Rukun dan Ketentuan Syaria dalam Akad Musyarakah

C. Rukun dan Ketentuan Syaria dalam Akad Musyarakah

1. Unsur-unsur yang harus ada dalam akad Musyarakah a Pelaku terdiri dari para mitra b Objek musyarakah berupa modal dan keerja c Ijab Qabul d Niisbah keuntungan bagi hasil 2. Ketentuan Syariah a Pelaku : Mitra harus cakap hokum dan balig b Objek musyarakah c Modal  Modal yang diberikan harus tunai.  Aset yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, asset perdanggan atau asset tak berwujud seperti hak paten dan lisiensi.  Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk non kas, maka harus ditentukan nilai tunai nya terlebih dahulu dan harus disepakati bersama.  Jumlah pembagian untung harus ditentukan saat melakukan perjanjian Musyarakah  Modal tersebut dicampur dan menjadi milik bersama para pemegang saham tanpa dibedakan hak milik seseorang dengan yang lain.  Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pemegang saham untuk syarikat itu dinilai secara berbeda tidak bercampur dan boleh dicampur saat pembagian untung.  Jumlah saham antara semua pihak tidak harus sama. d Kerja  Partisipasi mitra merupakan dasar pelaksanaan Musyarakah  Tidak dibenarkan jika salah satu mitra tidak ikut berpartisipasi  Setiap mitra bekerja atas dirinya atau mewakili mitra  Meskipun porsi mitra yang satu dengan yang lainnya tidak harus sama, mitra yang bekerja lebih banyak boleh meminta bagian keuntungan lebih besar. e Ijab qabul  Ijab qabul disini adalah pernyataan tertulis dan ekspresi saling ridha antara para pelaku akad. f Nisbah  Pembagian keuntungan harus disepakati oleh para mitra.  Perubahan nisbah harus disepakati para mitra.  Keuntungan yang dibagi tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan. 3. Adapun syarat sah akad ada 2 dua yaitu: a Obyek akadnya berupa tasharruf, yaitu aktivitas pengelolaan harta dengan melakukan akad-akad, misalnya akad jual-beli; b Obyek akadnya dapat diwakilkan wakalah, agar keuntungan syirkah menjadi hak bersama di antara para syarîk mitra usaha An-Nabhani, 1990: 146. Musyarakah boleh dilakukan antara individu atau antara badan tertentu: a Perkongsian antara individu dalam Musyarakah dapat terbatalkanterfasakh dengan cara menarik diri, gila terus menerus, atau meninggal b Pembagian untung dalam Musyarakah adalah menurut jumlah saham yang disetujui saat perjanjian c Beban kerugian yang tidak disengaja ditanggung menurut jumlah saham masing- masing d Pihak pemegang saham boleh menyerahkan tugas proyek kepada rekan perkongsiannya dalam Musyarakah itu. Penyerahan tugas tersebut kepada pihak tertentu boleh dijadikan syarat untuk pendirian Syarikat. Pihak yang diberi tugas proyek Musyarakah itu boleh melakukan segala urusan yang berkaitan dengan proyek tersebut, kecuali hal-hal yang bisa menyebabkan keraguan pemegang saham lain terhadap dirinya, seperti mencampur harta syarikah dengan hartanya, melakukan musyarakah dengan pihak lain tanpa izin dari pemegang saham lain, memberi hutang kemana- mana dari harta syarikah tanpa izin, karena itu jika ia melakukan hal-hal yang disebutkan tadi, maka tanggung jawabnya akan berpindah dari amanah menjadi jaminan. Semua proyek Musyarakah harus HALAL menurut Islam. Setiap pemegang saham boleh memindah hak milik sahamnya kepada orang lain. Dalam pemindahan hak milik saham seperti tadi, terdapat suatu cara yang dilakukan beberapa Bank Islam yang disebut Musyarakah yang berakhir dengan pemilikan salah satu pihak. Contohnya : Bank Islam bermusyarakah dengan seorang pengembang perumahan setelah proyek selesai, lalu pihak pengembang membeli semua saham Bank Islam dalam syarikat itu dengan harga yang disetujui. Dengan itu, maka semua harta syarikat tersebut menjadi milik pengembang.

D. Jenis-jenis Al-musyarakah: