PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA, MODAL, UPAH, DAN LAMA USAHA TERHADAP HASIL PRODUKSI INDUSTRI KERAJINAN KAYU JATI DI KABUPATEN NGAWI

THE EFFECT OF THE AMOUNT OF LABOR, CAPITAL, WAGES, AND BUSINESS AGE
ON THE RESULT OF INDUSTRIAL PRODUCTION IN THE DISTRICT CRAFT TEAK
NGAWI

Nariya Sulistya Putri, Dr. Nano Prawoto S.E, M.Si
Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
E-mail : Nariya208@gmail.com

Abstract : This research aims to determine how much influence the amount of labor, capital,
wages, and long effort towards production craft teak in Ngawi and to determine whether these
four factors have the most dominant influence on the production of handicrafts teak in Ngawi. In
this study sample of 55 data obtained through interviews and questionnaires to employers craft
teak in Ngawi. The analysis tool used is the Multiple Linear Regression Analysis.
Based on the analysis that has been used to get the result that the variable amount of labor,
capital, wages positive and significant effect while the old variable effort and no significant
negative effect on the production of handicrafts teak in Ngawi. Among the four independent
factor on the variable number of workers who heavily influence the production of handicrafts
teak in Ngawi.
Keywords : Total Labor, Capital, Wages, Long Efforts, Production, and Industri.


PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA, MODAL, UPAH, DAN LAMA USAHA
TERHADAP HASIL PRODUKSI INDUSTRI KERAJINAN KAYU JATI DI KABUPATEN
NGAWI

Intisari : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah tenaga
kerja, modal, upah, dan lama usaha terhadap hasil produksi kerajinan kayu jati di Kabupaten
Ngawi serta untuk mengetahui apakah keempat faktor tersebut mempunyai pengaruh yang paling
dominan terhadap hasil produksi kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi. Dalam penelitian ini
sampel berjumlah 55 data, yang diperoleh melalui wawancara dan penyebaran kuesioner ke
pengusaha kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis
Regresi Linier Berganda.
Berdasarkan analisis yang telah digunakan dapat diperoleh hasil bahwa variabel jumlah tenaga
kerja, modal, upah berpengaruh positif dan signifikan sedangkan variabel lama usaha
berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap hasil produksi kerajinan kayu jati di
Kabupaten Ngawi. Diantara keempat faktor independen diatas variabel jumlah tenaga kerja yang
sangat berpengaruh terhadap hasil produksi kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi

Kata Kunci : Jumlah Tenaga Kerja, Modal, Upah, Lama Usaha, Hasil produksi, dan Industri.

Pendahuluan

Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak sekedar terfokus pada peran
pemerintah, banyak sektor yang mempunyai peran dalam kemajuan perekonomian di
Indonesia. Proses pembangunan sering kali dikaitkan dengan proses industrialisasi.
Industrialisasi di era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang cepat dan luar
terhadap perekonomian. Dampak yang dirasakan adalah dimana semakin ketatnya
persaingan disektor industri.
Dalam upaya untuk percepatan pembangunan ekonomi industrialisasi, salah satu
strategi pemerintah adalah pengembangan industri di Indonesia. Pemerintah mengupayakan
untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi-potensi yang ada dengan memanfaatkan
sumber daya yang ada dengan optimal. Pengembangan industri sendiri meliputi industri
besar, sedang dan industri kecil. Sektor industri pun ikut memiliki andil dalam
perkembangan perekonomian Indonesia bahkan menjadi pahlawan dalam roda penggerak
dalam perekonomian selain sektor pengolahan, pertanian, listrik perdagangan, hotel dan
restauran.
Definisi dari industri sendiri adalah sebagai kegiatan pengolahan bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang yang memiliki nilai tambah guna
mendapatkan keuntungan. Pada dasarnya industri mempunyai tiga pengelompokan antara
lain yaitu
1. Industri besar dimana karakteristik industri besar mempunyai tenaga kerja 100
orang atau lebih, menggunakan teknologi modern dalam proses produksinya.


2. Industri menengah dimana memeiliki skala usaha yang lebih kecil dengan jumalah
tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang dengan teknologi yang memadai.
3. Industri kecil dimana karakteristik dari industri ini memiliki pekerja 5-19 orang,
dan rata-rata tidak memiliki badan hukum. Tidak hanya industri besar saja yang
mempunyai peran/ kontribusi dalam pembangunan ekonomi, namun sektor industri
kecil dan sedang juga mempunyai andil yang besar terutama dalam penyerapan
tenaga kerja dan peran dalam mengurangi pengangguran.
Peran industri kecil atau rumah tangga mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perekonomian di Indonesia karena dapat membantu membangun sebuah industri kecil
tersebut tidak membutuhkan modal yang begitu besar dan mampu menyerap tenaga kerja.
Keberadaan dari industri kecil tersebut juga mempunyai peran atau kontribusi yang
besar pada perkembangan perekonomian suatu daerah. Dimana dengan adanya jumlah unit
usaha yang banyak akan dapat menciptakan lapangan perkerjaan yang mampu menyerap
tenaga kerja diwilayah industri tersebut sehingga berpotensi mengurangi pengangguran di
suatu daerah. Salah satu dari indikator untuk dapat melihat seberapa besar pengaruh nya
terhadap penyerapan tenaga kerja adalah dengan melihat beberapa variabel yang dapat
mempengaruhi permintaan akan tenaga kerja tersebut terutama dalam suatu perusahaan.
Keberadaan sektor industri kecil maupun menengah mampu menyerap tenaga kerja
cukup besar sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran yang ada di negara

berkembang seperti Indonesia.

Perkembangan sektor industri di Negara Indonesia dapat dibilang sangat fleksibel,
dibuktikan dengan kontribusi sektor industri pengolahan yang besar terhadap PDB dimana
mampu untuk peningkatan nilai tambah yang tinggi dan mampu menciptakan sekaligus
memperluas lapangan pekerjaan. Pada tahun 2004-2012, industri pengolahan (migas dan
non migas) memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDB, dimana pada tahun 2004
mencapai 28.07% dan tahun 2012 sebesar 23.98%. Meskipun mengalami penurunan, peran
industri pengolahan terhadap PDB tetap yang paling besar diikuti sektor pertanian dan
peternakan, kehutanan dan perikanan sebesar 14.44%, sektor perdagangan, hotel dan
restaurant sebesar 13.90%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 11.78%, sektor
jasa-jasa 10.87% serta sektor kontribusi/ bangunan sebesar 10.45%. Jadi industri
pengolahan memiliki andil yang besar terhadap perekonomian dan merupakan sektor
unggulan (Endoy : 2014)
Dewasa ini industri mempunyai tingkat kontribusi atau peran penting dalam
pembangunan industri di beberapa wilayah. Peran dari adanya industri ini diharapkan dapat
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja. Seperti halnya yang ada pada
Kabupaten Ngawi yang mana perekonomian di Kabupaten Ngawi ditopang oleh empat
sektor unggulan yaitu Sektor Petanian, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restaurant, Sektor
Jasa-Jasa dan Sektor Industri Pengolahan.

Dari segi jumlah PDRB dapat dilihat sektor yang paling unggu adalah sektor
pertanian dimana ditahun terakhir sebesar 3.753.019,71 juta rupiah, sektor perdagangan,
hotel dan restaurant ditahun terakhir menunjukkan jumlah sebesar 3.035.453,25 juta rupiah,
sektor jasa-jasa ditahun terakhir sebesar 1.302.314,25 juta rupiah, dan sekrot industri

pengolahan ditahun terakhir mencapai 689.508,29 juta rupiah. Jumlah ini terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.
Industri pengolahan dikelompokkan menajdi empat golongan berdasarkan
banyaknya pekerja. Perkembangan sektor industri di Kabupaten Ngawi berjalan lambat
namun terus meningkat. Jumlah industri kerajinan rumah tangga naik dari 16.533 pada
tahun 2013 menjadi 16.655 pada tahun 2014. Sektor industri yang paling berperan adalah
sektor industri barang dan kayu dan sejenisnya yakni sebesar 8642 di tahun 2014
dibandingkan dengan sektor lain seperti industri makanan, minuman dan tembakau, industri
semen dan barang galian bukan logam, dan indsutri pengolahan lainnya.
Potensi kehutanan yang ada di Kabupaten Ngawi sendiri yakni

mencapai

45.428.60ha hutan wilayah KPH Ngawi yang hasilnya dapat dioleh untuk meningkatkan
nilai ekonomi. Dapat dilihat dari tabel 2 diatas bahwa produksi kayu hutan yang memiliki

potensi tinggi untuk dikembangkan adalah kayu jati. Pada tahun 2010 produksi kayu jati
sebesar 2174.93 namun pada tahun 2011 menuju tahun 2012 produksi kayu mengalami
penurunan dari 1863.29 menjadi 1308.96, kemudian mengalami peningkatan yang cukup
besar pada tahun 2013 yaitu sebesar 5, 010.33 dan kemudian mengalami penurunan kembali
di tahun 2014 menjadi 2758.21 penurun iini terjadi karena meningkatnya produktifitas kayu
jati dan mulai mengalami pengembangan yang besar di bidang industri kerajinan kayu jati di
Kabupaten Ngawi.
Kegiatan industri kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi memiliki potensi yang
cukup besar, seperti Home Industri kerajinan khas ngawi yaitu Kerajinan Kayu Jati. Dapat
dikatakan penting nya faktor produksi tenaga kerja dengan banyaknya jumlah produksi

kerajinan kayu jati maka semakin banyak penyerapan tenaga kerja pada sektro Industri
Kerajianan Kayu Jati.
Fenomena yang terjadi pada industri kerajinan kayu jadi yang ada di Kabupaten
Ngawi, sebagian besar pengusaha industri kerajinan kayu jati memiliki tenaga kerja yang
berbeda di setiap perusahaan. Tidak hanya pada tenaga kerja saja, modal yang dipakai pada
masing-masing perusahaan pun juga berbeda. Dengan adanya perbedaan yang terjadi
dilapangan dipastikan jumlah produksi yang dihasilkan oleh masing-masing perusahaan pun
akan berbeda.
Hasil dan Pembahasan

A. Hasil dan Pembahasan Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan interpretasi terhadap hasil regresi dari model yang digunakan, maka
terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap asumsi klasik guna mengetahui apakah model
tersebut dianggap relevan atau tidak.
1. Uji normalitas
Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah dalam
model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal
atau tidak. Untuk mengetahu apakah variabel tersebut berdistribusi normal, dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.8
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov (I-KS)
Unstandardized
Keterangan
Variabel
Residual
Jumlah Tenaga
KolmogorovBerdistribusi
0,888
Kerja, Modal,

Smirnov Z
Normal
Upah, Lama Usaha, Asymp. Sig. (2Berdistribusi
Hasil Prod
0,409
tailed)
Normal
uksi
Sumber : Hasil Kuesioner diolah, 2016
Tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa residual memiliki nilai KolmogorovSmirnov 0,888 dan nilai asymp sig (2-tailed) 0,409 yang sama keduanya memiliki nilai >
0,05. Sehingga dapat dikayakan bahwa residual dalam penelitian ini memenuhi asumsi
normalitas atau memiliki distribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinealitas digunakan untuk mengukur atau mengetahui ada atau
tidaknya korelasi yang terjadi antar variabel independen. Untuk mendeteksi terhadap
multikolinelitas dapat dilakukan dengan melihat Variance Inflution Factor (VIF) dari
hasil analisis regresi. Apabila nilai VIF > 10, maka terjadi gejala multikolinealitas yang
tinggi dan sebaliknya jika nilai VIF < 10, maka model pengujian bebas dari gejala
multikolinealitas.
Tabel 5.9

Hasil Uji Multikolinealitas
Collinearity Statistics

Model

Tolerance

VIF

Jumlah Tenaga Kerja

0,897

1,115

Modal

0,786

1,272


Upah

0,684

1,461

Lama Usaha

0,807

1,240

Sumber : Hasil Kuesioner diolaj, 2016

Dari tabel 5.15 dapat dilihat di atas bahwa nilai VIF pada kolom terakhir untuk
masing-masing variabel adalah jumlah tenaga kerja sebesar 1,115; modal sebesar 1,272;
upah sebesar 1,461; lama usaha sebesaar 1,240 dimana semuanya lebih kecil dari 10.
Dengan demikian model pengujian ini bebas dari gejala multikolinealitas.
3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari
residual untuk semua pengamatan pada model regresi.

Untuk mendeteksi terhadap

heteroskedastisitas dapat dilihat melalui nilai sugnifikansinya, dimana jika nilai
signifikan lebih besar dari 0,05 maka dapat diartikan tidak terjadi heteroskedastisitas dan
sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat diartikan terjadi
heteroskedastisitas.
Tabel 5.10
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Model

T

Sig

Jumlah Tenaga Kerja

0,481

0,633

Modal

-1,513

0,137

Upah

-1,300

0,199

Lama Usaha

2,602

0,012

Sumber : Hasil Kuesioner diolah, 2016

Berdasarkan tabel 5.10 diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi variabel
Jumlah tenaga kerja sebesar 0,633, Modal sebesar 0,137, Upah sebesar 0,199 dimana

ketiga variabel memiliki nilai signifikan lebih besar dari 0,05 sementara itu diketahui
bahwa Variabel Lama usaha memiliki nilai signifikan 0,012 lebih kecil dari 0,05 artinya
pada variabel lama usaha terjadi heteroskedastisitas.
B. Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi Linier Berganda mempunyai asumsi-asumsi yang diterapkan agar menghasilkan
nilai-nilai koefisien sebagai penduga yang tidak bias. Karena terdapat satu variabel terikat dan 4
variabel bebas. Model regresi linier berganda diformulasikan sebagai dibawah ini:
HP = β1 JTK + β2 MD +β3 UP + β4LM
Dimana :
HP
= Hasil Produksi
β1, β2, β3, β4
= Koefisien variabel independen
JTK
= Jumlah Tenaga Kerja
MD
= Modal
UP
= Upah
LM
= Lama Usaha

Tabel 5.11
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Model
1

Unstandardized
Coefficients

Standardized
Coefficients

t

Sig.

4.825

0.000

B

Std. Error

(Constant)

9.141

1.895

TJTK

0.224

0.079

0.318

2.857

0.006

TMD

0.283

0.108

0.315

2.634

0.011

TUP

0.220

0.075

0.360

2.930

0.005

TLM

-0.179

0.085

-0.246

-2.112

0.040

Sumber : Hasil Kuesioner diolah, 2016

Beta

Dari tabel 5.11 di atas, dapat dilihat bahwa nilai konstanta dan nilai-nilai koefisien regresi
linier berganda untuk masing-masing variabel bebas. Berdasakan nilai tersebut, maka dapat
ditemukan model regresi linier berganda yang dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai
berikut :
HP = 0,318 JTK + 0,315 MD +0,360 UP + (- 0,246) LM
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji signifikansi Simultan (uji t-statistik)
Uji signifikansi parsial (Uji Statistik t) digunakan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi, variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Dengan menggunakan angka signifikansi
a. Apabila angka signifikansi > 0.05, maka Ho diterima dan H1 ditolak
b. Apabila angka signifikansi < 0.05, maka Ho ditolak atau H1 diterima.
Dari kriteria di atas, akan dijelaskan masing-masing pengaruh variabel independen
terhadap dependen.
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan alat regresi linier berganda
maka dapat dilihat pada tabel 5.12 di bawah ini.

1

Tabel 5.12
Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
t
B
Std. Error
Beta
(Constant)
3,142
1.810
1,736

0.089

TJTK

0,237

0,077

0,332

3,084

0.003

TMD

0,307

0,105

0,337

2,934

0.005

TUP

0,201

0,076

0,324

2,635

0.011

Sig.

TLM

-0,114

0,087

-0,148

-1,306

0.197

Sumber : Hasil Kuesioner diolah, 2016
Berdasarkan analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan dalam penelitian
ini, adapun hasil dari pengujian sebagai berikut:
a. Pengujian Hipotesis Pertama (H1)
Hasil dari analisis di atas menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja
mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,003 < 0,05. Sehingga dapat dikatakan
bahwa jumlah tenaga kerja berpengaruh positif atau signifikan terhadap hasil
produksi kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi sehingga dapat disimpulkan
bahwa H0 di tolak dan H1 diterima.
b. Pengujian Hipotesis Kedua (H2)
Hasil dari analisis di atas menunjukkan bahwa modal mempunyai nilai
signifikansi sebesar 0,005 < 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa modal
berpengaruh positif atau signifikan terhadap hasil produksi kerajinan kayu jati
di Kabupaten Ngawi sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 di tolak dan H1
diterima.
c. Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)
Hasil dari analisis di atas menunjukkan bahwa upah mempunyai nilai
signifikansi sebesar 0,011 < 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa upah
berpengaruh positif atau signifikan terhadap hasil produksi kerajinan kayu jati
di Kabupaten Ngawi sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 di tolak dan H1
diterima.

d. Pengujian Hipotesis Keempat (H4)
Hasil dari analisis di atas menunjukkan bahwa lama usaha mempunyai
nilai signifikansi sebesar 0,197 > 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa lama
usaha tidak berpengaruh positif atau tidak signifikan terhadap hasil produksi
kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi sehingga dapat disimpulkan bahwa H0
diterima dan H1 di tolak
2. Uji Signifikansi Simultan (uji F)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen
secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Atau apakah
model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen.
Tabel 5.14
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Model
1

Regression

Sum of
Squares
67,098

4

Mean
Square
16,775
1,446

df

Residual

72,284

50

Total

139,382

54

F

Sig.

11,603

0,000a

Sumber : Hasil Kuesioner diolah, 2016
Tabel 5.14 di atas menunjukkan bahwa hasil uji anova diperoleh nilai F hitung
sebesar 11,603 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (sig < 0,05). Sehingga dapat
dikatakan bahwa secara simultan atau bersama-sama keempat variabel independen yang
terdiri dari jumlah tenaga kerja, modal, upah dan lama usaha berpengaruh signifikan
terhadap hasil produksi kerjainan kayu jati di Kabupaten Ngawi.

3. Pengujian Koefisien Determinan (R2)
Koefisien determinasi (adjusted R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar
variabel bebas/ independen berpengaruh pada variabel terikat/ dependen dari persamaan
regresi yang diperoleh. Besarnya nilai koefisien determinasi berkisar 0 ≤ R2 ≤ 1. Apabila
nilai koefisien determinasi mendekati 1, maka semakin kuat pengaruh perubahan
variabel-variabel independen terhadap perubahan variabel dependen.
Tabel 5.15
Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Model

R

R Square

Adjusted R
Square

1
0,694a
0,481
0,440
Sumber : Hasil Kuesioner diolah, 2016

Std. Error of
the Estimate
1,202

Berdasarkan taebl 5.15 di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi
(Adjusted R Square) menunjukkan bahwa variabel independen jumlah tenaga kerja,
modal, upah dan lama usaha dalam menjelaskan atau memprediksi variabel dependen
yaitu hasil produksi sebesar

0,440 atau 44% dan sisanya (100% - 44% = 56%)

dijelaskan atau diprediksi oleh faktor lain diluar keempat faktor dan model lain diluar
model tersebut.
4. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah jumlah tenaga kerja, modal, upah
dan lama usaha berpengaruh terhadap hasil produksi kerajinan kayu jati di Kabupaten
Ngawi. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Hasil Produksi

Dalam teori permintaan tenaga kerja yang dikemukakan oleh Sukirno (2000)
dalam Amri dkk (2013) menyatakan bahwa permintaan atas tenaga kerja
merupakan permintaan yang tidak langsung, yaitu dimaksudkan bahwa tenaga kerja
dipekerjakan oleh perusahaan dengan tujuan untuk digunakan dalam menghasilkan
barang-barang yang akan mereka jual. Perusahaan tersebut akan terus menambah
jumlah tenaga kerja selama pekerjaan tambahan tersebut mampu menghasilkan
penjualan tambahan yang melebihi upah yang akan dibayarkan kepada pekerja. Dan
perusahaan akan berhenti menambah pekerjanya apabila tambahan pekerja yang
terakhir hanya dapat menghasilkan produksi yang memiliki nilai yang sama.
Hasil analisis regresi tentang pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap hasil
produksi kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi menunjukkan bahwa jumlah
tenaga kerja berpengaruh positif signifikan terhadap hasil produksi kerajinan kayu
jati di Kabupaten Ngawi. Hal ini dapat dilihat dari nilai sig 0,003 yang lebih kecil
dari alpha 0,05. Hasil analisa ini menjelaskan bahwa semakin tinggi jumlah tenaga
kerja pada perusahaan, maka semakin tinggi pula hasil produksi yang diperoleh
pengusaha. Hasil ini konsisten dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan Septi
Dwi (2013) yang mengatakan bahwa pengaruh jumlah tenaga kerja mempunyai
pengaruh positif signifikan terhadap hasil produksi.
b. Pengaruh Modal Terhadap Hasil Produksi
Hasil analisis regresi tentang pengaruh modal terhadap hasil produksi
kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi menunjukkan bahwa modal berpengaruh
positif signifikan terhadap hasil produksi kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi.
Hal ini dapat dilihat dari nilai sig 0,005 yang lebih kecil dari alpha 0,05. Hasil

analisa ini menjelaskan bahwa semakin tinggi modal yang digunakan oleh
perusahaan, maka semakin tinggi pula hasil produksi yang diperoleh pengusaha.
Hasil ini sesuai dengan teori Cobb-Dauglas yang menyatakan bahwa output
produksi dipengaruhi oleh modal. Sehingga jika suatu industri menggunakan modal
yang besar maka output yang diperoleh juga akan bertambah besar pula, hal itu
dikarenakan modal tersebut digunakan untuk pembiyaan proses produksi pada
setiap hari nya. Hasil ini konsisten dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Devia Setiawati (2013) yang mengatakan bahwa pengaruh modal mempunyai
pengaruh positif signifikan terhadap hasil produksi.
c. Pengaruh Upah Terhadap Hasil Produksi
Hasil analisis regresi tentang pengaruh upah terhadap hasil produksi
kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi menunjukkan bahwa upah berpengaruh
positif signifikan terhadap hasil produksi kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi.
Hal ini dapat dilihat dari nilai sig 0,011 yang lebih kecil dari alpha 0,05.
Hasil analisa ini menjelaskan bahwa bertambahnya upah akan mengurangi
jumlah penyerapan tenaga kerja yang juga akan mempengaruhi hasil produksi yang
akan dihasilkan, namun disisi lain seiring dengan peningkatan upah, penawaran
kerja akan semakin meningkat. Dengan kata lain upah berbanding terbalik dengan
permintaan kerja. Hal ini disebabkan jika upah tenaga kerja meningkat maka biaya
produksi dalam pembuatan kerajinan kayu jati juga akan ikut meningkat, sehingga
pengrajin kayu akan memilih untuk mengurangi tenaga kerja supaya menekan biaya
produksi.

Dengan kata lain semakin tinggi upah yang diberikan oleh perusahaan
kepada tenaga kerja, maka semakin tinggi pula hasil produksi yang diperoleh
pengusaha. Hasil ini konsisten dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan Afid
Nursandi Syah (2014) yang mengatakan bahwa pengaruh upah mempunyai
pengaruh positif signifikan terhadap hasil produksi.
d. Pengaruh Lama Usaha Terhadap Hasil Produksi
Lamanya suatu usaha yang ditekuni dapat menimbulkan pengalaman
berusaha, dimana pengalaman mempengaruhi pengamatan seseorang dalam
bertingkah laku (Sukirno,1994). Dengan semakin lama usaha tersebut berdiri maka
dalam menekuni bidang usahanya akan mempengaruhi tingkat produktivitasnya,
dan dapat menekan biaya produksinya sehingga hasil yang didapatkan akan lebih
maksimal dalam memperoleh keuntungan. Maka semakin lama seseorang menekuni
usaha dalam bidang perdagangan maka akan semakin meningkat pula pengetahuan
tentang selera ataupun perilaku konsumen (Andri Susanto, 2015).
Hasil analisis regresi tentang pengaruh lama usaha terhadap hasil produksi
kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi menunjukkan bahwa lama usaha tidak
berpengaruh positif terhadap hasil produksi kerajinan kayu jati di Kabupaten
Ngawi. Dapat dilihat dari nilai sig 0,197 yang lebih kecil dari alpha 0,05. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan pembeli atau pelanggan, rendahnya pembeli atau
pelanggan bagi pengusaha sangat berpengaruh karena hasil produksi mereka
ditentukan oleh banyak nya pemesanan. Yang terjadi di masyarakat atau pengusaha
kayu jati di Kabupaten Ngawi justru malah sebaliknya dari teori diatas, ada banyak
usaha yang sudah lama berjalan namun produksi mereka semakin mengecil, belum

lagi adanya kerugian yang diakibatkan dari buyer nakal yang tidak membayar
sepenuhnya jumlah pembelian hal itu terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan
atau sumber daya manusia yang masih rendah. Hal lain dikarenakan adanya
pengaruh masa berlaku kontrak dagang dan sedikitnya modal yang mereka punya.
Selain itu kebanyakan pengusaha kayu jati berani mengambil resiko dengan
pengambilan hutang pada bank yang kenyataannya mereka sulit untuk
mengembalikan yang mengakibatkan kebangkrutan perusahaan.
Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Endoya Dwi Yuda
(2014) yang mengatakan bahwa pengaruh lama usaha mempunyai pengaruh positif
signifikan terhadap hasil produksi.

Penutup
Simpulan :
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh jumlah tenaga kerja,
modal, upah, dan lama usaha terhadap hasil produksi kerajinan kayu jati di Kabupaten Ngawi,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif signifikan terhadap hasil produksi kerajinan
kayu jati di Kabupaten Ngawi.
2. Modal berpengaruh positif signifikan terhadap hasil produksi kerajinan kayu jati di
Kabupaten Ngawi.
3. Upah berpengaruh positif signifikan terhadap hasil produksi kerajinan kayu jati di
Kabupaten Ngawi.

4. Lama usaha tidak berpengaruh terhadap hasil produksi kerajinan kayu jati di
Kabupaten Ngawi
Saran :
Dengan adanya sentra industri kerajinan kayu jati yang ada di Kabupaten Ngawi
diharapkan untuk dapat meningkatkan pendapatan Kota, karena industri kerajinan kayu jati ini
sangat berpotensi untuk terus dikembangkan. Namun sayangnya kurangnya sumber daya
manusia membuat lambatnya perkembangan industri tersebut, kebanyakan para pengusaha hanya
menjual lokal dan hanya sebagai supplier saja, dan juga fasilitas untuk pemasaran seperti
pameran dan pelatihan dari pemerintah pun juga masih rendah dan sangat jarang. Oleh karena itu
pemerintah harus menyediakan tempat untuk mereka berapresiasi di bidang mereka,
menyediakan pelatihan untuk para pengusaha supaya mereka bisa lebih berkembang.
Kurangnya kreatifitas para pengusaha membuat mereka hanya terpaku pada bentuk atau
jenis kerajinan itu itu saja dan bahkan sering terjadi penjiplakan satu sama lain, penggunaan
peralatan juga masih sangat sederhana dan kurang efisien untuk pengerjaan dalam kapasitas
besar. Diharapkan bagi para pengusaha kayu jati untuk sekreatif mungkin dalam berkarya dan
meningkatkan kreatifitas berseni kayu, dan juga mengupgrade alat-alat yang digunakan untuk
mencapai kapasitas produksi dengan tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kota Ngawi. 2013. Ngawi Dalam Angka 2013. Http://Ngawikab.Bps.Go.Id
Diakses Pada 26 Maret 2015.
Badan Pusat Statistik Kota Ngawi. 2014. Ngawi Dalam Angka 2014. Http://Ngawikab.Bps.Go.Id
Diakses Pada 26 Maret 2015.
Badan Pusat Statistik Kota Ngawi. 2015. Ngawi Dalam Angka 2015. Http://Ngawikab.Bps.Go.Id
Diakses Pada 26 Maret 2015.
http://www.ngawikab.go.id/home/dinas/dinas-koperasi-ukm-dan-perindustrian/
Http://Www.Perhutanikphngawi.Com
Adinata, Arlan. 2011. Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendapatan
Daerah Kota Bogor. Jurnal Sarjana Ekonomi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Diakses pada 5 desember 2015
Arfida. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia
Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI. Penerbit PT
Rineka Cipta, Jakarta
Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan Dan Pembangunan Ekonomi
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta
Boediono, 1992, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu ekonomi, Edisi 1,
Cetakan Ke 5, BPFE, Jogyakarta.
Dinas Kehutanan Dan Perdagangan Kabupaten Ngawi. Di Akses Pada 13 Januari 2016
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. CetakanKeempat.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar N. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga; PT Gelora Aksara
Pratama.

Lesmana, Endoya Dwi Yuda. 2014. Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, Dan Lama Usaha Terhadap
Produksi Kerajinan Manik-Manik Kaca ( Studi Kasus Sentra Industri Kecil Kerajinan
Manik-Manik Kaca Desa Plumbon Gambang Kec. Gudo Kab. Jombang ). Jurnal Ilmu
Ekonomi. Malang: Universitas Brawija Malang. Diakses pada 25 januari 2016
Mankiw Gregory, 2006. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Ketiga, Salemba Empat Jakarta
Nawawi, Hadari. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif.
Cetakan Keempat. Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sadono Sukirno. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar edisi ketiga. PT.Rajagrafindo Persada:
Jakarta.
Simanjuntak, P, J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi (UI)
Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi UI.
Sudarsono. 1983. Pengantar Ekonomi Mikro. PT. New Aqua Press : Jakarta.
Tambunan, Thulus Th. 2002. Usaha Kecil Dan Menengah Di Indonesia Beberapa Isu Penting.
Jakarta: Salemba Empat
www.bps.co.id diakses pada 25 agustus 2015
Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Http://Hukum.Unsrat.Ac.Id/Uu/Uu_13_03.Htm Diakses 8 Januari 2016
Rosyidi, Suherman. 2004. Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan kepada Teori Ekonomi Mikro
& Makro. Surabaya: Rajawali Pers
Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar Pembe-Lanjaan Perusahaan, Edisi 4. Yogyakarta: Bpfe.
Priyandika, A. N., & Woyanti, N. 2015. Analisis Pengaruh Jarak, Lama Usaha, Modal, Dan
Jam Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang Kaki
Payman, Simanjuntak 1985. Produktivitas Dan Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta : FEUI.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA DAN MODAL TERHADAP HASIL PRODUKSI INDUSTRI KECIL SANGKAR BURUNG DI KECAMATAN SUKOWONO KABUPATEN JEMBER

2 7 20

ANALISIS PENGARUH MODAL, LAMA USAHA DAN JUMLAH TENAGA KERJA TERHADAP PENDAPATAN INDUSTRI PEMBAKARAN GAMPING DI DESA GRENDEN KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER

0 9 17

PENGARUH UPAH, MODAL, JUMLAH UNIT USAHA, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL TAHU BAKSO DENGAN MENGGUNAKANPATH ANALYSIS

2 24 107

PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA, MODAL, UPAH, DAN LAMA USAHA TERHADAP HASIL PRODUKSI INDUSTRI KERAJINAN KAYU JATI DI KABUPATEN NGAWI

6 30 144

PENGARUH NILAI INVESTASI, JUMLAH UNIT USAHA DAN UPAH MINIMUM TERHADAP PERMINTAAN TENAGA KERJA INDUSTRI Pengaruh Nilai Investasi, Jumlah Unit Usaha Dan Upah Minimum Terhadap Permintaan Tenaga Kerja Industri Kecil Dan Menengah Di Provinsi Jawa Tengah.

0 3 16

PENGARUH MODAL, NILAI PRODUKSI DAN TINGKAT UPAH TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL PENGARUH MODAL, NILAI PRODUKSI DAN TINGKAT UPAH TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN SUKOHARJO.

0 2 14

PENGARUH MODAL, NILAI PRODUKSI DAN TINGKAT UPAH TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL PENGARUH MODAL, NILAI PRODUKSI DAN TINGKAT UPAH TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN SUKOHARJO.

0 2 12

PENDAHULUAN PENGARUH MODAL, NILAI PRODUKSI DAN TINGKAT UPAH TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN SUKOHARJO.

0 4 11

Pengaruh Modal Dan Tingkat Upah Terhadap Nilai Produksi Serta Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Perak.

0 1 10

PENGARUH UPAH, MODAL, JUMLAH UNIT USAHA, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL TAHU BAKSO DENGAN MENGGUNAKANPATH ANALYSIS.

0 1 84