PENGARUH MODAL DAN LAMA JAM KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS PASAR GADINGREJO TAHUN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENGARUH MODAL DAN LAMA JAM KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA PADA UNIT

PELAKSANA TEKNIS PASAR GADINGREJO TAHUN 2012/2013

Oleh

BERCHMAN PRANA SASMITA

Berbagai kajian tentang sektor informal atau pun pengembangan usaha mikro, selalu mengedepankan peranan modal sebagai kesulitan utama yang dihadapi oleh pelaku usaha ini. Termasuk juga beberapa pedagang kaki lima di pasar Gadingrejo juga mengalami hal tersebut. Selain modal kerja, lama jam kerja juga berperan dalam meningkatnya pendapatan. Sedangkan para pedagang kaki lima pasar Gadingrejo tergolong masih rendah dalam memanfaatkan waktu untuk berjualan walaupun tidak ada pembatasan waktu berjualan. Berdasarkan hasil dokumentasi dari kantor unit pelaksana teknis pasar dapat diketahui tingkat pendapatan rata-rata pedagang kaki lima pasar Gadingrejo dibawah upah minimum regional Kabupaten Pringsewu. Artinya tingkat pendapatan pedagang kaki lima di pasar Gadingrejo masih rendah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modal dan lama jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo tahun 2012/2013. Populasi pedagang kaki lima di pasar

Gadingrejo 138 pedagang. Dengan menggunakan rumus T. Yamane didapat sampel sebanyak 102 pedagang. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif dengan pendekatan survey.

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil penelitian yang menunjukan bahwa, (1) Ada pengaruh positif dan signifikan modal kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo tahun 2012/2013, (2) Ada pengaruh positif dan signifikan lama jam kerja terhadap tingkat

pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo tahun 2012/2013, (3) Ada pengaruh positif dan signifikan modal dan lama jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo tahun 2012/2013.


(2)

PENGARUH MODAL DAN LAMA JAM KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMAPADA UNIT PELAKSANA

TEKNIS PASAR GADINGREJO TAHUN 2012/2013

Oleh

BERCHMAN PRANA SASMITA Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(3)

Judul Skripsi : PENGARUH MODAL DAN LAMA JAM KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS PASAR

GADINGREJO TAHUN 2012/2013 Nama Mahasiswa : BERCHMAN PRANA SASMITA NPM : 0613031015

Program Studi : Ekonomi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing Pembimbing Utama

Dr. R. Gunawan S., S.Pd., S.E., M.M.. NIP 19600808 198603 1 003

Pembimbing Pembantu

Drs. Tedi Rusman, M.Si. NIP 19600826 198603 1 001

Ketua Jurusan Pendidikan IPS

Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. NIP 19560108 198503 1 002

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

Drs. Nurdin, M.Si. NIP 19600826 198603 1 003


(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. R. Gunawan S., S.E., M.M. ………

Sekretaris : Drs. Tedi Rusman, M.Si. ………

Penguji : Drs. Nurdin, M.Si. ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(5)

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Berchman Prana Sasmita

NPM : 0613031015

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan/Program Studi : Pendidikan IPS/ Pendidikan Ekonomi

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali disebutkan di dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, 11 April 2013

Berchman Prana Sasmita NPM. 0613031015


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gadingrejo, pada tanggal 19 November 1989, sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Florentius Riman Pratono dan Ibu Maria Viany Mintri Asih.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah:

1. TK Gotong-Royong Purworejo yang diselesaikan pada tahun 1994 2. SD Negeri 1 Purworejo yang diselesaikan pada tahun 2000

3. SLTP N 3 Gedong Tataan yang diselesaikan pada tahun 2003 4. SMA N 1 Gadingrejo yang diselesaikan pada tahun 2006.

Pada tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan IPS FKIP Unila melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Sebagai salah satu mata kuliah wajib, penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan tujuan Surabaya-Bali-Yogyakarta pada tanggal 20-27 Januari 2009. Penulis juga telah menyelesaikan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK N 1 Bandar Lampung selama tiga bulan, terhitung sejak bulan Juli sampai Oktober 2009.

Penulis,


(7)

PERSEMBAHAN

Seiring doa dan rasa puji syukur kehadirat Tuhan YME kupersembahkan karya kecilku ini kepada yang tercinta:

Mbah dan kedua Orangtuaku

atas tetesan keringat, limpahan kasih sayang, dan do’a tiada putus demi keberhasilanku

Adik-adikku dan sahabat-sahabatku tersayang,

yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan studiku


(8)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Modal dan Lama Jam Kerja Terhadap Tingkat Pendapatan Pedagang Kaki Lima pada Unit Pelaksana Teknis Pasar Gadingrejo tahun 2012/2013” sebagai salah satu syarat meraih gelar kesarjanaan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Terima kasih yang setulus-tulusnya penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S., selaku Pembantu Dekan I FKIP Unila. 3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II FKIP Unila. 4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III FKIP Unila. 5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial FKIP Unila.

6. Bapak Drs. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung


(9)

7. Bapak Dr. R. Gunawan S., S.Pd., S.E., M.M. Dosen Pembimbing I yang senantiasa membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

8. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II dan Pembimbing Akademik atas motivasi dan bimbingannya dalam menyelesaikan skripsi ini

9. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

10. Mbah Akung dan Uti serta kedua orang tuaku, Bapak Anton dan Mamak Mintri, terima kasih atas segala perjuangan, kasih sayang, dukungan, materi, serta doa tiada henti yang kalian curahkan demi keberhasilanku

11. Adik-adikku tercinta Dani, Dio, Aldi yang selalu menghibur dan melepas kejenuhanku

12. Keluarga besarku khususnya bude Rien yang telah memotivasi dan membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi

13. Vincentia Melisa Stiyani yang begitu sabar menemani, membantu, mendoakan dan tiada henti memotivasiku

14. Sahabat-sahabatku yang sudah seperti saudara sendiri, Gemblong, Takel, Tedi, Patih, Alm. Edi, Tamrin serta teman-teman seperjuangan di Pendidikan Ekonomi: Ochy, Weni, Devi, Berri, Aya, Erfan, Dwi, Lia, Nurul, Resvi, Tina, Irah, Yulia, Apiyah, Erni, Iraz, Melphi, Leli, Oges, Tata, Rini, Ima, Sanora, Senja, Yana, Santi, Ulfi, Nila, Misfi, Burhan, Kukuh terima kasih untuk kebersamaan dan persahabatan yang begitu manis


(10)

15. Teman-teman PPL di SMP N 1 Natar, Tubagus, Femi, Lina, Dwi, Neli, Nisa, Ani, Shinta, Septi, yang tak akan pernah terlupa

16. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, khususnya Ayu imelda.

Semoga Allah senantiasa memberikan kebaikan dan balasan atas jasa dan budi yang telah diberikan kepada penulis. Demikian juga halnya dalam penulisan skripsi ini, mohon maaf atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Maret 2013 Penulis,


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Jenis dan Jumlah Pedagang Kaki Lima Pasar Gadingrejo Kabupaten

Pringsewu ... 4

2. Jumlah Modal Rata-rata Perminggu Pedagang Kaki Lima Pasar Gadingrejo. ... 5

3. Jumlah Jam Kerja Rata-rata Perhari Pedagang kaki Lima Pasar Gadingrejo. ... 6

4. Tingkat Pendapatan Bersih Rata-rata Perminggu Pedagang Kaki Lima Pasar Gadingrejo. ... 7

5. Definisi Operasional Variabel ... 35

6. Hasil Analisis Uji Validitas Angket untuk Variabel X1. ... 40

7. Hasil Analisis Uji Validitas Angket untuk Variabel X2. ... 40

8. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Untuk Variabel X1. ... 41

9. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Untuk Variabel X2. ... 41

10. Distribusi Frekuensi Kategori Modal Kerja Pedagang Kaki Lima pada Unit Pelaksana Teknis Pasar Gadingrejo. ... 53

11. Kategori Modal Kerja Pedagang Kaki Lima pada Unit Pelaksana Teknis Pasar Gadingrejo. ... 54

12. Distribusi Frekuensi Kategori Lama Jam kerja Pedagang kaki Lima pada Unit Pelaksana Teknis Pasar Gadingrejo. ... 56

13. Kategori Lama Jam kerja Pedagang kaki Lima pada Unit Pelaksana Teknis Pasar Gadingrejo. ... 57


(12)

14. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendapatan Pedagang Kaki Lima Pada Unit

Pelaksana Teknis Pasar Gadingrejo. ... 58

15. Kategori Tingkat Pendapatan Pedagang Kaki Lima Pada Unit Pelaksana Teknis Pasar Gadingrejo. ... 59

16. Uji Normalitas Modal Kerja. ... 61

17. Uji Normalitas Lama Jam Kerja. ... 62

18. Uji Normalitas Tingkat Pendapatan. ... 63

19. Uji Homogenitas. ... 65

20. Rekapitulasi Uji Homogenitas. ... 65

21. Uji Kelinieran dan Keberartian X1 terhadap Y. ... 67

22. Uji Kelinieran dan Keberartian X2 terhadap Y. ... 67

23. Rekapitulasi Hasil Uji Linearitas Regresi. ... 68

24. Hasil Uji Multikolinieritas ... 69

25. Hasil Uji Autokorelasi. ... 70

26. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 71

27. Rekapitulasi Hasil Uji Heteroskedastisitas. ... 72

28. Pengaruh Modal Kerja (X1) Terhadap Tingkat Pendapatan (Y) Pedagang Kaki Lima Pada Unit Pelaksana Teknis Pasar Gadingrejo. ... 73

29. Pengaruh Lama Jam Kerja (X2) Terhadap Tingkat Pendapatan (Y) Pedagang Kaki Lima Pada Unit Pelaksana Teknis Pasar Gadingrejo. ... 75

30. Pengaruh Modal (X1) dan Lama Jam Kerja (X2) Terhadap Tingkat Pendapatan (Y) Pedagang Kaki Lima pada Unit Pelaksana Teknis Pasar Gadingrejo. ... 78


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pengaruh Modal dan Lama Jam Kerja Terhadap Tingkat Pendapatan ... 29

2. Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis Pasar Gadingrejo 2012. ... 51

3. Kurva Normal Q-Q Modal Kerja. ... 61

4. Kurva Normal Q-Q Lama Jam Kerja. ... 63


(14)

1

I.PENDAHULUAN

Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. Pembahasan beberapa hal tersebut secara rinci disajikan sebagai berikut.

A. Latar Belakang dan Masalah

Indonesia adalah sebuah negara yang sedang berkembang. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang menuntut pelaku pembangunan berkualitas dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, maka peran pendidikan dan ekonomi sangatlah penting, karena melalui pendidikan seseorang bisa menggali potensi yang dimiliki untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan untuk mengoptimalkan pendidikan butuh ekonomi sebagai faktor penunjang pendidikan tersebut.

Lapangan kerja pada sektor formal menjadi prioritas bagi para tenaga kerja. Namun akibat adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia, banyak terjadi PHK pada sektor formal ini. Krisis ekonomi ini menyebabkan kesulitan keuangan bagi pemerintah dan sektor swasta. Hal tersebut mengakibatkan adanya


(15)

2 pergeseran arah pembangunan ekonomi yang tidak hanya memfokuskan pada pertumbuhan ekonomi makro semata.

Dorongan untuk mencukupi kebutuhan hidup, membuat orang yang kehilangan pekerjaan berusaha untuk bekerja apa saja. Untuk itu perlu dikembangkan lapangan kerja pada sektor informal yang bisa menjadi penyelamat bagi masalah ketenagakerjaan yang kita hadapi. Oleh karena itu sektor informal mempunyai peranan besar dalam meningkatkan perekonomian.

Sektor informal adalah sektor yang tidak terorganisasi (unorganized), tidak teratur (unregulated), dan kebanyakan legal tetapi tidak terdaftar (unregistered). Secara umum sektor informal memberikan return yang kecil, tetapi alternatif ini tetap harus diambil tenaga kerja karena alasan kebutuhan hidup. Krisis ekonomi membuat perubahan dalam struktur tenaga kerja Indonesia dengan semakin berperannya sektor informal.

Aktor yang bergerak dibidang sektor informal terbagi atas: (1) pedagang:

pedagang kaki lima, minuman dan makanan, (2) angkutan: penarik becak, delman dan gerobak, (3) jasa-jasa: tukang jahit, sol sepatu, reparasi arloji dan radio, (4) industry pengolahan: pembuatan makanan dan minuman, industri kayu, bahan makanan dan lain-lain (Sumardi dan Even dalam Sarjono, 2005: 25).

Gadingrejo merupakan sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Pringsewu. Kemajuan yang terjadi di kecamatan ini tentunya tidak lepas dari pengaruh perkembangan sektor informal. Banyak bidang informal di Gadingrejo yang berpotensi untuk diangkat dan digali menjadi salah satu bidang usaha yang menghasilkan keuntungan dan income keluarga sekaligus dapat menyerap tenaga


(16)

3 kerja. Usaha berdagang kaki lima merupakan salah satu alternatif lapangan kerja informal yang ternyata banyak menyerap tenaga kerja.

Sulitnya lapangan pekerjaan yang tersedia bagi anggota warga masyarakat yang berpendidikan rendah dengan pengalaman serta keterampilan yang sangat terbatas menjadikan berdagang kaki lima sebagai salah satu pilihan untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi sebagian masyarakat Gadingrejo. Berdasarkan alasan inilah pedagang kaki lima melaju sangat pesat jumlahnya.

Siasat pedagang kaki lima pada umumnya adalah selalu berusaha agar barang dagangannya cepat habis terjual, untuk itu mereka cenderung memusat pada daerah-daerah yang padat penduduknya, pertemuan jalur lalu lintas atau pusat-pusat kegiatan umum. Pedagang kaki lima di pasar Gadingrejo juga demikian, mereka berjualan dengan menggunakan berbagai sarana yaitu seperti tenda, menggunakan meja bambu atau secara digelar diemperan toko, dipinggiran jalan (trotoar) bahkan ada yang sampai masuk kebadan jalan.

Mereka berjualan dengan jam kerja yang berbeda-beda, ada yang datang dari pukul 05.00 WIB untuk menggelar dagangan mereka ataupun menunggu barang dagangan dari pedagang lain untuk mereka jual kembali, ada yang datang pukul 06.00 WIB, tetapi ada juga yang datang malam hari yaitu pukul 19.00 WIB. Kebanyakan dari pedagang kaki lima ini berjualan dari pukul 06.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB sehingga sering dianggap sebagai pengganggu ketertiban umum karena dijam-jam ini masih banyak pengguna jalan seperti siswa-siswi yang ingin pergi kesekolah ataupun masyarakat sipil lainnya. Selain itu, sampah-sampah atau limbah sisa dagangan juga dirasa mengganggu kebersihan lingkungan.


(17)

4 Pedagang kaki lima dalam menjalankan kegiatan usahanya ini biasanya menjual berbagai komoditas: mulai dari makanan dan minuman, aneka pakaian, sandal atau sepatu, kaset, klontongan dan masih banyak komoditas lain yang mereka tawarkan dan relatif terjangkau masyarakat pada umumnya. Barang-barang yang diperdagangkan kebanyakan (lebih dari 50%) berasal dari petani kecil atau dari produksi rumahan mereka sendiri. Contohnya seperti sayuran, makanan dan minuman (bakso, pecel, soto, es cendol dan cincau) dan perkakas rumah tangga. Berikut ini merupakan jumlah pedagang kaki lima yang berjualan di pasar Gadingrejo.

Tabel 1. Jenis dan Jumlah Pedagang Kaki Lima Pasar Gadingrejo Kabupaten Pringsewu

No. Jenis Barang Dagangan Jumlah Pedagang 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Makanan dan minuman Pakaian

Sayuran Buah-buahan

Perkakas rumah tangga CD dan kaset

Asongan Kosmetik 28 12 34 20 18 15 8 3

Jumlah 138

Sumber: KUPT Pasar Gadingrejo 2012

Modal merupakan faktor pendukung yang penting bagi pedagang kaki lima untuk keberlangsungan usahanya. Besar kecilnya modal kerja yang dipergunakan dalam usaha tentunya akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh pedagang kaki lima. Supaya usaha dagangnya berjalan dengan baik, diperlukan modal dagang yang cukup memadai. Modal yang besar akan memungkinkan jumlah persediaan barang dagang yang akan dijual semakin banyak. Hal ini


(18)

5 memungkinkan akan turut mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang kaki lima. Kekurangan modal kerja bagi sebagian pedagang akan sangat membatasi

kemampuan mengadakan persediaan barang yang cukup. Berikut ini merupakan data mengenai modal kerja rata-rata perminggu yang digunakan pedagang kaki lima pasar Gadingrejo.

Tabel 2. Jumlah Modal Rata-rata Perminggu Pedagang Kaki Lima Pasar Gadingrejo

No. Jumlah Modal Kerja (Rp) F %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 50.000,00-79.900,00 80.000,00-99.900,00 100.000,00-129.900,00 130.000,00-154.900,00 155.000,00-189.900,00 190.000,00-249.900,00 250.000,00-400.000,00 28 16 21 33 24 10 6 20,29 11,59 15,22 23,91 17,39 7,25 4,35

Jumlah 138 100

Sumber: KUPT Pasar Gadingrejo 2012

Kecilnya modal pedagang kaki lima pasar Gadingrejo ini dikarenakan

penggunaan modal hanya dari modal sendiri untuk menjajakan dagangan mereka. Mereka yang mempunyai modal yang kecil atau sedikit pastinya mengeluhkan pendapatan mereka yang terlalu sedikit jika dibandingkan dengan kebutuhan yang mereka perlukan sehari-hari.

Sedangkan dalam waktu berjualan pedagang kaki lima pasar Gadingrejo ini relatif lebih bebas menentukan waktu berjualannya karena tidak mengenal pembatasan waktu usaha. Arifin (2002 : 15), mengemukakan bahwa “semakin banyak jam kerja yang dipergunakan, berarti akan semakin produktif”. Hal ini berarti dengan jumlah jam kerja yang panjang secara tidak langsung akan membuat suatu pekerjaan semakin produktif dan dengan bekerja secara produktif diharapkan


(19)

6 dapat menghasilkan pendapatan yang baik. Berikut adalah data mengenai jumlah jam kerja rata-rata perhari pedagang kaki lima pasar Gadingrejo.

Tabel 3. Jumlah Jam Kerja Rata-rata Perhari Pedagang kaki Lima Pasar Gadingrejo

No. Jumlah jam kerja F %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 4-4,5 4,6-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 8,6-10 51 32 8 26 12 9 36,96 23,19 5,80 18,84 8,69 6,52

Jumlah 138 100

Sumber: KUPT Pasar Gadingrejo 2012

Berdasarkan Tabel 3. di atas dapat dilihat bahwa para pedagang kaki lima tergolong masih rendah dalam memanfaatkan waktu untuk berjualan walaupun tidak ada pembatasan waktu berjualan. Dari waktu tersebut mereka mempunyai waktu berdagang yang berbeda-beda, namun pada umumnya jam kerja para pedagang antara 4 sampai 10 jam tiap harinya tergantung dari jam berapa mereka memulai aktifitas dan juga jenis dagangannya. Halim (2011) lamanya seseorang mampu bekerja sehari secara baik pada umumnya 6 sampai 8 jam, sisanya 16 sampai 18 jam digunakan untuk keluarga, masyarakat, untuk istirahat dan lain-lain. Jadi dapat disimpulkan sebagian besar pedagang kaki lima pasar Gadingrejo masih rendah dalam memanfaatkan jam kerja yang dimiliki.

Sedangkan untuk pendapatan, seorang pedagang dalam melakukan usahanya akan selalu berpikir bagaimana cara mengelola modal seefisien mungkin untuk

memperoleh pendapatan semaksimal mungkin. Namun, pendapatan dengan laba maksimal bukan satu-satunya tujuan utama didirikannya suatu usaha karena ada


(20)

7 tujuan yang lainnya yaitu kelangsungan usaha dan perkembangan usaha. Berikut adalah data mengenai pendapatan pedagang kaki lima pasar Gadingrejo.

Tabel 4. Tingkat Pendapatan Bersih Rata-rata Perminggu Pedagang Kaki Lima Pasar Gadingrejo

No. Tingkat Pendapatan (Rp) F % 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 77.500,00-85.400,00 85.500,00-99.400,00 99.500,00-125.400,00 125.500,00-177.400,00 177.500,00-245.400,00 245.500,00-294.400,00 294.500,00-350.500,00 15 24 39 27 18 8 6 10,87 17,40 28,26 19,56 13,04 5,80 5,07

Jumlah 138 100

Sumber: KUPT Pasar Gadingrejo 2012

Rendahnya pendapatan pedagang kaki lima ini dapat dilihat dari UMR (upah minimum regional) yang merupakan standar kebutuhan yang harus dipenuhi seseorang untuk dapat hidup layak, baik secara fisik maupun nonfisik dalam kurun waktu satu bulan.

Upah Minimum Regional (UMR) di Kabupaten Pringsewu saat ini mencapai sebesar Rp 855.000,00 per bulan. Demikian disampaikan Kepala Bidang Tenaga Kerja (Naker) Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Ketransmigrasian Kabupaten Pringsewu (Pringsewu community).

Pendapatan pedagang kaki lima pasar Gadingrejo ini tentunya masih tergolong rendah jika dilihat dari UMR Kabupaten Pringsewu. Peneliti menduga bahwa faktor paling berhubungan dengan rendahnya tingkat pendapatan pedagang kaki lima pasar Gadingrejo adalah kurangnya jumlah modal dan jam kerja pedagang. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh mana pengaruh modal


(21)

8 dan jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pasar Gadingrejo ini. Mengenai modal kerja, jam kerja dan tingkat pendapatan kerja tersebut dijadikan variabel mikro dalam penelitian ini. Berdasarkan latar belakang masalah ini maka penulis mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh modal dan lama jam kerja terhadap pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo tahun 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Modal kerja masih tergolong kecil.

2. Kurang dapat memanfaatkan jam kerja meskipun tidak ada pembatasan jam kerja.

3. Tingkat pendapatan rendah dilihat dari ketentuan UMR Kabupaten Pringsewu.

4. Barang yang diperdagangkan berasal dari petani kecil atau hasil produksi rumahan sendiri sehingga masih sangat terbatas.

5. Masih diperlakukan sebagai pengganggu ketertiban dan kebersihan lingkungan.


(22)

9 C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini mengkaji mengenai pengaruh modal kerja dan lama jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pasar Gadingrejo. Dalam penelitian ini perlu ada batasan masalah supaya apa yang hendak dicapai dapat terarah dengan baik. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut.

1. Modal Kerja (X1). 2. Lama Jam kerja (X2). 3. Tingkat Pendapatan (Y).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah ada pengaruh modal kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pasar Gadingrejo?

2. Apakah ada pengaruh lama jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pasar Gadingrejo?

3. Apakah ada pengaruh modal kerja dan lama jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pasar Gadingrejo?


(23)

10 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dan kegunaan dari peneliatian ini adalah sebagai berikut.

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini antara lain.

1. Mengetahui pengaruh modal kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pasar Gadingrejo.

2. Mengetahui pengaruh lama jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pasar Gadingrejo.

3. Mengetahui pengaruh modal kerja dan lama jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pasar Gadingrejo.

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini kelak diharapkan dapat berguna sebagai berikut.

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan penjelasan secara terperinci dan sistematis mengenai pengaruh positif modal kerja dan lama jam kerja terhadap pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo tahun 2012/2013.


(24)

11 2. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai pengaruh positif modal kerja dan lama jam kerja terhadap tingkat pendapatan.

F. Ruang Lingkup penelitian

Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran masalah yang akan dibahas, maka ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut.

1) Ruang lingkup objek penelitian adalah modal, lama jam kerja dan tingkat pendapatan.

2) Ruang lingkup subjek penelitian adalah pedagang kaki lima yang berjualan di pasar Gadingrejo.

3) Ruang lingkup tempat atau lokasi penelitian dilakukan di pasar Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

4) Disiplin ilmu yang berhubungan dengan penelitian ini adalah berorientasi pada ilmu ekonomi khususnya manajemen pemasaran.


(25)

12

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

Pada bab 2 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan tinjauan pustaka, pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir dan diakhiri dengan hipotesis. Pembahasan beberapa hal tersebut secara rinci disajikan sebagai berikut.

A. TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka mempunyai arti peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait. Fungsi peninjauan kembali pustaka yang berkaitan merupakan hal yang mendasar dalam penelitian, semakin banyak seorang peneliti mengetahui, mengenal, dan memahami tentang penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, semakin dapat dipertanggung jawabkan caranya meneliti

permasalahan yang dihadapi.

1. Pedagang Kaki Lima

Pedagang Kaki Lima atau disingkat PKL adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan demikian karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga "kaki" gerobak (yang sebenarnya


(26)

13 adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki). Saat ini istilah PKL juga

digunakan untuk pedagang di jalanan pada umumnya.

“Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan kolonial Belanda. Peraturan pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan raya yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalanan kaki. Lebar ruas untuk pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter. Sekian puluh tahun setelah itu pada saat Indonesia sudah merdeka, ruas jalan untuk pejalan kaki banyak dimanfaatkan oleh para pedagang untuk berjualan. Dahulu namanya adalah pedagang emperan jalan, sekarang menjadi pedagang kaki lima” (Sidharta, 2007).

Dibeberapa tempat, pedagang kaki lima dipermasalahkan karena menggangu para pengendara kendaraan bermotor. Selain itu ada PKL yang menggunakan sungai dan saluran air terdekat untuk membuang sampah dan air cuci. Tetapi PKL kerap menyediakan makanan atau barang lain dengan harga yang lebih murah, bahkan sangat murah daripada membeli di toko. Modal dan biaya yang dibutuhkan kecil, sehingga kerap mengundang pedagang yang hendak memulai bisnis dengan modal yang kecil atau orang kalangan ekonomi lemah yang biasanya mendirikan bisnisnya disekitar rumah mereka.

Timbulnya sektor informal ini karena akibat dualisme dalam kegiatan ekonomi pada negara sedang berkembang. Disamping kegiatan formal yang serba teratur, akan muncul kegiatan yang tidak teratur dan tidak terorganisasi dengan baik, yaitu sektor informal. Menurut Purwo dkk (2000 : 24), usaha informal adalah unit usaha atau kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang yang sifatnya masih lemah dan belum mendapat perhatian secara penuh atau menerima bantuan serta proteksi atau perlindungan secara resmi dari pemerintah.


(27)

14

Menurut Suyananto (2000 : 18), yang termasuk ke dalam usaha informal sebagai berikut.

a) Pedagang kaki lima. b) Pedagang keliling. c) Pedagang asongan. d) Pedagang sambilan.

Pedagang kaki lima didefinisikan oleh Purwo dkk (2000 : 24) sebagai pedagang eceran yang bermodal kecil dengan pendapatan yang relatif kecil dan tidak mempunyai tempat usaha tetap, mereka berdagang ditempat-tempat umum yang ramai, seperti pinggir jalan, trotoar, emperan-emperan toko, taman atau di pasar-pasar tanpa izin dari pemerintah.

Menurut Sangir dalam Sarjono (2005 : 46), bahwa ciri-ciri pedagang kaki lima adalah sebagai berikut.

a) Pola kegiatan tidak teratur, baik dalam arti waktu, modal, kegiatan atau jenis usaha dan penerimaan penghasilan.

b) Belum tersentuh oleh usaha yang ditetapkan oleh pemerintah. c) Modal, peralatan maupun perlengkapan dan omset penjualan dalam

skala kecil dan diperhitungkan dari hari kehari.

d) Tidak memiliki tempat usaha permanen, dapat berpindah-pindah tempat.

e) Tidak atau belum memiliki keterkaitan dalam usaha lain yang lebih besar.

f) Pada umumnya kegiatan untuk melayani kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, harga murah dan terjangkau.

g) Tidak membutuhkan keahlian khusus, sehingga secara luwes dapat menampung dan menyerap tenaga kerja dengan seluruh tingkat pendidikan rendah.

h) Umumnya merupakan satuan usaha yang mempekerjakan anggota keluarga, tetangga atau lingkungan sendiri dari daerah yang sama dengan hubungan kerja yang longgar, tidak ada perjanjian kerja dan tingkat upah minimum.


(28)

15 j) Belum atau tidak menjadi objek pajak penghasilan atau perorangan

paling hanya merupakan objek retribusi pasar.

k) Belum merupakan sumber penyumbang yang diperhitungkan dalam pendapatan nasional.

l) Masih diperlakukan sebagai pengganggu lingkungan, ketertiban dan keindahan lingkungan.

m) Pengembangan usaha tidak ada atau sangat lambat.

Ciri lain pedagang kaki lima oleh Purwo dkk (2000 : 25) sebagai berikut.

a) Pada umumnya tingkat pendidikan rendah.

b) Mempunyai tingkat spesialisasi dalam kelompok barang yang diperdagangkan.

c) Barang yang diperdagangkan berasal dari produsen yang kecil atau hasil produksi sendiri.

d) Barang dagangan diambil dari produsen, ada yang kontan dan ada yang kredit.

e) Pada umumnya modal usaha kecil, berpendapatan rendah, dan kurang mampu memupuk dan mengembangkan usaha.

f) Hubungan pedagang kaki lima dan pembeli bersifat komersil.

g) Harga barang yang diperdagangkan ada yang masih mempunyai harga pasti, ada yang belum pasti atau pola harga luncur (sistem tawar-menawar).

Kastoer dkk (2001 : 189), menyatakan hal yang sama dengan ciri-ciri di atas “umumnya modal yang dipakai oleh pedagang kaki lima adalah kecil

sehingga barang-barang yang dijajakan merupakan barang yang berkualitas rendah, bahkan mungkin merupakan meniru contoh barang berkulitas tinggi yang dijual di toko-toko”. Jadi sangat wajar sekali fenomena Pedagang Kaki Lima ini merupakan dampak dari semakin banyaknya jumlah rakyat miskin di Indonesia. Mereka berdagang karena tidak ada pilihan lain, mereka tidak memiliki kemampuan pendidikan yang memadai, dan tidak memiliki tingkat pendapatan ekonomi yang baik serta tidak adanyanya lapangan pekerjaan yang tersedia buat mereka. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan untuk membiayai keluarganya mereka harus menjadi


(29)

16 pedagang kaki lima. Pilihan menjadi pedagang kaki lima ini, dikarenakan pekerjaan ini sesuai dengan kemampuan mereka, yaitu modalnya tidak besar, tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi, dan mudah untuk dikerjakan.

Pasar Gadingrejo yang menjadi subjek atau lokasi penelitian, dapat

ditemukan para pedagang yang telah dijelaskan di atas. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa pedagang kaki lima

merupakan bagian dari pedagang eceran yang berdagang ditempat-tempat yang dianggap strategis, memiliki sedikit dalam permodalan, menggunakan sarana dagang yang sederhana, menjalankan usaha tanpa izin resmi dan memiliki kebebasan untuk menentukan sumber pasokan.

2. Modal Kerja

Jika dilihat dari sejarahnya, maka pengertian modal awalnya adalah physical oriented. Dalam hubungan ini dapat dikemukakan misalnya pengertian modal yang klasik, “dimana arti dari modal itu sendiri adalah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut”. Dalam perkembangannya ternyata pengertian modal mulai bersifat non-physical oriented, dimana pengertian modal tersebut lebih ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan, yang terkandung dalam barang-barang modal, meskipun dalam hal ini belum ada kesesuaian pendapat di antara para ahli ekonomi sendiri (Riyanto dan Indriyo, 2008).

Pengertian modal dari beberapa penulis, sebagai berikut.

a) Liitge mengartikan modal hanyalah dalam artian uang (geldkapital). b) Schwiedland memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih

luas, di mana modal itu meliputi baik modal dalam bentuk uang (geldkapital), maupun dalam bentuk barang (sachkapital), misalnya mesin, barang-barang dagangan, dan lain sebagainya. Kemudian ada beberapa penulis yang menekankan pada kekuasaan

menggunakannya, yaitu antara lain J.B. Clark, A. Amonn J. von Komorzynsky, yang memandang modal sebagai kekuasaan


(30)

17 menggunakan barang-barang modal yang belum digunakan, untuk memenuhi harapan yang akan dicapainya.

c) Meij mengartikan modal sebagai “kolektivitas dari barang-barang modal” yang terdapat dalam neraca sebelah debit, sedangkan yang dimaksud dengan barang-barang modal ialah semua barang yang ada dalam rumah tangga perusahaan dalam fungsi produktifnya untuk membentuk pendapatan.

d) Polak mengartikan modal ialah sebagai kekuasan untuk menggunakan barang-barang modal. Dengan demikian modal ialah terdapat di neraca sebelah kredit. Adapun yang dimaksud dengan barang-barang modal ialah barang-barang yang ada dalam perusahaan yang belum digunakan, jadi yang terdapat di neraca sebelah debit.

e) Bakker mengartikan modal ialah baik yang berupa barang-barang kongkret yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca sebelah debit, maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-barang itu yang tercatat di sebelah kredit (Riyanto dan Indriyo, 2008).

Berbagai kajian tentang sektor informal atau pun pengembangan usaha mikro, selalu mengedepankan peranan modal sebagai kesulitan utama yang dihadapi oleh pelaku usaha ini. Kesulitan modal mungkin merupakan kendala bagi pelaku usaha informal untuk memperbesar skala usaha. Pengertian modal menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007 : 9) “modal adalah hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban”.

Menurut Riyanto dan Indriyo(2008), terdapat tiga konsep pengertian modal kerja, antara lain.

1. Konsep kuantitatif.

Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar, atau sering juga disebut sebagai modal kerja kotor.

2. Konsep kualitatif.

Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi


(31)

18 perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, atau disebut sebagai modal kerja bersih.

3. Konsep fungsional.

Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk manghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income) ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang.

Berdasarkan pengertian ekonomi, modal yaitu barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa baru. Modal merupakan input (faktor produksi) yang sangat penting dalam menentukan tinggi rendahnya pendapatan. Tetapi bukan berarti merupakan faktor satu-satunya yang dapat meningkatkan pendapatan.

Modal kerja dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut.

a) modal kerja permanen (permanent working capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan

fungsinya. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam : 1) modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya, 2) modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk

menyelenggarakan luas produksi yang normal.

b) modal kerja variabel (variabel working capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara:1) modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim, 2) modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur, 3) modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak) (Riyanto dan Indriyo, 2008).


(32)

19

Menurut Riyanto dan Indriyo (2008), bahwa besar kecilnya kebutuhan modal kerja dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut.

a) Volume penjualan. Faktor ini adalah faktor yang paling utama, karena perusahaan memerlukan modal kerja untuk menjalankan aktifitasnya yang mana puncak dari aktifitasnya itu adalah aktivitas penjualan. b) Pengaruh musim. Dengan adanya pengaruh musim terhadap

permintaan barang atau jasa maka penjualan akan berfluktuasi.

Fluktuasi penjualan akan mengakibatkan perbedaan-perbedaan jumlah kebutuhan modal kerja dan hal ini yang menimbulkan adanya modal kerja variabel.

c) Kemajuan tehnologi. Perkembangan tehnologi dapat mempengaruhi atau merubah proses produksi menjadi lebih cepat dan lebih

ekonomis. Dengan demikian dapat mengurangi jumlah kebutuhan modal kerja.

d) Beberapa kebijaksanaan dapat pula merubah besarnya modal kerja seperti politik, penjualan kredit, politik persediaan bahan baku,atau persediaan kas.

Menurut Riyanto dan Indriyo (2008), manajemen modal kerja pada dasarnya meliputi.

1) Perencanaan besarnya kebutuhan modal kerja.

Perubahan dari aktivitas usaha suatu perusahan akan mengakibatkan perubahan terhadap kebutuhan modal kerja.

2) Sumber-sumber pemenuhan modal kerja. 3) Penggunaan modal kerja.

4) Analisa laporan sumber dan penggunaan modal kerja.

Sebagai dasar perencanaan, pengelolaan dan pengawasan modal kerja dimasa yang akan datang bagi manajemen diperlukan laporan perubahan modal kerja yang menunjukkan secara rinci terjadinya kenaikan atau penurunan modal kerja dari tahun ke tahun berikutnya serta penyebab terjadinya kenaikan atau penurunan itu.


(33)

20 Beberapa fungsi modal kerja antara lain adalah sebagai berikut.

a) Modal kerja menampung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan karena penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang diragukan dan yang tidak dapat ditagih atau penurunan nilai persediaan.

b) Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua utang lancar tepat pada waktunya.

c) Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan ”credit standing” perusahaan yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan kelayakan untuk memelihara kredit (Riyanto dan Indriyo, 2008).

Apabila sumber modal kerja lebih besar dari pada penggunaan, berarti ada kenaikan modal kerja. Sebaliknya apabila penggunaannya lebih kecil, berarti penurunan modal kerja. Sumber-sumber modal kerja yang akan menambah modal kerja adalah adanya kenaikan sektor modal, baik yang berasal dari laba maupun penambahan modal usaha. Sedangkan berkurangnya sumber modal kerja berasal dari berkurangnya modal itu sendiri karena kerugian, maupun pengambilan privasi oleh pemilik.

Besar-kecilnya Modal Kerja tergantung dari 2 faktor antara lain.

a) Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja

Merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamanya proses produksi, lamanya barang di simpan digudang, jika waktu penerimaan piutang.

b) Pengeluaran kas rata-rata setiap hari

Merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap hari untuk keperluan bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh, dan lain-lain (Riyanto dan Indriyo, 2008).


(34)

21 Pedagang kaki lima sering menghadapi kendala dalam memperoleh modal yang cukup untuk pengeluaran. Termasuk juga beberapa pedagang kaki lima di pasar Gadingrejo juga mengalami hal tersebut. Padahal pencapaian skala ekonomis ini merupakan syarat wajib bagi pedagang supaya dapat menjadi kompetitif. Kekurangan modal kerja bagi sebagian besar pedagang sangat membatasi mereka untuk mendapatkan persediaan barang dagangan yang cukup serta menambah kualitas barang yang diperdagangkan. Besar kecilnya modal merupakan faktor yang cukup penting untuk menentukan

pengembangan suatu usaha, semakin besar modal maka semakin besar usaha yang dilakukan.

3. Lama Jam Kerja

Pedagang biasanya mempunyai jumlah jam kerja yang tiadak sama antara pedagang yang satu dengan pedagang yang lain. Hal tersebut juga

mempengaruhi tingkat pendapatan yang akan diterima masing-masing pedagang (Sari, 2005 : 19).

Menurut Halim, (2011) jam kerja adalah waktu yang dijadwalkan untuk perangkat peralatan yang dioperasikan atau waktu yang dijadwalkan bagi pegawai untuk bekerja. Jam kerja bagi seseorang sangat menentukan efisiensi dan produktivitas kerja.

Sedangkan menurut Arifin (2002 : 15), mengemukakan secara umum bahwa “semakin banyak jam kerja yang dipergunakan, berarti akan semakin


(35)

22 langsung akan membuat suatu pekerjaan semakin produktif dan dengan bekerja secara produktif diharapkan dapat menghasilkan pendapatan yang baik.

Menurut Sari, (2005 : 20), jumlah jam kerja seluruh pekerjaan adalah jumlah jam kerja yang dilakukan oleh seseorang (tidak termasuk jam kerja istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan untuk hal-hal diluar pekerjaan) selama seminggu yang lalu. Bagi pedagang keliling, jumlah jam kerja di hitung mulai berangkat dari rumah sampai tiba kembali di rumah dikurangi waktu yang tidak merupakan jam kerja, seperti mampir ke rumah saudara atau teman dan sebagainya.

Menurut Halim (2011) jam kerja meliputi berbagai hal berikut.

a) Lamanya seseorang mampu bekerja secara baik. b) Hubungan antara waktu kerja dengan waktu istirahat. c) Jam kerja sehari meliputi pagi, siang, sore dan malam.

Lamanya seseorang mampu bekerja sehari secara baik pada umumnya 6 sampai 8 jam, sisanya 16 sampai 18 jam digunakan untuk keluarga, masyarakat, untuk istirahat dan lain-lain. Jadi satu minggu seseorang bisa bekerja dengan baik selama 40 sampai 50 jam. Selebihnya bila dipaksa untuk bekerja biasanya tidak efisien. Akhirnya produktivitas akan menurun, serta cenderung timbul kelelahan dan keselamatan kerja masing-masing akan menunjang kemajuan dan mendorong kelancaran usaha baik individu ataupun kelompok. Pekerja diperbolehkan untuk istirahat sebanyak 1 sampai 1,5 jam tiap hari kerja dalam 8 jam, pekerja memerlukan istirahat agar dapat

mempertahankan tingkat kerjanya dari hari kehari.

Segi Undang-Undang Perburuhan, jam kerja adalah jam atau waktu yang dilakukan di bawah pengawasan pimpinan dari pihak kantor. Banyaknya jumlah jam kerja tergantung dari pihak kantor yang mempekerjakan para karyawan tersebut. Pada dasarnya jam kerja adalah 40 (empat puluh) jam dalam seminggu, 8 (delapan) jam sehari (tidak termasuk jam istirahat). Tentang jam kerja berdagang, usaha perfilman, usaha kesehatan, kebersihan, penerima tamu/receptinost, atau usaha sampingan adalah 44 (empat puluh empat) jam dalam seminggu (Halim, 2011).


(36)

23 4. Pendapatan Kerja

Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang

dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini “membeli” f aktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan (Suryananto, 2005: 18).

Menurut Hendriksen (2000 : 374) dalam Teori Akuntansi menjelaskan bahwa “Pendapatan (revenue) dapat mendefinisikan secara umum sebagai hasil dari suatu perusahaan. Hal itu biasanya diukur dalam satuan harga pertukaran yang berlaku. Pendapatan diakui setelah kejadian penting atau setelah proses penjualan pada dasarnya telah diselesaikan. Dalam praktek ini biasanya pendapatan diakui pada saat penjualan”.

Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 9) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.23 mendefinisikan pendapatan sebagai berikut. “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk inti mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”.

Hendriksen (2000: 354), mengemukakan definisi mengenai pendapatan sebagai berikut: ”Konsep dasar pendapatan adalah pendapatan merupakan proses arus, yaitu penciptaan barang dan jasa selama jarak waktu tertentu”.


(37)

24 Definisi-definisi diatas memperlihatkan bahwa ada 2 konsep tentang

pendapatan sebagai berikut.

a) Konsep Pendapatan yang memusatkan pada arus masuk (inflow) aktiva sebagai hasil dari kegiatan operasi perusahaan. Pendekatan ini menganggap pendapatan sebagai inflow of net asset.

b) Konsep Pendapatan yang memusatkan perhatian kepada penciptaan barang dan jasa serta penyaluran konsumen atau produsen lainnya, jadi pendekatan ini menganggap pendapatan sebagai outflow of good and services (Hendriksen, 2000: 354).

Keberhasilan dalam usaha dagang dapat dilihat dari pencapaian tingkat pendapatan atau laba yang diperoleh. Pendapatan dapat dikatakan sebagai hasil yang diperoleh oleh pedagang dengan adanya transaksi penjualan pada waktu tertentu setelah dikurangi biaya sebagai pengeluaran (Nusaibah, 2008 : 13).

5. Pengaruh Antara Modal Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang

Modal kerja yang ada harus dapat atau mampu membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan pedagang, disamping itu memungkinkan bagi pedagang untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan tidak mengalami kesulitan keuangan. “Apabila sumber modal kerja lebih besar dari pada penggunaan, berarti ada kenaikan modal kerja. Sebaliknya apabila penggunaannya lebih kecil, berarti penurunan modal kerja” (Riyanto dan Indriyo : 2008).

Besar kecilnya modal kerja yang dipergunakan dalam usaha tentunya akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh pedagang kaki lima. Agar


(38)

25 usaha dagangnya berjalan dengan baik, diperlukan modal dagang yang cukup memadai. Modal yang besar akan memungkinkan jumlah persediaan barang dagang yang akan dijual semakin banyak. Hal ini memungkinkan akan turut mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang kaki lima. “Kekurangan modal kerja bagi sebagian pedagang akan sangat membatasi kemampuan

mengadakan persediaan barang yang cukup” ( Sari, 2005 : 33).

6. Pengaruh Jumlah Jam Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang

Bustanul (2002 : 15), mengemukakan secara umum dapat diasumsikan bahwa “semakin banyak jam kerja yang digunakan, berarti semakin produktif”. Hal ini berarti dengan jumlah jam kerja yang panjang secara tidak langsung akan membuat pekerjaan semakin produktif, dan dengan bekerja secara produktif diharapkan menghasilkan pendapatan yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Suherman dalam Nusaibah (2008) bahwa “pendapatan harus didapatkan melalui aktivitas produktif. Lamanya jam kerja yang ditempuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan”.

7. Penelitian yang Relevan

Bagian ini mengungkapkan beberapa hasil penelitian yang ada kaitannya dengan pokok masalah ini, baik sebagai latar belakang atau sebagai pembahasan lebih lanjut. Pertama menurut Sari dengan judul Hubungan Antara Jumlah Jam Kerja dan Jumlah Modal Kerja dengan Pendapatan


(39)

26 Pedagang Makanan Kaki Lima Pasar Talang Padang Kabupaten Tanggamus tahun 2004. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui.

a) Semakin tinggi jumlah jam kerja yang digunakan pedagang, maka akan semakin tinggi pendapatan mereka. Hal ini dapat dilihat dari jumlah jam kerja tertinggi dari pedagang nasi yaitu berkisar 9 sampai 10 jam perhari dengan pendapatan tertinggi juga diperoleh pedagang nasi yaitu sebesar Rp 22.500,00 perhari. Dibuktikan melalui hipotesis pertama, ternyata Ha diterima dan Ho ditolak dengan koefisien korelasi sebesar 0,7886. Dan untuk mengetahui tingkat hubungan kedua variabel tersebut digunakan uji t dan diperoleh

8,69 > 2,01. Kriteria pengujian hipotesis tolak Ho jika > .

b) Semakin tinggi modal kerja yang digunakan pedagang makanan di kaki lima untuk berdagang, maka akan semakin tinggi pula

pendapatan mereka. Hal ini dapat dilihat dari modal kerja tertinggi dari pedagang nasi yaitu sebesar Rp 200.000,00 perminggu dengan pendapatan tertinggi juga diperoleh pedagang nasi yaitu sebesar Rp 25.500,00 perhari. Hal ini dibuktikan melalui hipotesis kedua, ternyata Ha diterima dan Ho ditolak dengan koefisien korelasi sebesar 0,746. Dan untuk mengetahui tingkat hubungan kedua variabel tersebut digunakan uji t dan diperoleh 12,23 > 2,01. Kriteria pengujian hipotesis tolak Ho jika > .


(40)

27 Kedua menurut Nusaibah dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh

Jumlah Modal dan Lama Usaha terhadap Pendapatan Pedagang Kaki Lima Pada Unit Pasar Bambu Kuning Bandar Lampung tahun 2008. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui.

a) Bagi pedagang, modal usaha sangat penting artinya meskipun modal juga tetap mempunyai peranan yang tidak kecil artinya bagi

pengembangan usaha. Dengan demikian ada pengaruh jumlah modal terhadap pendapatan pedagang kaki lima. Dibuktikan dari t hitung

sebesar 4,33 > t tabel sebesar 1,67.

b) Lamanya seseorang berusaha akan berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang akan diterima, hal ini disebabkan karena dengan adanya waktu seseorang berusaha, maka seorang pedagang tersebut akan memiliki bekal pengalaman dalam mempelajari pangsa pasar, meraih simpati konsumen dan mengenali trend pasar saat-saat terbaru, sehingga akan mempengaruhi produktivitasnya berusaha yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan pendapatan.

Dibuktikan dari t hitung sebesar 4,33 > t tabel sebesar 1,67. Dengan

demikian ada pengaruh lama usaha terhadap pendapatan pedagang kaki lima.

B. Kerangka Pikir

Seorang pedagang dalam melakukan usahanya akan selalu berpikir bagaimana cara mengelola input seefisien mungkin untuk memperoleh produksi semaksimal mungkin dan memaksimumkan pendapatan. Namun


(41)

28 pendapatan dengan laba maksimal bukan satu-satunya tujuan utama

didirikannya suatu usaha karena ada tujuan yang lainnya yaitu kontinuitas usaha dan perkembangan usaha. Pendapatan itu sendiri diterima karena berbagai faktor produksi yang mendukung di antaranya modal kerja dan jam kerja.

Suatu usaha diperlukan pengelolaan dan pengawasan yang baik atas penggunaan modal kerja. Hal ini dimaksudkan agar aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan keadaan usaha dan jumlah permintaan di pasar sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Modal kerja yang dimaksud dalam penelitian ini dialokasikan untuk pembelian bahan baku atau bahan produksi yang digunakan pedagang kaki lima pasar Gadingrejo.

Adanya penyediaan modal kerja yang cukup baik itu dari modal sendiri ataupun dari pinjaman pemerintah akan membantu pedagang kaki lima dalam menjalankan usahanya. Adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi pedagang kaki lima pasar Gadingrejo karena memungkinkan usahanya tersebut untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin.

Disamping itu, pengelolaan satuan jam kerja juga perlu diperhatikan karena pengelolaan satuan jam kerja pada pedagan kaki lima pasar Gadingrejo masih belum maksimal. Sehubungan dengan pengelolaan satuan jam kerja, setiap pedagang hendaknya dapat melaksanakan ketentuan waktu kerja yang maksimal secara efektif dan efisien karena dengan jam kerja yang efektif dan efisien tenaga kerja akan bekerja dengan baik dan lancar sesuai dengan


(42)

29 jadwal yang ditentukan. Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat

divisualkan pada Gambar 1. berikut ini.

Gambar 1. Pengaruh Modal dan Lama Jam Kerja Terhadap Tingkat Pendapatan

C. Hipotesis

Menurut Sudjana (2002:121), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah dalam penelitian. Hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut.

1. Ada pengaruh modal kerja terhadap pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo tahun 2012/2013.

2. Ada pengaruh lama jam kerja terhadap pendapatan pedagang lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo tahun 2012/2013.

3. Ada pengaruh modal kerja dan lama jam kerja terhadap pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo tahun 2012/2013.

Modal Kerja (X1)

Lama Jam Kerja (X2)


(43)

31

III. METODE PENELITIAN

Pada bab 3 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian, pendekatan/rancangan penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional variabel, teknik pengumpulan data, uji persyaratan instrumen, uji persyaratan regresi linear ganda dan diakhiri teknik pengujian analisis data. Pembahasan beberapa hal tersebut secara rinci disajikan sebagai berikut.

A. Pendekatan/Rancangan Penelitian

Metode sangat diperlukan dalam suatu penelitian, yaitu untuk menentukan data penelitian, menguji kebenaran, menemukan, dan mengembangkan suatu

pengetahuan, serta mengkaji kebenaran suatu pengetahuan. Metode penelitian merupakan metode kerja yang dilakukan dalam penelitian, termasuk alat-alat apa saja yang digunakan untuk mengukur kemampuan mengumpulkan data serta bagaimana penelitian di lapangan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan survey yang mengambil sampel dari satu populasi. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau


(44)

32 masyarakat, dan lain-lain). Sedangkan tujuan verifikatif yaitu untuk menentukan tingkat pengaruh variabel-variabel dalam suatu populasi (Sukardi, 2003:157).

Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distributif dan hubungan-hubungan antara variabel sosiologis maupun psikologis (Karlinger dalam Riduwan, 2010 : 49).

Berdasarkan pengertian di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu mempelajari pengaruh modal kerja dan lama jam kerja terhadap pendapatan pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo tahun 2012/2013.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung atau mengukur kuantitatif maupun kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Sudjana, 2002 : 213).

Suatu penelitian umumnya menjangkau populasi yang cukup besar. Dibalik itu biasanya peneliti mempunyai berbagai keterbatasan, sehingga sangat jarang penelitian yang dilakukannya menjangkau seluruh populasi. Oleh karena itu banyak peneliti yang membatasi jumlah anggota populasi yang


(45)

33 diteliti. Meskipun demikian ada juga penelitian yang diberlakukan pada populasi, ini dilakukan bila populasi yang diteliti terbatas atau sedikit.

Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang kaki lima yang berdagang di pasar Gadingrejo yang dapat ditemui peneliti pada observasi awal, dengan jumlah pedagang kaki lima pasar Gadingrejo yaitu 138 pedagang.

2. Sampel

Menurut Riduwan (2010 : 56), sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti, melainkan cukup dengan menggunakan sampel untuk mewakilinya. Hal ini sampel harus representatif, disamping itu peneliti wajib mengerti tentang besar ukuran sampel, teknik sampling, dan karakteristik populasi dan sampel.

Keuntungan menggunakan sampel sebagai berikut.

1. Memudahkan peneliti untuk jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan populasi dan apabila populasinya terlalu banyak dikhawatirkan akan terlewati.

2. Penelitian lebih efesien (dalam arti penghematan uang, waktu dan tenaga).

3. Lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data, artinya jika subjeknya banyak dikhawatirkan adanya bias dari orang yang mengumpulkan data.

4. Penelitian lebih efektif, jika penelitian bersifat destruktif yang mengguanakan spesemen akan hemat dan bisa dijangkau (Riduwan, 2010 : 56-57).


(46)

34 Supaya sampel lebih representatif, maka pengambilan sampel harus

mengikuti kriteria yang ditentukan. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus Taro Yamane:

n=

1

2 

Nd N

keterangan:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d2= tingkat signifikansi (0,05) (Riduwan, 2010 : 65)

Berdasarkan rumus di atas, maka pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

n=

1

2 

Nd N

n=

n=

=

102 responden

Jadi, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 102 responden.

C. Variabel Penelitian

Pengukuran variabel dalam rangka kerja teoritis merupakan suatu bagian integral riset dan merupakan aspek penting dalam mendesain riset. Variabel diukur untuk menguji hipotesis dan menemukan jawaban suatu riset. Variabel mempunyai


(47)

35 kaitan yang sangat erat dengan teori, teori adalah serangkaian konsep, definisi dan preposisi yang saling berkaitan dan bertujuan untuk memberikan gambaran yang sistematis mengenai suatu fenomena.

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas sering juga disebut variabel stimulus, pengaruh, dan prediktor dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah jumlah modal (X1) dan lama jam kerja (X2).

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat atau tidak bebas disebut juga sebagai variabel tergantung, output, atau respon, adalah variabel yang akan dijelaskan atau diprediksi variasinya. Khusus dalam kasus pengaruh atau sebab-akibat, variabel terikat ini adalah variabel yang variasinya dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah pendapatan (Y).

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

Untuk memudahkan pengamatan dan pengukuran variabel, maka didefenisikan secara konseptual dan operasional tentang variabel dalam penelitian ini, sebagai berikut.


(48)

36 1. Definisi Konseptual Variabel

Variabel-variabel dalam penelitian ini dapat didefinisikan secara konseptual sebagai berikut.

a) Modal Kerja (X1)

Schwiedland memberikan pengertian modal dalam artian di mana modal itu meliputi baik modal dalam bentuk uang (geldkapital), maupun dalam bentuk barang (sachkapital), misalnya mesin, barang-barang dagangan, dan lain sebagainya (Riyanto dan Indriyo, 2008).

b) Lama Jam Kerja (X2)

Pendapat Halim (2011), jam kerja adalah waktu yang dijadwalkan untuk perangkat peralatan yang dioperasikan atau waktu yang dijadwalkan bagi pegawai untuk bekerja. Jam kerja bagi seseorang sangat menentukan efisiensi dan produktivitas kerja.

c) Tingkat Pendapatan (Y)

Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil “penjualan”nya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi (Suryananto, 2005 : 18).


(49)

37 2. Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan defenisi konseptual variabel dapat dijadikan tabel definisi operasional variabel, sebagai berikut.

Tabel 5. Definisi Operasional Variabel

Variabel Indikator Skala

Pengukuran Modal

kerja (X1)

Lama jam kerja (X2)

Pendapatan pedagang (Y)

- jumlah uang yang digunakan untuk membeli barang dagangan

- barang produksi untuk dijual

- jumlah rata-rata jam yang digunakan pedagang perhari

- jumlah hari untuk berdagang dalam seminggu

- pendapatan perhari

- biaya yang dikeluarkan dalam sehari selama berdagang

Interval

Interval

Interval

Interval

Interval Interval

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian, karena teknik ini merupakan strategi untuk mendapatkan data yang diperlukan. Keberhasilan penelitian sebagian besar tergantung pada teknik-teknik

pengumpulan data yang digunakan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya.


(50)

38 1. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan pikiran. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai sejarah, jumlah pedagang, modal rata-rata, jam kerja, pendapatan pedagang, letak dan luas serta struktur organisasi pasar Gadingrejo.

2. Angket

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Pertanyaan-pertanyaan pada angket bisa berbentuk tertutup (berstruktur) dan bisa juga berbentuk tertutup (tak berstruktur), dapat diberikan kepada responden secara langsung dikirim melalui pos atau internet. Angket ini adalah alat untuk memperoleh atau mendapatkan data tentang jumlah modal, lama jam kerja dan tingkat pendapatan yang diperoleh pedagang kaki lima pasar Gadingrejo. Dalam penelitian ini angket berbentuk Rating Scale.

F. Uji Persyaratan Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang lengkap, maka alat instrumennya harus memenuhi persyaratan yang baik. Instrumen yang baik didalam suatu penelitian harus memenuhi dua syarat, yaitu valid dan reliabel. Sebelum angket disebarkan


(51)

39 kepada responden penelitian, terlebih dahulu diadakan uji coba angket untuk mengetahui validitas dan reliabilitas setiap item atau butir pertanyaan yang diajukan.

1. Uji Validitas

Menurut Sudarmanto (2005: 77-78), uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah disusun dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Validitas suatu instrumen (angket) akan menggambarkan tingkat kemampuan alat ukur yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran.

Validitas angket dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan bantuan program SPSS. Dari hasil perhitungan tersebut nantinya dapat diketahui apakah angket sudah memenuhi kriteria valid atau tidak valid. Menurut Sudarmanto (2005: 79), kriteria yang dapat digunakan suatu instrument atau angket untuk dinyatakan valid antara lain.

1) Harga koefisien korelasi yang diperoleh dari analisis dibandingkan dengan harga koefisien korelasi pada tabel dengan tingkat kepercayaan yang telah dipilih.

2) Suatu instrument dinyatakan valid jika harga koefisien rhitung ≥ 0,300.

Berikut hasil uji validitas angket pada 10 responden dengan 10 item pernyataan untuk variabel modal kerja (X1).


(52)

40 Tabel 6. Hasil Analisis Uji Validitas Angket untuk Variabel X1

Item Pernyataan rhitung rtabel Kesimpulan

1 0,708 0,632 Valid

2 0,856 0,632 Valid

3 0,666 0,632 Valid

4 0,971 0,632 Valid

5 0,785 0,632 Valid

6 0,729 0,632 Valid

7 0,971 0,632 Valid

8 0,908 0,632 Valid

9 0,971 0,632 Valid

10 0,971 0,632 Valid

Sumber : Hasil pengolahan data 2013

Tabel 7. berikut yaitu hasil uji validitas angket pada 10 responden dengan 10 item pernyataan untuk variabel lama jam kerja (X2).

Tabel 7. Hasil Analisis Uji Validitas Angket untuk Variabel X2

Item Pernyataan rhitung rtabel Kesimpulan

1 0,939 0,632 Valid

2 0,976 0,632 Valid

3 0,976 0,632 Valid

4 0,911 0,632 Valid

5 0,972 0,632 Valid

6 0,926 0,632 Valid

7 0,911 0,632 Valid

8 0,888 0,632 Valid

9 0,974 0,632 Valid

10 0,822 0,632 Valid

Sumber : Hasil pengolahan data 2013

2. Uji Reliabilitas

Menurut Sudarmanto (2005: 89-90), reliabilitas instrumen menggambarkan keajegan alat ukur yang digunakan. Suatu alat ukur dinyatakan mempunyai reliabilitas atau keajegan yang tinggi atau dapat dipercaya, apabila alat ukur


(53)

41 tersebut stabil (ajeg) sehingga dapat diandalkan dan digunakan untuk

meramalkan. Dalam penelitian ini, reliabilitas angket dihitung dengan menggunakan bantuan program SPSS. Angket dikatakan memenuhi kriteria realibel apabila nilai alpha dari hasil perhitungan ≥ nilai rtabel pada df= n-2

dengan taraf kepercayaan 95%. Berikut disajikan tabel hasil uji reliabilitas angket pada 10 responden dengan 10 item pernyataan.

Tabel 8. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Untuk Variabel X1

Sumber: Hasil pengolahan data 2013

Berdasarkan hasil analisis di atas menunjukkan bahwa harga koefisien alpha hitung untuk variabel X1 adalah 0,959>0,632, maka dapat disimpulkan bahwa

angket atau alat pengukur data tersebut bersifat reliabel. Dengan demikian, semua pernyataan untuk variabel X1 dapat digunakan untuk mengumpulkan

data yang diperlukan.

Tabel 9. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Untuk Variabel X2

Sumber: Hasil pengolahan data 2013

Berdasarkan Tabel 9. di atas menunjukkan bahwa harga koefisien alpha hitung untuk variabel X2 adalah 0,968 > 0,632, maka dapat disimpulkan

bahwa angket atau alat pengukur data tersebut bersifat reliabel. Dengan demikian, semua pernyataan untuk variabel X2 dapat digunakan untuk

mengumpulkan data yang diperlukan. Cronbach's

Alpha N of Items .959 10

Cronbach's

Alpha N of Items .968 10


(54)

42 G. Uji Persyaratan Analisis Data

Menurut Sudarmanto (2005: 124), untuk menggunakan regresi linier ganda sebagai alat analisis perlu dilakukan uji persyaratan terlebih dahulu, apabila persyaratan tersebut terpenuhi, maka regresi linier ganda dapat digunakan. Beberapa persyaratan yang perlu diujikan sebelumnya sebagai berikut.

1. Uji Persyaratan Statistik Parametrik

Dalam menggunakan alat analisis parametrik diperlukan dua persyaratan yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

1.1. Uji Normalitas

Untuk menguji normalitas distribusi populasi diajukan hipotesis sebagai berikut.

HO : Data berasal dari populasi berdistribusi normal.

Ha : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji K-S

(Kolmogorov–Smirnov), di mana Ho diterima apabila nilai Assymp. Sig (2-tailed) > nilai alpha yang digunakan yaitu 5% (Sudarmanto 2005: 104-123).

Alasannya menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, karena datanya berbentuk interval yang disusun berdasarkan distribusi frekuensi


(55)

43 komulatif dengan menggunakan kelas-kelas interval. Dalam uji

Kolmogorof-Smirnov diasumsikan bahwa distribusi variabel yang sedang diuji mempunyai sebaran kontinue. Kelebihan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov dibandingkan dengan uji normalitas yang lain adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain. Jadi uji Kolmogorov-Smirnov, sangat tepat digunakan untuk uji normalitas pada penelitian ini.

1.2. Uji Homogenitas

Menurut Sudarmanto (2005 : 114) uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data sampel diperoleh dari populasi yang bervarians homogen ataukah tidak. Untuk melakukan pengujian homogenitas populasi penelitian diperlukan hipotesis sebagai berikut.

Ho : Data populasi bervarians homogen Ha : Data populasi tidak bervarians homogen

Pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Levene Statistic, dengan ketentuan terima Ho jika nilai Sig > alpha (0.05) dan sebaliknya.

2. Uji Linieritas Garis Regresi

Menurut Sudarmanto (2005: 124), uji linieritas garis regresi digunakan untuk mengambil keputusan dalam memilih model regresi yang akan


(56)

44 digunakan. Hipotesis yang digunakan untuk menguji linearitas garis regresi dinyatakan sebagai berikut.

Ho : Model regresi berbentuk linear. Ha : Model regresi berbentuk non-linear.

Selanjutnya menurut Sudarmanto (2005: 135), kriteria pengujian yang diterapkan untuk menyatakan kelinieran garis regresi adalah dengan menggunakan harga koefisien signifikansi dan dibandingkan dengan nilai alpha yang dipilih oleh peneliti. Simpulan yang harus diambil yaitu Ho akan diterima jika nilai signifikasi dari Deviation from Linearity > alpha yang ditetapkan dan sebaliknya.

3. Uji Multikolinearitas

Menurut Sudarmanto (2005: 136-138), uji asumsi tentang

multikolonieritas dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linier antara variabel bebas (independen) yang satu dengan variabel bebas (independen) lainnya. Hipotesis yang digunakan untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas antarvariabel dinyatakan sebagai berikut.

Ho : Tidak terdapat hubungan antar variabel independen. Ha : Terdapat hubungan antar variabel independen .

Menurut Sudarmanto (2005: 140) ada atau tidaknya korelasi antarvariabel independen dapat diketahui dengan memanfaatkan statistik korelasi


(57)

45 product moment dari Pearson dengan kriteria apabila koefisien

signifikasi> alpha maka dapat dinyatakan tidak terjadi multikolinieritas di antara variabel independen, dengan demikian Ho diterima dan sebaliknya.

4. Uji Autokorelasi

Menurut Sudarmanto (2005: 142-143), pengujian autokorelasi

dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi di antara data pengamatan atau tidak. Adanya Autokorelasi dapat mengakibatkan penaksir mempunyai varians tidak minimum dan uji t tidak dapat digunakan, karena akan memberikan kesimpulan yang salah. Hipotesis yang digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi atau tidak dinyatakan sebagai berikut.

Ho : Tidak terjadi autokorelasi di antara data pengamatan. Ha : Terjadi adanya autokorelasi di antara data pengamatan.

Ada atau tidaknya autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Ukuran yang digunakan untuk menyatakan ada atau tidaknya autokorelasi, yaitu apabila nilai statistik Durbin-Watson

mendekati angka 2, maka dapat dinyatakan bahwa data pengamatan tidak memiliki autokorelasi yang berarti Ho diterima dan sebaliknya.


(58)

46 5. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Sudarmanto (2005: 147-148), uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians residual absolut sama atau tidak sama untuk semua pengamatan. Hipotesis yang akan diuji dinyatakan sebagai berikut.

Ho : Tidak ada hubungan yang sistematik antara variabel yang menjelaskan dan nilai mutlak dari residualnya.

Ha : Ada hubungan yang sistematik antara variabel yang menjelaskan dan nilai mutlak dari residualnya.

Pendekatan yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu rank korelasi dari Spearman. Menurut Sudarmanto (2005, 2005: 156) kriteria yang digunakan yaitu apabila koefisien signifikansi > alpha yang telah ditetapkan, maka dapat dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas di antara data pengamatan tersebut, yang berarti menerima Ho dan sebaliknya.

H. Pengujian Hipotesis

Untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan juga untuk mengukur keeratan hubungan antara X dan Y digunakan analisis regresi. Uji hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan dua cara, yaitu:


(59)

47 1. Regresi Linier Sederhana

Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua dalam penelitian ini menggunakan rumus regresi linier sederhana, yaitu:

bx a Yˆ  

untuk mengetahui nilai a dan b dicari dengan rumus: a = Yˆ -bx

a 2 2

2 ) ( ) )( ( ) )( ( X X n XY X X Y         

b 2 2

) ( ) )( ( X X n Y X XY n        keterangan:

Yˆ = subyek dalam variabel yang diprediksikan a = konstanta

b = koefisien arah regresi

x = subyek pada variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu (Sugiyono, 2005: 204).

Selanjutnya untuk uji signifikansi digunakan uji t dengan rumus:

sb b t

Keterangan:

t = ilaiteoritisobservasi b = Koefisien arah regresi linier sb = Standar deviasi

Dengan kriteria uji adalah “tolak Ho dengan alternative Ha diterima jika

thitung >Ttabel dengan taraf signifikan 0,05 dan dk n-2” (sugiyono, 2005:


(60)

48 2. Regresi Linier Multipel

Regresi linier multipel adalah suatu model untuk menganalisis pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), untuk menguji hipotesis ketiga variabel tersebut, digunakan model regresi linier multipel yaitu:

Ŷ = ab1X1b2X2

keterangan:

Ŷ = variabel terikat

a = konstanta (koefisien a)

2 1b

b = koefisien arah regresi

2 1X

X = variabel bebas

b1 =



 





 

2

2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 X X X X X X X Y X X

  Y

b2 =



 





 

2

2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 X X X X X X Y X X X Y

 

(Sugiyono, 2005: 204).

Dilanjutkan dengan uji signifikansi koefisien korelasi ganda (uji F), dengan rumus: ) 1 /( ) ( /    k n s JK K JK F reg Keterangan: y x b y x b

JKreg1122

) ( )

(s y2 JK reg

JK  

n = banyaknya responden k = banyaknya kelompok


(61)

49 Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut.

a. Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak yang menyatakan bahwa ada

pengaruh, dengan dk pembilang = k dan dk penyebut = (k-n-1) dengan

=0,05.

b. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima yang menyatakan bahwa tidak ada

pengaruh, dengan dk pembilang = k dan dk penyebut = (k-n-1) dengan


(62)

87

V. SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan. Simpulan berisi tentang hasil pengujian hipotesis dan saran berisi tentang usulan dari peneliti kepada seluruh pihak yang berhubungan dengan kegiatan berdagang kaki lima.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka diperoleh simpulan sebagai berikut.

1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan modal kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo 2012/2013. Sesuai dengan hasil perhitungan analisis data modal kerja thitung > ttabel dan probabilitasnya (sig.) < 0,05, hal ini

berarti H 0 ditolak dan H1 diterima. Jika modal kerja ditingkatkan,

maka tingkat pendapatan akan semakin meningkat.

2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan lama jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo 2012/2013. Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan analisis data lama jam kerja thitung > ttabel dan probabilitasnya (sig.)


(63)

88 <0,05 hal ini berarti H 0 ditolak dan H1 diterima. Jika lama jam kerja

ditingkatkan, maka tingkat pendapatan akan semakin meningkat.

3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan modal dan lama jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo 2012/2013. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis data dengan SPSS diperoleh Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak

dan menerima H1. Jika modal dan lama jam kerja ditingkatkan, maka

tingkat pendapatan akan semakin meningkat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh modal dan lama jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo 2012/2013, maka peneliti menyarankan sebagai berikut.

1. Pedagang hendaknya meningkatkan modal kerja karena besar kecilnya modal merupakan faktor yang cukup penting untuk menentukan tinggi rendahnya pendapatan. Tetapi bukan berarti merupakan faktor satu-satunya yang dapat meningkatkan pendapatan.

2. Pedagang hendaknya meningkatkan jam kerja karena semakin banyak jam kerja yang dipergunakan secara tidak langsung akan membuat suatu pekerjaan semakin produktif dan dengan bekerja secara


(1)

87

V. SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan. Simpulan berisi tentang hasil pengujian hipotesis dan saran berisi tentang usulan dari peneliti kepada seluruh pihak yang berhubungan dengan kegiatan berdagang kaki lima.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka diperoleh simpulan sebagai berikut.

1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan modal kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo 2012/2013. Sesuai dengan hasil perhitungan analisis data modal kerja thitung > ttabel dan probabilitasnya (sig.) < 0,05, hal ini berarti H 0 ditolak dan H1 diterima. Jika modal kerja ditingkatkan, maka tingkat pendapatan akan semakin meningkat.

2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan lama jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo 2012/2013. Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan analisis data lama jam kerja thitung > ttabel dan probabilitasnya (sig.)


(2)

88 <0,05 hal ini berarti H 0 ditolak dan H1 diterima. Jika lama jam kerja ditingkatkan, maka tingkat pendapatan akan semakin meningkat.

3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan modal dan lama jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo 2012/2013. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis data dengan SPSS diperoleh Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan menerima H1. Jika modal dan lama jam kerja ditingkatkan, maka tingkat pendapatan akan semakin meningkat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh modal dan lama jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo 2012/2013, maka peneliti menyarankan sebagai berikut.

1. Pedagang hendaknya meningkatkan modal kerja karena besar kecilnya modal merupakan faktor yang cukup penting untuk menentukan tinggi rendahnya pendapatan. Tetapi bukan berarti merupakan faktor satu-satunya yang dapat meningkatkan pendapatan.

2. Pedagang hendaknya meningkatkan jam kerja karena semakin banyak jam kerja yang dipergunakan secara tidak langsung akan membuat suatu pekerjaan semakin produktif dan dengan bekerja secara


(3)

87

V. SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan. Simpulan berisi tentang hasil pengujian hipotesis dan saran berisi tentang usulan dari peneliti kepada seluruh pihak yang berhubungan dengan kegiatan berdagang kaki lima.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka diperoleh simpulan sebagai berikut.

1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan modal kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo 2012/2013. Sesuai dengan hasil perhitungan analisis data modal kerja thitung > ttabel dan probabilitasnya (sig.) < 0,05, hal ini berarti H 0 ditolak dan H1 diterima. Jika modal kerja ditingkatkan, maka tingkat pendapatan akan semakin meningkat.

2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan lama jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo 2012/2013. Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan analisis data lama jam kerja thitung > ttabel dan probabilitasnya (sig.)


(4)

88 <0,05 hal ini berarti H 0 ditolak dan H1 diterima. Jika lama jam kerja ditingkatkan, maka tingkat pendapatan akan semakin meningkat.

3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan modal dan lama jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo 2012/2013. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis data dengan SPSS diperoleh Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan menerima H1. Jika modal dan lama jam kerja ditingkatkan, maka tingkat pendapatan akan semakin meningkat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh modal dan lama jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima pada unit pelaksana teknis pasar Gadingrejo 2012/2013, maka peneliti menyarankan sebagai berikut.

1. Pedagang hendaknya meningkatkan modal kerja karena besar kecilnya modal merupakan faktor yang cukup penting untuk menentukan tinggi rendahnya pendapatan. Tetapi bukan berarti merupakan faktor satu-satunya yang dapat meningkatkan pendapatan.

2. Pedagang hendaknya meningkatkan jam kerja karena semakin banyak jam kerja yang dipergunakan secara tidak langsung akan membuat suatu pekerjaan semakin produktif dan dengan bekerja secara


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bustanul. 2002. Formasi Makro-Mikro Ekonomi Indonesia. Penerbit Pustaka INDEF. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Renika Cipta.

Hendriksen, Eldon S. dan Michael F. Van Breda. 2000. Teori Akunting. (terjemahan) Buku I Edisi Kelima. Penerbit Interaksara. Jakarta.

Halim, Monica. Pentingnya Mengatur Jam Kerja. 31 Mei 2011. 9 Juli 2012. http://www.managemenfile.com_ruang Freelance.html.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Penerbit Salemba4. Jakarta

Kastoer, Raldi Hendro,dkk. 2001. Dimensi Keruangan Kota. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Lampung Post. Ketenagakerjaan : Buruh Pertahankan Upah Provinsi Setara KHL. 6 mei 2012. 9 Juli 2012. http://www.lampungpost.com/ragam/17116-ketenagakerjaan--buruh-pertahankan-upah-provinsi-setara-khl.html.

Nusaibah. 2008. Pengaruh Jumlah Modal dan Lama Usaha Terhadap Pendapatan Pedagang Kaki Lima Pada Unit Pasar Bambu Kuning Bandar Lampung Tahun 2008. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Pringsewu community. UMR Pringsewu Rp 855 Ribu per Bulan. 26 April 2011. 4

Maret 2013. http://www.lampung.tribunnews.com. 6841487/Upah Minimum Regional Pringsewu.html

Purwo, Minto, dkk. 2000. Pelajaran Ekonomi.Yudistira. Jakarta.

Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung.

Riyanto, Bambang dan Indriyo. Pengertian Modal Kerja Klasik. Barry (Ed). 22 Nov 2008. 13 Feb 2011. http://www.scribd.com/doc/2008/22-Nov/9677500/Manajemen-modal-Kerja.html.

Sari, Rika Oktavia. 2005. Hubungan Antara Jumlah Kerja Dan Jumlah Modal Kerja Dengan Pendapatan Pedagang Makanan Kaki Lima Pasar Talang


(6)

Padang Kabupaten Tanggamus Tahun 2004. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sarjono, Yetty. 2005. Pergulatan Pedagang Kaki Lima di Perkotaan:Pendekatan Kulalitatif. Muhammadiyah University Press. Surakarta.

Sudarmanto, R. Gunawan. 2005. Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sudjana, Nana. 2002. Metode Statistik. Penerbit Tarsito. Bandung.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.

Suryananto, Galih. 2005. Ananlisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Konveksi. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Sidharta, B. Arief (Ed). Pedagang Kaki Lima. 15 Maret 2007. 13 Feb 2011. http://www.Wikipedia.com/2007/15-Maret/pedagang kaki lima.html.

Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung

. 2006. Peraturan Akademik dan Kode Etik Universitas Lampung. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung