Inventarisasi Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Kec. Ulu Pungkut, Kab. Mandailing Natal (Studi Kasus : Desa Alahankae, Hutanagodang, dan Simpang Banyak)

INVENTARISASI TUMBUHAN OBAT DI HUTAN LINDUNG
KEC. ULU PUNGKUT, KAB. MANDAILING NATAL
(Studi Kasus : Desa Alahankae, Hutanagodang, dan Simpang Banyak)

SKRIPSI

Oleh :
Ardiansyah Muda Lubis
101201148
Manajemen Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014

Universitas Sumatera Utara

HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Inventarisasi Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Kec. Ulu
Pungkut, Kab. Mandailing Natal (Studi Kasus : Desa

Alahankae, Hutanagodang, dan Simpang Banyak)
Nama

: Ardiansyah Muda Lubis

NIM

: 101201148

Program Studi

: Manajemen Hutan

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

Ketua

Anggota


Siti Latifah, S.Hut.,M.Si., Ph.D
NIP: 19710416 200112 2 001

Yunus Afifuddin, S.Hut.,M.Si
NIP: 19760725 200812 1 001

Mengetahui
Ketua Proram Studi Kehutanan

Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D
NIP: 19710416 200112 2 001

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
ARDIANSYAH MUDA LUBIS : Inventarisasi Tumbuhan Obat di Hutan Lindung
Kec. Ulu Pungkut, Kab. Mandailing Natal (Studi Kasus : desa Alahankae,
Hutanagodang, dan Simpang Banyak). Dibawah bimbingan SITI LATIFAH dan
YUNUS AFIFUDDIN.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman jenis dan

pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar kawasan hutan lindung
kecamatan Ulu Pungkut melalui jenis, cara penggunaan, dan bagian tumbuhan
yang digunakan sebagai pengobatan. Menganalisa kandungan kimia tumbuhan
obat dengan cara studi pustaka. Penelitian dilaksanakan di Desa Alahankae,
Hutanagodang, dan Simpang Banyak, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi
Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan metode observasi langsung dengan
membuat sampling plot, studi literatur, dan identifikasi jenis tumbuhan.
Ditemukan 26 jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat, dan 3
diantaranya tergolong tumbuhan obat langka. Tumbuhan yang dominan digunakan
masyarakat adalah habitus herba, bagian yang dominan digunakan adalah daun.
Cara perlakuan penggunaan tumbuhan obat secara langsung yang paling dominan
adalah dimakan. Cara perlakuan tumbuhan obat secara tidak langsung yang paling
dominan adalah direbus dan ditumbuk. Keanekaragaman jenis tumbuhan obat
pada kawasan hutan lindung kecamatan Ulu Pungkut termasuk sedang,
kelimpahan jenis termasuk tidak banyak bahkan sampai jarang, sedangkan indeks
kemerataan termasuk tersebar hampir merata.
Kata Kunci : tumbuhan obat, etnobotani, keanekaragaman

i
Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
ARDIANSYAH MUDA LUBIS : The inventory of medicinal plants in protected
forest Ulu Pungkut subdistrict, Mandailing Natal district (Case Studies :
Alahankae, Hutanagodang, and Simpang Banyak villages). Under Academic
Supervision of SITI LATIFAH and YUNUS AFIFUDDIN.
The purpose of this research is to analyze species diversity and the
use of medicinal plants by the people at aroud the protected forest subdistrict Ulu
Pungkut through kinds, how to use and part of plants that use for medicine. The
research was held at Alahankae, Hutanagodang, and Simpang Banyak villages,
Mandailing Natal District, Nort Sumatera Province. The research used direct
observation method by making sampling plot, literatur study, and identification of
plants species.
Found 26 species of plants used as medicine, and 3 of them were
classified as rare medicinal plants. Most of medicinal plants that use by people
was herb habitus. Leaves is the most part of medicinal plants that use by people
for medicine. Eating is the general way of using medicinal plants. Cooking and
smashing is the general threatment way before using the medicinal plants.
Mediicinal plants species diversity in protected forest area Ulu Pungkut
subdistrict including moderate, aboundance of medicinal plant species classified

as not much to rare, while the evenness index included to spread almost evenly.
Key words : medicinal plants, ethnobotany, diversity

ii
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotanopan pada tanggal 18 Agustus 1992 dari ayah
Awaluddin Lubis (alm) dan ibu Apni Sarah Nasution. Penulis merupakan anak
kedua dari lima bersaudara.
Pendidikan formal penulis dimulai dari SD N 142621 Kotanopan pada
tahun 1998 – 2004, kemudian dilanjutkan di SMP N 1 Kotanopan pada tahun
2004 – 2007, lalu dilanjutkan di SMA N PLUS MADINA pada tahun 2007 –
2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di program studi Kehutanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SMPTN).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis telah melaksanakan Praktek
Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH) pada tahun 2012 di Hutan Pendidikan
Universitas Sumatera Utara, Tongkoh, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.
Kemudian pada tahun 2014, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan

(PKL) di PT. Perum PERHUTANI Unit III Jawa Barat – Banten, KPH Bandung
Utara selama satu bulan.
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Sumatera Utara, penulis pernah
menjadi asisten dosen untuk beberapa praktikum yaitu praktikum Klimatologi
Hutan dan praktikum Inventarisasi Hutan pada tahun 2013, praktikum Geodesi
dan Kartografi pada tahun 2013, dan menjadi asisten lapangan pada Praktek
Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) pada tahun 2013. Selain itu, penulis juga
mengikuti beberapa organisasi dan komunitas seperti BKM Baitul Asyjar
Kehutanan USU, Himpunan Mahasiswa Silva (HIMAS) USU, dan RAIN
FOREST.
iii
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan perlindungan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan hasil penelitian ini dengan baik. Adapun judul hasil penelitian ini
adalah “Inventarisasi Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Kec. Ulu Pungkut, Kab.
Mandailing Natal (Studi Kasus : Desa Alahankae, Hutanagodang, dan Simpang
Banyak)”. Hasil penelitian ini merupakan suatu aplikasi ilmu yang didapat dari

pembelajaran di ruang perkuliahan dan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kehutanan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti
Latifah S.Hut., M.Si., Ph.D dan Bapak Yunus Afifuddin S.Hut, M.Si. selaku
komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini sehingga terselesaikan dengan
baik. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah
mendukung dan membantu dalam menyelesaikan penulisan hasil penelitian ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan pada
penulisan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga hasil
penelitian ini bermanfaat dan memberi kontribusi yang baru khususnya dalam
bidang kehutanan dan bidang pendidikan dalam penelitian-penelitian ilmiah.
Medan, Juni 2014
Penulis

Ardiansyah Muda Lubis
iv
Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACK ............................................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Tumbuhan Obat......................................................................... 4
Peran Tumbuhan Obat................................................................................. 5
Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat ................................................. 7
Kondisi Umun Daerah Penelitian................................................................ 8
METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 10
Alat dan Bahan Penelitian ......................................................................... 10
Metode Pengambilan Data
Inventarisasi Tumbuhan Obat ....................................................... 11
Analisis Data
INP (Indeks Nilai Penting) ............................................................ 12
Keanekaragaman Jenis .................................................................. 13
Analisis Kandungan Kimia ........................................................... 15
Pembuatan Peta Sebaran Tumbuhan Obat ................................................ 15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Tumbuhan Obat ............................................................................ 17
Pemanfaatan Tumbuhan Obat ................................................................... 25
Kelimpahan dan Keragaman Tumbuhan Obat .......................................... 28
Peta Sebaran Tumbuhan Obat ................................................................... 32
v
Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................... 34
Saran ....................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 35
LAMPIRAN ....................................................................................................... 38

vi
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No.

Halaman

1. Tally sheet tumbuhan obat .............................................................................. 12
2. Jenis-jenis tumbuhan obat yang ditemukan di hutan lindung kec.
Ulu Pungkut desa Alahankae, Hutanagodang, dan Simpang Banyak ............. 20
3. Penyebaran jenis tumbuhan obat berdasarkan habitusnya
di hutan lindung kec. Ulu Pungkut ................................................................. 24
4. Jenis-jenis dan nilai INP tumbuhan obat yang dijumpai
di hutan lindung pada setiap desa .................................................................. 29
5. Nilai indeks keanekaragaman, indeks kelimpahan, dan
indeks kemerataan pada setiap desa .............................................................. 31


vii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No.

Halaman

1. Desain plot tumbuhan obat.............................................................................. 11
2. Skema pembuatan peta sebaran tumbuhan obat.............................................. 16
3. Proporsi bagian tumbuhan yang dijadikan sebagai obat ................................. 26
4. Peta sebaran tumbuhan obat di kawasan hutan lindung
kec. Ulu Pungkut ............................................................................................. 33

viii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No.

Halaman

1. Perhitungan INP tumbuhan obat pada masing-masing desa ........................... 38
2. Perhitungan indeks Shannon-Wienner, kelimpahan jenis, dan
indeks kemerataan pada masing-masing desa ................................................. 41
3. Cara pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar
kawasan hutan lindung kec. Ulu Pungkut ....................................................... 44

ix
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
ARDIANSYAH MUDA LUBIS : Inventarisasi Tumbuhan Obat di Hutan Lindung
Kec. Ulu Pungkut, Kab. Mandailing Natal (Studi Kasus : desa Alahankae,
Hutanagodang, dan Simpang Banyak). Dibawah bimbingan SITI LATIFAH dan
YUNUS AFIFUDDIN.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman jenis dan
pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar kawasan hutan lindung
kecamatan Ulu Pungkut melalui jenis, cara penggunaan, dan bagian tumbuhan
yang digunakan sebagai pengobatan. Menganalisa kandungan kimia tumbuhan
obat dengan cara studi pustaka. Penelitian dilaksanakan di Desa Alahankae,
Hutanagodang, dan Simpang Banyak, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi
Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan metode observasi langsung dengan
membuat sampling plot, studi literatur, dan identifikasi jenis tumbuhan.
Ditemukan 26 jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat, dan 3
diantaranya tergolong tumbuhan obat langka. Tumbuhan yang dominan digunakan
masyarakat adalah habitus herba, bagian yang dominan digunakan adalah daun.
Cara perlakuan penggunaan tumbuhan obat secara langsung yang paling dominan
adalah dimakan. Cara perlakuan tumbuhan obat secara tidak langsung yang paling
dominan adalah direbus dan ditumbuk. Keanekaragaman jenis tumbuhan obat
pada kawasan hutan lindung kecamatan Ulu Pungkut termasuk sedang,
kelimpahan jenis termasuk tidak banyak bahkan sampai jarang, sedangkan indeks
kemerataan termasuk tersebar hampir merata.
Kata Kunci : tumbuhan obat, etnobotani, keanekaragaman

i
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
ARDIANSYAH MUDA LUBIS : The inventory of medicinal plants in protected
forest Ulu Pungkut subdistrict, Mandailing Natal district (Case Studies :
Alahankae, Hutanagodang, and Simpang Banyak villages). Under Academic
Supervision of SITI LATIFAH and YUNUS AFIFUDDIN.
The purpose of this research is to analyze species diversity and the
use of medicinal plants by the people at aroud the protected forest subdistrict Ulu
Pungkut through kinds, how to use and part of plants that use for medicine. The
research was held at Alahankae, Hutanagodang, and Simpang Banyak villages,
Mandailing Natal District, Nort Sumatera Province. The research used direct
observation method by making sampling plot, literatur study, and identification of
plants species.
Found 26 species of plants used as medicine, and 3 of them were
classified as rare medicinal plants. Most of medicinal plants that use by people
was herb habitus. Leaves is the most part of medicinal plants that use by people
for medicine. Eating is the general way of using medicinal plants. Cooking and
smashing is the general threatment way before using the medicinal plants.
Mediicinal plants species diversity in protected forest area Ulu Pungkut
subdistrict including moderate, aboundance of medicinal plant species classified
as not much to rare, while the evenness index included to spread almost evenly.
Key words : medicinal plants, ethnobotany, diversity

ii
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setelah Brazil dan Zaire, Indonesia adalah salah satu Negara yang masih
mempunyai hutan tropis terbesar di dunia. Total luas hutan di Indonesia
diperkirakan kurang lebih 143,3 juta hektar atau hampir 75,4% yang mencapai
193,3 juta hektar. Hal ini menunjukkan secara ilmiah hutan merupakan sumber
alam yang sangat penting di Indonesia. Hutan-hutan tersebut mempunyai fungsi
seperti penghasil produk-produk kayu maupun non kayu termasuk tanaman obat,
hutan lindung yang melindungi persediaan air dan mencegah erosi tanah, sebagai
cadangan alami, dan sebagai tempat rekreasi yang menyimpan keanekaragaman
flora dan fauna (Kusumawati dkk, 2003).
Keanekaragaman hayati untuk tumbuhan yang terdapat di Indonesia,
menjadikan Indonesia termasuk dalam peringkat lima besar di dunia dengan
jumlah mencapai 38.000 jenis. World Conservation Monitoring Center telah
melaporkan bahwa wilayah Indonesia merupakan kawasan yang mudah dijumpai
beragam jenis tanaman obat dengan jumlah tanaman yang telah dimanfaatkan
mencapai 2.518 jenis ( EISAI, 1995 dalam Galingging dan Bhermana, 2010).
Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan obat tradisional yang
telah digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia secara turun-temurun.
Keuntungan obat tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah
kemudahan untuk memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di
pekarangan sendiri, murah dan dapat diramu sendiri dirumah. Hampir setiap orang
Indonesia pernah menggunakan tumbuhan obat untuk mengobati penyakit atau

1
Universitas Sumatera Utara

kelainan yang timbul pada tubuh selama hidupnya, baik ketika bayi, anak-anak,
maupun setelah dewasa (Zein, 2005).
Secara etnografis masyarakat Indonesia terdiri dari beberapa ratus suku
yang masing-masing mempunyai kebudayaan sendiri–sendiri. Kebudayaan suku
itu berbeda satu dengan yang lainnya seperti dapat diamati dari bahasa dan adat
istiadatnya. Setiap suku / etnis memiliki pengetahuan lokal serta tradisonal dalam
memanfaatkan tumbuhan obat, yaitu mulai dari jenis tumbuhannya, bagian yang
digunakan, cara pengobatan, sampai penyakit yang dapat disembuhkan. Sebagian
besar merupakan kekayaan yang diwariskan secara turun–temurun. Pengetahuan
lokal ini spesifik bagi setiap etnis, sesuai dengan kondisi lingkungan tempat
tinggal masing–masing suku / etnis (Muktiningsih dkk, 2001).
Pemanfaatan tumbuhan obat sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat
modern dan obat-obatan tradisional menjadi salah satu alternatif. Pemanfaatan
tanaman obat sebagai bahan baku obat, terutama obat tradisional mencapai lebih
dari 1000 jenis, dimana 74% diantaranya merupakan tumbuhan liar yang hidup di
hutan (Amzu dan Haryanto, 1990 dalam Peoloengan dkk, 2006).
Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional juga semakin banyak
dinikmati oleh masyarakat karena sudah terbukti bahwa obat yang berasal dari
tumbuhan lebih menyehatkan dan tanpa menimbulkan adanya efek samping jika
dibandingkan dengan obat-obatan yang berasal dari bahan kimia. Namun, yang
menjadi permasalahan bagi peminat obat tradisional adalah kurangnya pengertian
dan informasi memadai mengenai berbagai jenis tumbuhan-tumbuhan yang biasa
digunakan

sebagai

ramuan

obat-obatan

tradisional

dan

bagaimana

pemanfaatannya (Arif, 2001 dalam Sembiring, 2012).

2
Universitas Sumatera Utara

Pentingnya peran tumbuhan obat dalam kehidupan perlu dilestarikan,
mengingat pengetahuan mengenai pengobatan dengan menggunakan tumbuhan
obat merupakan pengetahuan lokal dan secara tradisional. Hutan lindung di
kawasan kecamatan Ulu Pungkut merupakan daerah hulu sungai. Kondisi hutan
yang berada pada daerah hulu sungai berfungsi sebagai penyedia dan melindungi
persediaan air, juga menyimpan banyak potensi yang perlu dikembangkan.
Masyarakat desa kecamatan Ulu Pungkut masih ada yang memanfaatkan
tumbuhan dari hutan sebagai obat tradisional. Tumbuhan obat yang dimanfaatkan
merupakan salah satu potensi hutan yang perlu dikembangkan. Penelitian
tumbuhan obat ini dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan
obat yang dimanfaatkan masyarakat sekitar hutan serta kegunaannya yang
terdapat di hutan lindung kecamatan Ulu Pungkut. Selain itu, penelitian ini juga
bisa melestarikan pengetahuan masyarakat lokal desa kecamatan Ulu Pungkut
mengenai jenis-jenis tumbuhan yang dijadikan sebagai obat dan manfaatnya.
Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi tumbuhan obat yang terdapat dikawasan hutan lindung.
2. Menganalisis keanekaragaman jenis dan cara pemanfaatan tumbuhan obat
yang terdapat dikawasan hutan lindung, kecamatan Ulu Pungkut, kabupaten
Mandailing Natal.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi bagi pihak Dinas Kehutanan, pemerintah, masyarakat
setempat, dan BKSDA Sumatera Utara serta semua pihak yang membutuhkan.
2. Memberikan informasi keanekaragaman jenis, sebaran, serta manfaat
tumbuhan obat yang terdapat di hutan lindung kecamatan Ulu Pungkut.
3
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Tumbuhan Obat
Bangsa Indonesia telah lama mengenal tumbuhan obat. Tumbuhan obat
umumnya merupakan tumbuhan hutan yang sejak jaman nenek moyang telah
menjadi tumbuhan pekarangan dan secara turun-temurun digunakan sebagai
tumbuhan obat (Simbala, 2009).
Tumbuhan obat yaitu tumbuhan yang hidup secara liar dimana bagian
tumbuhan tersebut berupa daun, batang, buah, bunga, dan akarnya memiliki
khasiat sebagai obat dan digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat
modern maupun obat-obatan tradisional. Tumbuhan obat di Indonesia merupakan
salah satu kelompok komoditas hutan dan kebun yang erosi genetiknya tergolong
pesat.
Menurut Departemen Kesehatan RI, defenisi tanaman obat Indonesia
sebagaimana tercantum dalam SK Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/1978 adalah
sebagai berikut :
1. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional
atau jamu.
2. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan
baku obat (prokursor).
3. Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman tersebut
digunakan sebagai obat.
(Naemah, 2012).
Pada masyarakat lokal, sistem pengetahuan tentang alam tumbuhtumbuhan

merupakan

pengetahuan

dasar

yang

amat

penting

dalam

4
Universitas Sumatera Utara

mempertahankan kelangsungan hidup mereka, tetapi sejalan dengan berubahnya
ekosistem tempat mereka hidup, perubahan lingkungan dan arus lalulintas,
komunikasi dan informasi dari luar, menyebabkan nilai-nilai budidaya yang
selama ini tumbuh dan berkembang di masyarakat ikut berkembang. Namun disisi
lain pengetahuan pemanfaatan dan cara meramu tumbuhan obat mengalami erosi
akibat masuknya obat-obatan modern dari luar (Setyowati dan Wardah, 2007).
Peran Tumbuhan Obat
Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memanfaatkan
tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah
kesehatan yang dihadapinya. Pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman ini
merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan
keterampilan, yang secara turun temurun telah diwariskan oleh generasi
berikutnya, termasuk generasi saat ini.
Semakin berkembangnya IPTEK dan pemanfaatannya bagi sektor
pelayanan medis, namun tidak berarti perkembangan tersebut telah meninggalkan
pengobatan tradisional yang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu dalam
menghadapi berbagai gangguan kesehatan. Dalam hal ini, tanaman obat sudah
banyak

memberikan

manfaat

bagi

kesehatan

masyarakat.

Pemanfaatan

tanaman obat dimaksudkan bagi peningkatan kesehatan fisik dan mental
(Wijayakusuma, 2000).
Sejalan dengan perkembangan industri jamu, obat herbal, fitofarmaka, dan
kosmetika tradisional juga mendorong berkembangnya budidaya tanaman obat di
Indonesia. Selama ini upaya penyediaan bahan baku untuk industri obat
tradisional sebagian besar berasal dari tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di alam

5
Universitas Sumatera Utara

liar atau dibudidayakan dalam sekala kecil di lingkungan sekitar rumah dengan
kualitas dan kuantitas yang kurang memadai (Asmaliyah dkk, 2010).
Tumbuhan obat tradisional di Indonesia mempunyai peran yang sangat
penting terutama bagi masyarakat di daerah pedesaan yang fasilitas kesehatannya
masih sangat terbatas. Nenek moyang kita mengenal obat-obtan tradisional yang
berasal dari tumbuhan disekitar pekarangan rumah maupun yang tumbuh liar
disemak belukar dan hutan-hutan. Masyarakat

disekitar kawasan hutan

memanfaatkan tumbuhan obat yang ada sebagai bahan baku obat-obatan
berdasarkan pengetahuan tentang pemanfaatan obat yang diwariskan secara turuntemurun (Hidayat dan Hardiansyah, 2012).
Tumbuhan sangat banyak manfaatnya bagi kehidupan, karena disamping
sebagai sumber makanan juga dapat sebagai obat. Kadang-kadang untuk
menyembuhkan suatu penyakit tidak hanya dapat disembuhkan dengan
pengobatan modern, tetapi juga disembuhkan dengan menggunakan dari tanaman
obat-obatan berkhasiat (Nursiah, 2013).
Tanaman obat yang beranekaragam jenis, habitus dan khasiatnya
mempunyai peluang besar serta memberi kontribusi bagi pengembangan dan
pembangunan hutan. Karakteristik berbagai tanaman obat yang menghasilkan
produk berguna bagi masyarakat memberi peluang untuk dibangun dan
dikembangkan bersama dalam hutan di daerah tertentu. Berbagai keuntungan
yang diperoleh dengan berperannya tanaman obat dalam hutan adalah pendapatan,
kesejahteraan,

konservasi

sebagai

sumberdaya,

pendidikan

nonformal,

keberlanjutan usaha dan penyerapan tenaga kerja serta keamanan sosial
(Hamzari, 2008).

6
Universitas Sumatera Utara

Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Dalam sejarah perkembangan farmasi, tumbuhan obat merupakan sumber
senyawa bioaktif yang berkhasiat sebagai obat berbagai jenis penyakit. Hingga
saat ini, sumber alam nabati masih tetap masih merupakan sumber bahan kimia,
baik sebagai senyawa isolate murni yang langsung dipakai seperti alkaloida
morfvin, dan papaverin, maupun tidak langsung dipakai sebagai bahan dasar
setelah melalui derivatisasi menjadi senyawa bioaktif turunan yang lebih baik,
sehingga lebih potensial dan aman dipakai, seperti molekul artemisinin dari
tanaman Artemisia annua L. yang diderivatisasi menjadi artemisinin eter yang
lebih aktif mengendalikan penyakit malaria (Galingging, 2009).
Flora

Indonesia

sangat

kaya

dengan

berbagai

spesies

dan

keanekaragamannya.Sebagai gambaran kekayaan dan keanekaragaman flora
Indonesia, van Steein memperkirakan bahwa spesies tanaman berbunga saja
antara 25.000-30.000 jenis. Sedangkan koleksi herbarium yang berada di Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hutan di Bogor mempunyai lebih dari 4.000
spesies pohon dalam 668 genus yang termasuk dalam 111 famili. Sedangkan dari
herbarium yang terdapat sebagai koleksi khusus tanaman-tanaman yang
mempunyai nilai ekonomis, khususnya tanaman obat yang disebut sebagai koleksi
Heyne, mempunyai 3.302 spesies dalam 1468 genus dan termasuk dalam 199
famili (Kusumawati dkk, 2003).
Secara umum dapat diketahui bahwa tidak kurang dari 82% dari total
spesies tumbuhan obat hidup di ekosistem hutan tropika pada ketinggian
dibawahn 1000 meter dari permukaan laut. Saat ini ekosistem hutan dataran
rendah adalah kawasan hutan yang paling banyak rusak dan punah karena

7
Universitas Sumatera Utara

berbagai kegiatan manusia baik secara legal maupun illegal. Berbagai ekosistem
hutan dataran rendah antara lain : tipe ekosistem hutan pantai, tipe hutan hujan
dataran rendah, dan lain–lain. Masing–masing tipe hutan ekosistem tropika
Indonesia merupakan wujud proses evolusi, interaksi yang kompleks dan teratur
dari komponen tanah, iklim (terutama cahaya, curah hujan, dan suhu), udara dan
organisme termasuk sosial-budaya manusia untuk mendukung kehidupan
keanekaragaman hayati, antara lain berbagai tumbuhan obat (Zuhud, 2008).
Menurut Hidayat dan Hardiansyah (2012), kelebihan tanaman obat
berikutnya adalah harga yang relatif murah. Menjadi sangat murah jika bisa
menanam atau mencari sendiri di kebun-kebun atau di hutan alam. Tetapi jika
harus diperoleh dalam bentuk simplisia menjadi lebih mahal. Semakin lebih
mahal, jika sudah diolah, tetapi umumnya tetap lebih murah jika dilihat
efektifitasnya. Selanjutnya sifat tanaman obat yang aman ini menyebabkan dalam
penggunaannya tidak dibutuhkan pengawasan yang ketat sehingga sering tidak
dibutuhkan bantuan tenaga medis atau para medis, tetapi cukup oleh anggota
keluarga sendiri jika diagnosa sudah jelas.
Kondisi Umum Daerah Penelitian
Hutan lindung kecamatan Ulu Pungkut secara administrasi berlokasi di
Kabupaten Mandailing Natal (Madina) provinsi Sumatera Utara. Hutan lindung di
kecamatan Ulu Pungkut ini berdampingan dengan sebagian daerah kawasan
Taman Nasional Batang Gadis. Wilayah Taman Nasional Batang Gadis yang
berada di daerah ini awalnya juga merupakan daerah hutan lindung dimana
kawasan Taman Nasional Batang Gadis sebelum ditunjuk menjadi kawasan
konservasi awalnya merupakan kawasan Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas

8
Universitas Sumatera Utara

dan Hutan Produksi Tetap. Hutan Lindung yang dialihfungsikan menjadi Taman
Nasional adalah seluas 101.500 Ha.
Hutan lindung di kecamatan Ulu pungkut memiliki luas total lebih kurang
38.256 Ha. Dari hasil diskusi dengan pihak Dinas Kehutanan Kabupaten
Mandailing Natal, desa Alahankae, Hutanagodang, dan Simpang Banyak
merupakan desa yang banyak memanfaatkan tanaman obat dari hutan.
Desa Alahankae, Hutanagodang, dan Simpang Banyak merupakan desa
yang berdampingan dengan hutan dimana kebun maupun sawah warga ada yang
berbatasan langsung dengan wilayah hutan. Masyarakat di desa Alahankae,
Hutanagodang, dan Simpang Banyak mayoritas bekerja sebagai petani, dan
sisanya bekerja sebagai pegawai pemerintahan dan wiraswata.
Data akurat mengenai luas hutan lindung di tiap-tiap desa tidak diperoleh
karena belum pernah dilakukan pengukuran langsung pada masing-masing desa.
Berdasarkan data luas hutan pada Dinas Kehutanan diperoleh data luas hutan
lindung di desaAlahankae luasnya lebih kurang 4474 Ha, di desa Hutanagodang
luasnya lebih kurang 1455 Ha, dan di desa dan di desa Simpang Banyak luasnya
lebih kurang 5618 Ha.
Keadaan topografi kawasan hutan lindung kecamatan Ulu Pungkut berupa
perbukitan yang memiliki ketinggian yang bervariasi. Intensitas curah hujan di
daerah penelitian tergolong tinggi. Dimana, jumlah hari hujan rata – rata bulanan
12 sampai 13 hari dalam setiap bulannya, presipitasi rata – rata tahunan lebih
besar dari 1.717,5 mm/tahun. Temperatur rata – rata bulanan adalah 23 – 25,4oC.

9
Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Waktu danTempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Juli 2014. Penelitian
ini dilakukan di kawasan hutan lindung Desa Alangkae, Hutanagodang, dan
Simpang Banyak, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal,
Provinsi Sumatera Utara.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah software Arc View,
komputer, GPS, kamera digital, pita ukur, parang, tali rafia, pisau, kompas, dan
alat tulis. Alat yang digunakan untuk pengkoleksian dan pengawetan jenis yang
belum dikenali guna identifikasi lebih lanjut adalah gunting, kertas koran, label,
dan alkohol untuk pengawet.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tally sheet, peta lokasi
penelitian, dan buku pengenalan tumbuhan obat.
Metode Pengambilan Data
Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data vegetasi tumbuhan obat
di hutan lindung ini adalah dengan teknik observasi yaitu survei langsung ke
lapangan dengan melihat langsung ketersediaan tumbuhan obat dikawasan hutan
lindung desa Alahankae, Hutanagodang, dan Simpang Banyak dengan bantuan
masyarakat yang ahli tumbuhan obat dan studi pustaka dengan menggunakan
buku identifikasi tumbuhan obat.
Data yang dikumpulkan di lapangan yaitu data primer seperti titik
koordinat tumbuhan obat, jumlah dan jenis tumbuhan obat, bagian yang

10
Universitas Sumatera Utara

dimanfaatkan, khasiat dan cara pemanfaatan tumbuhan obat yang dilakukan
masyarakat sekitar hutan dan data sekunder seperti data tentang keadaan umum
daerah penelitian, peta administrasi daerah penelitian serta data yang diperoleh
dari sumber yang dapat dipercaya seperti instansi terkait, baik lembaga
pemerintahan maupun swasta dan lembaga kemasyarakatan serta penelitianpenelitian yang mendukung.
Inventarisasi Tumbuhan Obat
Metode inventarisasi tumbuhan obat dilakukan dengan menggunakan
metode sampling plot, yaitu dengan membuat sampling plot didalam jalur.
Penentuan titik awal inventarisasi dalam jalur dilakukan dengan metode
purpossive sampling, dimana penetapan titik awal dilakukan berdasarkan tempat
yang dianggap banyak terdapat tumbuhan obatnya, selanjutnya dilakukan secara
systematic sampling, untuk mengetahui bagaimana keadaan sebaran dari
tumbuhan obat didaerah penelitian.
Inventarisasi dilakukan disetiap desa. Setiap desa dilakukan pengamatan
sebanyak 10 jalur, dengan panjang setiap jalur 1000 meter. Setiap jalur dibuat plot
dengan ukuran 20 x 20 meter sebanyak 10 plot. Jarak antar plot pengamatan yang
dilakukan adalah 100 m. Total plot pengamatan disetiap desanya adalah 100 plot.
20 m

1000 m

100 m
20 m

Arah
jalur

Gambar 1.Desain plot tumbuhan obat

11
Universitas Sumatera Utara

Inventarisasi juga dilakukan dengan mengambil titik jenis tumbuhan obat
yang dijumpai didalam plot pengamatan yang diteliti sebagai bahan titik untuk
pembuatan peta sebaran tumbuhan obat. Pengamatan tumbuhan obat dilakukan
secara eksploratif di dalam plot sepanjang jalur pengamatan, dimana seluruh
tumbuhan obat yang ada di dalam plot akan diidentifikasi jenis serta manfaatnya
(Sembiring, 2012).
Bila memungkinkan, objek langsung diidentifikasi di lapangan, dan jika
tidak maka diambil sampel objek kemudian diherbariumkan untuk diidentifikasi
menggunakan buku panduan tumbuhan obat. Hasil dari inventarisasi tumbuhan
obat yang dijumpai dilapangan dimasukkan kedalam tally sheet
Tabel 1.Tally sheet tumbuhan obat
Jalu

Plot

No

r

Nama Lokal /

Famili

Latin

I

Golongan

Jumlah

Manfaat

Tumbuhan

1
2
3
4

dst

dst

Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan menggunakan
formulasi metode dengan petak. Keanekaragaman dan Indeks nilai penting (INP)
tumbuhan obat dari masing–masing jenis ditentukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
A. INP = KR + FR + DR
12
Universitas Sumatera Utara

a. Kerapatan suatu jenis (K)
K=



𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
Luas petak contoh

b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR)
KR =

c. Frekwensi suatu jenis (F)
F=



𝐾𝐾 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
𝑥𝑥 100%
∑ 𝐾𝐾 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠ℎ 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗

𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 − 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
∑ 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 − 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝

d. Frekwensi relatif suatu jenis (FR)

e. Dominansi (D)

FR =

D=

𝐹𝐹 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
𝑥𝑥 100%
∑ 𝐹𝐹 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆ℎ 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗



𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
Luas petak contoh

f. Dominansi Relatif (DR)
DR =

𝐷𝐷 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
𝑥𝑥 100%
∑ 𝐷𝐷 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆ℎ 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗

B. Keanekaragaman Jenis
1. Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener
𝑠𝑠

𝑛𝑛𝑛𝑛
𝑛𝑛𝑛𝑛
𝐻𝐻 = − �[� � ln � �]
𝑁𝑁
𝑛𝑛


𝑖𝑖=1

Keteranagan:
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon – Wienner
S

= Jumlah jenis dalam petak utama

ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Total seluruh individu

13
Universitas Sumatera Utara

Kriteria nilai H’ yang digunakan adalah:
H’ < 1 = keanekaragaman tergolong rendah.

2.

H’ 1 – 3 =

keanekaragaman tergolong sedang dan

H’ > 3

keanekaragaman tergolong tinggi.

=

Kelimpahan Jenis
N = eH

Keterangan :
N = Kelimpahan jenis
e

= Bilangan natural (2,71828)

H

= Indeks keanekaragaman

dengan kriteria tingkat kelimpahan sebagai berikut :
0
= tidak ada atau sangat jarang
1-10

= jarang atau kadang-kadang

11-20 = sering atau tidak banyak
>20

= sangat banyak atau berlimpah-limpah

3. Indeks Kemerataan

Keterangan :
E = indeks kemerataan

E=

ln(N)
ln(S)

N = kelimpahan jenis
S

= jumlah jenis

Nilai indeks E akan berkisar antara 0 – 1. Nilai E akan mendekati 1 bila
jumlah individu setiap jenis dalam satu komunitas hampir merata.
(Asrianny dkk, 2008).

14
Universitas Sumatera Utara

C. Analisis Kandungan Kimia
Analisis kandungan kimia dalam tumbuhan obat dilakukan untuk
mengetahui senyawa kimia dari tumbuhan obat yang berfungsi sebagai obat.
Analisis kandungan kimia dilakukan berdasarkan literature maupun penelitianpenelitian yang sudah ada. Apabila ditemukan jenis baru dilapangan yang
dimanfaatkan masyarakat sebagai tumbuhan obat maka dilakukan uji fitokimia
dengan membawa sampel tumbuhan yang dijadikan obat baik bunga, daun,
batang, maupun akar untuk di uji di laboratorium sehingga diketahui kandungan
kimia tumbuhan tersebut yang bermanfaat sebagai obat.
Pembuatan Peta Sebaran Tumbuhan Obat
Pembuatan peta sebaran tumbuhan obat ini dilakukan dengan melakukan
penumpang tindihan (overlay) antara peta administrasi Kabupaten Mandailing
Natal dengan data titik sebaran tumbuhan obat yang diambil dengan
menggunakan GPS. Proses pengolahan data titik koordinat yang diambil dari
lapangan sebagai berikut :
1. Pengambilan data dilapangan berupa data titik koordinat yang diambil
menggunakan GPS. Data titik koordinat yang diambil dilakukan pada jalur
plot pengamatan.
2. Setelah diperoleh data titik koordinat maka untuk peruses pengolahan data
tahap awal dilakukan dengan memasukkan data GPS ke perangkat
hardware (laptop) dengan menggunakan software DNR Garmin bila
memang menggunakan GPS Garmin atau dengan mengubahnya dari tabel
biasa ke format dbf.

15
Universitas Sumatera Utara

3. Dengan menggunakan software DNR Garmin diubah file tersebut menjadi
file berbentuk shp yang bisa dimasukkan (diolah) ke dalam software
ArcView 3.3.
4. Pada softwere ArcView 3.3 diperoleh peta yang berupa titik koordinat
untuk sebaran tumbuhan obat.
5. Setelah diperoleh peta titik koordinat sebaran tumbuhan obat lalu
ditumpangtindihkan (overlay) dengan peta administrasi Kabupaten
Mandailing Natal yang diperoleh dari BAPPEDA Kabupaten Mandailing
Natal. Hasil dari proses penumpang tindihan maka diperoleh peta sebaran
tumbuhan obat.
Data lapangan berupa titik
sebaran tumbuh obat
Titik koordinat sebaran tumbuhan obat

DNR Garmin
Ubah ke *shp
ArcView 3.3
Peta titik koordinat tumbuhan
obat
Peta administerasi Kabupaten
Mandailing Natal

Overlay

Data jenis tumbuhan obat
bentuk dbf

Peta sebaran tumbuhan obat di hutan
lindung, Kec Ulu Pungkut, Kabupaten
Mandailing Natal

Gambar 2. Skema pembuatan peta sebaran tumbuhan obat
(Purwasih, 2013)

16
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Tumbuhan Obat
Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan langsung di kawasan hutan
lindung Kecamatan Ulu Pungkut pada desa Alahankae, Hutanagodang, dan
Simpang Banyak, ditemukan total keseluruhan tumbuhan yang digunakan
masyarakat lokal untuk pengobatan tradisional berjumlah 26 jenis. Inventarisasi
tumbuhan obat ini dilakukan dengan narasumber masyarakat yang dipercaya
mempunyai pengetahuan tentang pengobatan tradisional. Dari 26 jenis tumbuhan
obat yang dijumpai dilapangan, terdiri dari 2 famili euphorbiaceae, 2 famili
amaryllidaceae, 2 famili apocynaceae, dan sisanya hanya terdiri dari 1 famili.
Jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat sekitar kawasan hutan
lindung desa Alahankae, Hutanagodang, dan Simpang Banyak juga sudah
dimanfaatkan masyarakat yang berada didaerah lain. Semua jenis tumbuhan obat
yang ditemukan, merupakan jenis tumbuhan obat yang sudah teridentifikasi,
hanya berbeda pada penamaan nama lokalnya. Jenis tumbuhan obat, famili serta
kandungan kimia yang terdapat pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Pengetahuan mengenai tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat merupakan
pengetahuan yang sangat penting dan diwariskan secara turun-temurun.
Perkembangan pengetahuan membuat budaya mengenai pengetahuan tentang
tumbuhan obat mulai berkurang, sehingga tidak semua masyarakat desa yang
mengetahui jenis-jenis dan cara pemanfaatan tumbuhan yang berkhasiat sebagai
obat. Masyarakat desa Alahankae, Hutanagodang, dan Simpang Banyak juga
mengalami hal yang sama. Pemahaman tentang tumbuhan obat hanya diketahui
oleh sebagian masyarakat yang sudah tua. Hal ini sesuai dengan pernyataan
17
Universitas Sumatera Utara

Setyowati dan Wardah (2007), bahwa sejalan dengan berubahnya tempat tinggal,
perubahan komunikasi dan informasi dari luar bisa menyebabkan pengetahuan
pemanfaatan dan cara meramu tumbuhan obat mengalami erosi akibat masuknya
obat-obatan modern dari luar.
Hasil inventarisasi tumbuhan obat disetiap kawasan hutan lindung,
diperoleh jumlah dan jenis tumbuhan obat yang ditemukan berbeda-beda. Pada
kawasan hutan lindung desa Alahankae ditemukan 16 jenis, kawasan hutan
lindung desa Hutanagodang ditemukan 17 jenis dan kawasan hutan lindung desa
Simpang Banyak ditemukan 14 jenis. Jenis tumbuhan obat yang dijumpai disetiap
kawasan hutan lindung ada yang sama dan ada juga yang berbeda. Jenis tumbuhan
obat yang paling banyak ditemukan

berada di kawasan hutan lindung desa

Hutanagodang dan paling sedikit dijumpai di kawasan hutan lindung desa
Simpang Banyak.
Perbedaan jumlah dan jenis tumbuhan obat yang ditemukan dikarenakan
adanya perbedaan tinggi rendahnya lokasi penelitian dari permukaan laut.
Berdasarkan pengambilan data di lapangan dengan menggunakan GPS, desa
Alahankae berada pada ketinggian 793 mdpl, desa Hutanagodang berada pada
ketinggian 837 mdpl, sedangkan desa Simpang Banyak berada pada ketinggian
1030 mdpl. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zuhud (2008) yang menyatakan
bahwa secara umum dapat diketahui bahwa tidak kurang dari 82% dari total
spesies tumbuhan obat hidup di ekosistem hutan tropika dataran rendah pada
ketinggian dibawah 1000 meter dari permukaan laut.
Hasil identifikasi dari 26 jenis tumbuhan obat yang ditemukan, 3 jenis
diantaranya termasuk tumbuhan obat yang tergolong langka. Menurut pernyataan

18
Universitas Sumatera Utara

Setyowati dan Wardah (2007) jenis tumbuhan obat seperti akar kuning
(Arcangelesia flava), pulai (Alstonia scholaris) dan pulo sari (Alyxia reinwardtii)
termasuk tumbuhan obat dalam kategori langka. Tumbuhan obat yang tergolong
langka tersebut ditemukan di kawasan hutan lindung kecamatan Ulu Pungkut.
Walaupun tumbuhan obat tersebut dijumpai di lapangan namun jumlahnya juga
sangat sedikit. Dalam 10 jalur pengamatan disetiap kawasan hutan lindung,
tumbuhan obat yang tergolong langka tersebut hanya dijumpai dalam 3 sampai 5
jalur dengan jumlah yang sangat sedikit disetiap jalurnya.
Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat lebih banyak digunakan
untuk penyakit yang masih tergolong ringan, masyarakat lebih memilih
pengobatan dengan menggunakan tumbuhan obat dari pada menggunakan obat
kimia. Tumbuhan obat yang digunakan tinggal diambil di kawasan hutan dan
masyarakat juga tidak perlu mengeluarkan biaya pengobatan. Selain itu,
masyarakat juga lebih percaya pengobatan dengan menggunakan tumbuhan obat
lebih efektif dan cepat sembuh dibandingkan dengan obat kimia. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Hidayat dan Hardiansyah (2012), yang mengatakan kelebihan
tanaman obat adalah harga yang relatif murah. Menjadi sangat murah jika bisa
menanam atau mencari sendiri di kebun-kebun atau di hutan alam. Selanjutnya
sifat tanaman obat yang aman menyebabkan dalam penggunaannya tidak
dibutuhkan pengawasan yang ketat sehingga sering tidak dibutuhkan bantuan
tenaga medis atau para medis.

19
Universitas Sumatera Utara

No

Table 2. Jenis-jenis tumbuhan obat yang ditemukan di hutan lindung kec. Ulu Pungkut desa Alahankae, Hutanagodang, dan
Simpang Banyak.
Nama Lokal / Latin
Family
Simplisia Obat
Senyawa Kimia
Manfaat

1

Akar sari (Alyxia reinwardtii )

Apocynaceae

Kulit

Minyak atsiri, kurkumin, dan asam
organik

2

Akar Siang (Arcangelesia flava)

Menispermaceae

Daun

3

Alang-alang (Imperata cylindrical)

Poaceae

Akar dan daun

4

Asoli balik (Bidens pilosa)

Asteraceae

Semua bagian

5

Bonban (Donax caniformis)

Marantaceae

Air dalam batang
dan buah

Akar mengandung alkaloid, dan
terpenoid. Daun, batang, dan tangkai
mengandung barberin dan alkaloid
Manitol, glukosa, sukrosa, asam
malat, asam sitrat, coixol, dan
anindom.
Akar mengandung terpenoid dan
alkaloid. Batang mengandung
saponim, tepenoid, steroid, dan
alkaloid. Daun mengandung
flavonoid, steroid dan alkaloid.
Buah mengandung alkaloid dan tanin

6

Bulung kenari (Cordia dichotoma Forst.)

Boraginaceae

Daun

Terpenoid dan alkaloid

Obat gatal

7

Bunga jarum (Saraca asoca)

Caesalpiniaceae

Kulit batang dan
bunga

Obat wasir

8

Burangir (Piper betle Linn.)

Piperaceae

Daun

Asoka mengandung hematoksilin.
Kulit kayu mengandung tanin, zat
organik yang mengandung besi dan
catachin
Sirih mengandung minyak terbang
(betlephenol), seskuiterpen, pati,
diatase, gula, zat samak, dan kavicol.

Masuk angin, penyakit sari
(matahari kaki
membengkak)
Mengobati susah buang air
kecil dan besar
Menghentikan pendarahan

Migran sampai keluar darah

Iritasi mata merah dan obat
bisul

Batuk, dan sesak nafas

20
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Lanjutan
No
Nama Lokal / Latin

Family

Simplisia Obat

Senyawa Kimia

Manfaat

9

Dap-dap (Erythrinae folium)

Papilionaceae

Kulit pohon dan
daun

Alkaloid, eritradina, eritrina,
eritramina, hipaforina, dan erisovina.

Malaria disertai sakit pada
perut

10

Galinggang (Cassia alata L.)

Leuminosae

Daun

Rein aloe-emodina, rein aloeemodina-diantron, rein aloe-emodina,
asam krisofanat dan tanin.

Obat kurap

11

Haramonting (Melastoma sp.)

Melastomataceae

Buah dan daun

Saponin,flavonoid,steroid, alkaloid,
dan tanin.

Batuk kering

12

Mali-mali (Leaa indica)

Leeaceae

Daun, akar, dan
kulit batang

Daun, buah, dan akar mengandung
flavonoida, disamping itu daun dan
akarnya mengandung saponin.
Daunnya mengandung polifenol.
Akarnya mengandung tanin.

Susah buang air kecil

13

Meniran (Phyllanthus niruri)

Euphorbiaceae

Seluruh bagian
tumbuhan

Filantin, hipofilantin, kalium, damar
dan tanin flavonoid (quercetin,
isoquercetinastrgalin, rutin, nirurin
kaempferol-4-rhamnopyranoside,
erydictyol-7-rhamnopyranoside,
fesitin-4-o-glucoside) lignin dan
alkaloid.

Obat demam

14

Pahu sayur (Diplazium esculentum)

Polypodiaceae

Pucuk daun dan
akar

Daun dan akar paku mengandung
saponin, akarnya juga mengandung
flavonoida.

Demam panas

15

Pakis Gajah (Angiopteris evectra)

Marattiaceae

Bagian dalam
batang dan daun

Mengandung campuran fitostroid
kaspesterol, β-sitosterol, dan
stigmasterol.

Kompres sakit kepala

21
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Lanjutan
No
Nama Lokal / Latin

Family

Simplisia Obat

Senyawa Kimia

Manfaat

16

Pulai (Alstonia scholaris)

Apocynaceae

Kulit kayu

Kulit kayu mengandung alkaloid
ditain, ditamin, ekitenin, ekitin,
ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitein,
porfirin, dan triterpen. Daun
mengandung pikrinin. Bunga
mengandung asam ursolat dan lupeol.

Obat sakit perut

17

Pultak-pultak (Physalis angulata)

Solanaceae

Daun, batang, dan
akar

Asam klorogenik, asam sitrun,
fisalin, flavonoid, saponin, polifenol.
Buah mengandung asam malat,
alkaloid, tanin, kriptoxantin, vitamin
C, dan gula, sedangkan biji
mengandung asam elaidik

Penghangat badan dan
penambah nafsu makan

18

Sampilpil (Gleichenia linearis)

Gleicheniaceae

Daun

Fitostroid, dan stigmasterol

Demam panas

19

Sibaguri (Sida rhombifolia L.)

Malvaceae

Daun

Daunnya mengandung alkaloid,
kalsium oksalad, tanin, saponin,
fenol, asam amino, minyak asir.
Batangnya mengandung kalsium
oksalat, tanin. Akar mengandung
alkaloid, steroid, dan ephedrine

Obat bisul

20

Simarompu-ompu (Crinum sp.)

Amaryllidaceae

Daun

Akar dan daun mengandung
alkaloida, saponin, flavonoida,
polifenol. Sedangkan bunganya
mengandung saponin, flavonoida,
dan tanin.

Obat terkilir

21

Singkam (Bischofia javanica Blume)

Euphorbiaceae

Kulit kayu

Kulit kayu mengandung tanin,
flavonoid, saponim, terpenoid. Daun
mengandung tanin, flavonoid, steroid
dan alkaloid

Sakit pinggang

22
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Lanjutan.
No
Nama Lokal / Latin

Family

Simplisia Obat

Senyawa Kimia

Manfaat

22

Singkut (Curculigo sp.)

Amaryllidaceae

Daun

Steroid, terpenoid, flavonoid

Sakit pinggang

23

Sirungkas sipabolkas (Justicia gendarussa)

Acanthaceae

Daun

Daun mengandung alkoloida tidak
terbang, sedikit beracun, kalium.
Akar mengandung yustisin, dan
minyak atsiri

Obat demam panas dan
gatal

24

Suat begu (Homalomena sp.)

Araceae

Rimpang

Rimpang nampu mengandung
saponin, flavonoid, tanin, dan
polifenol. Daunnya mengandung
saponin dan flavonoid.

Obat gatal

25

Tabar-tabar (Costus speciosus Smith)

Zingiberaceae

Anakan (Rimpang)

Rimpang dan biji mengandung
diosgenin (sapogenin steroid),
tigogenin, dioscin, gracilin, sitosterol,
methyltriacontane, 8-hydroxytriacontan-25-one, 5 alfa-stigmast9 (11)-en3beta-ol, 24 hydroxytriacontan-26-one, v

Obat demam panas

26

Tandiang (Cyathea sp.)

Cyatheaceae

Tangkai daun yang
masih muda

Minyak atsiri

Sakit kepala

23
Universitas Sumatera Utara

Tumbuhan obat secara tidak langsung berpotensi memberikan pekerjaan
bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat yang ahli dalam meramu tumbuhan
obat. Namun, pengobatan yang dilakukan dengan menjumpai masyarakat yang
ahli tumbuhan obat di lokasi penelitian tidak menetapkan harga untuk melakukan
pengobatan dengan menggunakan tumbuhan obat. Pengaruh adat istiadat dan rasa
kekeluargaan masih lebih diutamakan dan ditonjolkan dalam pengobatan
tradisional menggunakan tumbuhan obat pada lokasi penelitiaan.
Jenis tumbuhan obat yang ditemukan di kawasan hutan lindung
Kecamatan Ulu Pungkut terdiri dari beberapa habitus, diantaranya jenis tumbuhan
herba, perdu, sampai pohon. Dari data dilapangan masyarakat lebih banyak
memanfaatkan tumbuhan obat dengan habitus herba. Hal ini disebabkan jenis
tumbuhan obat yang habitusnya herba lebih mudah ditemukan di hutan dan
jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan jenis habitus tumbuhan obat
lainnya. Penyebaran jenis tumbuhan obat berdasarkan habitusnya di kawasan
hutan lindung kecamatan Ulu Pungkut bisa dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Penyebaran jenis tumbuhan obat berdasarkan habitusnya di hutan
lindung kecamatan Ulu Pungkut
Habitus
Nama Lokal / Ilmiah
Herba

Alang-alang (Impera

Dokumen yang terkait

Inventarisasi Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Kec. Ulu Pungkut, Kab. Mandailing Natal (Studi Kasus : Desa Alahankae, Hutanagodang, dan Simpang Banyak)

0 0 11

Inventarisasi Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Kec. Ulu Pungkut, Kab. Mandailing Natal (Studi Kasus : Desa Alahankae, Hutanagodang, dan Simpang Banyak)

0 0 2

Inventarisasi Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Kec. Ulu Pungkut, Kab. Mandailing Natal (Studi Kasus : Desa Alahankae, Hutanagodang, dan Simpang Banyak)

1 6 3

Inventarisasi Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Kec. Ulu Pungkut, Kab. Mandailing Natal (Studi Kasus : Desa Alahankae, Hutanagodang, dan Simpang Banyak)

1 1 6

Inventarisasi Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Kec. Ulu Pungkut, Kab. Mandailing Natal (Studi Kasus : Desa Alahankae, Hutanagodang, dan Simpang Banyak)

0 0 3

Inventarisasi Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Kec. Ulu Pungkut, Kab. Mandailing Natal (Studi Kasus : Desa Alahankae, Hutanagodang, dan Simpang Banyak)

0 3 19

Eksplorasi Tumbuhan Beracun Sebagai Biopestisida Di Hutan Lindung Desa Habincaran Dan Hutagodang Kecamatan Ulu Pungkut Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara

0 0 12

Eksplorasi Tumbuhan Beracun Sebagai Biopestisida Di Hutan Lindung Desa Habincaran Dan Hutagodang Kecamatan Ulu Pungkut Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara

0 0 2

Eksplorasi Tumbuhan Beracun Sebagai Biopestisida Di Hutan Lindung Desa Habincaran Dan Hutagodang Kecamatan Ulu Pungkut Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara

0 0 3

Eksplorasi Tumbuhan Beracun Sebagai Biopestisida Di Hutan Lindung Desa Habincaran Dan Hutagodang Kecamatan Ulu Pungkut Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara

0 0 8