Larutan formalin 10, NaCl fisiologis, Xylol, aseton karmin, kertas saring, sampel tanah sarang.

2. Larutan formalin 10, NaCl fisiologis, Xylol, aseton karmin, kertas saring, sampel tanah sarang.

Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama Survai lapangan, tahap kedua pengamatan karakteristisk sarang pengeraman dan tahap ketiga penetasan. Metode pelaksanaan masing-masing tahap penelitian dijelaskan berikut ini. Penelitian Tahap I. Survai Lapangan Untuk mengetahui lokasi bertelur burung Mamoa yang terdapat di Kecamatan Galela dilakukan survai lapangan untuk pengenalan wilayah, menggunakan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait dan data pendukung lainnya berupa studi pustaka yang menunjang penelitian ini serta data primer yaitu habitat bertelur burung Mamoa di pantai untuk penentuan lokasi penelitian. Penelitian Tahap II. Karakteristik Sarang Pengeraman Tujuan pada tahap II untuk mengetahui kondisi fisik dan kimia tanah sarang pengeraman, dimensi sarang pengeraman, temperatur serta menginventarisasi satwaliar lain yang terdapat di lokasi bertelur. Lokasi Penelitian Pengukuran dan pengamatan dilakukan pada tiga lokasi bertelur burung Mamoa. Lokasi bertelur terdapat pada tiga desa; desa Limau pantai Denamabobane, desa Toweka pantai Tiabo, dan deda Mamuya pantai Uwo Uwo. Metode Pengumpulan Data Untuk mengetahui karakteristik sarang pengeraman dari burung Mamoa dilakukan pengukuran dan pengamatan pada ketiga lokasi bertelur. Data yang diperoleh dengan melakukan metode sebagai berikut : 1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia tanah sarang pengeraman dilakukan pengambilan tanah sarang dari ketiga lokasi bertelur. Dari setiap lokasi diambil sampel 5 sampel tanah sarang pada beberapa kedalaman. Sampel tanah sarang yang dianalisis meliputi: kimia pH dan kandungan bahan SiO 2 , sifat fisik tekstur di Laboratorium Tanah IPB Bogor. 2. Temperatur Tanah Lubang Sarang Pengeraman Pengukuran temperatur suhu dan kelembaban dilakukan pada saat penggalian telur selama 3 hari. Selain itu dilakukan pengukuran temperatur tanah pada berbagai kedalaman. Untuk mengetahui fluktuasi temperatur tanah harian dilakukan pengamatan beberapa kali, pada waktu pagi antara pukul 06.00-08.00; siang antara pukul 12.00–14.00 dan pada malam hari pukul 20.00–22.00 selama 3 hari. 3. Dimensi Lubang Sarang Pengeraman Telur Dimensi diameter dan kedalaman sarang pengeraman di ukur pada tiga lokasi. Parameter yang diukur adalah 1 penampang melintangnya diukur 2x panampang lintang yang terbesar, 2 kedalaman diukur tegak lurus dari permukaan tanah sampai bagian tanah dimana telur diletakan, dan 3 ketebalan timbunanan diukur dari atas telur sampai permukaan timbunan. 4. Inventarisasi Satwaliar Lain Observasi burung-burung selain burung Mamoa pada habitat bertelur untuk mengetahui hubungan antara burung Mamoa dengan satwa lain di habitat bertelurnya. Identifikasi untuk burung lain menggunakan Buku Panduan Lapangan Burung-Burung di Kawasan Wallace. Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara Coates dan Bishop 2000. Analisis Data Data karakteristik sarang bertelur dimensi, temperatur dan kelembaban dianalisis secara deskriptif. Untuk mengkaji hubungan antara temperatur dengan kedalaman pada lubang sarang dilakukan analisis regresi menurut Steel dan Torie 1995, sedangkan untuk sifat tanah dianalisa di Laboratoroium Tanah Institut Pertanian Bogor. Penelitian Tahap II. Penetasan Pada penelitian tahap II dilakukan penetasan untuk melihat bagaimana tahapan perkembangan embrio yang ditetaskan secara alami dan buatan. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada dua lokasi. Lokasi penetasan alami dilakukan pada lokasi bertelur yang terdapat di desa Mamuya, lokasi bertelur berada di pantai Uwo Uwo. Sedangkan untuk penetasan buatan di lakukan di Ternate. Jarak antara lokasi pengambilan telur dengan lokasi tempat penetasan buatan berjarak sekitar 350 km. Metode Penelitian Penetasan Alami Penetasan alami dilakukan pada lokasi bertelur di pantai Uwo Uwo, menggunakan kotak sarang. Penggunaan kotak sarang dimaksudkan agar saat menetas anak burung yang muncul kepermukaan tidak langsung masuk kedalam semak-semak tetapi tetap berada dalam kotak sarang. Telur burung Mamoa diletakan dalam kotak sarang kedalaman 50 cm karena selama 3 hari pengumpulan telur untuk ditetaskan, 34 dari total sarang yang berisi telur berada pada kedalaman tersebut. Peletakkan telur pada kedalan 50 cm juga mempertimbangkan keselamatan anak burung saat menetas dengan selamat sampai pada permukaan tanah sarang pengeraman. Tahap-tahap yang dilakukan pada penetasan alami sebagai berikut :

1. Telur-telur yang digali oleh pengumpul telur dikumpulkan, sebelum