2.3 Teori X dan Y
Douglas McGregor mengemukakan dua pandangan yang jelas berbeda mengenai manusia. Pada dasarnya yang satu negatif, yang ditandai sebagai teori
X, dan yang lain positif, yang ditandai dengan teori Y Robbins, 2008:225. Menurut teori X, empat asumsi yang dipegang para manajer adalah sebagai
berikut.
1 Karyawan secara inheren tidak menyukai kerja, dan bila dimungkinkan akan
mencoba menghindarinya. 2
Karena karyawan tidak menyukai kerja, mereka harus dipaksa, diawasi, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai sasaran.
3 Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari pengarahan formal
bila mungkin. 4
Kebanyakan karyawan menempatkan keamanan di atas semua faktor lain yang terkait dengan kerja dan akan menunjuk-kan ambisi yang rendah.
Kontras dengan pandangan negatif mengenai kodrat manusia ini, McGregor mencatat empat asumsi positif, yang disebut sebagai teori Y:
1 Karyawan dapat memandang kerja sebagai kegiatan alami yang sama dengan
istirahat atau bermain. 2
Orang-orang akan melakukan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka memiliki komitmen pada sasaran.
3 Rata-rata orang dapat belajar untuk menerima, bahkan mengusahakan,
tanggung jawab.
4 Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif menyebar luas ke semua
orang dan tidak hanya milik mereka yang berada dalam posisi manajemen.
2.4 Teori Dua Faktor
Herzberg Hasibuan, 1990 : 177 mengemukakan teori motivasi berdasar teori dua faktor yaitu faktor higiene dan motivator. Faktor higiene faktor
kesehatan adalah faktor pekerjaan yang penting untuk adanya motivasi di tempat kerja. Faktor ini tidak mengarah pada kepuasan positif untuk jangka panjang.
Tetapi jika faktor-faktor ini tidak hadir, maka muncul ketidakpuasan. Faktor ini adalah faktor ekstrinsik untuk bekerja. Faktor higienis juga
disebut sebagai dissatisfiers atau faktor pemeliharaan yang diperlukan untuk menghindari ketidakpuasan. Faktor higiene faktor kesehatan adalah gambaran
kebutuhan fisiologis individu yang diharapkan untuk dipenuhi. Faktor higiene faktor kesehatan meliputi gaji, kehidupan pribadi, kualitas supervisi, kondisi
kerja, jaminan kerja, hubungan antar pribadi, kebijaksanaan dan administrasi perusahaan. Menurut Herzberg, faktor higiene faktor kesehatan tidak dapat
dianggap sebagai motivator. Faktor motivasi harus menghasilkan kepuasan positif. Faktor-faktor yang melekat dalam pekerjaan dan memotivasi karyawan
untuk sebuah kinerja yang unggul disebut sebagai faktor pemuas. Karyawan hanya menemukan faktor-faktor intrinsik yang berharga pada motivation factors
faktor pemuas. Para motivator melambangkan kebutuhan psikologis yang dirasakan sebagai manfaat tambahan.
Faktor motivasi dikaitkan dengan isi pekerjaan mencakup keberhasilan, pengakuan, pekerjaan yang menantang, peningkatan dan pertumbuhan dalam
pekerjaan. Dalam keyakinannya bahwa hubungan individu dengan pekerjaannya merupakan hubungan dasar dan bahwa sikap seseorang terhadap kerja dapat
sangat menentukan kesuksesan atau kegagalan individu itu. Menurutnya, faktor intrinsik seperti kemajuan, prestasi, pengakuan, dan tanggung jawab tampaknya
terkait dengan kepuasan kerja. Disisi lain, bila mereka tidak puas, mereka cenderung mengaitkan dengan faktor-faktor ekstrinsik, seperti misalnya
pengawasan, gaji, kebijakan perusahaan, dan kondisi kerja. Menurut hasil penelitian Herzberg ada tiga hal penting yang harus
diperhatikan dalam memotivasi bawahan Hasibuan, 1990 : 176 yaitu: 1
Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang menantang yang mencakup perasaan berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan, dapat
menikmati pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas semua itu. 2
Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama pada faktor yang bersifat embel-embel saja dalam pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan,
istirahat dan lain-lain sejenisnya. 3
Karyawan akan kecewa bila peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.
2.5 Pengertian Auditing