan wilayah yang relatif lebih kering.

2. Faktor Edafik

Faktor kedua yang memengaruhi persebaran bentuk-bentuk kehidupan di muka bumi terutama tumbuhan adalah kondisi tanah atau faktor edafik. Tanah merupakan media tumbuh dan berkembangnya tanaman. Kondisi tanah yang secara langsung berpengaruh terhadap tanaman adalah kesuburan (Sarief, 1985). Adapun yang menjadi parameter kesuburan tanah antara lain kandungan humus atau bahan organik, unsur hara, tekstur dan struktur tanah, serta ketersediaan air dalam pori-pori tanah. Tanah-tanah yang subur, seperti jenis tanah vulkanis dan andosol merupakan media optimal bagi pertumbuhan tanaman.

3. Faktor Fisiografi

Faktor fisiografi yang berkaitan dengan persebaran makhluk hidup adalah ketinggian tempat dan bentuk wilayah (Pranata, 2005). Adanya gejala gradien


(3)

thermometrik, di mana suhu udara akan mengalami penurunan sekitar 0,5 ºC–0,6 ºC setiap wilayah naik 100 meter dari permukaan laut. Adanya penurunan suhu ini sangat berpengaruh terhadap pola persebaran jenis tumbuhan dan hewan, sebab organisme memiliki keterbatasan daya adaptasi terhadap suhu lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, jenis tumbuhan yang hidup di wilayah pantai akan berbeda dengan yang hidup pada wilayah dataran tinggi atau pegunungan.

Dari beberapa faktor diatas dapat kita melihat bahwa persebaran anggrek tidak merata di masing – masing lokasi. Arundina graminifolia, Bulbophyllum

baileyi, Phaius tankervilliae, Spathoglottis aurea dan Spathoglottis plicata

merupakan spesies yang jumlahnya sangat banyak dijumpai dilokasi penelitian. Masing – masing spesies ini tumbuh secara merata dan sering membentuk suatu koloni. Untuk jenis Agrostophyllum majus, Coelogyne dayana, Coelogyne salmonicolor, Dendrobium setifolium dan Eria pilifera, penyebarannya tidak merata dilokasi penelitian diakibatkan beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran diatas. Namun untuk jenis ini, pertumbuhannya di lokasi penelitian juga secara berkoloni walaupun penyebarannya tidak merata. Ini disebabkan karena faktor – faktor diatas merupakan faktor – faktor yang sangat mendukung untuk melihat pertumbuhan anggrek, apakah secara merata atau tidak disuatu lokasi pertumbuhan anggrek.


(4)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa terdapat 8 genus dan 10 jenis anggrek di Samosir Utara.

2. Jenis – jenis anggrek yang diperoleh di Samosir Utara antara lain adalah

Agrostophyllum majus, Arundina graminifolia, Bulbophyllum baileyi,

Coelogyne dayana, Coelogyne salmonicolor, Dendrobium setifolium, Eria pilifera, Phaius tankervilliae, Spathoglottis aurea dan Spathoglottis plicata. 3. Dari 10 jenis anggrek yang ditemukan, 6 jenis anggrek merupakan anggrek

epifit yaitu Agrostophyllum majus, Bulbophyllum baileyi, Coelogyne dayana, Coelogyne salmonicolor, Dendrobium setifolium, Eria pilifera dan 4 jenis anggrek merupakan anggrek teresterial (tanah) yaitu Arundina graminifolia, Phaius tankervilliae, Spathoglottis aurea dan Spathoglottis plicata.

4. Dari pola penyebaran jenis anggrek dapat dilihat bahwa penyebaran anggrek di Samosir Utara menyebar secara seragam meskipun jumlahnya tidak merata di masing – masing lokasi. Faktor yang menyebabkan tidak meratanya jumlah anggrek di masing – masing lokasi adalah suhu, kelembaban udara, angin, curah hujan, tanah dan ketinggian tempat.

Saran

Diharapkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui jenis – jenis anggrek yang ada di Samosir selain di Samosir Utara.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arief. 2001. “Hutan dan Kehutanan”. Kanisius. Jakarta.

Barbour, G.M., J.K. Burk dan J.K. Pitts. 1987. “Terrestrial plant ecology”. New York: The Benyamin/Cummings Publishing Company, Inc.

Darmono, D. W. 2008. “Bertanam Anggrek”. Penerbit Panebar Swadaya.

Dressler, R. L. 1990. “The Orchid: natural history and classification”. Harvard University Press. London.

Elliott, J. M. 1977. “Statistical Analysis of Samples of Benthic Invertebrate”. Freshwater Biologycal Association Scientific Publication. No 2g Second Edition. 157 p.

Gusmaylina. 1983. “Analisa Vegetasi Dasar di Hutan Setia Mulia Ladang Padi, Padang. Tesis Sarjana Biologi FMIPA UNAND. Padang.

Hanafiah, K. A. 2005. “Dasar – Dasar Ilmu Tanah”. Cetakan I, Edisi 1. PT Grafindo Persada. Jakarta.

Hashim, M dan Alia, F. 2011. “Coelogyne”. Diakses dari : http://www.moons-orchid.com.

Heriswanto, K. 2009. “Berkibarlah Anggrek-Anggrek Indonesia”. BBI Dinas Kelautan dan Pertanian Propinsi DKI Jakarta : Jakarta.

Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara.

IPDS. 2010. Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir . Diakses dari : http://www.tobasamosirkab.bps.go.id

Jones, S. B dan Luschsinger, A. E. 1997. “Plant Systematic”. Mc Graw Hill Book Company, Inc. New York.

Kartikaningrum, S. 2010. “Budidaya Tanaman Anggrek”. Balai Penelitian Tanaman Hias : Cianjur.

Latief, S.M. 1960. “Bunga Anggrek Permata Belantara Indonesia”. Cetakan Kedua. Sumur Bandung. Bandung.

Nurcahyo. 2010. “Selamatkan Anggrek Spesies”. Diakses dari :

Pamulardi. 1995. “Kehutanan dan Pembangunan Bidang Kehutanan”. Raja Grafindo Persada. Jakarta.


(6)

Prahasta, E. 2001. “Sistem Informasi Geografi”. Penerbit Informatika. Bandung. Pranata, A. S. 2005. “Panduan Budidaya & Perawatan Anggrek”. Cetakan I.

Agromedia Pustaka. Jakarta.

Rahardi dan Wahyuni, S. 1993. “Agribisnis Tanaman Hias”. Penebar Swadaya. Rosdiana, F. 2011. “Anggrek Tanah (Phaius tankervilliae)”. Diakses dari :

Sandra, E. 2001. “Membuat Anggrek Rajin Berbunga” : cetakan I. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sarief, S. 1985. “Konservasi Tanah dan Air”. Pustaka Buana. Bandung. Sihotang, B. 2010. “Anggrek”. Diakses dari : Simon, H. 2007. “Metode Inventor Hutan”. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Soeryowinoto, M. 1984. “Merawat Anggrek”. Kanisius. Jakarta.

Tieneke

Veloso, B. 2010. http://www. Budidaya anggrek wordpress.com

.

Yudi. 2007. “Budidaya Tanaman Anggrek”. Diakses dari :