Pengertian Musyarakah Landasan hukum Al-musyarakah

keuangan adalah suatu sistem yang dikembangkan berdasarkan syariah hukum Islam. Islam memiliki prinsip-prinsip ekonomi sebagai berikut: 1 Pemilik mutlak dari semua jenis sumber daya adalah Allah. 2 Islam menjamin kepemilikan publik yang diwakili oleh Negara atas industri yang menyangkut hajat hidup orang banyak; 3 Islam mengakui kepemilikan pribadi pada batas - batas tertentu yaitu sebagai kapital produktif yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat; 4 Pandangan Islam terhadap harta adalah: harta sebagai titipan amanah, harta sebagai perhiasan yang memungkinkan manusia menikmatinya dengan baik asalkan tidak berlebihan karena akan menimbulkan keangkuhan, kesombongan dan kebanggaan diri, harta sebagai ujian keimanan. Hal ini terutama menyangkut bagaimana mendapatkan dan membelanjakannya, harta sebagai bekal ibadah. 5 Pemilikan harta harus diupayakan melalui usaha atau mata pencaharian yang halal dan sesuai dengan aturan-Nya. 6 Semua harta sumber daya yang diamanatkan itu akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat nanti. PEMBAHASAN

A. Pengertian Musyarakah

1 Menurut 4 madzhab a Secara etimologi  Al-Musyarakah atau “Asy-Syirkah” berarti “percampuran” atau percampuran antara sesuatu dengan yang lainnya Lihat: Ibn Mandzur, Lisan Al-’Arab 10448, Az-Zubaidi, Taj al-’arus 7148. b Secara terminologi: 1. Hanafiah  Al-musyarakah adalah akad yang dilakukan oleh dua orang yang bersyirkah bekerjasama dalam modal dan keuntungan Ibn ‘Abidin, Radd al-mukhtar ‘ala ad-dur al-mukhtar 3364.  Percampuran dua bagian orang -atau lebih- yang melakukan kerjasama tanpa ada keistimewaan satu sama lain al-Jurjani, at-ta’rifat 111. 2. Malikiah: Al-musyarakah adalah suatu keizinan untuk bertindak secara hukum bagi dua orang yang bekerjasama terhadap harta mereka Ad-dardir, Hasyiah ad- dasuki 3348 3. Syafi’iah: Al-musyarakah adalah adanya ketetapan hak atas sesuatu bagi dua orang–atau lebih-yang melakukan kerjasama dengan cara yang diketahui masyhur Al-khathib, Mughni al-muhtaj 2211 4. Hanabilah: Al-musyarakah adalah berkumpul dalamsuatu hak dan perbuatan atau tindakan Ibn Qudamah, al-mughni 5109 2 Menurut Dewan Syariah Nasional MUI dan PSAK Np. 106 musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing – masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan kontribusi dana. 3 Menurut DR. Jafril Khalil yang dimaksud dengan musyarakah adalah akad antara dua orang atau lebih dengan menyetorkan modal dan dengan keuntungan dibagi sesama mereka menurut porsi yang disepakati. Dari difenisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan konstribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.

B. Landasan hukum Al-musyarakah

a Al-Quran:  Al-Qur’an: Surat Al An-Nisaa’: 12: … maka mereka berserikat pada sepertiga;  Al-Qur’an: Surat Shaad: 24: Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian berbuat zhalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan beramal sale.  Al-Qur’an: Surat Al Maidah, Ayat 2: tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa. Maksud dari pada ayat ini adalah Allah SWT telah berfirman agar manusia saling tolong menolong dan bersama-sama berusaha untuk suatu tujuan yang baik , dengan kata lain Musyarakah adalah sebuah bentuk usaha atas dasar saling tolong-menolong antara sesama manusia dengan tujuan mendapatkan profitlaba, oleh sebab itu Prinsip dari musyarakah ini sangat dianjurkan dalam agama Islam.  Al-Qur’an Surat Al-Sad Ayat 24 : Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang- orang yang berserikat itu sebagian dari mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali kepada orang–orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, dan amat sedikitlah mereka ini. Penggalan dari ayat Al-Qur’an ini mendukung keberadaan prinsip dari pada musyarakah, dimana setiap partner dalam bisnis haruslah mempunya akhlak yang baik pada saat melakukan usaha bisnisnya.  Sunnah: Nabi Muhammad SAW, dalam bentuk Hadist Qudsi mengatakan bahwa Allah telah berfirman: Aku pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama salah satunya tidak mengkhianati yang lainnya. Hadist ini memberikan indikasi bahwa Allah akan selalu menjaga setiap bisnis partner beserta usahabisnis bersama mereka. Untuk itu setiap Muslim dianjurkan untuk dapat melakukan kerjasama bisnis, dengan catatan setiap mitrapartner adalah orang yang jujur dan menghormati hak masing-masing dari para mitra bisnisnya. b Al-Hadits : Dalam sejumlah hadits Rasulullah disebutkan bahwa ketika beliau diutus, banyak masyarakat di sekitarnya mempraktikkan kerjasama dalam bentuk musyarakah dan Rasulullah membolehkan transaksi tersebut, seperti hadits- hadits di bawah ini:  HR. Abu Daud no. 2936 kitab al-buyu’ dan al-Hakim Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: sesungguhnya Allah Azza wa jallah berfirman: Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhiananti lainnya. Hadits tersebut menurut At-Turmuzi adalah hadits “hasan” sedang Imam Al-Hakim mengkategorikan sebagai hadits sahih.  HR. At-Turmuzi dari Amr bin “Auf: Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang dapat meharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram, dan kaum muslimin selalu terikat dengan syarat- syarat yang mereka telah tentukan, kecuali syarat yang dapat mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.  HR. Al-Bukari: Allah akan ikut membantu doa untuk orang berserikat, selama di antara mereka tidak saling menghiananti.  HR. Abu Daud dan Al-Hakim: Tangan pertolongan Allah berada pada dua orang yang bersyarikat melakukan transaksi musyarakah, selama mereka tidak ada pengkhianatan.  HR. At-Thabrani dari Ibn Umar, Rasulullah bersabda: Tiada kesmpurnaan iman bagi setiap orang yang tidak beramanah, tiada shalat bagi yang tidak bersuci. c Al-Ijma’ Konsensus: Para tokoh ulama sepanjang zaman telah melakukan ijma’ consensus terhadap legitimasi al-wadi’ah, karena kebutuhan manusia terhadap hal tersebut jelas terlihat. d Secara Rasio Para Ulama sepakat bahwa Syarikah Al-Enan itu HALAL. Sedangkan Syarikah Al- Abdan, Al-Muwadlah dan Al-Wujuh itu HARAM menurut SyafiI dan HALAL menurut Hanafi. Dan menurut Maliki, Syarikah Al-Abdan dan Al-Muwafadlah adalah HALAL sedangkan Syarikah Al-Wujuh itu HARAM. Dalam menjalankan Musyarakah terdapat konsep Wakalah, yaitu setiap pemegang saham merupakan pemilik syarikah itu dan berhak menjalani projek berkenaan bagi dirinya, dan para pemegang saham lainnya merupakan wakil, karena itu setiap pemegang saham diharuskan bisa menjadi wakil. Setiap individu atau golongan tertentu sangat memerlukan adanya transaksi musyarakah kegiatan partnership dengan yang lainnya baik dalam aktifitas perdagangan atau investasi guna terwujudnya saling manfaat antara satu sama lain, karena ada pihak-pihak individu tertentu memiliki modal yang cukup, namun tidak memiliki kemampuan manajerial dalam mengelola modal tersebut. Di lain pihak, kondisi saat ini sangat menghendaki adanya transaksi partnership dalam melakukan aktifitas keuangan dan ekonomi perdagangan dan investasi dengan semakin ketatnya kompetisi dan meluasnya jangkauan kegiatan tersebut dengan banyak industri-industri raksasa yang tidak mungkin hanya ditangani orleh satu orang. Maka dengan sistem transaksi musyarakah diharapkan akan dapat mengelola dengan baik sumber kekayaan alam yang ada baik dengan bentuk investasi atau perdagangan.

C. Rukun dan Ketentuan Syaria dalam Akad Musyarakah