Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Tanaman Tembakau Deli ( Nicotiana tabacum L.) di Kebun Klumpang PTPN II

38

Lampiran 1. Data Total dan Rataan Produksi Daun Tembakau (ton/tahun)
Tembakau di PTPN II Kebun Klumpang Kec. Hamparan Perak
Kab. Deli Serdang selama 3 tahun (2012 s/d 2014)

Bulan

2012
98,934
17,927
116,861

Sem. 1 (juli)
Sem.2 (des)
Total

Tahun
2013
84,302
30,922

115,224

2014
97,673
16,350
114,023

Rataan
63,636
21,733
85,369

Sumber: Data admnistrasi kebun (Data diolah)

Lampiran 2. Uji Korelasi pada Komponen Produksi Daun Tembakau di PTPN II
Kebun Klumpang Kec. Hamparan Perak Kab. Deli Serdang selama 3
Tahun (2012 s/d 2014)
Daun Pasir

Pearson

Correlation

Daun Kaki 1

1

0,964

0,175

0,040

0,088

3

3

3


Pearson
Correlation

0,964

1

0,429

Sig. (2-tailed)

0,040

Sig. (2-tailed)
Daun Pasir

Daun Kaki 1

Daun Kaki 2


N

N

0,078

3

3

3

Pearson
Correlation

0,175

0,429

1


Sig. (2-tailed)

0,088

0,078

Daun Kaki 2
N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

3

3

3

Universitas Sumatera Utara

39


Lampiran 3. Data Curah Hujan (mm/bulan) di PTPN II Kebun Klumpang Kec.
Hamparan Perak Kab. Deli serdang selama 3 tahun (2012 s/d 2014)
Bulan

Tahun
Rata-rata

2012

2013

2014

Januari

67

95


83

81,67

Februari

183

206

213

200,67

Maret

89

71


75

78,33

April

173

77

87

112,33

Mei

189

137


124

150,00

Juni

67

49

51

55,67

Juli

103

118


110

110,33

Agustus

118

163

215

165,33

September

154

128


160

147,33

Oktober

284

416

273

324,33

November

213

163

197

Desember

226

216

236

191
226
1843

Total
9
0

BB
BK

8
1

8
1

Lampiran 4. Data Hari Hujan (hari/bulan) di PTPN II Kebun Klumpang Kec.
Hamparan Perak Kab. Deli serdang selama 3 tahun (2012 s/d 2014)
Tahun
Bulan

Rataan

2012

2013

2014

Januari

6

7

7

6,67

Februari

9

13

13

11,67

Maret

7

5

5

5,67

April

7

6

6

6,33

Mei

10

8

8

8,67

Juni

5

7

6

6,00

Juli

8

5

7

6,67

Agustus

7

10

12

9,67

September

8

9

10

9,00

Oktober

15

19

16

16,67

November

12

11

10

11,00

Desember

13

13

15

13,67

Total

111,67

Universitas Sumatera Utara

40

Lampiran 5. Uji Kolgomorov-Smirnov di Kebun PTPN II Kebun Klumpang Kec.
Hamparan Perak Kab. Deli Serdang pada 3 Tahun (2012 s/d 2014)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N

6

Normal Parameters

a,b

Mean

,0000000

Std. Deviation
Most Extreme Differences

2,16603554E4

Absolute

,190

Positive

,134

Negative

-,190

Kolmogorov-Smirnov Z

,465

Asymp. Sig. (2-tailed)

,982

a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Lampiran 6.

Nilai Signifikansi Uji Heteroskedastisitas pada Absolute
Residual di PTPN II Kebun Klumpang Kec. Hamparan Perak
Kab. Deli Serdang pada 3 Tahun (2012 s/d 2014)
Coefficients

a

Model

Standardized
Unstandardized Coefficients
B

1

(Constant)

Std. Error

8001992,95

12987,778

-25,3163

26689,112

-59,84101

2789,788

Curah Hujan
Hari Hujan

Coefficients
Beta

T

Sig.

1,919

,037

-,390

-,071

,873

-,611

-,512

,519

a. Dependent Variable: RES2

Universitas Sumatera Utara

41

Lampiran7. Uji Multikolinearitas Nilai VIF dan Tolerance di PTPN. 2 Kebun
Klumpang Kec. Hamparan Perak Kab. Deli Serdang Selama 3
Tahun (2012 s/d 2014)
Coefficients
Model

Standardized
Unstandardized Coefficients
B

1

a

(Constant)

Std. Error

Coefficients

Collinearity Statistics

Beta

Tolerance

VIF

310329,784

78025,756

Curah Hujan

-230,755

64,592

-1,066

,692

1,445

Hari Hujan

-773,803

545,109

-,424

,692

1,445

a. Dependent Variable: Produksi Tembakau

Lampiran 8.

Uji Autokorelasi di PTPN II Kebun Klumpang Kec. Hamparan
Perak Kab. Deli Serdang pada 3 Tahun (2012 s/d 2014)
b

Model Summary
Model
R
1

,841

R Square
a

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

,607

,512

Durbin-Watson

27963,399

2,283

a. Predictors: (Constant), Hari Hujan, Curah Hujan
b. Dependent Variable: Produksi Tembakau

Universitas Sumatera Utara

42

Lampiran 9.

Interpretasi nilai R pada analisis korelasi

Nilai R
0,00
0,01-0,20
0,21-0,40
0,41-0,60
0,61-0,80
0,81-0,99
1,00
Sumber: Husain dan Setiadi, 1995

Interpretasi
Tidak ada korelasi
Sangat lemah
Lemah
Agak lemah
Cukup
Kuat
Sangat Kuat

Lampiran 10. Uji Autokorelasi Durbin-Watson Perak selama 3 Tahun (2012 s/d
2014)
b

Model Summary
Model
R
1

,841

R Square
a

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

,607

,512

Durbin-Watson

27963,399

2,283

a. Predictors: (Constant), Hari Hujan, Curah Hujan
b. Dependent Variable: Produksi Tembakau

Universitas Sumatera Utara

43

Lampiran 11. Uji–T Parsial Analisis Linear Berganda di
PTPN II
Kebun
Klumpang Kec. Hamparan Perak Kab. Deli Serdang selama 3
Tahun (2012 s/d 2014)

Coefficients

a

Model

Standardized
Unstandardized Coefficients
B

1

(Constant)

Coefficients

Std. Error

Beta

1574919,295

189579,778

Curah Hujan

-230,755

166,112

Hari Hujan

-773,803

5749,788

t

Sig.

1,583

,211

-,543

-,708

,530

-,315

-,411

,709

a. Dependent Variable: Produksi Tembakau

Lampiran 12. Uji–F Simultan Analisis Linear Berganda di PTPN II Kebun
Klumpang Kec. Hamparan Perak Kab. Deli Serdang selama 3
Tahun (2012 s/d 2014)
b

ANOVA
Model
1

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

6,532E9

2

3,266E9

Residual

1,482E9

3

4,941E8

Total

8,015E9

5

F
6,611

Sig.
,080

a

a. Predictors: (Constant), Hari Hujan, Curah Hujan
b. Dependent Variable: Produksi Tembakau

Universitas Sumatera Utara

44

Lampiran 13. Uji Analisis Korelasi antar Variabel di PTPN II Kebun Klumpang
Kec. Hamparan Perak Kab. Deli serdang selama 3 tahun (2012 s/d
2014)
Correlations
Produksi
Tembakau
Produksi Tembakau

Pearson Correlation

Curah Hujan
1

-,831

Sig. (2-tailed)
N
Curah Hujan

Pearson Correlation

-,811

6

6

6

*

1

,913

-,811

Sig. (2-tailed)

*

6

6

*

1

,913

,060

,027

6

6

N

*

,027

6

Pearson Correlation

*

,060

,075

N
Hari Hujan

*

,075

-,831

Sig. (2-tailed)

Hari Hujan

6

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 14. Uji Analisis regresi linier berganda antar Variabel di PTPN II
Kebun Klumpang Kec. Hamparan Perak Kab. Deli serdang selama 3
tahun (2012 s/d 2014)
Coefficients

a

Model

Standardized
Unstandardized Coefficients
B

1

(Constant)

Coefficients

Std. Error

Beta

1574919,295

189579,778

Curah Hujan

-230,755

166,112

Hari Hujan

-773,803

5749,788

t

Sig.

1,583

,211

-,543

-,708

,530

-,315

-,411

,709

a. Dependent Variable: Produksi Tembakau

Lampiran 15. Tabel Residual Analisis Linear Berganda pada Tanaman
Tembakau
Tahun 2012 s/d 2014
Tahun

2012

2013

2014

Nilai Residual

10,6503

10,7966

6,6915

Universitas Sumatera Utara

36

DAFTAR PUSTAKA

Anggarwulan, E., W. Mudyantini, 2005. Pengaruh Ketersediaan Air terhadap
Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng
Jawa (Talinum paniculatum Gaertn.). Biofarmasi 3 (2): 47-51
Anggraini, E. 2009. Pemanfaatan Mikoriza Untuk Meningkatkan Pertumbuhan
Dan Produksi Tembakau Deli (Nicotiana Tabacum L.) Pada Kondisi
Cekaman Kekeringan. Thesis. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan
Boer, R. 2003. Penyimpangan Iklim di Indonesia. Jurnal Ilmu – Ilmu Pertanian
1(1) : 60 – 69
Budiarto, H., 2007. Tantangan dan peluang Agribisnis Tembakau Cerutu.
Prosiding Lokakarya Nasional Agribisnis Tembakau. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Surabaya.
Cahyono, B. 1998. Tembakau Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta
Departemen Pertanian. 1994. Prosiding Seminar Pengembangan Tembakau
Burley. Malang
Gunawan, A. 2004. Evaluasi Pertumbuhan Beberapa Varietas Tanaman
Tembakau (Nicotiana tabacumL.). Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Hakim, M. 2010. Potensi Sumber Daya Lahan untuk Tanaman Tembakau di
Indonesia. Jurnal Agrikultura 21(1): 5-12.

Universitas Sumatera Utara

37

Hanum, C. 2013. Klimatologi Pertanian. USU Press. Medan.
Indriani, O., A. Wiresyamsi dan Sukmawati. 2011. Penetapan Pola Tanam
Berdasarkan Model ArimaDi Kecamatan Praya Timur Lombok Tengah.
Jurnal Agroteksos, vol. 21 (1) : 11-18
Matnawi. H. 1997. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta. hlm. 9-16.
Maulidiana, N. 2008. Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli di PT.
Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia. Skripsi Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Nasution, W. A., 2008. Pengaruh Bio VA-MIKORIZA dan Pemberian Arang
Terhadap

Jamur

Phytium

spp.

Pada

Tanaman

Tembakau

Deli

(Nicotiana tabacumL.) di Rumah Kaca. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Rohmania, A. 2013. Mengenal Budidaya Tembakau. Universitas Brawijaya Press,
Malang
Sholeh, M. 2012. Keterkaitan antara Kondisi Iklim dan Perencanaan Tanam
Tembakau Virginia. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat,
Malang
Simbolon, N. M. 2007. Respon Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacumL. )
Pada Beberapa Tingkat Pemberian Air Dengan pH Yang Berbeda. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Steenis, C. G. G. J. 1997. Flora. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. 485 hal.
Sudaryono, 2004. Pengaruh Naungan terhadap Perubahan Iklim Mikro pada
Budidaya Tanaman Tembakau Rakyat. J. Tek. Ling. 7 (1): 50-54.

Universitas Sumatera Utara

13

METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara II Kebun
Klumpang Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, yang akan
dilaksanakan pada bulan juli 2015 sampai dengan selesai.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metoda dasar metoda deskriptif (descriptive
analysis) kuantitatif maupun kualitatif. Data dikumpulkan, disusun, dijelaskan,
kemudian dianalisis dengan analisis regresi berganda dan korelasi yang diuraikan
secara deskriptif. Alat bantu yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah
SPSS.v.18 (Statistical Package of Social Science) for windows. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis regresi berganda dan korelasi
regresi. Teknik analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
fungsional antar variabel terikat dan variabel bebas dan analisis korelasi berguna
untuk melihat kuat-lemahnya hubungan antara variabel bebas dan terikat. Analisis
korelasi digunakan untuk mengetahui kuat-lemahnya hubungan antara variabel
bebas dan terikat serta hubungan antar variabel komponen produksi. Variabel
tidak bebas adalah variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas
dan dinotasikan dengan X. Variabel tidak bebas dalam penelitian ini adalah
produksi

tembakau,

sedangkan

variabel

bebas

adalah

variabel

yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya variabel tidak bebas dan
dinotasikan dengan Y. Variabel bebas pada penelitian ini adalah curah hujan dan
hari hujan bulanan. Pengaruh fungsional variabel curah hujan dan hari hujan

Universitas Sumatera Utara

14

bulanan terhadap produksi tembakau yang dianalisis dengan fungsi matematis
sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + E
Y : produksi tembakau
a : intersep dari garis pada sumbu Y
b : koefisien regresi linier
X1 : curah hujan bulanan selama 3 tahun
X2 : hari hujan bulanan selama 3 tahun
E : eror
Peubah Amatan
Peubah amatan yang diamati adalah data sekunder berupa data-data dari
Kebun KlumpangPT. Perkebunan Nusantar II yang terdiri atas:
Produksi Tembakau (ton/ha)
Data produksi daun tembakau (ton/ha) yang digunakan berdasarkan data
produksi tembakau bulanan selama 3 tahun yakni 2012,2013 dan2014. Data
produksi tembakau meliputi :
Produksi Daun Pasir (ton/ha)
Data produksi daun pasir pada tembakau (ton/ha) yang digunakan
berdasarkan data produksi tembakau bulanan selama 3 tahun yakni pada tahun
2012,2013, dan 2014.
ProduksiDaun Kaki I (ton/ha)
Data produksi daun kaki I pada tembakau (ton/ha) yang digunakan
berdasarkan data produksi tembakau bulanan selama 3 tahun yakni pada tahun
2012,2013, dan 2014.

Universitas Sumatera Utara

15

Produksi Daun Kaki II (ton/ha)
Data produksi daun Kaki II pada tembakau (ton/ha) yang digunakan
berdasarkan data produksi tembakau bulanan selama 3 tahun yakni pada tahun
2012,2013,

dan

2014.Semua

data

dikumpulkan

dari

seluruh

kebunklumpangdi PT.Perkebunan Nusantara II. Data produksi

divisi

tembakau

dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dan analisis
korelasi.
Produksi tembakau banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
tersebut tidak berdiri sendiri untuk memberikan pengaruh terhadap produksi yang
dihasilkan kebun. Berdasarkan ketersediaan data di kebun, maka data komponen
produksi yang digunakan yaitu data produksi dauntembakau per tingkat tanam
yang dihasilkan. Komponen produksi ini dianalisis dengan menggunakan analisis
korelasi.
Curah Hujan (mm)
Data curah hujan yang digunakan berdasarkan data pengukuran curah
hujan bulanan selama 3 tahun yakni 2012,2013, dan 2014. Data ini dikumpulkan
dari seluruh divisi kebunKlumpangdi PT.Perkebunan Nusantara II. Data curah
hujan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dan analisis
korelasi.
Hari Hujan (hari)
Data hari hujan yang digunakan diperoleh dengan cara menjumlahkan hari
dimana turunnya hujan setiap bulannya selama 3 tahun yakni 2012,2013, dan
2014. Data ini dikumpulkan dari seluruh divisi kebunKlumpangdi PT.Perkebunan

Universitas Sumatera Utara

16

Nusantara II. Data hari hujan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi
linear berganda dan analisis korelasi.
PELAKSANAAN PENELITIAN
Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan menelusuri dan menelaah studi
pustaka yang berkaitan dengan curah hujan dan hari hujan, serta produksi
tembakau.
Pengumpulan Data
Pengumpulan

data

yang

dilakukan

terdiri

dari

data

sekunder.

Pengumpulan data sekunder meliputi data sekunder untuk laporan umum dan data
sekunder untuk keperluan analisis. Metode pengambilan data sekunder ini
diperoleh dari studi literatur tentang kebun Klumpang di kantor divisi. Data
sekunder untuk analisis disesuaikan dengan kelengkapan data pada administrasi
kebun. Data sekunder untuk laporan umum meliputi keadaan umum perusahaan,
letak geografis, keadaan tanah dan iklim kebun. Data sekunder untuk keperluan
analisis ini diambil data bulanan selama 3 tahun yakni pada tahun 2012, 2013 dan
2014 meliputi data curah hujan,data hari hujan, dan data produksi tembakau.
Pengolahan Data dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda dan analisis korelasi. Regresi linear berganda berguna untuk menghitung
besarnya pengaruh hubungan dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel
terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua atau lebih
variabel bebas. Analisis korelasi berguna untuk melihat kuat-lemahnya hubungan

Universitas Sumatera Utara

17

antara variabel bebas dan terikat. Pengolahan data dibantu dengan software
SPSS.v.18for windows.
Analisis data bersifat deskriptif dengan menggunakan bantuan statistik
untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis data
dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan data. Data yang telah diperoleh
tersebut dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi linear berganda untuk
mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan bulanan yang mempengaruhi
produksi tembakau dan hubungan kedua variabel bebas dan terikat berdasarkan
data yang diperoleh dari administrasi kebun.
Berdasarkan hipotesis yang diajukan, untuk menguji hipotesis digunakan
Uji-T (parsial), Uji-F (serempak) dan R2. Uji hipotesis menggunakan uji dua arah
dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5%. Teknik analisis data dengan
menggunakan analisis regresi berganda dengan model persamaan berikut ini:
Y = a + b1X1 + b2X2 + E
Model yang digunakan dalam membuat suatu persamaan regresi linier
berganda ini, dapat terjadi beberapa keadaan yang dapat menyebabkan estimasi
koefisien regresi tidak lagi menjadi penduga koefisien tak bisa terbaik, sehingga
diperlukan beberapa asumsi mendasar yang perlu diperhatikan dengan melakukan
uji asumsi klasik.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik berguna untuk menguji apakah model regresi yang
digunakan dalam penelitian ini layak diuji atau tidak. Kelayakan model regresi
dapat terlihat dari data yang dihasilkan terdistribusi normal, dan tidak terdapat
multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dalam model yang digunakan.

Universitas Sumatera Utara

18

Jika keseluruhan syarat tersebut terpenuhi berarti model analisis telah layak
digunakan.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel tidak bebas dan variabel bebas memiliki data yang terdistribusi normal
atau tidak. Data yang terdistribusi normal menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai
ekstrim yang nantinya dapat mengganggu hasil data penelitian. Model regresi
yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Dalam pembahasan ini akan digunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov
dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi
normal jika signifikansi dan nilai One Sample Kolmogorov-Smirnov lebih besar
dari 5% atau 0,05.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan
varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain pada model
regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya
gejala heteroskedastisitas atau biasa disebut homoskedastisitas. Metode pengujian
yang yang digunakan ialah uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan
meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen lainnya. Jika
nilai ß signifikan maka mengindikasikan terdapat heteroskedastisitas dalam
model.
Uji Multikolinearitas

Universitas Sumatera Utara

19

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang
harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Uji
multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai varian inflation factor (VIF) dan
nilai Tolerance pada model regresi. Model regresi yang baik ialah tidak terjadi
multikolinearitas yang dibuktikan dengan nilai VIF 0.1.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan
pengamatan lain pada model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi
dapat dilihat dari nilai Durbin Watson (d) dibandingkan dengan nilai Tabel
Durbin Watson. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi
dalam model regresi. Metode uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis nol
ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.
2. Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti
tidak ada autokorelasi.
3. Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak
menghasilkan kesimpulan yang pasti.
Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hipotesis yang diajukan, untuk menguji hipotesis digunakan
Uji-T (parsial), Uji-F (serempak) dan R2. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
uji dua arah dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5% apakah diterima atau

Universitas Sumatera Utara

20

ditolak. Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat besarnya
persentase pengaruh variabel bebas terhadap nilai variabel terikat. Nilai
R2semakin mendekati nol memperlihatkan semakin kecil pengaruh semua variabel
bebas terhadap nilai variabel terikat sedangkan nilai R2 semakin mendekati satu
memperlihatkan semakin besar pula pengaruh semua variabel bebas terhadap nilai
variabel terikat. Uji hipotesis secara parsial digunakan untuk mengetahui
pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai T-hitung dengan nilai T-tabel. Uji
hipotesis secara serempak digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel
independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan
dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Hipotesis yang
diajukan dalam analisis ini ialah:
H0: bi = 0
H1: bi ≠ 0,
bi = koefisien regresi variabel ke-i
Pengambilan keputusan untuk melihat apakah hipotesis H0 diterima atau
ditolak. Hipotesis H0 ditolak membuktikan bahwa variabel bebas yang digunakan
berpengaruh nyata terhadap produksi tembakau.
Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan untuk meringkas hasil pengolahan data
yang telah di analisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dan
analisis korelasi. Kesimpulan dapat menjelaskan kebenaran dari hipotesis yang
telah dibuat apakah diterima atau ditolak.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Data rataan produksi daun tembakau (ton) terlampir pada Lampiran 1,
curah hujan (mm/bulan) terlampir pada Lampiran 3, dan hari hujan (hari/bulan)
terlampir pada Lampiran 4 selama 3 tahun (2012 s.d 2014) di PTPN II Kebun
Klumpang Kabupaten Deli Serdang pada tanaman tembakau.
Dari hasil uji regresi linear berganda yang didapat dari data rataan
produksi daun tembakau (ton), curah hujan (mm/bulan) dan hari hujan
(hari/bulan) selama 3 tahun (2012 s.d 2014) pada tanaman tembakau terlampir
pada Lampiran 4. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah curah hujan dan
banyaknya hari hujan berpengaruh nyata meningkatkan produksi daun tembakau.
Dari hasil uji korelasi pada curah hujan (mm/tahun), hari hujan
(hari/bulan) dengan produksi daun tembakau (ton) selama 3 tahun (2012 s.d 2014)
pada tanaman tembakau terlampir pada Lampiran 5. Hasil ini menunjukkan
hubungan yang kuat antara variabel curah hujan dengan hari hujan yang
berpengaruh terhadap pencapaian produksidaun tembakau.

Komponen produksi daun tembakau
Pencapaian produksi daun tembakau yang diharapkan tidak terlepas dari
pengaruh komponen-komponen produksi. Berdasarkan ketersediaan data pada
PTPN II Kebun Klumpang Kabupaten Deli Serdang, adapun komponenkomponen produksi tanaman tembakau yang dapat mempengaruhi produksi daun
adalah daun pasir, daun kaki 1 dan daun kaki 2.

Universitas Sumatera Utara

22

Berikut disajikan data komponen produksi di PTPN II Kebun Klumpang
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang selama 3 (2012 s.d 2014)
pada Tabel 1.
Tabel 1. Komponen produksi (ton) di PTPN II Kebun Klumpang Kecamatan
Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang selama 3 tahun (2012 s.d
2014)
Tahun Produksi
Daun Pasir
Daun Kaki 1
Daun Kaki 2
2012
51,672
60,021
5,168
2013
47,566
52,644
15,014
2014
54,566
54,433
5,024
Hasil uji korelasi pada komponen-komponen produksi daun tembakau di
di PTPN II Kebun Klumpang Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli
Serdang selama 3 tahun (2012 s.d 2014) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Uji Korelasi pada komponen – komponen produksi daun tembakau
selama 3 tahun (2012 s.d 2014)
Variabel
Variabel
Statistik Uji
Daun Pasir
Daun Kaki 1
Daun Kaki 1
Pearson Corelation
0,342
0,777
Sig. (2-tailed)
Daun Kaki 2
Pearson Corelation
-0,923
-0,678
0,252
0,525
Sig. (2-tailed)

Dari Tabel 2 diketahui bahwa nilai pearson corelation (koefisien korelasi)
yang menunjukkan korelasi yang lemah dan bernilai positif (searah)

antara

variabel daun pasir dengan daun kaki 1 yaitu sebesar 0,3421 sedangkan variabel
daun pasir dengan daun kaki 2 (-0,923), dan variabel daun kaki 1 dengan daun
kaki 2 (0,525) berlawanan arah atau bernilai negatif.
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa hasil korelasi pada ketiga
komponen produksi yang tidak signifikan adalah antara variabel daun pasir
dengan daun kaki 1,daun pasir dengan daun kaki 2,dan daun kaki1 dengan kaki 2.

Universitas Sumatera Utara

23

Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan lebih kecil dari 5% (Sig > α
0,05),korelasi terlemah pada komponen produksi daun tembakau pada daun kaki 2
dengan daun pasir sebesar -0,923.
Produksi Daun Tembakau (ton), Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari)
pada Tanaman Tembakau Selama 3 Tahun (2012 s.d 2014)
Pencapaian produksi daun tembakau yang diharapkan tidak terlepas dari
pengaruh komponen-komponen iklim. Berdasarkan ketersediaan data pada
PTPN II Klumpang Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, adapun
komponen-komponen iklim yang dapat mempengaruhi produksi ialah curah hujan
(mm/tahun) dan hari hujan (hari/bulan).
Berikut disajikan data produksi, curah hujan dan hari hujan di PTPN II
Klumpang selama 3 tahun (2012 s.d 2014) pada Tabel 3, 4 dan 5.
Tabel 3. Rataan produksi daun tembakau (ton) selama 3 tahun (2012 s.d 2014)
Tahun
Bulan
Rataan
2012
2013
2014
Sem. 1 (Juli)
98,934
84,302
97,673
93,636
Sem. 2 (Des.)
17,927
30,922
16,35
21,733
Total
116,821
115,224
114,023
115,369

Universitas Sumatera Utara

24

Tabel 4. Rataan curah hujan (mm/bulan) selama 3 tahun (2012 s.d 2014)
Tahun
Bulan
Rataan
2012
2013
2014
Januari
77
95
83
85
Februari
183
206
213
200,66
Maret
59
71
55
61,66
April
83
57
84
74,66
Mei
179
137
124
146,66
Juni
57
49
51
52,33
110
Juli
113
115
112,66
Agustus
118
163
277
186
September
144
128
160
144
Oktober
269
416
293
326
November
213
163
197
191
Desember
211
216
216
214,33
Total
1706
1816
1863
1794,96

Tabel 5. Rataan hari hujan (hari/bulan) selama 3 tahun (2012 s.d 2014)
Tahun
Bulan
2012
2013
2014
Rataan
Januari
6
7
7
6,67
Februari
9
13
13
11,67
Maret
7
5
5
5,67
April
7
6
6
6,33
Mei
10
8
8
8,67
Juni
5
7
6
6
Juli
8
5
7
6,67
Agustus
7
10
12
9,67
September
8
9
10
9
Oktober
15
19
16
16,67
November
12
11
10
11
Desember
13
13
15
13,67
Total
107
113
115
111,67
Tembakau menghendaki curah hujan berkisar 1500 – 2000 mm per tahun.
Kurangnya hujan akan mengakibatkan pertumbuhannya kurang baik, sedangkan
hujan yang berlebihan selama pertumbuhannya akan menghasilkan tanaman yang
kerdil, pendek dan mudah terserang penyakit.

Universitas Sumatera Utara

25

Rataan Produksi Daun (ton), Curah Hujan (mm/bulan) dan Hari Hujan
(hari/bulan) Pada Tanaman Tembakau Selama 3 Tahun (2012 s.d 2014)
Pola curah hujan tahunan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
tanaman

tembakau.

Curah

hujan

yang

tinggi

mendorong

peningkatan

pertumbuhan vegetatif tanaman. Untuk melihat hubungan curah hujan dan hari
hujan terhadap produksi daun pada tanaman tembakau selama 3 tahun
(2012 s.d 2014) dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan produksi daun, curah hujan dan hari hujan pada tanaman
tembakau selama 3 tahun (2012 s.d 2014)
Bulan

Produksi daun (ton)

Sem.1 (Juli)
Sem.2 (Des)
Total

93,636
21,733
115,369

Rataan
Curah Hujan (mm)

Hari Hujan (hari)

733,63

51,67

1061,33
1794,96

60
111,67

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa total rataan produksi daun pada
tanaman tembakau selama 3 tahun (2012 s.d 2014) sebesar 115,369 ton.
sedangkan total rataan curah hujan sebesar 1794,96 mm dan total rataan hari
hujan sebesar 111,67.
Uji Asumsi Klasik
Dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi berganda layak atau tidak
untuk

digunakan.

Uji

asumsi

klasik

terdiri

dari

uji

normalitas,

uji

heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel tidak bebas dan variabel bebas memiliki data yang terdistribusi normal
atau tidak.

Universitas Sumatera Utara

26

Berikut disajikan hasil uji normalitas antara variabel produksi daun
tembakau dengan curah hujan dan hari hujan pada data tanaman tembakau selama
3tahun (2012 s.d 2014).
Tabel 7. Nilai Kolmogorov-Smirnov dan signifikan pada uji normalitas tanaman
tembakau selama 3 tahun (2012 s.d 2014)
Variabel
Nilai Kolmogrov- smirnov
Sig.
Produksi Tembakau
0,608
0,854
Curah Hujan
0,690
0,728
Hari Hujan
0,645
0,799

Persyaratan uji normalitas adalah data dinyatakan berdistribusi normal jika
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (Sig > α 0,05). Untuk persamaan regresi
pada tanaman tembakau selama 3 tahun (2012 s.d 2014) untuk variabel produksi
tembakau diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov dan nilai signifikansi yaitu 0,608
(α = 0,854), variabel curah hujan dan hari hujan diperoleh nilai kolmogorovsmirnov sebesar 0,690 (α = 0,728) dan 0,645 (α = 0,799) yang berarti data telah
terdistribusi dengan normal.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan
varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain pada model
regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya
gejala heteroskedastisitas atau biasa disebut homoskedastisitas. Metode pengujian
yang yang digunakan ialah uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan
meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen lainnya. Jika
nilai ß signifikan maka mengindikasikan terdapat heteroskedastisitas dalam
model. Berikut disajikan uji heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser pada

Universitas Sumatera Utara

27

model persamaan regresi linear berganda pada tanaman tembakau selama 3 tahun
(2012 s.d 2014) .
Tabel 8. Nilai signifikansi pada uji heteroskedastisitas tanaman tembakau selama
3 tahun (2012 s.d 2014)
Tahun
Variabel
Sig.
Konstanta
1,00
2012 s/d 2014 Curah hujan
1,00
Hari hujan
1,00
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas diatas menunjukkan bahwa
variabel curah hujan memiliki nilai signifikansi pada tanaman tembakauselama 3
tahun (2012 s.d 2014 ) yaitu sebesar 1,00 sedangkan variabel hari hujan memiliki
nilai signifikansi sebesar 1,00. Variabel curah hujan dan hari hujan memiliki nilai
signifikansi lebih besar 0,05 dalam model ini sehingga memiliki sebaran varian
yang sama (homogen). Dengan kata lain, tidak terdapat heteroskedastisitas dalam
model ini.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang
harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Uji
multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai varian inflation factor (VIF) dan
nilai Tolerance pada model regresi. Model regresi yang baik ialah tidak terjadi
multikolinearitas yang dibuktikan dengan nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance> 0.1.
Berikut disajikan nilai VIF dan Tolerance model regresi linear berganda
pada produksi daun tanaman tembakau selama 3 tahun (2012 s.d 2014) di PTPN II
Kebun Klumpang Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara

28

Tabel 9. Uji multikolinearitas nilai VIF dan Tolerance tanaman tembakau selama
3 tahun (2012 s.d 2014)
Tahun
Variabel
Tolerance
VIF
Curah hujan
0,110
9,082
2012 s.d 2014
Hari hujan
0,110
9,082
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas diatas diperoleh nilai VIF sebesar
9,082 untuk variabel curah hujan dan hari hujan< 10 dan nilai Tolerancesebesar
0,110 > 0,1 untuk kedua variabel yang diuji dapat disimpulkan bahwatidak terjadi
multikolinearitas dalam model persamaan regresi tersebut.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan
pengamatan lain pada model regresi.
Berikut disajikan nilai Durbin Watson model regresi linie berganda pada
produksi daun tanaman tembakau selama 3 tahun (2012 s.d 2014).
Tabel 10. Uji autokorelasi nilai Durbin watson pada tanaman tembakau selama 3
tahun (2012 s.d 2014)
Nilai Durbin Watson
Tahun
d
dL
dU
2012 s/d 2014
1,977
0,610
1,400

Pada model persamaan regresi pada tanaman tembakau di tahun 2012 s/d
2014, diperoleh nilai Durbin Watson (d) ialah 1,977 dengan nilai dL = 0,103 dan
nilai dU = 1,400.
Berdasarkan kriteria pada uji autokorelasi, jika d terletak antara 0 dan dL,
maka ada autokorelasi positif, jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4dU) dan (4-dL), maka tidak dapat disimpulkan, jika d terletak antara dU dan 4-dU,
maka tidak ada autokorelasi, jika d terletak antara 4-dL dan 4, maka ada

Universitas Sumatera Utara

29

autokorelasi negatif. Oleh karena itu, pada persamaan regresi pada tanaman
tembakau selama 3 tahun (2012 s.d 2014) dapat disimpulkan adanya autokorelasi
positif karena d lebih besar dari nilai dL dan dU. Dari keempat uji asumsi tersebut
menyatakan bahwa persamaan regresi pada tanaman tembakau selama 3 tahun
(2012 s.d 2014) telah memenuhi syarat.
Analisis Data
Analisis produksi daun tembakau selama 3 tahun (2012 s.d 2014) di PTPN
II Kebun Klumpang Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dan analisis
korelasi. Analisis linear berganda untuk mengetahui apakah variabel curah hujan
dan hari hujan akan memberikan pengaruh terhadap produksi tembakau. Analisis
korelasi berguna untuk melihat kuat-lemahnya hubungan antara variabel bebasdan
terikat. Alat bantu untuk mengolah data menggunakan SPSS.v.18 for windows.
Berikut disajikan hasil analisis korelasi antara variabel produksi daun
tembakau, curah hujan dan hari hujan pada tanaman tembakau selama 3 tahun
(2012 s.d 2014).

Universitas Sumatera Utara

30

Tabel 11. Uji analisis korelasi terhadap produksi daun pada tanaman tembakau
selama 3 tahun (2012 s.d 2014)
Variabel
Produksi
Tahun
Variabel
Statistik Uji
Curah
Hari
Daun
hujan
hujan
Tembakau
Produksi Daun Pearson
-0.811*
Tembakau
Correlation
Sig. (2-tailed)
0.050
2012
s/d
2014

Curah Hujan

Hari hujan

Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)

-0.926**
0.008

-

-

0.943**
-

0.005

-

Keterangan: * = berbeda sangat nyata pada taraf uji 5%
** = berbeda sangat nyata pada taraf uji 1%
Hasil uji analisis korelasi Pearson diatas, tanaman tembakau selama 3
tahun (2012 s.d 2014) menunjukkan hubungan keeratan yang kuat dan searah
antara variabel curah hujan dan hari hujan yaitu 0,943. Hubungan yang kuat
memperlihatkan antara variabel curah hujan dan hari hujan terhadap pencapaian
produksi daun tembakau. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi lebih kecil dari 1%
(Sig < α 0,01) sedangkan korelasi antara produksi tembakau dengan hari hujan
memperlihatkan hubungan yang kuat namun berlawan arahyang dapat dilihat dari
nilai signifikansi lebih kecil dari 5% (Sig < α 0,05). Korelasi curah hujan juga
memperlihatkan hubungan yang erat namun berlawan arah terhadap pencapaian
produksi tembakau.
Berikut disajikan hasil model pengujian analisis regresi linear berganda
pada tanaman tembakau selama 3 tahun (2012 s.d 2014).

Universitas Sumatera Utara

31

Tabel 12. Model pengujian analisis regresi linear berganda pada tanaman
tembakau selama 3tahun (2012 s.d 2014)
Tahun
Variabel
Koefisien regresi
Sig.
Konstanta
130011,192
0,396
2012 s.d 2014 Curah hujan
-349,363
0,084
Hari hujan
4216,149
0,397

Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat dibentuk persamaan regresi yang
dihasilkan oleh variabel curah hujan dan hari hujan dalam memprediksi produksi
daun tembakau selama 3 tahun (201 s.d 2014) sebagai berikut ini:
Y = 130011,192 – 349,363 curah hujan + 4216,149 hari hujan + E
Model persamaan untuk tembakau selama 3 tahun (2012 s.d 2014) dapat diartikan
bahwa setiap penambahan satu satuan nilai curah hujan akan menurunkan nilai
produksi daun tembakau sebesar 0.084 satuan dan setiap penambahan satu satuan
nilai hari hujan juga akan meninkatkan nilai produksi daun tembakau sebesar
0.397 satuan.
Pengujian Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis nilai koefisien korelasi (R), koefisien
determinasi (R2), dan koefisien determinasi terkoreksi (Adjusted R2). Koefisien
korelasi (R) digunakan untuk melihat besarnya hubungan antar variabel bebas dan
variabel terikat. Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui
persentase sumbangan serentak variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.
Hubungan Curah Hujan (mm/tahun) dan Hari Hujan (hari/bulan) pada
Produksi Tanaman Tembakau selama 3 tahun (2012 s/d 2014)
Hubungan curah hujan dan hari hujan terhadap produksi daun pada
tanaman tembakau selama 3 tahun (2012 s.d 2014) dapat dilihat dari nilai
koefisien pada model persamaan regresi linear berganda pada tanaman tembakau

Universitas Sumatera Utara

32

di PTPN II Klumpang Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang dapat
dilihat pada Tabel 12.
Tabel 13. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman
tembakau selama 3 tahun (2012,2013,dan 2014)
Nilai Koefisien
Tahun
R
R2
Adjusted R2
2012 s/d 2014
0.945
0.892
0.820
Pada Tabel 7 dapat diperoleh bahwa pada tanaman tembakau selama 3
tahun (2012 s.d 2014) nilai koefisien (R) sebesar 94,5 %, koefisien determinasi
(R2) sebesar 89,2 %, dan koefisien determinasi terkoreksi (Adjusted R2) sebesar
82,0 %. Nilai koefisien (R) sebesar 94,5 % menunjukkan besarnya hubungan
variabel curah hujan dan hari hujan terhadap variabel produksi daun tembakau
selama 3 tahun (2012 s.d 2014) ialah kuat (dilihat pada Tabel 11). Koefisien
determinasi (R2) menandakan bahwa 89,2% variasi produksi daun tembakau dapat
dijelaskan oleh variasi variabel curah hujan dan hari hujan yang terjadi dan
sisanya sebesar 10,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan ke
dalam model.
Berikut disajikan interpretasi nilai R pada analisis korelasi pada Tabel 11.
Tabel 14. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi
Nilai R
Interpretasi
0,00
Tidak ada korelasi
0,01-0,20
Sangat lemah
0,21-0,40
Lemah
0,41-0,60
Agak lemah
0,61-0,80
Cukup
0,81-0,99
Kuat
1,00
Sangat Kuat
Sumber: Husain dan Setiadi, 1995

Universitas Sumatera Utara

33

Pengaruh Curah Hujan (mm/tahun) dan Hari Hujan (hari/bulan) pada
Produksi Tanaman Tembakau selama 3 tahun (2012 s.d 2014)
Uji t-parsial dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan nilai
t-Tabel. Berikut disajikan uji t-parsial pada tanaman tembakau selama 3 tahun
(2012 s.d 2014) PTPN II Kebun Klumpang Kecamatan Hamparan Perak
Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 15. Uji t-parsial curah hujan dan hari hujan terhadap produksi pada tanaman
tembakau selama 3 tahun (2012 s.d 2014)
Tahun 2012 s.d 2014
Peubah
t-hitung
t-tabel
Sig.
Curah hujan
-2.550
2,919
0,084
Hari hujan
-0.985
0,397

Dasar Pengambilan keputusan adalah jika t-hitung > t-tabel, maka H0
ditolak yang berarti bahwa variabel independent berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependent, tetapi jika t-hitung < t-tabel, Maka H0 diterima yang berarti,
bahwa variabel independent tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependent.
Jika nilai signifikansi pada uji t (parsial) lebih kecil dari alpha 5% atau
(Sig < α 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel independent berpengaruh
nyata terhadap variabel dependent dan sebaliknya.
Berdasarkan hasil uji t-parsial diatas, terlihat bahwa nilai signifikansi pada
curah hujan dan hari hujan selama 3 tahun (201 s.d 2014) lebih besar dari alpha
5% (Sig > α 0,05) yaitu 0,530 dan 0,709 sedangkan nilai t-tabel < t-hitung yaitu –
2,550 dan 0,985 di bandingkan dengan nilai t-Tabel sebesar 2,919. Jadi dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima yang diartikan bahwa variabel independet tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent.

Universitas Sumatera Utara

34

Berikut disajikan analisis sidik ragam untuk persamaan regresi linear
berganda variabel curah hujan dan hari hujan pada tanaman tembakau selama 3
tahun (2012 s.d 2014)
Tabel 16. Uji f-simultan curah hujan dan hari hujan terhadap produksi daun pada
tanaman tembakau selama 3 tahun (2012 s.d 2014)
Sumber
FJumlah
Kuadrat
FTahun
Sig.
keragaman
Tabel
Kuadrat
Tengah
hitung
9,55
7,150
3,575
12,411 0,035n
2012 Regresi
s.d
Residual
8,642
2,881
2014 Total
8,015
Keterangan: n = tidak berbeda nyata
Dasar Pengambilan keputusan adalah jika nilai F hitung > F tabel, maka
berarti variabel independen secara simultan berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependent sedangkan sebaliknya jika nilai F hitung < F tabel,
maka variabel independent secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependent.
Jika nilai signifikansi pada uji F lebih kecil dari alpha 5% atau (Sig < α
0,05), maka dapat disimpulkan F-hitung berpengaruh nyata pada taraf
kepercayaan 95% dan sebaliknya.
Berdasarkan pendugaan model produksi diatas, pada tanaman tembakau
tahun 2012 s.d 2014, diperoleh nilai F-hitung sebesar 12,411 dengan nilai F-Tabel
sebesar 9,55 dan nilai signifikansi pada uji ini adalah 0,035. Hal tersebut
mengartikan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan secara simultan
berpengaruh nyata terhadap produksi tembakau.

Universitas Sumatera Utara

35

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1.

Curah hujan berpengaruh tidaj nyata terhadap peningkatan produksi daun
pada tanaman tembakau di Kebun Klumpang PT.Perkebunan Nusantara II

2.

Hari hujan berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan produksi daun
pada tanaman tembakau di kebun klumpang pt. Perkebunan Nusantara II

3.

Korelasi antara curah hujan pada produksi tanaman tembakau menunjukan
semakin tinggi curah hujan semakin menurun produksi daun pada tanaman
tembakau

4.

Korelasi antara hari hujan pada produksi tanaman tembakau menunjukan
semakin tinggi hari hujan semakin menurun produksi daun pada tanaman
tembakau

5.

Korelasi antara curah hujan dan hari hujan pada produksi tanaman tembakau
menunjukan korelasi yang kuat namun berlawan arah

Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan selain curah hujan dan hari hujan yang
terkait dengan faktor iklim lainnya seperti pengaruh suhu (temperatur), kelemb
aban, intensitas sinar matahari terhadap produksi daun tembakau dengan data tiga
tahun (2012,2013,dan 2014).

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Tembakau termasuk golongan tanaman semusim, dalam dunia pertanian
tergolong dalam tanaman perkebunan. Tembakau diklasifikasikan sebagai berikut
divisi

Spermatophyta

dengan

subdivisi

Angiospermae

dengan

kelas

Dicotyledoneae. Tanaman tembakau memiliki ordo Solanales dengan famili
Solanaceae serta memiliki genus Nicotiana dengan spesies Nicotiana tabacum L
(Steenis, 1997).
Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang yang tumbuh
tegak lurus ke pusat bumi. Akar tunggangnya dapat menembus tanah sam pai
kedalaman 5 cm, sedangkan akar serabutnya ke samping. Selain itu, tanaman
tembakau juga memiliki bulu bulu akar. Perakaran akan berkembang baik jika
tanahnya gembur, mudah menyerap air, dan subur (Hanum,2013).
Batang tanaman tembakau berbentuk agak bulat, batangnya agak lunak
tetapi kuat; makin ke ujung semakin kecil. Ruas-ruas batang mengalami
penebalan yang ditumbuhi daun; batang tanaman tidak bercabang atau sedikit
bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun juga ditumbuhi tunas
yang disebut tunas ketiak daun. Diameter batang sekitar 5 cm. Fungsi batang,
selain sebagai tempat tumbuh daun dan organ-organ lainnya juga untuk jalan
pengangkutan zat hara (makanan) dari akar ke daun dan sebagai jalan
menyalurkan zat asimilasi keseluruh bagian tanaman (Gunawan, 2004).
Daun tembakau berbentuk lonjong atau bulat, tergantung pada varietasnya.
Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya berbulat runcing, sedangkan
berbentuk bulat ujungnya berbentuk tumpul. Daun memiliki tulang-tulang

Universitas Sumatera Utara

5

menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Ketebalan daun ynag
berbeda-beda, tergantung varietas budidaya. Daun tumbuh berselang-seling
mengelilingi batang tanaman. Daun memiliki mulut daun yang terletak merata.
Jumlah daun dalam satu tanaman 28-32 helai (Cahyono, 1998).
Bunga tembakau termasuk bunga majemuk yang berbentuk seperti
terompet, benang sari berjumlah lima buah, warna bunga dalam satu helai ada
yang kemerah-merahan dan putih . Bunga tembakau akan mekar secara berurutan
dari yang paling tua ke paling muda. Tanaman tembakau dapat mengadakan
penyerbukan sendiri walaupun tidak menutup kemungkinan terjadi penyerbukan
silang. Bunga ini berfungsi sebagai alat penyerbukan sehingga dapat dihasilkan
biji-biji untuk perkembangbiakan (Budiarto, 2007).
Bakal buah terdapat pada bagian dasar bunga, biji-bijinya sangat kecil,
dengan jumlah mencapai ribuan perbatang, sehingga untuk kebutuhan pembibitan
tidak kesulitan. Benih tembakau dapat dihasilkan dari kebun sendiri, dengan
memelihara bunga hingga berbuah sampai tua untuk keperluan penanaman pada
musim berikutnya (Matnawi, 1997).
Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil, didalamnya
banyak berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Biji tembakau yang belum
melewati masa dorman tidak dapat berkecambah apabila disemaikan. Untuk dapat
memperoleh kecambah yang baik sekitar 95 % biji yang dipetik harus sudah
masak dan telah disimpan dengan baik dengan suhu yang kering (Cahyono, 1998).

Universitas Sumatera Utara

6

Syarat Tumbuh
Tanah
Tanaman tembakau memiliki sistem perakaran yang relatif dangkal,
namun sangat peka terhadap drainase yang kurang baik, sehingga persediaan air
yang cukup didalam tanah sangat diperlukan. Tanaman tembakau dapat tumbuh
baik pada pH 5,5 – 6,5 pada umumnya tanah yang mudah meluluskan air lebih
sesuai untuk pertanaman tembakau, namun tanah tersebut harus mempunyai
kapasitas menahan air yang cukup (Gunawan, 2004).
Jenis tanah yang cocok untuk tembakau deli adalah Andisol atau Inceptisol
berkadar humus tinggi Tipe tanah yang berstruktur remah, sedikit berpori dengan
aerasi yang baik lebih cocok untuk pertumbuhan tembakau deli. Dengan tipe
tanah semacam ini ada harapan besar untuk mendapatkan hasil daun yang tipis,
elastis dan warna krosok lebih cerah (Anggraini, 2009).
Pada dasarnya tembakau menghendaki tanah yang subur dan gembur serta
mengandung humus yang cukup. Selanjutnya tanah diusahakan agar tidak cepat
menjadi kering jika beberapa waktu tidak ada hujan. Sebaliknya tanah juga
diusahakan tidak terlalu basah apabila beberapa kali ada hujan lebat karena pada
keadaan demikian tanaman tembakau tidak akan tahan (Gunawan, 2004).
Iklim
Tanaman tembakau merupakan jenis tanaman spesifik lokasi. Keadaan
temperatur dan kelembaban udara berbeda-beda sesuai dengan jenis tanaman
tembakau. Tembakau dataran tinggi memerlukan temperatur udara yang rendah.
Tembakau dataran rendah memerlukan temperatur yang tinggi namun temperatur

Universitas Sumatera Utara

7

yang cocok untuk pertumbuhan tembakau pada umumnya berkisar antara 21 32,30C. (Nasution, 2008).
Penyinaran cahaya matahari sangat diperlukan tanaman ini dalam proses
fotosintesis untuk menghasilkan bagian vegetatif (batang, daun, cabang, dan
perakaran), generatif (bunga, buah dan biji). Kurangnya penyinaran matahari
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan produksi (Sudaryono, 2004).
Suhu juga sangat berpengaruh terhadap tanaman tembakau.

Suhu

berpengaruh terhadap tanaman tembakau terutama pada masa pembibitan dan
masa menjelang panen. Menurut Gunawan (2004) pada masa perkecambahan
suhu optimal antara 23,90C- 26,70C perkecambahan dan pertumbuhan lambat
sekali, demikian juga apabila suhu diatas 350C akan mematikan benih di
persemaian. Suhu juga berpengaruh terhadap waktu panen tembakau. Tembakau
mulai dipanen umur 100-120 hari dann pada suhu rata-rata 26,70C dapat dipanen
pada umur 80-90 hari sesudah tanam.
Curah Hujan
Hujan adalah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi noncair seperti salju, atau es. Hujan merupakan proses kondensasi uap air di atmosfer
menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya di daratan. Dua
proses yang mungkin bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh
menjelangnhujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap air ke udara
(Hanum, 2013).
Secara umum tanaman Tembakau menghendaki jumlah curah hujan
kurang dari 2.000 mm/tahun, dalam satu tahun dengan distribusi yang tegas. Pada
daerah yang curah hujannya tinggi atau kalau basahnya hampir sepanjang tahun,

Universitas Sumatera Utara

8

tembakau tidak dapat tumbuh baik. Sedang pada daerah yang terlalu kering tanpa
adanya kemungkinan pangairan menyebabkan tanaman merana. Kebutuhan
distribusi hujan selama pertumbuhan agak berbeda untuk masing-masing jenis
tembakau (Rohmania, 2013).
Tanaman tembakau yang mendapatkan air lebih dapat mengembangkan
luas daun yang lebih besar. Penghentian pemberian air pada umur 60 hari yaitu
pada saat keadaan cuaca sangat kering dan panas dimana panen daun tembakau
dilakukan pada umur 71 hari mengakibatkan evapotranspirasi yang tinggi pada
keadaan demikian tanaman kurang mampu mempertahankan daun dibagian bawah
sehingga daun mengering (Anggraini, 2009).
Kekurangan

air

akan

menyebabkan

tanaman

menjadi

kerdil,

perkembangannya menjadi abnormal. Kekurangan yang terjadi terus menerus
selama periode pertumbuhan akan menyebabkan tanaman tersebut menderita dan
kemudian mati. Sedang tanda-tanda pertama yang terlihat ialah layunya daundaun. Peristiwa kelayuan ini disebabkan karena penyerapan air tidak dapat
mengimbangi kecepatan penguapan air dari tanaman. Jika proses transpirasi ini
cukup besar dan penyerapan air tidak dapat mengimbanginya, maka tanaman
tersebut akan mengalami kelayuan sementara (transcient wilting), sedang tanaman
akan mengalami kelayuan tetap, apabila keadaan air dalam tanah telah mencapai
permanent wilting percentage. Tanaman dalam keadaan ini sudah sulit untuk
disembuhkan karena sebagaian besar sel-selnya telah mengalami plasmolisia
(Anggarwulan dan Mudyantini, 2005).

Universitas Sumatera Utara

9

Hari Hujan
Dalam bidang klimatologi pertanian dilakukan pencatatan hujan harian
(jumlah curah hujan) setiap periode 24 jam dan jumlah hari hujan. Berdasarkan
pengertian klimatologi, satu hari hujan ialah periode selama 24 jam terkumpul
curah hujan setinggi 0,5 mm atau lebih. Apabila kurang dari ketentuan tersebut,
maka hari hujan dianggap nol meskipun curah hujan tetap diperhitungkan
(Hanum, 2013).
Iklim adalah salah satu sumber daya alam yang sangat penting dalam
kegiatan pertanian, termasuk tanaman tembakau. Defisit air diatas 500 mm per
tahun dapat mengurangi produktivitas hingga 70% kecuali jika diberi irigasi.
Curah hujan yang memadai (diatas 5 mm) per hari hujan merata sepanjang
pertumbuhan dan kering selama 2-3 bulan sebelum tebang adalah tempat yang
paling cocok untuk tembakau (Hakim, 2010).
Hujan yang ada di Indonesia semakin ke timur semakin berkurang baik
jumlah maupun distribusinya. Panjang musim hujan di Indonesia bervariasai
ntara1 0 – 110 hari atau 640 - 4115 mm, sedangkan panjang musim kemarau
antara 50 - 350 hari. Daerah lombok memiliki musim kemarau terpanjang
300 - 350 hari, sedangkan yang terpendek daerah Jawa Barat basian selatan